• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan Tebu (sacharum officinarum L.) Terhadap Pengolahan Tanah pada Dua Kondisi Drainase

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pertumbuhan Tebu (sacharum officinarum L.) Terhadap Pengolahan Tanah pada Dua Kondisi Drainase"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN TEBU (Sacharum officinarum L.) TERHADAP PENGOLAHAN TANAH PADA DUA KONDISI DRAINASE

SKRIPSI

OLEH :

M MAULANA RASYID LUBIS 090301092

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN TEBU (Sacharum officinarum L.) TERHADAPPENGOLAHAN TANAH PADA DUA KONDISI DRAINASE

SKRIPSI

OLEH :

M MAULANA RASYID LUBIS 090301092

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Departemen Agroekoteknologi, FakultasPertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Respons Pertumbuhan Tebu (sacharum officinarum L.) TerhadapPengolahan Tanah pada Dua Kondisi Drainase Nama : M Maulana Rasyid Lubis

Nim : 090301092

Dept/Prodi : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Lisa Mawarni.MP) (Ir.YusufHusni) Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRACT

M. MAULANA RASYID LUBIS. Respons growth of sugar cane (Sacharum officinarum L.) to land cultivation on some drainage condition, supervised by LISA MAWARNI and YUSUF HUSNI.

In sugar cane plantation, drainage and land cultivation be determaining factor for optimal production. For that purpose, this research aimed to know response growth of of sugar cane (Sacharum officinarum L.) to land cultivation on some drainage condition. This research was conducted in Plantation Field of PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali, Deli Serdang on July 2013 – January 2014, used split plot design with two factor are; drainage (good and bad drainage), and land cultivation (maximum and minimum land cultivation). Parameter observed are plant height, stem diameter, number of internodes, and number of stem.

The result showed that drainage significantly affect on plant height 1-6 months after planting (MAP), stem diameter 1, 2, 5 dan 6 MAP, and number of internodes 1-6 MAP. Land cultivatin significantly affect on plant height 1-6 MAP, stem diameter 1, 2, 3, 5 dan 6 MAP, number of internodes 1-6 MAP, and number of stem 6 MAP. Interaction between two factors significantly affect on plant height 1-6 months after planting (MAP), stem diameter 1, 2, 5 dan 6 MAP, and number of internodes 1-6 MAP. Best combination treatment showed on good drainage and maximum land cultivation.

(5)

ABSTRAK

M. MAULANA RASYID LUBIS. Respons pertumbuhan tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap pengolahan tanah pada dua kondisi drainase, dibawah bimbingan LISA MAWARNI dan YUSUF HUSNI.

Dalam budidaya tebu, faktor drainase dan pengolahan tanah merupakan faktor utama penentu keberhasilan produksi. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan tebu terhadap pengolahan tanah pada beberapa kondisi drainase. Penelitian ini dilakukan di Lahan Perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali, Deli Serdang pada Juli 2013 - Januari 2014, menggunakan rancangan petak terpisah dengan dua faktor perlakuan yakni: drainase tanah (drainase baik dan drainase buruk) dan pengolahan tanah (pengolahan pisau dalam dan pisau dangkal). Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah ruas dan jumlah batang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa drainase tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST dan jumlah

ruas 1-6 BST. Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 3, 5 dan 6 BST, jumlah ruas 1-6 BST dan jumlah

batang 6 BST. Sedangkan Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST dan jumlah ruas 1-6 BST. Kombinasi perlakuan terbaik ditunjukkan pada drainase baik dengan

pengolahan pisau dalam.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons

Pertumbuhan dan Produksi Tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap Pengolahan Tanah pada Dua Kondisi Drainase”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir. Lisa Mawarni,

MP. dan Ir. Yusuf Husni selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini. Penulis juga

mengucapkan terimaksih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan

finansial dan spiritual.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka perbaikan di masa yang

akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan budidaya tebu.

Medan, Agustus 2013

(7)

DAFTAR

ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Iklim ... 5

Tanah ... 6

Drainase ... 6

Pengolahan tanah ... 9

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 12

PeubahAmatan ... 14

Tinggi Tanaman (cm) ... 14

(8)

Jumlah Ruas (Ruas) ... 14

Jumlah Batang per Rumpun (Batang) ... 14

Estimasi Produksi (kg/400 m2) ... 14

Pelaksanaan Penelitian ... 15

Penetapan Lokasi Peneliian ... 15

Persiapan Lahan ... 15

Pembuatan Saluran Drainase ... 16

Persiapan Bibit dan Penanaman ... 16

Pemeliharaan ... 16

Penyulaman ... 16

Pengendalian gulma ... 16

Pembumbunan ... 17

Pemupukan... 17

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 18

Tinggi Tanaman ... 18

Diameter Batang ... 20

Jumlah Ruas ... 23

Jumlah Batang ... 25

Estimasi Produksi ... 27

Pembahasan ... 28

]KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

(9)

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan Penelitian... 37

2. Bagan Tanaman dalam Juringan ... 38

3. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 39

4. Data pengamatan tinggi tanaman 1 BST (cm) ... 40

5. Sidik ragam tinggi tanaman 1 BST ... 40

6. Data pengamatan tinggi tanaman 2 BST (cm) ... 41

7. Sidik ragam tinggi tanaman 2 BST ... 41

8. Data pengamatan tinggi tanaman 3 BST (cm) ... 42

9. Sidik ragam tinggi tanaman 3 BST ... 42

10. Data pengamatan tinggi tanaman 4 BST (cm) ... 43

11. Sidik ragam tinggi tanaman 4 BST ... 43

12. Data pengamatan tinggi tanaman 5 BST (cm) ... 44

13. Sidik ragam tinggi tanaman 5 BST ... 44

14. Data pengamatan tinggi tanaman 6 BST (cm) ... 45

15. Sidik ragam tinggi tanaman 6 BST ... 45

16. Data pengamatan diameter batang 1 BST (cm) ... 46

17. Sidik ragam diameter batang 1 BST ... 46

18. Data pengamatan diameter batang 2 BST (cm) ... 47

19. Sidik ragam diameter batang 2 BST ... 47

20. Data pengamatan diameter batang 3 BST (cm) ... 48

21. Sidik ragam diameter batang 3 BST ... 48

22. Data pengamatan diameter batang 4 BST (cm) ... 49

23. Sidik ragam diameter batang 4 BST ... 49

24. Data pengamatan tinggi tanaman 5 BST (cm) ... 50

25. Sidik ragam tinggi tanaman 5 BST ... 50

26. Data pengamatan tinggi tanaman 6 BST (cm) ... 51

27. Sidik ragam tinggi tanaman 6 BST ... 51

28. Data pengamatan jumlah ruas 1 BST ... 52

29. Sidik ragam jumlah ruas 1 BST ... 52

30. Data pengamatan jumlah ruas 2 BST ... 53

31. Sidik ragam jumlah ruas 2 BST ... 53

32. Data pengamatan jumlah ruas 3 BST ... 54

33. Sidik ragam jumlah ruas 3 BST ... 54

34. Data pengamatan jumlah ruas 4 BST ... 55

35. Sidik ragam jumlah ruas 4 BST ... 55

36. Data pengamatan jumlah ruas 5 BST ... 56

(11)

38. Data pengamatan jumlah ruas 6 BST ... 57

39. Sidik ragam jumlah ruas 6 BST ... 57

40. Data pengamatan jumlah batang 1 BST ... 58

41. Sidik ragam jumlah batang 1 BST ... 58

42. Data pengamatan jumlah batang 2 BST ... 59

43. Sidik ragam jumlah batang 2 BST ... 59

44. Data pengamatan jumlah batang 3 BST ... 60

45. Sidik ragam jumlah batang 3 BST ... 60

46. Data pengamatan jumlah batang 4 BST ... 61

47. Sidik ragam jumlah batang 4 BST ... 61

48. Data pengamatan jumlah batang 5 BST ... 62

49. Sidik ragam jumlah batang 5 BST ... 62

50. Data pengamatan jumlah batang 6 BST ... 63

(12)

ABSTRACT

M. MAULANA RASYID LUBIS. Respons growth of sugar cane (Sacharum officinarum L.) to land cultivation on some drainage condition, supervised by LISA MAWARNI and YUSUF HUSNI.

In sugar cane plantation, drainage and land cultivation be determaining factor for optimal production. For that purpose, this research aimed to know response growth of of sugar cane (Sacharum officinarum L.) to land cultivation on some drainage condition. This research was conducted in Plantation Field of PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali, Deli Serdang on July 2013 – January 2014, used split plot design with two factor are; drainage (good and bad drainage), and land cultivation (maximum and minimum land cultivation). Parameter observed are plant height, stem diameter, number of internodes, and number of stem.

The result showed that drainage significantly affect on plant height 1-6 months after planting (MAP), stem diameter 1, 2, 5 dan 6 MAP, and number of internodes 1-6 MAP. Land cultivatin significantly affect on plant height 1-6 MAP, stem diameter 1, 2, 3, 5 dan 6 MAP, number of internodes 1-6 MAP, and number of stem 6 MAP. Interaction between two factors significantly affect on plant height 1-6 months after planting (MAP), stem diameter 1, 2, 5 dan 6 MAP, and number of internodes 1-6 MAP. Best combination treatment showed on good drainage and maximum land cultivation.

(13)

ABSTRAK

M. MAULANA RASYID LUBIS. Respons pertumbuhan tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap pengolahan tanah pada dua kondisi drainase, dibawah bimbingan LISA MAWARNI dan YUSUF HUSNI.

Dalam budidaya tebu, faktor drainase dan pengolahan tanah merupakan faktor utama penentu keberhasilan produksi. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan tebu terhadap pengolahan tanah pada beberapa kondisi drainase. Penelitian ini dilakukan di Lahan Perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali, Deli Serdang pada Juli 2013 - Januari 2014, menggunakan rancangan petak terpisah dengan dua faktor perlakuan yakni: drainase tanah (drainase baik dan drainase buruk) dan pengolahan tanah (pengolahan pisau dalam dan pisau dangkal). Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah ruas dan jumlah batang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa drainase tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST dan jumlah

ruas 1-6 BST. Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 3, 5 dan 6 BST, jumlah ruas 1-6 BST dan jumlah

batang 6 BST. Sedangkan Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST dan jumlah ruas 1-6 BST. Kombinasi perlakuan terbaik ditunjukkan pada drainase baik dengan

pengolahan pisau dalam.

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tebu merupakan sumber pemanis utama di dunia, hampir 70 % sumber

bahan pemanis berasal dari tebu sedangkan sisanya berasal dari bit gula. Prospek

pasar gula dalam negeri sebenarnya sangat potensial. Indonesia yang berpenduduk

237,6 juta jiwa (BPS, 2012) rata-rata mengkonsumsi gula 17 kg per kapita per

tahun, sehingga kebutuhan gula per tahun 4.039,2 juta ton untuk gula rafinasi.

Kebutuhan ini masih dipenuhi dari impor karena produksi gula nasional baru

mencapai 2,318 juta ton. (BPS, 2012). Pasar gula yang besar ini sangat

disayangkan jika harus dikuasai oleh negara lain. Kebutuhan gula dalam negeri

diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring pertumbuhan penduduk.

Daerah penghasil tebu di Sumatera Utara yakni Deli Serdang dan Langkat

baik dari perkebunan rakyat maupun perkebunan negara (Dinas Perkebunan

Sumut, 2012).Tebu merupakan salah satu komoditi unggulan di PT Perkebunan

Nusantara II. Produktivitas tebu PTPN II diharapkan naik menjadi 464.942,64 ton

atau setara + 30.251,49 ton Gula Kristal Putih (GKP). Pada 2014 PTPN II

menargetkan dapat memproduksi 1 juta ton tebu dengan rata-rata produktivitas

lahan 105 ton per Ha (Ditjenbun, 2013). Peningkatan produksi ini akan dicapai

melalui optimalisasi sistem budidaya yakni dengan pengaturan drainase dan cara

pengolahan tanah yang tepat.

Pengolahan tanah (tillage) adalah kegiatan yang lazim dilakukan untuk

pembangunan tegakan. Olah tanah juga menjadi salah satu bagian teknik

persiapan lahan (site preparation) dengan tujuan untuk memberikan kondisi

(15)

menyatakan bahwa kegiatan persiapan lahan telah menjadi bagian integral dari

pembangunan perkebunan dengan tujuan untuk mendapatkan daya hidup tanaman

yang tinggi dan pertumbuhan awal yang cepat.

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah

tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Bagian

infrastruktur (sistem drainase ) dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan

air yang berfungsi untuk mengurangi dan membuang kelebihan air dari suatu

kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal

(Supirin, 2004). Kondisi drainase tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman

tebu adalah mulai dari agak cepat sampai dengan agak terhambat. Kondisi

drainase yang sangat terhambat akan membuat ketersediaan air dalam tanah

menjadi melebihi kebutuhan tanaman tebu (Mulyono, 2009). Pada penelitian ini

akan dilihat pengaruh drainase dengan kelas baik dan terhambat terhadap

pertumbuhan dan produksi tebu.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi tebu

(Saccharum officinarum L.) terhadap pengolahan tanah pada dua kondisi drainase.

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan respons pertumbuhan dan produksi tebu

(Saccharum officinarum L.) terhadap pengolahan tanah pada dua kondisi drainase

(16)

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara , Medan dan diharapkan sebagai referensi dalam

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Klasifikasi tebu menurut van Stennis etal (2005) sebagai berikut

Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Kelas: Monocotyledoneae,

Sub Kelas: Commelinidae , Ordo: Poales , Famili: Poaceae, Genus: Saccharum ,

Spesies: Saccharum officinarum L.

Tanaman tebu terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Akar pada

tanaman ini berupa akar serabut yang memiliki panjang mencapai 2 m

jikaditanam pada lingkungan yang optimum (Sutardjo, 2005).

Batang tebu merupakan bagian yang penting karena bagian inilah

yangakan dipanen hasilnya. Pada bagian ini banyak terdapat nira yang

mengandung gula dengan kadar mencapai 20%. Bagian ujung atau pucuknya

memiliki kandungan gula yang lebih tinggi daripada bagian pangkal batang. Gula

pada tebu berupa sukrosa yang akan mencapai kadar maksimum jika tebu

berumur 12–14bulan atau telah mencapai masak fisiologis. Bagian internode (ruas

batang) dibatasi oleh node (buku) yang merupakan tempat duduk daun tebu. Pada

ketiak daunnya terdapat mata atau kuncup, letak mata pada ketiak daun berseling.

Begitu juga dengan letak daun pada batang juga berseling (Nuryanti, 2007).

Tanaman tebu memiliki daun yang terdiri dari pelepah daun dan helai

daun. Pelepah daun berfungsi sebagai pembungkus ruas daun, batang muda yang

masih lunak dan mata. Helai daunnya berbentuk pita dengan panjang 1–2 m

danlebarnya 2–7 cm sesuai dengan varietas masing-masing dan keadaan

(18)

dengan tulang daun memanjang pada bagian tengah.Tepi daunnya tidak rata atau

bergerigi (Sudiatso, 1982).

Seperti halnya famili Graminae pada umunya, bunga pada tanaman

tebutersusun berupa malai. Tipe penyerbukan pada tanaman ini adalah menyerbuk

silang yang secara alami dibantu oleh angin. Pebungaan terjadi setelah tebu

mencapai umur dewasa yaitu antara 12–14 bulan (Soepadirman, 1992).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada daerah beriklim tropis namun

masih dapat tumbuh pada daerah beriklim sedang dengan daerah penyebarannya

antara 350 LS dan 390 LU. Tanaman ini membutuhkan air dalam jumlah besar.

Curah hujan yang optimum untuk tanaman tebu adalah 2000 – 2500 mm pertahun

dengan hujan tersebar merata. Produksi yang maksimum akan dicapai pada

kondisi dimana terdapat perbedaan yang ekstrim antara musim hujan dan musim

kemarau. Suhu yang baik untuk tanaman ini berkisar antara

22– 270C. Kelembaban nisbi yang dikehendaki adalah 65 – 85% (Sudiatso, 1982)

Penyinaran matahari langsung sangat baik untuk pertumbuhan tanaman

tebu. Sinar matahari tidak hanya penting dalam pembentukan gula dan

tercapainya kadar gula yang tinggi pada batang, tetapi juga mempercepat

prosespemasakan. Pada lama penyinaran 7– 9 jam per hari akan dicapai

kandungan sukrosa maksimum. Menurut Sudiatso (1981), pertumbuhan pada tebu

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kultivar, suhu, intensitas sinar

(19)

Tanah

Semua tipe tanah cocok untuk pertanaman tebu, namun tanah yang

baikuntuk pertumbuhan tebu yaitu tanah dengan jaminan kecukupan air yang

optimum dengan pH tanah antara 5.5 - 7.0. Pada pH tanah diatas 7.0, tanaman

sering mengalami kekurangan unsure fosfor. Pada pH tanah dibawah 5.5 dapat

menyebabkan terhambatnya proses penyerapan unsur hara dan air dari tanah oleh

akar tanaman.kemasaman tanah menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman,

seperti pada beberapa kasus disebabkan oleh pengaruh toksik unsur aluminium

(Al) bebas. Pemberian kapur pada tanah mineral masam dapat meningkatkan

produksi tebu (Sutardjo, 2002).

Tebu dapat tumbuh baik pada tanah yang cukup subur, gembur, mudah

menyerap tapi juga mudah melepaskan air. Di Indonesia tebu dapat tumbuh pada

ketinggian 0 - 1300 m (Nuryanti, 2007).

Drainase

Menurut Suripin (2004) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,

membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai

serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/ atau membuang

kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan

secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan

air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara- cara penangggulangan

akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Prasarana drainase di sini

berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan

dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga

(20)

memperbaiki genangan air dan banjir sehingga tidak ada akumulasi air tanah,

menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal, mengendalikan erosi

tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air hujan yang

berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.

Pada umumnya sistem drainase perkebunan tebu di Indonesia

menggunakan saluran terbuka (drainase permukaan). Untuk perkebunan yang

cukup luas digunakan sistem alur sehingga lebih mudah dalam penggunaan alat

mekanis. Saluran drainase tersebut dibuat dalam dua jenis yaitu sejajar arah

barisan tanaman dan melintang barisan tanaman (Kalsim, 2007).

Pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama ditunjukan untuk

mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20-25%

dengan kedalaman arus air maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga

diusahakan terhindar dari kejenuhan air secara terus-menerus selama maksimum

2 minggu (Pahan, 2008).

Klasifikasi drainase tanah berdasarkan Ritung dkk (2007) dibedakan

menjadi 7 kriteria sebagai berikut;

1. Cepat (excessively drained); tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi

sampai sangat tinggi dan dayamenahan air rendah. Tanah demikian tidak

cocok untuk tanaman tanpa irigasi.Ciri yang dapat diketahui di lapangan,

yaitu tanah berwarna homogen tanpabercak atau karatan besi dan aluminium

serta warna gley (reduksi).

2. Agak cepat (somewhat excessively drained); tanah mempunyai konduktivitas

hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah.Tanah demikian hanya cocok

(21)

dilapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan

aluminium serta warna gley (reduksi).

3. Baik (well drained): tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan

daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat permukaan.

Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di

lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi

dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 100 cm.

4. Agak baik (moderately well drained): tanah mempunyai konduktivitas

hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air (pori air tersedia)

rendah, tanah basah dekat permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai

tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna

homogen tanpa bercak atau karatan besi atau mangan serta warna gley

(reduksi) pada lapisan 0 sampai 50 cm.

5. Agak terhambat (somewhat poorly drained): tanah mempunyai konduktivitas

hidrolik agak rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah sampai

sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok

untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat

diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau

karatan besi dan/atau mangan serta warna gley(reduksi) pada lapisan 0

sampai 25 cm.

6. Terhambat (poorly drained): tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah

dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah

basah untuk waktu yang ke cukup lama sampai permukaan. Tanah kemikian

(22)

diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan

bercak atau karatan besidan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai

permukaan.

7. Sangat terhambat (very poorlydrained): tanah dengan konduktivitas hidrolik

sangat rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) sangat rendah, tanah

basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai

ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil

tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah

mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.

Akar tanaman memerlukan oksigen untuk respirasi dan aktifitas metabolisme

lainnya. Tanaman menyerap air dan hara tanah dan menghasilkan CO2 yang harus

dipertukarkan O2 dari atmosfir. Proses aerasi terjadi dengan difusi dan aliran masa

yang memerlukan pori tanah. Apabila akar berkembang dengan baik maka air dan

hara harus tersedia secara bersamaan (Kalsim, 2007).

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk

merubah sifat-sifatyang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang

dikehendaki oleh manusia.Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan

dengan tujuan untuk menciptakan kondisifisik; khemis dan biologis tanah yang

lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Di

samping itu pengolahan tanah bertujuan pula untuk membunuh gulma dan

tanaman yang tidak diinginkan, menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada

tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik, menurunkan

(23)

mempersatukan pupuk dengan tanah; serta mempersiapkan tanah untuk

mempermudah dalam pengaturan air (Hardiyatmo, 1992).

Berdasarkan atas tahapan kegiatan, hasil kerja dan dalamnya tanah yang

menerima perlakuan pengolahan tanah, kegiatan pengolahan tanah dibedakan

menjadi dua macam, yaitu pengolahan tanah pertama atau awal (primary tillage)

dan pengolahan tanah kedua (secondary tillage) (Sosroatmodjo, 1980).

Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong kemudian diangkat terus

dibalik agar sisa-sisa tanaman yang ada dipermukaan tanah dapat terbenam di

dalam tanah. Kedalaman pemotongan dan pembalikan umumnya di atas 15 cm.

Pada umumnya hasil pengolahan tanah masih berupa bongkah-bongkah tanah

yang cukup besar, karena pada tahap pengolahan tanah ini penggemburan tanah

belum dapat dilakukan dengan efektif (Sutapradja, 2007).

Dalam pengolahan tanah kedua, bongkah-bongkah tanah dan

sisa-sisatanaman yang telah terpotong pada pengolahan tanah pertama akan

dihancurkan menjadi lebih halus dan sekaligus mencampurnya dengan

tanah.Sesuai dengan macam dan cara pengolahan tanah yang telahditerangkan di

atas, secara garis besar alat dan mesin pengolahan tanah juga dibedakan menjadi

dua macam:

1. Alat dan mesin pengolahan tanah pertama (primary tillage equipment),yang

digunakan untuk melakukan kegiatan pengolahan tanah pertama.Peralatan

pengolahan tanah ini biasanya berupa bajak (plow), dengansegala jenisnya.

2. Alat dan mesin pengolahan tanah kedua (secondary tillage equipment),yang

digunakan untuk melakukan pengolahan tanah kedua. Peralatan pengolahan tanah

(24)

Menurut Pramuhadi (2005) denganpengolahan tanah akan dapat

memperbaikidaerah perakaran tanaman, kelembaban dan aerase tanah,

mempercepat infiltrasiserta mengendalikan tumbuhan pengganggu. Walaupun

pengolahan tanah dapat memberikan pengaruh baik terhadaptanah dan tanaman,

akan tetapi ditinjau daris segi konservasi tanah dan air tindakan ini perlu dikaji

lebih mendalam.

Dalam bercocok tanam, tanah merupakan salah satu faktor yang

menentukan pertumbuhan tanaman, karena tanah memiliki peranan penting antara

lain: (1) sebagai tempat tumbuh dan tempat perkembangan akar; (2) menyediakan

unsur hara dan air bagi tanaman; (3) Menyediakan air bagi tanaman;

(4) merupakan media bagi pertumbuhan flora dan fauna, khususnya mikroflora

dan mikrofauna yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi

pertumbuhan tanaman (Isron, 2009).

Sifat fisik dan kimia tanah sangat erat hubunganya dengan jenis dan

kondisi tanah serta iklim setempat, dimana langsung atau tidak langsung sangat

mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Sifat tanah yang baik selain

dipengaruhi oleh bahan induk dan proses pembentukannya juga oleh tindakan

pengolahan tanah. Struktur, tekstur dan solum tanah mempengaruhi aerasi

tanah,perkembangan atau dalamnya perakaran dan perkembangan faktor biotis.

Dari hal tersebut diatas maka dalam budidaya tanaman masalah pengolan tanah

(25)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Jl. Sampali, Pasar 7 Divisi IA, PT. Perkebunan

Nusantara II Kebun Sampali, Kecamatan Percut Sei-Tuan, Deli Serdang.

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2013 hingga Januari 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan meliputi; batang setek tebu varietas BZ 134, pupuk

NPK (15:15:15), pestisida, serta bahan lain yang mendukung penelitian.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain traktor roda ban,

jumbo power, medium power, MR 45, plow hero 1, plow hero 2, pisau bajak,

meteran, alat tulis serta bahan pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah (RPT) yang

dengan 2 faktor perlakuan:

Petak utama: kondisi drainase (D), dengan 2 taraf:

D1 = drainase baik

D2 = drainase terhambat

Anak petak: Pengolahan Tanah (P), dengan 2 taraf:

P1 = pengolahan tanah dengan pisau dalam (kedalaman 40 cm)

P2 = pengolahan tanah dengan pisau dangkal (kedalaman 20 cm)

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut:

D1P1 D2P1

(26)

Jumlah ulangan (Blok) : 6 ulangan

Jumlah juringan : 24 juringan

Ukuran juringan : 1 x 20 m

Jarak antar juringan : 135 cm

Jarak tanam dalam juringan : 100 cm

Jumlah tanaman/juringan : 20 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 480 tanaman

Jumlah sampel/juringan : 5 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 120 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan

model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + εij + βk + (αβ)jk+ εijk

i = 1,2,3 j = 1,2 k = 1,2

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan drainase taraf ke-j dan

pengolahan tanah taraf ke-k

µ : Nilai tengah

ρi : Efek dari blok ke-i pada setiap lokasi

αj : Efek drainase ke-j

εij : Efek galat akibat pengaruh blok ke i dan lokasi drainase taraf ke-j

βk : Efek perlakuan anak petak pengolahan tanah pada taraf ke-k

(αβ)jk : Interaksi antara perlakuan drainase taraf ke-j dan pengolahan tanah taraf

(27)

εijk : Galat dari blok ke-i, perlakuan drainase taraf ke-j dan pengolahan tanah

taraf ke-k

Terhadap sidik ragam yang nyata, dilakukan analisis lanjutan dengan

menggunakan Uji Beda Rataan Duncan Berjarak Ganda dengan taraf 5 %

(Bangun, 1991).

Peubah Amatan Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari leher akar hingga titik tumbuh dengan

menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan pada 1 minggu setelah tanam

(MST) hingga 25 MST, dengan interval 4 minggu sekali.

Diameter Batang (cm)

Diameter batang diukur pada ruas ke tiga mulai 1 MST hingga 25 MST,

dengan interval 4 minggu sekali.

Jumlah Batang per Rumpun (Batang)

Jumlah batang dihitung pada batang yang telah membuka sempurna.

Pengamatan dilakukan pada 1 MST hingga 25 MST, dengan interval 4 minggu

sekali.

Jumlah Ruas (ruas)

Jumlah ruas dihitung pada batang tebu mulai 1 MST hingga 25 MST,

(28)

Estimasi Produksi (Kg/400m2)

Estimasi produksi diperoleh dengan menggunakan perhitungan

berdasarkan instruksi kerja PTPN II yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Estimasi Produksi = Faktor juringan x Rata- rata jumlah batang per juringan x

Rendemen x tinggi tanaman

Pelaksanaan Penelitian Penetapan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditetapkan berdasarkan kondisi drainase dari lahan

perkebunan. Kriteria penggolongan drainase didasarkan pada ketentuan sebagai

berikut

Luas areal yang digunakan pada masing-masing lokasi adalah 120 m2.

D1 (drainase baik) : tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan

besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada

lapisan 0 sampai 100 cm. Tidak ada genangan air pada

parit drainase.

D2 (drainase buruk) : tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau

karatan besidan/atau mangan sedikit pada lapisan

sampai permukaan. Terdapat genangan air pada parit

(29)

Persiapan Lahan

Pengolahan tanah yang dilakukan meliputi beberapa tahapan mekanis

sebagai berikut:

1. Tahapan PH 1 yakni pengolahan tanah dasar dengan alat PH (Plow Harrow)

sesuai perlakuan, yakni:

- P1 (pengolahan tanah pisau dalam) : menggunakan bajak dengan kedalaman

30 - 40 cm.

- Setelah PH 1 dilakukan subseling dalam 40 – 60 cm untuk menembus

lapisan kedap air.

- P2 (pengolahan tanah pisau dangkal): menggunakan Horrowdengan

kedalaman 20 cm (sub-selling dalam)

2. Tahapan Furrow yakni membuat juringan alur tanah sebagai tempat

menumbuhkan tanaman tebu dengan arah Utara- Selatan.

Pembuatan Saluran Drainase

Pembuatan saluran drainase dilakukan pada 2 lokasi, yakni pada areal

drainase baik dan drainase buruk.Saluran drainase terdiri dari; (1) saluran drainase

primer (parit kanal dari anak sungai); (2) saluran drainase sekunder (parit

keliling); (3) saluran tersier (parit jalur). Pembuatan saluran drainase dilakukan

secara mekanis dengan menggunakan alat seperti; traktor roda ban, jumbo power,

medium power, MR 45.

Persiapan Bibit dan Penanaman

Pohon induk yang digunakan sebagai bahan setek adalah tebu yang

(30)

dipotong sepanjang 2 ruas (±30 cm). Penanaman dilakukan dengan cara

membenamkan batang setek ke dalam tanah sedalam ±5 cm dalam posisi

melintang.

Pemeliharaan Penyulaman

Penyulaman (sisip bonggol) bertujuan untuk mengganti bibit setek yang

tidak tumbuh.Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 21-30 hari

setelah tanam (HST).

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan secara manual (penyiangan) dan secara

kimiawi (herbisida).Penyemprotan herbisida dilakukan dua tahap, yakni; (1) pada

saat tanaman berumur 1-5 HST dengan menggunakan herbisida pra-emergence;

(2) pada saat berumur tanaman 90-100 HST dengan menggunakan herbisida

post-emergence.

Penyiangan dilakukan secara manual yakni membersihkan gulma yang

tumbuh disekitar areal penanaman. Penyiangan terdiri dari 2 tahap, yakni

Penyiangan I saat tanaman berumur 30-35 HST dan penyiangan II saat tanaman

berumur 60-70 HST.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan untuk merangsang terbentuknya anakan serta

mencegah terjadinya kerebahan tanaman. Pembumbunan dilakukan pada saat

tanaman berumur 45-55 HST

(31)

Pupuk yang digunakan adalah NPK (15:15:15) dengan dosis 100 Kg/ha

(13,51 g/tanaman) pada saat penanaman dan 200 Kg/ha (27,02 g/tanaman) pada

umur 30 HST. Pemupukan lanjutan disesuaikan dengan analisis contoh daun dari

bagian Riset dan Pengembangan Sei Semayang.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit disesuaikan dengan gejala serta intensitas

serangan yang ditimbulkan,tidak adanya pengendalian hama penyakit dikarenakan

serangan hama dan penyakit tidak mencapai ambang ekonomi.

Pembersihan Daun Kering

Pembersihan daun kering (klentek) dilakukan untuk membersihkan daun

kering yang masih menempel pada batang, Pembersihan daun kering dilakukan

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan hasil sidik ragam Lampiran 4 sampai Lampiran 53 diketahui

bahwa drainase tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1, 3, 4 dan

5 Bulan Setelah Tanam (BST), diameter batang umur 1, 2, 3, 5, dan 6 BST, serta

jumlah ruas umur 1, 3, 4, 5 dan 6 BST. Pengolahan tanah berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman umur 1-6 BST, diameter batang umur 1, 2, 5, dan 6 BST,

jumlah ruas umur 1-6 BST, dan jumlah batang 6 BST. Interaksi antara drainase

dan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1-5 MST,

diameter batang umur 1, 2, 5 dan 6 BST, serta jumlah ruas umur 1-6 BST.

Tinggi tanaman (cm)

Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman umur 1-5 BST.

Rataan tinggi tanaman umur 1-6 BST pada perlakuan drainase dan

pengolahan tanah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi antara drainase dan pengolahan

tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1-6 BST dengan

kombinasi terbaik terdapat pada P1D1 (pengolahan pisau dalam pada drainase

(33)

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman Tebu (Saccharum officinarum) umur 1- 6 BST (cm) pada perlakuan drainase dan pengolahan tanah

Drainase Tinggi Tanaman Rataan

P1

(34)

Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman umur 1-6 BST pada perlakuan drainase tanah

Gambar 2. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman umur 1-6 BST pada perlakuan pengolahan tanah

Gambar 1 dan 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman umur

1-6 MST akibat perlakuan drainase menunjukkan bahwa tinggi tanaman terbaik

diperoleh pada perlakuan D1 (drainase baik) yang berbeda nyata dengan D2

(35)

(drainase buruk). Sedangkan perlakuan pengolahan tanah menunjukkan bahwa

tinggi tanaman terbaik diperoleh pada P1 (pengolahan tanah dalam) yang berbeda

nyata dengan P2 (pengolahan tanah dangkal).

Diameter Batang (cm)

Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata

terhadap diameter batang umur 1, 2, 5, dan 6 BST.

Rataan diameter batang umur 1-6 BST pada perlakuan drainase dan

pengolahan tanah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan diameter batang Tebu (Saccharum officinarum) umur 1- 6 BST (cm) pada perlakuan drainase dan pengolahan tanah

Drainase Tinggi Tanaman Rataan

P1

(36)

Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi antara drainase dan pisau

berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang pada perlakuan pengolahn

tanah berpenggaruh nyata terhadap 1, 2, 3, 5, dan 6 BST dengan data terbaik pada

P1 (Pengolahan dengan pisau dalam)

Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata

terhadap diameter batang 1, 2, 5, dan 6 BST diameter terbesar diperoleh pada

P1D1 (pengolahan pisau dalam drainase baik) yakni 2,33 cm yang berbeda nyata

dengan P1D2, P2D1, P2D2, dari data tabel 2 juga menunjukkan penggunaan pisau

dalam dan pisau dangkal tidak berpengaruh nyata pada drainase buruk .

(37)

Gambar 4. Grafik pertumbuhan diameter batang umur 1-6 BST pada perlakuan pengolahan tanah

Gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter batang umur

1-6 BST akibat perlakuan drainase menunjukkan bahwa diameter batang terbaik

diperoleh pada perlakuan D1 (drainase baik) yang berbeda nyata dengan D2

(drainase buruk). Sedangkan perlakuan pengolahan tanah menunjukkan bahwa

diameter batang terbaik diperoleh pada P1 (pengolahan tanah dalam) yang

berbeda nyata dengan P2 (pengolahan tanah dangkal).

Jumlah Ruas (cm)

Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman umur 1-6 BST.

Rataan jumlah ruas umur 1-6 BST pada perlakuan drainase dan

pengolahan tanah dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan jumlah ruas Tebu (Saccharum officinarum) umur 1- 6 BST (ruas) pada perlakuan drainase dan pengolahan tanah

Drainase Tinggi Tanaman Rataan

P1 (Pisau Dalam)

P2 (Pisau Dangkal)

1 BST D1 (Drainase Baik) 4.90 a 2.83 b 3.87

(38)

Rataan 3.82 2.80

2 BST D1 (Drainase Baik) 8.53 a 4.23 c 6.38

D2 (Drainase Buruk) 6.40 b 6.30 b 6.35

Rataan 7.47 5.27

3 BST D1 (Drainase Baik) 11.57 a 6.93 c 9.25

D2 (Drainase Buruk) 8.57 b 8.90 b 8.73

Rataan 10.07 7.92

4 BST D1 (Drainase Baik) 14.93 a 10.63 c 12.78 D2 (Drainase Buruk) 11.87 c 12.03 b 11.95

Rataan 13.40 11.33

5 BST D1 (Drainase Baik) 16.47 a 13.17 c 14.82 D2 (Drainase Buruk) 13.33 bc 13.87 b 13.60

Rataan 14.90 13.52

6 BST D1 (Drainase Baik) 18.70 a 15.90 b 17.30 D2 (Drainase Buruk) 16.00 b 15.73 b 15.87

Rataan 17.35 15.82

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncann pada taraf 5%

Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata

terhadap jumlah ruas umur 1-6 BST. Pada 6 BST jumlah ruas terbesar diperoleh

pada P1D1 (pengolahan pisau dalam dan drainase baik) yakni 18,70 yang berbeda

nyata dengan P1D2, P2D1, P2D2.

(39)

Gambar 6. Grafik pertumbuhan jumlah ruas 1-6 BST pada perlakuan pengolahan tanah

Jumlah Batang (cm)

Berdasarkan lampiran 40-51 diketahui bahwa drainase tanah berpengaruh

tidak nyata terhadap jumlah batang. Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap

jumlah batang 6 BST. Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh

tidak nyata terhadap jumlah batang.

Tabel 4. Rataan jumlah batang Tebu (Saccharun pengolahan tanah

Drainase Tinggi Tanaman Rataan

P1 (Pisau Dalam)

P2 (Pisau Dangkal)

1 BST D1 (Drainase Baik) 2.93 3.17 3.05

D2 (Drainase Buruk) 3.07 3.17 3.12

Rataan 3.00 3.17

2 BST D1 (Drainase Baik) 4.60 4.67 4.63

D2 (Drainase Buruk) 4.43 4.67 4.55

(40)

3 BST D1 (Drainase Baik) 6.37 6.27 6.32

D2 (Drainase Buruk) 5.90 5.87 5.88

Rataan 6.13 6.07

4 BST D1 (Drainase Baik) 8.07 7.40 7.73

D2 (Drainase Buruk) 7.80 7.07 7.43

Rataan 7.93 7.23

5 BST D1 (Drainase Baik) 8.33 7.57 7.95

D2 (Drainase Buruk) 7.87 7.23 7.55

Rataan 8.10 7.40

6 BST D1 (Drainase Baik) 8.20 7.47 7.83

D2 (Drainase Buruk) 7.87 7.20 7.53

Rataan 8.03 a 7.33 b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncann pada taraf 5%

Tabel 4 menunjukkan bahwa drainase berpengaruh tidak nyata terhadap

jumlah batang. Pengolahan tanah berpengaruh terhadap jumlah batang 6 BST

dengan data terbaik pada P1 (pengolahan pisau dalam) yang berbeda nyata dengan

P2 (pengolahan pisau dangkal).

(41)

Gambar 8. Grafik pertumbuhan jumlah batang umur 1-6 BST pada perlakuan pengolahan tanah

Gambar 7 dan 8 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah batang umur

1-6 BST akibat perlakuan drainase menunjukkan bahwa jumlah batang terbaik

diperoleh pada perlakuan D1 (drainase baik) yang berbeda nyata dengan

D2 (drainase buruk). Sedangkan perlakuan pengolahan tanah menunjukkan bahwa

jumlah batang terbaik diperoleh pada P1 (pengolahan tanah dalam) yang berbeda

nyata dengan P2 (pengolahan tanah dangkal).

Estimasi Produksi (Kg/400 m2)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh estimasi produksi tebu pada

setiap perlakuan sebagai berikut. Hasil estimasi ini tidak diuji sidik ragam maupun

(42)

Tabel 5. Estimasi produksi Tebu (Saccharum officinarum)

Tabel 5 menunjukkan bahwa estimasi produksi tertinggi diperoleh pada

perlakuan D1P1 (drainase baik dan pengolahan pisau dalam) yakni

1730,59 Kg/400 m2 dan terendah pada perlakuan D2P2 (drainase buruk dan

pengolahan pisau dangkal) yakni 1225.44 Kg/400 m2.

Gambar 9. Estimasi produksi tebu (Saccharum officinarum)

Pembahasan

Pengaruh Drainase Tanah terhadap Pertumbuhan Tebu (Saccharum officinarum)

(43)

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 1-4 menunjukkan bahwa

perlakuan drainase tanah menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman

1-6 BST, diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST serta jumlah ruas 1-6 BST.

Perlakuan D1 (drainase baik) menunjukkan data terbaik pada seluruh peubah

amatan. Drainase tanah dalam hal ini berfungsi untuk mengurangi kelebihan air

berdasarkan Suripin (2004) menyatakan bahwa drainase berfungsi untuk

mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah

permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai

pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki

genangan air dan banjir sehingga tidak ada akumulasi air tanah, menurunkan

permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.

Pada parameter tinggi tanaman, Gambar 1 menunjukkan bahwa

pertumbuhan tinggi tanaman umur 1-6 BST akibat perlakuan drainase

menunjukkan bahwa tinggi tanaman terbaik diperoleh pada perlakuan D1

(drainase baik) yang berbeda nyata dengan D2 (drainase buruk). Sedangkan

perlakuan pengolahan tanah menunjukkan bahwa tinggi tanaman terbaik diperoleh

pada P1 (pengolahan tanah dalam) yang berbeda nyata dengan P2 (pengolahan

tanah dangkal). Dengan kombinasi terbaik pada D1P1 (drainase baik pengolahan

pisau dalam) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Drainase tanah secara

tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman termasuk peningkatan tinggi

tanaman sesuai dengan literatur Sugiyarta (2008) menyatakan bahwa

Pertumbuhan tebu juga didukung oleh sifat-sifat fisik dan kimia dari tanah,

seperti: drainase/ permeabilitas, tingkat kemasaman, tekstur serta kandungan

(44)

semua jenis tanah, namun pertumbuhannya akan optimal apabila ditanam pada tan

ah yang subur, memiliki drainase yang baik (cukup air tetapi tidak tergenang).

Pada parameter diameter batang drainase berpengaruh nyata terhadap

diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST dengan perlakuan terbaik D1 (drainase baik)

yang berbeda nyata dengan D2 (drainase buruk). Drainase berkaitan erat dengan

tinggi muka air tanah. Nazemi dan Anwar (2008) menyatakan bahwa Peranan

muka air tanah dalam mempengaruhi lengas tanah daerah perakaran. Semakin

jauh permukaan air dari permukaan tanah, semakin besar pula tenaga yang

diperlukan agar air sampai ke daerah perakaran, karena itu semakin dekat muka

air tanah dari daerah perakaran semakin mudah pula air tanah menyumbangkan air

untuk daerah perakaran.

Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa drainase tanah berpengaruh nyata

terhadap jumlah ruas 1-6 BST dengan perlakuan terbaik pada D1 (drainase baik).

Drainase tanah dalam hal ini dapat dijadikan sebagai faktor pembatas

pertumbuhan tanaman. Dalam Mirzawan dan Toharisman (2008) menjelaskan

bahwa Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika yang asal usulnya

diperkirakan dari Papua. Tanaman ini cukup peka terhadap ketersediaan air yang

berlebihan maupun yang yang terbatas, sehingga iklim sering menjadi faktor

pembatas utama. Lingkungan fisik lain yang membatasi luas pengelolaan tebu di

suatu kawasan adalah kemiringan lereng, drainase dan kedalaman efektif tanah.

Sifat fisik ini lebih banyak berkaitan dengan efisiensi ekonomis budidayanya.

(45)

Berdasarkan Tabel 1-6 dan Lampiran 4-51 diketahui bahwa perlakuan

pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter

batang 1, 2, 3, 5 dan 6 BST, jumlah ruas 1-6 BST serta jumlah batang 6 BST.

Pengolahan tanah dalam hal ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah

yang secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman hal ini sejalan

dengan literatur Hardiyatmo (1992) yang menyatakan bahwa dalam usaha

pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan

kondisifisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman

tertentu agar sesuai untukpertumbuhan tanaman.

Pada parameter tinggi tanaman, pengolahan tanah berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman 1 – 6 BST dengan perlakuan terbaik pada

P1 (pengolahan pisau dalam) yang berbeda nyata dengan P2 (pengolahan pisau

dangkal) sesuai Gambar 2. Pengolahan dalam menunjukkan hasil terbaik diduga

karena porositas tanah semakin besar sehingga pertumbuhan tanaman semakin

baik.Rusli, dkk (2005) menjelaskan bahwa pengolahan tanah bertujuan

membentuk tanah menjadi gembur karena kerapatannya berkurang sedangkan

porositasnya meningkat sehingga mampu memperbaiki drainase dan aerasi tanah

yang sangat diperlukan untuk meningkatkan respirasi dan penetrasi akar yang

sangat diperlukan untuk membantu akar tanaman temu ireng untuk mengabsorpsi

air dan hara dari dalam tanah untuk pertumbuhan.

Pada parameter diameter batang, pengolahan tanah berpengaruh nyata

terhadap diameter 1, 2, 3, 5 dan 6 (Tabel 2), dengan perlakuan terbaik pada P1

(pengolahan dalam (Gambar 4). Begitu pula pada parameter jumlah batang 6 BST

(46)

sifat fisik, pengolahan tanah juga dapat meningkatkan sifat biologis tanah,

Pramuhadi (2005) menambahkan bahwa dengan pengolahan tanah akan dapat

memperbaiki daerah perakaran tanaman, kelembaban dan aerase tanah,

mempercepat infiltrasi serta mengendalikan tumbuhan pengganggu.

Interaksi Drainase Tanah dan Pengolahan Tanah terhadap Pertumbuhan Tebu (Saccharum officinarum)

Interaksi antara drainase tanah dan pengolahan tanah berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST, serta

jumlah ruas 1-6 BST. Drainase juga mempengaruhi keberhasilan pengolahan

tanah. Kondisi muka air tanah yang tinggi dapat menjadi kendala dalam

pengolahan tanah. Begitupula sebaliknya, pengolahan tanah dapat juga

mempengaruhi drainase awal tanah sehingga porositas serta aerasi tanah dapat

meningkat. Hal ini sejalan dengan Pramuhadi (2005) yang menyatakan bahwa

struktur, tekstur dan solum tanah mempengaruhi aerasi tanah,perkembangan atau

dalamnya perakaran dan perkembangan faktor biotis. Dari hal tersebut diatas

maka dalam budidaya tanaman masalah pengolan tanah perlu mendapat perhatian.

Pada parameter tinggi tanaman (Tabel 1) tampak bahwa interaksi antara

drainase dan pengolahan tanah terbaik ditunjukkan pada kombinasi perlakuan

D1P1 (drainase baik dengan pengolahan pisau dalam) yang berbeda nyata dengan

perlakuan lainnya. Kedua faktor perlakuan pada dasarnya mempengaruhi kondisi

fisik tanah yang berkaitan erat dengan tingkat kesesuain tanah terhadap tanaman

tebu yang ditanam. Tanah merupakan faktor pembatas terpentinmg dalam

budidaya pertanian. Pada Isron (2009) menyatakan bahwa dalam bercocok tanam,

tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan tanaman,

(47)

tempat perkembangan akar; (2) menyediakan unsur hara dan air bagi tanaman;

(3) Menyediakan air bagi tanaman; (4) merupakan media bagi pertumbuhan flora

dan fauna,khususnya mikroflora dan mikrofauna yang secara langsung dan tidak

langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Pada parameter diameter batang dan jumlah ruas juga menunjukkan

kecenderungan yang sama dimana kombinasi perl;akuan terbaik adalah

D1P1 (drainase baik dan pengolahan pisau dalam) yang berbeda nyata dengan

perlakuan lain. Pengolahan tanah dan drainase tanah secara tidak langsung

mempengaruhi fisiolohi tumbuhan melalui mekanisme respirasi perakaran.

Respirasi yang baik hanya akan tercapai pada kondisi tanah kapasitas lapang dan

suplai air yang baik pula. Hanafiah (2005), untuk menjamin tercukupinya tanamn,

suplai air harus di berikan apabila 50-85% air tersedia ini telah habis terpakai.air

yang di tahan di atas titik layu per manen merupakan air tak tersedia (air kapiler

dan hidroskopis). Kemudian jika status kadar air tanah suatu lahan berada pada

jenuh,diperlukan drainase pada lahn tersebut hinnga berada pada kapasitas lapang

sehingga pertumbuhan tanaman dapat optimal.sebabnya,pada kondisi jenuh dalam

priode lama akan terjadi efisinsi oksigen yang menganggu respirasi akar.

Pada parameter estimasi produksi diketahui bahwa data tertinggi diperoleh

pada perlakuan D1P1 (drainase baik dan pengolahan pisau dalam) yakni

1730,59 Kg/400m2, dan terendah pada D2P2 yakni 1225,44 Kg/400m2. Estimasi

produksi dalam hal ini dapat dijadikan acuan dalam pembuatan program tebang

meliputi kebutuhan tenaga kerja, lama hari giling, yang dapat mempermudah

pengerjaan pada saat panen. Estimasi produksi yang tinggi dapat menjadi acuan

(48)

Data estimasi produksi juga menunjukkan bahwa perlakuan P1(pisau

dalam) selalu lebih tinggi dibandingkan P2 (pisau dangkal) pada keadaan drainase

baik maupun buruk. Pengolahan tanah dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia

tanah yang erat hubunganya dengan jenis dan kondisi tanah serta iklim setempat,

dimana langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

(49)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Drainase tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1, 3, 4, dan 5

Bulan Setelah Tanam (BST), diameter batang umur 1, 2, 3, 5 dan 6 BST, dan

jumlah ruas umur 1, 3, 4, 5, dan 6 BST.

2. Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1-6 Bulan

Setelah Tanam (BST), diameter batang umur 1, 2, 5, dan 6 BST, jumlah ruas

umur 1-6 BST, dan jumlah batang umur 6 BST.

3. Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman 1-5 BST diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST, serta jumlah ruas

1-6 BST.

4. Estimasi produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan drainase baik dengan

pengolahan pisau dalam. Pengolahan pisau dalam menghasilkan estimasi

produksi yang lebih tinggi dibanding dengan pengolahan pisau dangkal pada

kondisi drainase baik maupun buruk.

Saran

Dalam budidaya tebu dianjurkan ditanam pada kondisi berdrainase baik

dengan pengolahan pisau dalam yang menghasilkan pertumbuhan tanaman terbaik

(50)

DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2012. Produksi Tanaman Perkebunan. Badan Pusat Statistik (http://bps.go.id). Diakses pada 2 Juni 2013.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Budidaya Tanaman Tebu. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian.

Hanafiah, K. A., 2005. Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hardiyatmo HC. 1992. Mekanika Tanah I. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Kalsim, D.K. 2007. Drainase Permukaan. Laboratorium Teknik Tanah dan Air, Bogor.

Mirzawan dan Toharisman, A. 2008. Identifikasi Potensi Lahan untuk Mendukung Pengembangan Agribisnis Tebu di Wilayah Timur Indonesia, Manado

Nazemi, D dan Anwar, K. 2008. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Bandung.

Nuryanti, S. 2007. Usaha Tani Tebu pada Lahan Sawah dan Tegalan di Yogyakarta dan Jawa Tengah.Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. 16 Hal.

Ritung, S., Wahyunto., F. Agus., dan H. Hidayat. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah.

Rusli, N. Heryana dan E. Randriani. 2005. Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Temu Ireng Diantara Kelapa Genjah Kuning. Loka Penelitian Tanaman Sela Perkebunan. Bandung.

Soedhono, 2009. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pola Tanaman Tebu. http://www.DisbunJatim.co.id.

Soepadirman. 1992. Bercocok Tebu Lahan Sawah. Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Yogyakarta.Yogyakarta. 127 hal.

Sosroatmodjo, P.L.A. 1980.Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah.Penunjang Pembangunan Nasional, Jakarta.

Steenis, C. G. G. J., S. Bloembergen., P.J. Eyma., 2005. Flora. Cetakan Kesepuluh. PT. Pradya Paramitha, Jakarta.

(51)

Sugiyarta, E. 2008. Perkembangan Penataan Terkini Varietas Tebu di Indonesia. Direktorat Pembenihan dan Sarana Produksi. Forum Komunikasi PBT.

Suripin, M.Eng. Dr. Ir, 2004. Drainase Perkebunan yang Berkelanjutan, Andi Offset, Yogyakarta.

Sutapradja, H. 2007. Pengaruh Kedalaman Pengolahan Tanah dan Penggunaan Kompos Sampah Kota terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kubis. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung.

(52)
(53)

Lampiran 2.Bagan Tanaman dalam Juringan

100 cm  

20 tan/juringan

(54)

Lampiran 4. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 1 BST (cm)

Drainase Pisau Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI

D1 P1 46.4 46.2 48.4 46.8 49 47.8 284.6 47.43

P2 7.6 10.2 10.2 9.8 10.2 9.4 57.4 9.57

Total D1 54 56.4 58.6 56.6 59.2 57.2

D2 P1 26.2 26.6 22.2 23.8 22.8 19.2 140.8 23.47

P2 27.8 26.2 23.6 24.2 25.4 23.2 150.4 25.07

Total D2 54 52.8 45.8 48 48.2 42.4

TOTAL 108 109.2 104.4 104.6 107.4 99.6 633.2 32.51

Lampiran 5.Sidik Ragam Tinggi Tanaman 1 BST

SK db JK KT F.hit F.05 Ket

Ulangan 5 15.09 3.02 0.38 5.05 tn

Drainase 1 107.53 107.53 13.38 6.61 *

Galat (a) 5 40.17 8.03

Pisau 1 1972.91 1972.91 1695.91 10.13 *

D x P 3 2336.43 778.81 669.46 9.28 *

Galat (b) 8 9.31 1.16

Total 23 4481.43

FK : 16705.93 KK (a) : 9 % KK (b) : 3%

Keteragan : tn = tidak nyata

(55)

Lampiran 6 . Data Tinggi Tanaman 2 BST (cm)

Lampiran 7 .Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 BST

(56)

Lampiran 8 . Data Tinggi Tanaman 3 BST (cm)

Drainase Pisau Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI

Lampiran 9 .Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 BST

SK db JK KT F.hit F.05 KET

Ulangan 5 9.99 2.00 1.39 5.05 tn

Drainase 1 24.00 24.00 16.71 6.61 *

Galat (a) 5 7.18 1.44

Pisau 1 1523.23 1523.23 938.33 10.13 *

(57)

Lampiran 10 . Data Tinggi Tanaman 4 BST (cm)

Drainase Pisau Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI

D1 P1 109 110 118 118 113 115 683 113.83

P2 80.6 79.2 79.2 79.8 83.8 80.4 483 80.50

Total

D1 189.6 189.2 197.2 197.8 196.8 195.4 97.17

D2 P1 85.4 87.8 85.8 90.2 89.2 86.8 525.2 87.53

P2 86.6 85 82.4 89.2 87 81.6 511.8 85.30

Total

D2 172 172.8 168.2 179.4 176.2 168.4 86.42

TOTAL 361.6 362 365.4 377.2 373 363.8 2203 112.30

Lampiran 11 . Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 BST

(58)

Lampiran 12 . Data Tinggi Tanaman 5 BST (cm)

 

Drainase Pisau Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI

D1 P1 128.8 133.8 137.6 134.2 133.4 135.2 803 133.83

P2 101 100.2 100.2 100.4 103.8 101.8 607.4 101.23

Total

D1 229.8 234 237.8 234.6 237.2 237 117.53

D2 P1 106 107.8 106.8 110.8 110.4 106 647.8 107.97

P2 106.6 105.6 102.6 109.2 104.2 102.2 630.4 105.07

Total

D2 212.6 213.4 209.4 220 214.6 208.2 106.52

TOTAL 442.4 447.4 447.2 454.6 451.8 445.2 2688.6 136.63

Lampiran 13 .Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 BST

SK Db JK KT F.hit F.05 KET

Ulangan 5 24.54 4.91 0.59 5.05 tn

Drainase 1 728.20 728.20 87.05 6.61 *

Galat (a) 5 41.83 8.37

Pisau 1 1890.38 1890.38 351.78 10.13 *

(59)

Lampiran 14.Data Tinggi Tanaman 6 BST (cm)  

Drainase Pisau Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI

D1 P1 149 153.6 157.4 158.6 154.2 156.4 929.2 154.87

P2 123.6 122.6 122.6 120.4 124.6 133 746.8 124.47

Total D1 272.6 276.2 280 279 278.8 289.4 139.67

D2 P1 126 128.2 126.2 131.6 131 127.8 770.8 128.47

P2 126.4 125.8 121.6 128.8 127.4 121.8 751.8 125.30

Total D2 252.4 254 247.8 260.4 258.4 249.6 126.88

TOTAL 525 530.2 527.8 539.4 537.2 539 3198.6 162.49

Lampiran 15.SidikSidikRagamTinggiTanaman 6 BST

 

SK db JK KT F.hit F.05 KET

Ulangan 5 48.35 9.67 0.53 5.05 tn

Drainase 1 980.48 980.48 54.18 6.61 *

Galat (a) 5 90.49 18.10

Pisau 1 1690.08 1690.08 151.14 10.13 *

(60)

Lampiran 16 . Data Pengamatan Diameter Batang 1 BST (cm)

Lampiran 17 .Sidik Ragam Diameter Batang 1 BST

(61)

Lampiran 18 . Data Diameter Batang 2 BST (cm)

Lampiran 19 .Sidik Ragam Diameter Batang 2 BST

(62)

Lampiran 20. Data Diameter Batang 3 BST (cm)

Lampiran 21 .Sidik Ragam Diameter Batang 3 BST 

(63)

Lampiran 22. Data Diameter Batang 4 BST (cm)

Lampiran 23 .Sidik Ragam Diameter Batang 4 BST 

(64)

Lampiran 24. Data Diameter Batang 5 BST (cm)

 

Lampiran 25 . Sidik Ragam Diameter Batang 5 BST 

(65)

Lampiran 26 . Data Diameter Batang 6 BST (cm

Lampiran 27 .Sidik Ragam Diameter Batang 6 BST 

(66)
(67)
(68)

Lampiran 32 . Data Pengamatan Jumlah Ruas 3 BST

Lampiran 33. Sidik Ragam Jumlah Ruas 3 BST

(69)

Lampiran 34. Data Pengamatan Jumlah Ruas 4 BST

Lampiran 35.Sidik Ragam Jumlah Ruas 4 BST

(70)

Lampiran 36. Data Pengamatan Jumlah Ruas 5 BST

Lampiran 37.Sidik Ragam Jumlah Ruas 5 BST

(71)

Lampiran 38. Data Pengamatan Jumlah Ruas 6 BST

Lampiran 39.Sidik Ragam Jumlah Ruas 6 BST

(72)

Lampiran 40. Data Pengamatan Jumlah Batang 1 BST

Drainase Pisau Ulangan Total Rataan

I II III IV V VI

D1 P1 1.4 2.6 3.2 3.8 3 3.6 17.6 2.93

P2 1.8 3 3 2.6 5.8 2.8 19 3.17

Total D1 3.2 5.6 6.2 6.4 8.8 6.4 3.05

D2 P1 2.6 2.8 3.8 3.6 3.2 2.4 18.4 3.07

P2 3.2 4.4 3.8 2.6 2.8 2.2 19 3.17

Total D2 5.8 7.2 7.6 6.2 6 4.6 3.12

TOTAL 9 12.8 13.8 12.6 14.8 11 74 3.69

Lampiran 41.Sidik Ragam Jumlah Batang 1 BST

SK db JK KT F.hit F.05 KET

Ulangan 5 5.35 1.07 0.96 5.05 tn

Drainase 1 0.03 0.03 0.02 6.61 tn

Galat (a) 5 5.57 1.11

Pisau 1 0.17 0.17 0.19 10.13 tn

D x P 3 0.03 0.01 0.01 9.28 tn

Galat

(b) 8 7.01 0.88

Total 23 18.15

FK 228.17

KK (a) 29%

KK (b) 25%

Keteragan : tn = tidak nyata

(73)

Lampiran 42. Data Pengamatan Jumlah Batang 2 BST

Lampiran 43. Sidik Ragam Jumlah Batang 2 BST

(74)

Lampiran 44. Data Pengamatan Jumlah Batang 3 BST

Lampiran 45. Sidik Ragam Jumlah Batang 3 BST

(75)

Lampiran 46. Data PengamatanJumlahBatang 4 BST

Lampiran 47.Sidik Ragam Jumlah Batang 4 BST

(76)

Lampiran 48. Data Pengamatan Jumlah Batang 5 BST

Lampiran 49.Sidik Ragam Jumlah Batang 5 BST

(77)

Lampiran 50. Data Pengamatan Jumlah Batang 6 BST

Lampiran 51.Sidik Ragam Jumlah Batang 6 BST

Gambar

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman Tebu (Saccharum officinarum) umur 1- 6 BST (cm) pada perlakuan drainase dan pengolahan tanah
Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman umur 1-6 BST pada perlakuan              drainase tanah
Tabel 2. Rataan diameter batang Tebu (Saccharum officinarum) umur 1- 6 BST (cm) pada perlakuan drainase dan pengolahan tanah
Gambar 3. Grafik pertumbuhan diameter batang 1-6 BST pada perlakuan              drainase tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Yang membantu tugas kepala desa yang dekat dengan warga adalah ..... Kepala desa dipilih

(3) Berdasarkan harga referensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka tarif Bea Keluar untuk Kelapa Sawit dan turunannya adalah sebagaimana tercantum dalam kolom 4 Lampiran II

Effects of different ozone exposure regimes on photosynthesis, assimilates and thousand grain weight in spring wheatU. Krause b a Botanisches Institut der Universität zu

Penyampaian lklan Pengumuman RUPSLB PT DwiAneka Jaya Kemasindo Tbk pada Surat Kabar Harian lnvestor Daily tertan ggal2 Desember 2015.. Kepada

Pembelajaran : Setelah menyelesaikan mata ajar ini, diharapkan mahasiswa memahami pentingnya audit sistem informasi (SI) sehingga mengetahui semua elemen yang tercakup dalam audit

[r]

Bahasa Assembly atau Rakitan diprakarsaioleh IBM pada tahun 1956 – 1963. Bahasa assembly termasuk bahasa tingkat rendah. Backus berhasil mengembangkan sebuah