RESPONS PERTUMBUHAN TEBU (Sacharum officinarum L.) TERHADAP PENGOLAHAN TANAH PADA DUA KONDISI DRAINASE
SKRIPSI
OLEH :
M MAULANA RASYID LUBIS 090301092
BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
RESPONS PERTUMBUHAN TEBU (Sacharum officinarum L.) TERHADAPPENGOLAHAN TANAH PADA DUA KONDISI DRAINASE
SKRIPSI
OLEH :
M MAULANA RASYID LUBIS 090301092
BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Departemen Agroekoteknologi, FakultasPertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Skripsi : Respons Pertumbuhan Tebu (sacharum officinarum L.) TerhadapPengolahan Tanah pada Dua Kondisi Drainase Nama : M Maulana Rasyid Lubis
Nim : 090301092
Dept/Prodi : Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. Lisa Mawarni.MP) (Ir.YusufHusni) Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRACT
M. MAULANA RASYID LUBIS. Respons growth of sugar cane (Sacharum officinarum L.) to land cultivation on some drainage condition, supervised by LISA MAWARNI and YUSUF HUSNI.
In sugar cane plantation, drainage and land cultivation be determaining factor for optimal production. For that purpose, this research aimed to know response growth of of sugar cane (Sacharum officinarum L.) to land cultivation on some drainage condition. This research was conducted in Plantation Field of PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali, Deli Serdang on July 2013 – January 2014, used split plot design with two factor are; drainage (good and bad drainage), and land cultivation (maximum and minimum land cultivation). Parameter observed are plant height, stem diameter, number of internodes, and number of stem.
The result showed that drainage significantly affect on plant height 1-6 months after planting (MAP), stem diameter 1, 2, 5 dan 6 MAP, and number of internodes 1-6 MAP. Land cultivatin significantly affect on plant height 1-6 MAP, stem diameter 1, 2, 3, 5 dan 6 MAP, number of internodes 1-6 MAP, and number of stem 6 MAP. Interaction between two factors significantly affect on plant height 1-6 months after planting (MAP), stem diameter 1, 2, 5 dan 6 MAP, and number of internodes 1-6 MAP. Best combination treatment showed on good drainage and maximum land cultivation.
ABSTRAK
M. MAULANA RASYID LUBIS. Respons pertumbuhan tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap pengolahan tanah pada dua kondisi drainase, dibawah bimbingan LISA MAWARNI dan YUSUF HUSNI.
Dalam budidaya tebu, faktor drainase dan pengolahan tanah merupakan faktor utama penentu keberhasilan produksi. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan tebu terhadap pengolahan tanah pada beberapa kondisi drainase. Penelitian ini dilakukan di Lahan Perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali, Deli Serdang pada Juli 2013 - Januari 2014, menggunakan rancangan petak terpisah dengan dua faktor perlakuan yakni: drainase tanah (drainase baik dan drainase buruk) dan pengolahan tanah (pengolahan pisau dalam dan pisau dangkal). Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah ruas dan jumlah batang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa drainase tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST dan jumlah
ruas 1-6 BST. Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 3, 5 dan 6 BST, jumlah ruas 1-6 BST dan jumlah
batang 6 BST. Sedangkan Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST dan jumlah ruas 1-6 BST. Kombinasi perlakuan terbaik ditunjukkan pada drainase baik dengan
pengolahan pisau dalam.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons
Pertumbuhan dan Produksi Tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap Pengolahan Tanah pada Dua Kondisi Drainase”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir. Lisa Mawarni,
MP. dan Ir. Yusuf Husni selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terimaksih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan
finansial dan spiritual.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan budidaya tebu.
Medan, Agustus 2013
DAFTAR
ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Hipotesis Penelitian ... 2
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4
Syarat Tumbuh ... 5
Iklim ... 5
Tanah ... 6
Drainase ... 6
Pengolahan tanah ... 9
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 12
Bahan dan Alat ... 12
Metode Penelitian ... 12
PeubahAmatan ... 14
Tinggi Tanaman (cm) ... 14
Jumlah Ruas (Ruas) ... 14
Jumlah Batang per Rumpun (Batang) ... 14
Estimasi Produksi (kg/400 m2) ... 14
Pelaksanaan Penelitian ... 15
Penetapan Lokasi Peneliian ... 15
Persiapan Lahan ... 15
Pembuatan Saluran Drainase ... 16
Persiapan Bibit dan Penanaman ... 16
Pemeliharaan ... 16
Penyulaman ... 16
Pengendalian gulma ... 16
Pembumbunan ... 17
Pemupukan... 17
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 18
Tinggi Tanaman ... 18
Diameter Batang ... 20
Jumlah Ruas ... 23
Jumlah Batang ... 25
Estimasi Produksi ... 27
Pembahasan ... 28
]KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Bagan Penelitian... 37
2. Bagan Tanaman dalam Juringan ... 38
3. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 39
4. Data pengamatan tinggi tanaman 1 BST (cm) ... 40
5. Sidik ragam tinggi tanaman 1 BST ... 40
6. Data pengamatan tinggi tanaman 2 BST (cm) ... 41
7. Sidik ragam tinggi tanaman 2 BST ... 41
8. Data pengamatan tinggi tanaman 3 BST (cm) ... 42
9. Sidik ragam tinggi tanaman 3 BST ... 42
10. Data pengamatan tinggi tanaman 4 BST (cm) ... 43
11. Sidik ragam tinggi tanaman 4 BST ... 43
12. Data pengamatan tinggi tanaman 5 BST (cm) ... 44
13. Sidik ragam tinggi tanaman 5 BST ... 44
14. Data pengamatan tinggi tanaman 6 BST (cm) ... 45
15. Sidik ragam tinggi tanaman 6 BST ... 45
16. Data pengamatan diameter batang 1 BST (cm) ... 46
17. Sidik ragam diameter batang 1 BST ... 46
18. Data pengamatan diameter batang 2 BST (cm) ... 47
19. Sidik ragam diameter batang 2 BST ... 47
20. Data pengamatan diameter batang 3 BST (cm) ... 48
21. Sidik ragam diameter batang 3 BST ... 48
22. Data pengamatan diameter batang 4 BST (cm) ... 49
23. Sidik ragam diameter batang 4 BST ... 49
24. Data pengamatan tinggi tanaman 5 BST (cm) ... 50
25. Sidik ragam tinggi tanaman 5 BST ... 50
26. Data pengamatan tinggi tanaman 6 BST (cm) ... 51
27. Sidik ragam tinggi tanaman 6 BST ... 51
28. Data pengamatan jumlah ruas 1 BST ... 52
29. Sidik ragam jumlah ruas 1 BST ... 52
30. Data pengamatan jumlah ruas 2 BST ... 53
31. Sidik ragam jumlah ruas 2 BST ... 53
32. Data pengamatan jumlah ruas 3 BST ... 54
33. Sidik ragam jumlah ruas 3 BST ... 54
34. Data pengamatan jumlah ruas 4 BST ... 55
35. Sidik ragam jumlah ruas 4 BST ... 55
36. Data pengamatan jumlah ruas 5 BST ... 56
38. Data pengamatan jumlah ruas 6 BST ... 57
39. Sidik ragam jumlah ruas 6 BST ... 57
40. Data pengamatan jumlah batang 1 BST ... 58
41. Sidik ragam jumlah batang 1 BST ... 58
42. Data pengamatan jumlah batang 2 BST ... 59
43. Sidik ragam jumlah batang 2 BST ... 59
44. Data pengamatan jumlah batang 3 BST ... 60
45. Sidik ragam jumlah batang 3 BST ... 60
46. Data pengamatan jumlah batang 4 BST ... 61
47. Sidik ragam jumlah batang 4 BST ... 61
48. Data pengamatan jumlah batang 5 BST ... 62
49. Sidik ragam jumlah batang 5 BST ... 62
50. Data pengamatan jumlah batang 6 BST ... 63
ABSTRACT
M. MAULANA RASYID LUBIS. Respons growth of sugar cane (Sacharum officinarum L.) to land cultivation on some drainage condition, supervised by LISA MAWARNI and YUSUF HUSNI.
In sugar cane plantation, drainage and land cultivation be determaining factor for optimal production. For that purpose, this research aimed to know response growth of of sugar cane (Sacharum officinarum L.) to land cultivation on some drainage condition. This research was conducted in Plantation Field of PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali, Deli Serdang on July 2013 – January 2014, used split plot design with two factor are; drainage (good and bad drainage), and land cultivation (maximum and minimum land cultivation). Parameter observed are plant height, stem diameter, number of internodes, and number of stem.
The result showed that drainage significantly affect on plant height 1-6 months after planting (MAP), stem diameter 1, 2, 5 dan 6 MAP, and number of internodes 1-6 MAP. Land cultivatin significantly affect on plant height 1-6 MAP, stem diameter 1, 2, 3, 5 dan 6 MAP, number of internodes 1-6 MAP, and number of stem 6 MAP. Interaction between two factors significantly affect on plant height 1-6 months after planting (MAP), stem diameter 1, 2, 5 dan 6 MAP, and number of internodes 1-6 MAP. Best combination treatment showed on good drainage and maximum land cultivation.
ABSTRAK
M. MAULANA RASYID LUBIS. Respons pertumbuhan tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap pengolahan tanah pada dua kondisi drainase, dibawah bimbingan LISA MAWARNI dan YUSUF HUSNI.
Dalam budidaya tebu, faktor drainase dan pengolahan tanah merupakan faktor utama penentu keberhasilan produksi. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan tebu terhadap pengolahan tanah pada beberapa kondisi drainase. Penelitian ini dilakukan di Lahan Perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali, Deli Serdang pada Juli 2013 - Januari 2014, menggunakan rancangan petak terpisah dengan dua faktor perlakuan yakni: drainase tanah (drainase baik dan drainase buruk) dan pengolahan tanah (pengolahan pisau dalam dan pisau dangkal). Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah ruas dan jumlah batang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa drainase tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST dan jumlah
ruas 1-6 BST. Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 3, 5 dan 6 BST, jumlah ruas 1-6 BST dan jumlah
batang 6 BST. Sedangkan Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST dan jumlah ruas 1-6 BST. Kombinasi perlakuan terbaik ditunjukkan pada drainase baik dengan
pengolahan pisau dalam.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Tebu merupakan sumber pemanis utama di dunia, hampir 70 % sumber
bahan pemanis berasal dari tebu sedangkan sisanya berasal dari bit gula. Prospek
pasar gula dalam negeri sebenarnya sangat potensial. Indonesia yang berpenduduk
237,6 juta jiwa (BPS, 2012) rata-rata mengkonsumsi gula 17 kg per kapita per
tahun, sehingga kebutuhan gula per tahun 4.039,2 juta ton untuk gula rafinasi.
Kebutuhan ini masih dipenuhi dari impor karena produksi gula nasional baru
mencapai 2,318 juta ton. (BPS, 2012). Pasar gula yang besar ini sangat
disayangkan jika harus dikuasai oleh negara lain. Kebutuhan gula dalam negeri
diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring pertumbuhan penduduk.
Daerah penghasil tebu di Sumatera Utara yakni Deli Serdang dan Langkat
baik dari perkebunan rakyat maupun perkebunan negara (Dinas Perkebunan
Sumut, 2012).Tebu merupakan salah satu komoditi unggulan di PT Perkebunan
Nusantara II. Produktivitas tebu PTPN II diharapkan naik menjadi 464.942,64 ton
atau setara + 30.251,49 ton Gula Kristal Putih (GKP). Pada 2014 PTPN II
menargetkan dapat memproduksi 1 juta ton tebu dengan rata-rata produktivitas
lahan 105 ton per Ha (Ditjenbun, 2013). Peningkatan produksi ini akan dicapai
melalui optimalisasi sistem budidaya yakni dengan pengaturan drainase dan cara
pengolahan tanah yang tepat.
Pengolahan tanah (tillage) adalah kegiatan yang lazim dilakukan untuk
pembangunan tegakan. Olah tanah juga menjadi salah satu bagian teknik
persiapan lahan (site preparation) dengan tujuan untuk memberikan kondisi
menyatakan bahwa kegiatan persiapan lahan telah menjadi bagian integral dari
pembangunan perkebunan dengan tujuan untuk mendapatkan daya hidup tanaman
yang tinggi dan pertumbuhan awal yang cepat.
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Bagian
infrastruktur (sistem drainase ) dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan
air yang berfungsi untuk mengurangi dan membuang kelebihan air dari suatu
kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal
(Supirin, 2004). Kondisi drainase tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman
tebu adalah mulai dari agak cepat sampai dengan agak terhambat. Kondisi
drainase yang sangat terhambat akan membuat ketersediaan air dalam tanah
menjadi melebihi kebutuhan tanaman tebu (Mulyono, 2009). Pada penelitian ini
akan dilihat pengaruh drainase dengan kelas baik dan terhambat terhadap
pertumbuhan dan produksi tebu.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi tebu
(Saccharum officinarum L.) terhadap pengolahan tanah pada dua kondisi drainase.
Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan respons pertumbuhan dan produksi tebu
(Saccharum officinarum L.) terhadap pengolahan tanah pada dua kondisi drainase
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara , Medan dan diharapkan sebagai referensi dalam
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Klasifikasi tebu menurut van Stennis etal (2005) sebagai berikut
Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Kelas: Monocotyledoneae,
Sub Kelas: Commelinidae , Ordo: Poales , Famili: Poaceae, Genus: Saccharum ,
Spesies: Saccharum officinarum L.
Tanaman tebu terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Akar pada
tanaman ini berupa akar serabut yang memiliki panjang mencapai 2 m
jikaditanam pada lingkungan yang optimum (Sutardjo, 2005).
Batang tebu merupakan bagian yang penting karena bagian inilah
yangakan dipanen hasilnya. Pada bagian ini banyak terdapat nira yang
mengandung gula dengan kadar mencapai 20%. Bagian ujung atau pucuknya
memiliki kandungan gula yang lebih tinggi daripada bagian pangkal batang. Gula
pada tebu berupa sukrosa yang akan mencapai kadar maksimum jika tebu
berumur 12–14bulan atau telah mencapai masak fisiologis. Bagian internode (ruas
batang) dibatasi oleh node (buku) yang merupakan tempat duduk daun tebu. Pada
ketiak daunnya terdapat mata atau kuncup, letak mata pada ketiak daun berseling.
Begitu juga dengan letak daun pada batang juga berseling (Nuryanti, 2007).
Tanaman tebu memiliki daun yang terdiri dari pelepah daun dan helai
daun. Pelepah daun berfungsi sebagai pembungkus ruas daun, batang muda yang
masih lunak dan mata. Helai daunnya berbentuk pita dengan panjang 1–2 m
danlebarnya 2–7 cm sesuai dengan varietas masing-masing dan keadaan
dengan tulang daun memanjang pada bagian tengah.Tepi daunnya tidak rata atau
bergerigi (Sudiatso, 1982).
Seperti halnya famili Graminae pada umunya, bunga pada tanaman
tebutersusun berupa malai. Tipe penyerbukan pada tanaman ini adalah menyerbuk
silang yang secara alami dibantu oleh angin. Pebungaan terjadi setelah tebu
mencapai umur dewasa yaitu antara 12–14 bulan (Soepadirman, 1992).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada daerah beriklim tropis namun
masih dapat tumbuh pada daerah beriklim sedang dengan daerah penyebarannya
antara 350 LS dan 390 LU. Tanaman ini membutuhkan air dalam jumlah besar.
Curah hujan yang optimum untuk tanaman tebu adalah 2000 – 2500 mm pertahun
dengan hujan tersebar merata. Produksi yang maksimum akan dicapai pada
kondisi dimana terdapat perbedaan yang ekstrim antara musim hujan dan musim
kemarau. Suhu yang baik untuk tanaman ini berkisar antara
22– 270C. Kelembaban nisbi yang dikehendaki adalah 65 – 85% (Sudiatso, 1982)
Penyinaran matahari langsung sangat baik untuk pertumbuhan tanaman
tebu. Sinar matahari tidak hanya penting dalam pembentukan gula dan
tercapainya kadar gula yang tinggi pada batang, tetapi juga mempercepat
prosespemasakan. Pada lama penyinaran 7– 9 jam per hari akan dicapai
kandungan sukrosa maksimum. Menurut Sudiatso (1981), pertumbuhan pada tebu
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kultivar, suhu, intensitas sinar
Tanah
Semua tipe tanah cocok untuk pertanaman tebu, namun tanah yang
baikuntuk pertumbuhan tebu yaitu tanah dengan jaminan kecukupan air yang
optimum dengan pH tanah antara 5.5 - 7.0. Pada pH tanah diatas 7.0, tanaman
sering mengalami kekurangan unsure fosfor. Pada pH tanah dibawah 5.5 dapat
menyebabkan terhambatnya proses penyerapan unsur hara dan air dari tanah oleh
akar tanaman.kemasaman tanah menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman,
seperti pada beberapa kasus disebabkan oleh pengaruh toksik unsur aluminium
(Al) bebas. Pemberian kapur pada tanah mineral masam dapat meningkatkan
produksi tebu (Sutardjo, 2002).
Tebu dapat tumbuh baik pada tanah yang cukup subur, gembur, mudah
menyerap tapi juga mudah melepaskan air. Di Indonesia tebu dapat tumbuh pada
ketinggian 0 - 1300 m (Nuryanti, 2007).
Drainase
Menurut Suripin (2004) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,
membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/ atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan
air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara- cara penangggulangan
akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Prasarana drainase di sini
berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan
dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga
memperbaiki genangan air dan banjir sehingga tidak ada akumulasi air tanah,
menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal, mengendalikan erosi
tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air hujan yang
berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.
Pada umumnya sistem drainase perkebunan tebu di Indonesia
menggunakan saluran terbuka (drainase permukaan). Untuk perkebunan yang
cukup luas digunakan sistem alur sehingga lebih mudah dalam penggunaan alat
mekanis. Saluran drainase tersebut dibuat dalam dua jenis yaitu sejajar arah
barisan tanaman dan melintang barisan tanaman (Kalsim, 2007).
Pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama ditunjukan untuk
mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20-25%
dengan kedalaman arus air maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga
diusahakan terhindar dari kejenuhan air secara terus-menerus selama maksimum
2 minggu (Pahan, 2008).
Klasifikasi drainase tanah berdasarkan Ritung dkk (2007) dibedakan
menjadi 7 kriteria sebagai berikut;
1. Cepat (excessively drained); tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi
sampai sangat tinggi dan dayamenahan air rendah. Tanah demikian tidak
cocok untuk tanaman tanpa irigasi.Ciri yang dapat diketahui di lapangan,
yaitu tanah berwarna homogen tanpabercak atau karatan besi dan aluminium
serta warna gley (reduksi).
2. Agak cepat (somewhat excessively drained); tanah mempunyai konduktivitas
hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah.Tanah demikian hanya cocok
dilapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan
aluminium serta warna gley (reduksi).
3. Baik (well drained): tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan
daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat permukaan.
Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di
lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi
dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 100 cm.
4. Agak baik (moderately well drained): tanah mempunyai konduktivitas
hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air (pori air tersedia)
rendah, tanah basah dekat permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai
tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna
homogen tanpa bercak atau karatan besi atau mangan serta warna gley
(reduksi) pada lapisan 0 sampai 50 cm.
5. Agak terhambat (somewhat poorly drained): tanah mempunyai konduktivitas
hidrolik agak rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah sampai
sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok
untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat
diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau
karatan besi dan/atau mangan serta warna gley(reduksi) pada lapisan 0
sampai 25 cm.
6. Terhambat (poorly drained): tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah
dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah
basah untuk waktu yang ke cukup lama sampai permukaan. Tanah kemikian
diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan
bercak atau karatan besidan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai
permukaan.
7. Sangat terhambat (very poorlydrained): tanah dengan konduktivitas hidrolik
sangat rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) sangat rendah, tanah
basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai
ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil
tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah
mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.
Akar tanaman memerlukan oksigen untuk respirasi dan aktifitas metabolisme
lainnya. Tanaman menyerap air dan hara tanah dan menghasilkan CO2 yang harus
dipertukarkan O2 dari atmosfir. Proses aerasi terjadi dengan difusi dan aliran masa
yang memerlukan pori tanah. Apabila akar berkembang dengan baik maka air dan
hara harus tersedia secara bersamaan (Kalsim, 2007).
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk
merubah sifat-sifatyang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang
dikehendaki oleh manusia.Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan
dengan tujuan untuk menciptakan kondisifisik; khemis dan biologis tanah yang
lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Di
samping itu pengolahan tanah bertujuan pula untuk membunuh gulma dan
tanaman yang tidak diinginkan, menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada
tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik, menurunkan
mempersatukan pupuk dengan tanah; serta mempersiapkan tanah untuk
mempermudah dalam pengaturan air (Hardiyatmo, 1992).
Berdasarkan atas tahapan kegiatan, hasil kerja dan dalamnya tanah yang
menerima perlakuan pengolahan tanah, kegiatan pengolahan tanah dibedakan
menjadi dua macam, yaitu pengolahan tanah pertama atau awal (primary tillage)
dan pengolahan tanah kedua (secondary tillage) (Sosroatmodjo, 1980).
Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong kemudian diangkat terus
dibalik agar sisa-sisa tanaman yang ada dipermukaan tanah dapat terbenam di
dalam tanah. Kedalaman pemotongan dan pembalikan umumnya di atas 15 cm.
Pada umumnya hasil pengolahan tanah masih berupa bongkah-bongkah tanah
yang cukup besar, karena pada tahap pengolahan tanah ini penggemburan tanah
belum dapat dilakukan dengan efektif (Sutapradja, 2007).
Dalam pengolahan tanah kedua, bongkah-bongkah tanah dan
sisa-sisatanaman yang telah terpotong pada pengolahan tanah pertama akan
dihancurkan menjadi lebih halus dan sekaligus mencampurnya dengan
tanah.Sesuai dengan macam dan cara pengolahan tanah yang telahditerangkan di
atas, secara garis besar alat dan mesin pengolahan tanah juga dibedakan menjadi
dua macam:
1. Alat dan mesin pengolahan tanah pertama (primary tillage equipment),yang
digunakan untuk melakukan kegiatan pengolahan tanah pertama.Peralatan
pengolahan tanah ini biasanya berupa bajak (plow), dengansegala jenisnya.
2. Alat dan mesin pengolahan tanah kedua (secondary tillage equipment),yang
digunakan untuk melakukan pengolahan tanah kedua. Peralatan pengolahan tanah
Menurut Pramuhadi (2005) denganpengolahan tanah akan dapat
memperbaikidaerah perakaran tanaman, kelembaban dan aerase tanah,
mempercepat infiltrasiserta mengendalikan tumbuhan pengganggu. Walaupun
pengolahan tanah dapat memberikan pengaruh baik terhadaptanah dan tanaman,
akan tetapi ditinjau daris segi konservasi tanah dan air tindakan ini perlu dikaji
lebih mendalam.
Dalam bercocok tanam, tanah merupakan salah satu faktor yang
menentukan pertumbuhan tanaman, karena tanah memiliki peranan penting antara
lain: (1) sebagai tempat tumbuh dan tempat perkembangan akar; (2) menyediakan
unsur hara dan air bagi tanaman; (3) Menyediakan air bagi tanaman;
(4) merupakan media bagi pertumbuhan flora dan fauna, khususnya mikroflora
dan mikrofauna yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi
pertumbuhan tanaman (Isron, 2009).
Sifat fisik dan kimia tanah sangat erat hubunganya dengan jenis dan
kondisi tanah serta iklim setempat, dimana langsung atau tidak langsung sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Sifat tanah yang baik selain
dipengaruhi oleh bahan induk dan proses pembentukannya juga oleh tindakan
pengolahan tanah. Struktur, tekstur dan solum tanah mempengaruhi aerasi
tanah,perkembangan atau dalamnya perakaran dan perkembangan faktor biotis.
Dari hal tersebut diatas maka dalam budidaya tanaman masalah pengolan tanah
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Jl. Sampali, Pasar 7 Divisi IA, PT. Perkebunan
Nusantara II Kebun Sampali, Kecamatan Percut Sei-Tuan, Deli Serdang.
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2013 hingga Januari 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan meliputi; batang setek tebu varietas BZ 134, pupuk
NPK (15:15:15), pestisida, serta bahan lain yang mendukung penelitian.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain traktor roda ban,
jumbo power, medium power, MR 45, plow hero 1, plow hero 2, pisau bajak,
meteran, alat tulis serta bahan pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah (RPT) yang
dengan 2 faktor perlakuan:
Petak utama: kondisi drainase (D), dengan 2 taraf:
D1 = drainase baik
D2 = drainase terhambat
Anak petak: Pengolahan Tanah (P), dengan 2 taraf:
P1 = pengolahan tanah dengan pisau dalam (kedalaman 40 cm)
P2 = pengolahan tanah dengan pisau dangkal (kedalaman 20 cm)
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut:
D1P1 D2P1
Jumlah ulangan (Blok) : 6 ulangan
Jumlah juringan : 24 juringan
Ukuran juringan : 1 x 20 m
Jarak antar juringan : 135 cm
Jarak tanam dalam juringan : 100 cm
Jumlah tanaman/juringan : 20 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 480 tanaman
Jumlah sampel/juringan : 5 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 120 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model linear aditif sebagai berikut :
Yijk = µ + ρi + αj + εij + βk + (αβ)jk+ εijk
i = 1,2,3 j = 1,2 k = 1,2
Dimana:
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan drainase taraf ke-j dan
pengolahan tanah taraf ke-k
µ : Nilai tengah
ρi : Efek dari blok ke-i pada setiap lokasi
αj : Efek drainase ke-j
εij : Efek galat akibat pengaruh blok ke i dan lokasi drainase taraf ke-j
βk : Efek perlakuan anak petak pengolahan tanah pada taraf ke-k
(αβ)jk : Interaksi antara perlakuan drainase taraf ke-j dan pengolahan tanah taraf
εijk : Galat dari blok ke-i, perlakuan drainase taraf ke-j dan pengolahan tanah
taraf ke-k
Terhadap sidik ragam yang nyata, dilakukan analisis lanjutan dengan
menggunakan Uji Beda Rataan Duncan Berjarak Ganda dengan taraf 5 %
(Bangun, 1991).
Peubah Amatan Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari leher akar hingga titik tumbuh dengan
menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan pada 1 minggu setelah tanam
(MST) hingga 25 MST, dengan interval 4 minggu sekali.
Diameter Batang (cm)
Diameter batang diukur pada ruas ke tiga mulai 1 MST hingga 25 MST,
dengan interval 4 minggu sekali.
Jumlah Batang per Rumpun (Batang)
Jumlah batang dihitung pada batang yang telah membuka sempurna.
Pengamatan dilakukan pada 1 MST hingga 25 MST, dengan interval 4 minggu
sekali.
Jumlah Ruas (ruas)
Jumlah ruas dihitung pada batang tebu mulai 1 MST hingga 25 MST,
Estimasi Produksi (Kg/400m2)
Estimasi produksi diperoleh dengan menggunakan perhitungan
berdasarkan instruksi kerja PTPN II yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Estimasi Produksi = Faktor juringan x Rata- rata jumlah batang per juringan x
Rendemen x tinggi tanaman
Pelaksanaan Penelitian Penetapan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ditetapkan berdasarkan kondisi drainase dari lahan
perkebunan. Kriteria penggolongan drainase didasarkan pada ketentuan sebagai
berikut
Luas areal yang digunakan pada masing-masing lokasi adalah 120 m2.
D1 (drainase baik) : tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan
besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada
lapisan 0 sampai 100 cm. Tidak ada genangan air pada
parit drainase.
D2 (drainase buruk) : tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau
karatan besidan/atau mangan sedikit pada lapisan
sampai permukaan. Terdapat genangan air pada parit
Persiapan Lahan
Pengolahan tanah yang dilakukan meliputi beberapa tahapan mekanis
sebagai berikut:
1. Tahapan PH 1 yakni pengolahan tanah dasar dengan alat PH (Plow Harrow)
sesuai perlakuan, yakni:
- P1 (pengolahan tanah pisau dalam) : menggunakan bajak dengan kedalaman
30 - 40 cm.
- Setelah PH 1 dilakukan subseling dalam 40 – 60 cm untuk menembus
lapisan kedap air.
- P2 (pengolahan tanah pisau dangkal): menggunakan Horrowdengan
kedalaman 20 cm (sub-selling dalam)
2. Tahapan Furrow yakni membuat juringan alur tanah sebagai tempat
menumbuhkan tanaman tebu dengan arah Utara- Selatan.
Pembuatan Saluran Drainase
Pembuatan saluran drainase dilakukan pada 2 lokasi, yakni pada areal
drainase baik dan drainase buruk.Saluran drainase terdiri dari; (1) saluran drainase
primer (parit kanal dari anak sungai); (2) saluran drainase sekunder (parit
keliling); (3) saluran tersier (parit jalur). Pembuatan saluran drainase dilakukan
secara mekanis dengan menggunakan alat seperti; traktor roda ban, jumbo power,
medium power, MR 45.
Persiapan Bibit dan Penanaman
Pohon induk yang digunakan sebagai bahan setek adalah tebu yang
dipotong sepanjang 2 ruas (±30 cm). Penanaman dilakukan dengan cara
membenamkan batang setek ke dalam tanah sedalam ±5 cm dalam posisi
melintang.
Pemeliharaan Penyulaman
Penyulaman (sisip bonggol) bertujuan untuk mengganti bibit setek yang
tidak tumbuh.Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 21-30 hari
setelah tanam (HST).
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan secara manual (penyiangan) dan secara
kimiawi (herbisida).Penyemprotan herbisida dilakukan dua tahap, yakni; (1) pada
saat tanaman berumur 1-5 HST dengan menggunakan herbisida pra-emergence;
(2) pada saat berumur tanaman 90-100 HST dengan menggunakan herbisida
post-emergence.
Penyiangan dilakukan secara manual yakni membersihkan gulma yang
tumbuh disekitar areal penanaman. Penyiangan terdiri dari 2 tahap, yakni
Penyiangan I saat tanaman berumur 30-35 HST dan penyiangan II saat tanaman
berumur 60-70 HST.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk merangsang terbentuknya anakan serta
mencegah terjadinya kerebahan tanaman. Pembumbunan dilakukan pada saat
tanaman berumur 45-55 HST
Pupuk yang digunakan adalah NPK (15:15:15) dengan dosis 100 Kg/ha
(13,51 g/tanaman) pada saat penanaman dan 200 Kg/ha (27,02 g/tanaman) pada
umur 30 HST. Pemupukan lanjutan disesuaikan dengan analisis contoh daun dari
bagian Riset dan Pengembangan Sei Semayang.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit disesuaikan dengan gejala serta intensitas
serangan yang ditimbulkan,tidak adanya pengendalian hama penyakit dikarenakan
serangan hama dan penyakit tidak mencapai ambang ekonomi.
Pembersihan Daun Kering
Pembersihan daun kering (klentek) dilakukan untuk membersihkan daun
kering yang masih menempel pada batang, Pembersihan daun kering dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan hasil sidik ragam Lampiran 4 sampai Lampiran 53 diketahui
bahwa drainase tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1, 3, 4 dan
5 Bulan Setelah Tanam (BST), diameter batang umur 1, 2, 3, 5, dan 6 BST, serta
jumlah ruas umur 1, 3, 4, 5 dan 6 BST. Pengolahan tanah berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman umur 1-6 BST, diameter batang umur 1, 2, 5, dan 6 BST,
jumlah ruas umur 1-6 BST, dan jumlah batang 6 BST. Interaksi antara drainase
dan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1-5 MST,
diameter batang umur 1, 2, 5 dan 6 BST, serta jumlah ruas umur 1-6 BST.
Tinggi tanaman (cm)
Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman umur 1-5 BST.
Rataan tinggi tanaman umur 1-6 BST pada perlakuan drainase dan
pengolahan tanah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi antara drainase dan pengolahan
tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1-6 BST dengan
kombinasi terbaik terdapat pada P1D1 (pengolahan pisau dalam pada drainase
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman Tebu (Saccharum officinarum) umur 1- 6 BST (cm) pada perlakuan drainase dan pengolahan tanah
Drainase Tinggi Tanaman Rataan
P1
Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman umur 1-6 BST pada perlakuan drainase tanah
Gambar 2. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman umur 1-6 BST pada perlakuan pengolahan tanah
Gambar 1 dan 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman umur
1-6 MST akibat perlakuan drainase menunjukkan bahwa tinggi tanaman terbaik
diperoleh pada perlakuan D1 (drainase baik) yang berbeda nyata dengan D2
(drainase buruk). Sedangkan perlakuan pengolahan tanah menunjukkan bahwa
tinggi tanaman terbaik diperoleh pada P1 (pengolahan tanah dalam) yang berbeda
nyata dengan P2 (pengolahan tanah dangkal).
Diameter Batang (cm)
Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata
terhadap diameter batang umur 1, 2, 5, dan 6 BST.
Rataan diameter batang umur 1-6 BST pada perlakuan drainase dan
pengolahan tanah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan diameter batang Tebu (Saccharum officinarum) umur 1- 6 BST (cm) pada perlakuan drainase dan pengolahan tanah
Drainase Tinggi Tanaman Rataan
P1
Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi antara drainase dan pisau
berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang pada perlakuan pengolahn
tanah berpenggaruh nyata terhadap 1, 2, 3, 5, dan 6 BST dengan data terbaik pada
P1 (Pengolahan dengan pisau dalam)
Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata
terhadap diameter batang 1, 2, 5, dan 6 BST diameter terbesar diperoleh pada
P1D1 (pengolahan pisau dalam drainase baik) yakni 2,33 cm yang berbeda nyata
dengan P1D2, P2D1, P2D2, dari data tabel 2 juga menunjukkan penggunaan pisau
dalam dan pisau dangkal tidak berpengaruh nyata pada drainase buruk .
Gambar 4. Grafik pertumbuhan diameter batang umur 1-6 BST pada perlakuan pengolahan tanah
Gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter batang umur
1-6 BST akibat perlakuan drainase menunjukkan bahwa diameter batang terbaik
diperoleh pada perlakuan D1 (drainase baik) yang berbeda nyata dengan D2
(drainase buruk). Sedangkan perlakuan pengolahan tanah menunjukkan bahwa
diameter batang terbaik diperoleh pada P1 (pengolahan tanah dalam) yang
berbeda nyata dengan P2 (pengolahan tanah dangkal).
Jumlah Ruas (cm)
Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman umur 1-6 BST.
Rataan jumlah ruas umur 1-6 BST pada perlakuan drainase dan
pengolahan tanah dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan jumlah ruas Tebu (Saccharum officinarum) umur 1- 6 BST (ruas) pada perlakuan drainase dan pengolahan tanah
Drainase Tinggi Tanaman Rataan
P1 (Pisau Dalam)
P2 (Pisau Dangkal)
1 BST D1 (Drainase Baik) 4.90 a 2.83 b 3.87
Rataan 3.82 2.80
2 BST D1 (Drainase Baik) 8.53 a 4.23 c 6.38
D2 (Drainase Buruk) 6.40 b 6.30 b 6.35
Rataan 7.47 5.27
3 BST D1 (Drainase Baik) 11.57 a 6.93 c 9.25
D2 (Drainase Buruk) 8.57 b 8.90 b 8.73
Rataan 10.07 7.92
4 BST D1 (Drainase Baik) 14.93 a 10.63 c 12.78 D2 (Drainase Buruk) 11.87 c 12.03 b 11.95
Rataan 13.40 11.33
5 BST D1 (Drainase Baik) 16.47 a 13.17 c 14.82 D2 (Drainase Buruk) 13.33 bc 13.87 b 13.60
Rataan 14.90 13.52
6 BST D1 (Drainase Baik) 18.70 a 15.90 b 17.30 D2 (Drainase Buruk) 16.00 b 15.73 b 15.87
Rataan 17.35 15.82
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncann pada taraf 5%
Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata
terhadap jumlah ruas umur 1-6 BST. Pada 6 BST jumlah ruas terbesar diperoleh
pada P1D1 (pengolahan pisau dalam dan drainase baik) yakni 18,70 yang berbeda
nyata dengan P1D2, P2D1, P2D2.
Gambar 6. Grafik pertumbuhan jumlah ruas 1-6 BST pada perlakuan pengolahan tanah
Jumlah Batang (cm)
Berdasarkan lampiran 40-51 diketahui bahwa drainase tanah berpengaruh
tidak nyata terhadap jumlah batang. Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap
jumlah batang 6 BST. Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh
tidak nyata terhadap jumlah batang.
Tabel 4. Rataan jumlah batang Tebu (Saccharun pengolahan tanah
Drainase Tinggi Tanaman Rataan
P1 (Pisau Dalam)
P2 (Pisau Dangkal)
1 BST D1 (Drainase Baik) 2.93 3.17 3.05
D2 (Drainase Buruk) 3.07 3.17 3.12
Rataan 3.00 3.17
2 BST D1 (Drainase Baik) 4.60 4.67 4.63
D2 (Drainase Buruk) 4.43 4.67 4.55
3 BST D1 (Drainase Baik) 6.37 6.27 6.32
D2 (Drainase Buruk) 5.90 5.87 5.88
Rataan 6.13 6.07
4 BST D1 (Drainase Baik) 8.07 7.40 7.73
D2 (Drainase Buruk) 7.80 7.07 7.43
Rataan 7.93 7.23
5 BST D1 (Drainase Baik) 8.33 7.57 7.95
D2 (Drainase Buruk) 7.87 7.23 7.55
Rataan 8.10 7.40
6 BST D1 (Drainase Baik) 8.20 7.47 7.83
D2 (Drainase Buruk) 7.87 7.20 7.53
Rataan 8.03 a 7.33 b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncann pada taraf 5%
Tabel 4 menunjukkan bahwa drainase berpengaruh tidak nyata terhadap
jumlah batang. Pengolahan tanah berpengaruh terhadap jumlah batang 6 BST
dengan data terbaik pada P1 (pengolahan pisau dalam) yang berbeda nyata dengan
P2 (pengolahan pisau dangkal).
Gambar 8. Grafik pertumbuhan jumlah batang umur 1-6 BST pada perlakuan pengolahan tanah
Gambar 7 dan 8 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah batang umur
1-6 BST akibat perlakuan drainase menunjukkan bahwa jumlah batang terbaik
diperoleh pada perlakuan D1 (drainase baik) yang berbeda nyata dengan
D2 (drainase buruk). Sedangkan perlakuan pengolahan tanah menunjukkan bahwa
jumlah batang terbaik diperoleh pada P1 (pengolahan tanah dalam) yang berbeda
nyata dengan P2 (pengolahan tanah dangkal).
Estimasi Produksi (Kg/400 m2)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh estimasi produksi tebu pada
setiap perlakuan sebagai berikut. Hasil estimasi ini tidak diuji sidik ragam maupun
Tabel 5. Estimasi produksi Tebu (Saccharum officinarum)
Tabel 5 menunjukkan bahwa estimasi produksi tertinggi diperoleh pada
perlakuan D1P1 (drainase baik dan pengolahan pisau dalam) yakni
1730,59 Kg/400 m2 dan terendah pada perlakuan D2P2 (drainase buruk dan
pengolahan pisau dangkal) yakni 1225.44 Kg/400 m2.
Gambar 9. Estimasi produksi tebu (Saccharum officinarum)
Pembahasan
Pengaruh Drainase Tanah terhadap Pertumbuhan Tebu (Saccharum officinarum)
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 1-4 menunjukkan bahwa
perlakuan drainase tanah menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
1-6 BST, diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST serta jumlah ruas 1-6 BST.
Perlakuan D1 (drainase baik) menunjukkan data terbaik pada seluruh peubah
amatan. Drainase tanah dalam hal ini berfungsi untuk mengurangi kelebihan air
berdasarkan Suripin (2004) menyatakan bahwa drainase berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah
permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai
pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
genangan air dan banjir sehingga tidak ada akumulasi air tanah, menurunkan
permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
Pada parameter tinggi tanaman, Gambar 1 menunjukkan bahwa
pertumbuhan tinggi tanaman umur 1-6 BST akibat perlakuan drainase
menunjukkan bahwa tinggi tanaman terbaik diperoleh pada perlakuan D1
(drainase baik) yang berbeda nyata dengan D2 (drainase buruk). Sedangkan
perlakuan pengolahan tanah menunjukkan bahwa tinggi tanaman terbaik diperoleh
pada P1 (pengolahan tanah dalam) yang berbeda nyata dengan P2 (pengolahan
tanah dangkal). Dengan kombinasi terbaik pada D1P1 (drainase baik pengolahan
pisau dalam) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Drainase tanah secara
tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman termasuk peningkatan tinggi
tanaman sesuai dengan literatur Sugiyarta (2008) menyatakan bahwa
Pertumbuhan tebu juga didukung oleh sifat-sifat fisik dan kimia dari tanah,
seperti: drainase/ permeabilitas, tingkat kemasaman, tekstur serta kandungan
semua jenis tanah, namun pertumbuhannya akan optimal apabila ditanam pada tan
ah yang subur, memiliki drainase yang baik (cukup air tetapi tidak tergenang).
Pada parameter diameter batang drainase berpengaruh nyata terhadap
diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST dengan perlakuan terbaik D1 (drainase baik)
yang berbeda nyata dengan D2 (drainase buruk). Drainase berkaitan erat dengan
tinggi muka air tanah. Nazemi dan Anwar (2008) menyatakan bahwa Peranan
muka air tanah dalam mempengaruhi lengas tanah daerah perakaran. Semakin
jauh permukaan air dari permukaan tanah, semakin besar pula tenaga yang
diperlukan agar air sampai ke daerah perakaran, karena itu semakin dekat muka
air tanah dari daerah perakaran semakin mudah pula air tanah menyumbangkan air
untuk daerah perakaran.
Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa drainase tanah berpengaruh nyata
terhadap jumlah ruas 1-6 BST dengan perlakuan terbaik pada D1 (drainase baik).
Drainase tanah dalam hal ini dapat dijadikan sebagai faktor pembatas
pertumbuhan tanaman. Dalam Mirzawan dan Toharisman (2008) menjelaskan
bahwa Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika yang asal usulnya
diperkirakan dari Papua. Tanaman ini cukup peka terhadap ketersediaan air yang
berlebihan maupun yang yang terbatas, sehingga iklim sering menjadi faktor
pembatas utama. Lingkungan fisik lain yang membatasi luas pengelolaan tebu di
suatu kawasan adalah kemiringan lereng, drainase dan kedalaman efektif tanah.
Sifat fisik ini lebih banyak berkaitan dengan efisiensi ekonomis budidayanya.
Berdasarkan Tabel 1-6 dan Lampiran 4-51 diketahui bahwa perlakuan
pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter
batang 1, 2, 3, 5 dan 6 BST, jumlah ruas 1-6 BST serta jumlah batang 6 BST.
Pengolahan tanah dalam hal ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah
yang secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman hal ini sejalan
dengan literatur Hardiyatmo (1992) yang menyatakan bahwa dalam usaha
pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan
kondisifisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman
tertentu agar sesuai untukpertumbuhan tanaman.
Pada parameter tinggi tanaman, pengolahan tanah berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman 1 – 6 BST dengan perlakuan terbaik pada
P1 (pengolahan pisau dalam) yang berbeda nyata dengan P2 (pengolahan pisau
dangkal) sesuai Gambar 2. Pengolahan dalam menunjukkan hasil terbaik diduga
karena porositas tanah semakin besar sehingga pertumbuhan tanaman semakin
baik.Rusli, dkk (2005) menjelaskan bahwa pengolahan tanah bertujuan
membentuk tanah menjadi gembur karena kerapatannya berkurang sedangkan
porositasnya meningkat sehingga mampu memperbaiki drainase dan aerasi tanah
yang sangat diperlukan untuk meningkatkan respirasi dan penetrasi akar yang
sangat diperlukan untuk membantu akar tanaman temu ireng untuk mengabsorpsi
air dan hara dari dalam tanah untuk pertumbuhan.
Pada parameter diameter batang, pengolahan tanah berpengaruh nyata
terhadap diameter 1, 2, 3, 5 dan 6 (Tabel 2), dengan perlakuan terbaik pada P1
(pengolahan dalam (Gambar 4). Begitu pula pada parameter jumlah batang 6 BST
sifat fisik, pengolahan tanah juga dapat meningkatkan sifat biologis tanah,
Pramuhadi (2005) menambahkan bahwa dengan pengolahan tanah akan dapat
memperbaiki daerah perakaran tanaman, kelembaban dan aerase tanah,
mempercepat infiltrasi serta mengendalikan tumbuhan pengganggu.
Interaksi Drainase Tanah dan Pengolahan Tanah terhadap Pertumbuhan Tebu (Saccharum officinarum)
Interaksi antara drainase tanah dan pengolahan tanah berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman 1-6 BST, diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST, serta
jumlah ruas 1-6 BST. Drainase juga mempengaruhi keberhasilan pengolahan
tanah. Kondisi muka air tanah yang tinggi dapat menjadi kendala dalam
pengolahan tanah. Begitupula sebaliknya, pengolahan tanah dapat juga
mempengaruhi drainase awal tanah sehingga porositas serta aerasi tanah dapat
meningkat. Hal ini sejalan dengan Pramuhadi (2005) yang menyatakan bahwa
struktur, tekstur dan solum tanah mempengaruhi aerasi tanah,perkembangan atau
dalamnya perakaran dan perkembangan faktor biotis. Dari hal tersebut diatas
maka dalam budidaya tanaman masalah pengolan tanah perlu mendapat perhatian.
Pada parameter tinggi tanaman (Tabel 1) tampak bahwa interaksi antara
drainase dan pengolahan tanah terbaik ditunjukkan pada kombinasi perlakuan
D1P1 (drainase baik dengan pengolahan pisau dalam) yang berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Kedua faktor perlakuan pada dasarnya mempengaruhi kondisi
fisik tanah yang berkaitan erat dengan tingkat kesesuain tanah terhadap tanaman
tebu yang ditanam. Tanah merupakan faktor pembatas terpentinmg dalam
budidaya pertanian. Pada Isron (2009) menyatakan bahwa dalam bercocok tanam,
tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan tanaman,
tempat perkembangan akar; (2) menyediakan unsur hara dan air bagi tanaman;
(3) Menyediakan air bagi tanaman; (4) merupakan media bagi pertumbuhan flora
dan fauna,khususnya mikroflora dan mikrofauna yang secara langsung dan tidak
langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Pada parameter diameter batang dan jumlah ruas juga menunjukkan
kecenderungan yang sama dimana kombinasi perl;akuan terbaik adalah
D1P1 (drainase baik dan pengolahan pisau dalam) yang berbeda nyata dengan
perlakuan lain. Pengolahan tanah dan drainase tanah secara tidak langsung
mempengaruhi fisiolohi tumbuhan melalui mekanisme respirasi perakaran.
Respirasi yang baik hanya akan tercapai pada kondisi tanah kapasitas lapang dan
suplai air yang baik pula. Hanafiah (2005), untuk menjamin tercukupinya tanamn,
suplai air harus di berikan apabila 50-85% air tersedia ini telah habis terpakai.air
yang di tahan di atas titik layu per manen merupakan air tak tersedia (air kapiler
dan hidroskopis). Kemudian jika status kadar air tanah suatu lahan berada pada
jenuh,diperlukan drainase pada lahn tersebut hinnga berada pada kapasitas lapang
sehingga pertumbuhan tanaman dapat optimal.sebabnya,pada kondisi jenuh dalam
priode lama akan terjadi efisinsi oksigen yang menganggu respirasi akar.
Pada parameter estimasi produksi diketahui bahwa data tertinggi diperoleh
pada perlakuan D1P1 (drainase baik dan pengolahan pisau dalam) yakni
1730,59 Kg/400m2, dan terendah pada D2P2 yakni 1225,44 Kg/400m2. Estimasi
produksi dalam hal ini dapat dijadikan acuan dalam pembuatan program tebang
meliputi kebutuhan tenaga kerja, lama hari giling, yang dapat mempermudah
pengerjaan pada saat panen. Estimasi produksi yang tinggi dapat menjadi acuan
Data estimasi produksi juga menunjukkan bahwa perlakuan P1(pisau
dalam) selalu lebih tinggi dibandingkan P2 (pisau dangkal) pada keadaan drainase
baik maupun buruk. Pengolahan tanah dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia
tanah yang erat hubunganya dengan jenis dan kondisi tanah serta iklim setempat,
dimana langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Drainase tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1, 3, 4, dan 5
Bulan Setelah Tanam (BST), diameter batang umur 1, 2, 3, 5 dan 6 BST, dan
jumlah ruas umur 1, 3, 4, 5, dan 6 BST.
2. Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 1-6 Bulan
Setelah Tanam (BST), diameter batang umur 1, 2, 5, dan 6 BST, jumlah ruas
umur 1-6 BST, dan jumlah batang umur 6 BST.
3. Interaksi antara drainase dan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman 1-5 BST diameter batang 1, 2, 5 dan 6 BST, serta jumlah ruas
1-6 BST.
4. Estimasi produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan drainase baik dengan
pengolahan pisau dalam. Pengolahan pisau dalam menghasilkan estimasi
produksi yang lebih tinggi dibanding dengan pengolahan pisau dangkal pada
kondisi drainase baik maupun buruk.
Saran
Dalam budidaya tebu dianjurkan ditanam pada kondisi berdrainase baik
dengan pengolahan pisau dalam yang menghasilkan pertumbuhan tanaman terbaik
DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2012. Produksi Tanaman Perkebunan. Badan Pusat Statistik (http://bps.go.id). Diakses pada 2 Juni 2013.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Budidaya Tanaman Tebu. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian.
Hanafiah, K. A., 2005. Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hardiyatmo HC. 1992. Mekanika Tanah I. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Kalsim, D.K. 2007. Drainase Permukaan. Laboratorium Teknik Tanah dan Air, Bogor.
Mirzawan dan Toharisman, A. 2008. Identifikasi Potensi Lahan untuk Mendukung Pengembangan Agribisnis Tebu di Wilayah Timur Indonesia, Manado
Nazemi, D dan Anwar, K. 2008. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Bandung.
Nuryanti, S. 2007. Usaha Tani Tebu pada Lahan Sawah dan Tegalan di Yogyakarta dan Jawa Tengah.Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. 16 Hal.
Ritung, S., Wahyunto., F. Agus., dan H. Hidayat. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah.
Rusli, N. Heryana dan E. Randriani. 2005. Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Temu Ireng Diantara Kelapa Genjah Kuning. Loka Penelitian Tanaman Sela Perkebunan. Bandung.
Soedhono, 2009. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pola Tanaman Tebu. http://www.DisbunJatim.co.id.
Soepadirman. 1992. Bercocok Tebu Lahan Sawah. Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Yogyakarta.Yogyakarta. 127 hal.
Sosroatmodjo, P.L.A. 1980.Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah.Penunjang Pembangunan Nasional, Jakarta.
Steenis, C. G. G. J., S. Bloembergen., P.J. Eyma., 2005. Flora. Cetakan Kesepuluh. PT. Pradya Paramitha, Jakarta.
Sugiyarta, E. 2008. Perkembangan Penataan Terkini Varietas Tebu di Indonesia. Direktorat Pembenihan dan Sarana Produksi. Forum Komunikasi PBT.
Suripin, M.Eng. Dr. Ir, 2004. Drainase Perkebunan yang Berkelanjutan, Andi Offset, Yogyakarta.
Sutapradja, H. 2007. Pengaruh Kedalaman Pengolahan Tanah dan Penggunaan Kompos Sampah Kota terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kubis. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung.
Lampiran 2.Bagan Tanaman dalam Juringan
100 cm
20 tan/juringan
Lampiran 4. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 1 BST (cm)
Drainase Pisau Ulangan Total Rataan
I II III IV V VI
D1 P1 46.4 46.2 48.4 46.8 49 47.8 284.6 47.43
P2 7.6 10.2 10.2 9.8 10.2 9.4 57.4 9.57
Total D1 54 56.4 58.6 56.6 59.2 57.2
D2 P1 26.2 26.6 22.2 23.8 22.8 19.2 140.8 23.47
P2 27.8 26.2 23.6 24.2 25.4 23.2 150.4 25.07
Total D2 54 52.8 45.8 48 48.2 42.4
TOTAL 108 109.2 104.4 104.6 107.4 99.6 633.2 32.51
Lampiran 5.Sidik Ragam Tinggi Tanaman 1 BST
SK db JK KT F.hit F.05 Ket
Ulangan 5 15.09 3.02 0.38 5.05 tn
Drainase 1 107.53 107.53 13.38 6.61 *
Galat (a) 5 40.17 8.03
Pisau 1 1972.91 1972.91 1695.91 10.13 *
D x P 3 2336.43 778.81 669.46 9.28 *
Galat (b) 8 9.31 1.16
Total 23 4481.43
FK : 16705.93 KK (a) : 9 % KK (b) : 3%
Keteragan : tn = tidak nyata
Lampiran 6 . Data Tinggi Tanaman 2 BST (cm)
Lampiran 7 .Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 BST
Lampiran 8 . Data Tinggi Tanaman 3 BST (cm)
Drainase Pisau Ulangan Total Rataan
I II III IV V VI
Lampiran 9 .Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 BST
SK db JK KT F.hit F.05 KET
Ulangan 5 9.99 2.00 1.39 5.05 tn
Drainase 1 24.00 24.00 16.71 6.61 *
Galat (a) 5 7.18 1.44
Pisau 1 1523.23 1523.23 938.33 10.13 *
Lampiran 10 . Data Tinggi Tanaman 4 BST (cm)
Drainase Pisau Ulangan Total Rataan
I II III IV V VI
D1 P1 109 110 118 118 113 115 683 113.83
P2 80.6 79.2 79.2 79.8 83.8 80.4 483 80.50
Total
D1 189.6 189.2 197.2 197.8 196.8 195.4 97.17
D2 P1 85.4 87.8 85.8 90.2 89.2 86.8 525.2 87.53
P2 86.6 85 82.4 89.2 87 81.6 511.8 85.30
Total
D2 172 172.8 168.2 179.4 176.2 168.4 86.42
TOTAL 361.6 362 365.4 377.2 373 363.8 2203 112.30
Lampiran 11 . Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 BST
Lampiran 12 . Data Tinggi Tanaman 5 BST (cm)
Drainase Pisau Ulangan Total Rataan
I II III IV V VI
D1 P1 128.8 133.8 137.6 134.2 133.4 135.2 803 133.83
P2 101 100.2 100.2 100.4 103.8 101.8 607.4 101.23
Total
D1 229.8 234 237.8 234.6 237.2 237 117.53
D2 P1 106 107.8 106.8 110.8 110.4 106 647.8 107.97
P2 106.6 105.6 102.6 109.2 104.2 102.2 630.4 105.07
Total
D2 212.6 213.4 209.4 220 214.6 208.2 106.52
TOTAL 442.4 447.4 447.2 454.6 451.8 445.2 2688.6 136.63
Lampiran 13 .Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 BST
SK Db JK KT F.hit F.05 KET
Ulangan 5 24.54 4.91 0.59 5.05 tn
Drainase 1 728.20 728.20 87.05 6.61 *
Galat (a) 5 41.83 8.37
Pisau 1 1890.38 1890.38 351.78 10.13 *
Lampiran 14.Data Tinggi Tanaman 6 BST (cm)
Drainase Pisau Ulangan Total Rataan
I II III IV V VI
D1 P1 149 153.6 157.4 158.6 154.2 156.4 929.2 154.87
P2 123.6 122.6 122.6 120.4 124.6 133 746.8 124.47
Total D1 272.6 276.2 280 279 278.8 289.4 139.67
D2 P1 126 128.2 126.2 131.6 131 127.8 770.8 128.47
P2 126.4 125.8 121.6 128.8 127.4 121.8 751.8 125.30
Total D2 252.4 254 247.8 260.4 258.4 249.6 126.88
TOTAL 525 530.2 527.8 539.4 537.2 539 3198.6 162.49
Lampiran 15.SidikSidikRagamTinggiTanaman 6 BST
SK db JK KT F.hit F.05 KET
Ulangan 5 48.35 9.67 0.53 5.05 tn
Drainase 1 980.48 980.48 54.18 6.61 *
Galat (a) 5 90.49 18.10
Pisau 1 1690.08 1690.08 151.14 10.13 *
Lampiran 16 . Data Pengamatan Diameter Batang 1 BST (cm)
Lampiran 17 .Sidik Ragam Diameter Batang 1 BST
Lampiran 18 . Data Diameter Batang 2 BST (cm)
Lampiran 19 .Sidik Ragam Diameter Batang 2 BST
Lampiran 20. Data Diameter Batang 3 BST (cm)
Lampiran 21 .Sidik Ragam Diameter Batang 3 BST
Lampiran 22. Data Diameter Batang 4 BST (cm)
Lampiran 23 .Sidik Ragam Diameter Batang 4 BST
Lampiran 24. Data Diameter Batang 5 BST (cm)
Lampiran 25 . Sidik Ragam Diameter Batang 5 BST
Lampiran 26 . Data Diameter Batang 6 BST (cm
Lampiran 27 .Sidik Ragam Diameter Batang 6 BST
Lampiran 32 . Data Pengamatan Jumlah Ruas 3 BST
Lampiran 33. Sidik Ragam Jumlah Ruas 3 BST
Lampiran 34. Data Pengamatan Jumlah Ruas 4 BST
Lampiran 35.Sidik Ragam Jumlah Ruas 4 BST
Lampiran 36. Data Pengamatan Jumlah Ruas 5 BST
Lampiran 37.Sidik Ragam Jumlah Ruas 5 BST
Lampiran 38. Data Pengamatan Jumlah Ruas 6 BST
Lampiran 39.Sidik Ragam Jumlah Ruas 6 BST
Lampiran 40. Data Pengamatan Jumlah Batang 1 BST
Drainase Pisau Ulangan Total Rataan
I II III IV V VI
D1 P1 1.4 2.6 3.2 3.8 3 3.6 17.6 2.93
P2 1.8 3 3 2.6 5.8 2.8 19 3.17
Total D1 3.2 5.6 6.2 6.4 8.8 6.4 3.05
D2 P1 2.6 2.8 3.8 3.6 3.2 2.4 18.4 3.07
P2 3.2 4.4 3.8 2.6 2.8 2.2 19 3.17
Total D2 5.8 7.2 7.6 6.2 6 4.6 3.12
TOTAL 9 12.8 13.8 12.6 14.8 11 74 3.69
Lampiran 41.Sidik Ragam Jumlah Batang 1 BST
SK db JK KT F.hit F.05 KET
Ulangan 5 5.35 1.07 0.96 5.05 tn
Drainase 1 0.03 0.03 0.02 6.61 tn
Galat (a) 5 5.57 1.11
Pisau 1 0.17 0.17 0.19 10.13 tn
D x P 3 0.03 0.01 0.01 9.28 tn
Galat
(b) 8 7.01 0.88
Total 23 18.15
FK 228.17
KK (a) 29%
KK (b) 25%
Keteragan : tn = tidak nyata
Lampiran 42. Data Pengamatan Jumlah Batang 2 BST
Lampiran 43. Sidik Ragam Jumlah Batang 2 BST
Lampiran 44. Data Pengamatan Jumlah Batang 3 BST
Lampiran 45. Sidik Ragam Jumlah Batang 3 BST
Lampiran 46. Data PengamatanJumlahBatang 4 BST
Lampiran 47.Sidik Ragam Jumlah Batang 4 BST
Lampiran 48. Data Pengamatan Jumlah Batang 5 BST
Lampiran 49.Sidik Ragam Jumlah Batang 5 BST
Lampiran 50. Data Pengamatan Jumlah Batang 6 BST
Lampiran 51.Sidik Ragam Jumlah Batang 6 BST