• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA PEMBERIAN KOMPOS KULIT KAKAO DAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT SKRIPSI OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA PEMBERIAN KOMPOS KULIT KAKAO DAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT SKRIPSI OLEH :"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA PEMBERIAN KOMPOS KULIT KAKAO DAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD FITRAH HANIF /130301098 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA PEMBERIAN KOMPOS KULIT KAKAO DAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD FITRAH HANIF /130301098 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)

Judul Penelitian : Respon Pertumbuhan bibit Kakao (Theobroma Cacao L.) Pada Pemberian Kompos Kulit Kakao dan Limbah Cair Kelapa Sawit

Nama : Muhammad Fitrah Hanif

NIM : 130301098

Program Studi : Agroteknologi

Minat : Budidaya Pertaniandan Perkebunan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ferry Ezra T. Sitepu, SP.,M.Si.) (Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP) Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agroteknologi

(Dr. Ir. Sarifuddin, MP) NIP. 196509031993031014

(4)

ABSTRACT

MUHAMMAD FITRAH HANIF: Response of Seed Cacao Growth (Theobroma cacao L.) On Giving of Cocoa Waste Compost and Oil Palm Waste, guided by FERRY EZRA T. SITEPU and RATNA ROSANTI LAHAY

Cocoa planting material is the basic capital to achieve high cocoa production, so it needs a good breeding. This research is useful to know the growth response of cocoa seedlings (Theobroma cacao L.) on the composting of cocoa husk and palm oil liquid waste. This research was conducted at experimental field of Faculty of Agriculture Universitas Sumatra Utara, Medan which is ± 32 m above sea level from November 2017 until January 2018. The research used Factorial Random Block Design with 2 factors: cocoa leaf compost (0 g, 100 g, 200 g, and 300 g/polybag) and oil palm liquid waste (0 ml, 75 ml, and 150 ml/aplication). The results showed 100 g giving stem diameter, fresh shoot weight, and higher dry shoot weight, while no liquid waste resulted in the highest number of leaves, fresh shoot weight, and dry shoot weight. The interaction between treatments showed no significant effect on all parameters. For best growth, it is best to give 100 g cocoa leather compost with no oil palm liquid waste.

Keywords: Cocoa Seeds, Cocoa Leather Compost, Palm Oil Liquid Wast

(5)

ABSTRAK

MUHAMMAD FITRAH HANIF : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Pada Pemberian Kompos Kulit Kakao dan Limbah Cair

Kelapa Sawit, dibimbing oleh FERRY EZRA T. SITEPU dan RATNA ROSANTI LAHAY

Bahan tanam kakao merupakan modal dasar untuk mencapai produksi kakao yang tinggi, sehingga diperlukan pembibitan yang baik. Penelitian ini

berguna untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) pada pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair

kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang berada ±32 m diatas permukaan laut dari bulan November 2017 sampai dengan Januari 2018. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu kompos kulit kakao (0 g, 100 g, 200 g, dan 300 g/polibag) dan faktor kedua yaitu limbah cair kelapa sawit (0 ml, 75 ml, dan 150 ml/aplikasi) yang diaplikasikan sebanyak 10 kali aplikasi. Hasil Penelitian menunjukkan pemberian 100 g menghasilkan diameter batang, bobot basah tajuk, dan bobot kering tajuk yang lebih tingi, sedangkan tanpa pemberian limbah cair menghasilkan jumlah daun, bobot basah tajuk, dan bobot kering tajuk tertinggi. Interaksi antar perlakuan menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Untuk pertumbuhan terbaik, sebaiknya memberikan kompos kulit kakao 100 g dengan tanpa pemberian limbah cair kelapa sawit.

Kata Kunci : Bibit Kakao, Kompos Kulit Kakao, Limbah Cair Kelapa Sawit

(6)

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Fitrah Hanif, Lahir di Pematangsiantar, 12 September 1995, anak dari Noeroel Aminoellah dan Irianum Purba merupakan anak ke dua dari dua bersaudara.

Tahun 2013 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pematangsiantar dan pada tahun yang sama diterima di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Pertanian USU sebagai departemen bidang kewirausahaan dan pengembangan profesi periode 2014-2015, Wakil Sekertaris Umum bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi periode 2015-2016, Kepala bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi periode 2016-2017, sebagai asisten praktikum Botani 2014-2017.

Penulis melakukan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara VI, Unit Usaha Bunut, Jambi dari bulan Juli sampai agustus 2016.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah yang Maha Esa, Karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Respon Pertumbuhan bibit Kakao (Theobroma Cacao L.) Pada Pemberian Kompos Kulit Kakao dan Limbah Cair Kelapa Sawit” yang berfungsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menghanturkan pernyataan terimakasih kepada orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis sampai

dengan saat ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepara bapak Ferry Ezra T. Sitepu, SP., MP., selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Ratna Rosanti Lahay, MP., selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan bimbingan terbaik kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroteknologi serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, April 2018

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Tanah ... 5

Iklim ... 6

Kompos Kulit Kakao ... 6

Limbah Cair Kelapa Sawit ... 9

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

PELAKSANAAN PENELITIAN Pembuatan Kompos ... 16

Persiapan Lahan ... 16

Pembuatan Naungan ... 16

Persiapan Media Tanam ... 16

Persiapan Bahan Tanam ... 16

Penanaman Benih... 17

Aplikasi Limbah Cair Kelapa Sawit ... 17

Pemeliharaan Tanaman ... 17

(9)

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman ... 17

Penyiraman ... 17

Pengamatan Parameter ... 17

Tinggi Tanaman ... 17

Jumlah Daun ... 18

Diameter Batang ... 18

Bobot Basah Tajuk... 18

Bobot Kering Tajuk ... 18

Bobot Basah Akar ... 18

Bobot Kering Akar... 18

Rasio Tajuk Akar ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20

Pembahasan... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37

Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Tinggi tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit

kakao dan limbah cair umur 1 – 11 MSPT ... 20 2. Jumlah daun tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos

kulit kakao dan limbah cair umur 1 – 11 MSPT ... 23 3. Diameter batang tanaman kakao pada perlakuan pemberian

kompos kulit kakao dan limbah cair umur 1 & 11 MSPT ... 26 4. Bobot basah tajuk tanaman kakao pada perlakuan pemberian

kompos kulit kakao dan limbah cair ... 27 5. Bobot basah akar tanaman kakao pada perlakuan pemberian

kompos kulit kakao dan limbah cair ... 29 6. Bobot kering tajuk tanaman kakao pada perlakuan pemberian

kompos kulit kakao dan limbah cair ... 30 7. Bobot kering akar tanaman kakao pada perlakuan pemberian

kompos kulit kakao dan limbah cair ... 32 8. Rasio tajuk akar tanaman kakao pada perlakuan pemberian

kompos kulit kakao dan limbah cair umur ... 32

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman kakao pada pemberian

kompos kulit kakao 1 MSPT – 11 MSPT. ... 22 2. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman kakao pada pemberian

limbah cair kelapa sawit 1 MSPT – 11 MSPT. ... 21 3. Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman kakao pada

pemberian limbah cair kelapa sawit 1 MSPT – 11 MSPT. ... 24 4. Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman kakao pada

pemberian kompos kulit kakao 1 MSPT – 11 MSPT. ... 25 5. Hubungan pemberian limbah cair kelapa sawit terhadap jumlah

daun tanaman kakao ... 25 6. Hubungan pemberian kompos kulit kakao terhadap diameter

batang pada 11 MSPT ... 27 7. Hubungan pemberian kompos kulit kakao terhadap bobot basah

tajuk tanaman kakao ... 28 8. Hubungan pemberian limbah cair kelapa sawit terhadap bobot

basah tajuk tanaman kakao... 28 9. Hubungan pemberian limbah cair kelapa sawit terhadap bobot

basah akar tanaman kakao ... 29 10. Hubungan pemberian kompos kulit kakao terhadap bobot kering

tajuk tanaman kakao ... 31 11. Hubungan antara pemberian limbah cair kelapa sawit terhadap

bobot keting tajuk tanaman kakao... 31

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Bagan Penelitian ... 41 2. Bagan Penanaman Pada Plot ... 42 3. Hasil analisis Tanah, kompos kulit kakao dan limbah cair kelapa

sawit ... 43 4. Data pengamatan tinggi tanaman kakao umur 1 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 44 5. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi tanaman kakao umur 1

MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 44 6. Data pengamatan tinggi tanaman kakao umur 2 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 45 7. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi tanaman kakao umur 2

MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 45 8. Data pengamatan tinggi tanaman kakao umur 3 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 46 9. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi tanaman kakao umur 3

MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 46 10. Data pengamatan tinggi tanaman kakao umur 4 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 47 11. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi tanaman kakao umur 4

MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 47 12. Data pengamatan tinggi tanaman kakao umur 5 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 48 13. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi tanaman kakao umur 5

MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 48

(13)

14. Data pengamatan tinggi tanaman kakao umur 6 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 49 15. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi tanaman kakao umur 6

MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 49 16. Data pengamatan tinggi tanaman kakao umur 7 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 50 17. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi tanaman kakao umur 7

MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 50 18. Data pengamatan tinggi tanaman kakao umur 8 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 51 19. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi tanaman kakao umur 8

MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 51 20. Data pengamatan tinggi tanaman kakao umur 9 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 52 21. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi tanaman kakao umur 9

MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 52 22. Data pengamatan tinggi tanaman kakao umur 10 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 53 23. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi tanaman kakao umur 10

MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 53 24. Data pengamatan tinggi tanaman kakao umur 11 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 54 25. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi tanaman kakao umur 11

MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 54 26. Data pengamatan jumlah daun kakao umur 1 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 55

(14)

27. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun kakao umur 1 MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa

sawit ... 55 28. Data pengamatan jumlah daun kakao umur 2 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 56 29. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun kakao umur 2 MSPT

pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa

sawit ... 56 30. Data pengamatan jumlah daun kakao umur 3 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 57 31. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun kakao umur 3 MSPT

pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa

sawit ... 57 32. Data pengamatan jumlah daun kakao umur 4 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 58 33. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun kakao umur 4 MSPT

pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa

sawit ... 58 34. Data pengamatan jumlah daun kakao umur 5 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 59 35. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun kakao umur 5 MSPT

pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa

sawit ... 59 36. Data pengamatan jumlah daun kakao umur 6 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 60 37. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun kakao umur 6 MSPT

pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa

sawit ... 60 38. Data pengamatan jumlah daun kakao umur 7 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 61

(15)

39. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun kakao umur 7 MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa

sawit ... 61 40. Data pengamatan jumlah daun kakao umur 8 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 62 41. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun kakao umur 8 MSPT

pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa

sawit ... 62 42. Data pengamatan jumlah daun kakao umur 9 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 63 43. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun kakao umur 9 MSPT

pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa

sawit ... 63 44. Data pengamatan jumlah daun kakao umur 10 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 64 45. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun kakao umur 10

MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 64 46. Data pengamatan jumlah daun kakao umur 11 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 65 47. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun kakao umur 11

MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 65 48. Data pengamatan diameter batang umur 1 MSPT pada perlakuan

komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 66 49. Daftar sidik ragam pengamatan diameter batang kakao umur 1

MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 66 50. Data pengamatan diameter batang kakao umur 11 MSPT pada

perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 67

(16)

51. Daftar sidik ragam pengamatan diameter batang kakao umur 11 MSPT pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair

kelapa sawit ... 67

52. Data pengamatan bobot basah tajuk kakao pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 68

53. Daftar sidik ragam pengamatan bobot basah tajuk pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 68

54. Data pengamatan bobot basah akar kakao pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 69

55. Daftar sidik ragam pengamatan bobot basah akar pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 69

56. Data pengamatan bobot kering tajuk kakao pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 70

57. Daftar sidik ragam pengamatan bobot kering tajuk pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 70

58. Data pengamatan bobot kering akar kakao pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 71

59. Daftar sidik ragam pengamatan bobot kering akar pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 71

60. Data pengamatan rasio tajuk akar kakao pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 72

61. Daftar sidik ragam pengamatan rasio tajuk akar pada perlakuan komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit ... 72

62. Foto sampel dalam polybag per perlakuan ... 73

63. Foto sampel tanaman utuh per perlakuan ... 74

64. Foto blok pada lahan ... 75

65. Foto lahan ... 76

66. Rekapitulasi rataan dwikasta seluruh parameter ... 77

(17)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) berasal dari hutan hujan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian utara. Di Indonesia, tanaman kakao diperkenalkan oleh orang Spanyol pada tahun 1560 di Minahasa, Sulawesi (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Ekspor Kakao diawali dari pelabuhan Manado ke Manila pada tahun 1825 - 1838 dengan Jumlah ekspor sekitar 92 Ton (Marru dan Sipayung, 2015).

Berbeda dengan kelapa sawit, perkebunan kakao sebagian besar dikelola oleh masyarakat. menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan , luas areal perkebunan rakyat mencapai 1.680.09 ha dengan produksi 730.172 ton pada tahun 2016, dan jumlah luas perkebunan di Indonesia keseluruhan adalah 1.722.315 ha.

dengan produksi nasional 760.430 ton pada tahun 2016. di Sumatera Utara sendiri, produksi kakao dari tahun 2015 sampai dengan 2016 meningkat dengan

jumlah masing masing 133.853 ton, dan 152.813 ton (Kementerian Pertanian, 2016).

Bahan tanam kakao merupakan modal dasar untuk mencapai produksi kakao yang tinggi. kesalahan pemilihan dan penggunaan bahan tanam akan mengakibatkan kerugian dalam jangka panjang. Karena itu, pemilihan bahan tanam merupakan tindakan awal yang sangat penting dalam budidaya kakao.

pemilihan dan pengggunaan bahan tanam kakao unggul perlu diikuti dengan tindakan kultur teknis yang baik, antara lain meliputi pembibitan, perawatan tanaman di lapangan, dan penanganan pasca panen sehingga budidaya kakao

(18)

membawa hasil yang optimal dan memuaskan (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

Dari budidaya dan pengolahan tanaman perkebunan dihasilkan limbah padat organik dalam jumlah melimpah. Berdasarkan data statistik perkebunan dari Badan Pusat Statistik (2016) luas areal perkebunan kakao rakyat mencapai 1.680.09 Ha dengan produksi 730.172 ton pada tahun 2016,dan jumlah luas perkebunan kakao di indonesia keseluruhan adalah 1.722.315 Ha. dengan produksi nasional 760.430 ton pada tahun 2016. Dari data tersebut terlihat bahwa adanya peningkatan jumlah produksi kakao yang diikuti juga dengan pertambahan jumlah limbah kulit buah kakao. Kulit buah kakao masih bisa diolah untuk dimanfaatkan, salah satunya diolah menjadi pakan ternak dan juga menjadi kompos untuk menambah bahan organik tanah.

Spillane (1995) mengemukakan bahwa kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara tanaman dalam bentuk kompos, bahan ternak, produksi biogas, dan sumber pektin. Sebagai bahan organik , kulit buah kakao mempunyai komposisi hara dan senyawa yang sangat potensial sebagai media tumbuh tanaman.

Limbah POME (Palm Oil Mill Effluent) merupakan limbah cair kelapa sawit yang saat ini masih menjadi masalah dan belum termanfaatkan secara optimal. Limbah POME umumnya diperoleh dari sisa proses pembuatan crude palm oil (CPO) dimana satu ton kelapa sawit akan menghasilkan 50-60% POME dan 20% CPO. Indonesia memproduksi minyak kelapa sawit terbesar di dunia (Hampir 50%) yaitu sebesar 16 juta ton CPO per tahun. sehingga menghasilkan limbah cair sebanyak 48 juta ton tiap tahunnya (Hadiyanto, 2011)

(19)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul Respon pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian limbah cair kelapa sawit.

Tujuan Penelitian

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) pada pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair kelapa sawit

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh yang nyata pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) pada pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair serta interaksi keduanya.

Kegunaan Penelitian

Penelitian berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Kakao merupakan satu satunya diantara 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjirosoepomo (1988) sistematika tanaman ini adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Kelas : Dicotyledoneae ; Sub Kelas : Dialypetalae ; Bangsa : Malvales ; Suku : Sterculiaceae ; Marga : Theobroma ; Jenis : Theobroma cacao L.

Daun tanaman kakao mempunyai sifat dimorpik, sesuai pada cabang mana daun tersebut tumbuh. Daun pada chupon atau pada cabang orthotrop letaknya 3/8 menurut arah spiral. Daun pada cabang plagiotroph letaknya 1/2 selang seling.

Daun pada cabang orthotrop mempunyai tangkai panjang, pada pangkal yang menempel dicabang membengkak, dan bentuk daun simetris dengan panjang rata rata ± 30 cm. Sedangkan daun pada cabang plagiotroph, tangkai daun lebih pendek, bentuk kurang simetris dengan panjang daun rata rata ± 25 cm (Soehardjo et al., 1996).

Tinggi batang dapat mencapai 8 - 10 m, tergantung kondisi lingkungan dan naungannya. Pertumbuhan kakao cenderung memendek bila pohon pelindungnya berkurang. Dari batang maupun cabang dapat tumbuh tunas tunas air (chupon) yang bila dibiarkan tumbuh akan membentuk jorkuete baru.

Ketinggian jorkuete yang ideal 1,2 - 1,5 m agar diperoleh tajuk yang ideal (Poedjiwidodo, 1996).

Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya sebagian besar akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada

(21)

kedalaman tanah (jeluk) 0 -30 cm. Jangkauan jelajah akar lateral dinyatakan jauh di luar proyeksi tajuk. ujungnya membentuk cabang cabang kecil yang susunannya intricate (Karmawati et al., 2010).

Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga (chusion). Bunga kakao berswarna putih, ungu, atau kemerahan. Tangkai bunga kecil tapi panjang (1 - 1,5 cm). daun mahkota panjangnya 6 - 8 mm, terdiri atas dua bagian. bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan biasanya terdapat dua garis merah. Bagian ujung berupa lembaran tipis, fleksibel, dan berwarna putih (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

Buah kakao termasuk buah buni yang mempunyai daging buah lunak.

Kulit buah kakao terdiri dari 10 alur (5 dalam dan 5 dangkal) berselang seling.

permukaan buah ada yang halus dan ada yang kasar, warna buah beragam ada yang merah, hijau muda, hijau, merah muda, dan merah tua (Poedjiwidodo, 1996).

Jumlah biji dalam setiap pod umumnya 30-50 butir. Setiap biji terdiri dari kulit ari yang tipis, dua keping kotiledon dan germ (bakal tanaman). warna kotiledon putih pada kelompok Criollo dan ungu pada kelompok Forastero (Soehardjo, 1996).

Syarat Tumbuh Tanah

Kakao pada umumnya ditanam pada ketinggian 0-800 m dpl. Tekstur tanah yang diperlukan adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40 % fraksi liat, 50 % pasir, dan 10 - 20 % debu. Tanah yang banyak mengandung

(22)

humus dan bahan organik dengan pH antara 6,0-7,0 , kedalaman air ± 3 m, dan berdrainase baik , cocok bagi petumbuhan kakao (Poedjiwidodo, 1996).

Tanah dengan keasaman tinggi menyebabkan kadar unsur hara mikro, seperti Al, Fe, dan Mn terlarut sehingga dapat menjadi racun bagi kakao. Tanah tanah tua dengan tingkat pelapukan tinggi, umumnya bersifat asam dan mengandung Al tinggi yang mudah diserap tanaman, sehingga akan menghambat perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

Iklim

Daerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1200 mm per tahun masih dapat ditanami kakao. tetapi dibutuhkan air irigasi. suhu ideal bagi tanaman kakao adalah 30 - 32o C (maksimum) dan 18o - 21o C (minimum). Suhu ideal lainnya dengan distribusi tahunan 16,6o C masih baik untuk pertumbuhan kakao asalkan tidak didapati musim hujan yang panjang (Karmawati et al., 2010).

Kakao tergolong tanaman C3 yang mampu melakukan fotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimal diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20% dari pencahayaan penuh. Oleh karena itu, di dalam pertumbuhannya kakao memerlukan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh (Poedjiwidodo, 1996).

Kompos Kulit Kakao

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa sisa tanaman, hewan dan manusia seperti pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos yang diperlukan untuk kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Pupuk organik berperan dalam tanah disamping menambah unsur hara juga dapat meningkatkan kesuburan tanah,

(23)

meningkatkan porositas tanah sehingga dapat memperbaiki aerase dan drainase tanah serta meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah (Novizan, 2002).

Kualitas kompos sangat ditentukan oleh tingkat kematangan kompos, disamping kandungan logam beratnya. Bahan organik yang tidak terdekomposisi secara sempurna akan menimbulkan efek yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Penambahan kompos yang belum matang ke dalam tanah dapat menyebabkanterjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dan mikroorganisme tanah. Keadaan ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2002).

Harjadi (1980) menyatakan bahwa tanaman dapat tumbuh optimal jika unsur hara tersedia baik unsur makro (terutama N, P, dan K) maupun mikro.

Pertumbuhan tanaman tergantung dari unsur hara yang diperoleh dari dalam tanah serta dipengaruhi oleh penambahan unsur hara dari pemberian berbagai pupuk.

Menurut Didiek dan Yufnal (2004), kompos kulit buah kakao mempunyai pH 5.4; N total 1.30%; C-organik 33.71%; P2O5 0.186%; K2O 5.5%; CaO 0.23%, dan MgO 0.59%. Pemberian kompos kulit buah kakao ke dalam tanah sebagai bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara baik makro maupun mikro.

Goenadi (2000) menyatakan bahwa kompos kulit buah kakao memiliki kandungan hara yaitu N 1.81% ; C organik 26.61%; P2O5 0.31%; K2O 6.08%;

CaO 1.22%; MgO 1.37%, dan cmol.kg-1 KTK 44.85. Aplikasi kompos kulit buah kakao dapat meningkatkan produksi hingga 19.48%.

Menurut hasil penelitian oleh Damanik (2013a) Pemberian media tanam kompos kulit buah kakao dengan subsoil Ultisol mampu meningkatkan tinggi

(24)

bibit dengan tinggi bibit yang tertinggi 225 gr kompos kulit kakao ditambah 4775 gr tanah subsoil ultisol(30,84 cm) terendah 175 gr kompos kulit kakao ditambah 4825 gr tanah subsoil ultisol (28,27 cm) serta diameter batang yang tertinggi 175 gr kompos kulit kakao ditambah 4825 gr tanah subsoil ultisol (5,47 mm) terendah 25gr kompos kulit kakao ditambah dengan 4975 gr tanah subsoil ultisol (4,13 mm).

Pada penelitian yang dilakukan Astria dan Suntari (2017) pemanfaatan Urea dan kompos kulit kakao terhadap produksi sawi, aplikasi kombinasi 75%

Urea (163,05 kg/ha) dan 25% kompos kulit kakao (2,717 Mg ha) meningkatkan ketersediaan N (230,43%) dan menghasilkan ketersediaan P dan K tertinggi pada Inceptisols Tulungrejo Batu yaitu masing-masing 26,10 mg kg-1, dan 0,95 cmol kg-1. Sedangkan aplikasi 200% kompos kulit kakao (21,739 ton/ha) memiliki nilai C organik dan pH tertinggi yaitu 2,17 %, dan 5,58.

Pemberian kompos kulit buah durian berpengaruh sangat nyata dalam menurunkan Al-dd Ultisol, serta menunjukan pengaruh yang sama dengan pemberian kompos kulit buah kakao, dengan dosis efektif 1,5 g / 300 g Ultisol atau setara dengan 10 ton/ha. Pemberian masing-masing kompos kulit buah durian dan kompos kulit buah kakao berpengaruh tidak nyata terhadap pH Ultisol, KTK Ultisol, COrganik Ultisol, dan N- Total Ultisol tetapi pada umumnya cenderung mengalami peningkatan (Damanik, 2013b).

Aplikasi kompos kulit kakao dengan taraf 100 gr per polybag memberikan pertumbuhan bibit kakao yang terbaik. Pemberian kompos kulit bua kakao pada bibit kakao berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah daun, lilit batang , luas daun dan rasio tajuk akar (Yoseva et al., 2013)

(25)

Limbah Cair Kelapa Sawit

Menurut Loebis dan Tobing (1989) limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit mengandung unsur hara yang tinggi seperti N, P, K, Mg, dan Ca, sehingga limbah cair tersebut berpeluang untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit, di samping memberikan kelembaban tanah, juga dapat meningkatkan sifat fisik–kimia tanah, serta dapat meningkatkan status hara tanah.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Widhiastuti et al. (2006) didapat bahwa pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit dapat dijadikan pupuk, karena pemberian limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit pada lahan perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan sifat fisik–kimia tanah.

Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) merupakan salah satu bahan organik yang mengandung unsur hara cukup tinggi seperti N, P, K, Mg dan Ca.

Limbah cair pabrik kelapa sawit berpeluang besar untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit disamping memberikan kelembaban tanah. Pemberian LCPKS dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta dapat meningkatkan status hara tanah. Sementara ditinjau dari kandungan haranya, setiap satu ton limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung hara setara dengan 1.56 kg Urea, 0.25 kg TSP, 2.50 kg MOP dan 1 kg Kiserit (Putri, 2011).

LCPKS adalah air limbah yang dikeluarkan oleh pabrik kelapa sawit (PKS) yang umumnya terdiri dari kondesat rebusan, buangan hydrocyclone dan separator sludge. Sekitar 2.9-3.5 m3 LCPKS dihasilkan setiap ton CPO yang dihasilkan. LCPKS kaya akan senyawa karbon organik dengan kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) lebih dari 40 g/L dan kandungan nitrogen sekitar 0.2 and 0.5 g/L sebagai ammonia nitrogendan total nitrogen. Selain itu,

(26)

LCPKS adalah senyawa koloid dengan kandungan air sebesar 95-96%, minyak

sebesar 0.6-0.7% dan total solid 4-5% termasuk 2-4% suspended solids (Ahmad et al., 2009).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Achlaq (2008), mengenai pemanfaatan limbah cair kelapa sawit, didapat hasil analisis tanah pada awal dan akhir pengamatan menunjukkan bahwa pemberian air limbah pada media tanam dapat meningkatkan pH tanah, N-total dan P-Tersedia. Selain itu, basa-basa dapat dipertukarkan (Ca, Mg, dan K) juga mengalami peningkatan. Pemberian air limbah tidak mengakibatkan terjadinya peningkatan kandungan logam berat (Pb dan Cu).

Dari hasil penelitian oleh Wijaya (2015) didapat bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit terhadap tanaman kelapa sawit pada pre nursery hingga dosis 3.0 l/bibit meningkatkan tinggi bibit 14 MST, diameter batang 14 MST, jumlah daun 14 MST, total luas daun dan bobot kering tajuk. Dosis limbah cair pabrik kelapa sawit terbaik diperoleh dari perlakuan 1.5 l/bibit.

Dari hasil penelitian Soleh (2016), didapat bahwa Pemberian LCPKS berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, volume akar, rasio tajuk akar dan berat kering bibit kelapa sawit. Dosis LCPKS 1800 ml menghasilkan pertumbuhan bibit kelapa sawit terbaik.

Nitrogen mempengaruhi pertumbuhan tanaman dapat melalui cara cara sebagai berikut : a) menjadikan tanaman berwarna hijau, b) meningkatkan pertumbuhan daun dan batang, c) menjadikan tanaman lebih sukulen, d) kadang menahan pertumbuhan akar, e) membantu dalam produksi biji, f) dapat melambatkan pematangan tanaman, g) meningkatkan kandungan protein buah

(27)

atau biji, h) mengurangi presentase pelikan dalam buah, dan i) mengurangi pengaruh buruk udara dingin. (Poerwowidodo, 1992)

Pemupukan nitrogen akan menaikkan produksi tanaman, kadar protein, dan kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa, dan pati. Hasil asimilasi CO2 diubah menjadi karbohidrat dan disimpan dalam jaringan tanaman apabila tanaman kekurangan unsur nitrogen. Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif, pemupukan N harus diimbangi dengan pemupukan unsur lain (Rosmarkam dan Yumono, 2002).

Jika pasok nitrogen cukup, daun tanaman akan tumbuh besar dan memperluas permukaan yang tersedia untuk fotosintesis. Jika pasok nitrogen yan tinggi mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein dan kemudian diubah menjadi protoplasma dan sebagian kecil digunakan menyusun dinding sel.

terutama karbohidrat bebas nitrogen seperti kalsium pektat, selulosan, lignin dan kadar N rendah (Poerwowidodo, 1992)

Kemajuan dibidang seleksi telah menghasilkan berbagai jenis tanaman unggul dengan produksi tingi dan umur pendek. Pemupukan N dengan dosis tinggi sering berakibat memperpanjang fase vegetatif tanaman (Rosmarkam dan Yumono, 2002).

Fosfor (P) termasuk anasir hara esensial bagi tanaman dengan fungsi sebagai pemindah energi sampai segi segi gen, yang tidak dapat digantikan dengan hara lain. Ketidakcukupan pasok P menjadikan tanaman tidak tumbuh maksimal atau potensi hasilnya tidak maksimal atau tidak mampu melengkapi proses reproduktif normal. (Poerwowidodo, 1992)

(28)

Peranan P dalam penyimpanan dan pemindahan energi tampaknya merupakan fungsi terpenting karena hal ini mempengaruhi berbagai proses lain dalam tanaman. Kehadiran P dibutuhkan untuk reaksi biokimiawi penting, seperti

; pemindahan ion, kerja osmotik, reaksi fotosintesis dan glikolisis.

(Poerwowidodo, 1992)

Fotosintat sebagai hasil fotosintesis akan ditransportasikan dari daun ke tempat tempat yang membutuhkan, baik untuk digunakan atau disimpan. Tanpa adanya K yang cukup, sistem transportasi ini akan rusak. Ini akan menurunkan laju fotosintesis karena menumpuknya fotosintat dalam daun atau karena lembatnya perkembangan bagian penyimpanan energi yang ada. Potasium dapat mempertinggi pergerakan fotosintat keluar dari daun menuju akar, dan ini akan meningkatkan penyediaan energi untuk pertumbuhan akar dan untuk perkembangan ukuran dan kualitas buah (Poerwowidodo, 1992).

Terdapat perubahan yang tidak berarti antar perlakuan kombinasi atau tidak signifikan dikatakan interaksi yang tidak nyata. Jadi kerjasama antar faktor yang dikombinasikan dikatakan bebas satu sama lainnya (Tenaya, 2015).

(29)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lahan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada bulan November 2017 sampai dengan Januari 2018.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Kakao (Theobroma cacao L.) lindak (Bulk) sebagai bahan pengamatan perkecambahan, kulit kakao sebagai bahan utama pembuatan kompos, Tanah sebagai media tanam, limbah cair pabrik kelapa sawit yang diambil dari kolam aerobik terakhir (Pond IV) sebagai perlakuan, polybag ukuran volume 5 kg sebagai tempat media tanam,

bambu sebagai tegakan naungan, paranet sebagai naungan pada lahan.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur sebagai alat mengukur takaran limbah cair, timbangan sebagai alat ukur berat media tanam, jangka sorong sebagai alat ukur diameter batang, meteran sebagai alat ukur tinggi, timbang ananalitik menimbang bobot basah dan kering tajuk serta akar, gembor sebagai alat bantu siram, cangkul sebagai alat untuk meratakan dan membersihkan lahan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, sebagai berikut :

Faktor1 : Penambahan kompos kulit kakao dengan 4 taraf C0 : 0 g / polybag

C1 : 100 g / polybag

(30)

C2 : 200 g / polybag C3 : 300 g / polybag

Faktor2 :Beberapa taraf pemberian limbah cair kelapa sawit, yaitu : L0 : 0 ml /aplikasi

L1 : 75 ml /aplikasi L2 : 150 ml /aplikasi

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi, yaitu :

C0L0 C1L0 C2L0 C3L0

C0L1 C1L1 C2L1 C3L1

C0L2 C1L2 C2L2 C3L2

Jumlah ulangan = 3

Jumlah Plot = 36

Ukuran Plot = 150cm x 150cm

Jarak Antar Plot = 50 cm

Jarak Antar Blok = 75 cm

Jumlah Tanaman / Plot = 5 Jumlah Sampel / Plot = 5 Jumlah Tanaman Seluruhnya = 180

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = μ + ρi + αj + βk +(αβ)jk + εijk i = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3, 4 k = 1, 2, 3

(31)

dimana :

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan komposisi media tanam ke-j dan dosis limbah cair pada taraf ke-k

μ = Nilai tengah umum ρi = Pengaruh blok ke-i

αj = Pengaruh perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-j βk = Pengaruh perlakuan dosis limbah cair pada taraf ke-k

(αβ)jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan komposisi media tanam ke-j dan dosis limbah cair pada taraf ke-k

εijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-p dan dosis limbah cair pada taraf ke-l.

Hasil analisis sidik ragam yang berpengaruh nyata akan dilanjutkan

dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

(Steel and Torrie, 1995).

(32)

PELAKSANAAN PENELITIAN Pembuatan Kompos

Tahap-tahap pembuatan kompos dimulai dari penyiapan bahan yang berupa kulit kakao, EM4 (sebagai organism pendekomposisi), molase (sebagai penambah makanan untuk organisme pendekomposisi). Molase dibuat dengan perbandingan 2:1 dengan EM4. Kulit kakao digrinding dan dicampur molase secara merata serta EM4 sebanyak 1 ml tiap 1 kg bahan. Kemudian bahan diratakan dengan ketebalan antara 15 – 20 cm. Selanjutnya tumpukan dibalik- balik setiap 3 hari sekali agar bahan tercampur dengan merata

Persiapan Lahan

Areal penelitian dibersihkan dari gulma dan sampah sampah lainnya.

diukur lahan, dibuat plot dengan ukuran masing masing 1x 0,5 meter dengan jarak antar plot 50 cm. dan jarak antar blok 75 cm. Dibuat parit dengan kedalaman 30 cm untuk menghindari banjir atau genangan air.

Pembuatan Naungan

Naungan dibuat dengan luas yang sesuai dengan luas lahan. tinggi naungan dibuat setinggi 1,5 meter dengan naungan yang terbuat dari paranet dengan presentase naungan 60 %.

Persiapan Media Tanam

Tanah dimasukkan ke polibag sebanyak 5 kg, dan ditambahkan kompos kulit kakao sesuai dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk dasar.

Persiapan Bahan Tanam

Bahan tanam berasal dari benih yang diperoleh dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit Sumatera Utara. Jenis Kakao yang diguanakan adalah jenis Kakao

(33)

Lindak (Bulk). Dilakukan persemaian benih sebelum ditanam ke polybag utama untuk melakukan seleksi bibit yang baik.

Penanaman Benih

Benih ditanam pada masing masing polybag yang sudah diisi dengan media tanam dan sesuai dengan perlakuan. Benih ditanam dengan cara membenamkan ¾ bagian dari biji.

Aplikasi Limbah Cair Kelapa Sawit

Pemberian limbah cair kelapa sawit diberikan 10 kali aplikasi. Setiap aplikasi diberikan sesuai dengan perlakuan. Aplikasi dilakukan mulai dari 1 MSPT (2 minggu setelah dikecambahkan) sampai 10 MSPT.

Pemeliharaan Tanaman

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

Dilakukan pengendalian OPT jika diperlukan dengan menggunakan Pestisida kimia (Decis). Pengendalian gulma hanya dilakukan pengendalian secara manual.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan satu kali dalam sehari pada sore hari Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan meteran.

Pengukuran dilakukan mulai dari 1 MSPT sampai 11 MSPT. Tinggi tanaman diamati setiap minggu dengan menghitung tinggi dari pangkal batang.

(34)

Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap minggu mulai 1 MSPT sampai 11 MSPT dengan menghitung secara manual jumlah daun yang muncul.

Diameter Batang

Parameter diameter batang diambil pada 1 MSPT dan 11 MSPT. diameter batang diamati dengan menggunakan jangka sorong digital. pengamatan diameter batang diambil 1 cm dari pangkal batang.

Bobot Basah Tajuk

Bobot basah tajuk diamati pada saat akhir penelitian (11 MSPT) dengan mencabut dan memisahkan tajuk dengan akar, lalu ditimbang dengan timbangan analitik.

Bobot Basah Akar

Bobot basah akar diamati pada saat akhir penelitian (11 MSPT) dengan mencabut dan memisahkan akar dengan tajuk, lalu ditimbang dengan timbangan analitik.

Bobot Kering Tajuk

Bobot kering tajuk diamati setelah bobot basah tanaman selesai di amati.

Tajuk dikering ovenkan selama 48 jam dengan suhu oven 700 C. Selanjutnya ditimbang.

Bobot Kering Akar

Bobot kering akar diamati setelah bobot basah tanaman selesai di amati.

Akar dikering ovenkan selama 48 jam dengan suhu oven 700 C. Selanjutnya ditimbang.

(35)

Rasio Tajuk dan Akar

Nilai Rasio Tajuk dan Akar = Bobot Kering Tajuk Tanaman

Bobot Kering Akar Tanaman x 100%

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Dari hasil penelitian diperoleh hasil pemberian kompos kulit kakao 100 g (C1) mampu memberikan pengaruh nyata terhadap parameter diameter batang, bobot basah tajuk, dan bobot kering tajuk, tanpa pemberian limbah cair kelapa sawit (L0) memberikan pengaruh nyata pada parameter jumlah daun, bobot basah tajuk, bobt basah akar, dan bobot kering tajuk, namun interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata pada seluruh parameter.

Tinggi Tanaman

Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 1 – 11 MSPT dapat dilihat pada Lampiran 4 – 25 yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kompos kulit kakao, pemberian limbah cair serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kakao.

Tinggi tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair umur 1 – 11 MSPT dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair umur 1 – 11 MSPT

MSPT Kompos Kulit Kakao (g/polibag)

Limbah Cair (ml/Aplikasi)

Rataan

L0 (0) L1 (75) L2 (150)

...cm...

1

C0 (0) 19,13 19,06 18,64 18,97

C1 (100) 19,15 18,49 19,61 19,08

C2 (200) 19,38 18,92 19,19 19,18

C3 (300) 18,53 18,83 30,33 18,72

Rataan 19,08 18,83 19,06

2

C0 (0) 19,85 19,99 19,29 19,71

C1 (100) 20,05 19,35 20,46 19,95

C2 (200) 20,00 19,65 19,95 19,87

C3 (300) 19,22 19,39 19,62 19,41

Rataan 19,78 19,60 19,83

3

C0 (0) 20,32 20,73 19,93 20,33

C1 (100) 20,57 20,14 21,09 20,60

C2 (200) 20,51 20,09 20,73 20,44

C3 (300) 19,79 20,11 20,27 20,06

Rataan 20,30 20,27 20,51

4

C0 (0) 20,99 21,61 20,83 21,14

C1 (100) 21,53 21,09 22,16 21,57

C2 (200) 21,61 20,84 21,51 21,32

C3 (300) 20,56 21,01 21,31 20,96

(37)

Rataan 21,17 21,14 21,44

5

C0 (0) 21,37 22,11 21,14 21,54

C1 (100) 22,47 21,43 22,65 22,18

C2 (200) 22,02 21,22 21,93 21,72

C3 (300) 21,19 21,39 21,79 21,46

Rataan 21,76 21,54 21,88

6

C0 (0) 19,13 19,06 18,64 22,16

C1 (100) 19,15 18,49 19,61 23,02

C2 (200) 19,38 18,92 19,19 22,65

C3 (300) 18,53 18,83 30,33 22,20

Rataan 22,63 22,34 22,55

7

C0 (0) 21,91 22,35 22,21 22,16

C1 (100) 23,16 22,75 23,15 23,02

C2 (200) 23,45 22,07 22,42 22,65

C3 (300) 21,99 22,17 22,43 22,20

Rataan 22,63 22,34 22,55

8

C0 (0) 23,63 23,46 22,18 23,09

C1 (100) 24,29 21,71 23,88 23,29

C2 (200) 23,77 23,63 23,28 23,56

C3 (300) 23,05 23,10 23,41 23,19

Rataan 23,69 22,98 23,19

9

C0 (0) 24,27 23,97 22,26 23,50

C1 (100) 25,11 23,97 24,33 24,47

C2 (200) 24,47 23,40 23,71 23,86

C3 (300) 23,45 23,54 23,85 23,61

Rataan 24,32 23,72 23,54

10

C0 (0) 24,67 24,43 22,93 24,01

C1 (100) 26,09 25,27 24,73 25,36

C2 (200) 25,18 24,16 24,39 24,58

C3 (300) 23,85 24,04 23,08 23,66

Rataan 24,95 24,48 23,78

11

C0 (0) 25,64 25,53 24,23 25,13

C1 (100) 27,16 27,54 25,71 26,80

C2 (200) 26,21 24,97 25,87 25,68

C3 (300) 24,55 24,95 26,03 25,18

Rataan 25,89 25,75 25,46

Pada gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan kompos kulit kakao 100 g (C1)menghasilkan rataan tinggi tanaman lebih tinggi dibanding 0 g (C0), 200 g (C2), dan 200 g (C3) mulai 8 MSPT sampai 11 MSPT. Pada gambar 2 menunjukkan bahwa tanpa pemberian Lombah cair lebih tinggi dibanding 75 ml (L1) dan 150 ml (L2) mulai 8 MSPT sampai 10 MSPT, namun menunjukkan nilai yang mendekati pada semua parameter (L0, L1 dan L2) pada 11 MSPT

(38)

Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman kakao pada pemberian kompos kulit kakao 1 MSPT – 11 MSPT.

Gambar 2. Grafik pertubuhan tinggi tanaman kakao pada pemberian limbah cair kelapa sawit 1 MSPT – 11 MSPT.

Jumlah Daun

Dari pengamatan sidik ragam, pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair kelapa sawit serta interaksinya pada umur 1 – 7 (Lampiran 26 – 39) MSPT berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman kakao. Pada umur 8 – 11 MSPT (Lampiran 40 – 47) sidik ragam menunjukkan pemberian kompos kulit kakao berpengaruh tidak nyata, dan pemberian limbah cair kelapa sawit

15.00 17.00 19.00 21.00 23.00 25.00 27.00 29.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Tinggi anaman (cm)

MSPT

C0 : 0 g C1 : 100 g C2 : 200 g C3 : 300 g

16.00 18.00 20.00 22.00 24.00 26.00 28.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Tinggi tanaman (cm)

MSPT

L0 : 0 ml L1 : 75 ml L2 : 150 ml

(39)

berpengaruh nyata, namun berpengaruh tidak nyata pada interaksi kedua perlakuan.

Jumlah daun tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair umur 1 – 11 MSPT dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah daun tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair umur 1 – 11 MSPT

MSPT Kompos Kulit Kakao (g/polibag)

Limbah Cair (ml/Aplikasi)

Rataan

L0 (0) L1 (75) L2 (150)

...helai...

1

C0 (0) 3,60 3,47 3,67 3,58

C1 (100) 3,53 3,47 3,87 3,62

C2 (200) 3,13 3,73 3,53 3,47

C3 (300) 3,53 3,27 3,73 3,51

Rataan 3,45 3,48 3,70

2

C0 (0) 4,33 4,20 4,53 4,36

C1 (100) 4,33 4,40 4,67 4,47

C2 (200) 4,00 4,40 4,07 4,16

C3 (300) 4,47 4,33 4,67 4,49

Rataan 4,28 4,33 4,48

3

C0 (0) 4,53 4,60 4,67 4,60

C1 (100) 4,73 4,87 4,80 4,80

C2 (200) 4,33 4,73 4,53 4,53

C3 (300) 4,67 4,53 5,00 4,73

Rataan 4,57 4,68 4,75

4

C0 (0) 5,73 6,20 6,27 6,07

C1 (100) 6,33 6,33 6,40 6,36

C2 (200) 6,00 5,73 6,27 6,00

C3 (300) 6,20 5,80 6,20 6,07

Rataan 6,07 6,02 6,28

5

C0 (0) 6,67 6,73 6,87 6,76

C1 (100) 6,87 6,87 7,13 6,96

C2 (200) 6,60 6,07 6,60 6,42

C3 (300) 6,67 6,40 6,73 6,60

Rataan 6,70 6,52 6,83

6

C0 (0) 7,13 7,00 7,00 7,04

C1 (100) 7,53 7,60 7,27 7,47

C2 (200) 7,40 6,60 6,80 6,93

C3 (300) 7,13 6,80 7,33 7,09

Rataan 7,30 7,00 7,10

7

C0 (0) 7,47 7,13 7,13 7,24

C1 (100) 8,20 8,13 7,33 7,89

C2 (200) 7,93 7,13 6,93 7,33

C3 (300) 7,93 7,33 7,80 7,69

Rataan 7,88 7,43 7,30

8

C0 (0) 8,47 7,60 7,40 7,82

C1 (100) 9,07 8,53 7,87 8,49

C2 (200) 8,67 7,40 7,33 7,80

C3 (300) 8,47 8,13 8,40 8,33

Rataan 8,67 a 7,92 b 7,75 b

9

C0 (0) 9,20 8,20 7,47 8,29

C1 (100) 9,87 8,93 8,13 8,98

C2 (200) 9,40 7,80 7,73 8,31

C3 (300) 9,13 8,80 8,87 8,93

Rataan 9,40 a 8,43 b 8,05 b

(40)

C1 (100) 10,67 10,13 8,87 9,89

C2 (200) 10,13 8,47 8,20 8,93

C3 (300) 10,00 9,33 9,67 9,67

Rataan 10,13 a 9,18 b 8,60 b

11

C0 (0) 10,60 10,13 9,00 9,91

C1 (100) 11,47 11,87 9,87 11,07

C2 (200) 11,00 10,00 9,33 10,11

C3 (300) 10,80 10,60 10,80 10,73

Rataan 10,97 a 10,65 ab 9,75 b

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kelompok baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Gambar 3. Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman kakao pada pemberian limbah cair kelapa sawit 1 MSPT – 11 MSPT.

Pada gambar 3 menunjukkan bahwa tanpa pemberian limbah cair (L0) menghasilkan rataan jumlah daun lebih tinggi dibandingkan perlakuan 75 ml (L1) dan 150 ml (L2) mulai 6 MSPT sampai 11 MSPT. Pada gambar 4 menunjukkan bahwa perlakuan 100 g (C1) menghasilkan rataan jumlah daun tertinggi dibanding perlakuan 0 g (C0), 200 g (C2), dan 300 g (C3).

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Jumlah Daun (Helai)

MSPT

L0 = 0 ml L1 = 75 ml L2 = 150 ml

(41)

Gambar 4. Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman kakao pada pemberian kompos kulit kakao 1 MSPT – 11 MSPT.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada 11 MSPT, pemberian limbah cair kelapa sawit menghasilkan parameter jumlah daun tertinggi yaitu 10,97 yang berbeda tidak nyata dengan 75 ml (L1) namun berbeda nyata dengan 150 ml (L2)

Gambar 5. Hubungan pemberian limbah cair kelapa sawit terhadap jumlah daun tanaman kakao

Diameter Batang

Dari pengamatan sidik ragam, pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair kelapa sawit serta interaksinya pada umur 1 MSPT (Lampiran 48 - 49) tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman kakao. Pada umur 11 MSPT

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Jumlah Daun (Helai)

MSPT

C0 = 0 g C1 = 100 g C2 = 200 g C3 = 300 g

ŷ = -0,008x + 11,06 r = 0,9633

9.60 9.80 10.00 10.20 10.40 10.60 10.80 11.00 11.20

0 75 150

Jumlah daun (Helai)

Limbah cair kelapa sawit (ml)

(42)

(Lampiran 50 – 51) sidik ragam menunjukkan pemberian kompos kulit kakao berpengaruh nyata, namun pemberian limbah cair kelapa sawit serta interaksi antar perlakuan tidak berpengaruh nyata.

Diameter batang tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair umur 1 & 11 MSPT dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Diameter batang tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair umur 1 & 11 MSPT

MSPT Kompos Kulit Kakao (g/polybag)

Limbah Cair (ml/aplikasi)

Rataan L0 (0) L1 (75) L2 (150)

...mm...

1

C0 (0) 3,56 3,63 3,57 3,59

C1 (100) 3,66 3,50 3,56 3,57

C2 (200) 3,36 3,69 3,59 3,55

C3 (300) 3,43 3,54 3,57 3,51

Rataan 3,50 3,59 3,57

11

C0 (0) 5,67 5,77 5,90 5,78b

C1 (100) 6,19 6,30 6,16 6,22a

C2 (200) 6,37 5,83 6,01 6,07a

C3 (300) 6,41 6,00 6,06 6,15a

Rataan 6,16 5,97 6,03

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 3 menunjukkan pada 11 MSPT, pemberian kompos kulit kakao 100 g (C1) menghasilkan parameter diameter batang tertinggi yaitu 6,22 mm yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian kompos kulit kakao (C0) dan berbeda tidak nyata dengan 200 g (C2) dan 300 g (C3)

(43)

Gambar 6. Hubungan pemberian kompos kulit kakao terhadap diameter batang pada 11 MSPT

Bobot Basah Tajuk

Data pengamatan dan sidik ragam bobot basah tajuk tanaman kakao dapat dilihat pada Lampiran 52 – 53 yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan pemberian limbah cair berpengaruh nyata sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk tanaman kakao.

Bobot basah tajuk tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Bobot basah tajuk tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair

Kompos Kulit Kakao (g/polibag)

Limbah Cair (ml/aplikasi)

Rataan L0 (0) L1 (75) L2 (150)

...g...

C0 (0) 8,07 7,83 6,53 7,48c

C1 (100) 11,63 10,23 8,10 9,99a

C2 (200) 10,07 7,33 7,83 8,41bc

C3 (300) 8,67 8,17 8,90 8,58b

Rataan 9,61a 8,39b 7,84b

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α =

ŷ = 0,001x + 5,907 r = 0,6519

5.55 5.65 5.75 5.85 5.95 6.05 6.15 6.25 6.35

0 100 200 300

Diameter batang (mm)

Kompos kulit kakao (g)

Gambar

Gambar  1.  Grafik  pertumbuhan  tinggi  tanaman  kakao  pada  pemberian  kompos  kulit kakao 1 MSPT – 11 MSPT
Tabel  2.  Jumlah  daun  tanaman  kakao  pada  perlakuan  pemberian  kompos  kulit  kakao dan limbah cair umur 1 – 11 MSPT
Gambar  3.  Grafik  pertumbuhan  jumlah  daun  tanaman  kakao  pada  pemberian  limbah cair kelapa sawit 1 MSPT – 11 MSPT
Tabel  2  menunjukkan  bahwa  pada  11  MSPT,  pemberian  limbah  cair  kelapa  sawit  menghasilkan  parameter  jumlah  daun  tertinggi  yaitu  10,97  yang  berbeda tidak nyata dengan 75 ml (L1) namun berbeda nyata dengan 150 ml (L2)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara external locus of control

Ada 2 metode penggunaan LPG sebagai bahan bakar untuk motor diesel yaitu pertama merubah total mesin dengan mengurangi rasio kompresi dan menambah busi pada

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Perhubungan Kabupaten Jepara merupakan institusi pemerintah dan bukan badan hukum Indonesia

Kajian ini bertujuan untuk meninjau sejauhmanakah faktor-faktor seperti sikap pensyarah, tahap kemudahan yang disediakan, kelebihan penggunaan internet dan multimedia serta

Oleh karena itu, integrasi nilai-nilai yang terkandung dalam karakter bang- sa ke dalam kegiatan pembelajaran pa- da setiap mata pelajaran dalam konteks pembentukan karakter

Di dalam masalah Perselisihan Hubungan Industrial setiap masyarakat ingin yang terbaik dalam menuntut hak masing-masing. Sehingga apabila mekanisme penyelesaiannya berjalan

Model yang monumental karena bersifat hipogramatik dalam puisi “(Sajak-sajak yang dimulai dengan bait Al-Barzanji)” ini adalah pada keseluruhan bait pertama dari ketujuh

Akan tetapi indikator tersebut relevan dijadikan sebagai ukuran dasar pengelolaan hutan lestari untuk aspek produksi karena indikator tersebut merupakan