Faktor Teknis Peternakan pada Kelompok Ternak Baru Sireum
Setiap indikator faktor teknis yang akan dihubungkan dengan kesuksesan peternak sapi perah pada Kelompok Ternak Baru Sireum, terlebih dahulu dihitung nilai skornya. Penghitungan nilai skor yang akan dijadikan dasar untuk melihat hubungan diperoleh melalui hasil pengisian kuisioner dari setiap pernyataan yang diberikan melalui kuisinoer. Skor yang diperoleh merupakan hasil rata-rata dari
nilai jawaban setiap pernyataan ke-25 responden yang merupakan anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh skor total untuk faktor teknis adalah 3.66, skor tersebut merupakan rata-rata dari skor setiap indikator faktor teknis yang digunakan. Setiap indikator faktor teknis peternakan menghasilkan skor yang berbeda-beda. Skor untuk setiap indikator faktor teknis yang digunakan disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Skor faktor teknis peternakan pada Kelompok Ternak Baru Sireum
Faktor Teknis Peternakan Skor
Pembibitan 2.47
Pakan Ternak 4.25
Manajemen Peternakan 4.28
Nilai skor untuk pembibitan merupakan skor terkecil diantara kedua faktor teknis lainnya, yaitu sebesar 2.47. Skor tersebut menggambarkan bahwa responden cenderung tidak setuju terhadap setiap pernyataan mengenai beberapa hal terkait dengan pembibitan yang disampaikan melalui kusioner. Skor tersebut juga menggambarkan bahwa sebagain besar pernyataan mengenai pembibitan yang disampaikan melalui kuisioner tidak sesuai dengan kegiatan peternakan sapi perah para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Selain itu, juga dapat dikatakan bahwa faktor teknis pembibitan yang dilakukan oleh para peternak Kelompok Ternak Baru Sireum belum dilakukan secara optimal, sehingga faktor teknis tidak memberikan dampak yang berhubungan dengan kesuksesan peternak. Sedangkan, skor untuk pakan ternak adalah 4.25 dan skor untuk manajemen peternakan adalah 4.28. Skor tersebut menggambarkan bahwa para peternak cenderung setuju terhadap pernyataan-pernyataan mengenai pakan ternak dan manejemen peternakan yang disampaikan melulai kuisioner. Selain itu, skor tersebut juga menggambarkan bahwa sebagian besar pernyataan yang menjelaskan pakan ternak dan manajemen peternakan sesuai dengan keadaan dan kegiatan peternakan yang dilakukan oleh para peternak sapi perah yang merupakan anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Dengan demikian, juga dapat dikatakan bahwa faktor teknis berupa pakan ternak dan manajemen peternakn sudah dilakukan serta diaplikasikan secara optimal oleh para peternak, sehingga dampak dari kedua faktor teknis tersebut berhubungan dengan kesuksesan para peternak.
Watak Wirausaha Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum
Setiap indikator watak wirausaha yang akan dihubungkan dengan kesuksesan peternak sapi perah pada Kelompok Ternak Baru Sireum, juga terlebih dahulu dihitung nilai skornya. Penghitungan nilai skor yang akan dijadikan dasar untuk melihat hubungan diperoleh melalui hasil pengisian kuisioner dari setiap pernyataan yang diberikan melalui kuisinoer. Skor yang diperoleh merupakan
hasil rata-rata dari nilai jawaban setiap pernyataan ke-25 responden yang merupakan anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh skor total untuk faktor teknis adalah 3.66, skor tersebut merupakan rata-rata dari skor setiap indikator watak wirausaha yang digunakan. Setiap indikator watak wirausaha yang digunakan menghasilkan skor yang berbeda-beda.Skor untuk setiap indikator watak wirausaha yang digunakan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Skor watak wirausaha pada Kelompok Ternak Baru Sireum
Watak Wirausaha Skor
Kepemimpinan 4.2
Pengambil Keputusan 2.75
Pengambil Risiko 2.34
Perencana Bisnis 4.4
Menggunakan Waktu Secara Efektif 4.6
Nilai skor untuk watak wirausaha pengambil keputusan dan pengambil risiko merupakan nilai skor yang lebih kecil dibandingkan skor ketiga watak wirausaha lainnya. Skor untuk pengambil keputusan adalah sebesar 2.75 dan skor untuk pengambil risiko adalah 2.34. Skor untuk kedua indikator watak wirausaha tersebut menggambarkan bahwa para peternak cenderung tidak setuju dengan pernyataan-pernyataan mengenai pengambil keputusan dan pengambil risiko yang disampaikan melalui kuisioner. Skor tersebut juga menggambarkan bahwa watak wirausaha tersebut cenderung tidak sesuai dengan perilaku para peternak dalam menjalankan kegiatan peternakannya. Sedangkan, untuk kepemimpinan diperoleh skor sebesar 4.2, untuk perencana bisnis diperoleh skor sebesar 4.4, dan untuk menggunakan waktu secara efektif diperoleh skor sebesar 4.6. Skor dari ketiga indikator watak wirausaha tersebut menggambarkan bahwa para peternak cenderung setuju dengan pernyataan-pernyataan yang disampaikan dalam kuisioner. Hal ini berarti ketiga watak wirausaha tersebut cenderung sesuai dengan perilaku para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum dalam menjalankan kegiatan peternakan. Selain itu, dengan skor tersebut dapat dikatakan bahwa ketiga watak tersebut sudah terbentuk dalam jiwa para peternak dalam menjalankan usahanya sebagai seorang wirausaha, sehingga dampak dimilikinya watak tersebut oleh para peternak berhubungan dengan pencapaian kesuksesan para peternak.
Kesuksesan Peternak
Kesuksesan peternak para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum dilihat dari beberapa indikator seperti yang disampaikan melalui pernyataan-pernyataan dalam kuisinoer. Beberapa pernyataan yang disampaikan melalui kuisioner menggambarkan pertumbuhan usaha peternakan sapi perah milik peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Jawaban para peternak tersebut
diintrepretasikan dalam bentuk skor yang kemudian akan dirata-ratakan untuk mendapatkan skor akhir mengenai kesuksesan peternak. Indikator kesuksesan disampaikan dalam 12 pernyataan. Skor dari setiap pernyataan merupakan hasil rata-rata jawaban yang diperoleh dari para peternak anggota kelompok. Skor dari setiap pernyataan yang digunakan disajikan secara dalam Tabel 12.
Tabel 12 Gambaran kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum
No. Gambaran Kesuksesan Skor
1. Produktifitas kualitas dan kuantitas susu selalu meningkat 3.92 2. Pendapatan usaha peternakan selalu mengalami peningkatan 4.32
3. Jumlah hewan ternak bertambah banyak 3.6
4. Luas lahan peternakan semakin besar 3.6
5. Susu yang diproduksi termasuk grade terbaik 3.52 6. Proses pemerahan yang dilakukan semakin higienis 4.84 7. Pengembangan usaha harus dilakukan dengan melakukan
pengolahan susu 5
8. Tingkat pendidikan anak harus lebih tinggi atau setidaknya sama
dengan orang tua (peternak) 5
9. Kepemilikan kendaraan (motor atau mobil) merupakan milik
pribadi 3.84
10. Lahan untuk pakan hijauan merupakan milik pribadi 3.32 11. Jumlah tenaga kerja peternakan semakin banyak 3.32 12. Jumlah penggunaan pakan konsentrat semakin banyak 4.12
Berdasarkan hasil skor dari setiap pernyataan tersebut maka diperoleh skor total untuk kesuksesan peternak sebesar 4.03. Skor tersebut menunjukan bahwa para peternak anggota kelompok ternak setuju dengan pernyataan-pernyataan yang menggambarkan kesuksesan seorang peternak dalam menjalankan kegiatan usaha peternakan sapi perahnya. Selain itu, skor tersebut juga menunjukkan bahwa pernyataan yang menggambarkan indikator kesuksesan sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan usaha para peternak Kelompok Ternak Baru Sireum. Pernyataan-pernyataan tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan indikator kesuksesan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, kelangsungan usaha, menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya, meningkatkan kesejahteraan keluarga, dan meningkatkan kualitas hidup bagi para pemakai produk.
Tabel 13 Kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum
Indikator Kesuksesan Skor
Kelangsungan usaha 3.81
Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar 3.32
Meningkatkan kesejahteraan keluarga 4.12
Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa pencapaian kesuksesan tertinggi yang dapat dicapai oleh para peternak adalah dalam hal meningkatkan kualitas hidup bagi para pemakai produk. Skor untuk indikator tersebut adalah sebesar 4.31 yang menggambarkan bahwa para peternak mampu memproduksi susu dengan kualitas dan kuantitas yang cukup baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen. Selain itu, juga menggambarkan bahwa produk olahan susu yang diproduksi oleh para istri peternak juga dapat diterima oleh konsumen sehingga konsumen mampu mendapatkan manfaat susu dalam bentuk lain. Dengan demikian, terlihat bahwa para peternak yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum merupakan peternak yang dapat dikatakan sukses dalam menjalankan usaha peternakannya, dimana kualitas dan kuantitas susu merupakan salah satu tolak ukur utama dalam penilaian kesuksesan seorang peternak sapi perah.
Selanjutnya, skor untuk indikator kesuskesan berupa meningkatkan kesejahteraan keluarga adalah sebesar 4. 12. Skor tersebut menggambarkan bahwa para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum sudah dapat mensejahterkan kehidupan keluarga sehingga dapat dikatakan sebagai peternak sapi perah yang sukses. Kesejahteraan hidup keluarga para peternak terlihat semakin baik dan mengalami peningkatan karena semakin banyak anak peternak yang mampu menempuh jenjang pendidikan semakin tinggi, bahkan sampai tingkat perguruan tinggi. Hal lain yang menggambarkan peningkatan kesejahteraan hidup keluarga peternak terlihat dari kepemilikan kendaraan bermotor, baik motor maupun mobil yang sudah dapat dimiliki oleh para peternak. Kendaraan tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan usaha peternakannya maupun untuk keperluan yang bersifat pribadi. Dengan demikian, para peternak mendapatkan kemudahan dalam hal keperluan dan kebutuhan transportasi.
Indikator kesuksesan selanjutnya adalah kelangsungan usaha dengan skor sebesar 3.81. Kelangsungan usaha dapat dikatakan mencapai kesuksesan ketika usaha tersebut mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa hal yang menggambarkan bahwa kelangsungan usaha para peternak yangtergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum mengalami pertumbuhan dan perkembangan antara lain bertambahnya jumlah populasi ternak masing-masing peternak sehingga menjadi bertambah banyak. Selain itu, pendapatan para peternak yang semakin tinggi pun juga dapat menggambarkan bahwa kesejahteraan keluarga menjadi lebih baik sehingga peternak tersebut dapat dikatakan sukses. Semakin banyak jumlah hewan ternak yang dimiliki maka luas lahan peternakan pun akan semakin luas. Oleh karena itu, perluasan lahan peternakan juga dapat menggambarkan kesuksesan dari seorang peternak sapi perah.
Indikator kesuksesan yang terakhir adalah menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dengan skor sebesar 3.32. Penyerapan tenaga kerja yang terjadi masih dalam lingkup yang cukup kecil yaitu di kalangan anggota keluarga atau masyarakat sekitar lokasi peternakan. Adanya penyerapan tenaga kerja menggambarkan bahwa para peternak memiliki kemampuan mengeluarkan biaya untuk membayar upah. Para peternak dapat dikatakan sukses melalui indikator ini karena secara tidak langsung para peternak telah mampu membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
Faktor Teknis Peternakan Terhadap Kesuksesan Peternak
Kegiatan utama para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum adalah melakukan kegiatan peternakan sapi perah. Kegiatan tersebut meliputi beberapa kegiatan teknis peternakan, khususnya tata cara berternak sapi perah. Berdasarkan Yapp (1955) yang disampaikan dalam buku Dairy Cattle, dikatakan bahwa secara garis besar kegiatan peternakan sapi perah terbagi menjadi tiga kegiatan pokok yaitu, pembibitan, pakan ternak, dan manajemen peternakan. Ketiga hal tersebut kemudian dijadikan sebagai indikator faktor teknis yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap kesuksesan peternak sapi perah, khususnya para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum.
Tabel 14 Hubungan faktor teknis peternakan terhadap kesuksesan peternak Faktor-Faktor rs
Kategori
Korelasi P-value
Signifikansi Korelasi
Faktor Teknis 0.611 Kuat 0.001 **
Pembibitan 0.109 Sangat Lemah 0.302 tidak signifikan
Pakan Ternak 0.571 Sedang 0.001 **
Manajemen Peternakan 0.462 Sedang 0.010 *
Keterangan : ( * ) = berkolerasi secara signifikan pada taraf nyata 5% ( ** ) = berkolerasi secara signifikan pada taraf nyata 1%
Pembibitan
Hasil perhitungan nilai P-value dari kuisioner mengenai faktor teknis pembibitan yang diberikan kepada para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum diperoleh nilai P-value yang lebih besar dari derajat alpha (α = 5%). Berdasarkan hasil analisis menggunakan analisis Rank Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.109 yang menggambarkan hubungan antara pembibitan terhadap kesuksesan peternak termasuk kategori sangat lemah. Berikut merupakan hipotesis yang digunakan untuk menguji hubungan antara faktor teknis peternakan dengan kesuksesan peternak :
H0 : Faktor teknis pembibitan tidak berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah
H1 : Faktor teknis pembibitan berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah
Berdasarkan hipotesis tersebut dan nilai P-value dapat dikatakan bahwa pembibitan sebagai salah satu faktor teknis secara signifikan tidak berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum (terima H0). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan salah seorang peternak sebagai berikut :
“sapi itu bisa mendatangkan manfaat buat kita tergantung dengan bagaimana cara kita memperlakukannya, sapi yang dilahirkan dari induk yang unggul belum tentu bisa jadi unggul kalau salah penanganannya”. (Erif, 49 tahun)
Faktor teknis pembibitan dalam kegiatan berternak sapi perah merupakan proses produksi hewan ternak yang akan dipelihara untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai sumber penghasil susu. Pembibitan yang dilakukan oleh seluruh anggota Kelompok Ternak Baru Sireum dilakukan dengan cara Inseminasi Buatan (IB). Para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum mendapatkan straw
untuk proses IB melalui KUD Giri Tani, seluruh anggota Kelompok Ternak Baru Sireum merupakan anggota KUD Giri Tani. Pembayaran atas pembelian strarw
oleh peternak melalui KUD Giri Tani dilakukan setiap bulan, penghitungan jumlah pembayaran dilakukan secara akumulasi per bulan sesuai dengan jumlah pembelian straw setiap peternak. Pembayaran atas pembelian straw biasanya dilakukan pada saat KUD Giri Tani memberikan hasil penjualan susu setiap peternak untuk setiap bulannya. Jumlah pendapatan peternak tersebut dipotong terlebih dahulu sesuai dengan jumlah yang harus dibayarkan peternak atas pembelian straw. KUD Giri Tani membeli straw untuk kebutuhan IB para peternak anggotanya langsung dari Balai Inseminasi Buatan Lembang.
Anatomi tubuh sapi indukan merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap anakan yang akan dilahirkan. Kelompok Ternak Baru Sireum pernah beberapa kali menjuarai kontes sapi perah.Penilaian dalam kontes sapi perah antara lainnya dilihat dari bentuk anatomi tubuh sapi yang diikutsertakan dalam kontes. Anatomi tubuh sapi yang ideal antara lain, memiliki tulang punggung yang lurus, corak tubuh yang merata, tidak mengalami varises pada kaki, dan memiliki kuku yang sehat.
Gambar 2 Sapi pemenang kontes dari Kelompok Ternak Baru Sireum Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peternak, diketahui bahwa kondisi anatomi anakan sapi yang dilahirkan dari indukan pemenang kontes belum tentu akan sama dengan induknya. Beberapa hal yang mempengaruhi perbedaan anatomi anakan sapi dengan induknya antara lain, proses kelahiran, kondisi kesehatan selama masa perkembangan pedet menjadi sapi dewasa, dan faktor bawaan semenjak lahir. Terkait dengan hal tersebut, seorang peternak menyatakan sebagai berikut :
“sapi ini yang akan diikutsertakan dalam kontes sapi berikutnya padahal induknya biasa saja dan belum pernah menjuarai kontes, bahkan ikut
serta mewakilkan Baru Sireum di kontes pun belum pernah”. (Kakay, 44 tahun)
Selain bentuk anatomi tubuh, seekor sapi dapat dikatakan unggul jika mampu memproduksi susu dengan kuantitas yang cukup tinggi. Sapi yang unggul mampu memproduksi susu sebanyak 10-14 liter per hari. Masa laktasi juga merupakan salah satu indikator untuk menentukan keunggulan seekor sapi. Kemampuan sapi dalam menghasilkan susu tersebut dapat diturunkan secara genetik dari indukan kepada anakan. Namun, ada faktor selain faktor genetik yang mempengaruhi sifat kemampuan seekor sapi dalam memproduksi susu antara lain, berkaitan dengan pakan. Anakan yang dilahirkan dari induk unggul tidak selalu mampu memproduksi susu sebanyak atau sebaik induknya. Begitu pula sebaliknya, sering kali anakan yang telah menjadi sapi laktasi mampu memproduksi lebih banyak atau lebih baik dari induknya. Hal tersebut dipengaruhi oleh kegiatan pemberian pakan yang diberikan kepada sapi tersebut selama masa perkembangannya dari pedet menjadi dewasa dan selama menjadi sapi laktasi.
Gambar 3 Pasca proses kelahiran Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
Terdapat berbagai jenis straw yang dapat digunakan dalam proses IB.
Straw tersebut dibedakan berdasarkan jenis sapi indukan yang diambil spermanya. Berdasarkan keterangan dan informasi yang diperoleh dari para peternak dan KUD Giri Tani, harga straw sering kali berfluktuasi tergantung kepada ketersediaanya di Balai Inseminasi Lembang. Sebelum digunakan untuk proses IB, straw harus disimpan di dalam container yang berisikan N2 cair (Liquid Nitrogen) dengan suhu di bawah 0o C. Proses penyimpanan tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas sperma yang terdapat di dalam straw. Kualitas sperma diharapkan akan sama baiknya dengan kualitas indukan jantan penghasilnya apabila proses penyimpanan dilakukan dengan baik sesuai dengan prosedur yang semestinya.
Gambar 4 Proses inseminasi buatan Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
Straw yang akan digunakan untuk proses IB dimasukkan ke dalam gun
untuk selanjutnya ditembakkan ke dalam rahim sapi indukan. Proses IB tidak dapat dilakukan setiap saat, proses IB baru dapat dilakukan ketika indukan sapi siap untuk dibuahi. Seekor induk sapi yang siap dibuahi adalah sapi yang sedang mengalami siklus birahi. Sapi yang sedang mengalami siklus birahi biasanya memunculkan ciri-ciri fisik yang biasa disebut 3B. Ciri-ciri fisik tersebut meliputi, Bareuh, Beureum, Baseuh yang dalam Bahasa Indonesia berarti bengkak, berwarna merah, dan basah. Ciri-ciri fisik ini terjadi pada organ tubuh sapi bagian
vulva (kemaluan). Siklus birahi pada sapi terjadi setiap 21 hari sekali. Pada saat sapi perah sedang birahi merupakan waktu yang paling tepat untuk melakukan proses IB. Ketepatan waktu dalam melakukan proses IB sangat mempengaruhi keberhasilan proses tersebut. Terkait dengan hal tersebut, seorang peternak menyatakan sebagai berikut :
“sering kali sapi tidak jadi hamil karena proses IB telat dilakukan, kita harus memperhatikan jadwal birahi setiap sapi supaya bisa melakukan IB pas pada waktu awal sapi birahi, kalau sapi sudah terlanjur menstruasi berarti kita kehilangan satu kali kesempatan IB”. (Erif, 49 tahun)
Keberhasilan proses IB dapat dilihat pada siklus birahi sapi berikutnya dengan cara melihat apakah sapi mengalami memstruasi atau tidak. Apabila sapi mengalami menstruasi berarti proses IB yang telah dilakukan gagal dan baru dapat dilakukan proses IB kembali pada siklus birahi selanjutnya. Namun, apabila sapi tidak mengalami menstruasi berarti proses IB yang telah dilakukan berhasil dan sapi akan mengalami masa kehamilan selama 9 bulan.
Pakan Ternak
Hasil perhitungan nilai P-value dari kuisioner mengenai pakan ternak yang diberikan kepada para peternak anggota Kelompok Ternak menghasilkan nilai P- value yang lebih kecil dari derajat alpha (α = 5%). Hasil analisis Rank Spearman
antara faktor teknis pakan ternak dengan kesuksesan peternak sapi perah menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.571. Nilai tersebut menggambarkan bahwa hubungan pakan ternak dengan kesuksesan peternak termasuk kategori korelasi sedang. Hipotesis yang digunakan untuk mengukur hubungan tersebut adalah sebagai berikut :
H0 : Faktor teknis pakan ternak tidak berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah
H1 : Faktor teknis pakan ternak berkolerasi dengan kesuksesan peternak sapi perah
Berdasarkan hipotesis dan nilai P-value dapat dikatakan bahwa pakan ternak sebagai salah satu faktor teknis secara signifikan berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum (tolak H0).
Beberapa hal terkait dengan pakan ternak yang akan dibahas dalam penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kesuksesan peternak pada Kelompok ternak Baru Sireum antara lain, mengenai komposisi pakan, waktu atau jadwal pemberian pakan, jumlah pemberian pakan, dan kombinasi pakan ternak. Para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum sering kali mendapatkan penyuluhan dari dinas untuk berbagai hal termasuk mengenai pakan ternak. Selain itu, beberapa orang peternak sering kali mencoba meramu pakan baru dengan tujuan agar hewan ternak dapat memproduksi susu sesuai dengan jumlah produksi yang ideal dan optimal. Diskusi antara anggota kelompok ternak pun sering dilakukan dalam untuk pembelian bahan pakan, dengan penggabungan kebutuhan bahan pakan dari beberapa orang peternak maka pembelian bahan pakan tersebut dapat dilakukan dalam jumlah besar sehingga harga pembelian pun dapat menjadi lebih murah.
Komposisi pakan berupa konsentrat yang dibuat oleh setiap peternak berbeda-beda. Namun, ada juga beberapa orang peternak yang memberikan pakan ternak konsentrat dengan komposisi yang sama. Biasanya kesamaan tersebut dilakukan oleh para peternak yang senang berdiskusi, sehingga peternak yang mampu meracik dan meramu pakan konsentrat untuk produksi susu yang lebih optimal akan berbagi resep dengan peternak lainnya. Selanjutnya, para peternak lainnya akan membuat racikan dan ramuan pakan konsentrat yang sama dengan contoh yang telah diajarkan. Hal tersebut dilakukan agar setiap peternak yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum mampu memproduksi secara optimal baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga diharapkan pendapat rumah tangga yang bersumber dari usaha peternakan sapi perah dapat terus mengalami peningkatan.
Gambar 5 Proses peracikan pakan konsentrat Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013
Komposisi pakan konsentrat yang dibuat oleh para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum terdiri dari, konsentrat, pollard, dedak, jagung, bungkil kelapa, dan bungkil kedelai. Perbedaan komposisi antara setiap peternak dapat dilihat dari persentase penggunaan setiap bahan baku pakan tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di tempat penelitian, diketahui bahwa komposisi pakan ternak berupa konsentrat tersebut sangat mempengaruhi produksi susu sapi. Terkait dengan hal tersebut, seorang peternak menyatakan sebagai berikut :
“kalau makanannya pas pasti susunya juga pas”. (Satriyo, 25 tahun) Para peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum memberikan pakan kepada hewan ternaknya sebanyak dua sampai tiga kali dalam sehari. Sebaiknya, pemberian pakan ternak dilakukan setiap sebelum dan sesudah proses pemerahan. Namun, ada beberapa orang peternak yang hanya memberikan pakan setiap sebelum prosespemerahan saja atau sesudah proses pemerahan. Berdasarkan observasi yang dilakukan di tempat penelitian, terbukti bahwa peternak yang memberikan pakan setiap sebelum dan sesudah proses pemerahan susu mampu memproduksi lebih baik daripada sapi milik peternak lainnya yang diberi pakan hanya sebelum atau sesudah proses pemerahan susu. Pemberian pakan sesudah