• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL BIJI KERING KEDELAI EDAMAME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL BIJI KERING KEDELAI EDAMAME"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

WIBOWO PANGESTU 150301108

AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

OLEH :

WIBOWO PANGESTU 150301108

AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

(3)
(4)

Kedelai Edamame (Glycine max (L) Merrill) Di Dataran Rendah Pada Berbagai Jarak Tanam Dan Pemberian Pupuk Organik Cair di Medan. Dibimbing oleh Ratna Rosanty Lahay dan Yaya Hasanah.

Permasalahan yang timbul dari budidaya kedelai Edamame yaitu pengembangannya membutuhkan modal besar baik pupuk, pestisida dan lain-lain, sehingga hal ini mengakibatkan biaya produksi sangat tinggi dan produk yang dihasilkan mengandung residu kimia yang tinggi. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan adanya penggunaan pupuk organik cair. Pengaturan jarak tanam yang baik juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan hasil biji kering kedelai edamame di dataran rendah pada berbagai jarak tanam dan pemberian pupuk organik cair. Penelitian dilaksanakan di lahan masyarakat di Jalan Garu VI Kecamatan Medan Amplas dari bulan September sampai Desember 2019.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial, dengan 2 faktor.

Sebagai faktor pertama yaitu jarak tanam terdiri atas 40 x 20 ; 30 x 20 ; 20 x 20 cm dan sebagai faktor yang kedua yaitu Pupuk Organik Cair terdiri atas 40; 60;

80 ml/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang produktif. Pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan bobot 100 biji kering.

Pemberian pupuk organik cair 40 ml/L nyata meningkatkan bobot basah tajuk dan bobot 100 biji kedelai edamame. Perlakuan jarak tanam 30 x 20 cm nyata meningkatkan jumlah cabang produktif kedelai edamame. Interaksi antara perlakuan jarak tanam dan Pupuk Organik Cair berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan.

Kata kunci : kedelai edamame, jarak tanam, pupuk organik cair

(5)

Edamame Soybean (Glycine max (L) Merrill)in Lowland Plants Against Various spacing and Provision of Liquid Organic Fertilizers in Medan. Guided by Ratna Rosanty Lahay and Yaya Hasanah.

The problem that arises from Edamame soybean cultivation is that the development requires large capital both fertilizers, pesticides and the others, so this will costs to produce very high and the product may contain high chemical residues. These problems can be overcome by using liquid organic fertilizer.

Good spacing also affects the growth and yield of plants. The objectives of the research was to know the response on growth and production and yield of edamame dried soybean seeds in the lowlands to various plant spacing and the application of liquid organic fertilizer.This research was conducted at Garu VI Medan Amplas street from September until Desember 2019. The research used a Randomized Factorial Group Design, with 2 factor. As the first factor spacing plant of 40 x 20; 30 x 20; 20 x 20 cm and as a second factor Liquid Organic Fertilizer consisting of 40; 60; 80 ml/L. This research results showed that plant spacing treatment significantly affected the number of productive branches. The application of liquid organic fertilizer significantly affected the canopy wet weight and weight of 100 dry seeds.The application of liquid organic fertilizer significantly affected the canopy wet weight and weight of 100 dry seeds. The application of liquid organic fertilizer 40 ml / L markedly increased the canopy fresh weight and weight of 100 edamame soybean seeds. Treatment of 30 x 20 cm spacing significantly increased the number of productive branches of edamame soybeans. The interaction between plant spacing and liquid organic fertilizer treatments did not significantly affect all observed variables.

Keywords: edamame soybean, planting distance, liquid organic fertilizer

(6)

Anak dari Bapak Junaidi Siswoyo dan Ibu Herlina Indrawaty merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang yang pernah ditempuh adalah SD Harapan 2 Medan tahun 2009, SMP Harapan 2 Medan pada tahun 2012, SMA Harapan 1 Medan tahun 2015. Penulis terdaftar masuk Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2015.

Selama perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK) sebagai anggota pada tahun 2015.

Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT.Perkebunan Nusantara IV Kebun Ajamu Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara pada Juli-Agustus 2018.

Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) USU di Desa Citaman, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara pada Juli-Agustus 2019.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun Judul skripsi ini adalah “Respons Pertumbuhan dan Hasil Biji Kering Kedelai Edamame (Glycine max (L) Merrill) Di Dataran Rendah Pada Berbagai Jarak Tanam Dan Pemberian Pupuk Organik Cair” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh data dalam penyusunan skripsi di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Ratna Rosanty Lahay, M.P. selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu Dr. Ir. Yaya Hasanah, M.Si. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini dan juga kepada kedua orang tua yang sudah memberikan dukungan selama penulis melaksanakan kuliah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 10 Agustus 2020

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSRTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 6

Iklim ... 6

Tanah ... 7

Jarak Tanam ... 8

Pupuk Organik Cair ... 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 12

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 15

Pemupukan ... 15

Penanaman ... 15

Pengaplikasian Pupuk Organik Cair ... 15

Pemeliharaan Tanaman ... 16

Penyiraman ... 16

(9)

Penyiangan ... 16

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 16

Panen ... 16

Parameter Pengamatan ... 17

Tinggi Tanaman ... 17

Diameter Batang ... 17

Jumlah Cabang Produktif ... 17

Bobot Kering Tajuk ... 17

Bobot Kering Akar ... 17

Jumlah Polong Per Tanaman ... 18

Jumlah Polong Hampa ... 18

Bobot Kering Biji Per Sampel Tanaman ... 18

Bobot Polong Segar ... 18

Bobot Polong Kering ... 18

Bobot Kering Biji Per Plot ... 18

Bobot Kering 100 Biji ... 18

Indeks Panen ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Pembahasan ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37

Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 40

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Hubungan berbagai dosis POC terhadap bobot basah tajuk. ... 23 2. Hubungan berbagai dosis POC terhadap bobot kering 100 biji……… .... 29

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Tinggi tanaman kedelai edamame umur 2-6 MST pada perlakuan

pemberian pupuk POC terhadap jarak tanam ... 19 2. Diameter batang kedelai edamame pada perlakuan pemberian

pupuk POC terhadap jarak tanam ... 20 3. Bobot kering tajuk kedelai edamame pada perlakuan pemberian

pupuk POC terhadap jarak tanam ... 21 4. Bobot kering akar kedelai edamame pada perlakuan pemberian

pupuk POC terhadap jarak tanam ... 21 5. Bobot polong segar kedelai edamame pada perlakuan pemberian

pupuk POC terhadap jarak tanam ... 22 6. Bobot basah tajuk kedelai edamame pada perlakuan pemberian

pupuk POC terhadap jarak tanam ... 23 7. Bobot basah akar kedelai edamame pada perlakuan pemberian

pupuk POC terhadap jarak tanam ... 24 8. Jumlah cabang produktif kedelai edamame pada perlakuan pemberian

pupuk POC terhadap jarak tanam ... 25 9. Jumlah polong per tanaman kedelai edamame pada perlakuan pemberian

pupuk POC terhadap jarak tanam ... 25 10. Jumlah polong hampa tanaman kedelai edamame pada perlakuan

pemberian pupuk POC terhadap jarak tanam. ... 26 11. Bobot polong kedelai edamame pada perlakuan pemberian pupuk POC

terhadap jarak tanam ... 27 12. Bobot kering biji per sampel kedelai edamame pada perlakuan pemberian

pupuk POC terhadap jarak tanam ... 27 13. Bobot kering biji per plot kedelai edamame pada perlakuan

pemberian pupuk POC terhadap jarak tanam ... 28 14. Bobot 100 biji kedelai edamame pada perlakuan

pemberian pupuk POC terhadap jarak tanam ... 29

(12)

15. Indeks Panen kedelai edamame pada perlakuan

pemberian pupuk POC terhadap jarak tanam……… 30

(13)

DAFTAR LAMPIRAN No.

Halaman

1. Deskripsi Varietas Edamame ... 40

2. Bagan Plot Penelitian ... 41

3. Bagan Penanaman Pada Plot ... 42

4. Hasil Analisis Tanah ... 45

5. Hasil Analisis Pupuk Organik Cair ... 46

6. Data Tinggi Tanaman 2 MST ... 47

7. Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ... 47

8. Data Tinggi Tanaman 3 MST ... 48

9. Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST ... 48

10. Data Tinggi Tanaman 4 MST ... 49

11. Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ... 49

12. Data Tinggi Tanaman 5 MST ... 50

13. Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST ... 50

14. Data Tinggi Tanaman 6 MST ... 51

15. Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST ... 51

16. Data Diameter Batang (mm) ... 52

17. Data Sidik Ragam Diameter Batang ... 52

18. Data Bobot Kering Tajuk (g) ... 53

19. Data Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk ... 53

20. Data Bobot Kering Akar (g) ... 54

21. Data Sidik Ragam Bobot Kering Akar ... 54

(14)

23. Data Sidik Ragam Bobot Segar Polong ... 55

24. Data Bobot Basah Tajuk (g) ... 56

25. Data Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk ... 56

26. Data Bobot Basah Akar (g) ... 57

27. Data Sidik Ragam Bobot Basah Akar ... 57

28. Data Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 58

29. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif ... 58

30. Jumlah Polong Tanaman (polong) ... 59

31. Sidik Ragam Jumlah Polong Tanaman ... 59

32. Jumlah Polong Tanaman Hampa (polong) ... 60

33. Sidik Ragam Jumlah Polong Tanaman Hampa ... 60

34. Data Bobot Polong (g) ... 61

35. Sidik Ragam Bobot Polong ... 61

36. Data Bobot Kering Biji/sampel (g/sampel) ... 62

37. Sidik Ragam Bobot Kering Biji/sampel ... 62

38. Data Bobot Kering Biji/plot (g/plot) ... 63

39. Sidik Ragam Bobot Kering Biji/plot ... 63

40. Data Bobot 100 Biji (g) ... 64

41. Sidik Ragam Bobot 100 Biji ... 64

42. Data Indeks Panen ... 65

43. Sidik Ragam Data Indeks Panen ... 65

44. Foto Kegiatan Penelitian ... 66

(15)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kedelai edamame (Glycine max (L) Merrill) merupakan jenis tanaman yang termasuk kedalam kategori sayuran (green soybean vegetable), Edamame di negara asalnya (Jepang) disebut juga Gojiru dan dijadikan sebagai sayuran serta camilan kesehatan. Kedelai sayur edamame mengandung nilai gizi yang cukup tinggi, setiap 100 g biji mengandung 582 kkal, protein 11,4 g, karbohidrat 7,4 g, lemak 6,6 g, vitamin A atau karotin 100 mg, B1 0,27 mg, B2 0,14 mg, B3 1 mg, dan vitamin C 27, serta mineral-mineral seperti fosfor 140 mg, kalsium 70 mg, besi 1,7 mg, dan kalium 140 mg (Pambudi, 2013).

Budidaya kedelai edamame di Indonesia masih relatif sedikit, sedangkan kebutuhan pasarnya sangat besar. Produksi kedelai edamame hanya mencapai 7,5 ton/ha sedangkan produktivitas kedelai edamame dapat mencapai 10-12 ton/ha (Al furkon, 2014).

Permasalahan yang timbul pada budidaya kedelai introduksi edamame yaitu pengembangannya sangat padat modal dengan masukan yang tinggi baik pupuk, pestisida dan bahan lain-lainnya, sehingga hal ini mengakibatkan biaya produksi sangat tinggi dan produk yang dihasilkan mungkin mengandung residu kimia yang tinggi. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan bahan organik yang tidak menyebabkan pencemaran pada lingkungan salah satunya pupuk organik cair.

Pupuk organik cair (POC) merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair umumnya diaplikasikan melalui daun, mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe,

(16)

Mn, dan bahan organik). Beberapa manfaat POC yaitu dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, merangsang pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi gugurnya dan, bunga, dan bakal buah (Huda, 2013).

Produktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan varietas tanaman yang ditanam serta jarak tanam yang juga berhubungan erat dengan populasi tanaman. Pengaturan jarak tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, terkait pengaruhnya pada luas daun, berat kering tanaman, sistem perakaran, banyaknya sinar matahari yang diterima, dan banyaknya unsur hara yang diserap dari dalam tanah. Penggunaan jarak tanam yang tepat akan menaikkan hasil, tetapi penggunaan jarak tanam yang kurang tepat akan menurunkan hasil (Indrayanti, 2010).

Pertumbuhan kedelai edamame umumnya ditanam pada ketinggian 500 meter diatas permukaan laut (m dpl). Tetapi untuk mengevaluasi respons pertumbuhan dan hasil biji kering kedelai edamame di dataran rendah maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian di Medan (± 25 m dpl).

Hasil penelitian Nurhidayah (2018) menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai edamame. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada jarak tanam 20 x 15 cm dengan rata-rata tinggi tanaman 55.7 cm dan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan jarak tanam 20 x 30 cm dengan rata-rata tinggi tanaman 45.1 cm. Hasil penelitian Amelia (2015)

(17)

menyatakan bahwa hasil POC terbaik tanaman kedelai yaitu perlakuan konsentrasi POC 40 ml yang meningkatkan hasil produksi tanaman kedelai pada hampir semua peubah amatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian mengenai respons pertumbuhan dan hasil biji kering kedelai edamame di dataran rendah pada berbagai jarak tanam dan pemberian pupuk organik cair sangat perlu untuk dilakukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respons pertumbuhan dan hasil biji kering kedelai edamame di dataran rendah pada berbagai jarak tanam dan pemberian pupuk organik cair.

Hipotesis Penelitian

Adanya pengaruh nyata jarak tanam, POC dan interaksi antara keduanya terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai edamame di dataran rendah.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi dan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Klasifikasi Edamame sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Polypetales Familia : Leguminosa Subfamilia : Papilionoideae Genus : Glycine Species : Glycine max (L) Merrill (Pambudi, 2013).

Edamame merupakan tanaman semusim, tumbuh tegak, daun lebat, dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman edamame berkisar antara 30 sampai lebih dari 50 cm, bercabang sedikit atau banyak, bergantung pada varietas dan lingkungan hidupnya. Tanaman kedelai memiliki daun majemuk yang terdiri atas tiga helai anak daun (trifoliat) dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan (Irwan, 2006).

Daun pertama yang keluar dari buku sebelah atas kotiledon berupa daun tunggal yang letaknya berseberangan (unifoliat). Daun-daun yang terbentuk kemudian adalah daun-daun trifoliat (Sumarno, 2011).

Edamame mempunyai dua stadia tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan biji. Edamame termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Bunga kedelai menyerupai kupu kupu.

Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai edamame.

(19)

Warna bunga yang umum pada berbagai varietas edamame hanya dua, yaitu putih dan ungu (Pambudi, 2013).

Akar edamame mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar mesofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran edamame terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi.

Perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan, kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air di dalam tanah (Pambudi, 2013).

Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Hipokotil dan dua keping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil.

Pertumbuhan batang edamame dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai

(20)

berbunga. Cabang akan muncul di batang tanaman. Jumlah cabang tergantung dari varietas dan kondisi tanah (Pambudi, 2013).

Syarat Tumbuh Iklim

Umumnya pertumbuhan terbaik tanaman kedelai edamame terjadi pada temperatur antara 25–27 º C, dengan penyinaran penuh (minimal 10 jam/hari).

Tanaman kedelai menghendaki curah hujan optimal antara 100 -200 mm/bulan, dengan kelembaban rata-rata 50%. Kedelai dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0 – 900 meter dari permukaan laut, optimal pada 650 meter dari permukaan laut (Sutomo, 2011).

Tanaman kedelai edamame sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varietas yang ditanam (Sumarno dan Manshuri, 2013).

Pembungaan kedelai edamame membutuhkan suhu optimum 24-25˚C. Jika suhu pembungaan terlalu tinggi akan menyebabkan bunga mudah rontok sedangkan suhu terlalu rendah dapat menghambat proses pembungaan sehingga berdampak menurunnya produksi polong. Pembentukan biji optimum pada suhu 21-23 ˚C dan pematangan biji pada suhu 20-25 ˚C. Suhu tinggi menyebabkan aborsi polong sedangkan terlalu rendah menyebabkan terhambatnya permbentukan polong (Sumarno dan Manshurl, 2013).

(21)

Tanah

Tanah-tanah yang cocok untuk kedelai edamame ialah alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup. Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai edamame sebelumnya perlu diberi bakteri Rhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacang panjang). Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai edamame adalah pH= 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai edamame dapat tumbuh (Marianah, 2012).

Keasaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sebab keasaman tanah mempengaruhi pada jumlah unsur hara yang bisa diserap oleh tanaman, kondisi keasaman yang baik adalah 6 - 7 pada kondisi ini semua unsur hara paling banyak tersedia sehingga penyerapan unsur hara menjadi efektif. Jika pH 5,5 atau pada tanah masam pertumbuhan bintil akar akan terhambat sehingga proses pembentukan nitrifikasi akan berjalan kurang baik serta kedelai edamame dapat keracunan alumunium (Kusfebriani, 2010).

Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik. Dalam pembudidayaan tanaman kedelai edamame, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul (Marianah, 2012).

(22)

Jarak Tanam

Pengaturan jarak tanam berarti melakukan pengaturan populasi tanaman.

pengaturan tanaman dapat dilakukan dengan memanipulasi jarak antar barisan dan jarak dalam barisan. Tanaman membutuhkan kecukupan hara di dalam tanah dan kebutuhan cahaya yang optimal untuk proses fotosintesis. Fotosintesis yang optimal akan menghasilkan karbohidrat yang berguna untuk pertumbuhan dan hasil. Adanya kebutuhan cahaya yang optimal dan ketersediaan unsur hara di dalam tanah yang terbatas akan memicu kompetisi antar tanaman. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan populasi tanaman dengan penerapan jarak tanam yang tepat.

Selain varietas, pengaturan jarak tanam merupakan faktor penting dalam upaya meningkatan hasil tanaman kedelai. Jarak tanam yang terlalu jarang mengakibatkan besarnya proses penguapan air dari dalam tanah, sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan terganggu. Sebaliknya jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan terjadinya persaingan tanaman dalam memperoleh air, unsur hara dan intensitas matahari (Marliahet al., 2012).

Tingkat kerapatan tanaman berhubungan dengan populasi tanaman dan sangat menentukan hasil tanaman. Varietas kedelai yang berumur sedang, jarak tanam yang dianjurkan adalah 40 cm x 15 cm, dan varietas berumur pendek, sebaiknya menggunakan jarak tanam 40 cm x 10 cm atau 30 cm x 15 cm (Marliahet al., 2012).

Hasil penelitian Nurhidayah (2018) menunjukkan bahwa jarak tanam dan jumlah benih per lubang tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai Edamame. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada jarak tanam 20 x 15 cm

(23)

dengan rata-rata tinggi tanaman 55.7 cm dan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan dengan jarak tanam 20 x 30 cm dengan rata-rata tinggi tanaman 45.1 cm. Jarak tanam 20 x 15 cm mampu menghasilkan kedelai edamame 12.23 ton ha-1 polong segar tertinggi diantara jarak tanam yang lain. Sementara pada jarak tanam 20 x 30 menjadi yang terendah dengan menghasilkan kedelai edamame 9.87 ton ha-1 polong segar.

Pupuk Organik Cair

Pupuk organik adalah pupuk yang berperan dalam meningkatkan aktivitas biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga tanah menjadi subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman. Saat ini sebagian besar petani masih tergantung pada pupuk anorganik karena pupuk anorganik mengandung beberapa unsur hara dalam jumlah yang banyak. Pupuk anorganik digunakan secara terus-menerus dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi tanah yaitu dapat menyebabkan tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya menurunkan produktivitas tanaman (Ramadhani, 2010).

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, merangsang

(24)

pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi gugurnya dan, bunga, dan bakal buah (Huda, 2013).

Priambodo (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi 2.86 ml/L pada kedelai varietas Anjasmoro menghasilkan bobot biji sebesar 1.4 ton/ha atau lebih tinggi 8.51% dibandingkan tanpa pupuk.

Pemberian pupuk organik cair yang mengandung nitrogen, fosfor dan kalium mampu memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman melalui peningkatan total luas daun dan jumlah klorofil yang dalam hal ini berhubungan langsung dengan proses fotosintesis dan peningkatan hasil produksi melalui akumulasi fotosintat pada biji (Sari, 2013).

Pupuk organik cair kelompok usaha tani mekar pasar kawat memiliki komposisi terdiri dari limbah kulit pisang, limbah kulit nanas, limbah tempe dan limbah kulit pepaya lalu dicampur dengan gula merah. Difermentasikan dalam jangka waktu 2 minggu sampai menjadi pupuk organik cair yang bisa diaplikasikan pada tanaman.

Hasil pengamatan secara visual dapat disimpulkan benih yang diproduksi di dataran tinggi (Sekincau) lebih hijau daripada benih yang diproduksi di dataran rendah (Bandar Lampung). Jika dilihat berdasarkan ukuran biji, maka terlihat juga bahwa benih yang dihasilkan di dataran tinggi, berukuran lebih kecil daripada benih yang dihasilkan di dataran rendah. Pada hasil penelitian dapat dilihat bahwa bobot 100 butir benih yang dihasilkan di dataran tinggi lebih rendah (26,8 g) daripada benih yang dihasilkan dari dataran rendah(36,4 g). Hal diduga karena proses pemasakan biji di daerah dataran tinggi relatif lebih lambat daripada di daerah

(25)

dataran rendah. Hal ini karena lama penyinaran yang dialami di daearah dataran tinggi relatif lebih sedikit (Hakim, 2013).

Hasil penelitian Susilowati (2017) menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata pada aplikasi POC pada tanaman kedelai edamame. Hasil tersebut dapat ditampilkan pada parameter pertumbuhan: tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah, dan bobot polong. Hal tersebut ditunjukkan pada tanaman dengan pemberian POC yang paling tinggi memperlihatkan respons fisiologis yang nyata yaitu memiliki pertumbuhan tinggi tanaman paling rendah, jumlah daun tinggi, dan pH tanah rendah tetapi memiliki jumlah bobot basah paling tinggi dan jumlah bobot polong kedelai paling tinggi.

Hasil penelitian Amelia (2015) menyatakan bahwa hasil POC terbaik tanaman kedelai yaitu perlakuan konsentrasi POC 40 ml yang meningkatkan hasil produksi tanaman kedelai pada hampir semua peubah amatan.

(26)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Lahan Masyarakat Jalan Garu VI Kelurahan Harjosari XI Kecamatan Medan Amplas, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September sampai Desember 2019.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih kedelai edamame Varietas R 75 sebagai objek penelitian, top soil sebagai media tanam, label sebagai penanda, pupuk organik cair produksi Kelompok Tani Mekar Pasar Kawat sebagai perlakuan yang akan diaplikasikan pada tanaman kedelai, pupuk NPK sebagai pupuk dasar, insektisida sebagai pengendali hama, air sebagai menyiram tanaman dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan yaitu cangkul untuk membuat plot, parang untuk memotong pacak bambu, bambu sebagai penanda, meteran untuk mengukur lahan, sprayer untuk mengaplikasikan pupuk organik cair, gembor untuk menyiram, gunting untuk memotong, timbangan analitik untuk menimbang bobot yang akan ditimbang, jangka sorong digital untuk mengukur diameter batang, oven untuk mengeringkan, alat tulis untuk mengambil data, kamera sebagai alat dokumentasi, serta alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor :

(27)

Faktor I : Jarak Tanam (J) terdiri dari 3 macam, yaitu:

J1 = 40 x 20 cm J2 = 30 x 20 cm J3 = 20 x 20 cm

Faktor II : Pupuk Organik Cair dengan 3 taraf, yaitu : P1 = 40 ml/l

P2 = 60 ml/l P3 = 80 ml/l

Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan, yaitu :

J1P1 J2P1 J3P1

J1P2 J2P2 J3P2

J1P3 J2P3 J3P3

Jarak antar blok : 100 cm

Jarak antar plot : 50 cm

Ukuran plot : 160 cm² x 120 cm²

Jarak Tanam : Sesuai dengan perlakuan diteliti Jumlah sampel per plot : 5 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

i=1,2,3 j=1,2,3 k=1,2,3

(28)

Dimana :

Yijk : Data hasil pengamatan dari unit percobaan blok ke-i dengan perlakuan jenis Jarak tanam taraf ke-j dan Pupuk Organik cair pada taraf ke-k µ : Nilai tengah

ρi : Efek blok ke-i

αj : Efek Jarak tanam pada taraf ke-j

βk : Efek Pupuk Organik Cair pada taraf ke-k

(αβ)jk : Efek interaksi antara jarak tanam pada taraf ke-j dan pupuk organik cair pada taraf ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i, jarak tanam pada taraf ke-j dan pupuk organic cair pada taraf ke-k

Data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Jika dari hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Rataan berdasarkan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf α=5%.

(29)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Areal lahan penanaman yang akan digunakan dibersihkan dari gulma, dan sisa akar tanaman. Tanah diolah dan digemburkan menggunakan cangkul dengan kedalaman kira-kira 30 cm. Dengan ukuran lahan 10 x 20 m, dibuat plot-plot dengan ukuran 160 cm² x 120 cm² dengan jarak antar blok 100 cm dan jarak antar plot 50 cm. Dibuat parit drainase disekeliling areal sedalam 30 cm.

Pemupukan

Sebelum dilakukan penanaman benih, lahan yang sudah diolah selanjutnya diaplikasikan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk tunggal yaitu setengah dosis anjuran yakni Urea 150 kg/ha (14,4 g/plot), SP-36 150 kg/ha (14,4 g/plot) dan KCl 100 kg/ha (9,6 g/plot) secara larikan.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan menanam benih kedelai Edamame 2 benih per lubang tanam dengan jarak tanam 40 x 20 cm, 30 x 20 cm dan 20 x 20 cm.

Pengaplikasian Pupuk Organik Cair

Sebelum pengaplikasian POC dilakukan kalibrasi untuk mengetahui kebutuhan volume semprot setiap individu tanaman. Pengaplikasian POC dilakukan mulai 7, 14, 21, dan 28 hari setelah tanam (HST) dengan cara melarutkan POC sesuai perlakuan konsentrasi dalam 1 liter air, lalu disemprotkan ke daun tanaman secara merata menggunakan sprayer. Pengaplikasian dilakukan pada pagi hari.

(30)

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pada sore hari tergantung kondisi media tanam dilapangan, penyiraman tidak dilakukan saat kondisi media tanam basah terkena air hujan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma dilakukan pada pagi dan sore hari. Gulma pengganggu perlu dikendalikan agar tidak menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk mencegah serangan hama dan penyakit.

Pengendalian Hama

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara manual yaitu dengan ditangkap dan dibuang serta bagian tanaman yang terserang penyakit dipotong. Serta dilakukan penyemprotan pestisida dengan merek dagang Dupont pada umur 5 sampai 6 MST untuk membasmi hama kutu daun.

Panen

Panen dilakukan dua kali yaitu panen biji segar dan biji kering. Panen biji segar pada saat kedelai berumur 8-9 MST, dan panen biji kering pada saat kedelai berumur 11 sampai 12 MST dengan kriteria panen dapat dilihat dengan warna daun mulai menguning dan kemudian rontok. Panen dilakukan dengan cara mencabut dan membersihkan akar tanaman.

(31)

Parameter Pengamatan Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai dengan titik tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada interval waktu 2 MST sampai 6 MST.

Diameter Batang

Diameter batang diukur pada bagian batang bawah pada ketinggian 1 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada akhir fase vegetatif (6 MST).

Bobot Kering Tajuk

Tajuk yang diukur adalah tajuk yang sudah dipisahkan dari akar dan dibersihkan dari kotoran yang lalu dioven dengan suhu 80º C hingga bobotnya konstan, lalu ditimbang dengan timbangan analitik. Pengukuran dilakukan dengan cara destruksi tajuk pada 6 MST.

Bobot Kering Akar

Akar yang diukur adalah tajuk yang sudah dipisahkan dari akar dan dibersihkan dari kotoran yang lalu dioven dengan suhu 80º C hingga bobotnya konstan, lalu ditimbang dengan timbangan analitik. Pengukuran dilakukan dengan cara destruksi akar pada 6 MST.

Jumlah Cabang Produktif

Jumlah cabang produktif yang dihitung adalah cabang yang berasal dari batang utama pada setiap tanaman. Pengamatan dilakukan akhir masa generatif (saat panen) pada 12 MST.

(32)

Jumlah Polong Per Tanaman

Jumlah polong dihitung pada setiap tanaman yaitu polong yang telah berisi, dilakukan pada saat tanaman dipanen pada 12 MST.

Jumlah Polong Hampa

Jumlah polong hampa dihitung pada setiap tanaman yaitu polong yang tidak berisi/hampa, dilakukan pada saat tanaman dipanen pada 12 MST.

Bobot Polong Segar

Bobot polong segar kedelai setelah biji dikeluarkan dan dihitung per tanaman, dilakukan pada saat tanaman dipanen segar pada 6 MST.

Bobot Polong Kering

Bobot polong kering kedelai setelah biji dikeluarkan dan dihitung per tanaman, dilakukan pada saat tanaman dipanen pada 12 MST.

Bobot Kering Biji Per Sampel Tanaman

Biji kedelai dilepaskan dari polongnya dan dijemur dibawah sinar matahari selama 2-3 hari kemudian ditimbang tiap tanaman pada 12 MST.

Bobot Kering Biji Per Plot

Biji kedelai dilepaskan dari polongnya dan dijemur dibawah sinar matahari selama 2-3 hari kemudian ditimbang tiap plot pada 12 MST.

Bobot Kering 100 Biji

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji kedelai yang telah dijemur di bawah sinar matahari selama 2-3 hari dari seluruh sampel setiap ulangan pada 12 MST.

Indeks Panen (IP)

IP = Bobot kering biji per sampel

Bobot basah tajuk + Bobot basah Akar + Bobot Polong Kering

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tinggi Tanaman

Data tinggi tanaman dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 8-17. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Tabel 1. Tinggi tanaman kedelai edamame 2-6 MST pada perlakuan jarak tanam dan POC.

MST

Jarak Tanam

Pupuk POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……cm………..

2

J1 ( 40 x 20 cm ) 13,77 12,80 13,00 13,19

J2 ( 30 x 20 cm ) 13,37 13,60 13,40 13,46

J3 ( 20 x 20 cm ) 15,13 13,67 14,03 14,28

Rataan 14,09 13,36 13,48 13,64

3

J1 ( 40 x 20 cm ) 16,57 16,77 16,07 16,47

J2 ( 30 x 20 cm ) 17,53 18,13 17,63 17,77

J3 ( 20 x 20 cm ) 19,07 16,60 18,11 17,93

Rataan 17,72 17,17 17,27 17,39

4

J1 ( 40 x 20 cm ) 22,30 22,03 19,27 21,20

J2 ( 30 x 20 cm ) 21,53 31,30 22,10 24,98

J3 ( 20 x 20 cm ) 25,73 22,17 24,27 24,06

Rataan 23,19 25,17 21,88 23,41

5

J1 ( 40 x 20 cm ) 25,60 25,57 22,27 24,48

J2 ( 30 x 20 cm ) 25,20 29,67 26,07 26,98

J3 ( 20 x 20 cm ) 29,80 25,07 28,43 27,77

Rataan 26,87 26,77 25,59 26,41

6

J1 ( 40 x 20 cm ) 26,30 25,60 23,50 25,13

J2 ( 30 x 20 cm ) 25,67 29,53 26,30 27,17

J3 ( 20 x 20 cm ) 30,47 25,50 29,30 28,42

Rataan 27,48 26,88 26,37 26,91

(34)

Tabel 1 menunjukkan bahwa rataan tinggi tanaman pada 2-6 MST tertinggi pada J3 (20 x 20 cm) yaitu 28,42 cm dan terendah pada J1 (40 x 20 cm) yaitu 25,14 cm. Rataan tertinggi POC pada tinggi tanaman 2-6 MST pada P1 (40 ml/L) yaitu 27,48 cm dan terendah pada P3 (80 ml/L) yaitu 26,37 cm.

Diameter Batang

Data diameter batang dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 18-19. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang.

Tabel 2. Diameter batang kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……mm…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 8,05 7,05 7,92 7,68

J2 ( 30 x 20 cm ) 8,49 7,46 7,22 7,72

J3 ( 20 x 20 cm ) 7,09 6,85 6,11 6,68

Rataan 7,88 7,12 7,09

Tabel 2 menunjukkan bahwa rataan diameter batang tertinggi pada J2 (30 x 20 cm) yaitu 7,72 mm dan terendah pada J3 (20 x 20 cm) yaitu 6,68 mm.

Rataan tertinggi POC pada diameter batang terdapat pada P1 (40 ml/L) yaitu 7,88 mm dan terendah pada P3 (80 ml/L) yaitu 7,09 mm.

Bobot Kering Tajuk

Data bobot kering tajuk dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 20-21. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.

(35)

Tabel 3. Bobot kering tajuk kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml/L) Rataan

P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……g…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 1,47 1,74 1,35 1,52

J2 ( 30 x 20 cm ) 1,22 1,59 1,52 1,44

J3 ( 20 x 20 cm ) 1,65 1,54 1,72 1,64

Rataan 1,45 1,63 1,53

Tabel 3 menunjukkan bahwa rataan bobot kering tajuk tertinggi pada J3 (20 x 20 cm) yaitu 1,64 g dan terendah pada J2 (30 x 20 cm) yaitu 1,44 g. Rataan tertinggi POC pada bobot kering tajuk terdapat pada P2 (60 ml/L) yaitu 1,63 g dan terendah pada P1 (40 ml/L) yaitu 1,45 g.

Bobot Kering Akar

Data bobot kering akar dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 20-21. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.

Tabel 4. Bobot kering akar kedelai edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……g…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 0,90 0,98 0,91 0,93

J2 ( 30 x 20 cm ) 0,93 0,99 0,94 0,96

J3 ( 20 x 20 cm ) 1,02 0,97 0,97 0,99

Rataan 0,95 0,98 0,94

Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan bobot kering akar tertinggi pada J3 (20 x 20 cm) yaitu 0,99 g dan terendah pada J2 (30 x 20 cm) yaitu 0,93 g.

Rataan tertinggi POC pada bobot kering akar terdapat pada P2 (60 ml/L) yaitu 0,98 g dan terendah pada P3 (40 ml/L) yaitu 0,94 g.

(36)

Bobot Polong Segar

Data bobot polong segar dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 22-23. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar polong.

Tabel 5. Bobot polong segar kedelai edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……g…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 44,27 38,03 31,89 38,06

J2 ( 30 x 20 cm ) 19,50 39,57 46,53 35,20

J3 ( 20 x 20 cm ) 51,22 66,31 36,49 51,34

Rataan 38,33 47,97 38,30

Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan bobot polong segar tertinggi pada J3 (20 x 20 cm) yaitu 51,34 g dan terendah pada J2 (30 x 20 cm) yaitu 35,20 g.

Rataan tertinggi POC pada bobot segar polong terdapat pada P2 (60 ml/L) yaitu 47,97 g dan terendah pada P3 (40 ml/L) yaitu 38,30 g.

Bobot basah Tajuk

Data bobot basah tajuk dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 24-25. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa POC berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk.

(37)

Tabel 6. Bobot basah tajuk kacang kedelai edamame pada perlakuan pemberian pupuk POC terhadap jarak tanam.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……g…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 20,17 13,06 15,14 16,12

J2 ( 30 x 20 cm ) 23,70 15,93 13,30 17,64

J3 ( 20 x 20 cm ) 18,95 20,69 16,64 18,76

Rataan 20,94 a 16,56 b 15,03 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa perlakuan POC 40 ml/L menghasilkan bobot basah tajuk tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan POC 80 ml/L, tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan POC 60 ml/L.

Hubungan bobot basah tajuk dengan perlakuan jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Hubungan berbagai dosis POC terhadap bobot basah tajuk.

Gambar 1. Menunjukkan bahwa hubungan linier positif antara bobot basah tajuk terhadap POC, dengan persamaan Ŷ = -1.3299x + 237.36 (r = 0.9284) bahwa peningkatan bobot basah tajuk menurun seiring dengan penambahan POC.

Ŷ = -1.3299x + 237.36 (r = 0.9284)

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

40 50 60 70 80

bobot Basah Tajuk (g)

POC (ml/L)

Series1 Linear (Series1)

(38)

Bobot Basah Akar

Data bobot basah akar dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 26-27. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar.

Tabel 7. Bobot basah akar kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……g…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 0,88 0,78 0,74 0,80

J2 ( 30 x 20 cm ) 1,03 0,64 0,84 0,84

J3 ( 20 x 20 cm ) 1,32 0,95 1,13 1,13

Rataan 1,08 0,79 0,90

Tabel 7 menunjukkan bahwa rataan bobot basah akar pada tertinggi pada J3 (20 x 20 cm) yaitu 1,13 g dan terendah pada J1 (40 x 20 cm) yaitu 0,80 g.

Rataan tertinggi POC pada bobot basah akar terdapat pada P1 (40 ml/L) yaitu 1,08 g dan terendah pada P2 (60 ml/L) yaitu 0,79 g.

Jumlah Cabang Produktif

Data bobot basah tajuk dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 28-29. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk.

(39)

Tabel 8. Jumlah cabang produktif kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……cabang…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 5,87 6,67 6,53 6,36 b

J2 ( 30 x 20 cm ) 6,33 6,93 6,67 6,64 a

J3 ( 20 x 20 cm ) 6,07 6,13 5,20 5,80 c

Rataan 6,09 6,58 6,13

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa jarak tanam 30 x 20 cm menghasilkan jumlah cabang produktif tertinggi yang berbeda nyata dengan jarak tanam 20 x 20 cm, tetapi berbeda tidak nyata dengan jarak tanam 40 x 20 cm.

Jumlah Polong Per Tanaman

Data jumlah polong tanaman dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 30-31. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong tanaman.

Tabel 9. Jumlah polong tanaman kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……polong…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 15,13 13,13 12,40 13,56

J2 ( 30 x 20 cm ) 14,60 13,67 12,87 13,71

J3 ( 20 x 20 cm ) 14,27 15,13 13,53 14,31

Rataan 14,67 13,98 12,93

Tabel 9 menunjukkan bahwa rataan jumlah polong tertinggi pada J3 (20 x 20 cm) yaitu 14,31 polong dan terendah pada J1 (40 x 20 cm) yaitu 13,56 polong. Rataan tertinggi POC pada jumlah polong terdapat pada P1 (40 ml/L) yaitu 14,67 polong dan terendah pada P3 (80 ml/L) yaitu 12,93 polong.

(40)

Jumlah Polong Hampa Tanaman

Data jumlah polong hampa tanaman dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 32-33. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong hampa tanaman.

Tabel 10. Jumlah polong hampa tanaman kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……polong…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 1,07 0,80 0,87 0,91

J2 ( 30 x 20 cm ) 0,93 0,67 0,87 0,82

J3 ( 20 x 20 cm ) 0,73 0,95 1,33 0,96

Rataan 0,91 0,76 1,02

Tabel 10 menunjukkan bahwa rataan jumlah polong hampa tanaman tertinggi pada J3 (20 x 20 cm) yaitu 0,96 polong dan terendah pada J2 (30 x 20 cm) yaitu 0,82 polong. Rataan tertinggi POC pada jumlah polong hampa tanaman terdapat pada P3 (80 ml/L) yaitu 1,02 polong dan terendah pada P2 (60 ml/L) yaitu 0,76 polong.

Bobot Kering Polong

Data bobot kering polong dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 34-35. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong hampa tanaman.

(41)

Tabel 11. Bobot kering polong kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……g…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 12,54 9,45 8,40 10,13

J2 ( 30 x 20 cm ) 12,81 10,30 8,57 10,56

J3 ( 20 x 20 cm ) 11,32 12,31 9,77 11,14

Rataan 12,22 10,69 8,91

Tabel 11 menunjukkan bahwa rataan bobot kering polong tertinggi pada J3 (20 x 20 cm) yaitu 11,14 g dan terendah pada J1 (40 x 20 cm) yaitu 10,13 g.

Rataan tertinggi POC pada bobot kering polong terdapat pada P1 (40 ml/L) yaitu 12,22 g dan terendah pada P3 (80 ml/L) yaitu 8,91 g.

Bobot Kering Biji Per Sampel

Data bobot kering biji per sampel dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 36-37. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering biji per sampel.

Tabel 12. Bobot kering biji per sampel kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……g…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 6,75 6,23 5,46 6,15

J2 ( 30 x 20 cm ) 7,17 6,43 6,24 6,61

J3 ( 20 x 20 cm ) 6,82 6,45 4,96 6,07

Rataan 6,91 6,37 5,56

Tabel 12 menunjukkan bahwa rataan bobot kering biji per sampel tertinggi pada J2 (30 x 20 cm) yaitu 6,61 g dan terendah pada J3 (20 x 20 cm) yaitu

(42)

6,07 g. Rataan tertinggi POC pada bobot kering biji per sampel terdapat pada P1 (40 ml/L) yaitu 6,91 g dan terendah pada P3 (80 ml/L) yaitu 5,56 g.

Bobot Kering Biji Per Plot

Data bobot kering biji per plot dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 38-39. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering biji per plot.

Tabel 13. Bobot kering biji per plot kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……g…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 36,08 32,70 28,81 32,53

J2 ( 30 x 20 cm ) 43,54 30,57 30,92 35,01

J3 ( 20 x 20 cm ) 35,92 34,68 29,83 33,48

Rataan 38,51 32,65 29,85

Tabel 13 menunjukkan bahwa rataan bobot kering biji per plot tertinggi pada J2 (30 x 20 cm) yaitu 35,01 g dan terendah pada J1 (40 x 20 cm) yaitu 32,53 g. Rataan tertinggi POC pada bobot kering biji per plot terdapat pada P1 (40 ml/L) yaitu 38,51 g dan terendah pada P3 (80 ml/L) yaitu 29,85 g.

Bobot Kering 100 Biji

Data bobot basah tajuk dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 40-41. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa POC berpengaruh nyata terhadap bobot kering 100 biji.

(43)

Tabel 14. Bobot kering 100 biji kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml/L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……g…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 34,23 32,69 33,63 33,52

J2 ( 30 x 20 cm ) 37,05 31,17 34,36 34,19

J3 ( 20 x 20 cm ) 39,06 33,45 37,46 36,65

Rataan 36,78 a 32,44 c 35,15 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa perlakuan POC 40 ml/L menghasilkan bobot kering 100 biji tertinggi yang berbeda nyata dengan jarak tanam 60 ml/L, tetapi berbeda tidak nyata dengan jarak tanam 80 ml/L.

Hubungan bobot basah tajuk dengan perlakuan jarak tanam dan POC dapat dilihat pada gambar 1

Gambar 2. Hubungan berbagai dosis POC terhadap bobot kering 100 biji.

Gambar 2. Menunjukkan bahwa hubungan berbagai dosis POC terhadap bobot kering 100 biji menunjukkan kurva kuadratik dimana bobot kering 100 biji minimum yaitu 32,44 g pada dosis POC 60 ml/L.

Ŷ= 0.0088x2- 1.0993x + 66.637 r = 1

32.00 32.50 33.00 33.50 34.00 34.50 35.00 35.50 36.00 36.50 37.00

40 50 60 70 80

Bobot 100 Biji (g)

POC (ml/L)

Series1 Poly. (Series1)

(44)

Indeks Panen

Data bobot kering biji per plot dan sidik ragam pengaruh jarak tanam dan POC dapat dilihat pada Lampiran 42-43. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, POC dan interaksi antara perlakuan jarak tanam dan POC berpengaruh tidak nyata terhadap indeks panen.

Tabel 15. Indeks Panen kacang kedelai Edamame pada perlakuan jarak tanam dan POC.

Jarak Tanam POC (ml.L)

Rataan P1 (40) P2 (60) P3(80)

………..……g…..…………

J1 ( 40 x 20 cm ) 0,21 0,27 0,23 0,24

J2 ( 30 x 20 cm ) 0,20 0,24 0,30 0,25

J3 ( 20 x 20 cm ) 0,22 0,19 0,21 0,21

Rataan 0,21 0,24 0,24

Tabel 15 menunjukkan bahwa rataan indeks panen tertinggi pada J2 (30 x 20 cm) yaitu 0,25 g dan terendah pada J3 (20 x 20 cm) yaitu 0,21 g. Rataan tertinggi POC pada indeks panen terdapat pada P1 (40 ml/L) yaitu 0,24 g dan terendah pada P1 (40 ml/L) yaitu 0,21 g.

Pembahasan

Respons Pertumbuhan Kacang Kedelai Edamame Terhadap Perlakuan Jarak Tanam

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang produktif (Tabel 8). Jumlah cabang produktif tertinggi terdapat pada perlakuan jarak tanam J2 ( 30 x 20 cm ) yaitu 6,64 cabang dan rataan terendah terdapat pada perlakuan jarak tanam J3 (20 x 20 cm) yaitu 5,80 cabang.

(45)

Jarak tanam yang sesuai berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jumlah cabang produktif tanaman kedelai edamame, dikarenakan tanaman kedelai edamame lebih mudah untuk beradaptasi dan berkembang apabila jarak tanam yang diberikan lebih renggang. Sesuai dengan pernyataan Budiastuti (2000) bahwa pada jarak tanam yang lebih renggang, penerimaan intensitas cahaya matahari menjadi lebih besar dan memberikan kesempatan pada tanaman untuk melakukan pertumbuhan ke arah samping, dan mempengaruhi terbentuknya cabang.

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot segar polong, bobot basah tajuk, bobot basah akar, jumlah polong tanaman, bobot kering biji/sampel, bobor 100 biji dan indeks panen. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor seperti terjadinya kompetisi inter spesifik tanaman atau diduga karena ketika penelitian berlangsung kondisi cuaca cukup ekstrem panasnya yang dapat mencapai suhu maksimum 34º C dan curah hujan tertinggi mencapai 78 mm berdasarkan data BMKG (2019). Kondisi tersebut tidak sesuai dengan syarat tumbuh yang baik untuk kedelai edamame yang menghendaki suhu 25-27º C dan curah hujan optimal 100-200 mm/bulan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutomo (2011) yang menyatakan bahwa umumnya pertumbuhan terbaik tanaman kedelai edamame terjadi pada suhu antara 25–27 º C, dengan penyinaran penuh (minimal 10 jam/hari). Tanaman kedelai menghendaki curah hujan optimal antara 100 -200 mm/bulan, dengan kelembaban rata-rata 50%.

(46)

Kompetisi inter spesifik tanaman dapat menyebabkan pengaruh kurang baik pada tanaman sehingga menyebabkan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman (Tabel 1), diameter batang (Tabel 2), bobot basah tajuk (Tabel 3), bobot basah akar (Tabel 4), bobot segar polong (Tabel 5), bobot kering tajuk (Tabel 7), bobot kering akar (Tabel 8), jumlah polong tanaman (Tabel 9), bobot kering biji/sampel (Tabel 13), bobot 100 biji kering (Tabel 14) dan indeks panen (Tabel 15). Menurut pernyataan Odum (1983) kompetisi interspesifik adalah setiap interaksi-interaksi yang mempunyai pengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup populasi lain. Kecenderungan berkompetisi akan membawa ke pemisahan ekologi dari suatu jenis yang serupa atau spesies yang berhubungan erat dan dikenal sebagai asas larangan kompetisi. Secara serempak, kompetisi menghasilkan banyak seleksi adaptasi yang meningkatkan kehidupan bersama dari suatu organisme yang beraneka ragam yang berada di wilayah tertentu.

Respons Pertumbuhan Kedelai Edamame Terhadap Pemberian pupuk Organik Cair

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan bobot kering 100 biji. Hal ini dapat dilihat pada (Tabel 6) bahwa rataan tertinggi untuk bobot basah tajuk terdapat pada perlakuan pemberian pupuk organik cair 40 ml/L (P1) yaitu 20,94 g dan terendah terdapat pada perlakuan pemberian pupuk organik cair 60 ml/L (P2) yaitu 16,56 g. Pupuk organik cair adalah pupuk yang berperan dalam meningkatkan aktivitas biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga tanah menjadi subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman, sehingga POC terbukti berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan bobot kering 100 biji. Hal ini sesuai dengan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tanaman, diameter batang,

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, produksi biji per

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, produksi biji per

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, produksi biji per

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan konsentrasi Kalium memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman 2 minggu setelah tanam, bobot kering 6 minggu

Perlakuan pemberian pupuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap diameter batang, total luas daun, bobot segar tajuk, dan bobot kering tajuk namun tidak berpengaruh nyata terhadap

Peubah amatan adalah tinggi tanaman, diameter batang, total luas daun, jumlah klorofil, jumlah cabang produktif, bobot kering tajuk, bobot kering akar, umur

Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot basah