• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil

Tinggi Tanaman

Data tinggi tanaman dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 8-17. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Tabel 1. Tinggi tanaman kedelai edamame 2-6 MST pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Tabel 1 menunjukkan bahwa rataan tinggi tanaman pada 2-6 MST tertinggi pada J3 (20 x 20 cm) yaitu 28,42 cm dan terendah pada J1 (40 x 20 cm) yaitu 25,14 cm. Rataan tertinggi POC pada tinggi tanaman 2-6 MST pada P1 (40 ml/L) yaitu 27,48 cm dan terendah pada P3 (80 ml/L) yaitu 26,37 cm.

Diameter Batang

Data diameter batang dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 18-19. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh

Tabel 2 menunjukkan bahwa rataan diameter batang tertinggi pada J2 (30 x 20 cm) yaitu 7,72 mm dan terendah pada J3 (20 x 20 cm) yaitu 6,68 mm.

Rataan tertinggi POC pada diameter batang terdapat pada P1 (40 ml/L) yaitu 7,88 mm dan terendah pada P3 (80 ml/L) yaitu 7,09 mm.

Bobot Kering Tajuk

Data bobot kering tajuk dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 20-21. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.

Tabel 3. Bobot kering tajuk kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan tertinggi POC pada bobot kering tajuk terdapat pada P2 (60 ml/L) yaitu 1,63 g dan terendah pada P1 (40 ml/L) yaitu 1,45 g.

Bobot Kering Akar

Data bobot kering akar dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 20-21. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.

Tabel 4. Bobot kering akar kedelai edamame pada perlakuan jarak tanam dan

Rataan tertinggi POC pada bobot kering akar terdapat pada P2 (60 ml/L) yaitu 0,98 g dan terendah pada P3 (40 ml/L) yaitu 0,94 g.

Bobot Polong Segar

Data bobot polong segar dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 22-23. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar polong.

Tabel 5. Bobot polong segar kedelai edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……g…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 44,27 38,03 31,89 38,06

J2 ( 30 x 20 cm ) 19,50 39,57 46,53 35,20

J3 ( 20 x 20 cm ) 51,22 66,31 36,49 51,34

Rataan 38,33 47,97 38,30

Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan bobot polong segar tertinggi pada J3 (20 x 20 cm) yaitu 51,34 g dan terendah pada J2 (30 x 20 cm) yaitu 35,20 g.

Rataan tertinggi POC pada bobot segar polong terdapat pada P2 (60 ml/L) yaitu 47,97 g dan terendah pada P3 (40 ml/L) yaitu 38,30 g.

Bobot basah Tajuk

Data bobot basah tajuk dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 24-25. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa POC berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk.

Tabel 6. Bobot basah tajuk kacang kedelai edamame pada perlakuan pemberian pupuk POC terhadap jarak tanam.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa perlakuan POC 40 ml/L menghasilkan bobot basah tajuk tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan POC 80 ml/L, tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan POC 60 ml/L.

Hubungan bobot basah tajuk dengan perlakuan jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Hubungan berbagai dosis POC terhadap bobot basah tajuk.

Gambar 1. Menunjukkan bahwa hubungan linier positif antara bobot basah tajuk terhadap POC, dengan persamaan Ŷ = -1.3299x + 237.36 (r = 0.9284) bahwa peningkatan bobot basah tajuk menurun seiring dengan penambahan POC.

Ŷ = -1.3299x + 237.36 (r = 0.9284)

Bobot Basah Akar

Data bobot basah akar dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 26-27. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar.

Tabel 7. Bobot basah akar kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……g…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 0,88 0,78 0,74 0,80

J2 ( 30 x 20 cm ) 1,03 0,64 0,84 0,84

J3 ( 20 x 20 cm ) 1,32 0,95 1,13 1,13

Rataan 1,08 0,79 0,90

Tabel 7 menunjukkan bahwa rataan bobot basah akar pada tertinggi pada J3 (20 x 20 cm) yaitu 1,13 g dan terendah pada J1 (40 x 20 cm) yaitu 0,80 g.

Rataan tertinggi POC pada bobot basah akar terdapat pada P1 (40 ml/L) yaitu 1,08 g dan terendah pada P2 (60 ml/L) yaitu 0,79 g.

Jumlah Cabang Produktif

Data bobot basah tajuk dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 28-29. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk.

Tabel 8. Jumlah cabang produktif kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa jarak tanam 30 x 20 cm menghasilkan jumlah cabang produktif tertinggi yang berbeda nyata dengan jarak tanam 20 x 20 cm, tetapi berbeda tidak nyata dengan jarak tanam 40 x 20 cm.

Jumlah Polong Per Tanaman

Data jumlah polong tanaman dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 30-31. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong tanaman.

Tabel 9. Jumlah polong tanaman kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam yaitu 14,67 polong dan terendah pada P3 (80 ml/L) yaitu 12,93 polong.

Jumlah Polong Hampa Tanaman

Data jumlah polong hampa tanaman dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 32-33. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong hampa tanaman.

Tabel 10. Jumlah polong hampa tanaman kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC. terdapat pada P3 (80 ml/L) yaitu 1,02 polong dan terendah pada P2 (60 ml/L) yaitu 0,76 polong.

Bobot Kering Polong

Data bobot kering polong dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 34-35. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong hampa tanaman.

Tabel 11. Bobot kering polong kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam

Rataan tertinggi POC pada bobot kering polong terdapat pada P1 (40 ml/L) yaitu 12,22 g dan terendah pada P3 (80 ml/L) yaitu 8,91 g.

Bobot Kering Biji Per Sampel

Data bobot kering biji per sampel dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 36-37. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering biji per sampel.

Tabel 12. Bobot kering biji per sampel kedelai Edamame pada perlakuan jarak

6,07 g. Rataan tertinggi POC pada bobot kering biji per sampel terdapat pada P1 (40 ml/L) yaitu 6,91 g dan terendah pada P3 (80 ml/L) yaitu 5,56 g.

Bobot Kering Biji Per Plot

Data bobot kering biji per plot dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 38-39. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering biji per plot.

Tabel 13. Bobot kering biji per plot kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC. dapat dilihat pada Lampiran 40-41. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa POC berpengaruh nyata terhadap bobot kering 100 biji.

Tabel 14. Bobot kering 100 biji kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa perlakuan POC 40 ml/L menghasilkan bobot kering 100 biji tertinggi yang berbeda nyata dengan jarak tanam 60 ml/L, tetapi berbeda tidak nyata dengan jarak tanam 80 ml/L.

Hubungan bobot basah tajuk dengan perlakuan jarak tanam dan POC dapat dilihat pada gambar 1

Gambar 2. Hubungan berbagai dosis POC terhadap bobot kering 100 biji.

Gambar 2. Menunjukkan bahwa hubungan berbagai dosis POC terhadap bobot kering 100 biji menunjukkan kurva kuadratik dimana bobot kering 100 biji minimum yaitu 32,44 g pada dosis POC 60 ml/L.

Ŷ= 0.0088x2- 1.0993x + 66.637

Indeks Panen

Data bobot kering biji per plot dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 42-43. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap indeks panen.

Tabel 15. Indeks Panen kacang kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam 0,21 g. Rataan tertinggi POC pada indeks panen terdapat pada P1 (40 ml/L) yaitu 0,24 g dan terendah pada P1 (40 ml/L) yaitu 0,21 g.

Pembahasan

Respons Pertumbuhan Kacang Kedelai Edamame Terhadap Perlakuan Jarak Tanam

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang produktif (Tabel 8). Jumlah cabang produktif tertinggi terdapat pada perlakuan jarak tanam J2 ( 30 x 20 cm ) yaitu 6,64 cabang dan rataan terendah terdapat pada perlakuan jarak tanam J3 (20 x 20 cm) yaitu 5,80 cabang.

Jarak tanam yang sesuai berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jumlah cabang produktif tanaman kedelai edamame, dikarenakan tanaman kedelai edamame lebih mudah untuk beradaptasi dan berkembang apabila jarak tanam yang diberikan lebih renggang. Sesuai dengan pernyataan Budiastuti (2000) bahwa pada jarak tanam yang lebih renggang, penerimaan intensitas cahaya matahari menjadi lebih besar dan memberikan kesempatan pada tanaman untuk melakukan pertumbuhan ke arah samping, dan mempengaruhi terbentuknya cabang.

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot segar polong, bobot basah tajuk, bobot basah akar, jumlah polong tanaman, bobot kering biji/sampel, bobor 100 biji dan indeks panen. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor seperti terjadinya kompetisi inter spesifik tanaman atau diduga karena ketika penelitian berlangsung kondisi cuaca cukup ekstrem panasnya yang dapat mencapai suhu maksimum 34º C dan curah hujan tertinggi mencapai 78 mm berdasarkan data BMKG (2019). Kondisi tersebut tidak sesuai dengan syarat tumbuh yang baik untuk kedelai edamame yang menghendaki suhu 25-27º C dan curah hujan optimal 100-200 mm/bulan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutomo (2011) yang menyatakan bahwa umumnya pertumbuhan terbaik tanaman kedelai edamame terjadi pada suhu antara 25–27 º C, dengan penyinaran penuh (minimal 10 jam/hari). Tanaman kedelai menghendaki curah hujan optimal antara 100 -200 mm/bulan, dengan kelembaban rata-rata 50%.

Kompetisi inter spesifik tanaman dapat menyebabkan pengaruh kurang baik pada tanaman sehingga menyebabkan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman (Tabel 1), diameter batang (Tabel 2), bobot basah tajuk (Tabel 3), bobot basah akar (Tabel 4), bobot segar polong (Tabel 5), bobot kering tajuk (Tabel 7), bobot kering akar (Tabel 8), jumlah polong tanaman (Tabel 9), bobot kering biji/sampel (Tabel 13), bobot 100 biji kering (Tabel 14) dan indeks panen (Tabel 15). Menurut pernyataan Odum (1983) kompetisi interspesifik adalah setiap interaksi-interaksi yang mempunyai pengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup populasi lain. Kecenderungan berkompetisi akan membawa ke pemisahan ekologi dari suatu jenis yang serupa atau spesies yang berhubungan erat dan dikenal sebagai asas larangan kompetisi. Secara serempak, kompetisi menghasilkan banyak seleksi adaptasi yang meningkatkan kehidupan bersama dari suatu organisme yang beraneka ragam yang berada di wilayah tertentu.

Respons Pertumbuhan Kedelai Edamame Terhadap Pemberian pupuk Organik Cair

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan bobot kering 100 biji. Hal ini dapat dilihat pada (Tabel 6) bahwa rataan tertinggi untuk bobot basah tajuk terdapat pada perlakuan pemberian pupuk organik cair 40 ml/L (P1) yaitu 20,94 g dan terendah terdapat pada perlakuan pemberian pupuk organik cair 60 ml/L (P2) yaitu 16,56 g. Pupuk organik cair adalah pupuk yang berperan dalam meningkatkan aktivitas biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga tanah menjadi subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman, sehingga POC terbukti berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan bobot kering 100 biji. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Ambarwati (2007) yang menyatakan bahwa pupuk organik cair mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap, selain itu juga mudah larut dalam air sehingga cepat diserap oleh tanaman. Sehingga unsur hara makro dan mikro yang tersedia pada pupuk organik cair dapat diserap dengan baik oleh tanaman dan dapat meningkatkan bobot basah tajuk.

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa rataan tertinggi untuk bobot kering 100 biji terdapat pada perlakuan pemberian pupuk organik cair 40 ml/L (P1) yaitu 36,78 g dan terendah terdapat pada perlakuan pemberian pupuk organik cair 60 ml/L (P2) yaitu 32,44 g. Pemberian pupuk organik cair yang mengandung nitrogen, fosfor dan kalium nyatanya mampu memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga hal ini dapat mempengaruhi hasil bobot kering 100 biji kedelai edamame. Hal ini sesuai dengan pernyataan Huda (2013) yang menyatakan bahwa pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, merangsang pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi gugurnya dan, bunga, dan bakal buah.

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot segar polong, bobot basah akar, jumlah cabang produktif, jumlah polong tanaman, bobot polong sebelum dikeluarkan, bobot kering biji/plot dan indeks panen. Hal ini berkaitan dengan hasil analisis

pupuk organik cair (Lampiran 7 ) menunjukkan bahwa kandungan nitrogen (N) total sebesar 0,03 % termasuk dalam kategori yang rendah juga dengan hasil analisis fosfat (P) total sebesar 0,02 % dan kalium (K) total sebesar 0,05 % yang masih tergolong rendah (Mukhlis, 2014). Hal ini sesuai dengan Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa adapun karakteristik umum yang dimiliki oleh pupuk organik cair adalah sebagai berikut. Kandungan hara rendah, kandungan hara pupuk organik pada umumnya rendah tetapi bervariasi tergantung pada jenis bahan dasarnya, ketersediaan unsur hara lambat, hara yang berasal dari bahan organik harus dirombak terlebih dahulu oleh mikroba yang bersifat perombak (dekomposer) menjadi senyawa yang lebih sederhana dan unsur anorganik agar dapat diserap oleh tanaman. Menyediakan hara dalam jumlah terbatas, penyediaan hara yang berasal dari pupuk organik biasanya terbatas dan tidak cukup dalam menyediakan hara yang diperlukan tanaman.

Pada parameter pengamatan bobot basah tajuk dapat dilihat pada (Gambar 1) bahwa kurva linier menunjukkan bahwa peningkatan bobot basah tajuk akan terus menurun seiring dengan penambahan POC. Hal ini diduga terjadi karena beberapa faktor yang terjadi pada saat penelitian seperti perbedaan kesuburan tanah pada setiap tanaman, terserangnya hama pada beberapa tanaman, suhu dan iklim yang cukup panas pada saat penelitian. Oleh karena itu, apabila beberapa variabel tersebut bila terjadi secara bersamaan dapat menganggu dan menyebabkan kurva linier menurun perkembangannya sehingga menghasilkan kurva seperti Gambar 1.

Respons Pertumbuhan dan Hasil Biji Kering Tanaman Kedelai Edamame (Glycine max (L) Merrill) Terhadap Berbagai Jarak Tanam Dan Pemberian Pupuk Organik Cair

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara perlakuan jarak tanam dan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Hal ini diduga disebabkan karena beberapa faktor seperti pemberian POC berpengaruh tidak nyata karena kandungan unsur hara yang rendah, tanah yang masam, hama tanaman yang menyerang, cuaca dan iklim yang cukup panas sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kedelai edamame. Hal ini bisa dilihat di hasil analisis pupuk organik cair (Lampiran 7) yang menunjukkan bahwa kandungan nitrogen (N) total sebesar 0,03 % termasuk dalam kategori yang rendah juga dengan hasil analisis fosfat (P) total sebesar 0,02

% dan kalium (K) total sebesar 0,05% yang masih tergolong rendah (Mukhlis, 2014). Hal ini sesuai dengan Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa adapun karakteristik umum yang dimiliki oleh pupuk organik cair adalah sebagai berikut. Kandungan hara rendah, kandungan hara pupuk organik pada umumnya rendah tetapi bervariasi tergantung pada jenis bahan dasarnya, ketersediaan unsur hara lambat, hara yang berasal dari bahan organik harus dirombak terlebih dahulu oleh mikroba yang bersifat perombak (dekomposer) menjadi senyawa yang lebih sederhana dan unsur anorganik agar dapat diserap oleh tanaman.

Analisis tanah yang dilakukan pada tanah penelitian menunjukkan bahwa pH yang dihasilkan rendah sehingga dikategorikan masam. Hal ini bisa dilihat di hasil analisis tanah ( Lampiran 6 ) yang menunjukkan pH yang dihasilkan adalah 4,83. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mariana et al., (2007) bahwa rendahnya tingkat kesuburan alami tanah di lahan pasang surut berkaitan erat dengan

karakterististik lahannya. Kemasaman yang tinggi (pH<4,0) berdampak pada meningkatnya kelarutan Al, Fe dan Mn. Kemasaman tanah ini disebabkan karena adanya oksidasi senyawa pirit yang dibantu oleh bakteri pengoksidasi besi dan sulfur.

Pada fase vegetatif akhir tanaman, edamame mulai diserang hama tanaman sehingga ini menganggu hasil daripada biji kering tanaman. Hama tanaman yang menyerang ialah kutu daun yang menyerang bagian tanaman seperti batang, daun, dan buah. Hama kutu daun menempel dibawah daun atau juga menempel dibagian buah dan batang tanaman. Hama kutu daun berukuran kecil (1,1–2,2 mm), berwarna hijau hingga hijau kekuningan, kepala berwarna cokelat, dan tungkai serta antena berwarna pucat. Efek yang terjadi pada Edamame setelah terserang yaitu tanaman menjadi layu dan cenderung kering, daun mulai berguguran dan polong banyak yang menjadi busuk.

Cuaca dan iklim juga berpengaruh terhadap tidak nyatanya interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC. Hal ini dikarenakan ketika pelaksanaan penelitian cuaca dan iklim yang berlangsung cukup ekstrem panasnya yang dapat mencapai suhu maksimum 34ºC dan curah hujan tertinggi mencapai 78 mm berdasarkan data BMKG (2019). Sehingga tidak sesuai dengan syarat tumbuh yang baik untuk kedelai edamame yang menghendaki suhu 25-27º C dam curah hujan optimal 100-200 mm/bulan. Hal ini sesuai dengan Sutomo (2011) yang menyatakan bahwa umumnya pertumbuhan terbaik tanaman kedelai edamame terjadi pada temperatur antara 25–27 ºC, dengan penyinaran penuh (minimal 10 jam/hari). Tanaman kedelai menghendaki curah hujan optimal antara 100 -200 mm/bulan, dengan kelembaban rata-rata 50%.

Dokumen terkait