• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Contoh

Tabel 2 menunjukkan sebaran ibu hamil dan suami menurut umur, pendidikan dan pekerjaan. Umur ibu pada saat hamil akan mempengaruhi timbulnya anemia. Bila umur ibu pada saat hamil relatif muda (<20 tahun) akan beresiko anemia. Hal itu dikarenakan pada umur tersebut masih terjadi pertumbuhan yang membutuhakn zat gizi lebih banyak dibandingkan dengan umur di atasnya. Bila zat gizi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, akan terjadi kompetisi zat gizi antara ibu dengan bayinya (Wijianto 2002). Menurut Depkes (2001), kadar Hb 7.0 - 10.0 gr/dl banyak ditemukan pada kelompok umur <20 tahun (46%) dan kelompok umur 35 tahun atau lebih (48%).

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan keadaan gizi anak. Terdapat dua sisi kemungkinan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak yaitu : (1) tingkat pendidikan kepala keluarga rumah tangga secara langsung atau tidak langsung menentukan

12

keadaan ekonomi rumah tangga; (2) pendidikan istri disamping modal utama dalam perekonomian rumah tangga juga berperan dalam menyusun pola makan untuk rumah tangga (Wijianto 2002). Lebih lanjut Wijianto menyebutkan bahwa berat ringannya pekerjaan ibu juga akan mempengeruhi kondisi tubuh dan pada akhirnya akan mempengaruhi status kesehatannya. Ibu yang bekerja mempunyai kecenderungan kurang istirahat, konsumsi makan tidak seimbang sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

Tabel 2 Sebaran ibu hamil dan suami menurut umur, pendidikan, serta pekerjaan

Karakteristik dan kategori Ibu hamil Suami

n % n % Umur - < 20 tahun - 20-35 tahun - > 35 tahun 5 32 3 12.5 80.0 7.5 0 28 12 0.0 70.0 30.0 Total 40 100 40 100 Rata-rata±sd (tahun) 26.4±6.0 32.4±7.0 Pendidikan - Tidak tamat SD - SD - SMP - SMA - Perguruan tinggi 2 32 3 2 1 5.0 80.0 7.5 5.0 2.5 2 27 2 8 1 5.0 67.5 5.0 20.0 2.5 Total 40 100 40 100 Pekerjaan - Swasta - IRT - Buruh - Petani - PNS 2 37 - - 1 5.0 92.5 - - 2.5 21 - 17 1 1 52.5 - 42.5 2.5 2.5 Total 40 100 40 100 Umur

Berdasarkan data pada Tabel 2,umur ibu hamil pada penelitian ini berkisar antara 18 tahun hingga 40 tahun dengan umur rata-rata 26.4 tahun. Sebagian besar contoh (80%) berada pada rentang umur 20-35 tahun, sebesar 12.5% pada umur kurang dari 20 tahun, dan sebesar 7.5% contoh berumur lebih dari 35 tahun. Sehingga sebagian besar ibu hamil dapat dikatakan tidak berada pada umur yang beresiko anemia. Umur suami contoh berkisar antara 23 tahun hingga 50 tahun dengan umur rata-rata 32,4 tahun. Sebesar 70.0% berada pada rentang umur 20-35 tahun dan sisanya sebesar 30.0% suami contoh berumur lebih dari 35 tahun. Pendidikan

Menurut Hardinsyah (1985), tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat konsumsi pangan seseorang dalam memilih bahan pangan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang yang memiliki pendidikan tinggi cenderung memilih bahan pangan yang lebih baik dalam kuantitas maupun kualitas dibanding dengan

13 orang yang berpendidikan rendah. Tabel 2 menunjukkan sebagian besar ibu hamil menempuh pendidikan SD/sederajat dengan persentase sebesar 80%. Tingkat pendidikan suami contoh diduga memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap status anemia ibu hamil. Sama halnya dengan tingkat pendidikan contoh persentase terbesar pada suami contoh adalah pada tingkat SD/sederajat dengan persentase 67.5%..

Pekerjaan

Pekerjaan ibu hamil dibagi kedalam 3 kategori, yaitu swasta, Ibu Rumah Tangga (IRT), dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa ibu hamil bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan persentase sebesar 92.5%. Pekerjaan suami berkaitan dengan pendapatan dari keluarga contoh. Jenis pekerjaan suami pada penelitian ini terbagi menjadi swasta, buruh, petani, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sebagian besar (42.5%) suami bekerja sebagai buruh.

Tabel 3 Sebaran ibu hamil berdasarkan pekerjaan dan besar keluarga

Karakteristik dan kategori n %

Pendapatan - Miskin (<Rp151.200) - Tidak miskin (≥Rp151.200) 37 3 7.5 92.5 Total 40 100 Rata-rata±sd (Rp/kapita/bulan) 405.274±284.860 Besar keluarga - Kecil (≤ 4 orang) - Sedang (5-6 orang) - Besar (≥ 7 orang) 24 13 3 60.0 32.5 7.5 Total 40 100 Rata-rata±sd (orang) 4.0±1.6 Pendapatan

Meningkatnya pendapatan perorangan secara langsung dapat merubah susunan makanan orang tersebut. Akan tetapi, pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin keberagaman konsumsi pangan. Kadang-kadang perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan makanan ialah pangan yang dimakan lebih mahal (Suharjo 1989).

Berdasarkan Tabel 3, contoh pada penelitian ini memiliki pendapatan keluarga/bulan antara Rp 600.000 sampai dengan Rp 5.000.000 dengan rata-rata pendapatan Rp 387.500. Setelah dibagi dengan jumlah anggota keluarga maka diperoleh pendapatan per kapita per bulan, yaitu sekitar Rp 128.572 sampai dengan Rp 350.000 dengan rata-rata pendapatan per kapita per bulan sebesar Rp 405.274±284.860. Berdasarkan Biro Purat Statistika (2010), keluarga dikategorikan berdasarkan pendapatan per kapita per bulan yang diperoleh yaitu keluarga miskin (≤Rp 151.200) dan tidak miskin (>Rp 151.200). Persentase terbesar keluarga contoh tergolong keluarga tidak miskin sebesar 92.5% dan sisanya 7.5% contoh merupakan keluarga miskin. Angka kemiskinan ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan angka kemiskinan di Indonesia sebesar 13,33% pada tahun 2010.

14

Besar Keluarga

Besarnya jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pangan ibu hamil, idealnya keluarga mempunyai anggota maksimal empat orang. Menurut Hardinsyah (2007), besar keluarga mempunyai hubungan yang berkebalikan dengan keragaman konsumsi pangan, diduga besar keluarga merupakan determinan keragaman konsumsi pangan di Indonesia.

Besar keluarga dapat digunakan untuk memberikan gambaran terhadap jumlah pangan yang diterima oleh setiap anggota keluarga. Pada penelitian iniyang dimaksud dengan anggota keluarga adalah kerabat yang menempati rumah yang sama dengan sumber perolehan pangan yang sama. Besar keluarga ibu hamil berkisar antara 2 hingga 8 orang dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 4±1.6 orang. Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa besar keluarga tergolong keluarga kecil dengan persentase sebesar 60.0%, sebesar 32.5% tergolong keluarga sedang, dan sebesar 7.5% tegolong keluarga besar. Tabel 4 Sebaran ibu hamil berdasarkan paritas, usia kehamilan, status anemia, dan

Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil

Karakteristik dan kategori n %

Paritas - 0 - 1 - 2 - >2 15 9 10 6 37.5 22.5 25.0 15.0 Total 40 100 Rata-rata±sd 1.0±0.5 Usia kehamilan - Trimester II - Trimester III 23 17 57.5 42.5 Total 40 100 Rata-rata±sd (minggu) 23.0±6.1 Status anemia - Anemia (Hb <11 gr%) - Tidak anemia (Hb ≥11 gr%) 40 0 0.0 100.0 Total 40 100 Rata-rata±sd 11.9±0.3

Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil - Kurang (<18.5) - Normal (18.5-25) - Lebih (>25) 9 26 5 22.5 65.0 12.5 Total 40 100 Rata-rata±sd (kg/m2) 21.9±6.0 Paritas

Paritas merupakan jumlah persalinan yang telah dilakukan oleh ibu hamil. Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin besar risiko kehilangan darah dan berdampak pada penurunan kadar hemoglobin. Hal tersebut akan lebih berat jika disertai dengan jarak kelahiran yang relatif pendek. Paritas pada

15 penelitian ini berkisar antara 0 sampai dengan 7. Tabel 4 menunjukkan sebagian besar ibu hamil pada penelitian ini tergolong ke dalam kategori paritas rendah (0 dan 2) dengan persentase masing-masing sebesar 37.5% dan 25.0%.

Usia Kehamilan

Usia kehamilan dikelompokkan menjadi dua, yaitu trimester dua pada usia kehamilan 13-24 minggu, dan trimester tiga pada usia kehamilan 25-37 minggu. Meningkatnya kejadian anemia dengan bertambahnya umur kehamilan (Darlina 2003). Hoffbrand et al. (2005) menyebutkan bahwa ibu hamil akan mengalami hemodilusi yang terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Apabila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr/dl maka dengan terjadinya hemodilusi hemoglobin ibu akan turun menjadi 9.5-10 gr/dl.

Usia kehamilan ibu hamil pada penelitian ini adalah 13-36 minggu. Berdasarkan Tabel 4, sebesar 57.5% ibu hamil berada pada kelompok trimester dua dengan rata-rata usia kehamilan yaitu 23.0±6.1 minggu. Pada usia kehamilan tersebut terjadi peningkatan kebutuhan zat besi. Apabila peningkatan tidak disertai dengan pemasukan yang cukup, maka cadangan zat besi akan menurun dan menyebabkan anemia.

Status Anemia

Berdasarkan surat keputusan menkes RI No. 736a/Menkes/XI/1989 dalam Riskesdes (2007), ibu hamil dikatakan tidak anemia jika kadar hemoglobinnya ≥11 gr/dl. Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba (2007) yaitu; 1) tidak anemia (Hb 11 gr/dl), 2) anemia ringan (Hb 9-10 gr/dl), 3) anemia sedang (Hb 7-8 gr/dl), dan 4) anemia berat (Hb <7 gr/dl). Pada penelitian ini status anemia pada ibu hamil diukur secara kualitatif dengan menggunakan skala hemoglobin. Ibu hamil pada penelitian berada pada rentang skala 60-70, skala 70 disetarakan dengan kadar hemoglobin 12 gr/dl dan skala 60 disetarakan dengan kadar hemoglobin 11 gr/dl. Sehingga pada Tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh ibu hamil tergolong tidak anemia dengan rata-rata kadar hemoglobin 11.9 gr/dl ±0.3 gr/dl.

Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum Hamil

Menurut Supariasa et al. (2001), status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu cukup lama. Status gizi ibu sebelum dan selama hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungannya. Berdasarkan Tabel 4, lebih dari separuh (65%) ibu hamil memiliki IMT normal sebelum hamil dengan rata-rata 21.9±6.0. Terdapat ibu dengan IMT sebelum hamil yang termasuk kategori kurang sebanyak 22.5%. Apabila status gizi ibu buruk sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan beberapa akibat yang fatal bagi bayi. Akibatnya antara lain BBLR, terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus dan lain-lain. Ibu hamil yang memiliki masalah gizi perlu

16

mendapatkan perhatian khusus agar memperhatikan makanan yang dikonsumsinya agar terjadi peningkatan atau penurunan status gizi.

Rekomendasi Kenaikan Berat Badan

Hardinsyah dan Martianto (1992) menyebutkan bahwa pada saat hamil seorang ibu memerlukan zat gizi untuk pertumbuhan organ reproduksi ibu maupun untuk pertumbuhna janin. Jika kebutuhan gizi selama hamil terpenuhi maka akan terjadi peningkatan berat badan. Menurut WHO (1995) diacu dalam Turhayati (2006). ibu yang sehat dan berstatus gizi baik pertambahan berat badan yang sarankan yaitu 10-14 kg. Angka ini berbeda dengan pernyataan Depkes (2000) yang menyatakan bahwa kenaikan berat badan ibu hamil yang normal selama kehamilan adalah 11-12 kg dan berbeda juga dengan Duhring (1984) diacu dalam Hardinsyah dan Martianto (1992) yang menyatakan bahwa pada kehamilan normal, akan terjadi kenaikan berat badan antara 11-13 kg.

Rentang berat badan ibu hamil sebelum hamil yaitu 35-65 kg dan berat badan aktual ibu hamil 40-70 kg. Tidak semua ibu hamil dalam penelitian mengalami kenaikan berat badan saat hamil. Rentang selisih kenaikan berat badan ibu hamil yaitu antara -5.0 – 17.0 kg, sedangkan berdasarkan perhitungan rentang selisih rekomendasi kenaikan berat badan ibu hamil yaitu 1.4 – 12.5 kg. Berdasarkan Tabel 5 pada ibu hamil yang memiliki IMT kurang pada saat sebelum hamil sebagian besar mengalami kelebihan berat badan (66.7%). Namun masih terdapat 33.3% ibu hamil yang berat badannya kurang sehingga perlu peningkatan konsumsi pangan. Pada ibu hamil dengan IMT normal sebelum hamil masih memiliki berat badan kurang sebesar 46.2%, begitupun berat badan kurang terjadi pada 80.0% ibu hamil yang memiliki IMT lebih pada saat sebelum hamil. Tabel 5 Rekomendasi kenaikan berat badan ibu hamil berdasarkan Indeks Massa

Tubuh (IMT) sebelum hamil IMT sebelum hamil

Rekomendasi kenaikan berat badan

Total Kurang Normal Lebih

n % n % n % n %

Kurang 3 33.3 0 0.0 6 66.7 9 100.0

Normal 12 46.2 1 3.8 13 50.0 26 100.0

Lebih 4 80.0 0 0.0 1 20.0 5 100.0

Pengetahuan Gizi

Data pengetahuan gizi diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap contoh melalui kuesioner. Pengetahuan gizi ibu hamil diketahui berdasarkan skor dari daftar pertanyaan yang diajukan, kemudian diubah dalam bentuk persen. Berdasarkan Tabel 6 sebagian besar ibu hamil sudah mengetahui komposisi makanan bergizi dan sehat (85.0%), makanan sumber protein (92.5%), makanan sumber zat besi (50.5%), makanan penghambat penyerapan zat besi (75.0%), faktor yang membantu penyerapan zat besi (2.5) dan jarak kehamilan yang aman (30.0%). Pertanyaan mengenai gejala anemia dapat dijawab dengan benar oleh sebagian ibu hamil (55.5%) dan sebagian besar (90%) dapat menjawab dengan benar pertanyaan mengenai salah satu cara mencegah anemia.

17 Komposisi makanan ibu hamil sebaiknya beragam, terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Meningkatnya kebutuhan gizi selama hamil maka sebaiknya porsi makan saat hamil lebih banyak dibandingkan dengan sebelum hamil. Menurut Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi menu seimbang yaitu menu yang lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak hanya cukup energi dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya.

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam jumlah maupun mutu. Sumber protein hewani adalah telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sedangkan sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain (Almatsier 2003).

Zat besi pada ibu hamil kebutuhannya meningkat hingga 200-300%. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat mengganggu metabolisme energi sehingga dapat menyebabkan menurunnya kemampuan kerja organ-organ tubuh dan akan mempengaruhi perkembangan janin. Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor. Asupan protein hewani dan vitamin C dapat membantu meningkatkan penyerapan, sedangkan kopi, teh, garam kalsium dan magnesium dapat mengurangi jumlah serapan (Miyata 2010).

Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadi kelahiran berikutnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan anemia. Hal ini disebabkan belum pulihnya kondisi ibu dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi belum optimal sudah harus memenuhi kebutuhan gizi janin yang dikandung. Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun berisiko lebih besar untuk menderita anemia (Wibowo & Basuki 2006).

Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hb di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan sebagai akibat kekurangan zat gizi (WHO 1996 dalam Widayani 2004). Pada umumnya sebagian besar anemia disebabkan oleh defisiensi besi. Anemia gizi besi merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi. Kekurangan zat besi pada ibu hamil mengakibatkan kerawanan saat melahirkan, perdarahan, berat bayi rendah, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan anak. Anemia gizi besi dapat menyebabkan lesu, cepat lelah, dan tenaga berkurang (Wirakusumah 1999). Pertanyaan mengenai berat badan minimal bayi lahir yang dikatakan sehat dijawab benar oleh lebih dari separuh (67.5%). Hal ini berarti pengetahuan ibu hamil mengenai berat minimal bayi lahir yang dikatakan sehat termasuk sedang. Berat minimal bayi lahir yang dikatakan sehat adalah 2500 gram. Apabila berat bayi lahir kurang dari 2500 gram maka berat bayi tersebut dapat dikatakan rendah (BBLR). Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram memiliki risiko kematian lima sampai sembilan kali lebih tinggi dibanding dengan bayi yang berat lahirnya 2500 sampai 2999 gram dan 7.13 kali lebih tinggi dibanding bayi dengan berat lahir 3000 sampai 3999 gram (Puffer 1983 dalam Notobroto & Wahyuni 2003).

Pertanyaan lain yang tidak bisa dijawab dengan benar oleh ibu hamil adalah mengenai pertambahan berat badan selama hamil, kurang dari separuh (37.5%) ibu hamil dapat menjawab dengan benar pertanyaan tersebut. Pertambahan berat badan selama kehamilan sebaiknya 8-12 kg. Menurut WHO ibu yang sehat dan berstatus gizi baik pertambahan berat badan yang sarankan yaitu 10-14 kg (Turhayati 2006). Angka ini berbeda dengan pernyataan Depkes (2000) yang menyatakan bahwa kenaikan berat badan ibu hamil yang normal selama kehamilan adalah 11-12 kg. Apabila kenaikan berat badan kurang dari 11-12 kg,

18

maka bayi akan lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan menurut Arisman (2004), secara keseluruhan pertambahan berat badan ibu hamil sekitar 8,8 kg-13,6 kg. Pada kehamilan kembar pertambahan berat badan dibatasi sekitar 15,4-20,4 kg.

Ibu hamil yang bisa menjawab dengan benar mengenai makanan yang paling banyak mengandung vitamin C hanya 25.0%. Vitamin C membantu pembentukan jaringan tubuh janin dan penting dalam proses metabolisme tubuh. Vitamin C banyak terdapat pada buah dan sayur. Jambu biji memiliki kandungan vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan dengan durian, jeruk, maupun pepaya (Mahmud et al. 2009). Menurut Nadesul (2005), ibu hamil yang kekurangan vitamin C cenderung mengalami ketuban pecah dini. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya infeksi didalam kandungan dan akan membahayakan janin.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu hamil masih kurang mengenai penyebab anemia, gejala anemia, dampak kekurangan zat besi, faktor-faktor yang membantu dan menghambat penyerapan zat besi, jarak kehamilan yang aman, serta penambahan berat badan normal pada ibu hamil. Hal ini berarti diperlukan peningkatan penyuluhan mengenai pertambahan berat badan, berat minimal bayi lahir sehat, serta makanan sumber zat gizi.

Tabel 6 Sebaran ibu hamil berdasarkan kemampuan menjawab pertanyaan pengetahuan gizi dengan benar

No Materi Pertanyaan n %

1 Porsi makan ibu hamil 34 85.0

2 Penyebab anemia 12 30.0

3 Sumber zat besi paling banyak 20 50.5

4 Sumber zat besi selain pangan hewani 22 55.5

5 Gejala anemia 22 55.5

6 Faktor penghambat penyerapan zat besi 31 77.5 7 Faktor yang membantu penyerapan zat besi 1 2.5

8 Tanda-tanda anemia 20 50.5

9 Cara mencegah anemia 36 90.0

10 Jumlah tablet besi yang harus dikonsumsi 24 60.0 11 Makanan yang mengandung vitamin C 10 25.0 12 Bahan makanan yang menghambat penyerapan zat besi 30 75.0

13 Akibat kekurangan zat besi 17 42.5

14 Gejala awal yang lazim pada anemia 6 15.0

15 Makanan sumber protein 37 92.5

16 Penambahan berat badan normal pada ibu hamil 15 37.5

17 Jarak kehamilan aman 12 30.0

18 Resiko bayi lahir tidak cukup bulan 21 52.5 19 Berat badan minimal bayi lahir sehat 27 67.5 20 Pemberian tablet besi pada ibu hamil 22 55.0

Skor pengetahuan ibu hamil berkisar antara 25-85 dari selang skor minimum 0 dan skor maksimum 100 dengan rata-rata skor 55.0±17.0. Sebagian besar ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan gizi kurang (52.5%) dan hanya 2.5% ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik.

19 Tabel 7 Sebaran ibu hamil berdasarkan tingkat pengetahuan gizi

No. Kategori n % 1 Baik (>80) 1 2.5 2 Sedang (60-80) 18 45.0 3 Kurang (<60) 21 52.5 Total 40 100 Rata-rata±SD 55.0±17.0 Sikap Gizi

Ajzen dalam Azwar dan Saefuddin (1995) menyebutkan bahwa praktek dipengaruhi kehendak sedangkan kehendak dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Sikap belum merupakan suatu perbuatan, namun sikap akan mengarahkan perilaku secara langsung. Pengalaman-pengalaman yang dialami dan respon yang diperlihatkan seseorang terhadap makanan dapat mempengaruhi sikap orang tersebut terhadap makanan.

Hampir seluruh (95%) ibu hamil menyatakan sikap setuju terhadap pernyataan mengenai makanan sehat terdiri dari pangan sumber karbohidrat, protein, sayur dan buah. Ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi beraneka ragam makanan. Makanan yang beraneka ragam terdiri dari pangan karbohidrat, lauk, sayur, dan buah. Zat gizi yang dibutuhkan antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin (A,C,K,D), dan mineral seperti besi, yodium, kalsium, dan asam folat. Selain itu, ibu hamil perlu makan lebih banyak dan lebih sering untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi ibu hamil dan janin (Depkes 2000). Kurang dari separuh (37.5%) ibu hamil setuju dengan pernyataan teh dapat menghambat penyerapan zat besi.

Hal ini sejalan dengan Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi menu seimbang yaitu menu yang lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak hanya cukup energi dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya. Makanan ibu hamil sebaiknya terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Selain itu, dengan meningkatnya kebutuhan gizi selama hamil maka sebaiknya porsi makan saat hamil lebih banyak dibandingkan dengan sebelum hamil.

Hanya sekitar 10% ibu hamil yakin bahwa susu dibutuhkan dalam kehamilan. Sebagian keci (5%) ibu hamil setuju bahwa makanan ketika hamil selalu lebih banyak dibanding sebelum hamil. Sebagian besar (65%) ibu hamil setuju bahwa mual dapat dikurangi bila ibu hamil memenuhi kebutuhan gizi sejak awal kehamilan.

Kenaikan berat badan yang normal selama hamil adalah 11-12 kg (Depkes 2000), sedangkan menurut Arisman (2004) secara keseluruhan pertambahan berat badan ibu hamil sekitar 8.8 kg-13.6 kg. Hanya sebesar 45% ibu hamil yang mengetahui pertambahan berat badan yang normal selama hamil. Sebagian besar (72.5%) ibu hamil setuju bahwa bayi lahir cukup umur bila lahir pada umur kehamilan lebih dari 37 minggu. Sebanyak 87.5% ibu hamil setuju bahwa berat badan bayi lahir sehat adalah lebih dari 2.5 kg.

Berat badan ibu hamil harus memadaisesuai dengan umur kehamilan. Menurut Nadesul (2005), jika kenaikan berat badan ibu hamil kurang dari normal,

20

kemungkinan ibu berisiko keguguran, anak lahir prematur, berat bayi lahir rendah, gangguan kekuatan rahim mengeluarkan anak, perdarahan setelah persalinan. Selain itu, anak yang dilahirkan juga berukuran lebih kecil dari rata-rata bayi seusianya.

Peningkatan kebutuhan gizi terjadi pada saat hamil sehingga diperlukan suplemen gizi agar kebutuhan gizi ibu hamil tercukupi. Lebih dari separuh (62.5%) ibu hamil setuju bahwa semua suplemen gizi dibutuhkan ibu hamil. Tablet tambah darah diperlukan bagi ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat besi. Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi. Hampir seluruh ibu hamil setuju bahwa suplemen tablet besi dibutuhkan ibu hamil (57.5%) dan sebanyak 80% ibu hamil setuju bahwa tablet besi berguna untuk mengatasi masalah anemia pada ibu hamil.

Menurut Depkes (1991), ibu hamil harus memeriksakan kesehatan dan kehamilan ke posyandu atau puskesmas paling sedikit empat kali. lebih dari separuh (65%) ibu hamil yang setuju bahwa pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal empat kali selama hamil. Perawatan kehamilan menurunkan risiko kematian bayi dalam dua tahun pertama.

Tabel 8 Sebaran ibu hamil berdasarkan kemampuan menjawab pernyataan sikap gizi dengan benar

No Pernyataan n %

1 Makanan sehat yang bagi ibu hamil 38 95.0 2 Minum tablet besi untuk mencegah anemia 8 20.0 3 Minum teh menghambat penyerapan zat besi 15 37.5 4 Vitamin C menghambat penyerapan zat besi 15 37.5 5 Manfaat tablet besi pada ibu hamil 17 42.5 6 Peningkatkan konsumsi zat besi trimester III 20 50.0

7 Sumber zat besi pada pangan 31 77.5

8 Manfaat tablet besi pada janin 28 70.0 9 Konsumsi teh bersamaan dengan tablet besi 26 65.0 10 Porsi makanan selama hamil lebih banyak 2 5.0

11 Minum susu pada ibu hamil 2 5.0

12 Minum suplemen gizi pada ibu hamil 4 10.0 13 Minum tablet besi untuk ibu hamil 25 62.5

14 Cara mengurangi mual 26 65.0

15 Memeriksakan kehamilan 32 80.0

16 Penambahan berat badan selama kehamilan 18 45.0

17 Bayi lahir cukup umur 29 72.5

18 Berat bayi lahir sehat 35 87.5

19 Gejala kekurangan zat besi 36 90.0

20 Pemberian tablet besi pada trimester kedua dan ketiga 26 65.0 Sikap gizi pada penelitian ini meliputi makanan sehat bagi ibu hamil, tablet tambah darah, suplemen gizi, pertambahan berat badan, pemeriksaan kehamilan, usia kehamilan, dan berat badan bayi lahir sehat. Hasil penelitian pada Tabel 9 menunjukkan bahwa skor sikap gizi ibu hamil berkisar antara 20-31 dari selang

21 skor minimum 0 dan skor maksimum 100 dengan skor rata-rata 62.3. Lebih dari separuh (75%) ibu hamil memiliki skor sikap gizi dengan kategori sedang.

Dokumen terkait