• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

4.1.1 Skrining fitokimia ekstrak daun gambir (Uncaria gambir Roxb)

Setelah dilakukan skrining fitokimia ekstrak daun gambir (Uncaria gambir Roxb) didapati bahwa ekstrak mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan triterpen/ steroid. Data ini dapat dijadikan acuan studi awal untuk menemukan senyawa aktif obat.

Tabel 4.1 . Hasil skrining fitokimia ektrak simplisia Uncaria gambir Roxb.

No Metabolit Sekunder Pereaksi Hasil

1 Alkaloid Dragendroff

Bourchat Meyer

+

2 Flavonoid Serbuk Mg + Amil

Alkohol + HCL (p)

+

3 Glikosida Molish + H2SO4 +

4 Saponin Air panas/ dikocok +

5 Tanin FeCl3 +

6 Triterpen/ Steroid Liebermen-Bourchat +

Keterangan : + : Mengandung senyawa - : Tidak mengandung senyawa

4.1.2 Efek Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap kadar MPO pada tikus model kolitis yang di induksi Dextran Sulphate Sodium

Kadar MPO diukur pada serum yang diperoleh dari homogenisasi jaringan kolon distal. Nilai rerata kadar MPO pada seluruh kelompok perlakuan ditampilkan pada tabel 4.2. Uji normalitas data dengan Shapiro Wilk menunjukkan data terdistribusi normal. Uji analisis varians dengan ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna dari kadar MPO antar kelompok perlakuan.

Tabel 4.2. Rerata jumlah kadar MPO yang diamati dalam berbagai perlakuan.

Kelompok Rerata jumlah kadar MPO

p (ng/mL)

I (Tikus normal) 9,83 ± 4,04

II (DSS 1% & CMC 1% p.o) 15,01 ± 2,83

0,068 III (DSS 1% & EDG 100 mg p.o) 12,66 ± 1,49

IV (DSS 1% & EDG200 mg p.o) 11,96 ± 3,58

4.1.3 Efek Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap Kerusakan Permukaan Epitel pada Tikus Model Kolitis yang di Induksi Dextran Sulphate Sodium

Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan menilai skor kerusakan permukaan epitel dan infiltrasi sel inflamasi. Uji normalitas data dengan Shapiro Wilk menunjukkan data tidak terdistribusi normal untuk kerusakan permukaan

epitel (p<0,05). Uji analisis varians dengan Kruskal Walis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dari skor kerusakan epitel antar kelompok (p<0,05) Tabel 4.3.Rerata skor kerusakan permukaan epitel.

Kelompok Rerata skor kerusakan

permukaan epitel

p

I Tikus normal 0,3 ± 0,51(**)

II DSS 1% & CMC 1% p.o 1,83 ± 0,75(*)

0,004 III DSS 1% & EDG 100mg p.o 1 ± 0

IV DSS 1% & EDG 200mg p.o 1,3 ± 0,51

Keterangan: **: ditemukan perbedaan yang signifikan pada kerusakan epitel antara kelompok I dan II (p<0,01); *: ditemukan perbedaan yang signifikan pada kerusakan epitel antara kelompok II dan III (p<0,05). Ket: hasil didapatkan dari uji lanjut mann whitney.

4.1.4 Efek Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap Infiltrasi Sel Inflamasi pada Tikus Model Kolitis yang di Induksi Dextran Sulphate Sodium

Uji normalitas data dengan Shapiro Wilk menunjukkan data tidak terdistribusi normal pada infiltrasi sel inflamasi. Uji analisis varians dengan Kruskal Walis didapatkan adanya perbedaan yang bermakna dari skor inflamasi antar kelompok.

Tabel 4.4. Rerata skor infiltrasi sel inflamasi.

Kelompok

Rerata skor infiltrasi p sel inflamasi

I Tikus normal 0,16±0,40(**)

II DSS 1% & CMC 1% p.o 2,33±0,51

0,001 III DSS 1% & EDG 100mg p.o 1,66 ± 0,51

IV DSS 1% & EDG 200mg p.o 1,3 ± 0,51(*)

Keterangan: **: ditemukan perbedaan yang signifikan pada infiltrasi sel inflamasi antara kelompok I dan II (p<0,01); *: ditemukan perbedaan yang signifikan pada infiltrasi sel inflamasi antara kelompok II dan IV (p≤0.014). Ket: hasil didapatkan dari uji lanjut mann whitney.

4.1.5 Efek Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) Derajat Kerusakan Kolon pada Tikus Model Kolitis yang di Induksi Dextran Sulphate Sodium

Dari hasil penelitian ini mendapat kerusakan kolon pada K1: ringan, K2:

sedang, K3: sedang, K4: sedang. Tidak terdapat perbedaan dalam penurunan derajat kerusakan kolon antara kelompok perlakuan (III dan IV) dengan kelompok kontrol (II).

Gambar 4.1 Bagian kolon distal yang mengalami erosi epitel terlihat pada perbesaran 40x. I: Tidak ada erosi pada epitel kolon; II: Terjadi erosi> ½ dari ketebalan mukosa + area kerusakan <50%; III dan IV: Erosi <½ ketebalan mukosa + luas kerusakan <25%

III IV

II I

40x

40x 40x

40x

Gambar 4.2 Bagian kolon distal yang disusupi sel inflamasi dengan pembesaran 200x. I: Peradangan terbatas pada mukosa, II: peradangan pada mukosa, submukosa hingga muskularis eksterna; III dan IV: inflamasi pada mukosa, submukosa hingga transmural muskularis eksterna dengan penurunan jumlah sel inflamasi

4.2 Pembahasan

4.2.1 Skrining fitokimia ekstrak daun gambir (Uncaria gambir Roxb.)

Pada penelitian ini, daun gambir diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun gambir pada penelitian ini mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan triterpen/steroid.

Kandungan utama gambir adalah senyawa flavonoid berupa katekin (mencapai hingga 51%), senyawa fenolik berupa tanin (22-50%), dan sejumlah alkaloid seperti gambirtannin, turunan dihidro dan okso dari gambirtannin (Musdja, Elvita and Rahayu, 2019). Pada penelitian yang dilakukan oleh (Yimam

I II

III IV

200x 200x

200x 200x

et al., 2015), pemberian katekin dan flavonoid terprenilasi yang diekstrak dari UP3005 yaitu gabungan dari ekstrak daun U. gambir dan kulit akar M. Alba dengan dosis 100mg/kgbb secara oral pada mencit dianggap dapat mengurangi sensitifitas nyeri dan inflamasi pada paw edema yang diinduksi karagenan secara signifikan.

Tanin merupakan senyawa fenolik alami yang selain memiliki sifat anti oksidan juga memiliki sifat anti bakterial (Rahayu, 2007). Selain tanin, saponin juga merupakan senyawa fenolik alami. Saponin tersusun atas triterpenoid atau steroid dan substituen oligosakarida kompleks. Saponin telah dilaporkan memiliki berbagai aktivitas biologis seperti antimikroba, analgesik dan antiinflamasi.

Injeksi intraperitoneal saponin dari lima macam ekstrak tumbuhan (Schwenkia americana, rimpang dari Asparagus africanus, daun dari Dichrostachys cinerea, kulit batang dari Ficus iteophylla dan daun Indigofera pulchra) menunjukkan penurunan pada paw edema pada tikus yang diinduksi oleh karagenan secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberikan ketoprofen dan normal saline (Tradit and Altern, 2012).

Skrining fitokimia ekstrak daun gambir dengan pelarut etil asetat yang dilakukan oleh (Melia, Novia and Juliyarsi, 2015) memperlihatkan bahwa ekstrak gambir mengandung senyawa flavonoid, fenolik dan saponin. Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun menggunakan pelarut yang berbeda, tidak ada perubahan kandungan senyawa metabolit kimia pada ekstrak daun gambir.

4.2.2 Efek Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap Kadar MPO pada Tikus Model Kolitis yang di Induksi Dextran Sulphate Sodium.

Penelitian ini menunjukkan adanya penurunan kadar MPO setelah mendapat ekstrak daun gambir pada dosis 100 mg/kgbb dan 200 mg/kgbb, namun secara statistik tidak dijumpai perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan CMC 1% sebagai kontrol. Meskipun demikian, hal ini menunjukkan potensi daun gambir untuk menurunkan kadar MPO

Senyawa katekin yang berperan sebagai antiinflamasi pada ekstrak daun gambir diharapkan dapat menurunkan kadar MPO secara signifikan. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Rodriguez-canales et al., 2020) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak metanol Cyrtocarpa procera yang mengandung senyawa flavonoid berupa katekin dengan dosis 200 mg/kgbb secara signifikan mengurangi tingkat aktivitas MPO pada kolitis yang diinduksi DSS, dimana hal ini menunjukkan bahwa lebih sedikit neutrofil yang menyusup ke mukosa dan submukosa dibandingkan dengan kelompok DSS. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh (Rajendiran, Natarajan and Devaraj, 2018) menunjukkan bahwa terdapat tren yang sama dimana kadar MPO cenderung lebih rendah pada ekstrak dengan dosis tinggi meskipun secara statistik tidak ada perbedaan nilai MPO yang signifikan antar kelompok DSS kolitis yang diberi ekstrak heksan dari Alpinia officinarum Hance sebanyak 200mg/kgbb dengan kelompok kontrol.

Kelemahan pada penelitian ini adalah perlakuan hanya diberi 2 dosis ekstrak. Melihat dari tren yang ada, peningkatan dosis diperkirakan dapat meningkatkan efek pada hewan coba. Meskipun demikian, peningkatan tidak hanya terhadap efek terapi namun juga terhadap efek toksik dimana jika dosis ekstrak ditambahkan terdapat kemungkinan bahwa akan terjadi kerusakan pada organ tubuh hewan coba. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Ningsih, 2018),

formulasi herbal yang mengandung ekstrak daun gambir (Uncaria gambir Roxb) dan secang (caesalpinia sappan L) pada dosis 300 mg dan 1200 mg/kgbb menghasilkan lesi pada hati, ginjal dan jantung pada mencit jantan dan betina.

4.2.1 Efek Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap Gambaran Histopatologi Kolon pada Tikus Model Kolitis yang di induksi Dextran Sulphate Sodium

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna dari skor kerusakan epitel antar kelompok dan skor inflamasi antar kelompok. Diitemukan perbedaan yang signifikan pada kerusakan epitel permukaan antara kelompok kontrol yang diberikan placebo berupa CMC1% (II) dengan kelompok perlakuan yang diberi ekstrak 100 mg/KgBB (III).

Selain itu juga terdapat perbedaan yang signifikan pada infiltrasi sel inflamasi antara kelompok II terhadap kelompok perlakuan IV.

Sebagaimana yang telah diketahui, katekin didalam gambir memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan yang cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh (Oswari et al., 2019) menunjukkan bahwa secara histopatologi terdapat penurunan luas area lesi pada tikus model gastritis yang diberikan ekstrak gambir sebanyak 20 mg/kgBB dan 40 mg/kgBB. Penelitian lain yang dilakukan oleh (Musdja, Elvita and Rahayu, 2019) menunjukkan bahwa sediaan gel katekin gambir menunjukkan kemampuan dalam menurunkan jumlah sel inflamasi dan meningkatkan pembentukan neokapiler pada luka bakar di tikus Rattus Novergicus pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah perlakuan hanya dari dua dosis berbeda, sebaiknya dengan tiga dosis. Pemeriksaan histopatologi hanya dengan pewarnaan HE, sebaiknya dapat dilakukan pewarnaan histokimia.

BAB V

Dokumen terkait