• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Persentase Setek Hidup

Data pengamatan persentase setek hidup tanaman nilam dapat dilihat pada Lampiran 10 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran11. Dari daftar sidik ragam Lampiran 11 menunjukkan bahwa pemberian kompos kascingberpengaruh nyata terhadap parameter persentase setek hidup sedangkan perlakuan pemberian IBA dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek hidup.

Persentase setek hidup tanaman nilam dengan pemberian IBA dan kompos kascing dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase setek hidup tanaman nilam dengan pemberian IBA

Tabel 1 menunjukkanpada pemberian kompos kascingpersentase setek hidup tanaman nilam tertinggi (100 %) diperoleh pada perlakuan kompos kascing400 g (K2) yangtidak berbeda nyata dengan 200 g (K1) dan 600 g(K3) dan berbeda nyata dengan Kontrol(K0).

Gambar 1. Hubungan persentase setek hidup tanaman nilam denganpemberian kompos kascing

Berdasarkan Gambar 1 di atas diketahui bahwa hubungan pemberian beberapa dosis kompos kascing membentuk kurvalinier positif, dimana pemberian dosis kompos kascing meningkatkan persentase setek hidup.

Umur Muncul Tunas

Data pengamatan umur muncul tunas setek tanaman nilam dapat dilihat pada Lampiran 12 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran13. Dari daftar sidik ragam Lampiran 13 menunjukkan bahwa pemberian IBA dan kompos kascing berpengaruh tidak nyata terhadap parameter umur muncul tunas, begitu juga dengan interaksi antara keduanya.

Tabel 2. Umur muncul tunas setek nilam dengan pemberian IBA dan kompos

Jumlah Tunas

Data pengamatan jumlah tunas setek tanaman nilam dan sidik ragamnya pada umur 3-11 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada Lampiran 14-31 yang menunjukkan bahwa pemberian IBA berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah tunas, begitu juga dengan interaksi antara keduanya sedangkan pada pemberian kompos kascing berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas setek nilam pada umur 3-8 minggu setelah tanam (MST).

Pada umur 3 MST jumlah tunas tertinggi 400 g (K2) yang tidak berbeda pada 8 MST dengan pemberian beberapa dosis kompos kascing membentuk kurva kuadratik positif, dengan nilai maksimum jumlah tunas 10,21 pada x (dosis

Tabel 3. Jumlah tunas setek nilam pada umur 3-11 MST denganpemberian IBA

Panjang Tunas

Data pengamatan panjang tunas setek tanaman nilam dan sidik ragamnya pada umur 3-11 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada Lampiran 32-49 yang menunjukkan bahwa pemberian IBA berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tunas, begitu juga dengan interaksi antara keduanya sedangkan pada pemberian kompos kascing berpengaruh nyata terhadap panjang tunas setek nilam.

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada umur 3-11 MST panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan kompos kascing 600 g (K3) dibandingkan dengan dosis lainnya.

Pada 11 MST panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan kompos kascing 600 g (K3) yaitu 12,87 cm sedangkan terendah pada dosis 0 g (K0) yaitu 2,86 cm.

Perlakuan IBA 0 ppm (I0) menunjukkan panjang tunas yang tertinggi 10,15 cm sedangkan yang terendah 8,15 cm pada perlakuan 25 ppm (I2), namun antar perlakuan IBA 0, 15, 25, 35 ppm tidak berbeda nyata.

Tabel 4. Panjang tunas setek nilam pada umur 3-11 MST dengan pemberianIBA

Gambar 3. Hubungan panjang tunas setek nilam pada 11 MST dengan pemberian dosis kompos kascing

Berdasarkan Gambar 3 di atas diketahui bahwa hubungan pemberian beberapa dosis kompos kascing membentuk kurva linier positif, dimana pemberiandosis kompos kascing meningkatkanpanjang tunas.

Bobot Basah Tajuk

Data pengamatan bobot basah tajuk setek nilam dapat dilihat pada Lampiran 50 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 51. Dari daftar sidik ragam Lampiran 51 menunjukkan bahwa pemberian kompos kascing berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk setek nilam, begitu juga dengan interaksi antara keduanya. Sedangkan pada pemberian IBA berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk setek nilam.

Ŷ = 4.776 + 0.014x r = 0.866

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00

0 200 400 600 800

Paanjang Tunas (cm)

Dosis Kompos Kascing (g)

Tabel 5. Bobot basah tajuk setek nilam dengan pemberianIBA dan kompos baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%

Tabel 5 menunjukkan aplikasi IBA 35 ppm (I3) dengan pemberian kompos kascing 600 g (K3) menghasilkan bobot basah tajuk setek nilam tertinggi yaitu 77,54 gyang berbeda nyata dengan kombinasi lainnya namun tidak berbeda nyata dengan I0K3, I1K3, I2K3 dan I3K2.

Gambar4.Interaksi IBA dengan kompos kascing terhadap bobot basah tajuk setek nilam

Berdasarkan kurva interaksi padaGambar 4 di atas menunjukkan pemberian beberapa konsentrasi IBA dan dosis kompos kascing membentuk hubungan linier. Pada pemberian IBA terjadi peningkatan bobot basah tajuk setek nilam namun tidak terlalu signifikan berbeda dengan pemberian kompos kascing dimana terjadi peningkatan bobot basah tajuk setek nilam yang begitu signifikan.

Ŷ = 32.97 + 13.24x

Adapun titik potong pada kurva interaksi ini berada pada konsentrasi IBA 20 ppm dengan dosis kompos kascing 300 g dan menghasilkan bobot basah tajuk setek nilam sebesar 52,83 g.

Bobot Basah Akar

Data pengamatan bobot basah akar setek nilam dapat dilihat pada Lampiran 52 dan sidik ragamnya dapat dilihat padaLampiran 53. Dari daftar sidik ragam Lampiran 53 menunjukkan bahwa pemberian IBA dan kompos kascing berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah akar setek nilam, begitu juga dengan interaksi antara keduanya.

Tabel 6. Bobot basah akar setek nilam dengan pemberianIBA dan kompos kascing Kompos

Tabel 6 aplikasi IBA 35 ppm (I3) dengan pemberian kompos kascing 600 g (K3) menghasilkan bobot basah akar setek nilam tertinggi yaitu 12,64 g yang berbeda nyata dengan kombinasi lainnya namun tidak berbeda nyata dengan I0K3, I1K3, I2K3 dan I3K2.

Gambar 5.Interaksi IBA dengan kompos kascing terhadap bobot basah akar setek nilam

Berdasarkan kurva interaksi padaGambar 5 di atas menunjukkan pemberian beberapa konsentrasi IBA dan dosis kompos kascing membentuk hubungan linier. Pada pemberian IBA terjadi peningkatan bobot basah akar setek nilam begitu juga dengan pemberian kompos kascing dimana juga terjadi peningkatan bobot basah akar setek nilam. Adapun titik potong pada kurva interaksi ini berada pada konsentrasi IBA 20 ppm dengan dosis kompos kascing 300 g dan menghasilkan bobot basah tajuk setek nilam sebesar 6,63 g.

Volume Akar

Data pengamatan volume akar setek nilam dapat dilihat pada Lampiran 54 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 55. Dari daftar sidik ragam Lampiran 55 menunjukkan bahwa pemberian IBA dan kompos kascing berpengaruh nyata terhadap parameter volume akar setek nilam, sedangkan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter volume akar.

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50

Bobot Basah Akar (g)

I (IBA)

K (Kompos Kascing)

(x,y) = 1.50, 6.63

menghasilkan volume akar tertinggi (15,83 ml) yang tidak berbeda nyata dengan kompos kascing 400 g (K2) namun berbeda nyata dengan kompos kascing 0 g (K0) dan kompos kascing 200 g (K1).

Tabel 7. Volume akar setek nilam dengan pemberianIBA dan kompos kascing Kompos

Gambar 6. Hubungan volume akar setek nilam dengan pemberian dosis kompos kascing

Berdasarkan Gambar 6 di atas diketahui bahwa hubungan pemberian beberapa dosis kompos kascing membentuk kurva linier positif, dimana semakin tinggi dosis kompos kascing maka volume akar semakin meningkat.

Bobot Kering Tajuk

Data pengamatan bobot kering tajuk setek nilam dapat dilihat pada Lampiran 56 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 57. Dari daftar sidik

Ŷ = 7.764 + 0.014x

nyata terhadap parameter bobot kering tajuk setek nilam. Sedangkan pada pemberian IBA berpengaruh tidak nyata terhadap paramater bobot basah tajuk setek nilam, begitu juga dengan interaksi antara keduanya.

Tabel 8. Bobot kering tajuk setek tanaman nilam dengan pemberianIBA dan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%

Tabel 8 menunjukkan aplikasi kompos kascing 600 g (K3) menghasilkan bobot basah tajuk tertinggi (31,16 g) yang berbeda nyata dengan dosis lainnya.

Gambar 7. Hubungan bobot kering tajuk setek nilam dengan pemberian dosis kompos kascing

Berdasarkan Gambar 7 di atas diketahui bahwa hubungan pemberian beberapa dosis kompos kascing membentuk kurva linier positif, dimana semakin

Ŷ = 15.02 + 0.027x

tinggi dosis kompos kascing maka bobot kering tajuk setek nilam semakin meningkat.

Bobot Kering Akar

Data pengamatan bobot kering akar setek nilam dapat dilihat pada Lampiran 58 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 59. Dari daftar sidik ragam Lampiran 59menunjukkan bahwa pemberian IBA dan kompos kascing berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar setek nilam sedangkan pada interaksi antar keduanya tidak berpengaruh nyata.

Tabel 9. Bobot kering akar setek nilam dengan pemberianIBA dan kompos

Tabel 9 aplikasi IBA 25 ppm (I2) menghasilkan bobot kering akar tertinggi (5,85 g) yang tidak berbeda nyata dengan 35 ppm (I3) dan berbeda nyata dengan IBA 0 ppm (I0) dan IBA 15 ppm (I1). Aplikasi kompos kascing 600 g (K3) menghasilkan bobot basah akar tertinggi (7,09 g) yang berbeda nyata dengan dosis lainnya.

Gambar 8.Hubungan bobot kering akar setek nilam dengan pemberian konsentrasi IBA

Berdasarkan Gambar 8 di atas diketahui bahwa hubungan pemberian beberapa konsentrasi IBA membentuk kurva linier positif, dimanapemberian IBA meningkatkan bobot kering akar.

Gambar 9. Hubungan bobot kering akar setek nilam dengan pemberian dosis kompos kascing

Berdasarkan Gambar 9 di atas diketahui bahwa hubungan pemberian beberapa dosis kompos kascing membentuk kurva linier positif, dimana semakin tinggi dosis kompos kascing maka bobot kering akar setek nilam semakin

Pembahasan

Respon Pertumbuhan Setek Nilam Dengan Pemberian IBA

Perlakuan IBA 25 ppm (I2) mempunyai bobot basah akar yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena perlakuan IBA 25 ppm memberikan pengaruh yang optimal terhadap jumlah akar dan panjang akar, hal ini dikarenakan IBA adalah hormon auksin yang berfungsi untuk merangsang pembentukan akar pada setek. Akar yang terbentuk pada setek batang disebut akar adventif. Akar adventif dari tanaman berbatang lunak pada umumnya berasal dari sel parenkim yang terdapat di sekitar jaringan pembuluh. Sel-sel parenkim ini dapat menjadi sel meristem, yaitu sel yang aktif membelah diri. Sel-sel meristem ini kemudian berkembang menjadi bakal akar yang akan menembus kulit batang untuk membentuk akar yang sesungguhnya. Hal ini sesuai dengan pernyataanShofiana (2013) yang menjelaskan bahwa tujuan pemberian hormon IBA adalah untuk meningkatkan persentase setek yang berakar, mempercepat pertumbuhan akar, meningkatkan jumlah dan kualitas akar,serta untuk menyeragamkan munculnya akar. IBA memiliki kandungan kimia yang lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama.IBA yang diberikan pada setek akan tetap berada pada tempat pemberiannya sehingga tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan tunas.

Perlakuan IBA 25 ppm (I2) mempunyai bobot kering akar yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Berat kering tanaman adalah berat tanaman setelah dikeringkan dalam oven, sehingga kadar airnya telah hilang dan yang tersisa hanya senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman.

Pemberian IBA 25 ppm diduga memberikan pengaruh yang baik pada tanaman

nilam terutama dalam merangsang pembentukan akar, jumlah akar, panjangakar, serta adanya bulu akar berpengaruhterhadap luas bidang penyerapan. Semakinluas bidang penyerapan maka akan semakinbanyak air dan unsur hara yang diserapsehingga akanmempengaruhi berat keringtanaman. Biomassa tanaman mengindikasikan banyaknya senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman, semakin tinggi biomassa maka senyawa kimia yang terkandung di dalamnya lebih banyak sehingga meningkatkan berat kering tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gardner (1991) bahwa ketersediaan air dan hara yang diserap oleh akar dalam jumlah yang cukup dapat memacu tanaman untuk melakukan fotosintesis sehingga menghasilkan fotosintat yang lebih banyak. Tingginya berat basah dan berat kering tanaman dipengaruhi oleh banyaknya absorpsi air dan penimbunan hasil fotosintesis. Jumlah akar yang banyak akan meningkatkan penyerapan unsur hara dan air untuk proses fotosintesissehingga berat keringmeningkat. Hasil penelitian ini kembali menguatkan hasil penelitian Hasanah dan Setiari (2007) bahwa IBA 25 ppm memberikan pengaruh optimal pada jumlah akar, panjang akar, berat basah maupun berat kering tanaman nilam,

Hasil penelitian diperoleh bahwa pada IBA 25 ppm (I2) mempunyai volume akar yang lebih tinggi dibandingkan lainnya. Hal ini diduga karena auksin yang terkandung pada IBA sangat diperlukan dalam pembentukan akar yakni memacu terjadinya pembelahan sel. Penggunaan auksin diketahui dapat mempercepatproses pembentukan akar pada setek, dengan panjang dan jumlah akar semakin panjang dan banyak jumlah akar maka volume akar juga akan besar.

Hal ini sesuai dengan pernyataanNilasari (2015) yang menyatakan bahwa IBA merupakan jenis auksin sintesis yang tidak mengakibatkan tanaman teracuni dan

efektif untuk membantu perakaran pada tanaman. IBA memiliki kandungan kimia yang lebih stabil, daya kerja lebih lama dan tetap berada disekitar akar. Semakin cepatnya pembentukan akar dari setek yang diberikan hormon IBA semakin lebih baik sistem perakarannya sehingga air dan unsur-unsur hara dalam tanah yang diserap setek akan lebih banyak.

Respon Pertumbuhan Setek Nilam Dengan Pemberian Kompos Kascing Hasil analisis kimia tanah pada lampiran 8 menunjukkan bahwa kandungan hara dalam tanah berkisar pada taraf rendah. Kandungan c-organik menunjukkan pada taraf sangat rendah, kandungan unsur esensial pada tanah seperti nitrogen sedang sedangkan phosphor dan kalium menunjukkan taraf yang sangat rendah. Selain itu diketahui tingkat kemasaman tanah pada pH yang tergolong masam. Berdasarkan pada hasil analisis kimia tanah tersebut penambahan unsur-unsur kimia baik organik maupun anorganik dari luar sangat diperlukan untuk menunjang kelangsungan hidup tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemberian kompos kascing berpengaruh nyata terhadap persentase setek hidup tanaman nilam. Hal ini menunjukkan ketersediaan unsur hara pada kascing sesuai dengan kebutuhan tanaman nilam.Kascing memiliki kandungan N (2,50) senyawa nitrogen berperan penting untuk tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein, sehingga diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif seperti pertambahan tinggi tanaman, persentase setek hidup, jumlah tunas, panjang tunas. Dosis kascing 400 g (K2) memberikan persentase setek hidup yang paling tinggi dibandingkan lainnya. Hal ini diduga dengan dosis tersebut telah mampu menyediakankebutuhan hara yang dibutuhkan oleh tanaman nilam. Kascing memiliki kandungan unsur hara N, P dan K. Seperti

yang diketahui bahwa Unsur N diperlukan untuk sintesis protein dan pembentukan sel-sel baru pada tanaman sedangkan unsur P dan K sangat berperan dalam mempercepat laju dan perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataanTriastuti (2006) yang menyatakan bahwakascing sebagai bahan organik mengandung berbagai bahan atau komponen yang secara fisik maupun kimiawi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama dalam fase pembibitan yang membutuhkan nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhannya.

Kotoran cacing dapat meningkatkan pH tanah, populasi mikroflora dalam tanah, kadar humus dan kandungan N, P, K dalam tanah serta unsur hara mikro lainnya yang dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman.

Dosis kascing 200 g (K1) memperoleh jumlah tunas yang paling banyak dibandingkan lainnya. Hal ini diduga dengan dosis tersebut sudah mencukupi kebutuhan tanaman, kompos kascing diketahui memiliki kandungan N yang mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti tunas.Nitrogen sangat penting bagi pertumbuhan tanaman yaitu untuk pembentukan dan pembelahan sel baik dalam daun, batang, dan akar. Pemberian kascing mampu menambah unsur hara dalam tanah, sehingga pertumbuhan tanaman meningkat karena fotosintesis meningkat dengan tersedianya unsur hara.

Kascing mampu meningkatkan ketersediaan hara tanah disekitarnya serta adanya zat pengatur tumbuh seperti auksin, memacu pembentukan daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lingga dan Marsono (2001) peran utama N adalah mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman seperti tinggi tanaman, besar batang, dan pembentukan daun. Nitrogen (N) bermanfaat bagi pembentukan

klorofil yang sangat penting untuk proses fotosintesis sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Hasil penelitian diperoleh bahwa pada dosis kascing 600 g (K3) memperoleh panjang tunas yang lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya. Hal ini diduga dengan dosis kascing tersebut mendorong pertumbuhan tanaman lebih aktif, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya simpan air, pertukaran udara (aerasi) dan drainase tanah. Unsur nitrogen pada kascing yang diserap tanaman berfungsi merangsang pertumbuhan keseluruhan bagian tanaman terutama batang dan daun. Hal ini sesuai dengan pernyataanTriastuti (2006) yang menyatakan unsur hara yang tersedia pada kascing akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti pertumbuhan tajuk dan akar tanaman. Akar merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman yang berperan dalam proses penyerapan unsur hara. Pertumbuhan tajuk tanaman lebih dipacu apabila tersedia unsur hara N yang cukup dan tersedia air.

Dosis kascing 600 g (K3) memperoleh bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan volume akar yang paling tinggi.

Hal ini diduga dengan dosis kascing tersebut dapat memperbaiki kondisi tanah, keadaan tanah yang baik akanmenyebabkan akar tanaman dapatberkembang dengan baik dan mendapatkan unsur hara sehingga memudahkan dalam proses penyerapan nutrisi untuk tanaman, serta meningkatkan pembentukan sel-sel dalam tanaman. Adapun sel penyusun tanaman pada umumnya terdiri dari 70% air dan dengan pengeringan air diperoleh bahan kering berupa zat-zat organik.Hal ini sesuai dengan pernyataanNahampun (2009) menunjukkan perlakuan pupuk

kascing meningkatkan berat basah bagian atas, beratbasah bagian bawah dan berat kering bagian atas tanaman kakao.

Pengaruh Pertumbuhan Setek NilamTerhadap Pemberian IBA dan Kompos Kascing

Pemberian IBA dan kompos kascing berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan bobot basah akar.Bobot basah tajuk dan akar yang tertinggi di peroleh padakonsentrasi IBA 35 ppm (I3) dan dosis kascing 600 g (K3). Hal ini diduga pada konsentrasi IBA 35 ppm mempercepat munculnya akar pada setek nilam, IBA juga merangsang pertumbuhan akar yang lebih lebat dan sehat. Selain itu, akibat pemberian kompos kascing yang mengandung N, P dan K yang dapat menyuplai kebutuhan hara tanamansehingga pertumbuhan tanaman akan semakin baik, dengan dosis kascing 600g memberikan nutrisi yang optimal untuk tanaman, selain itu kascing yang di berikan pada media tanam meningkatkan daya simpan air, dimana dapat memenuhi kebutuhan air pada tanaman. Pertumbuhan suatu tanaman akan terus berlangsung jika tersedia makanan, hal ini didasari dengan baik nya kondisi akar tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataanRizqiani (2007) yang menyatakan bahwa tanaman yang kekurangan nitrogen akan mengalami pertumbuhan akar yang terbatas berbeda dengan tanaman yang mendapat nitrogen yang cukup akan mengalami pertumbuhan akar yang baik. Keadaan ini akan menguntungkan tanaman karena dengan semakin besarnya volume akar yang dimiliki tanaman maka jangkauan akarjuga semakin luas, sehingga mengakibatkan pengambilan unsur hara dan air oleh tanaman dapat lebih banya.

Unsur hara dan air oleh tanaman dapat lebih banyak. Unsur hara dan air dimanfaatkan tanaman sebagai substrat fotosintesis tanaman dan hasil fotosintesis

Dokumen terkait