• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum

Posyandu Cucak Rawa merupakan posyandu yang memiliki kegiatan bina keluarga balita di wilayah puskesmas Benda Baru, Pamulang. Posyandu ini terbentuk pada tanggal 19 Mei tahun 2011 dengan SK nomor 21/kel.KDG/V/2011. Bina keluarga balita (BKB) sendiri terbentuk pada tanggal 19 Mei 2011 dengan SK nomor 4004/002-Kesra/KEL-KDG/Kpts/2011. Jumlah pertemuan untuk kegiatan BKB mula-mula 1x perbulan tapi selanjutnya sejak tahun 2012 dilakukan 2x perbulan. Mitra kerja BKB posyandu cucak rawa adalah puskesmas dengan pemberian vitamin A, pemeriksaan gigi dan dengan universitas UIN, yaitu mengadakan seminar tentang pola asuh dan cara mendidik anak yang baik.

Visi bina keluarga balita cucak rawa adalah terwujudnya keluarga sejahtera yang sehat, cerdas, dan mandiri. Sedangkan misi bina keluarga balita cucak rawa adalah mengupayakan dan membentuk sarana yang bermanfaat bagi masyarakat luas, meningkatkan wawasan dan kepedulian serta menjadi panutan kepada masyarakat, serta membina kerukunan dan meningkatkan kesejahteraan lingkungan sekitarnya. Tujuan bina keluarga balita cucak rawa adalah meningkatkan peran dan kemampuan ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak.

Wilayah yang dibina dan didata oleh bina keluarga balita cucak rawa adalah terdiri dari 3 RT. Pada awal terbentuknya BKB dimulai dengan 5 orang kader tetapi di tahun berikutnya bertambah menjadi 7 orang dan sekarang berjumlah 10 orang. Pekerjaan semua kader adalah ibu rumah tangga. Bina keluarga balita cucak rawa menempati tanah seluas 300 meter persegi yang merupakan tanah wakaf. Lokasi ini sama dengan lokasi posyandu, PAUD, dan posbindu cucak rawa. Berikut contoh kegiatan yang dilakukan bina keluarga balita cucak rawa.

1. Penyuluhan 10 indikator PHBS

2. Penyuluhan tentang minyak sayur yang sudah 2x terpakai 3. Penyuluhan tentang garam beryodium

4. Penyuluhan tentang alat-alat kb

12

6. Penyuluhan tentang manfaat ASI bagi ibu dan anak 7. Penyuluhan tentang MP-ASI

8. Penyuluhan tentang garam beryodium 9. Penyuluhan tentang KMS

10. Penyuluhan tentang balita

11. Penyuluhan tentang kemasan pangan plastik 12. Penyuluhan tentang KKA

13. Penyuluhan tentang waspada pangan yang mengandung bahan berbahaya 14. Penyuluhan tentang mendongeng

15. Penyuluhan tentang mengasuh balita dan anak 16. Mengenalkan kembali fungsi KB

17. Memasak menu 4 sehat 5 sempurna 18. Mengenalkan alat kontrasepsi

Posyandu ini termasuk posyandu yang aktif mengikuti kegiatan lomba baik di tingkat kecamatan, Kota, maupun Provinsi. Posyandu ini pernah memenangkan lomba posyandu dengan kegiatan BKB terbaik di wilayah Kota Tangerang Selatan karena memiliki catatan administrasi terlengkap.

Karakteristik Contoh dan Karakteristik Keluarga

Contoh dalam penelitian ini adalah balita yang berada di sekitar posyandu Cucak Rowo, Pamulang, Tangerang Selatan. Contoh dari kelompok usia batita dan prasekolah hampir seimbang jumlahnya. Demikian juga, jumlah contoh untuk laki-laki dan perempuan hampir seimbang jumlahnya. Tabel 3 menyajikan karakteristik balita.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin

Kelompok usia Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Batita (2-3 tahun) 15 50.0 15 50.0 30 47.6

Prasekolah (di atas 3 tahun sampai 5 tahun)

16 48.5 17 51.5 33 52.4

Total 31 100.0 32 100.0 63 100.0

Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam hal konsumsi pangan. Kebiasaan ini dipengaruhi oleh karakteristik keluarga (Fauziah 2009). Selain mempengaruhi konsumsi pangan, karakteristik keluarga juga mempengaruhi pengasuhan yang dilakukan di rumah. Karakteristik keluarga yang dimaksud diantaranya adalah pekerjaan ibu, pengetahuan gizi dan kesehatan ibu, besar keluarga, pendapatan orang tua, dan pendidikan orang tua. Tabel 4 menunjukkan bahwa besar keluarga contoh sebagian besar hanya memiliki keluarga kecil saja. Hasil ini sama dengan penelitian Sebagian besar orang tua contoh memiliki pendapatan tinggi. Pekerjaan ibu sebagian besar adalah ibu rumah tangga atau tidak bekerja, sedangkan sisanya bekerja sebagai PNS, wiraswasta, wirausaha, dan karyawan. Hasil ini sesuai dengan pernyataan

13 Rahmawati (2006) yang menyatakan bahwa pada masyarakat tradisional biasanya ibu tidak bekerja di luar rumah melainkan hanya sebagai ibu rumah tangga

Persentase ibu dengan pendidikan terakhir SMA dari anak perempuan usia batita lebih banyak 7X dibandingkan dengan anak laki-laki usia batita. Namun, untuk persentase ibu dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi lebih banyak dari anak laki-laki usia batita dibandingkan dengan anak laki-laki usia batita. Persentase kategori kurang pada pengetahuan gizi dan kesehatan berasal dari ibu yang memiliki anak laki-laki usia batita dan anak perempuan usia prasekolah.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan kelompok usia

Karakteristik Batita Prasekolah

Total p value L P L P Pendidikan ibu 0.217 Tidak sekolah 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 SD 6.7 46.7 0.0 17.6 15.9 SMP 20.0 0.0 25.0 5.9 12.7 SMA 60.0 53.3 56.2 58.8 57.1 Perguruan tinggi 13.3 6.7 18.8 17.7 14.3 Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 Pekerjaan ibu 0.413 IRT 73.3 80.0 87.5 82.4 81.0 PNS 0.0 0.0 0.0 5.9 1.6 Wiraswasta 20.0 6.7 0.0 11.7 9.5 Wirausaha 6.7 13.3 6.2 0.0 6.3 Karyawan 0.0 0.0 6.3 0.0 1.6 Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Usia Ibu (tahun)a 29.33±5.54 31.73±6.23 30.59±5.99

0.211

Remaja 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Dewasa muda 66.7 73.3 43.8 64.7 61.9

Dewasa madya 33.3 26.7 56.2 35.3 38.1

Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Besar Keluarga (orang) a 3.97±1.07 4.06±0.95 4.02±0.99

0.778 Kecil 60.0 80.0 62.5 70.6 68.3 Sedang 40.0 20.0 37.5 29.4 31.7 Besar 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 Pendapatan (Rp/Kap/bulan) a 692 786±375 821 747 424±444 470 721 406±410 834 Rendah 20.0 20.0 31.3 17.6 22.2 0.688 Tinggi 80.0 80.0 68.7 82.4 77.8 Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Pengetahuan gizi dan kesehatan (skor) a 80.20±10.43 81.20±10.34 80.70±10.31 Kurang 6.7 0.0 0.0 5.9 3.2 Sedang 53.3 53.3 50.0 41.2 49.2 0.531 Baik 40.0 46.7 50.0 52.9 47.6 Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 a

14

Pengetahuan gizi ibu adalah landasan penting untuk mencukupi intake gizi anak. Pengetahuan gizi yang diimplementasikan dalam sikap dan praktik akan mendorong terbentuknya pola makan yang baik di dalam rumah tangga (Khomsan et al 2013). Pengetahuan gizi dan kesehatan yang dimiliki ibu contoh rata-rata berkategori sedang dan baik.

Lama pendidikan yang diterima ibu minimal adalah 6 tahun sedangkan lama pendidikan yang diterima ibu maksimal adalah 19 tahun. Rata-rata lama pendidikan ibu adalah 11.17±2.94. Lama pendidikan yang diterima ayah minimal adalah 6 tahun, sedangkan lama pendidikan yang diterima ayah maksimal adalah 16 tahun. Rata-rata lama pendidikan ibu adalah 11.56±2.57. Besar keluarga yang dimiliki sampel cukup bervariasi mulai dari 3 orang sampai maksimal 7 orang. Rata-rata besar keluarga sampel adalah 4.02±0.99. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karakteristik keluarga yang dimiliki anak usia batita dengan anak usia prasekolah (p>0.05).

Selain melakukan uji beda berdasarkan usia anak, dilakukan juga uji beda berdasarkan jenis kelamin pada setiap kelompok usia anak. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karakteristik keluarga yang dimiliki anak perempuan usia batita dengan anak laki-laki usia batita (p>0.05). Begitupun, hasil uji beda Mann Whitney antara karakteristik keluarga yang dimiliki anak perempuan usia prasekolah dengan anak laki-laki usia prasekolah menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05).

Sebagian besar ibu dari contoh usia prasekolah memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan baik. Sedangkan sebagian besar ibu dari contoh usia batita memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan sedang. Skor pengetahuan gizi dan kesehatan terendah dari ibu contoh adalah 53.3, sedangkan skor tertinggi yang diperoleh ibu contoh adalah 100. Rata-rata skor pengetahuan gizi dan kesehatan contoh adalah 80.70±10.31. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan gizi dan kesehatan anak usia batita dengan anak usia prasekolah (p>0.05).

Selain melakukan uji beda berdasarkan usia anak, dilakukan juga uji beda berdasarkan jenis kelamin pada setiap kelompok usia anak. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan gizi dan kesehatan dari ibu anak perempuan usia batita dengan anak laki-laki usia batita (p>0.05). Begitupun, hasil uji beda Mann Whitney antara pengetahuan gizi dan kesehatan dari ibu anak perempuan usia prasekolah dengan anak laki-laki usia prasekolah menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05). Contoh pengetahuan kesehatan yang paling banyak dijawab salah oleh ibu contoh adalah soal mengenai bahaya penggunaan formalin, pewarna tekstil, dan zat lainnnya. Sebagian besar ibu menjawab bahwa formalin, pewarna tekstil, dan zat lainnnya adalah dapat menyebabkan kematian padahal jawaban yang paling tepat adalah menyebabkan keracunan. Selain itu, soal yang juga masih cukup banyak dijawab salah oleh ibu contoh adalah soal mengenai kandungan makanan ringan atau cemilan dan cara mencuci sayur yang benar. Soal pengetahuan gizi yang paling banyak di jawab salah oleh sebagian besar ibu adalah soal mengenai contoh makanan sumber tenaga, contoh makanan sumber zat pengatur dan contoh makanan sumber zat pembangun seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.

15 Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan sub skala pengetahuan gizi dan kesehatan

Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Salah Benar Total

Pengetahuan Gizi

Contoh makanan sumber zat pengatur 36.5 63.5 100.0

Contoh makanan sumber tenaga 54.0 46.0 100.0

Contoh makanan sumber zat pembangun 36.5 63.5 100.0

Contoh menu makanan yang baik 1.6 98.4 100.0

Zat gizi untuk pertumbuhan tulang dan gigi 6.3 93.7 100.0

Zat gizi untuk mencegah terjadinya rabun ayam 9.5 90.5 100.0

Zat gizi untuk mencegah gondok dan anak berprestasi 3.2 96.8 100.0

Zat gizi untuk anak dapat fokus di sekolah 27.0 73.0 100.0

Pengetahuan Kesehatan

Guna makanan sebagai perlindungan bagi anak 4.8 95.2 100.0

Bahaya penggunaan formalin, pewarna tekstil, dll 60.3 39.7 100.0

Waktu yang tepat untuk mencuci tangan 3.2 96.8 100.0

Kandungan makanan ringan atau cemilan 22.2 77.8 100.0

Cara memasak air untuk minum 0.0 100.0 100.0

Cara mencuci sayur yang benar 20.6 79.4 100.0

Cara menyimpan makanan yang telah masak 3.2 96.8 100.0

Waktu Menonton Televisi

Aktivitas anak sebelum dan sesudah munculnya televisi tampak berbeda, dulu anak-anak lebih sering bermain bersama teman-temannya di luar rumah tetapi sekarang anak-anak lebih memilih untuk menonton televisi seharian di rumah. Berdasarkan penelitian terdapat hubungan positif antara jumlah waktu menonton televisi dengan frekuensi makanan cemilan (Putri 2012).

Penelitian lain telah menunjukkan bahwa : (1) anak-anak yang menonton TV lebih lama makan lebih banyak makanan berkalori dan minum bersoda; (2) anak-anak yang menonton TV lebih banyak memakan makanan rendah gizi, tetapi berkalori tinggi; (3) prestasi akademik turun tajam untuk anak-anak yang menonton lebih dari 10 jam TV seminggu; (4) TV mengganggu perkembangan kecerdasan, pemikiran dan keterampilan imajinasi; (5) TV mengganggu perkembangan bahasa; (6) TV menghambat pengembangan rentang perhatian yang lebih lama; (7) Beberapa jenis TV menumbuhkan perilaku agresif atau kekerasan (Vancouver Island 2011). Tabel 6 menyajikan sebaran contoh berdasarkan lama waktu menonton televisi.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan lama waktu menonton televisi dan kelompok usia Lama waktu menonton TV sehari Batita Prasekolah Total p value L P L P Rata-rata (menit) 212±90.84 225±61.39 218.81±76.47 ≤4 jam 60.0 93.3 81.2 70.6 38.1 0.825 >4 jam 40.0 6.7 18.8 29.4 61.9 Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

16

Lama menonton televisi pada contoh bervariasi mulai dari 0 menit (tidak menonton televisi) sampai 420 menit (7 jam). Rata-rata lama menonton televisi pada contoh adalah 218.81±76.47 menit. Anak yang memiliki waktu menonton televisi 0 menit adalah anak yang tidak pernah menonton televisi dalam sehari. Anak ini tidak memiliki televisi sehingga waktu yang dimilikinya digunakan untuk belajar menulis dengan ibunya. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lama waktu menonton televisi anak usia batita dengan anak usia prasekolah (p>0.05). Lama waktu yang digunakan untuk menonton televisi untuk anak usia batita dan prasekolah hampir sama yaitu rata-rata sekitar 3,5 jam. Selain melakukan uji beda berdasarkan usia anak, dilakukan juga uji beda berdasarkan jenis kelamin pada setiap kelompok usia anak. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lama menonton televisi pada anak perempuan usia prasekolah dengan anak laki-laki usia prasekolah (p>0.05). Namun, hasil uji beda Mann Whitney antara lama menonton televisi pada anak perempuan usia batita dengan anak laki-laki usia batita menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05). Anak perempuan usia batita lebih sedikit menggunakan waktunya untuk menonton televisi dibandingkan dengan anak laki-laki usia batita. Rata-rata lama menonton televisi pada anak perempuan usia batita tergolong tidak lama yaitu 182 menit (≤4 jam), sedangkan rata-rata lama menonton televisi pada anak laki-laki usia batita tergolong lama yaitu 242 menit (>4 jam).

Pola Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan dapat dilihat dari metode penilaian konsumsi pangan pada tingkat individu, rumah tangga, atau nasional. Metode penilaian konsumsi pangan pada tingkat individu dibagi menjadi dua. Metode pertama adalah metode penilaian yang bersifat kuantitatif contohnya recall atau record. Metode kedua adalah metode penilaian yang bersifat kualitatif contohnya food frequency questionnaire dan dietary history. Food frequency questionnaire digunakan untuk menilai frekuensi suatu jenis pangan atau suatu kelompok pangan yang dikonsumsi seseorang dalam periode waktu tertentu sehingga kuesioner ini dapat memberikan informasi mengenai pola konsumsi pangan seseorang (Gibson 2005). Kuesioner ini juga merupakan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun hasil yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar balita sering mengkonsumsi nasi dan susu. Pangan serealia yang paling sering dikonsumsi balita adalah nasi. Pangan sayuran dan buah yang paling sering dikonsumsi balita adalah bayam dan wortel. Pangan kacang-kacangan yang paling sering dikonsumsi balita adalah tahu. Pangan jajanan yang paling sering dikonsumsi balita adalah chiki. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Atsaniyah (2014) dimana makanan pokok yang sering dikonsumsi balita dalam sebulan terakhir adalah nasi, mie roti. Protein nabati yang sering dikonsumsi balita dalam sebulan terakhir adalah tempe, tahu, dan kacang hijau.

17 Tabel 7 Frekuensi rata-rata konsumsi pangan contoh dalam seminggu

Bahan makanan Rata-rata ± SD (kali/minggu)

Batita Prasekolah Total

Serealia Nasi 15.57 ± 7.11 17.28 ± 5.33 16.45 ± 6.26 Mie 1.45 ± 1.55 1.43 ± 1.23 1.44 ± 1.38 Biskuit 3.80 ± 4.41 3.55 ± 6.23 3.67 ± 5.39 Protein hewani Daging ayam 2.58 ± 2.08 2.90 ± 2.26 2.75 ± 2.16 Hati ayam 0.77 ± 1.47 0.46 ± 0.74 0.61 ± 1.15 Daging sapi 0.13 ± 0.25 0.29 ± 0.65 0.21 ± 0.50 Susu 21.58 ± 23.36 19.25 ± 12.53 20.38 ± 18.46 Keju 0.48 ± 1.37 1.03 ± 1.89 0.77 ± 1.67 Telur ayam 3.53 ± 2.80 7.80 ± 9.04 5.74 ± 7.06 Ikan asin 0.64 ± 1.52 2.20 ± 8.72 1.45 ± 6.35 Ikan 2.10 ± 2.28 2.74 ± 3.11 2.43 ± 2.74 Kacang-kacangan Tahu 3.63 ± 4.33 5.16 ± 8.57 4.42 ± 6.84 Tempe 2.90 ± 2.89 5.00 ± 8.63 3.98 ± 6.55 Kacang ijo 0.79 ± 1.36 1.95 ± 2.82 1.39 ± 2.29 Oncom 0.30 ± 0.79 0.85 ± 2.06 0.58 ± 1.59 Jajanan Chiki 3.75 ± 5.11 5.26 ± 4.71 4.53 ± 4.92 Permen 5.27 ± 5.59 6.56 ± 5.97 5.94 ± 5.78 Es lilin/mambo 2.80 ± 3.79 4.50 ± 4.06 3.68 ± 3.99 Roti 3.07 ± 4.29 3.13 ± 3.20 3.10 ± 3.73 Donat 0.73 ± 1.43 1.40 ± 2.28 1.08 ± 1.93 Bakso 2.60 ± 2.36 2.49 ± 2.65 2.55 ± 2.50 Cilok 0.71 ± 1.49 1.50 ± 2.52 1.12 ± 2.11 Sosis 2.43 ± 3.37 2.84 ± 2.72 2.64 ± 3.03 Nuget 0.93 ± 1.50 1.52 ± 1.92 1.23 ± 1.74 Agar-agar 1.98 ± 2.29 1.67 ± 2.22 1.82 ± 2.24 Wafer 3.21 ± 3.07 3.90 ± 4.25 3.56 ± 3.71 Siomay 2.53 ± 2.98 2.51 ± 2.97 2.52 ± 2.95 Mie ayam 0.31 ± 0.51 1.21 ± 2.00 0.78 ± 1.54 Gorengan 1.72 ± 2.39 1.76 ± 2.32 1.74 ± 2.33 Es krim 2.99 ± 4.46 4.48 ± 3.65 3.77 ± 4.09

Sayuran dan buah

Kangkung 1.16 ± 1.53 2.62 ± 8.65 1.91 ± 6.30 Bayam 1.80 ± 1.83 3.42 ± 8.60 2.64 ± 6.32 Sawi 1.10 ± 1.51 1.43 ± 2.03 1.27 ± 1.79 Kol putih 0.87 ± 1.25 1.88 ± 3.09 1.39 ± 2.42 Wortel 3.27 ± 3.17 4.77 ± 8.79 4.04 ± 6.68 Pisang 1.03 ± 1.52 1.80 ± 1.97 1.43 ± 1.80 Pepaya 0.69 ± 1.43 0.94 ± 1.49 0.82 ± 1.46 Jeruk manis 1.50 ± 1.88 1.54 ± 2.26 1.52 ± 2.07

Contoh usia batita mengkonsumsi susu dengan frekuensi lebih banyak yaitu 21.58 ± 23.36 kali/minggu dibandingkan dengan contoh usia prasekolah yaitu 19.25 ± 12.53 kali/minggu. Namun, untuk makanan pokok seperti nasi, contoh usia prasekolah mengkonsumsi dengan frekuensi lebih banyak yaitu 17.28 ± 5.33 kali/minggu dibandingkan dengan contoh usia batita yaitu 15.57 ± 7.11 kali/minggu. Frekuensi konsumsi makanan jajanan, kacang-kacangan, sayur dan buah semakin meningkat seiring dengan peningkatan usia. Frekuensi konsumsi

18

makanan jajanan, kacang-kacangan, sayur dan buah contoh usia prasekolah lebih banyak dibandingkan dengan usia batita.

Status Kesehatan

Balita merupakan golongan individu yang mudah terserang penyakit terutama penyakit menular. Terjadinya masalah gizi tidak hanya disebabkan oleh asupan gizi yang kurang, tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Anak yang mendapatkan makanan yang cukup, tetapi sering terserang diare, atau ISPA, dan demam, akhirnya dapat mengalami kurang gizi. Status kesehatan dapat diperoleh dengan mendaftarkan jenis, kejadian (pernah/tidaknya) sakit dan frekuensi sakit yang pernah diderita balita dalam jangka waktu satu bulan sebelumnya. Adapun jenis penyakit yang ada dalam kuesioner penelitian ini adalah sakit diare, demam, batuk pilek, ISPA, penyakit kulit, dan penyakit lainnya. Tabel 8 menunjukkan bahwa lebih dari 50% contoh pernah mengalami sakit 1-2X dalam sebulan. Sakit yang paling sering diderita contoh adalah demam dan batuk pilek.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan riwayat penyakit 1 bulan terakhir dan kelompok usia Riwayat Penyakit 1 bulan terakhir Batita Prasekolah Total p value L P L P

Tidak pernah sakit 13.3 13.3 6.3 23.5 14.3

Sakit 1-2X 73.4 73.4 81.2 53.0 69.8

Sakit 3-4X 13.3 13.3 12.5 23.5 15.9 0.825

Sakit 5-6X 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara riwayat penyakit sebulan anak usia batita dengan anak usia prasekolah (p>0.05). Selain melakukan uji beda berdasarkan usia anak, dilakukan juga uji beda berdasarkan jenis kelamin pada setiap kelompok usia anak. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara riwayat penyakit sebulan anak perempuan usia batita dengan anak laki-laki usia batita (p>0.05). Begitupun, hasil uji beda Mann Whitney antara riwayat penyakit sebulan anak perempuan usia prasekolah dengan anak laki-laki usia prasekolah menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05).

Pola Asuh Kesehatan

Engle et al. (1996) mengemukakan bahwa salah satu pola asuh yang berhubungan dengan kesehatan dan status gizi anak balita adalah pola asuh kesehatan. Tabel 9 menunjukkan bahwa dari semua pertanyaan mengenai pola asuh kesehatan, pertanyaan yang masih bernilai kurang adalah pertanyaan mengenai “apakah anak sudah mulai belajar mandi sendiri”, “berapa kali anak

19 menggosok gigi”, dan “dimana anak biasa bermain”. Sebagian besar anak belum terbiasa mandi sendiri terutama anak-anak yang berusia batita. Masih ada beberapa anak yang menggosok gigi kurang dari satu kali atau satu kali dalam sehari dan terbiasa hanya main di dalam rumah saja.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan sub skala pertanyaan pola asuh kesehatan

Pola Asuh Kesehatan Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Total

1. Berapa kali anak mandi dalam sehari 4.8 0.0 95.2 100.0

2. Apakah anak sudah mulai belajar mandi

sendiri 50.8 0.0 49.2 100.0

3. Apakah anak diimunisasi secara rutin 6.3 0.0 93.7 100.0

4. Berapa kali anak menggosok gigi dalam

sehari 22.2 0.0 77.8 100.0

5. Apakah anak terbiasa mencuci tangan sebelum makan

0.0 31.7 68.3 100.0

6. Apakah anak BAB di kamar mandi 0.0 4.8 95.2 100.0

7. Apakah anak terbiasa menggunting kuku 1.6 0.0 98.4 100.0

8. Berapa kali anak menggunting kuku dalam

seminggu 19.0 0.0 81.0 100.0

9. Apakah anak memiliki peralatan makan dan

minum sendiri 14.3 0.0 85.7 100.0

10.Apakah peralatan makan anak mempunyai bentuk, warna, ukuran yang sesuai umur anak

11.1 0.0 88.9 100.0

11.Dimana anak biasa bermain 20.6 1.6 77.8 100.0

12.Bagaimana sikap ibu jika mainan anak kotor 0.0 46.0 54.0 100.0 13.Apakah anak terbiasa mencuci tangan dan

kaki setelah bermain 0.0 25.4 74.6 100.0

14.Apakah anak selalu datang ke posyandu 3.2 38.1 58.7 100.0

15.Siapa yang bertugas membawa anak berobat

jika sakit 0.0 1.6 98.4 100.0

Pola asuh kesehatan yang sudah baik dan banyak diterapkan oleh ibu contoh adalah kebiasaan mandi dua kali sehari, BAB di kamar mandi, imunisasi secara rutin, dan menggunting kuku. Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata nilai pola asuh kesehatan contoh adalah 89.80±6.70. Jawaban pola asuh kesehatan terdiri dari jawaban a, b, dan c. Nilai 3 diberikan untuk jawaban yang paling baik, nilai 2 untuk jawaban yang cukup baik, dan nilai 1 untuk jawaban yang kurang baik.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh kesehatan dan kelompok usia

Pola Asuh Kesehatan Batita Prasekolah Total p value L P L P Rata-rata nilai 88.50±5.69 91.00±7.38 89.80±6.70 Kurang 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.465 Sedang 0.0 13.3 18.7 5.9 9.5 Baik 100.0 86.7 81.3 94.1 90.5 Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

20

Sebanyak 93.3% ibu dari contoh usia batita dan 87.9% ibu dari contoh usia prasekolah memiliki pola asuh kesehatan yang baik. Nilai pola asuh kesehatan terendah yang dimiliki ibu contoh adalah 73.3, sedangkan nilai tertinggi yang dimiliki ibu contoh adalah 100. Pola asuh kesehatan adalah cara dan kebiasaan orang tua atau keluarga melayani kebutuhan kesehatan anak balita. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola asuh kesehatan anak usia batita dengan anak usia prasekolah (p>0.05).

Selain melakukan uji beda berdasarkan usia anak, dilakukan juga uji beda berdasarkan jenis kelamin pada setiap kelompok usia anak. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola asuh kesehatan yang dimiliki anak perempuan usia batita dengan anak laki-laki usia batita (p>0.05). Begitupun, hasil uji beda Mann Whitney antara pola asuh kesehatan yang dimiliki anak perempuan usia prasekolah dengan anak laki-laki usia prasekolah menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05).

Lingkungan Pengasuhan

Kualitas lingkungan pengasuhan anak dapat dilihat dari reaksi emosi yang diberikan orang tua, dorongan positif yang diberikan orang tua kepada anak, suasana yang nyaman yang diberikan orang tua kepada anak, kasih sayang yang ditunjukkan orang tua, sarana tumbuh kembang dan belajar bagi anak yang disediakan orang tua, ikut berpartisipasinya orang tua dalam kegiatan positif bersama anak, aktif terlibatnya orang tua dalam kegiatan bersama anak, dan lingkungan fisik yang nyaman yang ada di rumah. Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kualitas lingkungan pengasuhan pada anak usia prasekolah lebih tinggi yaitu 80.44±7.78 dibandingkan dengan nilai rata-rata kualitas lingkungan pengasuhan pada anak usia batita yaitu 74.44±6.28. Nilai kualitas lingkungan pengasuhan pada anak usia prasekolah bervariasi mulai dari 60 sampai 92.7, sedangkan nilai kualitas lingkungan pengasuhan pada anak usia batita bervariasi mulai dari 64 sampai 86.7.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kualitas lingkungan pengasuhan dan kelompok usia Kualitas Lingkungan pengasuhan Batita Prasekolah Total p value L P L P Rata-rata nilai 74.44±6.28 80.44±7.78 77.59±7.67 Kurang 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.019 Sedang 80.0 80.0 62.5 41.2 65.1 Baik 20.0 20.0 37.5 58.8 34.9 Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Sebagian besar contoh berusia batita memiliki kualitas lingkungan pengasuhan sedang, sedangkan sebagian besar contoh berusia prasekolah memiliki kualitas lingkungan pengasuhan sedang dan baik dengan jumlah yang

21 tidak terlalu jauh. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas lingkungan pengasuhan anak usia batita dengan anak usia prasekolah (p<0.05). Hal ini diduga karena pada kualitas lingkungan pengasuhan anak usia prasekolah mencakup pertanyaan mengenai stimulasi belajar, stimulasi bahasa, dan stimulasi akademik yang umumnya sudah diberikan orang tua dibandingkan dengan kualitas lingkungan pengasuhan anak usia batita yang lebih mencakup pertanyaan stimulasi psikososial seperti penerimaan ibu terhadap perilaku anak dan keterlibatan ibu yang sebagian masih kurang diterima anak.

Anak usia prasekolah dalam penelitian ini memang sebagian besar sudah mengikuti kegiatan PAUD sehingga stimulasi yang didapatkannya di PAUD ikut mempengaruhi nilai stimulasi yang didapatkannya di rumah. Sebagai contoh anak yang mengikuti PAUD umumnya memiliki pensil, crayon, spidol, dan buku sehingga pada stimulasi belajar, anak ini memiliki nilai yang sedang atau baik. Begitu pun anak yang mengikuti PAUD umumnya mendapatkan pekerjaan rumah

Dokumen terkait