• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OLEH: DESSY HARDIYANTI HAMA PENYAKIT TANAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI OLEH: DESSY HARDIYANTI HAMA PENYAKIT TANAMAN"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAMA INOKULASI DAN JUMLAH LUBANG WADAH UNTUK PERBANYAKAN Cotesia flavipes(Hymenoptera; Branconidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH:

DESSY HARDIYANTI 130301114

HAMA PENYAKIT TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

(2)

PENGARUH LAMA INOKULASI DAN JUMLAH LUBANG WADAH UNTUK PERBANYAKAN Cotesia flavipes(Hymenoptera; Branconidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH:

DESSY HARDIYANTI 130301114

HAMA PENYAKIT TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Agroteknologi, FakultasPertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

(3)

Judul : Pengaruh Lama Inokulasi danJumlahLubangpadaWadah untuk Perbanyakan Cotesia flavipes (Hymenoptera; Branconidae) di Laboratorium

Nama :DessyHardiyanti Nim : 130301114 Prodi : Agroteknologi

Minat : Hama dan Penyakit Tanaman

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing :

(Prof. Dr. Dra. MaryaniCyccuTobing, MS) (Ir. Lahmuddin Lubis, MP Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

)

Mengetahui

Ketua Program Studi (Dr, Ir. Sarifuddin, MS)

(4)

ABSTRACT

This research was aimed to study the number of container holes and the inoculation period of C. flavipes. Research was conducted in sugarcane laboratorium of research and development Sei Semayang Binjai, North Sumatera from November 2017 to January 2018. A complete randomized design withtwo factors and three replication were used. The first factor was the number of holes found in container (1 hole d=10cm, 1 hole d=2,5cm, 4 hole d=2,5cm, 7 hole d=2,5cmand second factor was inculation period(10, 20, dan 30minute). Result showed that the number of holes found in each container and the inoculation period was significantly affecting the parasitation period, parasitation presence. Number of imago and sex ratio of C.

flavipes.The highest percentage on the number of container holeA0 (1 hole d=10cm)was(33.68%)while the lowestA1 (one hole d=2,5cm)was(7.38%). In terms of innoculation period, the highest parasitation percentage B1 (10 minute) was(24.14%)and the lowestB3 (30 minute) was (15.81%). The highest number of imago based on inoculation treatment B1 (10 minute) was at(319.92 C.

flavipes).While the lowest B2 (20 minute) was(207.25 C. flavipes). The highest male sex ratio was found in A0 (1hole d=10cm)was(207.78 C. flavipes)and the lowest A1(1 hole d=2,5cm)was(48.89 C. flavipes). The highest female sex ratio was found in A0 (1 hole d=10cm)was(219.44 C. flavipes)and the lowest A1 (1 hole d=2,5cm)was(54.00 C. flavipes). The highest inoculation period B1 (10 minute) was found at(168.00 C. flavipes)while the lowest inoculation B2 (20 minute) was at(107.5 C. flavipes).

Keyword : inoculation period, number of containerhole, Cotesia flavipes, Chillo sacchariphagus

(5)

ABSTRACT

Penelitianinibertujuanuntukmendapatkanjumlah lubang wadah dan lama inokulasi yang sesuaiuntukperbanyakanCotesia flavipesdi laboratorium.Penelitian dilakukan di LaboratoriumRisetdanPengembanganTebuSeiSemayangBinjai, Medan, Sumatera Utara mulaibulanNovemberhinggaJanuari 2018.Penelitianinimenggunakanrancanganacaklengkapdenganduafaktordantigaulang an.Faktorpertamayaitu jumlah lubang wadah (1 lubang d=10, 1 lubang d=2,5, 4 lubang d=2,5, 7 lubang d=2,5 dan faktor kedua yaitu lama inokulasi (10, 20, dan 30menit). Hasilpenelitianmenunjukkanbahwajumlah lubang wadah dan lama inokulasiberpengaruhnyatapadapersentaseparasititasi,jumlahimago dan nisbah kelaminC. flavipes.PersentaseparasititasitertinggiA0 (satu lubang d=10cm)yaitusebesar(33.68%)dan terendah A1 (satu lubang d=2,5cm)yaitusebesar(7.38%), Persentaseparasitasiterhadapperlakuan lama inokulasitertinggiterdapatpadaperlakuan B1 (10 menit) yaitusebesar(24.14%)Sedangkaninokulasiterendahterdapatpadaperlakuan B3 (30

menit) yaitusebesar (15.81%).Jumlah imago tertinggi terdapat pada perlakuan A0 (satu lubang d=10cm)yaitusebesar(423.89 ekor) dan terendah A1 (satu lubang d=2,5cm)yaitusebesar(102.89 ekor).Jumlah imago padaperlakuan lama inokulasitertinggiterdapatpadaperlakuan B1 (10 menit) yaitusebesar(319.92 ekor).Sedangkaninokulasiterendahterdapatpadaperlakuan B2 (20 menit) yaitusebesar(207.25 ekor).Nisbahkelaminjantantertinggi terdapat pada perlakuan A0 (satu lubang d=10cm)yaitusebesar(207.78 ekor) dan terendah A1 (satu lubang d=2,5cm)yaitusebesar(48.89 ekor). Nisbahkelaminbetinatertinggi terdapat pada perlakuan A0 (satu lubang d=10cm)yaitusebesar(219.44 ekor) dan terendah A1 (satu

lubang d=2,5cm)yaitusebesar(54.00 ekor). Lama inokulasitertinggiterdapatpadaperlakuan B1 (10 menit) yaitusebesar(168.00

ekor).Sedangkaninokulasiterendahterdapatpadaperlakuan B2 (20 menit) yaitusebesar(107.5 ekor).

Kata Kunci :lama inokulasi, jumlah lubang wadah, Cotesia flavipes, Chilo sacchariphagus

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Medan Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 12Desember 1995 dari pasangan Bapak Baharuddin dan Ibunda Tetty Aryanti dan merupakan anak pertama dari duabersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Al- Washliyah 30 Medan pada tahun 2007, SMP Negeri 11 Medan tahun 2010, SMA Dharmawangsa Medan tahun 2013 dan di tahun yang samaditerima di Program Studi AgroteknologiFakultasPertanianUniversitas Sumatera Utara (USU) melaluijalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan dengan minat studi Hama danPenyakit Tanaman.

Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN 3 Sei Daun.Semasa kuliah, penulis aktif di organisasi yaitu KOPHI SUMUT.

(7)

KATA PENGANTAR

Pujidansyukurpenulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Adapunjuduldariusulanpenelitianiniadalah “Pengaruh Lama Inokulasi dan JumlahLubang Wadah untuk Perbanyakan Cotesia flavipes(Hymenoptera;

Branconidae) di Laboratorium” yang

merupakansalahsatusyaratuntukmendapatkangelarsarjana Program StudiAgroekoteknologiFakultasPertanianUniversitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dr. Maryani Cyccu Tobing, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing danIr.

Lahmuddin Lubis, MP sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan saran dalam penyelesaian skripsi ini dan juga kepada Pimpinan Risbang Tebu Sei-Semayang beserta staf yang telah memberikan tempat dan fasilitas selama penelitian berlangsung.

Penulismenyadaribahwaskripsiinimasihjauhdarisempurna.Olehkarenaitu, penulismengharapkankritikdan saran daripembaca yang bersifatmembangun demi kesempurnaanskripsiini.

Akhir kata penulismengucapkanterimakasihdansemogaskripsiinibermanfaatbagikitasemua.

Medan, September 2018

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN LatarBelakang ... 1

TujuanPenelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

KegunaanPenelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA BiologiPenggerekBatangTebuBergaris (C. sacchariphagus B.)……. 4

Gejala Serangan ... 6

Pengendalian ... 8

Biologi (Cotesiaflavipes(Cam.) ... 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Percobaan ... 11

Persiapan Penelitian ... 13

Penyediaan Wadah Plastik ... 13

Pengambilan Sampel Penyediaan Sogolan ... 13

Penyediaan Stater Parasitoid ... 14

Pelaksanaan Penelitian ... 14

Penginokulasian ... 14

Pengukuran Suhu dan Kelembaban Pemeliharaan Larva ... 14

Peubah Amatan ... 15

Persentase Parasitasi ... 15

Persentase imago C. flavipes yang muncul ... 15

Nisbah Kelamin ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Parasitasi ... 16

Persentase imago C. flavipes yang muncul ... 18

Nisbah Kelamin ... 20

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 21 Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1. Pengaruh jumlah lubang terhadap persentase parasitasi C. flavipes ... 16

2. Pengaruh lama inokulasiterhadappersentaseparasitasi C. flavipes ……. 17

3. Pengaruh jumlah lubang terhadap jumlah imago C. flavipes ... 19

4. Pengaruh waktu inokulasi terhadap jumlah imago C. flavipes ... 19

5. PengaruhjumlahlubangterhadapnisbahkelaminC. flavipes ... 20

6. Pengaruh waktu inokulasi terhadap nisbah kelamin C. flavipes ... 21

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1. TelurC. sacchariphagus ... 4

2. Larva C. sacchariphagus ... 5

3. Pupa C. sacchariphagus ... 5

4. Imago Jantan dan Betina C. sacchariphagus ... 6

5. GejalaseranganC.sacchariphaguspadabatang ... 6

6. GejalaseranganC. sacchariphagus ... 7

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Data PersentaseParasitasiC. flavipes ... 26

2. Data Jumlah Imago C. flavipes ... 28

3. Data Jumlah Imago C. flavipesJantan ... 30

4. Data Jumlah Imago C. flavipesBetina ... 32

5. Data suhudankelembabanudara di Laboratorium ... 34

6. Data suhudankelembabanudaradi dalamwadah 7 lubang(d=2,5 cm) ... 35

7. Data suhudankelembabanudara di dalamwadah4 lubang(d=2,5 cm) ... 36

8. Data suhudankelembabanudara di dalamwadah1 lubang(d=2,5 cm) ... 37

9. Data suhudankelembabanudaradi dalamwadah1lubang (d=10 cm) ... 38

10. FotoPenelitian ... 39

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tebu sebagai penghasil gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia.Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah.Karena merupakan kebutuhan pokok, maka dinamika harga gula berpengaruh langsung terhadap laju inflasi (Deptan, 2010).

Kebutuhan gula di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun dan hingga saat ini belum mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri.Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan produksi gula secara maksimal.Budidaya tanaman tebu merupakan faktor kunci penentu produksi gula harus terus menerus diperbaiki.

Salah satu kendala budidaya tebu adalah adanya serangan berbagai jenis hama yang terjadi sepanjang pertumbuhan tanaman(Simatupang et al.,2015).

Perkembangan tebu di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 2.579.173 ton, pada tahun 2015 produksinya meningkat menjadi 2.623.931 ton, pada tahun 2016 produksi tebu mencapai 2.715.883 ton.PT Perkebunan Nusantara II merupakan salah satu BUMN yang mengusahakan tanaman tebu sejak tahun 1983. Namun beberapa tahun terakhir produksi dan produktivitas gula PTPN II Sumatera Utara mengalami penurunan sejak tahun 1999 mancapai 4,6 ton/ha (Disbun Sumut, 2012).

Permasalahan rendahnya produktivitas tebu maupun rendemen gula dapat dilihat dari sisi on farm. Salah satu diantaranya yakni adanya serangan hama, penggerek batang bergaris Chilo sacchariphagus merupakan salah satu hama penting dan hampir selalu ditemukan di perkebunan tebu khususnya wilayah

(14)

Sumatera Utara. Gejala serangan pada batang tebu ditandai adanya lubang gerek pada permukaan batang. Setiap adanya 1% kerusakan ruas yang diakibatkan penggerek batang bergaris mampu menurunkan 0,5% bobot tebu(Prabowo et al.,2013).

Kerugian gula yang disebabkan oleh hama tebu di Indonesia ditaksir dapat mencapai 75%, beberapa diantaranya yang sering merusak dan menimbulkan kerugian yang cukup besar seperti serangga hama penggerek batang tebu bergaris (Chilosacchariphagus), penggerek batang tebu berkilat (Chilo auricilius), penggerek batang jambon (Sesamia inferens) dan oleh serangan penggerek batang tebu raksasa (P. castaneae) (Febryandi et al.,2015).

Pengendalian C. sacchariphagus yang utama adalah dengan parasitoid larva Cotesia flavipes.Walaupun secara umum mempunyai tingkat parasitasi yang rendah,

parasitoid tersebut mengalami peningkatan dan secara tidak langsung dapat menjadi factor kematian populasi inang. Pada tahun 1996 diamati bahwa 5,4% larva kecil terparasit, 9,4% persentase parasitasi pada larva berukuran sedang dan 19,8% larva yang berukuran besar terparasit oleh C. flavipes (Oktaviana et al.,2013).

Berbagai pengendalian hayati telah dilakukan oleh Risbang PTPN II dengan menggunakan berbagai parasitoid seperti: Tumidiclava sp., S. inferens, Xantocampoplex sp., Trichogramma spp., C. flavipes.Salah satu parasiyoid larva

yang dapat memerasit C. sacchariphagus yaitu C. flavipes, namun belum member hasil yang memuaskan.Khusunya dalam usaha perbanyakan parasitoid C. flavipes di Laboratorium memiliki beberapa hambatan salah satunya yaitu waktu inokulasi.

Informasi waktu inokulasi sangat diperlukan dalam usaha pengendalian hama penggerek batang bergaris di laboratorium.

(15)

Faktor yang mempengaruhi kepadatan populasi parasitoid adalah suhu dan kelembaban. Penelitian terkait suhu dan kelembaban pada parasitoid masih terbatas, sehingga saya merasa tertarik untuk meneliti jumlah lubang pada wadah untuk perbanyakan C.flavipes di laboratorium

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh lama inokulasi dan

jumlah lubang pada wadah untuk perbanyakan C. flavipesCam (Hymenoptera : Branconidae) di Laboratorium.

Kegunaan Penelitian

Penelitian berguna untuk memberikan informasi tentang pengaruh lama inokulasi dan jumlah lubang pada wadah untuk perbanyakan C. flavipes di Laboratorium, serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hipotesis

- Lama inokulasi dan jumlah lubang terbanyakdapat meningkatkan jumlah imagoC. flavipesCam.

- Interaksi antara lama inokulasi dan jumlah lubang dapat meningkatkan jumlah imagoC. flavipesCam.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Hama Penggerek Batang Tebu Bergaris (C. sacchariphagus B.)

Imago betina meletakkan telur secara berkelompok, dua atau tiga baris secara parallel pada permukaan daun yang hijau.Telur yang baru menetas berbentuk oval, datar, kilat dan berwarna putih dengan dikelilingi warna hitam sebelum menetas.

Telur mempunyai ukuran panjang 0,75-1,25 mm dan rata-rata 0,95 mm. Periode inkubasi antara 5-6 hari dengan rata-rata 5,13 hari (Yalawar et al., 2010).

Gambar 1. Telur C. Sacchariphagus (Oktaviana, 2012)

Larva menjelang jadi pupa akan keluar dari liang gerekan dan memilih bagian tanaman yang agak kering kemudian setelah 10-18 jam pupa terbentuk.

Garis-garis segmen akan semakin jelas dan setelah 1-2 hari warna pupa berubah dari cokelat menjadi cokelat tua (Gambar 3). Pupa terletak di dekat lubang atau pintu kelur pada tebu bekas gerekan.Masa pupa 6-7 hari (Achadian et al., 2011).

Periode larva berlangsung selama 35-45 hari. Larva instar 1 dan 2 lebih menyukai jaringan pelepah daun selama 7-8 hari dan menjelang instar 3 akan turun dari pelepah dan mulai meggerek batang. Larva mengganti kutikula sebanyak 5 kali dan memiliki 6 instar.Larva berwarna kekuningan dan bergaris hitam. Panjang larva disetiap instar (I sampai IV) kira-kira instar I dengan panjang 7,81mm, instar II dengan panjang 13,1mm, instar III dengan panjang 18,28mm, instar IV dengan panjang 23,28mm, instar V dengan panjang 28,29mm dan instar VI dengan panjang

(17)

32,86mm. Larva ini sangat aktif bergerak dan mengakibatkan kerusakan semakin besar (Capinera, 2009).

Gambar 2. Larva C. Sacchariphagus (Oktaviana, 2012)

Pupa penggerek batang berwarna coklat kehitaman, masa pupa bekisar 8-10 hari.Pupa dalam kokon, umumnya berada dalam pangkal batang beberapa cm di atas

permukaan tanah.Pupa betina biasanya lebih besar dari pupa jantan (Diperta Jabar, 2009).

Gambar 3. Pupa C. Sacchariphagus (Oktaviana, 2012)

Ngengat berwarna kekuningan atau kuning kecokelatan.Ngengat memiliki oseli yang tereduksi. Sayap depan memiliki panjang 12-18 mm dan lebar 4,5-6 mm.

ukuran tubuh dan abdomen ngengat betina lebih besar daripada ngengat jantan.

Ngengat mempunyai sayap dan dada berwarna kecoklatan. Betina dewasa dan jantan memiliki masa 4-9 hari dengan rata-rata 6,37 dan 7,22 hari. Jumlah maksimum telur yang diletakkan oleh betina adalah 400. Siklus hidup total dari ngengat sekitar 43-64 hari dengan rata-rata 53,5 hari(Prabowo et al., 2013).

(18)

Gambar 4. Imago Jantan dan BetinaC. Sacchariphagus (Oktaviana, 2012)

Gejala Serangan

Hama C. sacchariphagus pada tanaman tebu yang terserang penggerek batang ditandai adanya bercak putih yang cenderung lebar dan memanjang (tidak beraturan) pada daun bekas gerekan dan biasanya bercak ini tidak menembus kulit luar daun.Setelah menggerek daun, larva masuk ke batang tebu melalui pelepah yang ditandai adanya lubang gerek dipermukaan batang dan jika dibelah terlihat lorong gerek yang memanjang. Jika gerekan kena pada titik tumbuh, daun muda akan kering dan mati. Dalam satu ruas tebu biasanya terdapat satu atau lebih larva.Serangan hama ini pada tanaman tebu yang telah beruas menyebabkan kerusakan ruas, pertumbuhan terhambat, batang mudah patah, dan dapat juga menyebabkan kematian batang bila titik tumbuh batang terserang. Pada tebu yang telah beruas, sebagian kerugian dapat berupa kerugian total dari batang-batang mati atau busuk yang tidak dapat digiling (Wibowo dan Zahro, 2013).

Gambar 5.Gejala serangan Chilo sacchariphagus (Oktaviana, 2012)

(19)

Gejala yang ditimbulkan pada tanaman muda yaitu matinya anakansedangkan pada tanaman tua yaitu adanya lubang gerekan yang apabila dibelahterdapat lubang gerek yang tidak beraturan (Gambar 5). Instar yang baru menetas dapat hidup pada daun muda yang masih menggulung (Gambar 5), makan pada daun tersebut dan menimbulkan bercak-bercak transparan memanjang tidak beraturan di daun (Rachmawati,2016).

Gejala serangan pada batang tebu ditandai adanya lubang gerek pada permukaan batang. Apabila ruas-ruas batang tersebut dibelah membujur maka akan terlihat lorong-lorong gerekan yang memanjang. Gerekan ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering.Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari satu larva penggerek (Deptan, 2013).

Gambar 6. Gejala serangan C. Sacchariphagus (Oktaviana, 2012)

Pengendalian

Pengendalian hama penggerek batang tebu dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : 1) Kultur teknis yaitu sanitasi lahan, penanaman dengan system hamparan, 2) Memotong bagian tanaman yang terserang dan membakarnya, 3) Secara mekanis yaitu pengutipan larva –larva di lapangan, 4) Secara hayati yaitu dengan memanfaatkan musuh alami berupa pelepasan parasitoid telur Trichogramma spp., dan parasitoid larva Diatraeophaga striatalis dan 5) Secara

(20)

kimiawi yaitu dengan pemakaian insektisida yaitu Agrothion 50 EC (3 1/ha), Azodrin 15 WSC (5 1/ha) (Yulianto dan Yuniarti, 2013).

Pengendalian C. sacchariphagus yang utama adalah dengan parasitoid larva C. flavipes.Walaupun secara umum mempunyai tingkat parasitasi yang rendah,

parasitoid tersebut mengalami peningkatan dan secara tidak langsung dapat menjadi factor kematian populasi inang. Pada tahun 1996 diamati bahwa 5,4% larva kecil terparasit, 9,4% persentase parasitasi pada larva berukuran sedang dan 19,8% larva yang berukuran besar terparasit oleh C.flavipes (Ganeshan dan Rajablee, 1997).

Biologi C.flavipes Cam.

Klasifikasi dan Parasitoid C.flavipes Cam.Kingdom :Animalia, Kelas :

Insecta, Ordo : Hymenoptera, Famili : Braconidae, Genus : Costesia, Spesies :Costesia flavipes Cam.

C. flavipesadalah parasitoid hitam.Kaki dan antenna pendek berwarna merah

kecuali untuk bagian basal kaki belakang berwarna kecoklatan.Antena parasitoid jantan lebih panjang dibandingkan betina.Tegulae, stigma dan vena sayap coklat kemerahan.Segmen abdomen pertama melebar dibelakang.Ovipositor pada parasitoid betina pendek.Parasitoid betina dapat meletakkan telur hingga 20 butir dalam tubuh inang.Imago parasitoid dapat hidup 5-7 hari (Pinheiro et al., 2010).

Seekor C.flavipes Cam betina dapat meletakkan telur rata-rata 30-60 butir perinang.Jumlah telur C.flavipes Cam. Sekitar 150-200 butir telur yang dapat di letakkan dan jumlah keturunan yang dapat diletakkan pada inang kurang lebih 150 telur. Telur menetas dalam waktu 3-4 hari dalam tubuh inang (Potting, 1997).

Larva parasitoid akan berkembang dengan mengambil nutrisi dari tubuh inangnya sehingga inang yang terparasit C. flavipes akan mati setelah larva

(21)

parasitoid keluar (Peinhero et al., 2010). parasitoid betina dalam meletakkan telur pada permukaan kutikula inang. Larva yang keluar dari telur menghisap cairan tubuh inangnya dan menyelesaikan perkembangannya dapat di luar tubuh inang (ektoprasitoid) dan sebagian besar dari dalam tubuh inang (endoparasitoid) (Oktaviana et al.,2013).

Lama siklus hidup C. flavipes adalah sekitar 20 hari. Ini merujuk dengan lamanya stadia larva (17 dibanding 21 hari), yang mungkin juga mempengaruhi persaingan makanan larva.Setelah 12-16 hari C. flavipes keluar dari inang dan membentuk pupa berwarna putih.C. flavipes dewasa dapat bertahan hidup 1 sampai 3 hari tanpa makanan, tetapi C. flavipes dapat hidup sampai 6 hari bila diberi pakan madu (Muirhead et al., 2010).

Jenis kelamin parasitoid sangat ditentukan oleh ada tidaknya pembuahan telur oleh sperma sebelum imago betina meletakkan telurnya pada inang. Parasitoid Hymenoptera yang meletakkan telurnya sebelum kawin akan menghasilkan telur- telur jantan. Nisbah kelamin dipengaruhi oleh suhu. Ketahanan parasitoid jantan dan betina berbeda terhadap suhu dingin. Larva, prapupa, pupa, imago betina diduga mempunyai ketahanan lebih rendah disbanding dengan jantan sehingga kemunculan dari telur inang terhambat.Hal ini terlihat dari nisbah kelamin betina; jantan dan presentase betina yang rendah setelah mendapat perlakuan suhu 9ºC (Murtiyarini et al., 2006).

(22)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Pengembangan Tebu PTPN II Sei – Semayang dengan ketinggian tempat ±25 meter dpl, yang akan dilaksanakan dari bulan November 2017 sampai dengan bulan Januari 2018.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu imago C. flavipes, penggerek batang tebu bergaris (C. sacchariphagus), sogolan tebu dan madu dan tissue.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wadah plastik dengan tinggi 7cm dan diameter 14cm, solder, kawat jaring, tabung reaksi, cepuk, kuas, kain hitam, pinset, dan alat pendukung lainnya.

Metode Percobaan

Metode percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor.

Faktor 1 : Jumlah lubang wadah plastikdengan diameter lubang atas 2,5cm dan diameter lubang bawah 6cm pada 3 taraf yaitu:

A0 : 1 lubang (d = 10 cm)

A1 : 1 lubang

A2 : 4 lubang

A3 : 7 lubang

Faktor 2 :Lama inokulasi parasitoid C. flavipesterhadapC. sacchariphagus

B1 : 10 menit

B2 : 20 menit

(23)

B3 : 30 menit kombinasi perlakuan 4 x 3 = 12 A0B1 A1B1 A2B1 A3B1 AOB2 A1B2 A2B2 A3B2 AOB3 A1B3 A2B3 A3B3

Dengan jumlah ulangan yang dihitung dengan rumus (t - 1) (r – 1) ≥ 15

(12 – 1) (r – 1) ≥ 15 11r - 11 ≥ 15 11r ≥26 r ≥ 2,363

Jumlah Ulangan : 3 Jumlah perlakuan kombinasi : 12 Jumlah unit percobaan : 36

Model linier yang digunakan adalah : Yijk= µ + αi + βj + (αβ)ij+ ε

Dimana :

ijk

Yij :Hasil pengamatan pada perlakuan jumlah lubang pada wadah ke-i, perlakuan lama inokulasi ke-j, dan ulangan ke-

µ : rataan atau nilai tengah.

αi : efek perlakuan jumlah lubang pada wadah pada taraf ke i.

βj : efek perlakuan lama inokulasi pada taraf ke j.

αβ(ij) : efek perlakuan jumlah lubang pada wadah pada taraf ke i dengan perlakuan lama inokulasi pada taraf ke j.

(24)

εijk : efek eror dari perlakuan ke i, j, dan ulangan ke k.

Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisa lanjutan dengan Analisa Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) dengan taraf 5%.

Persiapan Penelitian Penyediaan Wadah Plastik

Disediakan wadah plastik dengan tinggi 7cm dan diameter 14cm yang tutupnya diberi lubang dengan menggunakan solder dan menutup lubang tersebut dengan jaring kawat halus agar sirkulasi udara dalam wadah tetap terjaga sehingga larva terpelihara dengan baik. Wadah plastik yang digunakan dengan jumlah lubang yang berbeda sesuai masing-masing perlakuan yaitu: 1, 4, 7, yang dibagian atas wadah berdiameter 2,5cm dan di bagian bawah wadah berdiameter 6cm dan untuk perlakuan kontrol diberi 1 lubang dengan diameter lubang atas 10cm.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel larva penggerek batang bergaris diperoleh dari areal perkebunan tebu PTPN II Sei Semayang dengan cara memotong atau mengerat bagian tebu yang terdapat gerekan larva menggunakan pisau, di pilih larva penggerek batang bergaris instar IV dengan panjang 23,88mm, kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik.

Penyediaan Sogolan

Sogolan tebu diambil dari lapangan kemudian dipotong dengan panjang 3 cm, dan dimasukkan ke dalam wadah plastik disusun secara vertical, sogolan yang dimasukkan kedalam wadah sampai isi wadah dipenuhi oleh sogolan.

(25)

Penyediaan Stater Parasitoid

Kokon C. flavipes dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dibiarkan sampai muncul imago C. flavipes.Kemudian stater dipelihara dengan memberi pakan berupa madu yang telah dicelupkan pada tissue atau kapas dan dimasukkan pada tabung reaksi.

Pelaksanaan Penelitian Penginokulasian

Dimasukkan stater imago C. flavipes dan larva C. sacchariphagus pada wadah kecil dengan menggunakan pinset bambu dan dibiarkan selama 10, 20, dan 30 menit sesuai masing masing perlakuanagar larva terparasit.

Pengukuran Suhu dan Kelembaban

Setelah larva C. sacchariphagus diparasit oleh C. flavipes maka larva tersebut dipindahkan dalam sogolan tebu yang ada di dalam wadah plastik sesuai masing-masing perlakuan dan diberi selotip serta label sebagai penanda perlakuan dan dimasukkan hygrometer untuk menghitung suhu dan kelembaban dalam wadah.

Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan pada pagi, siang dan sore hari.

Pemeliharaan Larva

Setelah dimasukan kedalam wadah plastik, kemudian diletakkan pada rak untuk dilakukan pemeliharaan. Setelah 16-20 hari maka sogolan tebu dibongkar dan diambil seluruh kokon C. flavipes, selanjutnya dimasukkan kedalam tabung reaksi yang ditutup dengan kain hitam, kokon C. flavipes yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi berjumlah satu kokon per satu tabung reaksi. Ditunggu hingga parasitoid muncul.

(26)

Peubah Amatan

1. Persentase parasitasi

Persentase parasitasi C. flavipes pada larva C. sacchariphagus dapat diketahui dengan cara menghitung jumlah larva yang terparasit di bagi dengan jumlah larva seluruhnya di kali 100% atau dengan menggunakan rumus

%Parasitasi = Jumlah larva yang terparasit Jumlah larva seluruhnya

x 100%

2. Persentase imago C. flavipes yang muncul

Jumlah imago yang muncul dihitung dengan cara memelihara kokonC.

flavipes dalam satu kurungan pemeliharaan dengan menjaga kelembaban dan

menyemprotkan air dalam handsprayer serta menjaga dari serangan semut sampai imago C. flavipes yang baru muncul.

3. Nisbah kelamin

Untuk mengetahui nisbah kelamin C. flavipes dilakukan dengan mengamati imago parasitoid yang muncul dari larva C. flavipes dan ditunggu hingga parasitoid tersebut mati. Selanjutnya dilakukan perhitungan imago jantan dan betina C. flavipes dari masing-masing perlakuan

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Persentase Parasitasi

Hasil uji beda rataan lama inokulasi dan jumlah lubang terhadap persentase parasitasi Cotesia flavipes pada larva Chilo sacchariphagus disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.Pengaruh jumlah lubang terhadap persentase parasitasi C. flavipes

Perlakuan Rataan

A0 (1 lubang d = 10 cm) 33,68 a A1 (1 lubang d = 2,5 cm) 7,38 d A2 (4 lubang d = 2,5 cm) 13,30 c A3(7 lubang d = 2,5 cm) 20,71 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase parasitasi tertinggi terdapat pada perlakuan A0 (satu lubang d=10cm) sebesar 33,68% sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan A1 (satu lubang d = 2,5cm) sebesar 7,38%. Hal itu di karenakan suhu di dalam wadah mempengaruhi kelembaban wadah, tinggi rendahnya suhu akan mengakibatkan tingkat kelembaban yang berbeda dan berakibat pada tingginya rendahnya presentase parasitasi, semakin besar lubang pada wadah maka semakin tinggi persentase parasitasi dan semakin sedikit lubang pada wadah maka semakin rendah persentase parasitasi. Hal itu bergantung pada suhu dan kelembaban yang di dapat pada setiap wadah, sesuai dengan literature Hance (2007) yang menyatakan bahwa Suhu merupakan faktor abiotik utama yang mengatur dinamika populasi serangga, tingkat perkembangan, dan kejadian musiman.

Perubahan suhu akan menghadirkan tantangan untuk spesies parasitoid dan dampak penting diharapkan dalam interaksi trofik.

(28)

Selain suhu dalam wadah, faktor lain yang mempengaruhi presentase parasitasi yaitu jamur Beuveria besiana yang diduga berasaldari larva C.

sacchariphagus yang telah terinfeksi di lapangan, jamur tersebut tidak dapat

memproduksi makanannya sendiri, sehingga bersifat parasit terhadap serangga inangnya.Perubahan morfologi pada larva C. sacchariphagusyangterinfeksi B.

bassiana mengakibatkan larva kaku, gerakan lambat kemudian mengeras, lalu mati,

pada tubuh larva muncul miseliumberwarna putih.Hal ini sesuai dengan Wahyudi (2002) yang menyatakan bahwa toksin yang dihasilkan B. bassiana diantaranya beauverizin yangdapat menghancurkan lapisan lemak dan meningkatkan permeabilitas sel yang dapat menghancurkan ion spesifik sehingga dapat menyebabkan terjadinya transport ion yang abnormal kemudian merusak fungsi sel atau organel sel larva. Pada permukaan tubuh serangga yang telah mati dan menjadi mumi muncul miselium yang berwarna putih, mula-mula hifa muncul pada permukaan tubuh yang lunak atau pada antar segmen.Hal lain dinyatakan oleh Putri et al, (2015) yang menyatakan bahwa jamur B. Bassianamenghasilkan racun (toksik)

yang dapat mengakibatkan paralisis secara agresif pada larva dan imago serangga.

Beberapa jenis racun yang telah berhasil di isolasi dari B. bassiana antara lain baeuvericine, beauverolide, isorolide, dan zat warna serta asam oksalat.

Tabel 2.Pengaruh waktu inokulasi terhadap persentase parasitasi C. flavipes

Perlakuan Rataan

B1 (10 menit) 24,14 a

B2 (20 menit) 16,35 b

B3 (30 menit) 15,81 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Perlakuan lama inokulasi terhadap persentase parasitasi tertinggi terdapat pada perlakuan B1 (10 menit) sebesar 24,14% sedangkan inokulasi terendah terdapat

(29)

pada perlakuan B3 (30 menit) sebesar 15,81%. Hal ini disebabkan oleh waktu optimal yang dibutuhkan untuk inokulasi adalah 12 detik/larva.Semakin cepat waktu inokulasi maka semakin besar keberhasilan parasitasi.Hasilpenelitian Sagala et al.

(2014) terhadap parasitoid C. flavipespada larvaChillo sacharipagusmenyatakan bahwa standard waktu yang optimal untuk inokulasi adalah 12 detik/larva dimana semakin lama waktu inokulasi akan mempengaruhikegagalan parasititasi pada waktu inokulasi larvaChillo sacharipagustidak aktif lagiuntuk memarasit inangnya.

Jumlah Imago

Pada Tabel 3 di bawah ini dapat dilihat bahwa perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan A0 (satu lubang d=10cm) sebesar 423,89 ekor dan terendah A1 (satu lubang d = 2,5cm) sebesar 102,89 ekor. Hal ini di sebabkan bahwa perlakuan A0 sebagai perlakuan terbaik dengan suhu 25,4° C. Suhu dalam wadah dapat mempengaruhi jumlah kokon C. flavipes, dimana kokon C. flavipes akan menjadi imago C. flavipes. Hal itu sesuai dengan literatur Smith Jr (1993) menyatakan bahwa Siklus hidup C. flavipes berlangsung sekitar 22 hari, dan sekitar 40 parasitoid berkembang di masing-masing larva inang. Hasil pengembangan melalui tiga instar larva di tubuh inang, dan kemudian muncul dari larva inang dengan menggigit melalui integumen. Periode telur - larva berlangsung sekitar 14 hari pada suhu 25°C.Setelah kemunculannya dari inang, larva instar terakhir berputar dan kemudian menjadi cocon.Pupasi memakan waktu sekitar enam hari pada suhu 25 ° C, setelah itu imago C. flavipes muncul.

Hasil uji beda rataan lama inokulasi dan jumlah lubang terhadap jumlah imago Cotesia flavipes disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh jumlah lubang terhadap jumlah imago C. flavipes

Perlakuan Rataan

(30)

A0 (1 lubang d = 10cm) 423,89 a

A1 (1 lubang d = 2,5cm) 102,89 d

A2 (4 lubang d = 2,5 cm) 182,22 c

A3 (7 lubang d = 2,5 cm) 281,11 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Tabel 4. Pengaruh waktu inokulasi terhadap jumlah imago C. flavipes

Perlakuan Rataan

B1 (10 menit) 319,92 a

B2 (20 menit) 207,25 c

B3 (30 menit) 215,42 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan lama inokulasi tertinggi terdapat pada perlakuan B1 (10 menit) sebesar 319,92 ekor dan terendah terdapat pada perlakuan B2 (20 menit) sebesar 207,25 ekor. Hal itu disebabkan oleh besar kecilnya kokon yang mempengaruhi jumlah imago C. flavipes. Semakin besar kokon maka semakin banyak C. flavipes yang muncul dan semakin kecil kokon maka semakin sedikit jumlah imago C. flavipes yang muncul.Hal itu terjadi karena adanya persaingan makanan antara larvaC. flavipes didalam tubuh inangnya sehingga akan mempengaruhi keberhasilan C. flavipes menjadi imago. Sesuai dengan penelitian Pratiwi (2003) yang menyatakan bahwa pada saat pengamatan tampak parasitoid menusukkan ovipositornya pada setiap larva inang, tidak semua telur di jumpai di dalam tubuh inang.Hal ini di karenakan parasitoid melakukan pelukaan untuk menghisap cairan tubuh inangnya, dan hasil pelukaan tersebut sebagai tambahan nutrisi bagi imago.

Nisbah Kelamin

(31)

Hasil uji beda rataan lama inokulasi dan jumlah lubang terhadap nisbah kelamin C. flavipes disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5.Pengaruh jumlah lubang terhadap nisbah kelamin C. flavipes

Jenis Kelamin Perlakuan Rataan

Jantan

A0 (1 lubang d = 10 cm) 207,78 a

A1 (1 lubang d = 2,5 cm) 48,89 d

A2 (1 lubang d = 2,5 cm) 86,44 c

A3 (7 lubang d = 2,5 cm) 133,56 b

Betina

A0 (1 lubang d = 10 cm) 219,44 a

A1 (1 lubang d = 2,5 cm) 54,00 d

A2 (4 lubang d = 2,5 cm) 95,78 c

A3 (7 lubang d = 2,5 cm) 147,56 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama berarti berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Hasil Pengamatan (Tabel 5)menunjukkan bahwanisbah kelamin jantan tertinggi terdapat pada perlakuan A0 (satu lubang d=10cm) sebesar 207,78 ekor dan terendah A1 (satu lubang d = 2,5cm) sebesar 48,89 ekor. Sedangkan jumlah nisbah kelamin betina tertinggi terdapat pada perlakuan A0 (satu lubangd=10cm) sebesar 219,44 ekor dan terendah A1 (satu lubang d = 2,5cm) sebesar 54,00 ekor.Nisbah kelamin betina lebih banyak dibandingkan dengan nisbah kelamin jantan, hal ini disebabkan oleh adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi nisbah kelamin C.

flavipes yaitu pengaruh faktor suhu. Semakin kecil jumlah dan diameter lubang

maka akan semakin rendah suhu didalam toples. Parasitoid betina mampu beradaptasi baik pada suhu rendah maupun tinggi, sedangkan parasitoid jantan rentan terhadap suhu rendah dan suhu tinggi.Hal ini sesuai dengan pengamatan Budianto et al. (2014) bahwa suhu sangat mempengaruhi ketahanan parasitoid pada saat fase larva, karena terdapat ketahanan yang berbeda antara parasitoid jantan dan betina.Parasitoid jantan lebih rentan terhadap suhu ekstrim rendah maupun tinggi

(32)

dimana pada saat fase kokon suhu rata-rata di dalam laboratorium sekitar 28,92o

Tabel 6.Pengaruh waktu inokulasi terhadap nisbah kelamin C. flavipes

C sehingga kemunculan imago parasitoid jantan menjadi lebih lama.

Jenis Kelamin Perlakuan Rataan

Jantan

B1 (10 menit) 154,42a

B2 (20 menit) 99,75b

B3 (30 menit) 103,33b

Betina

B1 (10 menit) 168,00a

B2 (20 menit) 107,50b

B3 (30 menit) 112,08b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Pada Tabel 6menunjukkan bahwanisbah kelamin jantan tertinggi terdapat pada perlakuan B1 (10 menit) sebesar 154,42ekor dan terendah B2 (20 menit) sebesar 99,75 ekor. Sedangkan jumlah nisbah kelamin betina tertinggi terdapat pada perlakuan B1 (10 menit) sebesar 168,00ekor dan terendah B2 (20 menit) sebesar 107,50 ekor.Hal itu dikarenakan pada saat inokulasi tidak semua parasitoid C.

flavipes meletakkan telur pada inangnya. Hal ini sesuai dengan literatur Lv et al.

(2011) menyatakan bahwa larva yang terparasit C. flavipes yang telah berkopulasi akan menghasilkan berbagai kelamin jantan dan betina, dan apabila larva diparasit oleh parasitoid betina yang tidak berkopulasi akan menghasilkan keturunan jantan saja.

(33)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Persentase parasitasi tertinggi (33.68%) pada perlakuan satu lubang d=10cmdan terendah (7.38%) satu lubang d=2,5cm, Persentase parasitasi terhadap perlakuan lama inokulasi tertinggi (24.14%) pada perlakuan 10 menit. Sedangkan inokulasi terendah (15.81%) pada perlakuan 30 menit.

2. Jumlah imago tertinggi (423.89 ekor) pada perlakuan satu lubang d=10cm dan terendah (102.89 ekor) pada perlakuan satu lubang d=2,5cm. Jumlah imago pada perlakuan lama inokulasi tertinggi (319.92 ekor)pada perlakuan 10 menit sedangkan inokulasi terendah (207.25 ekor) pada perlakuan 20 menit.

3. Nisbah kelamin jantan tertinggi (207.78 ekor)pada perlakuan satu lubang d=10cm dan terendah (48.89 ekor)pada perlakuan satu lubang d=2,5cm. Nisbah kelamin betina tertinggi (219.44 ekor) pada perlakuan satu lubang d=10cm dan terendah (54.00 ekor)pada perlakuan satu lubang d=2,5cm. Lama inokulasi untuk Nisbah kelamin jantan tertinggi (154,42 ekor) pada perlakuan 10 menit dan terendah (99,75 ekor) pada perlakuan20 menit. Nisbah kelamin betina tertinggi (168,00 ekor) pada perlakuan 10 menit dan terendah (107,50 ekor)pada perlakuan 20 menit.

Saran

Perbanyakan C. flavipes sebaiknya dilakukan pada wadah 1 lubang dengan diameter 10 cm dan lama inokulasi 10 menit.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Budianto, S., M. C. Tobing.,dan Hasanuddin.2013. ParasitasiCotesia flavipesCam.

(Hymenoptera: Braconidae) Terhadap Larva Chilo auricilius Dudg.

(Lepidoptera: Crambidae) danChilo sacchariphagusBoj. (Lepidoptera:

Crambidae) di Laboratorium.Jurnal Online Agroekoteknologi. 2(3) :3.

Capinera, J. L. 2009. Life Cycle of Diatraea saccharalis (Fabricus) (Insecta:

Lepidoptera: Pyralidae). Entomology and Nematologi Department.

University of Florida, Florida. Diunduh dari http://entomology.ifas.ufl.edu (12 April 2017).

Deptan. 2010. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tebu Edisi Kedua. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Diperta Jabar. 2009. Ekobiologi penggerek batang padi, Perilaku, Biologi dan Daur Hidup. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Jawa Barat.

Dinas Perkebunan Sumatera Utara.2012. Pedoman Teknik Perluasan Areal Tebu 2013.www.disbun.sumut.go.id [3 Agustus 2017].

Ganeshan, S dan A. Rajabalee. 1997. Parasitoids of the Sugarcane Spotted Borer, Chillo sacchariphagus (Lepidoptera: Crambidae), In Mauritius. Proc. S. Afr.

Sug. Technol. Ass. 71: 87-90.

Ginting, BR. S., M. C. Tobing, danD. Bakti.2015. Uji Waktu Terbaik Cotesia flavipesCam. (Hymenoptera: Braconidae) Terhadap Larva Penggerek Batang Tebu Bergaris Chillo sacchariphagus (Lepidoptera: Crambidae) di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi. 3(1) :4.

Hance, T., Van Baaren J., Vernon, P.,danBoivin, G. 2007.Impact of extreme temperatures on parasitoids in a climate change perspective.Annual Reviews of Entomology 52:107–126.

Lv, J., L. T. Wilson, J.M Beuzeline, W.H. White, T.E Reagan, dan M.O. Way.

2011.Impact of Cotesia flavipes (Hymenoptera: Braconidae) as an augmentative biocontrol agent for the sugarcane borer (Lepidoptera:

Crambidae) on rice. Bio Cont. 150-155.

Maharani, C.,M. C Tobing, dan S. Oemry. 2015. Pengaruh Lama Inokulasi dan Ukuran Larva Chilo sacchariphagusBoj. (Lepidoptera: Crambidae) Untuk Perbanyakan Sturmiopsis inferens Towns. (Diptera: Techinidae)di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi. 4(1) :5.

Muirhead K. A,. N. Sallam dan A. D. Austin. 2010. Karakter Cara Hidup dan Perilaku Pencarian Inang pada Costesia nonagridae(Olliff) (Hymenoptera:

Braconidae), Salah satu Anggota Spesies Parasitoid Penggerek Batang

(35)

Kompleks/ Kelompok Cotesia flavipes yang Baru Dikenali. Austr.J Entomol. (49) hal 56-65.

Murtiyarini, D. U. Buchori,dan Kartosuwondo. 2006. Penyimpanan Suhu Rendah Berbagai Fase Hidup Parasitoid: Pengaruhnya Terhadap Parasitasi dan Kebugaran Trichogrammatoidea armigera nagaraja (Hymenoptera:

Trichogrammatidae) J. Entomol. Indon. 3(2): 71-83.

Oktaviana, S.O., M. C. Tobing, danD. Bakti.2013. Daya Parasitasi Apanteles flavipes Cam. (Hymenoptera: Braconidae) Pada Penggerek Batang Tebu Bergaris (Chilo sacchariphagus Boj.) (Lepidoptera: Pyralidae) Di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi.1 (2) : 3 & 10.

Pinheiro, D. O., G. D. D. Rossi, dan F. L. Consoli. 2010. External Morphology of Cotesia flavipes (Hymenoptera: Braconidae) During Larval Development.

ZOOLOGIA 27 (6); 968-992.

Prabowo H., N Asbani, Supriyadi.2013. Penggerek Batang Bergaris (Chilo sacchariphagus Bojer) Hama Penting Tanaman Tebu.Infotek Perkebunan.

5(5):19.

Potting, R. P. J. 1997. Evolution and applied aspects of the behaverionalecology of the stemborer parasitoid Cotesia flavipes. Insect Sci. Appl. 17(1) : 109-118.

Putri, M. H. O., H. Kasmaran dan Melanie. 2015. Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo, 1912)sebagai Agen Pengendali Hayati Nyamuk Aedes aegypti (Linnaeus, 1762). Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1(6):1472- 1477.

Rachmawati,A.2016.Hama Tanaman Tebu di PT Sumber Sari Petung, Kediri dan Statistik Demografi Saccharicoccussacchari Cockerell (Hemiptera:

Pseudococcidae). Institute Pertanian Bogor. Bogor.

Rossi, G. D. 2014. The Parasitoid, Cotesia flavipes (Cameron) (Hymenoptera:Braconidae), Influences Food Consumption And Utilization By LarvarDiatraea saccharalis (F.) (Lepidoptera:Crambidae). Archives Of Insect Biochemistry Aand Physiology, 87 (2) : 86.

Sagala, T.F., M. C. Tobing., Lisnawita. 2015. Pengaruh Lamanya Inokulasi Parasitoid Sturmiopsis inferens Town (Diptera: Tachinidae) terhadap Jumlah Inang Phragmatocia castaneae Hubner (Lepidoptera: Cossidae) di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi. (3) 1; hal4.

Simatupang, J.,S.Oemry., W. Zahara. 2015. Pengaruh Ukuran Pupa Beberapa Penggerek Batang Tebu terhadap Jumlah PopulasiTetrastichus sp.

(Hymenoptera : Eulophidae) di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi .3 (1) : 3.

(36)

Smith Jr, J. W., R. N. Wiedenmann, danW. A. Overholt. 1993. Parasites of Lepidopteran Stemborers of Tropical gramineous Plants. ICIPE Science Press, Nairobi, Kenya. P 37-44.

Soma, A. G dan S. Ganeshan. 1998. Status of the sugar cane spotted borer, Chilo saccharipagus Boj. (Lepidoptera: Pyrilidae), In Mauritus.Food Food and Agricultural Council.Reduit.

Trisawa I., R. Aunu., dan K. Utomo. 2007. Biology Parasitoid Anastatus dasyni Ferr (Hymenoptera: Eupelmidae) Pada Telur Daynus piperis China (Hemiptera;

Coreidae). Hayati journal of Biosciences 14 (3) : 86-91.

Wahyudi, P. 2002. Uji Patogenitas kapang Entomopatogen Beauveria bassiana Vuiill terhadap Ulat Grayak (Spodoptera Litura). Biosfera 19: 1-5.

Wibowo, E dan E. Zahro. 2013.Serangan Penggerek Batang Tebu Chilo sacchariphagus di Sentra Tebu Jawa Timur.

Yalawar, S. S., S. Pradeep., M. A. A Kumar., V. Hosamani, dan S. Rampure. 2010.

Biology of Sugarcane Intermode Borer, Chillo sacchariphagus indicus (Kapur). J. Agric. Sci. 23(1):140-141.

(37)

Lampiran 1. Data Persentase Parasitasi C. flavipes (%) terhadapC.sacchariphagus (%)

Persentase Parasitasi

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

A0B1 36,60 50,00 43,30 129,90 43,30

A0B2 30,00 33,30 36,60 99,90 33,30

A0B3 23,30 20,00 30,00 73,30 24,43

A1B1 3,30 10,00 10,00 23,30 7,77

A1B2 3,30 3,30 6,60 13,20 4,40

A1B3 6,60 3,30 20,00 29,90 9,97

A2B1 13,30 16,60 30,00 59,90 19,97

A2B2 3,30 6,60 13,30 23,20 7,73

A2B3 13,30 10,00 13,30 36,60 12,20

A3B1 20,00 23,33 33,30 76,63 25,54

A3B2 10,00 13,30 36,60 59,90 19,97

A3B3 16,60 13,30 20,00 49,90 16,63

Total 179,60 203,03 293,00 675,63

Rataan 27,63 31,24 45,08 18,77

Tabel Dwi Kasta Total

Perlakuan B1 B2 B3 TOTAL

A0 129,90 99,90 73,30 303,10

A1 23,30 13,20 29,90 66,40

A2 59,90 23,20 36,60 119,70

A3 76,63 59,90 49,90 186,43

TOTAL 289,73 196,20 189,70 675,63

(38)

Tabel Dwi Kasta Rataan

Perlakuan B1 B2 B3 Rataan

A0 43,30 33,30 24,43 33,68

A1 7,77 4,40 9,97 7,38

A2 19,97 7,73 12,20 13,30

A3 25,54 19,97 16,63 20,71

Rataan 24,14 16,35 15,81 18,77

Daftar Sidik Ragam

SK Db JK KT Fhit F 5% Ket

Perlakuan 11 4404.79 400.44 8.65 2.22 *

A 3 3471.54 1157.18 24.99 3.01 *

B 2 522.11 261.06 5.64 3.40 *

AxB 6 411.14 68.52 1.48 2.51 tn

Galat 24 1111.44 46.31

Total 35 5516.23

KK : 36%

Keterangan : * = Nyata tn = Tidak Nyata

(39)

Lampiran 2. Data Jumlah Imago C. flavipes Jumlah Imago C. flavipes

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

A0B1 437 640 561 1638 546,00

A0B2 358 432 443 1233 411,00

A0B3 297 249 398 944 314,67

A1B1 54 140 133 327 109,00

A1B2 44 59 88 191 63,67

A1B3 86 54 268 408 136,00

A2B1 202 234 364 800 266,67

A2B2 52 84 192 328 109,33

A2B3 204 119 189 512 170,67

A3B1 320 333 421 1074 358,00

A3B2 149 161 425 735 245,00

A3B3 258 195 268 721 240,33

Total 2461 2700 3750 8911

Rataan 378,62 415,38 576,92 247,53

Tabel Dwi Kasta Total

Perlakuan B1 B2 B3 TOTAL

A0 1638 1233 944 3815

A1 327 191 408 926

A2 800 328 512 1640

A3 1074 735 721 2530

TOTAL 3839 2487 2585 8911

Tabel Dwi Kasta Rataan

Perlakuan B1 B2 B3 Rataan

A0 546,00 411,00 314,67 423,89

A1 109,00 63,67 136,00 102,89

A2 266,67 109,33 170,67 182,22

A3 358,00 245,00 240,33 281,11

Rataan 319,92 207,25 215,42 247,53

(40)

Daftar Sidik Ragam

SK Db JK KT Fhit F 5% Ket

Perlakuan 11 670150.97 60922.82 9.35 2.22 * A 3 516746.75 172248.92 26.43 3.01 *

B 2 94722.89 47361.44 7.27 3.40 *

AxB 6 58681.33 9780.22 1.50 2.51 tn

Galat 24 156440.00 6518.33

Total 35 826591

KK : 33%

Keterangan : * = Nyata tn = Tidak Nyata

(41)

Lampiran 3. Data Nisbah Kelamin Jantan

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

A0B1 204 333 271 808 269,33

A0B2 174 215 208 597 199,00

A0B3 147 123 195 465 155,00

A1B1 25 68 64 157 52,33

A1B2 19 28 42 89 29,67

A1B3 37 26 131 194 64,67

A2B1 93 110 174 377 125,67

A2B2 25 38 93 156 52,00

A2B3 99 56 90 245 81,67

A3B1 146 162 203 511 170,33

A3B2 78 78 199 355 118,33

A3B3 125 88 123 336 112,00

Total 1172 1325 1793 4290

Rataan 180,308 203,84615 275,8462 119,167

Tabel Dwi Kasta Total

Perlakuan B1 B2 B3 TOTAL

A0 808 597 465 1870

A1 157 89 194 440

A2 377 156 245 778

A3 511 355 336 1202

TOTAL 1853 1197 1240 4290

Tabel Dwi Kasta Rataan

Perlakuan B1 B2 B3 Rataan

A0 269,33 199,00 155,00 207,78

A1 52,33 29,67 64,67 48,89

A2 125,67 52,00 81,67 86,44

A3 170,33 118,33 112,00 133,56

Rataan 154,42 99,75 103,33 119,17

(42)

Daftar Sidik Ragam

SK Db JK KT Fhit F 5% Ket

Perlakuan 11 162853.67 14804.88 8.96 2.22 *

A 3 126618.11 42206.04 25.53 3.01 *

B 2 22443.17 11221.58 6.79 3.40 *

AxB 6 13792.39 2298.73 1.39 2.51 tn

Galat 24 39671.33 1652.97

Total 35 202525

KK : 34%

Keterangan : * = Nyata tn = Tidak Nyata

(43)

Lampiran 3. Data Nisbah KelaminBetina

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

A0B1 233 337 290 860 286,67

A0B2 184 217 235 636 212,00

A0B3 150 126 203 479 159,67

A1B1 29 72 69 170 56,67

A1B2 25 31 46 102 34,00

A1B3 49 28 137 214 71,33

A2B1 109 124 190 423 141,00

A2B2 27 46 99 172 57,33

A2B3 105 63 99 267 89,00

A3B1 174 171 218 563 187,67

A3B2 71 83 226 380 126,67

A3B3 133 107 145 385 128,33

Total 1289 1405 1957 4651

Rataan 198,308 216,15385 301,0769 129,194

Tabel Dwi Kasta Total

Perlakuan B1 B2 B3 TOTAL

A0 860 636 479 1975

A1 170 102 214 486

A2 423 172 267 862

A3 563 380 385 1328

TOTAL 2016 1290 1345 4651

Tabel Dwi Kasta Rataan

Perlakuan B1 B2 B3 Rataan

A0 286,67 212,00 159,67 219,44

A1 56,67 34,00 71,33 54,00

A2 141,00 57,33 89,00 95,78

A3 187,67 126,67 128,33 147,56

Rataan 168,00 107,50 112,08 129,19

(44)

Daftar Sidik Ragam

SK Db JK KT Fhit F 5% Ket

Perlakuan 11 181794.31 16526.76 9.34 2.22 *

A 3 137277.64 45759.21 25.85 3.01 *

B 2 27231.72 13615.86 7.69 3.40 *

AxB 6 17284.94 2880.82 1.63 2.51 tn

Galat 24 42485.33 1770.22

Total 35 224279.64

KK : 33%

Keterangan : * = Nyata tn = Tidak Nyata

(45)

Lampiran 5. Data suhu dan kelembaban udara harian di Laboratorium Tanggal Suhu (ᵒC) Kelembaban Nisbi (%)

09 November 2017 23.3 81

10 November 2017 25.1 79

11 November 2017 25.4 83

12 November 2017 25.2 80

13 November 2017 25.1 74

14 November 2017 24.3 54

15 November 2017 25.1 73

16 November 2017 25.2 61

17 November 2017 25.4 75

18 November 2017 25.6 79

19 November 2017 25.3 85

20 November 2017 25.4 81

21 November 2017 25.5 74

22 November 2017 25.3 90

23 November 2017 25.7 85

24 November 2017 25.5 77

25 November 2017 25.2 79

26 November 2017 25.1 85

27 November 2017 25.6 92

Rata rata 26,6 78,26

(46)

Lampiran 6. Data suhu dan kelembaban udara harian di dalam wadah 7 lubang (d=2,5 cm)

Tanggal Suhu (ᵒC) Kelembaban Nisbi (%)

09 November 2017 25.1 75

10 November 2017 25.1 74

11 November 2017 25.4 77

12 November 2017 25.3 77

13 November 2017 25.1 71

14 November 2017 24.5 49

15 November 2017 25.1 71

16 November 2017 25.1 58

17 November 2017 25.4 69

18 November 2017 25.9 76

19 November 2017 25.3 80

20 November 2017 25.9 75

22 November 2017 25.8 83

23 November 2017 25.7 80

24 November 2017 25.4 71

25 November 2017 25.8 75

26 November 2017 25.0 77

27 November 2017 25.8 87

Rata rata 25,37 69,7

(47)

Lampiran 7. Data suhu dan kelembaban udara harian di dalam wadah 4 lubang (d=2,5 cm)

Tanggal Suhu (ᵒC) Kelembaban Nisbi (%)

15 November 2017 25.1 66

16 November 2017 25.0 56

17 November 2017 25.2 65

18 November 2017 25.5 75

19 November 2017 25.2 80

20 November 2017 25.5 75

21 November 2017 25.3 78

22 November 2017 25.5 82

23 November 2017 25.7 79

24 November 2017 25.2 71

25 November 2017 25.0 75

26 November 2017 25.0 75

27 November 2017 25.5 87

28 November 2017 25.2 71

29 November 2017 25.1 69

30 November 2017 25.4 59

01 Desember 2018 25.2 74

02 Desember 2018 25.5 89

Rata rata 25,28 73,6

(48)

Lampiran 8. Data suhu dan kelembaban udara harian di dalam wadah 1 lubang (d=2,5 cm)

Tanggal Suhu (ᵒC) Kelembaban Nisbi (%)

18 November 2017 25.2 65

19 November 2017 25.2 55

20 November 2017 24.8 65

21 November 2017 25.0 70

22 November 2017 25.2 72

23 November 2017 24.1 70

24 November 2017 24.4 79

25 November 2017 26.4 65

26 November 2017 25.2 72

27 November 2017 25.5 85

28 November 2017 24.5 60

29 November 2017 24.3 73

30 November 2017 25.1 64

01 Desember 2017 25.1 70

02 Desember 2017 25.5 87

03 Desember 2017 25.0 65

04 Desember 2017 25.2 54

05 Desember 2017 24.5 71

Rata rata 25 68,9

(49)

Lampiran 9. Data suhu dan kelembaban udara harian di dalam wadah 1 lubang (d=10 cm)

Tanggal Suhu (ᵒC) Kelembaban Nisbi (%)

26 Desember 2017 25,3 81

27 Desember 2017 25,1 80

28 Desember 2017 25,4 82

29 Desember 2017 25,6 79

30 Desember 2017 25,3 69

31 Desember 2017 25,1 77

01 Januari 2018 25,4 80

02 Januari 2018 25,6 85

03 Januari 2018 25,7 88

04 Januari 2018 25,6 82

05 Januari 2018 25,1 78

06 Januari 2018 25,2 85

07 Januari 2018 25,5 77

08 Januari 2018 25,8 73

09 Januari 2018 25,6 87

10 Januari 2018 25,4 77

11 Januari 2018 25,3 81

12 Januari 2018 25,9 75

Rata rata 25,4 79,7

(50)

Lampiran 10. Foto Penelitian

Foto bersama dengan dosen pembimbing dan staff PTPN 2 Sei Semayang

Sogolan tebu

(51)

Dikupas sogolan tebu untuk di ambil bagian tengah yang tidak terlalu basah dan kering

Sogolan tebu yang telah di kupas

(52)

Disusun sogolan tebu dalam wadah plastic secara vertical sampai penuh

Penginokulasian parasitoid C. flavipes terhadap larva Chillo Sacchariphagus

(53)

Larva yang telah diparasit di masukkan kedalam cepuk

Pemeliharaan larva

(54)

Kokon parasitoid diletakkan ke dalam tabung

Gambar

Gambar 1. Telur C. Sacchariphagus  (Oktaviana, 2012)
Gambar 2. Larva C. Sacchariphagus  (Oktaviana, 2012)
Gambar 4. Imago Jantan dan BetinaC. Sacchariphagus  (Oktaviana, 2012)
Gambar 6. Gejala serangan C. Sacchariphagus  (Oktaviana, 2012)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada waktu tengah hari pula, bacaan indeks DI minimum di ruang tamu rumah banglo, rumah teres satu tingkat, teres dua tingkat, apartmen dan rumah pangsa menunjukkan

Oleh yang demikian, konkrit berbusa berpotensi dijadikan sebagai bahan alternatif untuk struktur yang menekankan ciri ketahanan hentaman dalam pembinaannya.. Bahan

Risiko yang tidak dapat diasuransikan adalah risiko yang tidak dapat dipindahkan kepada perusahaan asuransi, yang pada dasarnya semua jenis risiko spekulatif/dinamis merupakan

STANDAR TEORI INTERVENSI UMUM KHUSUS.. T b.d KMK mengenal masalah gastritis Kerusakan mobilitas fisik keluarga Ny. T b.d KMK merawat anggota keluarga yang sakit. Selama

model dan mengajar dapat diartikan bahwa model mengajar adalah suatu proses cara maupun pola yang mempunyai tujuan meyajikan pesan kepada siswa yang harus diketahui,

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari etnis Jawa, bahwa pada subjek ketiga memiliki beberapa sikap dalam berwirausaha seperti, etos kerja yang kuat,

Ajaran untuk menghormati tamu digambarkan oleh Habiburrahman El-Shirazy melalui peristiwa ketika penum-pang metro yang dalam hal ini seorang muslim mencaci dengan kata- kata

Penjelasan tentang kelahiran manusia yang di uraikan dalam lontar ini mirip denganilmuembriology pada manusia atau miripilmutentang kehamilan. Di dalam “Lontas Anggastya