• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery Terhadap Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Posfat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery Terhadap Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Posfat"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq) DI

MAIN NURSERY

TERHADAP

KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN

PUPUK FOSFAT

SKRIPSI

OLEH:

VICTOR KOMALA 060301043 BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq) DI

MAIN NURSERY

TERHADAP

KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN

PUPUK FOSFAT

SKRIPSI

OLEH:

VICTOR KOMALA 060301043 BDP-AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

( Ir. Meiriani, MP ) ( Nini Rahmawati SP, MSi Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

)

NIP. 19650518 199203 2 001 NIP. 19720215 200112 2 002

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq) di Main Nursery Terhadap Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Posfat.

Nama : Victor Komala NIM : 060301043

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Ir. Meiriani, MP)

Ketua Anggota

(Nini Rahmawati, SP, MSi)

Mengetahui,

Ketua Departemen Budidaya Pertanian (Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D)

(4)

ABSTRAK

VICTOR KOMALA: Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery Terhadap Komposisi Media Tanam dan

Pemberian Pupuk Fosfat, dibimbing oleh MEIRIANI dan NINI RAHMAWATI. Untuk mencari pengganti tanah topsoil bagi media tanam bibit kelapa sawit yang sering digunakan. Untuk itu dilakukan penelitian di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi (± 40 m dpl) pada bulan Januari sampai bulan Juli 2010 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu komposisi media tanam (M) dengan 3 taraf yaitu M0 (100% subsoil), M1 (80% subsoil dengan kompos tandan kosong kelapa sawit 20%), dan M2 (60% subsoil dengan kompos tandan kosong kelapa sawit 40%). Faktor kedua yaitu dosis pupuk fosfor (P) yaitu 70, 90, 110, dan 130 g per bibit. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, serapan P tanaman dan kandungan P tanah.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa media tanam nyata meningkatkan nilai pertumbuhan vegetatif dari semua parameter. Pemberian pupuk fosfat berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter kecuali kandungan P tanah. Interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata terdapat semua parameter.

Kata kunci : Pupuk Fosfat, Media Tanam, Main Nursery, Kelapa Sawit.

ABSTRACT

VICTOR KOMALA: Response in Growth of Palm Oil(Elaeis guineensis Jacq)

seeds at the Main Nursery to the composition of planting media and supplying phosphate fertilizer, supervised by MEIRIANI and NINI RAHMAWATI.

To find topsoil replacement which is often use as planting media in the palm oil nursery. Therefore, a research had been carried out in district Padang Hilir Tebing Tinggi city (± 40 m asl), since January to July 2010 using factorial randomized block design with two factors. The first factor is planting media composition (M) with 3 level, M0 (100% subsoil), M1 (80% subsoil with palm oil fruit bunch compost 20%), and M2 (60% subsoil with palm oil fruit bunch compost 40%). The second factor is doses of phosphate fertilizer (P) they are 70, 90, 110, and 130 g per seed. Parameters measured were seed height, leaves number, stem diameter, wet greenery weight, wet rooting weight, dry greenery weight, dry rooting weight, P absorption in plant and P content in media.

The results showed that the treatment of the planting media significantly increase value of vegetative on all parameters. The phosphate fertilizer gives unsignificantly effects on all parameters except P content in media. The interaction between planting media and phosphate fertilizer gives unsignificantly effects on all parameters.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 11 Juni 1988 dari Ayah

Henry dan Ibu Dra. Linda Elfa. Penulis merupakan anak tertua dari tiga

bersaudara.

Tahun 2006, penulis lulus dari SMU Methodist-2 Medan dan pada tahun

2006 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur SPMB.

Penulis memilih Program Studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian,

Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi asisten Laboratorium

Fisiologi Tumbuhan (2008-2010). Penulis juga melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di PTPN IV Unit Kebun Gunung Bayu, Sumatera Utara, pada

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Adapun judul

penelitian yang dipilih adalah “Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit

(Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery terhadap Komposisi Media Tanam dan

Pemberian Pupuk Posfat”.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Ir. Meiriani, MP dan

Nini Rahmawati, SP, MSi selaku pembimbing yang telah banyak membantu dan

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga kepada pada dosen

yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis serta seluruh

pegawai Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

jasa kepada penulis selama masa perkuliahan.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua penulis,

Henry dan Drs. Linda Elfa atas doa, cinta, dan kasih sayang serta nasehatnya.

Ungkapan senada juga disampaikan kepada Wenti Komala, David Komala, Bapak

Ir. B. Taniputra, Bapak DR. Ir. Kabul Pamin, dan Bapak Dr. Ir. Z. Poeloengan,

serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya.

Disamping itu, terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman

terbaik saya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu namanya BDP 06 serta

rekan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Oktober 2010

(7)

DAFTAR

ISI

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk Organik Tandan Kosong Kelapa Sawit ... 8

Pupuk Fosfor ... 10

Subsoil ... 12

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat Penelitian ... 14

Metode Penelitian ... 14

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Persiapan Areal Pembibitan ... 17

Persiapan dan Analisa Media Media ... 17

Penanaman Bibit ... 17

Pemupukan ... 18

Pemeliharaan Tanaman ... 18

Penyiraman ... 18

Penyiangan ... 18

Pengendalian Hama dan Penyakit... 18

Pengamatan Parameter ... 19

Pengamatan Pendahuluan ... 19

Tinggi Bibit (cm) ... 19

Pertambahan Jumlah Daun (helai) ... 19

(8)

Bobot Basah Tajuk Atas (gram) ... 20

Bobot Basah Akar (gram) ... 20

Bobot Kering Tajuk Atas (gram) ... 20

Bobot Kering Akar (gram) ... 20

Serapan Fosfat Tanaman (%) ... 21

Kandungan Fosfat Tersedia di Tanah (ppm) ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 22

Pembahasan ... 37

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42

Saran... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(9)

DAFTAR

TABEL

Hal 1. Kandungan nutrisi yang terkandung di dalam kompos tandan kosong

kelapa sawit ... 10

2. Tinggi bibit kelapa sawit (cm) umur 26 MSPT di main nursery pada

berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat ... 22

3. Pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) umur 26 MSPT di

main nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat .... 24

4. Pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) umur 26 MSPT di

main nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat .... 26

5. Bobot basah tajuk bibit kelapa sawit (gram) umur 26 MSPT di main

nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat ... 28

6. Bobot basah akar bibit kelapa sawit (gram) umur 26 MSPT di main

nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat ... 29

7. Bobot kering tajuk bibit kelapa sawit (gram) umur 26 MSPT di main

nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat ... 31

8. Bobot kering akar bibit kelapa sawit (gram) umur 26 MSPT di main

nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat ... 32

9. Serapan P bibit kelapa sawit (%) di main nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat ... 34

10. Kandungan P tersedia di dalam tanah (ppm) pada berbagai media

(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal 1. Hubungan tinggi bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery

dengan media tanam ... 23

2. Hubungan pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery dengan media tanam ... 25

3. Hubungan pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di mainnursery dengan media tanam ... 27

4. Hubungan bobot basah tajuk bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di mainnursery dengan media tanam ... 28

5. Hubungan bobot basah akar bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di mainnursery dengan media tanam ... 30

6. Hubungan bobot kering tajuk bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery dengan media tanam ... 31

7. Hubungan bobot kering akar bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery dengan media tanam ... 33

8. Hubungan serapan P bibit kelapa sawit di main nursery dengan media tanam ... 34

9. Hubungan kandungan P di dalam tanah dengan media tanam ... 36

10. Hubungan kandungan P di dalam tanah dengan pupuk fosfat ... 36

11. Bibit kelapa sawit berumur pada ulangan I ... 97

12. Bibit kelapa sawit berumur pada ulangan II ... 97

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Data tinggi bibit kelapa sawit (cm) pada saat pindah tanam ... 45

2. Daftar sidik ragam tinggi bibit kelapa sawit pada saat pindah tanam ... 45

3. Data tinggi bibit kelapa sawit (cm) 2 MSPT ... 46

4. Daftar sidik ragam tinggi bibit kelapa sawit 2 MSPT ... 46

5. Data tinggi bibit kelapa sawit (cm) 4 MSPT ... 47

6. Daftar sidik ragam tinggi bibit kelapa sawit 4 MSPT ... 47

7. Data tinggi bibit kelapa sawit (cm) 6 MSPT ... 48

8. Daftar sidik ragam tinggi bibit kelapa sawit 6 MSPT ... 48

9. Data tinggi bibit kelapa sawit (cm) 8 MSPT ... 49

10. Daftar sidik ragam tinggi bibit kelapa sawit 8 MSPT ... 49

11. Data tinggi bibit kelapa sawit (cm) 10 MSPT... 50

12. Daftar sidik ragam tinggi bibit kelapa sawit 10 MSPT ... 50

13. Data tinggi bibit kelapa sawit (cm) 12 MSPT... 51

14. Daftar sidik ragam tinggi bibit kelapa sawit 12 MSPT ... 51

15. Data tinggi bibit kelapa sawit (cm) 14 MSPT... 52

16. Daftar sidik ragam tinggi bibit kelapa sawit 14 MSPT ... 52

17. Data tinggi bibit kelapa sawit (cm) 16 MSPT... 53

18. Daftar sidik ragam tinggi bibit kelapa sawit 16 MSPT ... 53

19. Data tinggi bibit kelapa sawit (cm) 18 MSPT... 54

20. Daftar sidik ragam tinggi bibit kelapa sawit 18 MSPT ... 54

21. Data tinggi bibit kelapa sawit (cm) 20 MSPT... 55

(12)

23. Data tinggi bibit kelapa sawit (cm) 22 MSPT... 56

24. Daftar sidik ragam tinggi bibit kelapa sawit 22 MSPT ... 56

25. Data tinggi bibit kelapa sawit (cm) 24 MSPT... 57

26. Daftar sidik ragam tinggi bibit kelapa sawit 24 MSPT ... 57

27. Data tinggi bibit kelapa sawit (cm) 26 MSPT... 58

28. Daftar sidik ragam tinggi bibit kelapa sawit 26 MSPT ... 58

29. Data pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) pada saat pindah tanam ... 59

30. Daftar sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit pada saat pindah tanam ... 59

31. Data pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) 2 MSPT ... 60

32. Daftar sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit 2 MSPT ... 60

33. Data pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) 4 MSPT ... 61

34. Daftar sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit 4 MSPT ... 61

35. Data pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) 6 MSPT ... 62

36. Daftar sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit 6 MSPT ... 62

37. Data pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) 8 MSPT ... 63

38. Daftar sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit 8 MSPT ... 63

39. Data pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) 10 MSPT ... 64

40. Daftar sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit 10 MSPT ... 64

41. Data pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) 12 MSPT ... 65

(13)

43. Data pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) 14 MSPT ... 66

44. Daftar sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit

14 MSPT ... 66

45. Data pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) 16 MSPT ... 67

46. Daftar sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit

16 MSPT ... 67

47. Data pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) 18 MSPT ... 68

48. Daftar sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit

18 MSPT ... 68

49. Data pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) 20 MSPT ... 69

50. Daftar sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit

20 MSPT ... 69

51. Data pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) 22 MSPT ... 70

52. Daftar sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit

22 MSPT ... 70

53. Data pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) 24 MSPT ... 71

54. Daftar sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit

24 MSPT ... 71

55. Data pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) 26 MSPT ... 72

56. Daftar sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit

26 MSPT ... 72

57. Data pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) pada saat

pindah tanam ... 73

58. Daftar sidik ragam pertambahan bibit diameter batang pada saat

pindah tanam ... 73

59. Data pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) 2 MSPT ... 74

60. Daftar sidik ragam pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit

2 MSPT ... 74

(14)

62. Daftar sidik ragam pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit

4 MSPT ... 75

63. Data pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) 6 MSPT ... 76

64. Daftar sidik ragam pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit

6 MSPT ... 76

65. Data pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) 8 MSPT ... 77

66. Daftar sidik ragam pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit

8 MSPT ... 77

67. Data pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) 10 MSPT ... 78

68. Daftar sidik ragam pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit

10 MSPT ... 78

69. Data pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) 12 MSPT ... 79

70. Daftar sidik ragam pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit

12 MSPT ... 79

71. Data pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) 14 MSPT ... 80

72. Daftar sidik ragam pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit

14 MSPT ... 80

73. Data pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) 16 MSPT ... 81

74. Daftar sidik ragam pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit

16 MSPT ... 81

75. Data pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) 18 MSPT ... 82

76. Daftar sidik ragam pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit

18 MSPT ... 82

77. Data pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) 20 MSPT ... 83

78. Daftar sidik ragam pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit

20 MSPT ... 83

79. Data pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) 22 MSPT ... 84

80. Daftar sidik ragam pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit

(15)

81. Data pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) 24 MSPT ... 85

82. Daftar sidik ragam pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit 24 MSPT ... 85

83. Data pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) 26 MSPT ... 86

84. Daftar sidik ragam pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit 26 MSPT ... 86

85. Data bobot basah tajuk bibit kelapa sawit (gram) ... 87

86. Daftar Sidik Ragam bobot basah bibit tajuk kelapa sawit ... 87

87. Data bobot basah akar bibit kelapa sawit (gram) ... 88

88. Daftar sidik ragam bobot basah akar bibit kelapa sawit ... 88

89. Data bobot kering tajuk bibit kelapa sawit (gram) ... 89

90. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk bibit kelapa sawit ... 89

91. Data bobot kering akar bibit kelapa sawit (gram) ... 90

92. Daftar sidik ragam bobot kering akar bibit kelapa sawit ... 90

93. Data analisis kadar P bibit kelapa sawit (%) ... 91

94. Daftar sidik ragam analisis kadar P bibit kelapa sawit (%) ... 91

95. Data analisis kandungan P tanah (ppm)... 92

96. Daftar sidik ragam analisis kandungan P tanah (ppm) ... 92

97. Jadwal kegiatan penelitian 1 ... 93

98. Jadwal kegiatan penelitian 2 ... 93

99. Karakteristik DyxP sungai pancur 1 (Dumpy) ... 94

100.Bagan penelitian dan plot penelitian ... 95

(16)

ABSTRAK

VICTOR KOMALA: Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery Terhadap Komposisi Media Tanam dan

Pemberian Pupuk Fosfat, dibimbing oleh MEIRIANI dan NINI RAHMAWATI. Untuk mencari pengganti tanah topsoil bagi media tanam bibit kelapa sawit yang sering digunakan. Untuk itu dilakukan penelitian di Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi (± 40 m dpl) pada bulan Januari sampai bulan Juli 2010 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu komposisi media tanam (M) dengan 3 taraf yaitu M0 (100% subsoil), M1 (80% subsoil dengan kompos tandan kosong kelapa sawit 20%), dan M2 (60% subsoil dengan kompos tandan kosong kelapa sawit 40%). Faktor kedua yaitu dosis pupuk fosfor (P) yaitu 70, 90, 110, dan 130 g per bibit. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, serapan P tanaman dan kandungan P tanah.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa media tanam nyata meningkatkan nilai pertumbuhan vegetatif dari semua parameter. Pemberian pupuk fosfat berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter kecuali kandungan P tanah. Interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata terdapat semua parameter.

Kata kunci : Pupuk Fosfat, Media Tanam, Main Nursery, Kelapa Sawit.

ABSTRACT

VICTOR KOMALA: Response in Growth of Palm Oil(Elaeis guineensis Jacq)

seeds at the Main Nursery to the composition of planting media and supplying phosphate fertilizer, supervised by MEIRIANI and NINI RAHMAWATI.

To find topsoil replacement which is often use as planting media in the palm oil nursery. Therefore, a research had been carried out in district Padang Hilir Tebing Tinggi city (± 40 m asl), since January to July 2010 using factorial randomized block design with two factors. The first factor is planting media composition (M) with 3 level, M0 (100% subsoil), M1 (80% subsoil with palm oil fruit bunch compost 20%), and M2 (60% subsoil with palm oil fruit bunch compost 40%). The second factor is doses of phosphate fertilizer (P) they are 70, 90, 110, and 130 g per seed. Parameters measured were seed height, leaves number, stem diameter, wet greenery weight, wet rooting weight, dry greenery weight, dry rooting weight, P absorption in plant and P content in media.

The results showed that the treatment of the planting media significantly increase value of vegetative on all parameters. The phosphate fertilizer gives unsignificantly effects on all parameters except P content in media. The interaction between planting media and phosphate fertilizer gives unsignificantly effects on all parameters.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang menyumbang devisa

paling besar bagi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari data BPS (Badan Pusat

Statistik), dimana jumlah total ekspor Indonesia pada bulan Januari 2009 adalah

sebesar US$ 7.280.109.646, jika dibandingkan dengan jumlah yang

disumbangkan oleh Crude Palm Oil (CPO) yang merupakan salah satu hasil

pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit adalah sebesar US$

339.483.757 atau 4,46% dari total nilai ekspor Indonesia pada bulan Januari 2009.

Menurut data statistik Pusat Penelitian Kelapa Sawit, perkiraan luas areal

penanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2009 adalah sebesar 7.125.331

ha dengan pembagian luas kebun rakyat sebesar 3.300.481 ha, luas areal PTP

sebesar 760.010 ha dan luas areal milik swasta sebesar 3.064.840 ha, dan terus

mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Pengembangan kelapa sawit ke arah lahan-lahan marginal sekarang ini

sudah dilakukan, seperti pada lahan gambut dan lahan-lahan kritis akibat erosi.

Salah satu hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan kelapa sawit

pada areal tersebut adalah pembibitan tanaman kelapa sawit karena terkendala

sulitnya memperoleh top soil yang biasanya mempunyai sifat fisik dan kimiawi

yang baik. Alternatifnya adalah dengan memanfaatkan sub-soil, namun diperlukan

perlakuan-perlakuan tertentu sehingga kualitasnya dapat diperbaiki dan layak

digunakan sebagai media tanam di pembibitan. Salah satu perlakuan tersebut

(18)

Proses pembibitan tanaman kelapa sawit pada umumnya dilakukan dalam

2 tahap yaitu pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main

nursery). Hal ini bertujuan agar pengelolaan yang lebih intensif dan efektif,

seperti mulai pada pre nursery di mana umur dan ukuran bibit masih kecil

sehingga ditanam pada polibeg berukuran kecil kemudian berlanjut kepada main

nursery pada polibeg besar sebelum menuju proses penanaman langsung di

lapangan. Untuk memperoleh bahan tanaman yang dapat menunjang hasil

produksi kelak, perlu dilakukan pengamatan dan perlakuan yang lebih baik pada

tahap main nursery karena pada tahap pre nursery, unsur hara maupun bahan

makanan lebih banyak berasal dari kotiledon kecambah yang digunakan.

Salah satu bahan organik yang dapat digunakan adalah Tandan Kosong

Kelapa Sawit (TKKS) yang merupakan limbah dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS).

TKKS ini bila di biarkan di lapangan akan menjadi sarang hama dan mengotori

lingkungan, sehingga dijadikan sebagai kompos dengan kandungan hara yang

relatif tinggi. Kandungan nutrisi kompos dari tandan kosong kelapa sawit ini

antara lain N > 1,5%; P > 0,3%; K > 2,00%; Ca > 0,72%; bahan organik > 50%;

C

/N 15,03% dan kadar air 45-50%. (http://

kelapa sawit tergolong pupuk organik yang fungsi utamanya untuk pembenahan

tanah disamping sebagai sumber nutrisi terutama K. Kegunaannya untuk kelapa

sawit dapat menghemat penggunaan pupuk mineral.

Tanah subsoil merupakan tanah dengan kadar Al dan Fe yang tinggi serta

memiliki derajat kemasaman (pH) yang rendah. Tingginya derajat kemasaman

tanah menyebabkan terjadinya pengikatan unsur P oleh unsur Al dan Fe yang

(19)

organik tandan kosong kelapa sawit yang diberikan juga mengandung unsur P

yang rendah yaitu ± 0,3%. Hal ini menyebabkan unsur P menjadi faktor pembatas

bagi pertumbuhan tanaman di lahan subsoil. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan

pengapuran (pupuk Ca) untuk meningkatkan pH tanah atau perlu ditambahkan

perlakuan atau penambahan pupuk P agar pertumbuhan tanaman dapat menjadi

normal dan optimal.

Fosfor merupakan bagian dari senyawa yang mengatur pertumbuhan

tanaman. Asam-asam nukleat (nucleic acid), seperti yang terdapat dalam

kromosom, di samping mengandung N, juga mengandung fosfor. Selain itu

terdapat juga pada senyawa-senyawa yang mengatur pernafasan dan pematangan

buah. Kehadiran fosfor juga mengatur efisiensi penggunaan nitrogen oleh

tanaman. Kekurangan fosfor akan menghambat pertumbuhan tanaman

(Mangoensoekarjo dan Semangan, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

guna mengetahui respon pertumbuhan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di

main nursery terhadap komposisi media tanam dengan pemakaian bahan organik

kompos tandan kosong kelapa sawit dan pemberian pupuk fosfat.

Tujuan Penelitian

Menguji respon pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

di main nursery terhadap tiga jenis komposisi media tanam dan empat jenis dosis

(20)

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan respon yang nyata pada pertumbuhan bibit kelapa sawit

(Elaeis guineensis Jacq) di main nursery akibat perbedaan komposisi media tanam

dan dosis pupuk fosfat serta interaksi dari kedua faktor tersebut.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan, dan diharapkan dapat pula berguna untuk

pihak-pihak yang berkepentingan di dalam pembibitan kelapa sawit

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada rata-rata suhu minimum

22 - 240C dan maksimal 29 - 300C. Kondisi ini banyak dijumpai pada daerah

tropis. Suhu rendah dapat menghambat pertumbuhan batang, dimana batang

menjadi kecil (Ng, 1972).

Sinar matahari sangat penting bagi pertumbuhan tumbuhan, karena

merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya proses fotosintesis. Untuk

pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam

penyinaran per hari sepanjang tahun (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Jumlah curah hujan yang optimum untuk tanaman kelapa sawit adalah

2000-2500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, serta penyebarannya merata

sepanjang tahun. Sedangkan untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit diperlukan air

sebanyak 0,25-2 liter/bibit tergantung dengan umur bibit (Lubis, 2008).

Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4 - 6, dengan pH optimum 5 - 5,5.

Pada pH yang lebih rendah dari 4 (masam) akan menyebabkan terhambatnya

penyerapan unsur hara oleh tanaman seperti kalium dan fosfat. Tanah dengan

kemasaman yang tinggi (pH < 3,5) banyak mengandung asam sulfat yang tidak

baik untuk pertumbuhan kelapa sawit (Ng, 1972).

Media yang digunakan di Main Nursery sebaiknya menggunakan tanah

(22)

setebal 5 – 10 cm lapisan atas dari areal pembibitan yang dikumpulkan pada

beberapa tempat. Tanah yang kurang baik, sebaiknya dihindari penggunaannya

atau perlu pencampuran dengan media lainnya. Misalnya tanah yang terlalu

berliat dapat dicampur dengan tanah berpasir maupun bahan organik tinggi

(pupuk kandang/kompos), sebaliknya tanah dengan kandungan bahan organik

sangat tinggi perlu dicampur dengan tanah mineral (Darmosarkoro, dkk., 2008).

Kelapa sawit termasuk tanaman yang tidak dapat dibudidayakan pada

berbagai jenis tanah baik tanah mineral maupun tanah marginal. Sifat kimia tanah,

pH tanah dan ketersediaan hara merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya

kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0 - 6,0, namun pH optimum

adalah 5 – 5,5. Tekstur tanah yang baik pada pertumbuhan kelapa sawit yaitu

tanah yang mempunyai perbandingan pasir 20 – 60 %; debu 10 – 40 %; dan liat

20 – 50 % serta memiliki solum yang tebal, tidak kurang dari 80 cm

(Sutarta, dkk., 2006).

Varietas Sei Pancur I (Dumpy)

Bahan tanaman yang dipakai pada tanaman komersial dewasa ini

mempunyai kemampuan berproduksi yang tinggi, akan tetapi varietas ini juga

memiliki kelemahan yaitu pertumbuhannya cepat meninggi yang berkisar antara

0,5 - 0,6 meter per tahun sehingga dalam waktu 20 tahun maka ketinggian

tanaman mencapai 10 meter. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka sekarang

telah ditemukan varietas dumpy yang merupakan persilangan antara Dura Dumpy

dengan Pesifera. Berdasarkan hasil penelitian oleh Taniputra (1957) bahwa

varietas dumpy ini memiliki kelebihan antara lain pertumbuhan vegetatifnya

(23)

tandan yang dihasilkan lebih berat, dan komposisi buah yang baik. Di samping

itu, kelemahan dari varietas ini adalah memiliki batang yang besar dan dedaunan

yang berat (bunch index yang rendah). Hal ini menunjukkan bahwa varietas ini

dapat menyerap unsur hara dalam jumlah yang cukup besar.

Dengan nilai bunch index yang rendah, maka varietas ini lebih cocok

ditanam pada areal dengan kesuburan tanahnya yang tinggi, karena varietas ini

membutuhkan asupan hara yang lebih tinggi. Selain itu, varietas ini juga lebih

cocok ditanam pada tanah gambut karena pertumbuhan vegetatifnya lebih pendek

sehingga populasi tanaman yang tumbang lebih rendah.

Pembibitan Utama (Main Nursery)

Untuk mencapai hasil yang optimal maka pembibitan merupakan langkah

awal yang sangat menentukan bagi keberhasilan pertanaman. Hal ini juga berlaku

dalam budidaya tanaman kelapa sawit, di mana pertanaman kelapa sawit yang

produktivitasnya tinggi selalu berasal dari bibit yang baik. Pembibitan bertujuan

untuk menyediakan bibit yang baik dan sehat dalam jumlah yang cukup. Hal ini

hanya akan berhasil jika menggunakan bahan tanaman (kecambah) yang berasal

dari produsen resmi, memilih lokasi pembibitan yang strategis dan menerapkan

kaidah kultur teknis pembibitan (Darmosarkoro, dkk., 2008).

Pada pembibitan utama, pemberian pupuk lebih banyak jika dibandingkan

dengan pembibitan awal dan dosisnya tergantung umur bibit tersebut. Pemupukan

pertama dilakukan pada umur bibit 2 minggu setelah pindah tanam atau 14

minggu setelah kecambah ditanam. Pada beberapa bulan pertama bibit

memerlukan lebih banyak N dan P. Jenis pupuk yang digunakan dapat berupa

(24)

jauh lebih efisien bila dibandingkan dengan penggunaan pupuk tunggal. Pupuk

majemuk yang digunakan adalah pupuk NPKMg 15-15-6-4 dan NPKMg

12-12-17-2. Penggunaan pupuk tunggal juga dapat dilakukan seperti TSP, MOP

dan Kieserit yang diberikan bersamaan dengan pengisian media tanam dengan

dosis masing-masing sebanyak 90 gram, 73 gram, dan 84 gram untuk setiap

polibeg sedang urea sebanyak 2 gram/bibit dan diberikan setiap 2 minggu telah

memberikan hasil yang baik bagi pertumbuha bibit kelapa sawit di main nursery

(Lubis, 2008).

Pada stadia awal pertumbuhan, radikula dan plumula muda yang sedang

memanjang memperoleh makanan dari nutrisi cadangan yang tersimpan dalam

biji, tetapi ini cepat habis. Nutrisi anorganik seharusnya diambil dari tanah dan

nutrisi organik tergantung dari aktivitas fotosintesis plumula muda dan daun yang

pertama terbentuk. Jadi pemupukan harus disesuaikan dengan keperluan dan umur

bibit. Efek pupuk yang ditambahkan dapat meningkatkan panjang pelepah daun

50% daripada tanpa dipupuk. Yang penting diperhatikan ialah keseimbangan

pupuk yang diberikan (Sianturi, 1991).

Pupuk Organik Tandan Kosong kelapa Sawit

Fungsi pupuk organik antara lain adalah konservasi air, perbaikan struktur

tanah, dan penyediaan beberapa unsur hara. Dalam hal konservasi air, pupuk

organik turut menjamin agar air tetap tersedia bagi tanaman dan tidak segera turun

ke lapisan bawah tanah. Ketersediaan air tersebut juga berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan tanaman akan air. Air tersebut juga berfungsi melarutkan unsur-unsur

hara yang pada mulanya tidak tersedia bagi tanaman. Proses pelarutan ini sangat

(25)

larutan. Selain itu, bahan-bahan organik juga turut memperkecil laju pencucian

(leaching), yaitu pelenyapan unsur-unsur hara yang telah terlarutkan karena

terbawa turun bersama kelebihan air. Perbaikan struktur tanah di sini mengandung

arti mencegah terjadinya kompaksi (pemadatan) tanah, sehingga pori-pori tanah

tersedia dalam jumlah mencukupi. Fungsi pori-pori tanah adalah menjamin

tersedianya oksigen bagi akar untuk pernapasan, memungkinkan penetrasi akar

dalam tanah, dan memberi peluang bagi terjadinya penguapan air dari dalam tanah

(evaporasi) (Mangoensoekarja dan Semangun, 2005).

Kompos Tandan Kelapa Sawit (TKS) adalah salah satu limbah padat yang

dihasilkan dari pengolahan pabrik kelapa sawit. Kompos TKS merupakan bahan

organik yang mengandung unsur hara utama N, P, K dan Mg. Selain juga mampu

memperbaiki sifat fisik tanah, kompos tandan kosong sawit diperkirakan mampu

meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga pupuk yang digunakan untuk

pembibitan kelapa sawit dapat dikurangi (Suherman, dkk., 2007).

Tandan kosong kelapa sawit mempunyai kadar C/N yang tinggi yaitu

45-55. Hal ini dapat menurunkan ketersediaan N pada tanah karena N terimobilisasi

dalam proses perombakan bahan organik oleh mikroba tanah. Usaha menurunkan

kadar C/N dapat dilakukan dengan proses pengomposan sampai kadar C/N

mendekati kadar C/N tanah. Proses pengomposan tersebut menghasilkan bahan

organik bermutu tinggi dengan kadar C/N sekitar 15. Hasil analisis di

laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit menunjukkan bahwa kandungan hara

dalam kompos TKS relatif tinggi. Salah satu keunggulan kompos TKS adalah

kandungan K yang tinggi, yaitu mencapai 2 - 3%. Selain itu, kompos dari TKS

(26)

pembenah kemasaman tanah. Kompos TKS mempunyai kapasitas tukar kation

yang cukup tinggi > 66,1 me/100g dan merupakan sumber unsur hara mikro Fe

dan B (Darmosarkoro dan Winarna, 2001).

Kandungan nutrisi yang terkandung didalam kompos tandan kosong

kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Kandungan nutrisi yang terkandung di dalam kompos tandan kosong kelapa sawit

Uraian Tandan Kosong Kelapa Sawit

Segar (%)

(Kurniawan, 2006 ; Erningpraja dan Darnoko, 2005).

Pupuk Fosfor

Fosfor merupakan bagian dari senyawa yang mengatur pertumbuhan

tanaman. Asam-asam nukleat (nucleic acid), seperti yang terdapat dalam

kromosom, di samping mengandung N juga mengandung fosfor. Selain itu, juga

pada senyawa-senyawa yang mengatur pernapasan dan pematangan buah. Fosfor

berperan dalam sejumlah sistem fotosintesis yang berasosiasi dengan nutrisi dan

respirasi, dan juga berpengaruh terhadap kemasakan buah. Unsur P yang cukup

juga membuat penggunaan N yang efisien yang lebih dikenal dengan sinergisme

N-P. Nisbah N/P yang baik adalah 16 (Sianturi, 1991;

(27)

Fosfor terdapat dalam bentuk phitin, nuklein dan fosfatide, merupakan

bagian dari protoplasma dan inti sel. Sebagai bagian dari inti sel sengat penting

dalam pembelahan sel, demikian pula bagi perkembangan jaringan meristem.

Fosfor diambil tanaman dalam bentuk H2PO4-, dan HPO42-. Secara umum, fungsi

dari P (fosfor) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut :

1. Dapat mempercepat pertumbuhan akar semai.

2. Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda

menjadi tanaman dewasa pada umumnya.

3. Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah.

4. Dapat meningkatkan produksi biji-bijian.

5. Meningkatkan efisiensi fungsi dan kegunaan N.

(Sutedjo, 2008; Lingga dan Marsono, 2008; Agustina 2004).

Ketersediaan fosfor di dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi

yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah (masam), fosfor

akan bereaksi dengan ion besi dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat

(Fe(OH)2PO4) atau aluminium fosfat (Al(OH)2PO4) yang sukar larut dalam air

sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah ber-pH tinggi (basa),

fosfor akan bereaksi dengan ion kalsium, yang akan membentuk kalsium fosfat

yang sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Selain pH, faktor lain

yang menentukan pasokan fosfor pada tanah adalah aerasi tanah, temperatur

tanah, bahan organik, dan unsur hara lainnya (Novizan, 2007).

Status hara tanah pada beberapa perkebunan kelapa sawit di Sumatera

Utara menunjukkan bahwa kandungan fosfat tersedia dan kemasaman tanah

(28)

sedang hingga tinggi. Rendahnya P tersedia di dalam tanah dan perannya yang

sangat penting akan mempengaruhi produktivitas tanaman, sehingga perlu upaya

peningkatan ketersediaan P di dalam tanah. Pengikatan P dalam tanah dapat

dikurangi antara lain penurunan kemasaman dan Al tanah dengan penggunaan

pupuk yang mengandung Ca. Upaya lain adalah dengan pemberian pupuk P cepat

tersedia serta peningkatan bahan organik tanah seperti pemberian tandan kosong

kelapa sawit (TKS), selain berperan sebagai sumber hara juga berfungsi sebagai

agen pengikat (chelating) Al dan Fe sehingga P tanah akan tersedia. Konsentrasi

Al yang relatif tinggi di dalam larutan tanah juga merupakan racun bagi tanaman

dan sekaligus dapat menghambat perkembangan sistem perakaran tanaman

Subsoil

Tanah susoil merupakan tanah yang terdapat pada horizon B. Horizon B

adalah lapisan iluviasi yang terdiri dari akumulasi liat silikat, sesquioksida, humus

dan lain-lain. Tanah ini merupakan tanah yang telah mengalami proses pencucian

yang sangat menonjol sehingga kejenuhan asam dan status basa pada tanah ini

menjadi rendah serta tanah berwarna kuning hingga merah. Dengan kejenuhan

asam dan status basa yang rendah maka tanah ini memiliki tingkat kesuburan yang

rendah, tetapi masih tetap produktif bila ditambahkan kapur, bahan organik,

pemupukan dan pengelolaan tertentu (Musa dkk., 2006).

Kandungan hara tanah dari kebun wilayah Sumatera Utara menunjukkan

bahwa secara umum kesuburan tanahnya tergolong rendah hingga agak rendah.

Kemasaman tanah (pH) berkisar antara 4,7 - 5,5 yang tergolong agak rendah.

(29)

sedang, selanjutnya pada lapisan bawah berkisar 0,15 - 1,45% yang tergolong

rendah. Ratio C/N lapisan atas berkisar 10,50 - 20,4 yang tergolong sedang hingga

tinggi, selanjutnya pada lapisan bawah berkisar 5,7 - 10,75 yang tergolong agak

rendah hingga sedang. Kandungan P tersedia umumnya adalah sangat rendah

berkisar 1 – 3 ppm. Kation tertukarkan K, Na, Ca, dan Mg juga tergolong rendah.

Kejenuhan Al tergolong sedang hingga tinggi berkisar 7,47 - 70,0%. KTK

umumnya tergolong rendah hingga sedang berkisar 2,68 - 27,41 m.e/100g. Salah

satu usaha untuk mengatasi masalah kandungan hara pada tanah di wilayah

Sumatera Utara dan Kalimantan ini adalah dengan aplikasi bahan pembenah tanah

(Soil Conditioner) seperti bahan organik yang berasal dari pelapukan Tandan

Kosong Sawit (TKS) maupun Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS)

(Koedadiri, dkk., 1999).

Penghambatan pertumbuhan pada tanah masam disebabkan karena

keracunan dan kekurangan unsur hara mineral. Tanah asam mengandung Fe dan

Al bebas dalam jumlah banyak dan kation-kation ini akan mengendapkan anion

H2PO4- menjadi hidroksi Fe-fosfat (Fe(OH)2PO4) dan Al-fosfat (Al(OH)2PO4).

Jika pH tanah sangat asam, kepekatan Fe dan Al jauh melebihi anion fosfat

sehingga memperbanyak pembentukan p-tidak larut. Gejala pertama yang tampak

dari keracunan Al adalah sistem perakaran yang tidak berkembang (pendek dan

tebal) sebagai akibat penghambatan perpanjangan sel. Beberapa pengaruh buruk

keberadaan Al tersebut antara lain terjadi gangguan penyerapan hara, bergabung

dengan dinding sel, dan menghambat pembelahan sel

(30)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tebing Tinggi Kecamatan

Padang Hilir Kota Tebing Tinggi, dengan ketinggian tempat ± 40 meter di atas

permukaan laut, dan di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai bulan Juli 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit kelapa sawit

varietas DyxP Sungai Pancur I (Dumpy), pupuk TSP sebagai perlakuan, pupuk

MOP dan pupuk urea sebagai pupuk dasar, tanah subsoil sebagai media tanam,

kompos tandan kosong kelapa sawit sebagai campuran media tanam; air, polibeg

dengan ukuran 40 cm x 50 cm, insektisida Deltametrin (Decis 2,5 EC), H2SO4,

H2O2, aquadest, pengekstrak Bray I dan Kurt (HCl 0,025 N + NH4F 0,03 N), serta

bahan-bahan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor,

meteran, jangka sorong, handsprayer, kalkulator, knapsack, selang, pacak sampel,

tugal, timbangan analitik, oven, kain terpal, ayakan, plastik, amplop kertas,

parang, gunting, desikator, hotplate, kertas saring, spektofotometer, alat tulis dan

alat-alat lain yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini.

Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

(31)

Faktor I: Komposisi media tanam (M) dengan 3 taraf yaitu:

M0 : Subsoil (100%).

M1 : Subsoil + kompos tandan kosong kelapa sawit (80% : 20%).

M2 : Subsoil + kompos tandan kosong kelapa sawit (60% : 40%).

Faktor II : Pupuk fosfat (P) dengan 4 taraf yaitu:

P1 : 70 gram per polibeg.

P2 : 90 gram per polibeg.

P3 : 110 gram per polibeg.

P4 : 130 gram per polibeg

Maka diperoleh 12 kombinasi perlakuan sebagai berikut :

M0P1 M1P1 M2P1

M0P2 M1P2 M2P2

M0P3 M1P3 M2P3

M0P4 M1P4 M2P4

Jumlah ulangan : 3

Jumlah plot : 12

Jumlah tanaman per plot : 5

Jumlah sampel per plot : 3

Jumlah sampel destruktif per plot : 1

Jumlah sampel destruktif seluruhnya : 36

Jumlah sampel seluruhnya : 108

Jumlah tanaman seluruhnya : 180

Jarak antar polybag : 70 cm

(32)

Jarak antar plot : 70 cm

Ukuran lahan : 600 x 2600 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yijk = µ + i+ αj + βk + (αβ)jk + Ʃijk

Yijk = Hasil pengamatan dari unit percobaan dalam blok ke-i yang mendapat

perlakuan media tanam pada taraf ke-j dan pemberian pupuk fosfor

pada taraf ke-k.

µ = Nilai tengah

฀i = Efek blok ke-i

αj = Efekdari perlakuan media tanam pada taraf ke-j.

βk = Efek dari perlakuan pemberian pupuk fosfor pada taraf ke-k

(αβ)jk = Efek kombinasi perlakuan media tanam pada taraf ke-j dan pemberian

pupuk fosfor pada taraf ke-k.

Ʃijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan media tanam

pada taraf ke-j dan pemberian pupuk fosfor pada taraf ke-k.

Pengolahan sidik ragam untuk hasil pengamatan 0 (nol) dilakukan

transformasi √X+0.5, log Y atau arcsin √%. Uji lanjutan yang digunakan dalam

menentukan notasi bagi perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap parameter

yang diambil adalah u qji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

(33)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Areal Pembibitan

Areal pembibitan dibersihkan dari gulma dan diratakan, parit antar blok

dibuat dengan lebar 20 cm dan kedalaman 20 cm. Parit ini berguna untuk menjaga

kondisi areal pembibitan dari genangan air akibat hujan deras.

Persiapan dan Analisa Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah campuran dari tanah subsoil yang

telah dikeringanginkan dan di ayak, dengan kompos tandan kosong kelapa sawit.

Media tanam diisikan pada polibeg yang berukuran lebar 40 cm dan tinggi 45 cm.

Media tanam dicampur sesuai perbandingan pada perlakuan yaitu M0

(100% subsoil), M1 (80% subsoil dengan 20% kompos tandan kosong kelapa

sawit), dan M2 (60% subsoil dengan 40% kompos tandan kosong kelapa sawit).

Media tanam tersebut dibiarkan selama 2 minggu sehingga kompos dapat

menyatu secara sempurna dengan tanah subsoil, kemudian diambil sampelnya

untuk dilakukan penganalisaan terhadap pH tanah, Al-dd dan kandungan unsur P

yang terdapat pada masing-masing media tanam. Penganalisaan dilakukan di

Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Penanaman Bibit

Bibit yang digunakan adalah bibit varietas Sei Pancur I (Dumpy) yang

berumur 3 bulan dan memiliki pertumbuhan yang seragam serta ditanam pada

polibeg yang telah diisi dengan media tanam sesuai perlakuan. Sebelum ditanam,

terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan menggunakan kayu yang telah

diruncingkan pada bagian ujungnya dan polibeg dilepas. Tanah disekeliling

(34)

tanaman, jumlah daun dan diameter batang awal untuk melihat apakah besar bibit

berbeda nyata.

Pemupukan

Pemupukan yang diberikan berupa pupuk TSP, MOP, dan urea. Pupuk

TSP diberikan sesuai dengan perlakuan yaitu P1 sebanyak 70 gram per polibeg,

P2 sebesar 90 gram per polibeg, P3 sebesar 110 gram per polibeg serta P4 sebesar

130 gram per polibeg. Pupuk MOP sebanyak 73 gram per polibeg, sedangkan

pupuk urea sebanyak 2 gram per bibit setiap 2 minggu sekali hingga 26 MSPT

(Minggu Setelah Pindah Tanam).

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali (pagi dan sore

hari) sampai tanah dalam keadaan lembab. Penyiraman disesuaikan

dengan kondisi lingkungan, apabila turun hujan atau media tanam dalam

keadaan lembab maka penyiraman tidak dilakukan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada areal pembibitan dan pada polibeg.

Penyiangan dilakukan seminggu sekali dengan menggaru gulma pada areal

pembibitan dan mencabut gulma yang terdapat dalam polibeg.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila bibit kelapa sawit

terserang hama dengan menggunakan insektisida berupa Decis dengan

dosis 2 ml per 1 liter air dan dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai bibit

(35)

Pengamatan Parameter

Pengamatan Pendahuluan

Setelah bibit di tanam, dilakukan pangukuran tinggi tanaman,

jumlah daun dan diameter batang yang kemudian diuji secara statistik.

Tabel lampiran 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tidak berbeda

nyata sehingga untuk pengukuran parameter tinggi tanaman yang diukur

adalah tinggi bibit. Sedangkan pada tabel lampiran 29 dan 57

menunjukkan bahwa jumlah daun dan diameter batang berbeda nyata

sehingga untuk pengukukuran jumlah daun dan diameter batang yang

diukur adalah pertambahan jumlah daun dan pertambahan diameter

batang.

Tinggi Bibit (cm)

Tinggi bibit diukur mulai dari leher akar sampai ujung tanaman

dengan menggunakan meteran, dilakukan 2 minggu sekali pada saat

pindah tanam hingga bibit berumur 26 MSPT.

Pertambahan Jumlah Daun (helai)

Pengukuran jumlah daun dengan menghitung jumlah daun yang

telah membuka sempurna pada pindah tanam. Kemudian pada minggu

selanjutnya yang dihitung adalah pertambahan jumlah daun dengan

mengurangkan jumlah daun yang diukur pada saat pengamatan dengan

data jumlah daun pada data awal. Perhitungan parameter pertambahan

jumlah daun ini dilakukan 2 minggu sekali hingga 26 MSPT.

Pertambahan Diameter Batang (mm)

(36)

dan dilakukan 5 cm di atas permukaan tanah sebanyak 2 kali dan di

rata-ratakan. Kemudian pada minggu selanjutnya yang dihitung adalah

pertambahan diameter batang dengan mengurangkan diameter batang yang

diukur pada saat pengamatan dengan data diameter batang pada data awal.

Perhitungan parameter pertambahan diameter batang ini dilakukan 2

minggu sekali hingga 26 MSPT.

Bobot Basah Tajuk (g)

Bobot basah tajuk diukur pada saat tanaman berumur 26 MSPT,

dengan cara memisahkan antara tajuk dan akar bibit, kemudian tajuk bibit

dibersihkan dengan air, dikeringanginkan, dan ditimbang dengan

timbangan analitik.

Bobot Basah Akar (g)

Bobot basah akar diukur pada saat tanaman berumur 26 MSPT,

dengan cara membersihkan akar bibit dari tanah dengan air, kemudian

dikeringanginkan dan ditimbang dengan timbangan analitik.

Bobot Kering Tajuk (g)

Tajuk tanaman yang telah diukur bobot basahnya, dikeringkan

dalam oven pada suhu 700C selama 4 hari atau sampai beratnya konstan

dan ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.

Bobot Kering Akar (g)

Akar tanaman yang telah diukur bobot basahnya, dikeringkan

dalam oven pada suhu 700C selama 4 hari atau sampai beratnya konstan

(37)

Serapan Fosfat Bibit (%)

Analisis dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan,

dengan cara sampel daun, batang dan akar dicuci dengan aquadest

kemudian dikeringkan pada oven dengan suhu 700C selama 2 hari. Sampel

tersebut digiling sampai halus dan didinginkan pada suhu ruangan di

dalam desikator selama 1 hari, diambil sampel 0,1 gram untuk direaksikan

dengan H2SO4 dan H202 sambil dipanaskan di hotplate. Pemanasan

dilakukan sebanyak 4 kali dengan lama masing-masing 10 menit. Sampel

tersebut diencerkan dengan aquadest dan disaring dengan kertas saring

untuk diambil filtratnya. Diambil filtrat 2 ml serta ditambahkan dengan

pelarut fosfat yaitu H2SO4 0,36 N dan dikocok selama setengah jam

sebelum diukur nilai fosfat dengan menggunakan alat spektofotometer

dengan panjang gelombang 693 nm.

Kandungan Fosfat Tersedia di Tanah (ppm)

Analisis dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Tanah

diambil secukupnya, dikeringanginkan dan di tumbuk sampai halus. Tanah

yang telah halus ditimbang sebanyak 2,5 gram dan ditambahkan dengan

pengekstrak Bray I dan Kurt (HCl 0,025 N + NH4F 0,03 N) sebanyak 25

ml, disaring dan diambil 2 ml ekstrak jernihnya. Ekstrak tersebut dikocok

selama setengah jam sebelum diukur nilai fosfat dengan menggunakan alat

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Bibit (cm)

Data pengamatan dan daftar sidik ragam tinggi bibit kelapa sawit di main

nursery dapat dilihat pada lampiran 1 - 28 yang menunjukkan perlakuan media

tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit kelapa sawit pada awal

pindah tanam, 2 dan 4 MSPT, tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit

kelapa sawit umur 6 sampai dengan 26 MSPT. Perlakuan pemberian pupuk fosfat

berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit kelapa sawit kecuali pada umur 22

MSPT. Interaksi kedua perlakuan juga berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi

bibit kelapa sawit kecuali pada umur 12, 14, 16, dan 20 MSPT

Tinggi bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery pada berbagai

media tanam dan pemberian pupuk fosfat dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2. Tinggi bibit kelapa sawit (cm) umur 26 MSPT di main nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat

Pupuk Fosfat

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda

nyata pada taraf 0,05 menurut uji jarak Duncan.

S = Subsoil

(39)

Tabel 2 menunjukkan bibit kelapa sawit tertinggi diperoleh pada perlakuan

M2 (115,8 cm) yang berbeda tidak nyata dengan M1 tetapi berbeda nyata dengan

M0.

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa bibit kelapa sawit tertinggi cenderung

diperoleh pada perlakuan P3 (114,1 cm) yang berbeda tidak nyata dengan P1, P2,

dan P4.

Hubungan tinggi bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery

dengan media tanam dalam bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Hubungan tinggi bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery

dengan media tanam

Gambar 1 menunjukkan bibit kelapa sawit tertinggi diperoleh pada

komposisi media tanam M2 yaitu 60% subsoil : 40% kompos tandan kosong

kelapa sawit.

Pertambahan Jumlah Daun (helai)

Data pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah daun bibit kelapa sawit

dan pertambahannya di main nursery dapat dilihat pada lampiran 29 - 56 yang

menunjukkan perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun

bibit kelapa sawit pada saat pindah tanam dan pertambahan kecuali pada umur

M0 M1 M2

Keterangan :

M0 : 100% S

M1 : 80% S : 20% K

M2 : 60% S : 40% K

(40)

umur 2 MSPT. Perlakuan pemberian pupuk fosfat berpengaruh tidak nyata

terhadap pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit. Tetapi interaksi keduanya

berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit umur 12,

14, 16, 18, dan 24 MSPT.

Pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main

nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat dapat dilihat

pada tabel 3.

Tabel 3. Pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) umur 26 MSPT di

main nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat

Pupuk Fosfat

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda

nyata pada taraf 0,05 menurut uji jarak Duncan.

S = Subsoil

K = Kompos tandan kosong kelapa sawit

Tabel 3 menunjukkan pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit

tertinggi diperoleh pada perlakuan M2 (9,8 helai) yang berbeda tidak nyata dengan

M1 tetapi berbeda nyata dengan M0.

Tabel 3 juga menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kelapa sawit tertinggi

cenderung diperoleh pada perlakuan P2 (9,6 helai) yang berbeda tidak nyata

(41)

Hubungan pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di

main nursery dengan media tanam dalam bentuk histogram dapat dilihat pada

gambar 2.

Gambar 2. Hubungan pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery dengan media tanam

Gambar 2 menunjukkan pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit

terbanyak diperoleh pada komposisi media M2 yaitu 60% subsoil : 40% kompos

tandan kosong kelapa sawit.

Pertambahan Diameter Batang (cm)

Data pengamatan dan daftar sidik ragam diameter batang bibit kelapa

sawit dan pertambahannya di main nursery dapat dilihat pada lampiran 57 - 84

yang menunjukkan perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap diameter

batang bibit kelapa sawit pada awal pindah tanam dan pertambahannya hingga

umur 26 MSPT. Perlakuan pemberian pupuk fosfat hanya berpengaruh nyata

terhadap pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit pada umur 8, 10, dan 14

MSPT. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertambahan

diameter batang bibit kelapa sawit umur 8, 10, 16, 18, dan 20 MSPT.

M0 M1 M2

Keterangan :

M0 : 100% S

M1 : 80% S : 20% K

(42)

Pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main

nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat dapat dilihat

pada tabel 4.

Tabel 4. Pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit (cm) umur 26 MSPT di

main nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat

Pupuk Fosfat

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda

nyata pada taraf 0,05 menurut uji jarak Duncan.

S = Subsoil

K = Kompos tandan kosong kelapa sawit

Tabel 4 menunjukkan pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit

tertinggi terdapat pada perlakuan M2 (5,7 cm) yang berbeda tidak nyata dengan

M1 tetapi berbeda nyata dengan M0.

Tabel 4 juga menunjukkan bahwa pertambahan diameter batang bibit

kelapa sawit tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk

fosfat adalah pada P2 (5,6 cm) yang berbeda tidak nyata dengan P1, P3, dan P4.

Hubungan pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit umur 26 MSPT

di main nursery dengan media tanam dalam bentuk histogram dapat dilihat pada

(43)

Gambar 3. Hubungan pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery dengan media tanam

Gambar 3 menunjukkan diameter batang bibit kelapa sawit tertinggi

diperoleh pada komposisi M2 yaitu 60% subsoil : 40% kompos tandan kosong

kelapa sawit.

Bobot Basah Tajuk (g)

Data pengamatan dan daftar sidik ragam bobot basah tajuk bibit kelapa

sawit berumur 26 MSPT di main nursery dapat dilihat pada lampiran 85 - 86 yang

menunjukkan perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah

tajuk bibit kelapa sawit. Perlakuan pemberian pupuk fosfat serta interaksi

keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk bibit kelapa sawit.

Bobot basah tajuk bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery pada

berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 di bawah ini menunjukkan bobot basah tajuk bibit kelapa sawit

terberat diperoleh pada perlakuan M2 (338,2 g) yang berbeda tidak nyata dengan

M1 tetapi berbeda nyata dengan M0.

M0 M1 M2

Keterangan :

M0 : 100% S

M1 : 80% S : 20% K

(44)

Tabel 5 juga menunjukkan bahwa bobot basah tajuk bibit kelapa sawit

tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan P4 (345,4 g) yang berbeda tidak

nyata dengan P1, P2, dan P3.

Tabel 5. Bobot basah tajuk bibit kelapa sawit (g) umur 26 MSPT di main nursery

pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat

Pupuk Fosfat

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda

nyata pada taraf 0,05 menurut uji jarak Duncan.

S = Subsoil

K = Kompos tandan kosong kelapa sawit

Hubungan bobot basah tajuk bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main

nursery dengan media tanam dalam bentuk histogram dapat dilihat pada

gambar 4.

Gambar 4. Hubungan bobot basah tajuk bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery dengan media tanam

M0 M1 M2

Keterangan :

M0 : 100% S

M1 : 80% S : 20% K

(45)

Gambar 4 menunjukkan bobot basah tajuk bibit kelapa sawit tertinggi

terdapat pada komposisi media M2 yaitu 60% subsoil : 40% kompos tandan

kosong kelapa sawit.

Bobot Basah Akar (g).

Data pengamatan dan daftar sidik ragam bobot basah akar bibit kelapa

sawit berumur 26 MSPT di main nursery dapat dilihat pada lampiran 87 - 88 yang

menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot

basah akar bibit kelapa sawit. Perlakuan pemberian pupuk fosfat serta interaksi

keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar bibit kelapa sawit.

Bobot basah akar bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery pada

berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Bobot basah akar bibit kelapa sawit (g) umur 26 MSPT di main nursery

pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat

Pupuk Fosfat (P)

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda

nyata pada taraf 0,05 menurut uji jarak Duncan.

S = Subsoil

K = Kompos tandan kosong kelapa sawit

Tabel 6 menunjukkan bahwa bobot basah akar bibit kelapa sawit tertinggi

terdapat pada perlakuan M2 (38,8 g) yang berbeda tidak nyata dengan M1 tetapi

(46)

Tabel 6 juga menunjukkan bahwa bobot basah akar bibit kelapa sawit

tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan P4 (41,1 g) yang berbeda tidak nyata

dengan P1, P2, dan P3.

Hubungan bobot basah akar bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main

nursery dengan media tanam dalam bentuk histogram dapat dilihat pada

gambar 5.

Gambar 5. Hubungan bobot basah akar bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery dengan media tanam.

Gambar 5 menunjukkan bahwa bobot basah akar bibit kelapa sawit

tertinggi terdapat pada komposisi media M2 yaitu 60% subsoil : 40% kompos

tandan kosong kelapa sawit.

Bobot Kering Tajuk (g)

Data pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk bibit kelapa

sawit berumur 26 MSPT di main nursery dapat dilihat pada lampiran 89 - 90 yang

menunjukkan perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering

tajuk bibit kelapa sawit. Perlakuan pemberian pupuk fosfat serta interaksi

keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk bibit kelapa sawit.

Bobot kering tajuk bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery pada

berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat dapat dilihat pada tabel 7.

M0 M1 M2

Keterangan :

M0 : 100% S

M1 : 80% S : 20% K

(47)

Tabel 7 di bawah ini menunjukkan bahwa bobot kering tajuk bibit kelapa

sawit tertinggi diperoleh pada perlakuan M2 (85,6 g) yang berbeda tidak nyata

dengan M1 tetapi berbeda nyata dengan M0.

Tabel 7 juga menunjukkan bahwa bobot kering tajuk bibit kelapa sawit

tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan P4 (86 g) yang berbeda tidak nyata

dengan P1, P2, dan P3.

Tabel 7. Bobot kering tajuk bibit kelapa sawit (g) umur 26 MSPT di main nursery

pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat

Pupuk Fosfat

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda

nyata pada taraf 0,05 menurut uji jarak Duncan.

S = Subsoil

K = Kompos tandan kosong kelapa sawit

Hubungan bobot kering tajuk bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main

nursery dengan media tanam dalam bentuk histogram dapat dilihat pada

gambar 6.

Gambar 6. Hubungan bobot kering tajuk bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di

main nursery dengan media tanam

M0 M1 M2

Keterangan :

M0 : 100% S

M1 : 80% S : 20% K

(48)

Gambar 6 di bawah ini menunjukkan bobot kering tajuk bibit kelapa sawit

tertinggi terdapat pada komposisi media M2 yaitu 60% subsoil : 40% kompos

tandan kosong kelapa sawit.

Bobot Kering Akar (g)

Data pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering akar bibit kelapa

sawit berumur 26 MSPT di main nursery dapat dilihat pada lampiran 91 - 92 yang

menunjukkan perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering

akar bibit kelapa sawit. Perlakuan pemberian pupuk fosfat dan interaksi keduanya

berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar bibit kelapa sawit.

Bobot kering akar bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery pada

berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Bobot kering akar bibit kelapa sawit (g) umur 26 MSPT di main nursery

pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat

Pupuk Fosfat

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda

nyata pada taraf 0,05 menurut uji jarak Duncan.

S = Subsoil

K = Kompos tandan kosong kelapa sawit

Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot kering akar bibit kelapa sawit tertinggi

terdapat pada perlakuan M2 (14,6 g) yang berbeda tidak nyata dengan M1 tetapi

(49)

Tabel 8 juga menunjukkan bahwa bobot kering akar bibit kelapa sawit

tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan P4 (14,4 g) yang berbeda tidak nyata

dengan P1, P2, dan P3.

Hubungan bobot kering akar bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main

nursery dengan media tanam dalam bentuk histogram dapat dilihat pada

gambar 7.

Gambar 7. Hubungan bobot kering akar bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di main nursery dengan media tanam

Gambar 7 menunjukkan bahwa bobot kering akar bibit kelapa sawit

tertinggi terdapat pada komposisi media M2 yaitu 60% subsoil : 40% kompos

tandan kosong kelapa sawit.

Serapan P Bibit Kelapa Sawit (%)

Data hasil analisis serapan P bibit kelapa sawit berumur 26 MSPT di main

nursery dapat dilihat pada lampiran 93 - 94 yang menunjukkan perlakuan media

tanam berpengaruh nyata terhadap serapan P bibit kelapa sawit, sedangkan

perlakuan pupuk fosfat dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata

terhadap serapan P bibit kelapa sawit.

Serapan P bibit kelapa sawit di main nursery pada berbagai media tanam

dan pemberian pupuk fosfat dapat dilihat pada tabel 9.

M0 M1 M2

Keterangan :

M0 : 100% S

M1 : 80% S : 20% K

(50)

Tabel 9. Serapan P bibit kelapa sawit (%) umur 26 MSPT di main nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat

Pupuk Fosfat

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda

nyata pada taraf 0,05 menurut uji jarak Duncan.

S = Subsoil

K = Kompos tandan kosong kelapa sawit

Tabel 9 menunjukkan serapan P bibit kelapa sawit tertinggi terdapat pada

perlakuan M2 (0,318%) yang berbeda nyata dengan M0 dan M1.

Tabel 9 juga menunjukkan bahwa serapan P bibit kelapa sawit tertinggi

cenderung diperoleh pada perlakuan P4 (0,311%) yang berbeda tidak nyata

dengan P1, P3, dan P4.

Hubungan serapan P bibit kelapa sawit di main nursery dengan media

tanam dalam bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 8.

(51)

Gambar 8 menunjukkan bahwa serapan P bibit kelapa sawit tertinggi

terdapat pada komposisi media M2 yaitu 60% subsoil : 40% kompos tandan

kosong kelapa sawit.

P Tersedia Tanah (ppm)

Data P tersedia tanah dapat dilihat pada lampiran 95 - 96 yang

menunjukkan perlakuan media tanam dan pupuk fosfat berpengaruh nyata

terhadap P tersedia tanah. Sedangkan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak

nyata terhadap P tersedia tanah pada media pembibitan.

P tersedia tanah pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat

dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Kandungan P tersedia di dalam tanah (ppm) pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat pada sampel destruktif

Pupuk Fosfat

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda

nyata pada taraf 0,05 menurut uji jarak Duncan.

S = Subsoil

K = Kompos tandan kosong kelapa sawit

Tabel 10 menunjukkan P tersedia tanah tertinggi terdapat pada perlakuan

M2 (309,7 ppm) yang berbeda nyata dengan M0 dan M1.

Tabel 10 juga menunjukkan bahwa P tersedia paling banyak di dalam

tanah cenderung diperoleh pada perlakuan P4 (313.9 ppm) yang berbeda tidak

(52)

Hubungan P tersedia tanah dengan media tanam dalam bentuk histogram

dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Hubungan P tersedia tanah dengan media tanam

Gambar 9 menunjukkan bahwa P tersedia tanah terdapat pada komposisi

media M2 yaitu 60% subsoil : 40% kompos tandan kosong kelapa sawit.

Hubungan P tersedia tanah dengan pemberian pupuk fosfat dalam bentuk

grafik dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Hubungan P tersedia tanah dengan pupuk fosfat

M0 M1 M2

0

0

P1 P2 P3 P4

Keterangan :

M0 : 100% S

M1 : 80% S : 20% K

M2 : 60% S : 40% K

Keterangan :

P1 : 70 gr TSP / polibeg

P2 : 90 gr TSP / polibeg

P3 : 110 gr TSP / polibeg

Gambar

Tabel 1. Kandungan nutrisi yang terkandung di dalam kompos tandan kosong kelapa sawit
Tabel 2. Tinggi bibit kelapa sawit (cm) umur 26 MSPT di main nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat
Gambar 1. Hubungan tinggi bibit kelapa sawit umur 26 MSPT di  main nursery dengan media tanam
Tabel 3. Pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) umur 26 MSPT di main nursery pada berbagai media tanam dan pemberian pupuk fosfat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2011 Dalam DOKUMEN PEMILIHAN BAB III INSTRUKSI KEPADA PESERTA ( IKP ) huruf E.. PEMBUKAAN DAN EVALUASI PENAWARAN angka

Nomor : Nomor : BA-101 Pemenang oleh Kelompok Timur tanggal 26 Juli 2017 Training Peningkatan Pemulihan Data Tahun Anggaran gan tersebut adalah sebagai. th

[r]

• Menent ukan pasangan yang tepat pada tabel cont oh kegi at an dan per ubahan wuj ud benda yang terjadiC. • Menj el askan faktor-faktor yang menyebabkan per ubahan benda

sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94. ayat (1) huruf b, dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan dalam Pasal

Hukua pidana adalah bagian dari pada keseluruhan hukua - yang be rlaku dlsuat u negara yang aongadakan dase r-dase r a dan at uran-at

ditentukan meski tidak mungkin dapat diprediksi dengan tepat kapan unit-unit yang membutuhkan pelayanan tersebut akan datang atau berapa lama waktu yang dibutuhkan

Skripsi ANALISIS PENCATATAN SELISIH KURS DALAM ..... ADLN - Perpustakaan