• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan hasil sidik ragam Lampiran 4 sampai Lampiran 53 diketahui bahwa drainase tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1, 3, 4 dan 5 Bulan Setelah Tanam (BST), diameter batang umur 1, 2, 3, 5, dan 6 BST, serta jumlah ruas umur 1, 3, 4, 5 dan 6 BST. Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1-6 BST, diameter batang umur 1, 2, 5, dan 6 BST, jumlah ruas umur 1-6 BST, dan jumlah batang 6 BST. Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1-5 MST, diameter batang umur 1, 2, 5 dan 6 BST, serta jumlah ruas umur 1-6 BST.

Tinggi tanaman (cm)

Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1-5 BST.

Rataan tinggi tanaman umur 1-6 BST pada perlakuan drainase dan pengolahan tanah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1-6 BST dengan kombinasi terbaik terdapat pada P1D1 (pengolahan pisau dalam pada drainase baik) yang berbeda nyata dengan P1D2, P2D1 dan P2D2.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman Tebu (Saccharum officinarum) umur 1- 6 BST (cm) pada perlakuan drainase dan pengolahan tanah

Drainase Tinggi Tanaman Rataan

P1 (Pisau Dalam) P2 (Pisau Dangkal) 1 BST D1 (Drainase Baik) 47.43 a 9.57 c 28.50 D2 (Drainase Buruk) 23.47 b 25.07 b 24.27 Rataan 35.45 17.32 2 BST D1 (Drainase Baik) 62.43 a 29.63 c 46.03 D2 (Drainase Buruk) 43.97 b 44.07 b 44.02 Rataan 53.20 36.85 3 BST D1 (Drainase Baik) 82.30 a 49.63 c 65.97 D2 (Drainase Buruk) 63.57 b 64.37 b 63.97 Rataan 72.93 57.00 4 BST D1 (Drainase Baik) 113.83 a 80.50 c 97.17 D2 (Drainase Buruk) 87.53 b 85.30 b 86.42 Rataan 100.68 82.90 5 BST D1 (Drainase Baik) 133.83 a 101.23 c 117.53 D2 (Drainase Buruk) 107.97 b 105.07 bc 106.52 Rataan 120.90 103.15 6 BST D1 (Drainase Baik) 154.87 a 124.47 b 139.67 D2 (Drainase Buruk) 128.47 b 125.30 b 126.88 Rataan 141.67 124.88

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada umur tanaman tebu yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% 0 20 40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 6 Ti nggi Tanam an (cm )

Bulan Setelah Tanam (BST)

D1 (drainase baik) D2 (drainase buruk)

Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman umur 1-6 BST pada perlakuan drainase tanah

Gambar 2. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman umur 1-6 BST pada perlakuan pengolahan tanah

Gambar 1 dan 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman umur 1-6 MST akibat perlakuan drainase menunjukkan bahwa tinggi tanaman terbaik diperoleh pada perlakuan D1 (drainase baik) yang berbeda nyata dengan D2

0 20 40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 6 Ti nggi Tanam an (cm )

Bulan Setelah Tanam (BST)

D1 (drainase baik) D2 (drainase buruk) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 Ti nggi Tanam an (cm )

Bulan Setelah Tanam (BST)

P1 (pengolahan pisau dalam)

P2(pengolahan pisau dangkal)

(drainase buruk). Sedangkan perlakuan pengolahan tanah menunjukkan bahwa tinggi tanaman terbaik diperoleh pada P1 (pengolahan tanah dalam) yang berbeda nyata dengan P2 (pengolahan tanah dangkal).

Diameter Batang (cm)

Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap diameter batang umur 1, 2, 5, dan 6 BST.

Rataan diameter batang umur 1-6 BST pada perlakuan drainase dan pengolahan tanah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan diameter batang Tebu (Saccharum officinarum) umur 1- 6 BST (cm) pada perlakuan drainase dan pengolahan tanah

Drainase Tinggi Tanaman Rataan

P1 (Pisau Dalam) P2 (Pisau Dangkal) 1 BST D1 (Drainase Baik) 1.51 a 0.42 b 0.97 D2 (Drainase Buruk) 0.51 b 0.57 b 0.54 Rataan 1.01 0.49 2 BST D1 (Drainase Baik) 1.59 a 0.60 c 1.09 D2 (Drainase Buruk) 0.80 b 0.79 b 0.80 Rataan 1.19 0.70 3 BST D1 (Drainase Baik) 2.03 0.85 1.44 D2 (Drainase Buruk) 1.00 1.00 1.00 Rataan 1.52 a 0.92 b 4 BST D1 (Drainase Baik) 1.99 1.29 1.64 D2 (Drainase Buruk) 1.71 1.41 1.56 Rataan 1.85 1.35 5 BST D1 (Drainase Baik) 2.25 1.64 1.94 D2 (Drainase Buruk) 1.65 1.68 1.66 Rataan 1.95 1.66 6 BST D1 (Drainase Baik) 2.33 a 1.88 b 2.11 D2 (Drainase Buruk) 1.91 b 1.94 b 1.92 Rataan 2.12 1.91

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada umur tanaman tebu yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncann pada taraf 5%

Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi antara drainase dan pisau berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang pada perlakuan pengolahn tanah berpenggaruh nyata terhadap 1, 2, 3, 5, dan 6 BST dengan data terbaik pada P1 (Pengolahan dengan pisau dalam)

Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap diameter batang 1, 2, 5, dan 6 BST diameter terbesar diperoleh pada P1D1 (pengolahan pisau dalam drainase baik) yakni 2,33 cm yang berbeda nyata dengan P1D2, P2D1, P2D2, dari data tabel 2 juga menunjukkan penggunaan pisau dalam dan pisau dangkal tidak berpengaruh nyata pada drainase buruk .

Gambar 3. Grafik pertumbuhan diameter batang 1-6 BST pada perlakuan drainase tanah

Gambar 4. Grafik pertumbuhan diameter batang umur 1-6 BST pada perlakuan pengolahan tanah

Gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter batang umur 1-6 BST akibat perlakuan drainase menunjukkan bahwa diameter batang terbaik

diperoleh pada perlakuan D1 (drainase baik) yang berbeda nyata dengan D2 (drainase buruk). Sedangkan perlakuan pengolahan tanah menunjukkan bahwa diameter batang terbaik diperoleh pada P1 (pengolahan tanah dalam) yang berbeda nyata dengan P2 (pengolahan tanah dangkal).

Jumlah Ruas (cm)

Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1-6 BST.

Rataan jumlah ruas umur 1-6 BST pada perlakuan drainase dan pengolahan tanah dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan jumlah ruas Tebu (Saccharum officinarum) umur 1- 6 BST (ruas) pada perlakuan drainase dan pengolahan tanah

Drainase Tinggi Tanaman Rataan

P1 (Pisau Dalam) P2 (Pisau Dangkal) 1 BST D1 (Drainase Baik) 4.90 a 2.83 b 3.87 D2 (Drainase Buruk) 2.73 b 2.77 b 2.75

Rataan 3.82 2.80 2 BST D1 (Drainase Baik) 8.53 a 4.23 c 6.38 D2 (Drainase Buruk) 6.40 b 6.30 b 6.35 Rataan 7.47 5.27 3 BST D1 (Drainase Baik) 11.57 a 6.93 c 9.25 D2 (Drainase Buruk) 8.57 b 8.90 b 8.73 Rataan 10.07 7.92 4 BST D1 (Drainase Baik) 14.93 a 10.63 c 12.78 D2 (Drainase Buruk) 11.87 c 12.03 b 11.95 Rataan 13.40 11.33 5 BST D1 (Drainase Baik) 16.47 a 13.17 c 14.82 D2 (Drainase Buruk) 13.33 bc 13.87 b 13.60 Rataan 14.90 13.52 6 BST D1 (Drainase Baik) 18.70 a 15.90 b 17.30 D2 (Drainase Buruk) 16.00 b 15.73 b 15.87 Rataan 17.35 15.82

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncann pada taraf 5%

Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap jumlah ruas umur 1-6 BST. Pada 6 BST jumlah ruas terbesar diperoleh pada P1D1 (pengolahan pisau dalam dan drainase baik) yakni 18,70 yang berbeda nyata dengan P1D2, P2D1, P2D2.

Gambar 5. Grafik pertumbuhan jumlah ruas 1-6 BST pada perlakuan drainase tanah

Gambar 6. Grafik pertumbuhan jumlah ruas 1-6 BST pada perlakuan pengolahan tanah

Jumlah Batang (cm)

Berdasarkan lampiran 40-51 diketahui bahwa drainase tanah berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah batang. Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap jumlah batang 6 BST. Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah batang.

Tabel 4. Rataan jumlah batang Tebu (Saccharun pengolahan tanah

Drainase Tinggi Tanaman Rataan

P1 (Pisau Dalam) P2 (Pisau Dangkal) 1 BST D1 (Drainase Baik) 2.93 3.17 3.05 D2 (Drainase Buruk) 3.07 3.17 3.12 Rataan 3.00 3.17 2 BST D1 (Drainase Baik) 4.60 4.67 4.63 D2 (Drainase Buruk) 4.43 4.67 4.55 Rataan 4.52 4.67

3 BST D1 (Drainase Baik) 6.37 6.27 6.32 D2 (Drainase Buruk) 5.90 5.87 5.88 Rataan 6.13 6.07 4 BST D1 (Drainase Baik) 8.07 7.40 7.73 D2 (Drainase Buruk) 7.80 7.07 7.43 Rataan 7.93 7.23 5 BST D1 (Drainase Baik) 8.33 7.57 7.95 D2 (Drainase Buruk) 7.87 7.23 7.55 Rataan 8.10 7.40 6 BST D1 (Drainase Baik) 8.20 7.47 7.83 D2 (Drainase Buruk) 7.87 7.20 7.53 Rataan 8.03 a 7.33 b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncann pada taraf 5%

Tabel 4 menunjukkan bahwa drainase berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah batang. Pengolahan tanah berpengaruh terhadap jumlah batang 6 BST dengan data terbaik pada P1 (pengolahan pisau dalam) yang berbeda nyata dengan P2 (pengolahan pisau dangkal).

Gambar 7. Grafik pertumbuhan jumlah batang umur 1-6 BST pada perlakuan drainase tanah

Gambar 8. Grafik pertumbuhan jumlah batang umur 1-6 BST pada perlakuan pengolahan tanah

Gambar 7 dan 8 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah batang umur 1-6 BST akibat perlakuan drainase menunjukkan bahwa jumlah batang terbaik

diperoleh pada perlakuan D1 (drainase baik) yang berbeda nyata dengan D2 (drainase buruk). Sedangkan perlakuan pengolahan tanah menunjukkan bahwa jumlah batang terbaik diperoleh pada P1 (pengolahan tanah dalam) yang berbeda nyata dengan P2 (pengolahan tanah dangkal).

Estimasi Produksi (Kg/400 m2)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh estimasi produksi tebu pada setiap perlakuan sebagai berikut. Hasil estimasi ini tidak diuji sidik ragam maupun uji beda rataan.

Tabel 5. Estimasi produksi Tebu (Saccharum officinarum) Interaksi Perlakuan Faktor Jumlah Juringan/ 400 m2 Rata-Rata Jumlah Rendemen (%) Tinggi Tanaman 6 BST (cm) Total (Kg) Batang Per Juring

(batang)

D1P1 296 8.20 0.46 1.55 1730.59

D1P2 296 7.47 0.46 1.24 1261.22

D2P1 296 7.87 0.46 1.28 1371.62

D2P2 296 7.20 0.46 1.25 1225.44

Tabel 5 menunjukkan bahwa estimasi produksi tertinggi diperoleh pada

perlakuan D1P1 (drainase baik dan pengolahan pisau dalam) yakni 1730,59 Kg/400 m2 dan terendah pada perlakuan D2P2 (drainase buruk dan

pengolahan pisau dangkal) yakni 1225.44 Kg/400 m2.

Gambar 9. Estimasi produksi tebu (Saccharum officinarum)

Pembahasan

Pengaruh Drainase Tanah terhadap Pertumbuhan Tebu (Saccharum officinarum) 1730.59 1261.22 1371.62 1225.44 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 D1P1 D1P2 D2P1 D2P2 Est im asi Produk si (Kg/ 400m 2)

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 1-4 menunjukkan bahwa perlakuan drainase tanah menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST serta jumlah ruas 1-6 BST. Perlakuan D1 (drainase baik) menunjukkan data terbaik pada seluruh peubah amatan. Drainase tanah dalam hal ini berfungsi untuk mengurangi kelebihan air berdasarkan Suripin (2004) menyatakan bahwa drainase berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki genangan air dan banjir sehingga tidak ada akumulasi air tanah, menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.

Pada parameter tinggi tanaman, Gambar 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman umur 1-6 BST akibat perlakuan drainase menunjukkan bahwa tinggi tanaman terbaik diperoleh pada perlakuan D1 (drainase baik) yang berbeda nyata dengan D2 (drainase buruk). Sedangkan perlakuan pengolahan tanah menunjukkan bahwa tinggi tanaman terbaik diperoleh pada P1 (pengolahan tanah dalam) yang berbeda nyata dengan P2 (pengolahan tanah dangkal). Dengan kombinasi terbaik pada D1P1 (drainase baik pengolahan pisau dalam) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Drainase tanah secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman termasuk peningkatan tinggi tanaman sesuai dengan literatur Sugiyarta (2008) menyatakan bahwa Pertumbuhan tebu juga didukung oleh sifat-sifat fisik dan kimia dari tanah, seperti: drainase/ permeabilitas, tingkat kemasaman, tekstur serta kandungan organik dan hara tanah. Meskipun tanaman tebu dapat tumbuh pada hampir

semua jenis tanah, namun pertumbuhannya akan optimal apabila ditanam pada tan ah yang subur, memiliki drainase yang baik (cukup air tetapi tidak tergenang).

Pada parameter diameter batang drainase berpengaruh nyata terhadap diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST dengan perlakuan terbaik D1 (drainase baik) yang berbeda nyata dengan D2 (drainase buruk). Drainase berkaitan erat dengan tinggi muka air tanah. Nazemi dan Anwar (2008) menyatakan bahwa Peranan muka air tanah dalam mempengaruhi lengas tanah daerah perakaran. Semakin jauh permukaan air dari permukaan tanah, semakin besar pula tenaga yang diperlukan agar air sampai ke daerah perakaran, karena itu semakin dekat muka air tanah dari daerah perakaran semakin mudah pula air tanah menyumbangkan air untuk daerah perakaran.

Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa drainase tanah berpengaruh nyata terhadap jumlah ruas 1-6 BST dengan perlakuan terbaik pada D1 (drainase baik). Drainase tanah dalam hal ini dapat dijadikan sebagai faktor pembatas pertumbuhan tanaman. Dalam Mirzawan dan Toharisman (2008) menjelaskan bahwa Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika yang asal usulnya diperkirakan dari Papua. Tanaman ini cukup peka terhadap ketersediaan air yang berlebihan maupun yang yang terbatas, sehingga iklim sering menjadi faktor pembatas utama. Lingkungan fisik lain yang membatasi luas pengelolaan tebu di suatu kawasan adalah kemiringan lereng, drainase dan kedalaman efektif tanah. Sifat fisik ini lebih banyak berkaitan dengan efisiensi ekonomis budidayanya.

Pengaruh Pengolahan Tanah terhadap Pertumbuhan Tebu (Saccharum officinarum)

Berdasarkan Tabel 1-6 dan Lampiran 4-51 diketahui bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 3, 5 dan 6 BST, jumlah ruas 1-6 BST serta jumlah batang 6 BST. Pengolahan tanah dalam hal ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah yang secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman hal ini sejalan dengan literatur Hardiyatmo (1992) yang menyatakan bahwa dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisifisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untukpertumbuhan tanaman.

Pada parameter tinggi tanaman, pengolahan tanah berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman 1 – 6 BST dengan perlakuan terbaik pada P1 (pengolahan pisau dalam) yang berbeda nyata dengan P2 (pengolahan pisau

dangkal) sesuai Gambar 2. Pengolahan dalam menunjukkan hasil terbaik diduga karena porositas tanah semakin besar sehingga pertumbuhan tanaman semakin baik.Rusli, dkk (2005) menjelaskan bahwa pengolahan tanah bertujuan membentuk tanah menjadi gembur karena kerapatannya berkurang sedangkan porositasnya meningkat sehingga mampu memperbaiki drainase dan aerasi tanah yang sangat diperlukan untuk meningkatkan respirasi dan penetrasi akar yang sangat diperlukan untuk membantu akar tanaman temu ireng untuk mengabsorpsi air dan hara dari dalam tanah untuk pertumbuhan.

Pada parameter diameter batang, pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap diameter 1, 2, 3, 5 dan 6 (Tabel 2), dengan perlakuan terbaik pada P1 (pengolahan dalam (Gambar 4). Begitu pula pada parameter jumlah batang 6 BST yang mendapatkan pengaruh nyata atas pengolahan tanah. Selain memperbaiki

sifat fisik, pengolahan tanah juga dapat meningkatkan sifat biologis tanah, Pramuhadi (2005) menambahkan bahwa dengan pengolahan tanah akan dapat memperbaiki daerah perakaran tanaman, kelembaban dan aerase tanah, mempercepat infiltrasi serta mengendalikan tumbuhan pengganggu.

Interaksi Drainase Tanah dan Pengolahan Tanah terhadap Pertumbuhan Tebu (Saccharum officinarum)

Interaksi antara drainase tanah dan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST, serta jumlah ruas 1-6 BST. Drainase juga mempengaruhi keberhasilan pengolahan tanah. Kondisi muka air tanah yang tinggi dapat menjadi kendala dalam pengolahan tanah. Begitupula sebaliknya, pengolahan tanah dapat juga mempengaruhi drainase awal tanah sehingga porositas serta aerasi tanah dapat meningkat. Hal ini sejalan dengan Pramuhadi (2005) yang menyatakan bahwa struktur, tekstur dan solum tanah mempengaruhi aerasi tanah,perkembangan atau dalamnya perakaran dan perkembangan faktor biotis. Dari hal tersebut diatas maka dalam budidaya tanaman masalah pengolan tanah perlu mendapat perhatian.

Pada parameter tinggi tanaman (Tabel 1) tampak bahwa interaksi antara drainase dan pengolahan tanah terbaik ditunjukkan pada kombinasi perlakuan D1P1 (drainase baik dengan pengolahan pisau dalam) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Kedua faktor perlakuan pada dasarnya mempengaruhi kondisi fisik tanah yang berkaitan erat dengan tingkat kesesuain tanah terhadap tanaman tebu yang ditanam. Tanah merupakan faktor pembatas terpentinmg dalam budidaya pertanian. Pada Isron (2009) menyatakan bahwa dalam bercocok tanam, tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan tanaman, karena tanah memiliki peranan penting antara lain: (1) sebagai tempat tumbuh dan

tempat perkembangan akar; (2) menyediakan unsur hara dan air bagi tanaman; (3) Menyediakan air bagi tanaman; (4) merupakan media bagi pertumbuhan flora dan fauna,khususnya mikroflora dan mikrofauna yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Pada parameter diameter batang dan jumlah ruas juga menunjukkan

kecenderungan yang sama dimana kombinasi perl;akuan terbaik adalah D1P1 (drainase baik dan pengolahan pisau dalam) yang berbeda nyata dengan

perlakuan lain. Pengolahan tanah dan drainase tanah secara tidak langsung mempengaruhi fisiolohi tumbuhan melalui mekanisme respirasi perakaran. Respirasi yang baik hanya akan tercapai pada kondisi tanah kapasitas lapang dan suplai air yang baik pula. Hanafiah (2005), untuk menjamin tercukupinya tanamn, suplai air harus di berikan apabila 50-85% air tersedia ini telah habis terpakai.air yang di tahan di atas titik layu per manen merupakan air tak tersedia (air kapiler dan hidroskopis). Kemudian jika status kadar air tanah suatu lahan berada pada jenuh,diperlukan drainase pada lahn tersebut hinnga berada pada kapasitas lapang sehingga pertumbuhan tanaman dapat optimal.sebabnya,pada kondisi jenuh dalam priode lama akan terjadi efisinsi oksigen yang menganggu respirasi akar.

Pada parameter estimasi produksi diketahui bahwa data tertinggi diperoleh

pada perlakuan D1P1 (drainase baik dan pengolahan pisau dalam) yakni 1730,59 Kg/400m2, dan terendah pada D2P2 yakni 1225,44 Kg/400m2. Estimasi

produksi dalam hal ini dapat dijadikan acuan dalam pembuatan program tebang meliputi kebutuhan tenaga kerja, lama hari giling, yang dapat mempermudah pengerjaan pada saat panen. Estimasi produksi yang tinggi dapat menjadi acuan produksi nyata yang tinggi pula (http://epetani.pertanian.go.id).

Data estimasi produksi juga menunjukkan bahwa perlakuan P1(pisau dalam) selalu lebih tinggi dibandingkan P2 (pisau dangkal) pada keadaan drainase baik maupun buruk. Pengolahan tanah dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah yang erat hubunganya dengan jenis dan kondisi tanah serta iklim setempat, dimana langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman (Pramuhadi, 2005).

Dokumen terkait