Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Dan Mulsa di Lahan Kering

81  Download (0)

Full text
(1)

Lampiran 1. Bagan penanaman pada plot 200 cm

200 cm

20 cm 40 cm 20 cm

X X X X

20 cm

X X X X

X X X X

X X X X

X X X X

X X X X

X X X X

X X X X

20 cm X X X X

20 cm 40 cm 20 cm

X X X X

20 cm

X X X X

X X X X

X X X X

X X X X

X X X X

X X X X

X X X X

(2)

Lampiran 2. Bagan plot penelitian Bagan Penelitian

50 cm 50 cm U

B

S

Blok I Blok II Blok III

K1M1 K0M3 K2M1

30cm

K3M3 K3M1 K1M2

K2M0 K1M2 K0M2

K0M2 K0M1 K3M1

K0M0 K3M2 K2M0

K3M0 K1M1 K1M3

K1M0 K3M3 K3M3

K2M2 K2M1 K0M0

K1M3 K0M2 K3M0

K3M1 K1M0 K0M1

K0M1 K2M2 K1M1

K1M2 K2M0 K2M3

K2M3 K0M3 K1M0

K0M3 K3M0 K2M2

K2M1 K1M3 K3M2

(3)

Lampiran 3. Deskripsi varietas kedelai Varietas Kedelai Grobogan

Nama Varietas : Grobogan

SK : 238/Kpts/SR.120/3/2008

Tahun : 2008

Tetua : Pemurnian populasi lokal Malabar Grobogan Potensi Hasil (t/ha) : 2,77 t/ha

Rataan Hasil : 3.40 t/ha

Karakter : polong masak tidak mudah pecah, dan pada saat panen daun luruh 95-100% saat panen >95% daunnya telah luruh

Pemulia : Suhartina, M. Muchlish Adie, T. Adisarwanto, Sumarsono, Sunardi, Tjandramukti, Ali Muchtar, Sihono,SB. Purwanto, Siti Khawariyah, Murbantoro, Alrodi, Tino Vihara, Farid Mufhti, dan Suharno

Warna Hipokotil : Ungu Tipe Pertumbuhan : Determinate Umur Berbunga (hari): 30-32 hari

Daerah Sebaran : Beradaptasi baik pada beberapa kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah beririgasi baik

(4)

Lampiran 4. Gambar Lahan Penelitian

Gambar 5.1. Foto Lahan Penelitian sebelum dilakukan penanaman

Gambar 5.2. Foto Lahan Penelitian saat tanaman berumur 2 MST dan telah diaplikasikan Mulsa

(5)

Lampiran 5. Data tinggi tanaman kedelai 3 MST dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

Lampiran 7. Sidik ragam tinggi tanaman kedelai 3 MST dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi

(6)

Lampiran 8. Data tinggi tanaman kedelai 4 MST dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi

(7)

Lampiran 10. Data tinggi tanaman kedelai 5 MST dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

Lampiran 11. Sidik ragam tinggi tanaman kedelai 5 MST dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi

(8)

Lampiran 12. Data tinggi tanaman kedelai 6 MST dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

Lampiran 13. Sidik ragam tinggi tanaman kedelai 6 MST dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi

(9)

Lampiran 14. Data Diameter batang tanaman kedelai 6 MST dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami (mm)

Perlakuan Blok Total Rataan

Lampiran 15. Sidik ragam Diameter batang tanaman kedelai 6 MST dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi

(10)

Lampiran 16. Data Total luas daun 6 MST tanaman kedelai dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami (cm2)

Perlakuan Blok Total Rataan

Lampiran 17. Sidik ragam total luas daun 6 MST tanaman kedelai dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa

(11)

Lampiran 18. Data jumlah cabang produktif tanaman kedelai dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami (buah)

Perlakuan Blok Total Rataan

Lampiran 19. Sidik ragam jumlah cabang produktif tanaman kedelai dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi

(12)

Lampiran 20. Data jumlah polong berisi tanaman kedelai dengan

perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami (buah)

Perlakuan Blok Total Rataan

Lampiran 21. Sidik ragam jumlah polong berisi tanaman kedelai dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi

(13)

Lampiran 22. Data jumlah polong hampa tanaman kedelai dengan

perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami (buah)

Perlakuan Blok Total Rataan

Lampiran 23. Sidik ragam jumlah polong hampa tanaman kedelai dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi

(14)

Lampiran 24. Data bobot kering akar tanaman kedelai dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

Lampiran 25. Sidik ragam bobot kering akar tanaman kedelai dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi

(15)

Lampiran 26. Data bobot kering tajuk tanaman kedelai dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

Lampiran 27. Sidik ragam bobot kering tajuk tanaman kedelai dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi

(16)

Lampiran 28. Data bobot kering 100 biji tanaman kedelai dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

Lampiran 29. Sidik ragam bobot kering 100 biji tanaman kedelai dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi

(17)

Lampiran 30. Data bobot kering biji/ plot tanaman kedelai dengan

perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami padi (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

Lampiran 31. Sidik ragam bobot bobot kering biji/ plot tanaman kedelai dengan perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa jerami

(18)

Lampiran 32. Cara pembuatan pupuk organik cair

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) Bahan – bahan :

1. Kotoran ternak : 50 kg

2. Gula putih : 1/2 kg

3. Dedak Halus : 2 kg

4. Daun paitan : 3 kg

5. Daun Kacangan : 2 kg

6. Daun Pete Cina : 2 kg

7. MOL F2 (Bio Starter) : 1 gelas

8. Air : Secukupnya

Alat – alat :

1.Tong plastik isi 70 ltr : 1 buah

2. Plastik Transparan : 1 meter

3.Tali karet/rafia : 3 meter

Cara pembuatan :

1. Semua bahan di kumpulkan dan dedaunan dicincang hingga halus.

2. Dimasukkan semua bahan-bahan yang sudah dihaluskan tambahkan air

secukupnya dan aduk hingga merata.

3. Tong ditutup dengan plastik transparan dan disimpan di tempat yang tidak

terkena sinar matahari. Dilakukan pengadukan setiap pagi selama 4-5 hari.

4. Setelah 4-5 hari POC sudah jadi, ditandai dengan semua bahan sudah

mengendap ke bawah (tidak terapung lagi).

5. Kemudian POC disaring dan ditempatkan pada tong yang bersih, dan ditutup

(19)
(20)

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya, Jakarta.

Andrianto, T.T., dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.

Agung, T dan A. Y. Rahayu, 2004. Analisis Efisiensi Serapan N, Pertumbuhan, dan Hasil Beberapa Kultivar Kedelai Unggul Baru dengan Cekaman Kekeringan dan Pemberian Pupuk Hayati. Agrosains. Semarang. hal 70-74.

Astiningrum, M., Haryono, G., dan Historiawati. 2008. Rekayasa Peningkatan Produksi Kedelai Dengan Formula Pupuk Organik Sampah Kota Dan Dolomit Pada Lahan Marjinal.

Badan Pusat Statistik. 2015.Data Produksi Tanaman Kedelai 2011-2015. Sumatera Utara. Medan.

Fachruddin L. 2000. Budidaya Kacang Kacangan. Kanisius. Yogyakarta.

Fauzan, A. 2002. Pemanfaatan Mulsa Dalam Pertanian Berkelanjutan. Pertania Organik. Malang. H. 182-187.

Hamzah, S. 2014. Pupuk Organik Cair Dan Pupuk Kandang Ayam Berpengaruh kepada Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine MaxL.) Jurnal Agroekoteknologi Fakultas Pertanian UMSU. Medan. Agrium, April 2014. Volume 18 No 3. Halaman 228.

Hakim, A.M. 2009. Asupan Nitrogen Dan Pupuk Organik Cair Terhadap Hasil Dan Kadar Vitamin C Kelopak Bunga Rosela (Hisbiscus sabdariffa L.). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Hidajat, O.O., 1985 dalam Tetti H. 2009. Kedelai. Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Hal : 73, 77-78, dan 82.

Irwan, A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Hal. 4.

(21)

Martinsari, T., Y. Wijayanti., E. Purwanti. 2010. Optimalisasi Fermentasi Urine Sapi Dengan Aditif Tetes Tebu (Molasses) Untuk Menghasilkan Pupuk Organik Cair Yang Berkualitas Tinggi.Universitas Negeri Malang. Malang.

Meirina, T., S. Darmanti., S. Haryanti. 2007. Produktivitas Kdelai (Glycine Max (L. ) Merril var. Lokan) Yang Diperlakukan Dengan Pupuk Organik Cair Lengkap Pada Dosis Dan Waktu Pemupukan Yang Berbeda. Jurnal Lab. Biologi Struktur Dan Fungsi Tumbuhan, Jurusan Biologi MIPA UNDIP. Volume XVII , No 2. Halaman 8.

Munawar, A. 2011."KesuburanTanah dan Nutrisi Tanaman,"IPB Press, Bogor.

Munif. 2009. Budi Daya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification). Universitas Garut Press, Garut.

Perdana. I. 2008. Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Sawah Akibat Pemberian Jerami Padu pada Berbagai Masa Inkubasi. Skripsi Fakultas Pertanian. USU, Medan.

Rahmah, A., M. Izzati., S. Parman. 2014. Pengaruh Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Limbah Sawi Putih (Brassica ChinensisL.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea MaysL. Var. Saccharata). Buletin Anatomi Dan Fisiologi. Volume XXII, Nomor 1, Maret 2014. Halaman 65.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia Jilid Satu : Prinsip, Produksi, dan Gizi. ITB, Bandung. Hal. 262.

Salisbury, B.F. dan C.C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 2. ITB Press. Bandung.

Suhartina, T. dan Adisarwanto. 1996. Manfaat jerami padi pada budidaya kedelai di lahan sawah. Balitkabi. Malang.

Suprapto, 1999. Bertanam Kedelai.Penebar Swadaya.Jakarta.

Suriadikarta D.A dan R.M. Simanungkalit., 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

(22)

Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar. Skripsi. Tidak Dipublikasikan

Syukur, Abdul, Nisrina, dan Sulakhudin. 2008. Pengaruh Pemupukan NPK dan Bahan Organik pada Absorpsi P, Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Psaments Bantul. Sains Tanah. Vol 5 (I) hal 1-6.

Thomas, R.S., R.L. Franson, & G.J. Bethlenfalvay. 1993. Separation of VAM Fungus and Root Effects on Soil Agregation. Soil Sci. Am. J. Edition: 57: 77-31.

Parnata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Priambodo, A., B. Guritno., A. Nugroho. 2009. Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair. Fakultas Pertanian UNIBRAW. Malang.

Sari, D. K., 2013. Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max(L.) Merril) dengan Pemberian Pupuk Cair. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Waisimon, E. D. 2012. Uji Daya Hasil Beberapa Varietas Kedelai Berdaya Hasil Tinggi Pada Lahan Sawah Di Sp-1 Prafi Manokwari. Universitas Negeri Papua. Manokwari

Widyasari,L ., Sumarni T ., A rifin . 2011. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Mulsa Jerami Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Glycine Max (L.) Merill). Universitas Brawijaya. Malang.

(23)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan masyarakat Desa Aras Kabu

Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat ± 25

meter di atas permukaan laut, mulai bulan November 2015 sampai dengan bulan

Februari 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas

grobogan, pupuk organik cair produksi Kelompok Tani Mekar Pasar Kawat,

jerami padi kering, rhizobium sp., air, pupuk tunggal,pestisida dan bahan lain

yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul dan garu, pacak ,

gembor, meteran, timbangan, kalkulator, jangka sorong digital, knapsack sprayer ,

hand sprayer, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian

ini.

Metode Percobaan

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2

faktor :

Faktor I : Konsentrasi Pupuk Organik Cair (P) 4 taraf, yaitu :

K0 : Kontrol

K1 : 40 ml / L air

K2 : 80 ml / L air

(24)

Faktor II : Berat Mulsa Jerami Padi (M) 4 taraf, yaitu :

M0 : Kontrol

M1 : 1 Kg/ Plot tanaman (2.5 ton/ha)

M2 : 2 Kg/ Plot tanaman (5 ton/ha)

M3 : 3 Kg/ Plot tanaman (7.5 ton/ha)

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu :

P0M0 P1M0 P2M0 P3M0

P0M1 P1M1 P2M1 P3M1

P0M2 P1M2 P2M2 P3M2

P0M3 P1M3 P2M3 P3M3

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 48 plot

Ukuran plot : 200 cm x 200 cm

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar blok : 50 cm

Jarak tanam : 20 x 20 cm

Jumlah tanaman/plot : 36 tanaman

Jumlah sampel per plot : 5 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 240 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 1.728 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan

model linear sebagai berikut :

(25)

dimana :

Yijk : Data hasil pengamatan dari unit percobaan blok ke-i dengan perlakuan

Konsentrasi POC taraf ke-j dan Berat Mulsa Jerami Padi taraf ke-k μ : Nilai tengah

ρi : Efek blok ke-i

αj : Efek perlakuan Konsentrasi POC pada taraf ke-j

βk : Efek perlakuan Berat Mulsa Jerami Padi pada taraf ke-k

(αβ)jk : Efek interaksi dari perlakuan Konsentrasi POC pada taraf ke-j dan

perlakuan Berat Mulsa Jerami Padi pada taraf ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i, perlakuan Konsentrasi POC pada taraf ke-j dan

perlakuan Berat Mulsa Jerami Padi pada taraf ke-k

Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata,

maka dilanjutkan dengan Uji Beda Rataan berdasarkan Duncan Multiple Range

(26)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Lahan penanaman yang digunakan untuk penelitian ini terlebih dahulu

dibersihkan dari gulma dan lainnya yang mengganggu. Selanjutnya lahan diolah

kemudian digemburkan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman olah 20

cm. Setelah itu dibuat plot-plot dengan ukuran panjang 200 cm, lebar 200 cm, dan

tinggi 30 cm dengan jarak antar blok 50 cm dan jarak antar plot 30 cm. Pada

sekeliling daerah dibuat parit drainase sedalam 30 cm untuk menghindari adanya

genangan air di sekitar areal penelitian.

Analisis Tanah dan Pupuk Organik Cair

Analisis tanah dilakukan dengan mengambil sampel tanah pada lahan

penelitian untuk selanjutnya bersama pupuk organik cair dilakukan uji

laboratorium yang meliputi pengujian unsur N,P,K,Mg dan C- organik.

Aplikasi Pupuk Dasar

Sebelum dilakukan penanaman benih, lahan yang sudah diolah selanjutnya

diaplikasikan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk tunggal dalam

setengah dosis anjuran untuk ukuran plot penanaman 2 m x 2 m yakni Urea 15 g,

SP36 30g dan KCL 30g.

Persiapan Benih

Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas

Grobogan. Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dilakukan perendaman

kedalam air untuk melihat viabilitas benih yaitu benih yang mengapung harus

(27)

Aplikasi Rhizobium sp.

Sebelum ditanam, benih terlebih dahulu diinokulasi dengan Rhizobium sp.

Cara menginokulasinya yaitu bahan inokulan ditambahkan aquadest sebanyak 10

ml kemudian benih dicampurkan sampai terbalut merata dan selanjutnya benih

langsung ditanam

Penanaman

Cara tanam untuk memperoleh produktivitas tinggi yaitu dengan membuat

jarak tanam 40 cm x 20 cm . Lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman 2

cm. Setiap lubang tanam diisi 2 biji dan ditutup dengan tanah.

Aplikasi Pupuk Organik Cair

Pengaplikasian POC dilakukan mulai 2-5 MST dengan cara melarutkan

POC sesuai perlakuan konsentrasi dalam 1 liter air lalu disemprotkan kedaun

tanaman secara merata menggunakan sprayer. Pengaplikasian dilakukan pada sore

hari untuk menghindari tingginya penguapan.

Aplikasi Mulsa Jerami

Pengaplikasian mulsa jerami dilakukan saat 2 MST dengan cara mulsa

jerami yang sudah kering ditebarkan secara merata diatas plot tanaman sesuai

dengan perlakuan takaran berat mulsa masing- masing.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari tergantung

kondisi cuaca. Penyiraman dilakukan menggunakan selang air dengan cara

(28)

Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang rusak atau tidak tumbuh

pada saat 1-2 MST di lapangan.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang

ada dalam plot tanaman. Penyiangan dilakukan setiap minggu untuk menghindari

persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah.

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara manual

dengan mencabut tanaman yang terkena penyakit, penyemprotan insektisida

apabila terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman.

Panen

Panen dilakukan dengan cara disabit pada pangkal batang. Adapun kriteria

panennya adalah ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan

sebanyak 95%. Pemanenan dilakukan pada saat 78 HST .

Peubah Amatan Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai dengan titik

tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman

dilakukan pada interval waktu 3 MST sampai 6 MST.

Diameter Batang (mm)

Diameter batang diukur pada bagian batang bawah pada ketinggian 1 cm

diatas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran

(29)

Total Luas Daun (cm2)

Luas semua daun untuk tanaman sampel destruktif diukur pada 6 MST.

Masing – masing daun diukur panjang dan lebar daun untuk dapat dihitung total

luas daun. Total Luas daun dihitung menggunakan rumus :

Total Luas Daun = p x l x k

Keterangan :

P = Panjang

l = lebar

k = Konstanta

Konstanta daun tengah = 0,6531 dan daun kiri serta kanan = 0,765

(Dartius, et al. 1991)

Bobot Kering Tajuk (g)

Tajuk yang diukur adalah tajuk yang sudah dipisahkan dari akar dan

dibersihkan dari kotoran yang lalu dioven dengan suhu 800 C hingga bobotnya

konstan, lalu ditimbang dengan timbangan analitik. Pengukuran dilakukan dengan

cara destruksi tajuk pada 6 MST.

Bobot Kering Akar (g)

Akar yang diukur adalah tajuk yang sudah dipisahkan dari akar dan

dibersihkan dari kotoran yang lalu dioven dengan suhu 800 C hingga bobotnya

konstan, lalu ditimbang dengan timbangan analitik. Pengukuran dilakukan dengan

(30)

Jumlah Cabang Produktif (buah)

Jumlah cabang produktif yang dihitung adalah cabang yang berasal dari

batang utama pada setiap tanaman. Pengamatan dilakukan akhir masa generatif

(saat panen).

Jumlah Polong Berisi (buah)

Jumlah polong dihitung pada setiap tanaman yaitu polong yang telah

berisi, dilakukan pada saat tanaman dipanen.

Jumlah Polong Hampa (buah)

Jumlah polong hampa dihitung pada setiap tanaman yaitu polong yang

tidak berisi/hampa, dilakukan pada saat tanaman dipanen.

Bobot Kering 100 Biji (g)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji kedelai yang telah

dijemur di bawah sinar matahari selama 2-3 hari dari seluruh sampel setiap

ulangan.

Bobot Kering Biji / Plot (g)

Biji kedelai dilepaskan dari polongnya dan dijemur dibawah sinar matahari

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 6-35)

diketahui bahwa perlakuan konsentrasi POC berpengaruh nyata terhadap peubah

amatan dimeter batang, total luas daun, jumlah cabang produktif , jumlah polong

berisi, jumlah polong hampa, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering

100 biji dan bobot kering biji/ plot. Pada perlakuan berat mulsa berpengaruh nyata

pada peubah amatan bobot kering 100 biji dan interaksi antara keduanya

berpengaruh nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman (Lampiran 6-35).

Tinggi Tanaman (cm)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 6-15),

diketahui bahwa perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa berpengaruh tidak

nyata, sedangkan interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap peubah

amatan tinggi tanaman pada umur 3-6 MST.

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa, pada umur 6 MST perlakuan

POC dengan konsentrasi 120 ml (K3) menghasilkan tinggi tanaman tertinggi

yaitu 42.3 cm dan terendah pada konsentrasi 0 ml (K0) yaitu 38.4 cm. Sedangkan

pada perlakuan berat mulsa dapat dilihat bahwa, tinggi tanaman tertinggi pada

perlakuan berat mulsa 2 kg/ plot (M2) yaitu 41.2 cm dan terendah pada

perlakuan berat mulsa 1 kg/ plot (M1) yaitu 38.7 cm.

Tinggi tanaman umur 3-6 MST pada perlakuan konsentrasi dan berat mulsa dapat

(32)

Tabel 1. Tinggi Tanaman (cm) umur 3-6 MST pada masing- masing perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa

MST Konsentrasi

K1 (40) 16.92bcde 18.17abcde 19.37abc 15.61cde 17.52

K2 (80) 20.80a 18.02abcde 14.47e 18.45abcd 17.94

K0 (0) 33.75abcde 30.86cde 36.79abcde 38.61abcd 35.00

K1 (40) 34.23abcd 35.34abcd 39.20abc 31.49bcde 35.07

K2 (80) 40.69a 35.60abcde 30.59de 36.72abcde 35.90

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Interaksi antara konsentrasi POC dan berat mulsa menunjukkan respons

yang nyata terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 6 MST. Kombinasi

perlakuan K3M2 (Pemberian POC dengan konsentrasi 120 ml/l dengan berat

mulsa 2 kg/ plot) menghasilkan data tinggi tanaman terbesar yakni 44.86 cm.

Interaksi perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa terhadap tinggi

(33)

Gambar 2. Hubungan antara tinggi tanaman kedelai pada 6 MST terhadap interaksi konsentrasi POC dan berat mulsa

Diameter Batang (mm)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 16-17),

diketahui bahwa perlakuan konsentrasi POC berpengaruh nyata, sedangkan

perlakuan berat mulsa dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata

terhadap peubah amatan diameter batang pada umur 6 MST.

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa, perlakuan POC dengan

dengan konsentrasi 0 ml/l (K0).

(34)

Diameter batang kedelai pada perlakuan konsentrasi dan berat mulsa dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Diameter batang (mm) umur 6 MST pada masing- masing perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa

Konsentrasi POC

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa, hubungan antara diameter

batang tanaman kedelai terhadap perlakuan pemberian konsentrasi POC pada

umur 6 MST berpengaruh nyata secara kuadratik. Dimana semakin tinggi

konsentrasi POC hingga konsentrasi 80 ml/liter air dapat meningkatkan

pertumbuhan diameter tanaman.

Grafik hubungan antara diameter batang tanaman kedelai pada umur

6 MST terhadap pemberian Konsentrasi POC dapat dilihat pada Gambar 2.

(35)

Total Luas Daun (cm2)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 18-19),

diketahui bahwa perlakuan konsentrasi POC berpengaruh nyata, sedangkan

perlakuan berat mulsa dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata

terhadap peubah amatan total luas daun pada umur 6 MST.

Total luas daun pada perlakuan konsentrasi dan berat mulsa dapat dilihat

pada tabel 3.

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa, perlakuan POC dengan

konsentrasi 120 ml (K3) menghasilkan total luas daun tertinggi yaitu 518.0 cm2

dan terendah pada konsentrasi 0 ml (K0) yaitu 447.5 cm2. Pada perlakuan berat

mulsa dapat dilihat total luas daun tertinggi pada perlakuan berat mulsa 3 kg/ plot

(M3) yaitu 502.9 cm2 dan terendah pada perlakuan berat mulsa 0 kg/ plot (M0)

yaitu 484.5 cm2 .

Perlakuan POC dengan konsentrasi 40 ml/l (K1), 80 ml/l (K2), dan

120 ml/l (K3) berbeda tidak nyata, namun berbeda nyata dengan perlakuan POC

(36)

Grafik hubungan antara total luas daun tanaman kedelai pada umur

6 MST terhadap pemberian Konsentrasi POC dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2. Hubungan antara total luas daun tanaman kedelai pada 6 MST terhadap pemberian Konsentrasi POC

Berdasarkan gambar 3 dilihat bahwa, hubungan antara total luas daun

tanaman kedelai terhadap perlakuan pemberian konsentrasi POC pada umur

6 MST berpengaruh nyata secara linear positif. Dimana semakin tinggi

konsentrasi POC hingga konsentrasi 120 ml/liter air dapat meningkatkan

pertumbuhan total luas daun tanaman.

Bobot Kering Tajuk (g)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 20-21),

diketahui bahwa perlakuan konsentrasi POC berpengaruh nyata, sedangkan

perlakuan berat mulsa dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata

terhadap peubah amatan bobot kering tajuk pada umur 6 MST .

(37)

dan terendah pada konsentrasi 0 ml (K0) yaitu 38.4 g. Pada perlakuan berat mulsa

dapat dilihat bobot kering tajuk tertinggi pada perlakuan berat mulsa 2 kg/ plot

(M2) yaitu 54.6 g dan terendah pada perlakuan berat mulsa 0 kg/ plot (M0) yaitu

50.9 g.

Bobot kering tajuk pada perlakuan konsentrasi dan berat mulsa dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Bobot kering tajuk (g) umur 6 MST pada masing- masing perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa

Konsentrasi POC

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Perlakuan POC dengan konsentrasi 40 ml/l (K1), 80 ml/l (K2), dan

120 ml/l (K3) saling berbeda tidak nyata, namun berbeda nyata dengan perlakuan

POC dengan konsentrasi 0 ml/l (K0).

Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa, hubungan antara bobot kering

tajuk tanaman kedelai terhadap perlakuan pemberian konsentrasi POC pada umur

6 MST berpengaruh nyata secara linear positif. Dimana semakin tinggi

konsentrasi POC hingga konsentrasi 120 ml/liter air dapat meningkatkan bobot

kering tajuk tanaman.

Grafik hubungan antara bobot kering tajuk tanaman kedelai terhadap

(38)

Gambar 4. Hubungan antara bobot kering tajuk tanaman kedelai pada 6 MST terhadap pemberian Konsentrasi POC.

Bobot Kering Akar (g)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 22-23),

diketahui bahwa perlakuan konsentrasi POC berpengaruh nyata, sedangkan

perlakuan berat mulsa dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata

terhadap peubah amatan bobot kering akar pada umur 6 MST .

Bobot kering akar pada perlakuan konsentrasi dan berat mulsa dapat

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

(39)

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa, perlakuan POC dengan

konsentrasi 120 ml (K3) menghasilkan bobot kering akar tertinggi yaitu 2.5 g dan

terendah pada konsentrasi 0 ml (K0) yaitu 1.2 g. Pada perlakuan berat mulsa dapat

dilihat bobot kering akar tertinggi pada perlakuan berat mulsa 2 kg/ plot (M2)

yaitu 2.2 g dan terendah pada perlakuan berat mulsa 1 kg/ plot (M1) yaitu 1.9 g.

Perlakuan POC dengan konsentrasi 120 ml/l (K3) menghasilkan bobot

kering akar tertinggi yaitu 2.5 g namun tidak berbeda nyata dengan perlakauan

konsentrasi POC 80 ml/l (K2) yakni 2.29 g.

Grafik hubungan antara bobot kering akar tanaman kedelai terhadap

pemberian Konsentrasi POC dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Hubungan antara bobot kering akar tanaman kedelai pada 6 MST terhadap pemberian Konsentrasi POC

Berdasarkan gambar 5 dapat dilihat bahwa, hubungan antara bobot kering

akar tanaman kedelai terhadap perlakuan pemberian konsentrasi POC pada umur

(40)

POC hingga konsentrasi 120 ml/liter air dapat meningkatkan bobot kering akar

tanaman.

Jumlah Cabang Produktif (buah)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 24-25),

diketahui bahwa perlakuan konsentrasi POC berpengaruh nyata, sedangkan

perlakuan berat mulsa dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata

terhadap peubah amatan jumlah cabang produktif .

Jumlah cabang produktif pada perlakuan konsentrasi dan berat mulsa dapat

dilihat pada tabel 6.

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa, perlakuan POC dengan

konsentrasi 120 ml (K3) menghasilkan jumlah cabang produktif tertinggi yaitu

2.7 buah dan terendah pada konsentrasi 0 ml (K0) yaitu 1.7 buah. Pada perlakuan

berat mulsa dapat dilihat jumlah cabang produktif tertinggi pada perlakuan berat

mulsa 2 kg/ plot (M2) yaitu 2.23 buah dan terendah pada perlakuan berat mulsa

(41)

Perlakuan POC dengan konsentrasi 120 ml/l (K3) menghasilkan jumlah

cabang produktif tertinggi yaitu 2.7 buah, dimana berbeda nyata dengan

perlakuan POC lainnya yaitu konsentrasi 0 ml/l (K0), 40 ml/l (K1) dan 80 ml/l

(K2).

Grafik hubungan antara jumlah cabang produktif tanaman kedelai terhadap

pemberian Konsentrasi POC dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Hubungan antara jumlah cabang produktif tanaman kedelai terhadap pemberian Konsentrasi POC

Berdasarkan gambar 6 dapat dilihat bahwa hubungan jumlah cabang

produktif tanaman kedelai terhadap perlakuan pemberian konsentrasi POC

berpengaruh nyata secara linear. Dimana semakin tinggi konsentrasi POC hingga

konsentrasi 120 ml/liter air dapat meningkatkan jumlah cabang produktif

tanaman.

Jumlah polong berisi (buah)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 26-27),

(42)

perlakuan berat mulsa dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata

terhadap peubah amatan jumlah polong berisi.

Jumlah polong berisi pada perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa

dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Jumlah polong berisi (buah) pada masing- masing perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel 7 dapat dlihati bahwa, perlakuan POC dengan

konsentrasi 120 ml (K3) menghasilkan jumlah polong berisi tertinggi yaitu 52.8

buah dan terendah pada konsentrasi 0 ml (K0) yaitu 36.2 buah. Pada perlakuan

berat mulsa dapat dilihat jumlah polong berisi tertinggi pada perlakuan berat

mulsa 3 kg/ plot (M3) yaitu 47.9 buah dan terendah pada perlakuan berat mulsa 0

kg/ plot (M0) yaitu 42.6 buah.

Perlakuan POC dengan konsentrasi 40 ml/l (K1), 80 ml/l (K2), dan

120 ml/l (K3) berbeda tidak nyata, namun berbeda nyata dengan perlakuan POC

dengan konsentrasi 0 ml/l (K0).

Berdasarkan gambar 7 dapat dilihat bahwa hubungan jumlah polong berisi

(43)

nyata secara linear positif. Dimana semakin tinggi konsentrasi POC hingga

konsentrasi 120 ml/liter air dapat meningkatkan jumlah polong berisi tanaman.

Grafik hubungan antara jumlah polong berisi tanaman kedelai terhadap

pemberian Konsentrasi POC dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Hubungan antara jumlah polong berisi tanaman kedelai terhadap pemberian Konsentrasi POC

Jumlah polong hampa (buah)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 28-29),

diketahui bahwa perlakuan konsentrasi POC berpengaruh nyata, sedangkan

perlakuan berat mulsa dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata

terhadap peubah amatan jumlah polong hampa.

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa, perlakuan konsentrasi POC

0 ml (K0) menghasilkan jumlah polong hampa tertinggi yaitu 7.0 buah dan

terendah pada konsentrasi 120 ml (K3) yaitu 5.4 buah. Pada perlakuan berat mulsa

(44)

Jumlah polong hampa pada perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa

dapat dilihat pada pada tabel 8.

Tabel 8. Jumlah polong hampa (buah) pada masing- masing perlakuan

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Perlakuan POC dengan konsentrasi 0 ml/l (K0) menghasilkan jumlah

polong hampa tertinggi yaitu 6.97 buah, dimana berbeda nyata dengan perlakuan

POC lainnya yaitu konsentrasi 40 ml/l (K1), 80 ml/l (K2) dan

120 ml/l (K3).

Grafik hubungan antara jumlah polong hampa tanaman kedelai terhadap

pemberian Konsentrasi POC dapat dilihat pada gambar 8.

(45)

Berdasarkan gambar 8 dapat dilihat bahwa hubungan jumlah polong

hampa tanaman kedelai terhadap perlakuan pemberian konsentrasi POC

berpengaruh nyata secara linear positif. Dimana semakin tinggi konsentrasi POC

hingga konsentrasi 120 ml/liter air dapat menurunkan jumlah polong hampa

tanaman.

Bobot kering biji per plot (g)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 32-33),

diketahui bahwa perlakuan konsentrasi POC berpengaruh nyata, sedangkan

perlakuan berat mulsa dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata

terhadap peubah amatan bobot biji per plot.

Bobot biji per plot pada perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa dapat

dilihat pada tabel 9.

Rataan 1379.50 1377.56 1417.74 1407.88 1395.67

Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa, perlakuan POC dengan

konsentrasi 120 ml (K3) menghasilkan bobot kering biji per plot tertinggi yaitu

1533.8 g dan terendah pada konsentrasi 0 ml (K0) yaitu 1208.1 g. Pada perlakuan

(46)

2 kg/ plot (M2) yaitu 1417.7 g dan terendah pada perlakuan berat mulsa 1 kg/ plot

(M1) yaitu 1377.6 g.

Perlakuan POC dengan konsentrasi 120 ml/l (K3) menghasilkan jumlah

bobot kering biji per plot yaitu 1533.84 g, dimana berbeda nyata dengan

perlakuan POC lainnya yaitu konsentrasi 0 ml/l (K0), 40 ml/l (K1) dan 80

ml/l (K2).

Grafik hubungan antara bobot biji per plot tanaman kedelai terhadap

pemberian Konsentrasi POC dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Hubungan antara bobot biji per plot tanaman kedelai terhadap pemberian Konsentrasi POC

Berdasarkan gambar 9 dapat dilihat bahwa hubungan bobot biji per plot

tanaman kedelai terhadap perlakuan pemberian konsentrasi POC berpengaruh

nyata secara linear positif. Dimana semakin tinggi konsentrasi POC hingga

konsentrasi 120 ml/liter air dapat meningkatkan bobot biji per plot tanaman .

Bobot kering 100 biji (g)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 34-35),

(47)

sedangkan perlakuan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap

Konsentrasi POC (ml/l) Mulsa Jerami (kg/plot) Rataan M0 (0) M1 (1) M2 (2) M3 (3)

Keterangan : angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Berdasarkan tabel 10 dapat dlihat bahw,a perlakuan POC dengan

Perlakuan POC dengan konsentrasi 120 ml/l (K3) menghasilkan jumlah

bobot kering 100 biji yaitu 22.57 g, dimana berbeda nyata dengan

perlakuan POC lainnya yaitu konsentrasi 0 ml/l (K0), 40 ml/l (K1) dan 80

ml/l (K2). Sedangkan pada perlakuan berat mulsa , jumlah bobot kering 100 biji

tertinggi didapatkan pada perlakuan 2 kg/plot (M2) yaitu 1533.84 g, namun

(48)

Grafik hubungan antara bobot 100 biji tanaman kedelai terhadap

pemberian Konsentrasi POC dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Hubungan antara bobot kering 100 biji tanaman kedelai terhadap pemberian Konsentrasi POC

Berdasarkan gambar 10 dapat dilihat bahwa hubungan bobot kering 100

biji tanaman kedelai terhadap perlakuan pemberian konsentrasi POC berpengaruh

nyata secara linear. Dimana semakin tinggi konsentrasi POC hingga konsentrasi

120 ml/liter air dapat menuingkatkan bobot kering 100 biji tanaman kedelai.

Berdasarkan gambar 11 dapat dilihat bahwa hubungan bobot 100 biji

tanaman kedelai terhadap perlakuan berat mulsa berpengaruh nyata secara

kuadratik. Dimana semakin banyak mulsa yang diberikan sampai 2 kg/ plot dapat

meningkatkan bobot kering 100 biji tanaman.

Grafik hubungan antara bobot kering 100 biji tanaman kedelai terhadap

(49)

Gambar 11. Hubungan antara bobot kering 100 biji tanaman kedelai terhadap pemberian perlakuan berat mulsa

Pembahasan

Pertumbuhan dan produksi kedelai pada perlakuan konsentrasi POC

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam diketahui bahwa

perlakuan konsentrasi POC berpengaruh nyata terhadap peubah amatan dimeter

batang, total luas daun, jumlah cabang produktif , jumlah polong berisi, jumlah

polong hampa, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering 100 biji dan

bobot kering biji/ plot namun tidak berpengaruh nyata pada peubah amatan tinggi

tanaman.

Pada parameter diamaeter batang pada 6 MST konsentrasi POC

berpengaruh nyata,dimana perlakuan konsentrasi POC 80 ml (K2) menghasilkan

diameter batang tertinggi yaitu 6.41 mm dan terendah pada konsentrasi 0 ml (K0)

yaitu 5.61 mm. Hal ini menunjukkan bahwasannya pengaplikasian pupuk organik

cair pada tanaman kedelai varietas grobogan dapat memenuhi defisiensi hara baik

makro maupun mikro sehingga berpengaruh dalam membantu penyerapan

(50)

bentuk cair sehingga mudah diserap oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan

Parnata ( 2004) yang menyatakan pemberian pupuk organik cair merupakan salah

satu cara mengatasi defisiensi unsur hara makro maupun mikro.

Pada parameter total luas daun pada 6 MST konsentrasi POC berpengaruh

nyata,dimana perlakuan konsentrasi POC 120 ml (K3) menghasilkan total luas

daun tertinggi yaitu 518.0 cm2 dan terendah pada konsentrasi 0 ml (K0) yaitu

447.5 cm2. Pupuk organic cair kotoran sapi mengandung unsure N yang

dibutuhkan oleh tanaman kedelai yang membantu dalam proses fiksasi nitrogen

diudara, dimana kemampuan tanaman memfiksasi nitrogen diudara ditentukan

juga oleh luas penampang daun,semakin luas penampang daun maka proses

fotosintesis akan semakin baik sehingga hasil asimilasi tanaman semakin besar.

Hal ini sesuai dengan Taiz dan Zeiger (2002) yang menyatakan kemampuan

tanaman dalam menangkap dan menggunakan radiasi cahaya matahari untuk

fotosintesis dipengaruhi pula oleh faktor morfologis, anatomis dan fisiologis daun.

Konsentrasi POC berpengaruh nyata pada peubah amatan jumlah cabang

produktif, jumlah polong hampa dan jumlah polong berisi. Dimana pada

parameter jumlah cabang produktif data tertinggi diperoleh pada perlakuan

konsentrasi POC 120 ml (K3) menghasilkan jumlah cabang produktif tertinggi

yaitu 2.7 cabang dan terendah pada konsentrasi 0 ml (K0) yaitu 1.7 cabang. Pada

parameter jumlah polong hampa data tertinggi diperoleh pada perlakuan

konsentrasi POC 0 ml (K0) yang menghasilkan jumlah polong hampa tertinggi

yaitu 7.0 polong dan terendah pada konsentrasi 120 ml (K3) yaitu 5.4 polong.

Pada parameter jumlah polong berisi data tertinggi diperoleh pada perlakuan

(51)

52.8 polong dan terendah pada konsentrasi 0 ml (K0) yaitu 36.2 polong. Dapat

dijelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi POC yang diaplikasikan akan

berpengaruh nyata meningkatkan produksi tanaman kedelai terlihat pada jumlah

cabang produktif yang dikuti dengan jumlah polong berisi. Pupuk organik cair

dari kotoran sapi mengandung unsure hara Posfor yang berguna dalam

pembentukan dan pemasakan biji. Hal ini sesuai dengan Syukur et al (2008) yang

menyatakan Nitrogen yang berasal dari pupuk kandang maupun NPK esensial

untuk pembentukan buah dan biji. Sedangkan hara P akan membantu dalam

mempercepat pemasakan biji.

Pada parameter bobot kering akar dan bobot kering tajuk perlakuan

konsentrasi POC menunjukkan pengaruh nyata. Dimana pada parameter bobot

kering akar diperoleh perlakuan konsentrasi POC 120 ml (K3) menghasilkan

bobot kering akar tertinggi yaitu 2.5 g dan terendah pada konsentrasi 0 ml (K0)

yaitu 1.2 g. Sedangkan pada bobot kering tajuk diperoleh perlakuan konsentrasi

POC 120 ml (K3) menghasilkan bobot kering tajuk tertinggi yaitu 60.2 g dan

terendah pada konsentrasi 0 ml (K0) yaitu 38.4 g. Hal ini menunjukkan

peningkatan konsentrasi dalam aplikasi POC secara seimbang memberikan

pengaruh positif terhadap pertumbuhan akar dan tajuk tanaman. Sebab dalam

kandungan NPK dalam pupuk organic cair sangat berperan dalam efisiensi

serapan hara tanaman kedelai sehingga membantu dalam masa pertumbuhan

vegetatif tanaman. Menurut Munawar (2011) N berperan dalam pertumbuhan

vegetatif tanarnan, P menentukan pertumbuhan akar serta mempercepat

kematangan, dan K berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Lebih jauh

(52)

pupuk organik cair, berperan sebagai penyusun protein sedangkan fosfor dan

kalsium berperan dalam memacu pembelahan jaringan meristem dan merangsang

pertumbuhan akar dan perkembangan daun.

Pada parameter bobot kering100 biji maupun bobot biji/ plot perlakuan

konsentrasi POC menunjukkan pengaruh nyata. Dimana pada parameter bobot

kering 100 biji diperoleh perlakuan konsentrasi POC 120 ml (K3) menghasilkan

bobot kering 100 biji tertinggi yaitu 22.6 g dan terendah pada konsentrasi 0 ml

(K0) yaitu 19.6 g. Dan pada parameter bobot biji/ plot diperoleh perlakuan

konsentrasi POC 120 ml (K3) menghasilkan bobot kering biji per plot tertinggi

yaitu 1533.8 g dan terendah pada konsentrasi 0 ml (K0) yaitu 1208.1 g. Senyawa

penyusun bahan organic dalam biji kedelai dapat terpenuhi dengan pemberian

bahan organic yang mengandung unsure N. Hardjowigeno (1995) menyatakan

unsur N yang terdapat dalam pupuk merupakan penyusun bahan organik dalam

biji seperti asam amino, protein, koenzim, klorofil dan sejumlah bahan lain dalam

biji, sehingga pemberian pupuk yang mengandung N pada tanaman akan

meningkatkan berat kering biji.

Pertumbuhan dan produksi kedelai pada perlakuan berat Mulsa Jerami Padi

Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan berat mulsa jerami

berpengaruh nyata terhadap peubah amatan bobot kering 100 biji dan tidak

berpengaruh nyata terhadap peubah amatan lainnya.

Pada parameter bobot kering 100 biji perlakuan berat mulsa jerami padi

berpengaruh nyata. Dimana pada parameter bobot kering 100 biji diperoleh

perlakuan berat mulsa menghasilkan bobot kering 100 biji tertinggi pada

(53)

berat mulsa 0 kg/ plot (M0) yaitu 20.7 g. Pengaplikasian mulsa jerami dapat

mengurangi kehilangan air akibat penguapan serta mampu menekan pertumbuhan

gulma sehingga kebutuhan air untuk perakaran tanaman tidak terganggu serta

mulsa jerami dapat mengurangi kompetisi unsur hara antara tanaman kedelai

dengan gulma dan mampu meningkatkan hasil produksi. Thomas et al.,( 1993)

menjelaskan fungsi mulsa jerami adalah untuk menekan pertumbuhan gulma,

mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi

permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan melindungi tanah dari terpaan

sinar matahari. Serta Agung dan Rahayu (2004) menambahkan bahwa ketersedian

air yang cukup pada saat pertumbuhan generatif dapat meningkatkan bobot biji,

sebab bobot biji sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan dalam musim

tanam.

Perlakuan berat mulsa jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap peubah

amatan tinggi tanaman 3-6 MST, diameter batang, total luas daun, bobot kering

tajuk dan bobot kering akar. Hal ini disebabkan proses dekomposisi mulsa jerami

padi memerlukan waktu relatif lama.sehingga kandungan bahan organik pada

tanah rendah yang menyebabkan kemampuan tanah menahan air berkurang,

sehingga pengaplikasian mulsa dalam berbagai tingkat perlakuan mulai dari

control, 1 kg/plot, 2 kg/plot dan 3 kg/plot tidak berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai. Hal ini sesuai dengan

Widyasari dkk ., (2011) yang menyatakan jumlah bahan organik yang berkurang

dikarenakan mulsa jerami padi memerlukan waktu relatif lama dalam proses

dekomposisinya. Kandungan bahan organik yang rendah pada tanah menyebabkan

(54)

Perlakuan berat mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap peubah amatan

jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, bobot

kering 100 biji, bobot kering biji dan bobot kering biji tanaman per plot. Hal ini

dikarenakan efek positif pemulsaan dengan jerami padi akan lebih terlihat jika

pada musim tanam sebelumnya telah diupayakan teknik pemulsaan dengan jerami

padi sehingga kandungan unsure hara dari jerami padi dapat terdekomposisi

sempurna dengan tanah. Pendapat tersebut sesuai dengan Fauzan (2002) yang

menyatakan bahwa fungsi mulsa sebagai bahan organik untuk meningkatkan

unsur hara tanaman dapat terlihat pada musim tanam berikutnya.

Pengaruh interaksi perlakuan konsentrasi dan cara pemberian POC

Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan konsentrasi POC dan

berat mulsa berpengaruh nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman 3-6 MST

dan berpengaruh tidak nyata pada peubah amatan lainnya.

Pada fase pertumbuhan tinggi tanaman 3-6 MST interaksi antara perlakuan

konsentrasi POC dan berat mulsa berpengaruh nyata . Dimana pada 3 MST rataan

interaksi tertinggi diperoleh pada perlakuan K2M0 yakni 20,80 cm dan terendah

pada perlakuan K0M1 yakni 15,13 cm. . Pada 4 MST rataan interaksi tertinggi

diperoleh pada perlakuan K2M0 yakni 31 cm dan terendah pada perlakuan K3M3

yakni 22,01 cm. Pada 5 MST rataan interaksi tertinggi diperoleh pada perlakuan

K2M0 yakni 40,69 cm dan terendah pada perlakuan K3M3 yakni 30 cm. Pada 6

MST rataan interaksi tertinggi diperoleh pada perlakuan K3M2 yakni 44.86 cm

dan terendah pada perlakuan K0M1 yakni 33.41 cm. Hal ini menunjukkan bahwa

pengaplikasian pupuk organic cair akan berdampak lebih optimal jika diikuti

(55)

proses metabolisme sel dan salah fungsi utama dari mulsa jerami adalah untuk

menjaga kelembaban tanah, menjaga kestabilan suhu tanah dan mengurangi

kehilangan air. Menurut Mayun (2007) bahwa pemberian mulsa jerami di atas

permukaan tanah dapat mengurangi evaporasi serta menjaga kestabilan suhu dan

kelembaban tanah. Selain dapat mengurangi kehilangan air dan menurunkan suhu,

jerami juga dapat mempertahankan kondisi di sekitar tanaman sehingga

kelembaban tanah lebih tinggi. Semakin banyak air yang tersedia dalam tanah

semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap hara dan laju fotosintesis

juga semakin besar, sehingga pembelahan dan perpanjangan sel berlangsung lebih

cepat.

Kombinasi antara perlakuan konsentrasi POC 120 ml/ liter air dengan berat

mulsa 2 kg/ plot tanaman cenderung mengkasilkan interaksi terbaik pada peubah

amatan tinggi tanaman 6 MST, diameter batang, bobot kering akar, bobot kering

tajuk, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi, bobot kering biji/ plot dan

bobot kering 100 biji. Walaupun tidak nyata secara statistik tetapi kombinasi

keduanya memberikan dampak yang baik bagi tanaman. Hal ini menunjukkan

semakin besar konsentrasi POC yang diberikan maka akan menunjukkan

pertumbuhan dan produksi yang semakin baik pula, sebab kandungan N,P,K

maupun mikroorganisme tersedia dalam bentuk cair, apabila dilarutkan dengan air

yang semakin banyak akan mengurang efektifitas dari POC tersebut. Sedangkan

untuk takaran berat mulsa jerami 2 kg/plot sesuai dengan hasil penelitian

Suhartina dan Adisarwanto (1996) yang melaporkan bahwa penggunaan jerami

padi sebagai mulsa yang dihamparkan merata di atas permukaan tanah sebanyak 5

(56)

mulsa, sedangkan apabila jerami padi dibakar maka pertumbuhan gulma hanya

(57)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan konsentrasi POC berpengaruh nyata terhadap peubah amatan

dimeter batang, total luas daun, jumlah cabang produktif , jumlah polong

berisi, jumlah polong hampa, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot

kering 100 biji dan bobot kering biji/ plot. Perlakuan konsentrasi POC

120 ml/L paling baik meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman

kedelai pada hampir semua peubah amatan.

2. Perlakuan berat mulsa berpengaruh nyata pada peubah amatan bobot

kering 100 biji. Perlakuan berat mulsa jerami padi pada takaran 5 ton/ha

paling baik meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai

hampir pada semua peubah amatan.

3. Interaksi perlakuan konsentrasi dan berat mulsa jerami padi berpengaruh

nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman. Interaksi kedua factor

cenderung meningkatkan hasil produksi kedelai pada kombinasi perlakuan

terbaik konsentrasi 120 ml/ liter air dan takaran berat mulsa 5 ton/ha.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk menggunakan pupuk

organic cair dengan konsentrasi 120 ml/l dan takaran berat mulsa 5 ton/ha karena

(58)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Menurut Van Steenis (2003), tanaman kedelai diklasifikasikan ke dalam

Kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas

Dicotyledonae, ordo Polypetales, famili Papilionaceae (Leguminosae), genus

Glycine, spesies Glycine max (L.) Merill.

Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar

cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah.

Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga

120 cm. Jika kelembaban tanah turun, akar akan berkembang lebih kedalam agar

dapat menyerap unsur hara dan air. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya

tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga

merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa

koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang

bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai (Suprapto, 1999).

Kedelai berbatang semak, dengan tinggi batang antara 30 – 100 cm. Setiap

batang dapat membentuk 3 - 6 cabang. Bila jarak antara tanaman dalam barisan

rapat, cabang menjadi berkurang atau tidak bercabang sama sekali. Tipe

pertumbuhan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yakni determinit, indeterminit,

dan semi determinit (Adisarwanto, 2006).

Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu

stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah

dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves)

(59)

dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut

dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai

korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji (Irwan, 2006).

Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, artinya dalam setiap bunga

terdapat alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga

masih menutup, sehingga kemungkinan terjadinya kawin silang secara alam amat

kecil. Bunga terletak pada ruas – ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak

semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara

sempurna. Menurut penelitian sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk

polong. Usia kedelai sampai berbunga bervariasi, tergantung varietasnya. Varietas

umumnya dapat dipanen pada umur 80 – 90 hari. Pembungaan sangat dipengaruhi

oleh lama penyinaran dan suhu. Kedelai termasuk tanaman berumur pendek, yang

berarti tanaman tidak akan berbunga, bila lama penyinaran melebihi batas kritis,

yakni sekitar 15 jam (Fachruddin, 2000).

Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya

bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm, jumlah polong yang terbentuk

pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap

kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50,

bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan

semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk

polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini

kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning

(60)

Biji kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak

di antara keping biji. Warna kulit biji bermacam – macam, ada yang kuning,

hitam, hijau atau coklat. Pusar biji atau hilum, adalah jaringan bekas biji kedelai

yang menempel pada dinding buah. Bentuk biji kedelai pada umumnya bulat

lonjong, ada yang bundar atau bulat agak pipih. Besar biji bervariasi, tergantung

varietas. Di Indonesia besar biji sering diukur dari bobot per 100 biji kering dan

bervariasi dari 6 gram sampai 30 gram. Kedelai digolongkan berbiji kecil bila

bobot 100 bijinya antara 6 – 10 gram ; berbiji sedang bila bobot 100 biji 13 gram

dan lebih dari 13 gram termasuk berbiji besar. Di Amerika dan Jepang kedelai

yang bobot 100 bijinya kurang dari 15 gram masih dianggap kedelai kecil

(Fachruddin, 2000).

Syarat Tumbuh

Untuk mendukung pertumbuhannya, dalam budidaya tanaman kedelai

juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, yaitu iklim dan tanah.

Iklim

Kedelai dapat tumbuh baik sampai ketinggian 1.500 m dpl. Suhu yang

dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34oC, dengan suhu optimum bagi

pertumbuhan 23-27oC. Perkecambahan optimal terjadi pada suhu 30˚C. Selain itu

penyinaran matahari 12 jam/hari atau minimal 10 jam/hari dan curah hujan yang

paling optimal antara 100-200 mm/bulan (Andrianto dan Indarto, 2004).

Kedelai menghendaki suhu lingkungan yang optimal untuk proses

pembentukan bunga yaitu 25-28°C serta pembentukan polong optimal pada

kisaran 26,6-32oC. Kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada

(61)

ditanam pada dataran tinggi mundur 2-3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang

ditanam di dataran rendah (Adisarwanto, 2005).

Tanah

Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal tanaman kedelai

menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya akan humus atau bahan

organik. Nilai pH ideal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri Rhizobium adalah

6,0-6,8. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan mengalami klorosis sehingga

tanaman menjadi kerdil dan daunnya menguning (Waisimon, 2012).

Kedelai tidak menuntut struktur tanah khusus sebagai suatu persyaratan

tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan kurang subur dan agak masam pun kedelai

dapat tumbuh dengan baik, asalkan tidak tergenang air.Toleransi pH sebagai

syarat tumbuh antara 4,5–7 namun pada tanah asam perlu dilakukan pengapuran

(Astiningrum et al., 2008).

Tanah yang dapat ditanam kedelai harus memiliki air dan hara tanaman

yang cukup untuk pertumbuhannya. Tanah yang mengandung liat tinggi perlu

perbaikan drainase dan aerasi sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen.

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada jenis tanah alluvial, regosol, gumosol, latosol

dan andosol (Andrianto dan Indarto, 2004).

Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair mengandung unsur hara, asam amino dan

homon pertumbuhan yang diperlukan tumbuhan. Pupuk organik cair adalah

pupuk yang kandungan bahan kimianya maksimum 5% karena itu, kandungan N,

P dan K pupuk organik cair relatif rendah. Pupuk organik cair memiliki beberapa

(62)

terdapat pada pupuk organik padat, pupuk organik cair dapat mengaktifkan unsur

hara yang ada dalam pupuk organik padat ( Parnata, 2004).

Pemupukan dengan menggunakan pupuk organik cair dapat digunakan

untuk meningkatkan produksi kedelai. Kelebihan pupuk organik cair ialah biaya

yang dikeluarkan lebih kecil bila dibandingkan dengan menggunakan pupuk biasa

(Priambodo et al., 2009).

Pemupukan melalui daun dilakukan dengan menyemprotkan pupuk dalam

bentuk cair pada tanaman secara langsung. Metode ini merupakan metode yang

efektif untuk memberikan hara yang terkandung dalam pupuk, karena pupuk

mudah masuk dan terserap ke dalam stomata. Hasil penelitian terhadap ukuran

membuka celah stomata daun kedelai (Glycine max (L.) Merril var. Lokon) pada

pagi,siang dan sore hari, menunjukkan bahwa stomata membuka maksimal pada

pagi hari. Siang hari stomata tetap membuka tetapi tidak maksimal, untuk

mengurangi terjadinya penguapan, sedangkan pada sore hari terjadi pembukaan

stomata lebih besar dari siang hari (Meirina et al., 2007).

Bahan pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi

kedelai baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan dan

meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik

dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat

mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat

beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat

beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan

(63)

Pemberian pupuk organik cair merupakan salah satu cara mengatasi

defisiensi unsur hara makro maupun mikro (Parnata, 2004. Menurut Sutedjo dan

Kartasapoetra (1993), pupuk organik cair merupakan hasil akhir dari perubahan

atau penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman atau binatang misalnya

pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan sebagainya. Pupuk organik mempunyai

fungsi untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan, meningkatkan populasi

jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang keseluruhannya

meningkatkan kesuburan tanah (Hakim, 2009).

Pemberian pupuk organik cair yang mengandung nitrogen, fosfor dan

kalium mampu memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman melalui peningkatan

total luas daun dan jumlah klorofil yang dalam hal ini berhubungan langsung

dengan proses fotosintesis dan peningkatan hasil produksi melalui akumulasi

fotosintat pada biji (Sari,2013).

Mulsa Jerami Padi

Kendala pengolahan tanah dalam budidaya tanaman kedelai dapat

dikendalikan dengan penggunaan mulsa secara tepat. Hasil dari penelitian

pengolahan tanah akan meningkatkan populasi gulma, menurunkan ketersediaan

air tanah dan menaikkan temperatur tanah sehingga pemulsaan diperlukan.

Pemulsaan yang sesuai dapat merubah iklim mikro tanah sehingga dapat

meningkatkan kadar air tanah dan menekan pertumbuhan gulma

( Widyasari et al., 2011).

Jerami padi dimanfaatkan sebagai mulsa, yang berfungsi menekan

pertumbuhan gulma dan merubah iklim mikro tanah. Hasil penelitian Suhartina

(64)

mulsa yang dihamparkan merata di atas permukaan tanah sebanyak 5 ton ha-1

dapat menekan pertumbuhan gulma 37-61% dibandingkan dengan tanpa mulsa.

Semakin besar jumlah mulsa yang diberikan akan berdampak positif terhadap

tambahan bahan organik pada tanah, namun dikhawatirkan akan menjadi inang

dari beberapa jenis OPT seperti tikus.

Penambahan jerami akan menambah kandungan bahan organik tanah.

Pemakaian jerami yang konsisten dalam jangka panjang akan dapat menaikkan

kandungan bahan organik tanah dan mengembalikan kesuburan tanah. Bahan

organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki

beberapa peranan kunci di tanah. Fungsi jerami kompos adalah: menyediakan

makanan dan tempat hidup (habitat) untuk organisme (termasuk mikroba) tanah,

menyediakan energi untuk proses-proses biologi tanah, memberikan kontribusi

pada daya pulih (resiliansi) tanah, merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah

penting untuk daya pulih tanah akibat perubahan pH tanah, menyimpan cadangan

hara penting, khususnya N dan K (Munif, 2009).

Kandungan unsur hara bahan organik yang terkandung dalam jerami padi

diantaranya yaitu N 0.64%, P 0.05%, K 2.03%, Ca 0.29%, Mg 0.14%, Zn 0.02%

(65)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring

dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena

itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi

dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai

pun diperluas, disertai pengembangan produktivitas tanaman. Untuk pencapaian

usaha tersebut, diperlukan pengenalan beberapa teknologi mengenai tanaman

kedelai secara lebih mendalam kepada para petani.

Produksi kedelai tahun 2015 sebanyak 963,10 ribu ton biji kering,

meningkat sebanyak 8,10 ribu ton (0,85 persen) dibandingkan tahun 2014.

Peningkatan produksi tersebut terjadi di luar Pulau Jawa sebanyak 30,41 ribu ton,

sementara di Pulau Jawa terjadi penurunan produksi sebanyak 22,31 ribu ton.

Peningkatan produksi kedelai terjadi karena kenaikan produktivitas sebesar 0,18

kuintal/hektar (1,16 persen) meskipun luas panen mengalami penurunan seluas

1,80 ribu hektar (0,29 persen) (BPS, 2015).

Pupuk organik merupakan pupuk yang berperan meningkatkan aktifitas

biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga lahan menjadi subur dan baik untuk

pertumbuhan tanaman. Saat ini sebagian besar petani masih tergantung pada

pupuk anorganik karena mengandung beberapa unsur hara dalam jumlah yang

banyak, padahal jika digunakan secara terus-menerus akan menimbulkan dampak

negatif terhadap kondisi tanah (Rahmah et al., 2014).

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar

Figure

Gambar 5.1. Foto Lahan Penelitian sebelum dilakukan penanaman

Gambar 5.1.

Foto Lahan Penelitian sebelum dilakukan penanaman p.4
TABEL ANNOVA

TABEL ANNOVA

p.5
Tabel 1.  Tinggi Tanaman  (cm) umur 3-6 MST pada masing- masing perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa

Tabel 1.

Tinggi Tanaman (cm) umur 3-6 MST pada masing- masing perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa p.32
Gambar 2. Hubungan antara  tinggi tanaman kedelai pada 6 MST terhadap interaksi konsentrasi POC dan berat mulsa

Gambar 2.

Hubungan antara tinggi tanaman kedelai pada 6 MST terhadap interaksi konsentrasi POC dan berat mulsa p.33
Tabel 2.  Diameter batang (mm) umur  6 MST pada masing- masing perlakuan konsentrasi POC dan berat   mulsa

Tabel 2.

Diameter batang (mm) umur 6 MST pada masing- masing perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa p.34
Tabel 3.  Total  luas daun  (cm2) umur 6 MST pada masing- masing   perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa

Tabel 3.

Total luas daun (cm2) umur 6 MST pada masing- masing perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa p.35
Gambar 2. Hubungan antara total luas daun tanaman kedelai pada 6 MST terhadap pemberian Konsentrasi POC

Gambar 2.

Hubungan antara total luas daun tanaman kedelai pada 6 MST terhadap pemberian Konsentrasi POC p.36
Tabel 4. Bobot kering tajuk (g) umur 6 MST  pada masing- masing perlakuan konsentrasi   POC dan berat mulsa

Tabel 4.

Bobot kering tajuk (g) umur 6 MST pada masing- masing perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa p.37
Gambar 4. Hubungan antara bobot kering tajuk tanaman kedelai pada 6 MST terhadap pemberian Konsentrasi POC

Gambar 4.

Hubungan antara bobot kering tajuk tanaman kedelai pada 6 MST terhadap pemberian Konsentrasi POC p.38
Grafik hubungan antara bobot kering akar tanaman kedelai terhadap

Grafik hubungan

antara bobot kering akar tanaman kedelai terhadap p.39
Tabel 6.  Jumlah cabang produktif  (buah) pada masing- masing perlakuan konsentrasi dan berat mulsa

Tabel 6.

Jumlah cabang produktif (buah) pada masing- masing perlakuan konsentrasi dan berat mulsa p.40
gambar 6.

gambar 6.

p.41
Tabel 7.  Jumlah polong berisi (buah) pada masing- masing  perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa

Tabel 7.

Jumlah polong berisi (buah) pada masing- masing perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa p.42
Grafik hubungan antara jumlah polong berisi tanaman kedelai terhadap

Grafik hubungan

antara jumlah polong berisi tanaman kedelai terhadap p.43
Grafik hubungan antara jumlah polong hampa tanaman kedelai terhadap

Grafik hubungan

antara jumlah polong hampa tanaman kedelai terhadap p.44
Tabel 9.  Bobot kering biji per plot (g) pada masing- masing perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa

Tabel 9.

Bobot kering biji per plot (g) pada masing- masing perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa p.45
Grafik hubungan antara bobot biji per plot tanaman kedelai terhadap

Grafik hubungan

antara bobot biji per plot tanaman kedelai terhadap p.46
Tabel 10. Bobot kering 100 biji (g) pada masing- masing  perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa

Tabel 10.

Bobot kering 100 biji (g) pada masing- masing perlakuan konsentrasi POC dan berat mulsa p.47
Grafik hubungan antara bobot 100 biji tanaman kedelai terhadap

Grafik hubungan

antara bobot 100 biji tanaman kedelai terhadap p.48
Gambar 11. Hubungan antara bobot kering 100 biji tanaman kedelai terhadap pemberian  perlakuan berat mulsa

Gambar 11.

Hubungan antara bobot kering 100 biji tanaman kedelai terhadap pemberian perlakuan berat mulsa p.49

References

Related subjects :

Scan QR code by 1PDF app
for download now

Install 1PDF app in