• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Dari data dan analisis sidik ragam, diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2 minggu setelah tanam (MST), 3 MST, 4MST, 5MST, dan 6 MST, jumlah cabang, jumlah polong, berat kering tajuk, umur berbunga, umur panen, berat 100 biji dan berat biji per sampel. Mikoriza arbuskula berpengaruh nyata hanya pada parameter umur panen. Interaksi mikoriza arbuskula dan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

Tinggi tanaman (mst)

Dari tabel pengamatan dan hasil analisis sidik ragam (lampiran 4 – 13) dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada 2 – 6 MST, sedangkan pemberian mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi antara varietas dan mikoriza juga tidak berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman dengan perlakuan mikoriza dan varietas dapat dilihat pada Tabel. 2

Tabel 2. Tinggi tanaman (cm) 2 MST hingga 6 MST dengan Perlakuan mikoriza dan varietas

Perlakuan Umur Tanaman (MST)

2 3 4 5 6 Mikoriza (M) M0= 0 gram 10.25 13.39 17.50 25.36 33.96 M1= 5 gram 10.45 13.55 19.69 27.95 36.87 M2= 10 gram 10.69 13.63 19.37 27.89 36.75 M3= 15 gram 10.49 13.63 19.32 26.97 35.56 Varietas (V) V1= Rajabasa 10.68 a 14.00 a 18.93 b 26.43 b 33.93 b V2= Sibayak 11.29 a 14.58 a 20.77 a 29.23 a 39.73 a V3= Tanggamus 9.45 b 12.08 b 17.21 c 25.46 b 33.69 b Interaksi (MxV) M0V1 10.38 13.42 17.5 24.33 31.88 M1V1 10.92 15.2 21.2 28.47 36.58 M2V1 10.82 13.78 19.03 28.22 34.82 M3V1 10.62 13.58 17.97 24.7 32.45 M0V2 11.15 14.4 20.23 28.88 39.4 M1V2 11.27 13.5 19.65 28.28 39.07 M2V2 11.13 14.95 21.52 30.12 41.67 M3V2 11.6 15.48 21.68 29.65 38.78 M0V3 9.22 12.37 14.77 22.85 30.6 M1V3 9.17 11.95 18.22 27.1 34.95 M2V3 10.13 12.17 17.55 25.35 33.77 M3V3 9.27 11.82 18.32 26.55 35.43 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan

baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 2. Menunjukkan bahwa pada pengamatan 2, 3, 4, 5 dan 6 MST tanaman tertinggi masing-masing terdapat pada perlakuan V2 yaitu 11.29, 14.58, 20.77, 29.23 dan 39.73 sedangkan tanaman terendah masing-masing terdapat pada perlakuan V3 yaitu 9.45, 12.08, 17.21, 25.46 dan 33.69. Pada pengamatan 2 dan3 MST didapat bahwa perlakuan V2 berbeda nyata dengan V3 tetapi tidak berbeda nyata dengan V1, sedangkan perlakuan V1 berbeda nyata dengan V3. Pada pengamatan 4 MST semua perlakuan V1, V2, V3 saling berbeda nyata. Pada pengamatan 5 dan 6 MST didapat bahwa perlakuan V2 berbeda nyata dengan V1 dan V3, tetapi V1 tidak berbeda nyata dengan V3.

Grafik pertambahan tinggi tanaman kedelai dari umur 2 MST hingga 6 MST dengan perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar. 1

Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman kedelai 2 MST hingga 6 MST dengan perlakuan varietas.

Jumlah cabang (cabang)

Dari tabel pengamatan dan hasil analisis sidik ragam (lampiran 14 dan 15) dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang, sedangkan pemberian mikoriza dan interaksi varietas dan mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang.

Tabel 3. Jumlah cabang (cabang) dengan perlakuan Mikoriza dan Varietas Mikoriza (M) Varietas (V) Rataan V1 (Rajabasa) V2 (Sibayak) V3 (Tanggamus) M0= 0 gram 12.00 14.00 13.00 4.33 M1= 5 gram 12.00 15.00 16.00 4.83 M2= 10 gram 11.00 15.00 15.00 4.56 M3= 15 gram 11.00 16.00 15.00 4.67 Rataan 3.83 b 5.04 a 4.92 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel.3. dapat dilihat bahwa rataan jumlah cabang terbanyak terdapat pada V2 (Sibayak) yaitu 5.04 buah, dan yang paling sedikit terdapat pada V1 (Raja Basa) yaitu 3.83 buah. Perlakuan V2 berbeda nyata dengan V1, tetapi tidak berbeda nyata dengan V3.

Histogram rataan jumlah cabang pada beberapa varietas kedelai dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar. 2 Ratan jumlah cabang pada beberapa varietas kedelai

Berat Kering Tajuk (gram)

Dari tabel pengamatan dan hasil analisis sidik ragam (lampiran 16 dan 17) dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter berat kering

tajuk, sedangkan pemberian mikoriza dan interaksi varietas dan mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tajuk.

Tabel 4. Berat kering tajuk (gram) dengan perlakuan mikoriza dan varietas. Mikoriza (M) Varietas (V) Rataan V1 (Rajabasa) V2 (Sibayak) V3 (Tanggamus) M0= 0 gram 23.70 52.10 22.60 10.93 M1= 5 gram 35.10 42.70 31.20 12.11 M2= 10 gram 24.60 51.00 34.20 12.20 M3= 15 gram 20.80 37.50 24.00 9.14 Rataan 8.68 b 15.28 a 9.33 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa berat kering tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan V2 yaitu 15.28 dan yang terendah terdapat pada perlakuan V1 yaitu 8.68. perlakuan V2 berbeda nyata dengan V1 dan V3, sedangkan perlakuan V1 tidak berbeda nyata dengan V3.

Histogram rataan berat kering tajuk pada beberapa varietas kedelai dapat dilihat pada gambar 3.

Berat Kering Akar (gram)

Dari tabel pengamatan dan hasil analisis sidik ragam (lampiran 18 dan 19) dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh tidak nyata terhadap parameter berat kering akar, dan pemberian mikoriza serta interaksi varietas dan mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering akar.

Tabel 5. Berat kering akar (gram) dengan perlakuan taraf mikoriza dan varietas. Mikoriza (M) Varietas (V) Rataan V1 (Rajabasa) V2 (Sibayak) V3 (Tanggamus) M0= 0 gram 8.90 12.80 11.90 3.73 M1= 5 gram 15.20 16.40 12.50 4.90 M2= 10 gram 11.30 10.70 11.00 3.67 M3= 15 gram 9.50 17.40 14.70 4.62 Rataan 3.74 4.78 4.18

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa berat kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan V2 yaitu 4.78 dan yang terendah terdapat pada perlakuan V1 yaitu 3.74. seluruh perlakuan V1, V2 dan V3 tidak berbeda nyata.

Umur Berbunga (HST)

Dari tabel pengamatan dan hasil analisis sidik ragam (lampiran 20 dan 21) dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga, sedangkan pemberian mikoriza dan interaksi varietas dan mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga.

Tabel 6. Umur berbunga (hst) dengan perlakuan taraf mikoriza dan varietas Mikoriza (M) Varietas (V) Rataan V1 (Rajabasa) V2 (Sibayak) V3 (Tanggamus) M0= 0 gram 112.50 120.50 113.50 38.50 M1= 5 gram 115.00 121.00 118.50 39.39 M2= 10 gram 118.00 119.50 119.00 39.61 M3= 15 gram 110.00 118.50 115.50 38.22 Rataan 37.96 b 39.96 a 38.88 ab

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa umur berbunga tercepat terdapat pada perlakuan V1 yaitu 37.96 hari dan yang terlama terdapat pada perlakuan V2 yaitu 39.96 hari. perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 tetapi V1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan V3.

Histogram rataan umur berbunga pada beberapa varietas kedelai dapat dilihat pada gambar 4.

Umur Panen (HST)

Dari tabel pengamatan dan hasil analisis sidik ragam (lampiran 22 dan 23) dapat dilihat bahwa perlakuan varietas dan mikoriza berpengaruh nyata terhadap parameter umur panen. Sedangkan interaksi varietas dan mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap parameter umur panen.

Tabel 7. Umur panen (hst) dengan perlakuan mikoriza dan varietas Mikoriza (M) Varietas (V) Rataan V1 (Rajabasa) V2 (Sibayak) V3 (Tanggamus) M0= 0 gram 286.00 301.50 287.00 97.17 b M1= 5 gram 291.50 304.00 298.00 99.28 ab M2= 10 gram 300.00 301.50 302.00 100.44 a M3= 15 gram 282.00 298.00 293.00 97.00 b Rataan 96.63 b 100.42 a 98.38 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 7. dapat dilihat bahwa pada perlakuan Varietas umur panen tercepat terdapat pada perlakuan V1 yaitu 96.63 hari dan yang terlama terdapat pada perlakuan V2 yaitu 100.42 hari. Perlakuan V2 berbeda nyata dengan V1 dan V3, tetapi V1 tidak berbeda nyata dengan V3. Sedangkan pada perlakuan Mikoriza umur panen tercepat terdapat pada perlakuan M3 yaitu 97.00 hari dan yang terlama pada perlakuan M2 yaitu 100.44 hari. Dari hasil pengamatan di dapat bahwa perlakuan M2 berbeda nyata dengan M0 dan M3 tetapi tidak berbeda nyata dengan M1, sedangkan perlakuan M0, M1 dan M3 menunjukkan saling tidak berbeda nyata.

Histogram rataan umur panen pada beberapa varietas kedelai dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar. 5 Rataan umur panen pada beberapa varietas kedelai

Grafik pengaruh pemberian mikoriza terhadap umur panen dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh pemberian mikoriza terhadap umur panen.

Pada gambar 6. Diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara Pemberian mikoriza dengan umur panen membentuk model grafik kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa taraf pemberian mikoriza yang optimum sebesar 7.69 gram dengan umur panen maksimum 100.23 hari.

Jumlah Polong (buah)

Dari tabel pengamatan dan hasil analisis sidik ragam (lampiran 24 dan 25) dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong, sedangkan pemberian mikoriza dan interaksi varietas dan mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong.

Tabel 8. Jumlah polong (buah) dengan perlakuan taraf mikoriza dan varietas. Mikoriza (M) Varietas (V) Rataan V1 (Rajabasa) V2 (Sibayak) V3 (Tanggamus) M0= 0 gram 254.00 542.00 338.50 126.06 M1= 5 gram 246.00 628.50 621.50 166.22 M2= 10 gram 252.00 688.50 563.50 167.11 M3= 15 gram 180.50 530.00 414.50 125.22 Rataan 77.71 b 199.25 a 161.50 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa jumlah polong tertinggi terdapat pada perlakuan V2 yaitu 199.25 dan yang terendah terdapat pada perlakuan V1 yaitu 77.71. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 dan V3, sedangkan perlakuan V2 tidak berbeda nyata dengan V3.

Histogram rataan jumlah polong pada beberapa varietas kedelai dilihat pada gambar 7.

Berat 100 Biji (gram)

Dari tabel pengamatan dan hasil analisis sidik ragam (lampiran 26 dan 27) dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter berat 100 biji, sedangkan pemberian mikoriza dan interaksi varietas dan mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap berat 100 biji.

Tabel 9. Berat 100 biji (gram) dengan perlakuan taraf mikoriza dan varietas. Mikoriza (M) Varietas (V) Rataan

V1 V2 V3 M0= 0 gram 49.72 30.75 33.00 12.61 M1= 5 gram 50.45 31.35 34.35 12.91 M2= 10 gram 53.50 32.50 35.20 13.47 M3= 15 gram 49.75 33.45 33.40 12.96 Rataan 16.95 a 10.67 b 11.33 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 9. dapat dilihat bahwa berat 100 biji tertinggi terdapat pada perlakuan V1 yaitu 16.95 dan yang terendah terdapat pada perlakuan V2 yaitu 10.67. Dari hasil pengamatan didapat bahwa perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 dan V3, sedangkan V2 tidak berbeda nyata dengan V3.

Histogram rataan berat 100 biji pada beberapa varietas kedelai dapat dilihat pada gambar 8.

Berat Biji Per Sampel (gram)

Dari tabel pengamatan dan hasil analisis sidik ragam (lampiran 28 dan 29) dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter berat biji per sampel, sedangkan pemberian mikoriza dan interaksi varietas dan mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap berat biji per sampel.

Tabel 10. Berat biji per sampel (gram) dengan perlakuan taraf mikoriza dan varietas. Mikoriza (M) Varietas (V) Rataan V1 (Rajabasa) V2 (Sibayak) V3 (Tanggamus) M0= 0 gram 78.00 129.70 83.95 32.41 M1= 5 gram 78.60 150.95 157.15 42.97 M2= 10 gram 88.15 165.75 137.00 43.43 M3= 15 gram 55.10 121.30 101.00 30.82 Rataan 24.99 b 47.31 a 39.93 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 10. dapat dilihat bahwa berat biji per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan V2 yaitu 47.31 dan yang terendah terdapat pada perlakuan V1 yaitu 24.99. Dari hasul pengamatan didapat bahwa perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 dan V3, sedangkan V2 tidak berbeda nyata dengan V3.

Histogram rataan berat biji per sampel pada beberapa varietas kedelai dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Rataan berat biji per sampel pada beberapa varietas kedelai

Derajat infeksi mikoriza (%)

Dari hasil pengamatan yang dilakuan di Laboratorim Dasar Bioteknologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara didapat hasil persentase infeksi pada setiap kombinasi perlakuan sebagai berikut.

Tabel 11. Persentase derajat infeksi dengan perlakuan taraf mikoriza dan varietas.

Perlakuan Derajat Infeksi

M0V1 10% M1V1 80% M2V1 80% M3V1 60% M0V2 10% M1V2 70% M2V2 60% M3V2 80% M0V3 20% M1V3 70% M2V3 70% M3V3 70%

Dari Tabel 11. diatas dapat kita lihat bahwa derajat infeksi tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan M1V1, M2V1 dan M3V2 yaitu 80% sedangkan derajat infeksi terendah terdapat pada kombinasi perlakuan M0V1 dan M0V2 yiatu 10%

Heritabilitas

Nilai heritabilitas (h2) untuk masing – masing parameter yang diamati dapat dilihat pada Tabel. 12

Tabel. 12 Nilai Heritabilitas pada masing-masing parameter

Parameter Nilai Heritabilitas Kriteria Tinggi Tanaman (cm) 0,57 Tinggi Jumlah Cabang (cabang) 0,94 Tinggi Berat Kering Tajuk 0,87 Tinggi Berat Kering Akar 0,63 Tinggi

Umur Berbunga 0,88 Tinggi

Umur panen 0,84 Tinggi

Jumlah polong 0,94 Tinggi

Berat 100 biji 0,99 Tinggi

Berat biji per sampel 0,87 Tinggi Dari Tabel. 12 Dapat dilihat bahwa semua parameter memiliki nilai heritabilitas yang tinggi yaitu pada perameter tinggi tanaman, jumlah cabang, berat kering tajuk, berat kering akar, umur berbunga, umur panen, jumlah polong, berat 100 biji, dan berat biji per sampel.

Pembahasan

Pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai

Perlakuan varietas menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman 2, 3, 4, 5, dan 6 MST, jumlah cabang, berat kering tajuk, umur berbunga, umur panen, jumlah polong, berat 100 biji, berat biji per tanaman. Hal ini diduga karena adanya perbedaan genetik dari ketiga varietas yang digunakan. Dengan demikian penampilan karakter setiap varietas sangat ditentukan oleh faktor genetik dari varietas tersebut. Dalam hal ini faktor genetik menyebabkan perbedaan yang beragam seperti penampilan fenotip tanaman dengan menampilkan ciri dan sifat khusus yang berbeda antara satu sama lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi, sekalipun bahan tanaman yang di gunakan berasal dari jenis tanaman yang sama.

Varietas sibayak memiliki tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering tajuk, berat kering akar, jumlah polong dan berat biji per sampel yang lebih tinggi di bandingkan dengan varietas lainnya, tetapi memiliki umur berbunga dan umur panen yang paling lama diantara varietas lainnya. Perbedaan ini terjadi walaupun tanaman ditanam pada lingkungan yang relative sama, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang terjadi disebabkan oleh factor genetic tanaman yang berbeda satu sama lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa apabila tanaman yang mempunyai susunan genetic yang berbeda di tanam pada kondisi lingkungan yang sama, maka

keragaman tanaman yang muncul dapat di hubungakan dengan perbedaan susunan genetic dengan catatan bahwa factor lain yang dapat berpengaruh konstan.

Ketiga varietas kedelai menunjukan perbedaan yang nyata dan bahkan sangat nyata pada berat 100 biji dimana varietas rajabasa mempunyai berat tertinggi sedangkan pada berat biji per sampel varietas Sibayak mempunyai berat tertinggi dan sebaliknya varietas Rajabasa mempunyai berat terendah. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya perbedaan gen yang mengatur karakter-karakter tersebut. Gen-gen yang beragam diantara masing-masing varietas diekspresikan dalam karakter-karakter yang beragam pula. Hal ini sesuai dengan pernyatan Yatim (1991) yang menyatakan bahwa setiap gen itu memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk menumbuhkan dan mengatur berbagai jenis karakter dalam tubuh.

Pada perlakuan varietas di dapat bahwa nilai duga heritabilitas tinggi pada semua parameter seperti tinggi tanaman, jumlah cabang, berat kering tajuk, berat kering akar, umur berbunga, umur panen, jumlah polong, berat 100 biji, dan berat biji persampel. Hal ini menunjukkan bahwa factor genetic lebih berperan dari pada factor lingkungan dalam menentukan sifat suatu tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan Poehlman, (1979) yang menyatakan bahwa heritabilitas menentukan keberhasilan seleksi karena heritabilitas dapat memberikan petunjuk suatu sifat lebih dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperanan dalam mengendalikan suatu sifat dibandingkan faktor lingkungan.

Pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan dan produksi tanam kedelai Perlakuan mikoriza berpengaruh nyata pada parameter umur panen, hal dikarena, mikoriza adalah suatu jamur yang dapat meningkatkan serapan hara oleh akar tanaman khususnya unsur P, oleh karena itu proses pengisisan biji pun berlangsung lebih cepat, sehingga panen lebih cepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baon et al (1997) dalam (Prihastuti, 2007) yang menyatakan infeksi mikoriza dalam sistem perakaran tanaman dapat meningkatkan serapan P pada

tanah-tanah yang kahat unsur hara P. Selain itu (Setiadi, 1991 dalam Prihastuti, 2007) menyatakan mikoriza juga mampu meningkatkan penyerapan

unsur hara lainnya seperti, Ca, Mg, K, Zn, dan Cu, mingkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan melindungi tanaman dari keracunan logam-logam berat.

Perlakuan mikoriza tidak berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah cabang, berat kering tajuk, berat kering akar, umur berbunga, berat 100 biji dan berat biji per sampel. Hal ini disebabkan karena tidak adanya respon tanaman terhadap mikoriza yang diberikan, sehingga tidak terjadi simbiosis antara mikoriza dan tanaman inangnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Solaiman dan Hirata (1995) dalam (Subiksa, 2006) yang menyatakan bahwa respon tanaman tidak hanya ditentukan oleh karakteristik tanaman dan cendawan, tapi juga oleh kondisi tanah dimana percobaan dilakukan, selain itu walaupun ada kolonisasi mikoriza, tetapi jika respon tanaman yang rendah atau tidak ada sama sekali menunjukkan bahwa cendawan mikoriza lebih bersifat parasit.

Dari analisis statistik juga dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza tidak berpengaruh nyata pada semua parameter kecuali parameter umur berbunga. Hal

ini dikarenakan kurang efektifnya kerja mikoriza, karena lingkungan dan tanah yang digunakan kurang optimum sebagai tempat hidup mikoriza. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pfleger dan Linderman, 1996 dalam (Prihastuti, 2007) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tanaman inang biasanya juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mikoriza. Perkembangan mikoriza di pengaruhi oleh kepekaan tanaman inang terhadap suhu tanah, intensitas cahaya, kandungan unsur hara dan air tanah, pH tanah, bahan organik, residu akar dan logam berat. Dari data analisis tanah (lampiran 31) dapat dilihat bahwa kondisi tanah yang digunakan sebagai media tanam sangat ekstrim, sehingga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman inang, dan hal ini secara tidak langsung juga mempangaruhi perkembangan mikoriza.

Nurlaeny et al. 1996 dalam (Hapsoh 2008), menyatakan bahwa kedelai yang di inokulasi FMA dapat membentuk kolonisasi sebesar 61 % pada pH 5,6 dan meningkat menjadi 75 % pada pH 6,4.

Dari hasil analisis derajat infeksi didapat bahwa pemberian mikoriza berpengaruh terhadap infeksi pada akar tanaman kedelai. Derajat infeksi tertinggi masing-masing terdapat pada perlakuan M1V1, M2V1 dan M3V2 yaitu 80% dan derajat infeksi terendah terdapat pada perlakuan M0V1 dan M0V2 yaitu 10%. Dari dari data diatas dapat kita lihat bahwa perlakuan M1V1, M2V1 dan M3V2 menunjukkan derajat infeksi yang sama yaitu 80%, walaupun taraf yang digunakan berbeda. Hal ini disebabkan mikoriza yang di berikan adalah dalam bentuk spora, dimana spora mikoriza ini dapat berkembang dan membentuk kolonisasi, jika waktu pemberiannya tepat, lingkungan tumbuhnya sesuai dan inangnya memberikan respon. Hal ini sesuai dengan pernyataan subiska (2006)

yang menyatakan bahwa, efektifitas mikoriza di pengaruhi oleh faktor lingkungan tanah yang meliputi faktor abiotik (konsentrasi hara) dan faktor biotik (interaksi mikrobial, spesies cendawan, tanaman inang, tipe perakaran tanaman inang, dan kompetisi antar cendawan mikoriza).

Pengaruh interaksi varietas dan mikoriza terhadap pertumbuhan dan produksi tanman.

Interaksi antara varietas dan mikoriza belum menunjukkan pengaruh yang nyata. Hal ini dikarenakan salah satu faktor belum menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman yaitu faktor mikoriza, sehingga menyebabkan kombinasi antara keduanya belum berpengaruh nyata.

Subiksa (2006) menyatakan bahwa sulit untuk menentukan suatu tanaman yang sesuai dengan spesies mikoriza tertentu, hal ini dikarenakan banyak faktor yang menentukan seperti faktor biotik (Interaksi mikrobial, spesies cendawan, tanaman inang, tipe perakaran tanaman inang dan kompetisi antara cendawan mikoriza).

Dokumen terkait