• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan hasil sidik ragam pada (Lampiran 8-53) diketahui bahwa pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 6-9 MST, jumlah daun pada 5 MST, diameter batang pada 5-9 MST, dan umur berbunga. Varietas berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada 5-9 MST, jumlah daun pada 9 MST, diameter batang pada 8-9 MST, umur berbunga, jumlah klorofil, umur panen, dan bobot 100 biji. Interaksi antara pemberian paclobutrazol dan varietas tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap seluruh peubah amatan.

Tinggi Tanaman (cm)

Hasil pengamatan tinggi tanaman beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 8-17. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 6-9 MST, sedangkan varietas menunjukkan perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman 5-9 MST. Namun, interaksi keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan tinggi tanaman terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas pada umur 6-9 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan 5 MST, tinggi tanaman tertinggi pada varietas terdapat pada V2 (84,17 cm) yang berbeda nyata dengan V1 (67,27 cm) yang merupakan tinggi tanaman terendah. Sedangkan untuk permberian paclobutrazol, tidak berpengaruh nyata.

Pada pengamatan 6 MST, tinggi tanaman tertinggi pada pemberian paclobutrazol terdapat pada perlakuan P0 (123,13 cm) yang berbeda nyata dengan

P1, P2, dan P3 dan terendah perlakuan P2 (86,60 cm) yang berbeda nyata dengan P0, namun berbeda tidak nyata dengan P1 dan P3. Tinggi tanaman tertinggi pada varietas terdapat pada perlakuan V2 (109,94 cm) yang berbeda nyata dengan hasil terendah yaitu pada perlakuan V1 (82,06 cm).

Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas pada umur 5-9 MST

Umur Perlakuan Pacloburazol

Rataan 5 MST Varietas P0 ( 0 g/l) P1 (0,50 g/l) P2 (0,75 g/l) P3 (1 g/l) V1 (Kawali) 87,03 58,61 65,39 58,04 67,27 b V2 (Numbu) 88,75 76,54 82,91 88,46 84,17 a Rataan 87,89 67,58 74,15 73,25 6 MST V1 (Kawali) 114,31 69,10 74,77 70,06 82,06 b V2 (Numbu) 131,95 106,08 98,43 103,31 109,94 a Rataan 123,13 a 87,59 b 86,60 b 86,68 b 7 MST V1 (Kawali) 148,26 82,60 86,78 80,69 99,58 b V2 (Numbu) 171,19 129,34 114,07 117,58 133,04 a Rataan 159,73 a 105,97 b 100,42 b 99,13 b 8 MST V1 (Kawali) 170,25 99,63 103,52 93,47 116,72 b V2 (Numbu) 201,05 171,38 149,97 141,75 166,04 a Rataan 185,65 a 135,50 b 126,75 b 117,61 b 9 MST V1 (Kawali) 185,29 114,63 118,05 105,35 130,83 b V2 (Numbu) 215,73 187,84 169,58 152,40 181,39 a Rataan 200,51 a 151,24 b 143,82 b 128,88 b

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Pada pengamatan 7 MST, tinggi tanaman tertinggi pada pemberian paclobutrazol terdapat pada perlakuan P0 (159,73 cm) yang berbeda nyata dengan P1, P2, dan P3 dan terendah perlakuan P3 (99,13 cm) yang berbeda nyata dengan P0, namun berbeda tidak nyata dengan P1 dan P2. Tinggi tanaman tertinggi pada varietas terdapat pada perlakuan V2 (133,04 cm) yang berbeda nyata dengan hasil terendah yaitu pada perlakuan V1 (99,58 cm).

P1, P2, dan P3 dan terendah perlakuan P3 (117,61 cm) yang berbeda nyata dengan P0, namun berbeda tidak nyata dengan P1 dan P2. Tinggi tanaman tertinggi pada varietas terdapat pada perlakuan V2 (166,04 cm) yang berbeda nyata dengan hasil terendah yaitu pada perlakuan V1 (116,72 cm).

Pada pengamatan 9 MST, tinggi tanaman tertinggi pada pemberian paclobutrazol terdapat pada perlakuan P0 (200,51 cm) yang berbeda nyata dengan P1, P2, dan P3 dan terendah perlakuan P3 (128,88 cm) yang berbeda nyata dengan P0, namun berbeda tidak nyata dengan P1 dan P2. Tinggi tanaman tertinggi pada varietas terdapat pada perlakuan V2 (181,39 cm) yang berbeda nyata dengan hasil terendah yaitu pada perlakuan V1 (130,83 cm).

Jumlah Daun (helai)

Hasil pengamatan jumlah daun beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 18-27. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui

bahwa pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap peubah amatan jumlah daun pada 5 MST, sedangkan varietas menunjukkan perbedaan

yang nyata pada peubah amatan jumlah daun pada 9 MST. Interaksi keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan jumlah daun terhadap

pemberian paclobutrazol dan varietas pada umur 5-9 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Pada pengamatan 5 MST, pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dengan data tertinggi pada perlakuan P0 (7,17 helai) yang berbeda nyata dengan P1, namun berbeda tidak nyata dengan P2 dan P3. Jumlah daun terendah pada P1 (5,92 helai). Sedangkan pada 9 MST diperoleh hasil

bahwa varietas berbeda nyata pada jumlah daun. Data tertinggi yang diperoleh yaitu pada perlakuan V1 (13,13 helai) dan yang terendah pada V2 (11,38 helai). Tabel 2. Jumlah daun (helai) terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas pada umur 5-9 MST

Umur Perlakuan Paclobutrazol

Rataan 5 MST Varietas P0 ( 0 g/l) P1 (0,50 g/l) P2 (0,75 g/l) P3 (1 g/l) V1 (Kawali) 7,67 5,67 6,25 6,58 6,54 V2 (Numbu) 6,67 6,17 7,00 6,75 6,65 Rataan 7,17 a 5,92 b 6,63 ab 6,67 ab 6 MST V1 (Kawali) 9,00 7,17 7,58 7,75 7,88 V2 (Numbu) 7,92 7,58 8,08 8,42 8,00 Rataan 8,46 7,38 7,83 8,08 7 MST V1 (Kawali) 11,08 8,83 9,00 9,42 9,58 V2 (Numbu) 9,58 9,50 9,75 10,17 9,75 Rataan 10,33 9,17 9,38 9,79 8 MST V1 (Kawali) 12,67 10,33 11,17 10,92 11,27 V2 (Numbu) 10,33 10,50 11,33 11,33 10,88 Rataan 11,50 10,42 11,25 11,13 9 MST V1 (Kawali) 14,08 12,08 13,33 13,00 13,13 a V2 (Numbu) 10,83 10,92 11,92 11,83 11,38 b Rataan 12,46 11,50 12,63 12,42

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Diameter Batang (mm)

Hasil pengamatan diameter batang beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 28-37. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata

terhadap diameter batang pada 5-9 MST, sedangkan varietas menunjukkan perbedaan yang nyata pada diameter batang 8-9 MST. Namun, interaksi keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan diameter batang terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas pada umur 5-9 MST dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada 5 MST, hanya pemberian paclobutrazol yang berpengaruh nyata terhadap diameter batang, sedangkan perlakuan varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Diameter batang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (13,70 mm) yang berbeda nyata dengan P0 dan P1, namun berbeda tidak nyata dengan P2. Diameter batang terendah yaitu pada perlakuan P0 (10,43 mm).

Tabel 3. Diameter batang (mm) terhadap pemberian paclobutrazol pada umur 5-9 MST

Umur Perlakuan Paclobutrazol

Rataan 5 MST Varietas P0 ( 0 g/l) P1 (0,50 g/l) P2 (0,75 g/l) P3 (1 g/l) V1 (Kawali) 10,82 10,44 12,32 13,70 11,82 V2 (Numbu) 10,05 11,83 12,36 13,71 11,99 Rataan 10,43 b 11,13 b 12,34 ab 13,70 a 6 MST V1 (Kawali) 13,29 12,60 14,79 16,74 14,36 V2 (Numbu) 12,03 13,38 14,58 15,82 13,95 Rataan 12,66 b 12,99 b 14,69 ab 16,28 a 7 MST V1 (Kawali) 16,12 15,41 17,67 19,30 17,13 V2 (Numbu) 13,01 15,30 16,79 18,32 15,85 Rataan 14,56 c 15,35 bc 17,23 ab 18,81 a 8 MST V1 (Kawali) 19,42 17,20 20,05 21,75 19,60 a V2 (Numbu) 14,63 16,63 18,75 20,38 17,60 b Rataan 17,02 b 16,91 b 19,40 ab 21,06 a 9 MST V1 (Kawali) 21,23 18,75 22,05 23,71 21,43 a V2 (Numbu) 15,68 17,52 20,62 21,99 18,95 b Rataan 18,45 bc 18,13 c 21,34 ab 22,85 a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Pada pengamatan 6 MST, hanya pemberian paclobutrazol yang berpengaruh nyata terhadap diameter batang, sedangkan perlakuan varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Diemeter batang tertinggi pada pemberian paclobutrazol terdapat pada perlakuan P3 (16,28 mm) yang berbeda nyata dengan

P0 dan P1, namun berbeda tidak nyata dengan P2. Diameter batang terendah yaitu pada perlakuan P0 (12,66 mm).

Pada pengamatan 7 MST, hanya pemberian paclobutrazol yang berpengaruh nyata terhadap diameter batang, sedangkan perlakuan varietas tidak berbeda nyata. Diameter batang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (18,81 mm) yang berbeda nyata dengan P0 dan P1, namun berbeda tidak nyata

dengan P2. Diameter batang yang terendah yaitu pada perlakuan P0 (14,56 mm). Pada pengamatan 8 MST, pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap diameter batang, sedangkan varietas berbeda nyata pada diameter

batang. Diameter batang tertinggi yang diperoleh yaitu pada perlakuan P3 (21,06 mm) yang berbeda nyata dengan P0 dan P1, namun berbeda tidak nyata

dengan P2. Diameter batang yang terendah yaitu pada perlakuan P1 (16,91 mm). Sedangkan pada varietas, diameter batang tertinggi yaitu pada V1 (19,60 mm) yang berbeda nyata dengan V2 (17,60 mm) yang merupakan diameter batang terendah.

Pada pengamatan 9 MST, pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap diameter batang, sedangkan varietas berbeda nyata pada diameter

batang. Diameter batang tertinggi yang diperoleh yaitu pada perlakuan P3 (22,85 mm) yang berbeda nyata dengan P0 dan P1, namun berbeda tidak nyata

dengan P2. Diameter batang terendah yaitu pada perlakuan P1 (18,13 mm). Sedangkan pada varietas, diameter batang tertinggi yaitu pada V1 (21,43 mm)

yang berbeda nyata dengan diameter batang terendah yaitu perlakuan V2 (18,95 mm).

Umur Berbunga (hari)

Hasil pengamatan umur berbunga beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 38-39. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian paclobutrazol berpengaruh

nyata terhadap umur berbunga, sedangkan varietas berbeda nyata pada umur berbunga. Namun, interaksi keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan umur berbunga terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Umur berbunga (hari) terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas

Perlakuan Paclobutrazol Rataan Varietas P0 ( 0 g/l) P1 (0,50 g/l) P2 (0,75 g/l) P3 (1 g/l) V1 (Kawali) 66,50 70,75 71,42 72,50 70,29 b V2 (Numbu) 65,50 66,42 67,92 67,83 66,92 a Rataan 66,00 c 68,58 ab 69,67 a 70,17 a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Umur berbunga tercepat pada pemberian paclobutrazol terdapat pada perlakuan P0 (66.00 hari) yang berbeda nyata dengan P1, P2, dan P3 dan yang terlama yaitu pada perlakuan P3 (70,17 hari) yang tidak berbeda nyata dengan P2, namun berbeda tidak nyata dengan P1 dan berbeda nyata dengan P0. Umur berbunga tercepat pada varietas terdapat pada perlakuan V2 (66,92 hari) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan V1 (70,29 hari).

Jumlah Klorofil

Hasil pengamatan umur panen beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 40-41. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil, sedangkan varietas berbeda nyata pada jumlah klorofil. Interaksi

keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan jumlah klorofil terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah klorofil terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas

Perlakuan Paclobutrazol Rataan Varietas P0 ( 0 g/l) P1 (0,50 g/l) P2 (0,75 g/l) P3 (1 g/l) V1 (Kawali) 66,23 61,63 71,40 68,10 66,84 a V2 (Numbu) 46,58 61,34 56,43 53,67 54,50 a Rataan 56,40 61,49 63,92 60,88

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil, sedangkan varietas berbeda nyata pada jumlah

klorofil. Jumlah klorofil tertinggi pada varietas terdapat pada perlakuan V1 (66,84) yang tidak berbeda nyata dengan hasil perlakuan yang terendah yaitu

V2 (54,50).

Umur Panen (hari)

Hasil pengamatan umur panen beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 42-43. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap umur panen, sedangkan varietas berbeda nyata pada umur panen. Namun, interaksi keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan umur panen terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Umur panen (hari) terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas

Perlakuan Paclobutrazol Rataan Varietas P0 ( 0 g/l) P1 (0,50 g/l) P2 (0,75 g/l) P3 (1 g/l) V1 (Kawali) 104,67 107,00 107,00 107,00 106,42 b V2 (Numbu) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 a Rataan 102,33 103,50 103,50 103,50

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap umur panen, sedangkan varietas menunjukkan perbedaan yang nyata pada umur panen. Perlakuan varietas yang menunjukkan hasil umur panen tercepat yaitu terdapat pada perlakuan V2 (100,00 hari) yang berbeda nyata dengan V1 (106,42 hari) yang merupakan umur panen terlama.

Produksi per Sampel (g)

Hasil pengamatan produksi per sampel beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 44-45. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian paclobutrazol dan varietas, serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap produksi per sampel. Rataan produksi per sampel terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Produksi per sampel (g) terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas

Perlakuan Paclobutrazol Rataan Varietas P0 ( 0 g/l) P1 (0,50 g/l) P2 (0,75 g/l) P3 (1 g/l) V1 (Kawali) 88,43 70,47 72,98 59,96 72,96 V2 (Numbu) 75,88 81,47 84,38 72,06 78,45 Rataan 82,16 75,97 78,68 66,01

Produksi per Plot (g)

Hasil pengamatan produksi per plot beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 46-47. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap produksi per plot, begitu pula dengan varietas yang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada peubah amatan tersebut, serta interaksi keduanya tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi per plot.

Rataan produksi per plot terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Produksi per plot (g) terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas

Perlakuan Paclobutrazol Rataan Varietas P0 ( 0 g/l) P1 (0,50 g/l) P2 (0,75 g/l) P3 (1 g/l) V1 (Kawali) 1050,50 965,81 1049,30 736,81 950,61 V2 (Numbu) 900,93 1107,03 1028,13 961,68 999,44 Rataan 975,72 1036,42 1038,72 849,24

Berat Biji Malai per Sampel (g)

Hasil pengamatan umur panen beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 48-49. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap berat

biji malai per sampel dan varietas juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada peubah amatan tersebut, serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat biji malai per sampel. Rataan berat biji malai per sampel terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Berat biji malai per sampel (g) terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas Perlakuan Paclobutrazol Rataan Varietas P0 ( 0 g/l) P1 (0,50 g/l) P2 (0,75 g/l) P3 (1 g/l) V1 (Kawali) 110,25 86,58 91,91 77,27 91,50 V2 (Numbu) 88,45 93,98 103,49 90,84 94,19 Rataan 99,35 90,28 97,70 84,05

Berat Biji Malai per Plot (g)

Hasil pengamatan berat biji malai per plot beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 50-51. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap berat biji malai per plot, begitu pula dengan varietas yang tidak

keduanya pun tidak berpengaruh nyata terhadap berat biji malai per plot. Rataan berat biji malai per plot terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Berat biji malai per plot (g) terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas Perlakuan Paclobutrazol Rataan Varietas P0 ( 0 g/l) P1 (0,50 g/l) P2 (0,75 g/l) P3 (1 g/l) V1 (Kawali) 1367,87 1189,04 1443,13 1045,48 1261,38 V2 (Numbu) 1105,54 1337,50 1270,50 1190,23 1225,94 Rataan 1236,70 1263,27 1356,82 1117,86 Bobot 100 Biji (g)

Hasil pengamatan bobot 100 biji beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 52-53. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji , sedangkan varietas menunjukkan perbedaan yang nyata pada bobot 100 biji. Namun, interaksi keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan bobot 100 biji terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Bobot 100 biji (g) terhadap pemberian paclobutrazol dan varietas

Perlakuan Paclobutrazol Rataan Varietas P0 ( 0 g/l) P1 (0,50 g/l) P2 (0,75 g/l) P3 (1 g/l) V1 (Kawali) 2,34 2,32 2,30 2,09 2,26 b V2 (Numbu) 3,55 3,46 3,39 3,03 3,36 a Rataan 2,95 2,89 2,84 2,56

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 11 menunjukkan bahwa bobot 100 biji tertinggi pada varietas terdapat pada perlakuan V2 (3,36 g) yang berbeda nyata dengan V1 (2,26 g).

Pembahasan

Respons pertumbuhan dan produksi terhadap pemberian paclobutrazol pada tanaman sorgum

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 6-9 MST. Pada 9 MST, perlakuan 0g/l berbeda nyata dengan perlakuan 0,50 g/l,

0,75 g/l, dan 1 g/l. Data tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan 0 g/l (200,51 cm) dan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan 1 g/l (128,88 cm) (Tabel 1). Hal ini disebabkan karena paclobutrazol merupakan

salah satu jenis zat pengatur tumbuh yang dapat menghambat biosintesis dari giberelin sehingga fungsi utama dari giberelin tersebut yaitu berperan dalam perpanjangan sel dapat dihambat. Oleh karena itu, tanaman yang diaplikasikan paclobutrazol akan menjadi lebih pendek. Hal ini sesuai dengan literatur dari Chaney (2004) yang menyatakan bahwa penghambatan pertumbuhan yang diakibatkan oleh aplikasi paclobutrazol muncul karena komponen kimia yang terkandung dalam paclobutrazol menghalangi tiga tahapan untuk produksi giberelin pada jalur terpenoid dengan cara menghambat enzim yang mengkatalisasi proses reaksi metabolis. Salah satu fungsi utama dari giberelin adalah untuk menstimulasi perpanjangan sel.

Jumlah daun pada tanaman sorgum dengan perlakuan pemberian paclobutrazol hanya menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada 5 MST (Tabel 2). Pada pengamatan selanjutnya pemberian paclobutrazol tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun. Hal ini sesuai dengan literatur dari Wattimena (1998) yang menyatakan bahwa pemberian zat penghambat tumbuh pada beberapa tanaman, dapat mempengaruhi sifat fisiologis

tanaman antara lain menghambat pemanjangan sel pada meristem sub apikal sehingga pertumbuhan batang dapat dihambat, akan tetapi zat penghambat tumbuh tersebut tidak mempengaruhi pembentukan daun.

Pada peubah amatan diameter batang, menunjukkan hasil bahwa pemberian paclobutrazol memberikan hasil yang berbeda nyata (Tabel 3). Diameter batang terbesar yaitu pada perlakuan 1 g/l (22.85 mm) yang berbeda nyata dengan 0g/l (18.45 mm) dan 0,50 g/l (18.13 mm), namun berbeda tidak nyata dengan 0,75 g/l (21.34 mm). Walaupun paclobutrazol dapat menekan pertumbuhan tinggi batang sorgum, tetapi dengan diaplikasikannya paclobutrazol ternyata dapat meningkatkan besar diameter batang sorgum tersebut. Batang sorgum tersebut menjadi lebih tebal diakibatkan pemberian retardan berupa paclobutrazol yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan volume sel parenkim di daerah korteks serta meningkatnya produksi sel di daerah kambium. Hal ini sesuai dengan literatur dari Cathey (1975) yang menyatakan bahwa peran fisiologis dari paclobutrazol diantaranya adalah menekan perpanjangan batang serta mempertebal batang.

Selama penelitian berlangsung, pada perlakuan kontrol (tanpa pemberian paclobutrazol), beberapa tanaman mengalami kerebahan sejak 4-13 MST. Tanaman sorgum yang diberi paclobutrazol menjadi lebih tahan terhadap rebah dibandingkan yang tidak diberi paclobutrazol sehingga apabila ada angin kencang tanaman tersebut tidak akan rebah. Hal ini terjadi karena paclobutazol mengakibatkan semakin rendah dan semakin besarnya batang tanaman serta semakin kuatnya akar tanaman sorgum yang diberi paclobutrazol.

Pada Lampiran 54 (data koefisien korelasi antar karakter yang diamati), juga dapat dilihat hubungan antara peubah amatan tinggi tanaman dan diameter batang. Peubah amatan tinggi tanaman dan diameter batang memiliki nilai korelasi -0.68. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar diameter batang maka tinggi tanaman akan semakin rendah.

Pemberian paclobutrazol menunjukkan pengaruh yang nyata pada peubah amatan umur berbunga (Tabel 4). Perlakuan 0 g/l untuk peubah amatan umur berbunga berbeda nyata dengan semua perlakuan. Data umur berbunga tercepat terdapat pada perlakuan 0 g/l (66,00 hari) dan umur berbunga terlama terdapat pada perlakuan 1 g/l (70,17) (Tabel 4). Pada dasarnya paclobutrazol dapat mengalihkan masa vegetatif ke masa generatif sehingga dapat mempercepat masa pembungaan. Akan tetapi, terjadi hal yang sebaliknya pada penelitian ini. Hal ini terjadi karena pengaruh dari pemberian paclobutrazol berbeda-beda pada setiap tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur dari Menhennet (1979) yang menyatakan bahwa pengaruh retardan pada tanaman sangat bervariasi yang dapat disebabkan karena adanya kemampuan yang berbeda untuk mengabsorpsi dan translokasi senyawa kimia, adanya mekanisme penonaktifan dalam beberapa spesies, serta perbedaan pola interaksi retardan dalam tanaman.

Meskipun umur berbunga tanaman sorgum yang diberi paclobutrazol menjadi lebih lama dibandingkan dengan yang tidak diberi paclobutrazol, akan tetapi umur panen tidak demikian. Pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap umur panen. Hal ini sesuai dengan literatur dari Weaver (1972) yang menyatakan bahwa paclobutrazol dapat menghambat pertumbuhan vegetatif dan secara tidak langsung akan mengalihkan asimilat ke perkembangan buah.

Hasil pada peubah amatan produksi per sampel, produksi per plot, berat biji malai per sampel, berat biji malai per plot, dan bobot 100 biji tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada perlakuan pemberian paclobutrazol. Hal ini menunjukkan bahwa paclobutrazol hanya menghambat aktivitas fisiologis pada tanaman namun tidak menghambat produksi serta translokasi asimilat ke organ-organ lain pada tanaman.

Respons pertumbuhan dan produksi pada beberapa varietas tanaman sorgum

Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 5-9 MST, jumlah daun pada 9 MST, diameter batang pada 8-9 MST. Tinggi tanaman tertinggi yaitu pada varietas Numbu (181,39 cm) yang berbeda nyata dengan varietas Kawali (130,83 cm), jumlah daun terbanyak yaitu pada varietas Kawali (13,13 helai) yang berbeda nyata dengan Numbu (11,38 helai), serta diameter batang terbesar yaitu pada varietas Kawali (21,43 mm) yang berbeda nyata dengan Numbu (18,95 mm). Tinggi tanaman, jumlah daun, serta diameter batang berbeda pada setiap varietas yang ditanam. Varietas Numbu memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Kawali. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan faktor genetik dari kedua varietas tersebut.

Umur berbunga dan umur panen pada varietas memiliki pengaruh yang nyata namun tidak berbeda secara nyata. Perbedaan ini sesuai dengan masing-masing deskripsi pada varietas yaitu umur berbunga ±70 hari dan umur panen 100-110 hari untuk varietas Kawali dan umur berbunga ±69 hari dan umur panen 100-105 hari untuk varietas Numbu. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh yaitu umur berbunga tercepat terdapat pada varietas Numbu (66,92 hari) dan terlama pada varietas Kawali (70,29 hari). Begitu pula dengan umur panen

tercepat yaitu pada varietas Numbu (100,00 hari) dan terlama yaitu varietas Kawali (106,42 hari).

Varietas berbeda nyata pada peubah amatan jumlah klorofil dan bobot 100 biji. Hasil jumlah klorofil tertinggi diperoleh pada varietas Kawali (66,84) yang tidak berbeda nyata dengan hasil jumlah klorofil terendah yaitu varietas Numbu (54,50). Sedangkan untuk bobot 100 biji tertinggi yaitu pada varietas Numbu (3,36 g) berbeda nyata dengan bobot 100 biji terendah yaitu varietas Kawali (2,26 g). Hal ini sesuai dengan deskripsi varietas Numbu yang memiliki bobot 100 biji yang lebih tinggi dibandingkan varietas Kawali. Meskipun demikian, kedua varietas tersebut termasuk dalam varietas sorgum yang unggul. Hal ini sesuai dengan literatur dari Yanuwar (2002) yang menyatakan bahwa balai penelitian tanaman serealia Indonesia pada tahun 2001 telah melepas dua varietas sorgum unggul baru yaitu Kawali dan Numbu yang berasal dari India.

Interaksi pemberian paclobutrazol pada beberapa varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum

Dari hasil analisis sidik ragam tidak menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan pemberian paclobutrazol dengan perlakuan varietas pada seluruh peubah amatan. Bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa faktor-faktornya bertindak bebas satu sama lain, pengaruh sederhana suatu faktor sama pada semua taraf faktor lainya dalam batas-batas keragaman acak. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan memberikan respon masing-masing sebagai faktor tunggal tanpa adanya interaksi. Menurut Steel and Torrie (1993), bila pengaruh-pengaruh sederhana suatu faktor berbeda lebih besar daripada yang dapat ditimbulkan oleh faktor kebetulan, beda respon ini disebut interaksi antara kedua faktor itu.

Dokumen terkait