• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Data tinggi bibit kakao umur 4,6,8,10,12, dan 14 MST dicantumkan pada Lampiran 7,9,11,13,15, dan 17 sedangkan hasil sidik ragam masing-masing tinggi bibit kakao dicantumkan pada Lampiran 8,10,12,14,16, dan 18 . Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata pada tinggi tanaman kakao pada umur 12 MST dan 14 MST. Sedangkan pemberian larutan mikroorganisme lokal tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman. Interaksi pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit kakao.

Rataan tinggi bibit kakao 4-16 MST pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman 4-14 MST (cm) pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal

Pupuk

Kandang Ayam (g)

Mikroorganisme Lokal (cc/L air )

Rataan M0 ( 0 ) M1 (15) M2 (30 ) M3 (45 ) K0 (0) 8.79 8.51 8.15 8.67 8.53 4 MST K1 (150) 9.16 8.53 9.55 9.47 9.18 K2 (300) 9.61 9.30 9.19 8.45 9.14 Rataan 9.19 8.78 8.96 8.86 K0 (0) 9.43 8.65 8.92 9.63 9.16 6 MST K1 (150) 10.05 9.30 9.79 9.78 9.73 K2 (300) 10.03 9.59 9.93 9.95 9.88 Rataan 9.84 9.18 9.54 9.79 K0 (0) 9.98 9.04 9.97 9.90 9.72 8 MST K1 (150) 10.29 10.20 10.43 10.72 10.41 K2 (300) 10.93 10.06 10.64 10.35 10.49 Rataan 10.40 9.77 10.34 10.32 K0 (0) 11.14 9.63 10.72 11.17 10.66 10 MST K1 (150) 11.59 11.41 11.49 12.48 11.74 K2 (300) 12.75 12.03 11.54 11.38 11.93 Rataan 11.83 11.02 11.25 11.68 K0 (0) 12.62 10.97 11.46 12.56 11.90 b 12 MST K1 (150) 13.69 13.80 13.98 14.58 14.01 a K2 (300) 16.36 15.26 13.56 13.56 14.68 a Rataan 14.22 13.34 13.00 13.56 K0 (0) 15.49 13.63 13.71 14.32 14.29 b 14 MST K1 (150) 17.30 17.18 18.17 18.95 17.90 a K2 (300) 20.82 20.08 17.33 17.86 19.02 a Rataan 17.87 16.96 16.40 17.04

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada kelompok baris atau kolom menunjukkan berbeda nyata menurut uji beda rataan Duncan pada taraf 5 %

Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan rataan tinggi bibit kakao tertinggi pada pengamatan 14 MST terdapat pada taraf perlakuan K2 (300 g/polibag) yaitu 19,02 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 14,29 cm dan K1 (150 g/polibag)

yaitu 17,90 cm. Rataan tinggi bibit kakao terendah terdapat pada taraf perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 14,29 cm.

Pemberian larutan mikroorganisme lokal menghasilkan rataan tinggi bibit kakao tertinggi pada 14 MST yaitu pada taraf MO (0 cc/L air) yaitu 17,87 cm yang berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan M1 (15 cc/L air) yaitu 16,96 cm, M2 (30 cc/L air) yaitu 16,40 cm dan M3 (45 cc/L air) yaitu 17,04 cm. Rataan tinggi bibit kakao terendah terdapat pada taraf perakuan M2 (30 cc/L air) yaitu 16,40 cm.

Kurva respon pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam terhadap tinggi tanaman bibit kakao pada 14 MST dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini

Gambar 1. Hubungan tinggi tanaman dengan pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam pada 14 MST

Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa hubungan pemberian pupuk

kandang ayam dengan tinggi tanaman bibit kakao menuunjukkan linear positif (r = 0,95). Hal ini berarti, semakin tinggi dosis pupuk kandang ayam yang

diberikan hingga batas 300 g akan mengakibatkan peningkatan tinggi tanaman pada bibit kakao.

y = 0.0158x + 14.701 r = 0.95 0.00 6.00 12.00 18.00 24.00 0 150 300 T inggi T anam an (cm )

Jumlah Daun (helai)

Data jumlah daun bibit kakao umur 4,6,8,10,12 dan 14 MST dicantumkan pada Lampiran 19,21,23,25,27, dan 29 sedangkan hasil sidik ragam masing-masing jumlah daun dicantumkan pada Lampiran 20,22,24,26,28 dan 30. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 8, 10 dan 12 MST. Sedangkan pemberian larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun bibit kakao. Interaksi pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun bibit kakao.

Rataan jumlah daun kakao 4-14 MST pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah daun 4-14 MST (cm) pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal

Pupuk

Kandang Ayam (g)

Mikroorganisme Lokal (cc/L air)

Rataan M0 (0) M1 (15 ) M2 (30 ) M2 (45 ) K0 (0) 2.08 1.83 2.42 2.75 2.27 4 MST K1 (150) 3.00 1.92 1.92 2.83 2.42 K2 (300) 1.92 2.42 2.75 1.50 2.15 Rataan 2.33 2.06 2.36 2.36 K0 (0) 4.25 4.75 4.25 4.83 4.52 6 MST K1 (150) 5.50 4.83 4.58 4.67 4.90 K2 (300) 4.92 5.50 5.00 5.00 5.10 Rataan 4.89 5.03 4.61 4.83 K0 (0) 6.00 5.92 6.33 5.83 6.02 b 8 MST K1 (150) 6.83 6.67 6.33 6.67 6.63 a K2 (300) 6.67 7.50 6.92 6.67 6.94 a Rataan 6.50 6.69 6.53 6.39 K0 (0) 7.42 6.75 7.50 7.17 7.21 b 10 MST K1 (150) 8.92 8.25 7.92 8.50 8.40 a K2 (300) 8.42 9.50 8.58 8.25 8.69 a Rataan 8.25 8.17 8.00 7.97 K0 (0) 9.08 8.00 9.17 8.58 8.71 b 12 MST K1 (150) 10.75 10.42 9.92 10.17 10.31a K2 (300) 10.83 11.42 10.17 9.00 10.35a Rataan 10.22 9.94 9.75 9.25 K0 (0) 11.08 10.17 11.08 10.50 10.71 14 MST K1 (150) 13.25 11.75 12.17 24.92 15.52 K2 (300) 13.00 14.42 12.33 12.25 13.00 Rataan 12.44 12.11 11.86 15.89

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada kelompok baris atau kolom menunjukkan berbeda nyata menurut uji beda rataan Duncan pada taraf 5 %

Berdasarkan Tabel 2 tampak bahwa pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan rataan jumlah daun tertinggi pada pengamatan 14 MST yaitu terdapat pada taraf perlakuan K1 (150 g/polibag) yaitu 15,52 helai yang berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 10,71 helai dan K3 (300 g/polibag) yaitu 13 helai. Rataan jumlah daun bibit kakao terendah terdapat pada

Pemberian larutan mikroorganisme menghasilkan rataan jumlah daun tertinggi pada pengamatan 14 MST yaitu pada taraf M3 (45 cc/L air) yaitu 15,89 helai yang berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan M0 (0 cc/L air) yaitu 12,44 helai, M1 (15 cc/L air) yaitu 12,11 helai dan M2 (30 cc/L air) yaitu 11,86 helai. Rataan jumlah daun bibit kakao terendah terdapat pada taraf perlakuan M1 (15 cc/L air) yaitu 12,11 helai.

Kurva respon pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam terhadap jumlah daun bibit kakao pada 12 MST dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini

Gambar 2. Hubungan jumlah daun dengan pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam pada 12 MST

Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa hubungan pemberian pupuk

kandang ayam dengan jumlah daun bibit kakao menuunjukkan linear positif (r = 0,87). Hal ini berarti, semakin tinggi dosis pupuk kandang ayam yang

diberikan hingga batas 300 g akan mengakibatkan peningkatan tinggi tanaman pada bibit kakao.

y = 0.0055x + 8.9688 r = 0.87 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 0 150 300 Jum

lah Daun (helai)

Diameter Batang (mm)

Data diameter batang bibit kakao umur 4,6,8,10,12, dan 14 MST dicantumkan pada Lampiran 31,33,35,37,39 dan 41 sedangkan hasil sidik ragam masing-masing diameter batang bibit kakao dicantumkan pada Lampiran 32,34,36,38,40, dan 42. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada umur 4-14 MST. Sedangkan pemberian larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang bibit kakao. Interaksi pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang bibit kakao.

Rataan diameter batang bibit kakao 4-14 MST pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Diameter batang 4-14 MST (mm) pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan rataan diameter batang bibit kakao tertinggi pada pengamatan 14 MST terdapat pada taraf perlakuan K2 (300 g/polibag) yaitu 4,75 mm yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 3,69 mm dan berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan K1 (150 g/polibag) yaitu 4,74 mm. Rataan

Pupuk

Kandang Ayam (g)

Mikroorganisme Lokal (cc/L air)

Rataan M0 (0) M1 (15) M2 (30) M3 (45 ) K0 (0) 1.69 1.80 1.73 1.83 1.76 b 4 MST K1 (150) 2.05 2.62 2.12 2.18 2.24 a K2 (300) 2.15 2.52 2.16 2.38 2.30 a Rataan 1.96 2.31 2.00 2.13 K0 (0) 2.59 2.52 2.60 2.60 2.58 b 6 MST K1 (150) 2.89 2.88 2.90 2.96 2.91 a K2 (300) 3.06 2.99 2.96 2.93 2.98 a Rataan 2.85 2.80 2.82 2.83 K0 (0) 2.78 2.57 2.74 2.74 2.71 b 8 MST K1 (150) 3.10 3.18 3.09 3.34 3.18 a K2 (300) 3.29 3.18 3.29 3.11 3.22 a Rataan 3.06 2.97 3.04 3.07 K0 (0) 2.95 2.83 3.01 2.96 2.94 b 10 MST K1 (150) 3.44 3.54 3.34 3.67 3.50 a K2 (300) 3.64 3.52 3.45 3.33 3.49 a Rataan 3.34 3.30 3.27 3.32 K0 (0) 3.37 3.14 3.09 3.17 3.19 b 12 MST K1 (150) 4.01 3.81 3.83 4.14 3.95 a K2 (300) 4.08 4.11 3.88 3.54 3.90 a Rataan 3.82 3.68 3.60 3.62 K0 (0) 3.92 3.50 3.67 3.68 3.69 b 14 MST K1 (150) 4.60 4.83 4.68 4.85 4.74 a K2 (300) 5.00 5.08 4.62 4.32 4.75 a Rataan 4.51 4.47 4.32 4.28

diameter batang bibit kakao terendah yaitu terdapat pada taraf perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 3,69 mm.

Pemberian larutan mikroorganisme lokal menghasilkan rataan diameter batang tertinggi pada pengamatan 14 MST terdapat pada taraf perlakuan M0 (0 cc/L air) yaitu 4,51 mm yang berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan M1 (15 cc/L air) yaitu 4,47 mm, M2 (30 cc/L air) yaitu 4,32 mm dan M3 (45 cc/L air)

yaitu 4,28 mm. Rataan diameter batang kakao terendah terdapat pada taraf perlakuan M3 (45 cc/L air) yaitu 4,28 mm.

Kurva respon pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam terhadap diameter batang bibit kakao pada 14 MST dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini

Gambar 3. Hubungan diameter batang dengan pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam pada 14 MST

Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa hubungan pemberian pupuk

kandang ayam dengan jumlah daun bibit kakao menuunjukkan linear positif (r = 0,87). Hal ini berarti, semakin tinggi dosis pupuk kandang ayam yang

y = 0.0035x + 3.8649 r = 0.87 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 0 150 300 Diam eter Batang (m m )

diberikan hingga batas 300 g akan mengakibatkan peningkatan diameter batang pada bibit kakao.

Total Luas Daun ( cm² )

Data total luas daun bibit kakao dicantumkan pada Lampiran 43. Sedangkan hasil sidik ragam total luas daun bibit kakao dicantumkan pada Lampiran 44. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang ayam pengaruh nyata terhadap total luas daun bibit kakao, sedangkan pemberian larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap total uas daun bibit kakao. Interaksi pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun bibit kakao.

Rataan total luas daun bibit kakao pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4. Total luas daun 4-14 MST (cm²) pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal

Pupuk Kandang Ayam (g)

Mikroorganisme Lokal (cc/L air)

Rataan M0 (0) M1 (15) M2 (30) M3 (45) K0 (0) 250.60 186.37 197.61 201.28 208.97 b K1 (150) 494.72 406.96 359.85 378.61 410.04 a K2 ( 300) 444.72 482.99 407.28 340.22 418.80 a Rataan 396.68 358.77 321.58 306.70

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji beda rataan Duncan pada taraf 5 %

Berdasarkan Tabel 4 tampak bahwa pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan rataan total luas daun bibit kakao tertinggi yaitu pada taraf K2 (300 g/polibag) yaitu 418,80 cm² yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 208,97 cm², namun berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan

K1(150 g/polibag) yaitu 410,04. Rataan total luas daun bibit kakao terendah terdapat pada taraf perlakuan K0 (0 g/polibag ) yaitu 208,97 cm²

Kurva respon pemberian beberapa dosis pupuk kandang terhadap total luas daun bibit kakao dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini

Gambar 4. Hubungan total luas daun dengan pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam

Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa hubungan pemberian pupuk kandang ayam dengan total luas daun bibit kakao menunjukkan linear positif (r = 0,88). Hal ini berarti, semakin tinggi dosis pupuk kandang ayam yang diberikan hingga batas 300 g akan mengakibatkan peningkatan total luas daun pada bibit kakao.

Bobot Basah Tajuk (g)

Data bobot basah tajuk bibit kakao dicantukam pada Lampiran 45. Sedangkan hasil sidik ragam bobot basah tajuk bibit kakao dicantumkan pada Lampiran 46. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk bibit kakao

Ŷ = 0.6994x + 241.02 r = 0.88 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 0 150 300 T o

tal Luas Daun (cm

²)

sedangkan pemberian larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk bibit kakao. Interaksi pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal tidak nyata terhadap bobot basah tajuk bibit kakao.

Rataan bobot basah tajuk bibit kakao pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot basah tajuk 4-14 MST (g) pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal

Pupuk Kandang Ayam (g)

Mikroorganisme Lokal (cc/L air)

Rataan M0 (0) M1 (15) M2 (30 ) M3 (45) K0 (0) 4.52 2.95 3.22 3.85 3.64 b K1 (150) 7.46 7.95 6.96 9.00 7.84 a K2 (300) 9.23 10.35 7.37 5.99 8.23 a Rataan 7.07 7.08 5.85 6.28

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 5 tampak bahwa pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan rataan bobot basah tajuk bibit kakao tertinggi terdapat pada taraf perlakuan K2 (300 g/polibag) yaitu 8,23 g yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 3,64 g namun berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan K1 (150 g/polibag) yaitu 7,84 g. Rataan bobot basah tajuk bibit kakao terendah terdapat pada taraf perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 3,64 g.

Pemberian larutan mikroorganisme lokal menghasilkan rataan bobot basah tajuk bibit kakao tertinggi yaitu terdapat pada taraf perlakuan M1 (15 cc/L air) yaitu 7,08 g yang berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan M0 (0 cc/L air) yaitu 7,07 g, M2 (30 cc/L air) yaitu 5,85 g dan M3 (45 cc/l air) yaitu 6,28 g. Rataan

bobot basah tajuk bibit kakao terendah terdapat pada taraf perlakuan M2 (30 cc/L air) yaitu 5,85 g.

Grafik hubungan bobot basah bibit kakao dengan pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini.

Gambar 5. Hubungan bobot basah tajuk dengan pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam

Berdasarkan Gambar 5 diketahui bahwa hubungan pemberian pupuk kandang ayam dengan bobot basah tajuk bibit kakao menunjukkan linear positif (r = 0,90). Hal ini berarti, semakin tinggi dosis pupuk kandang ayam yang diberikan hingga batas 300 g akan mengakibatkan peningkatan bobot basah tajuk pada bibit kakao.

Bobot Kering Tajuk (g)

Data bobot kering tajuk bibit kakao dicantumkan pada Lampiran 47 sedangkan hasil sidik ragam bobot kering tajuk bibit kakao dicantumkan pada Lampiran 48. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk

y = 0.0153x + 4.271 r = 0.90 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 0 150 300 Bobot Basah T ajuk (g)

kandang ayam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk bibit kakao. Sedangkan pemberian larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk bibit kakao. Interaksi pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk bibit kakao.

Rataan bobot kering tajuk bibit kakao pada pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk urea dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot kering tajuk 4-14 MST (g) pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal

Pupuk Kandang Ayam (g)

Mikroorganisme Lokal (cc/L air)

Rataan M0 (0) M1 (15) M2 (30) M3 (45) K0 (0) 1.19 0.84 0.98 0.95 0.99 b K1 (150) 2.43 2.07 1.64 2.36 2.13 a K2 (300) 2.56 2.67 1.98 1.63 2.21 a Rataan 2.06 1.86 1.53 1.65

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 6 tampak bahwa pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan rataan bobot kering tajuk bibit kakao tertinggi terdapat pada taraf perlakuan K2 (300 g/polibag) yaitu 2,21 g yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 0,99 g, namun berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan K1 (150 g/polibag) yaitu 2,13 g. Rataan bobot kering tajuk bibit kakao terendah terdapat pada taraf perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 0,99 gr.

Pemberian larutan mikroorganisme lokal menghasilkan rataan bobot kering tajuk bibit kakao tertinggi terdapat pada taraf M0 ( 0 cc/L air) yaitu 2,06 g yang berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan M1 (15 cc/L air) yaitu 1,86 g, M2 (30 cc/L air) yaitu 1,53 gr, dan M3 (45 cc/L air) yaitu 1,65 gr. Rataan bobot

kering tajuk bibit kakao terendah terdapat pada taraf perlakuan M2 (30 cc/L air) yaitu 1,53 gr.

Grafik hubungan bobot kering tajuk dengan pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.

Gambar 6. Hubungan bobot kering tajuk dengan pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam

Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa hubungan pemberian pupuk kandang ayam dengan bobot kering tajuk bibit kakao menunjukkan linear positif (r = 0,89). Hal ini berarti, semakin tinggi dosis pupuk kandang ayam yang diberikan hingga batas 300 g akan mengakibatkan peningkatan bobot kering tajuk pada bibit kakao.

Bobot Basah Akar (g)

Data bobot basah akar bibit kakao dicantumkan pada Lampiran 49 sedangkan hasil sidik ragam bobot basah akar dicantumkan pada Lampiran 50. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar bibit kakao. Sedangkan pemberian

y = 0.0041x + 1.1643 r = 0.89 0.00 1.00 2.00 3.00 0 150 300 Bobot Kering T ajuk (g)

larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar bibit kakao. Interaksi pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar bibit kakao.

Rataan bobot basah akar bibit kakao pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot basah akar 4-14 MST (g) pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal

Pupuk Kandang Ayam (g)

Mikroorganisme Lokal (cc/L air)

Rataan M0 (0) M1 (15) M2 (30) M3 (45) K0 (0) 0.59 0.51 0.57 0.58 0.56 b K1 (150) 0.84 1.31 0.91 0.89 0.99 a K2 (300) 0.92 1.23 0.93 0.94 1.01 a Rataan 0.78 1.02 0.81 0.80

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji beda rataan Duncan pada taraf 5 %

Berdasarkan Tabel 7 tampak bahwa pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan rataan bobot basah akar bibit kakao tertinggi yaitu terdapat pada taraf perlakuan K2 (300 g/polibag) yaitu 1,01 g yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 0,56 gr. Namun berbeda tidah nyata dengan taraf perlakuan K1 (150 g/polibag) yaitu 0,99 g. Rataan bobot basah akar bibit kakao terendah yaitu terdapat pada taraf perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 0,56 g.

Pemberian larutan mikroorganimse lokal menghasilkan rataan bobot basah akar bibit kakao tertinggi yaitu terdapat pada taraf perlakuan M1 (12 cc/L air) yaitu 1,02 g yang berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan M0 (0 cc/L air) yaitu 0,78 g, M2 (30 cc/L air) yaitu 0,81 cc/L air, dan M3 (45 cc/L air) yaitu 0,80 cc/L

air. Rataan bobot basah akar kakao terendah yaitu terdapat pada taraf perlakuan M3 (45 cc/L air).

Grafik hubungan bobot basah akar dengan pemberian beberapa dosis pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini

Gambar 7. Hubungan bobot basah akar dengan pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam

Berdasarkan Gambar 7 diketahui bahwa hubungan pemberian pupuk kandang ayam dengan bobot basah akar bibit kakao menunjukkan linear positif (r = 0,88). Hal ini berarti, semakin tinggi dosis pupuk kandang ayam yang diberikan hingga batas 300 g akan mengakibatkan peningkatan bobot basah akar pada bibit kakao.

Bobot Kering Akar (g)

Data bobot kering akar dicantumkan pada Lampiran 51 sedangkan hasil sidik ragam bobot kering akar dicantumkan pada Lampiran 52. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang ayam, pemberian larutan mikroorganisme lokal serta interaksi pemberian pupuk kandang dan larutan

y = 0.001x + 0.631 r = 0,88 0.00 0.50 1.00 1.50 0 150 300 Bobot Basah Akar (g)

mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar bibit kakao.

Rataan bobot kering akar bibit kakao pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot kering akar 4-14 MST (g) pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal

Pupuk Kandang Ayam (g)

Mikroorganisme Lokal (cc/L air)

Rataan M0 (0) M1 (15) M2 (30) M3 (45) K0 (0) 0.24 0.21 0.22 0.22 0.22 K1 (150) 0.33 0.49 0.33 0.34 0.37 K2 (300) 0.37 0.44 0.30 0.37 0.37 Rataan 0.32 0.38 0.28 0.31

Berdasarkan Tabel 8 tampak bahwa pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan rataan bobot kering akar tertinggi yaitu terdapat pada taraf perlakuan K1 (150 g/polibag) dan K2 (300 g/polibag) yaitu 0,37 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 0,22 g. Rataan bobot kering akar terendah terdapat pada taraf perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 0,22 g.

Pemberian larutan mikroorganisme lokal menghasilkan rataan bobot kering akar tertinggi yaitu terdapat pada taraf perlakuan M1 (15 cc/L air) yaitu 0,38 g yang berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan M0 (0 cc/L air) yaitu 0,32 g, M2 (30 cc/L air) yaitu 0,28 g dan M3 (45 cc/L air) yaitu 0,31 g. Rataan bobot kering akar terendah terdapat pada taraf perlakuan M2 ( 30 cc/L air) yaitu 0,28 g.

Rasio Bobot Kering Tajuk / Bobot Kering akar

Data ratio bobot kering tajuk/bobot kering akar bibit kakao dicantumkan pada Lampiran 53. Sedangkan hasil sidik ragam ratio bobot kering tajuk/bobot kering akar dicantumkan pada Lampiran 54. Berdasarkan hasil sidik ragam

diketahui bahwa pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh tidak nyata terhadap ratio bobot kering tajuk/bobot kering akar bibit kakao dan pemberian larutan mikroorganisme lokal berpengaruh tidak nyata terhadap ratso bobot kering tajuk/bobot kering akar bibit kakao.

Rataan rasio bobot kering tajuk/bobot kering akar bibit kakao (dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rasio bobot kering tajuk/bobot kering akar pada pemberian pupuk kandang ayam dan larutan mikroorganisme lokal

Pupuk Kandang Ayam (g)

Mikroorganisme Lokal (cc/L air)

Rataan M0 (0) M1 (15) M2 (30) M3 (45) K0 (0) 7.35 4.44 5.42 4.75 5.49 K1 (150) 10.19 5.33 4.84 7.20 6.89 K2 (300) 7.60 9.01 7.50 6.42 7.63 Rataan 8.38 6.26 5.92 6.13

Berdasarksan Tabel 9 tampak bahwa pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan rataan ratio bobot kering tajuk/bobot kering akar bibit kakao tertinggi yaitu terdapat pada taraf perlakuan K2 (300 g/polibag) yaitu 7,63 yang berpengaruh tidak nyata dengan taraf perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 5,49 dan taraf perlakuan K1 (150 g/polibag) yaitu 6,89. Rataan ratio bobot kering

tajuk/bobot kering akar bibit kakao terendah terdapat pada taraf perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 5,49.

Pemberian larutan mikroorganisme lokal menghasilkan rataan rasio bobot kering tajuk/bobot kering akar bibit kakao tertinggi yaitu pada taraf M0 (0 cc/L air) yaitu 8,38 yang berpengaruh tidak nyata terhadap taraf perlakuan M1 (15 cc/L air) yaitu 6,26 , M2 (30 cc/L air) yaitu 5,92 dan M3 (45 cc/L air) yaitu 6,13.

Rataan ratio bobot kering tajuk/bobot kering akar bibit kakao terendah terdapat pada taraf M2 (30 cc/L air) yaitu 5,92.

Pembahasan

Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan bibit kakao

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap diameter batang

(4-14 MST), tinggi tanaman (12-14 MST), jumlah daun (8,10 dan 12 MST ), total luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar , bobot

kering tajuk.

Pada parameter diameter batang, berdasarkan tabel rataan diameter batang bibit kakao pada 14 MST pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap diameter batang bibit kakao, dimana rataan diameter batang tertinggi adalah 4,75 mm yaitu pada pemberian pupuk kandang ayam 300 g (K2). Rataan diameter batang terendah terdapat pada taraf perlakuan tanpa pemberian pupuk kandang ayam (K0) yaitu 3,69 mm. Kandungan nitrogen yang tinggi pada pupuk kandang ayam mampu mendukung pertumbuhan batang, cabang dan daun pada bibit kakao. Berdasarkan analisis yang dilakukan pupuk kandang ayam mengandung unsur hara N (1,08 %), P (0,91%) dan K (0,41%) yang mampu memenuhi kebutuhan hara tanaman. Hal ini sesuai dengan Lingga dan Marsono (2004) yang menyatakan bahwa peranan utama nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan daun serta mendorong terbentuknya klorofil sehingga daunnya menjadi hijau yang berguna bagi fotosintesis. Pemberian pupuk kandang ayam sampai pada dosis 300 g/polibag dapat menyediakan ketersediaan nitrogen, fosfor dan kalium pada tanah, sehingga berpengaruh terhadap pertambahan luas daun.

Pada parameter total luas, berdasarkan tabel rataan total luas daun (tabel 4) ,pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap total luas daun dimana rataan total luas daun tertinggi adalah 418,80 cm² yaitu pada pemberian pupuk kandang ayam 300 g (K2). Rataan total luas daun bibit kakao terendah terdapat pada perlakuan K0 (tanpa pemberian pupuk kandang ayam ) yaitu 208,97 cm². Peningkatan total luas daun terjadi karena luas daun dipengaruhi oleh faktor ketersediaan unsur hara seperti nitrogen, fosfor dan kalium. Dari hasil analisis laboratorium diketahui bahwa pupuk kandang ayam mengandung unsur hara N (1,08 %), P (0,91%) dan K (0,41%). Pemberian pupuk kandang ayam hingga 300 g mampu memenuhi kebutuhan hara N,P dan K bagi bibit kakao, sehingga mempengaruhi peningkatan total luas daun. Hal ini sesuai dengan Lingga dan Marsono (2004) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman terutama daun, pertambahan tunas dan menambah tinggi tanaman.

Pada parameter bobot basah tajuk, berdasarkan tabel rataan bobot basah tajuk, pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk, dimana rataan bobot basah tajuk tertinggi adalah 8,23 g yaitu pada pemberian pupuk kandang ayam 300 g ( K2 ). Rataan bobot basah tajuk terendah terdapat pada taraf perlakuan tanpa pemberian pupuk kandang ayam (K0) yaitu 3,64 gr. Meningkatnnya bobot basah tajuk bibit kakao diduga dipengaruhi oleh unsur hara N yang terdapat pada pupuk kandang ayam. Hal ini didukung dengan literatur Fajar (2013) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur makro yang dibutuhkan banyak di tubuh tanaman bersama C, H,O,P dan K. Nitrogen merupakan unsur yang terkandung dalam pupuk urea dan pupuk kandang maupun

organik dapat menyumbangkan sejumlah hara N guna pertumbuhan tanaman, terutama tajuk tanaman.

Pada parameter bobot kering tajuk, berdasarkan tabel rataan bobot kering tajuk, pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk, dimana rataan bobot kering tajuk tertinggi adalah 2,32 g yaitu pada pemberian pupuk kandang 300 g (K2). Rataan bobot kering tajuk terendah terdapat pada taraf perlakuan tanpa pemberian pupuk kandang ayam (K0) yaitu 0,99 g.Tingginya bobot kering tajuk seiring dengan peningkatan taraf pupuk kandang ayam diduga akibat kandungan nitrogen yang terdapat dalam pupuk kandang ayam. Dimana berdarakan hasil analisin laboratorium pupuk kandang ayam mengandung N sebanyak 1,08 %. Pemberian 300g/polibag pupuk kandang ayam mampu memberikan pertumbuhan yang baik bagi bibit kakao. Nitrogen

Dokumen terkait