• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil

Persentase Parasitasi

Hasil uji beda rataan lama inokulasi dan jumlah lubang terhadap persentase parasitasi Cotesia flavipes pada larva Chilo sacchariphagus disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.Pengaruh jumlah lubang terhadap persentase parasitasi C. flavipes

Perlakuan Rataan

A0 (1 lubang d = 10 cm) 33,68 a A1 (1 lubang d = 2,5 cm) 7,38 d A2 (4 lubang d = 2,5 cm) 13,30 c A3(7 lubang d = 2,5 cm) 20,71 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase parasitasi tertinggi terdapat pada perlakuan A0 (satu lubang d=10cm) sebesar 33,68% sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan A1 (satu lubang d = 2,5cm) sebesar 7,38%. Hal itu di karenakan suhu di dalam wadah mempengaruhi kelembaban wadah, tinggi rendahnya suhu akan mengakibatkan tingkat kelembaban yang berbeda dan berakibat pada tingginya rendahnya presentase parasitasi, semakin besar lubang pada wadah maka semakin tinggi persentase parasitasi dan semakin sedikit lubang pada wadah maka semakin rendah persentase parasitasi. Hal itu bergantung pada suhu dan kelembaban yang di dapat pada setiap wadah, sesuai dengan literature Hance (2007) yang menyatakan bahwa Suhu merupakan faktor abiotik utama yang mengatur dinamika populasi serangga, tingkat perkembangan, dan kejadian musiman.

Perubahan suhu akan menghadirkan tantangan untuk spesies parasitoid dan dampak penting diharapkan dalam interaksi trofik.

Selain suhu dalam wadah, faktor lain yang mempengaruhi presentase parasitasi yaitu jamur Beuveria besiana yang diduga berasaldari larva C.

sacchariphagus yang telah terinfeksi di lapangan, jamur tersebut tidak dapat

memproduksi makanannya sendiri, sehingga bersifat parasit terhadap serangga inangnya.Perubahan morfologi pada larva C. sacchariphagusyangterinfeksi B.

bassiana mengakibatkan larva kaku, gerakan lambat kemudian mengeras, lalu mati,

pada tubuh larva muncul miseliumberwarna putih.Hal ini sesuai dengan Wahyudi (2002) yang menyatakan bahwa toksin yang dihasilkan B. bassiana diantaranya beauverizin yangdapat menghancurkan lapisan lemak dan meningkatkan permeabilitas sel yang dapat menghancurkan ion spesifik sehingga dapat menyebabkan terjadinya transport ion yang abnormal kemudian merusak fungsi sel atau organel sel larva. Pada permukaan tubuh serangga yang telah mati dan menjadi mumi muncul miselium yang berwarna putih, mula-mula hifa muncul pada permukaan tubuh yang lunak atau pada antar segmen.Hal lain dinyatakan oleh Putri et al, (2015) yang menyatakan bahwa jamur B. Bassianamenghasilkan racun (toksik)

yang dapat mengakibatkan paralisis secara agresif pada larva dan imago serangga.

Beberapa jenis racun yang telah berhasil di isolasi dari B. bassiana antara lain baeuvericine, beauverolide, isorolide, dan zat warna serta asam oksalat.

Tabel 2.Pengaruh waktu inokulasi terhadap persentase parasitasi C. flavipes

Perlakuan Rataan

B1 (10 menit) 24,14 a

B2 (20 menit) 16,35 b

B3 (30 menit) 15,81 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Perlakuan lama inokulasi terhadap persentase parasitasi tertinggi terdapat pada perlakuan B1 (10 menit) sebesar 24,14% sedangkan inokulasi terendah terdapat

pada perlakuan B3 (30 menit) sebesar 15,81%. Hal ini disebabkan oleh waktu optimal yang dibutuhkan untuk inokulasi adalah 12 detik/larva.Semakin cepat waktu inokulasi maka semakin besar keberhasilan parasitasi.Hasilpenelitian Sagala et al.

(2014) terhadap parasitoid C. flavipespada larvaChillo sacharipagusmenyatakan bahwa standard waktu yang optimal untuk inokulasi adalah 12 detik/larva dimana semakin lama waktu inokulasi akan mempengaruhikegagalan parasititasi pada waktu inokulasi larvaChillo sacharipagustidak aktif lagiuntuk memarasit inangnya.

Jumlah Imago

Pada Tabel 3 di bawah ini dapat dilihat bahwa perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan A0 (satu lubang d=10cm) sebesar 423,89 ekor dan terendah A1 (satu lubang d = 2,5cm) sebesar 102,89 ekor. Hal ini di sebabkan bahwa perlakuan A0 sebagai perlakuan terbaik dengan suhu 25,4° C. Suhu dalam wadah dapat mempengaruhi jumlah kokon C. flavipes, dimana kokon C. flavipes akan menjadi imago C. flavipes. Hal itu sesuai dengan literatur Smith Jr (1993) menyatakan bahwa Siklus hidup C. flavipes berlangsung sekitar 22 hari, dan sekitar 40 parasitoid berkembang di masing-masing larva inang. Hasil pengembangan melalui tiga instar larva di tubuh inang, dan kemudian muncul dari larva inang dengan menggigit melalui integumen. Periode telur - larva berlangsung sekitar 14 hari pada suhu 25°C.Setelah kemunculannya dari inang, larva instar terakhir berputar dan kemudian menjadi cocon.Pupasi memakan waktu sekitar enam hari pada suhu 25 ° C, setelah itu imago C. flavipes muncul.

Hasil uji beda rataan lama inokulasi dan jumlah lubang terhadap jumlah imago Cotesia flavipes disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh jumlah lubang terhadap jumlah imago C. flavipes

Perlakuan Rataan

A0 (1 lubang d = 10cm) 423,89 a

A1 (1 lubang d = 2,5cm) 102,89 d

A2 (4 lubang d = 2,5 cm) 182,22 c

A3 (7 lubang d = 2,5 cm) 281,11 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Tabel 4. Pengaruh waktu inokulasi terhadap jumlah imago C. flavipes

Perlakuan Rataan

B1 (10 menit) 319,92 a

B2 (20 menit) 207,25 c

B3 (30 menit) 215,42 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan lama inokulasi tertinggi terdapat pada perlakuan B1 (10 menit) sebesar 319,92 ekor dan terendah terdapat pada perlakuan B2 (20 menit) sebesar 207,25 ekor. Hal itu disebabkan oleh besar kecilnya kokon yang mempengaruhi jumlah imago C. flavipes. Semakin besar kokon maka semakin banyak C. flavipes yang muncul dan semakin kecil kokon maka semakin sedikit jumlah imago C. flavipes yang muncul.Hal itu terjadi karena adanya persaingan makanan antara larvaC. flavipes didalam tubuh inangnya sehingga akan mempengaruhi keberhasilan C. flavipes menjadi imago. Sesuai dengan penelitian Pratiwi (2003) yang menyatakan bahwa pada saat pengamatan tampak parasitoid menusukkan ovipositornya pada setiap larva inang, tidak semua telur di jumpai di dalam tubuh inang.Hal ini di karenakan parasitoid melakukan pelukaan untuk menghisap cairan tubuh inangnya, dan hasil pelukaan tersebut sebagai tambahan nutrisi bagi imago.

Nisbah Kelamin

Hasil uji beda rataan lama inokulasi dan jumlah lubang terhadap nisbah kelamin C. flavipes disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5.Pengaruh jumlah lubang terhadap nisbah kelamin C. flavipes

Jenis Kelamin Perlakuan Rataan

Jantan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama berarti berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Hasil Pengamatan (Tabel 5)menunjukkan bahwanisbah kelamin jantan tertinggi terdapat pada perlakuan A0 (satu lubang d=10cm) sebesar 207,78 ekor dan terendah A1 (satu lubang d = 2,5cm) sebesar 48,89 ekor. Sedangkan jumlah nisbah kelamin betina tertinggi terdapat pada perlakuan A0 (satu lubangd=10cm) sebesar 219,44 ekor dan terendah A1 (satu lubang d = 2,5cm) sebesar 54,00 ekor.Nisbah kelamin betina lebih banyak dibandingkan dengan nisbah kelamin jantan, hal ini disebabkan oleh adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi nisbah kelamin C.

flavipes yaitu pengaruh faktor suhu. Semakin kecil jumlah dan diameter lubang

maka akan semakin rendah suhu didalam toples. Parasitoid betina mampu beradaptasi baik pada suhu rendah maupun tinggi, sedangkan parasitoid jantan rentan terhadap suhu rendah dan suhu tinggi.Hal ini sesuai dengan pengamatan Budianto et al. (2014) bahwa suhu sangat mempengaruhi ketahanan parasitoid pada saat fase larva, karena terdapat ketahanan yang berbeda antara parasitoid jantan dan betina.Parasitoid jantan lebih rentan terhadap suhu ekstrim rendah maupun tinggi

dimana pada saat fase kokon suhu rata-rata di dalam laboratorium sekitar 28,92o

Tabel 6.Pengaruh waktu inokulasi terhadap nisbah kelamin C. flavipes

C sehingga kemunculan imago parasitoid jantan menjadi lebih lama.

Jenis Kelamin Perlakuan Rataan

Jantan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Pada Tabel 6menunjukkan bahwanisbah kelamin jantan tertinggi terdapat pada perlakuan B1 (10 menit) sebesar 154,42ekor dan terendah B2 (20 menit) sebesar 99,75 ekor. Sedangkan jumlah nisbah kelamin betina tertinggi terdapat pada perlakuan B1 (10 menit) sebesar 168,00ekor dan terendah B2 (20 menit) sebesar 107,50 ekor.Hal itu dikarenakan pada saat inokulasi tidak semua parasitoid C.

flavipes meletakkan telur pada inangnya. Hal ini sesuai dengan literatur Lv et al.

(2011) menyatakan bahwa larva yang terparasit C. flavipes yang telah berkopulasi akan menghasilkan berbagai kelamin jantan dan betina, dan apabila larva diparasit oleh parasitoid betina yang tidak berkopulasi akan menghasilkan keturunan jantan saja.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Persentase parasitasi tertinggi (33.68%) pada perlakuan satu lubang d=10cmdan terendah (7.38%) satu lubang d=2,5cm, Persentase parasitasi terhadap perlakuan lama inokulasi tertinggi (24.14%) pada perlakuan 10 menit. Sedangkan inokulasi terendah (15.81%) pada perlakuan 30 menit.

2. Jumlah imago tertinggi (423.89 ekor) pada perlakuan satu lubang d=10cm dan terendah (102.89 ekor) pada perlakuan satu lubang d=2,5cm. Jumlah imago pada perlakuan lama inokulasi tertinggi (319.92 ekor)pada perlakuan 10 menit sedangkan inokulasi terendah (207.25 ekor) pada perlakuan 20 menit.

3. Nisbah kelamin jantan tertinggi (207.78 ekor)pada perlakuan satu lubang d=10cm dan terendah (48.89 ekor)pada perlakuan satu lubang d=2,5cm. Nisbah kelamin betina tertinggi (219.44 ekor) pada perlakuan satu lubang d=10cm dan terendah (54.00 ekor)pada perlakuan satu lubang d=2,5cm. Lama inokulasi untuk Nisbah kelamin jantan tertinggi (154,42 ekor) pada perlakuan 10 menit dan terendah (99,75 ekor) pada perlakuan20 menit. Nisbah kelamin betina tertinggi (168,00 ekor) pada perlakuan 10 menit dan terendah (107,50 ekor)pada perlakuan 20 menit.

Saran

Perbanyakan C. flavipes sebaiknya dilakukan pada wadah 1 lubang dengan diameter 10 cm dan lama inokulasi 10 menit.

Dokumen terkait