• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi pada Ibu Hamil di Desa Cikeas Kecamatan Sukaraja Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi pada Ibu Hamil di Desa Cikeas Kecamatan Sukaraja Bogor"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI

PADA IBU HAMIL DI DESA CIKEAS KECAMATAN

SUKARAJA BOGOR

YULIA PUSPITA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ABSTRACT

YULIA PUSPITA. Correlations between Knowledge, Attitude, and Nutritional Practice of Pregnant Women at Cikeas Village Sukaraja Bogor. Supervised by ALI KHOMSAN and MIRA DEWI.

The objective of this research was to analyze the correlations between knowledge, attitude, and nutritional practice of pregnant women at Cikeas Village Sukaraja Bogor. The design of the research was a cross sectional study. Total sample was 40 respondents selected by purposive sampling. Primary data consisted of pregnant women characteristics, knowledge, attitude, nutrition practice, and iron intake. The results showed that there were significant correlations between education level and nutritional knowledge (r=0.457, p<0.01), nutritional knowledge and nutritional attitude (r= r=0.410, p<0.01). This research showed inadequate intake of energy, protein, and iron intake from food among pregnant women. There was no significant correlation between nutritional knowledge and nutritional attitude with iron adequate level from food and iron suplement.

(3)

RINGKASAN

YULIA PUSPITA. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi pada Ibu Hamil di Desa Cikeas Kecamatan Sukaraja Bogor. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN dan MIRA DEWI.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktek gizi ibu hamil terhadap konsumsi zat besi di Desa Cikeas Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) mengetahui karakteristik ibu hamil, (2) mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktek gizi ibu hamil terhadap konsumsi zat besi, (3) menganalisis hubungan pendidikan dengan pengetahuan gizi ibu hamil, (4) menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan sikap dan praktek ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi, (5) menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi zat besi pada ibu hamil, (6) menganalisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi terhadap tingkat kecukupan zat besi pada ibu hamil.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Cikeas Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Contoh penelitian ini diambil secara purposive dengan ibu hamil dengan usia kehamilan trimester kedua dan ketiga, dapat berkomunikasi dengan baik, dan bersedia menjadi responden. Jumlah contoh yang terpilih adalah semua ibu hamil yang memenuhi kriteria yang ditentukan. Jumlah yang terpilih adalah 40 ibu hamil.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik ibu hamil, status gizi sebelum hamil, status anemia ibu hamil, pengetahuan gizi ibu hamil, sikap gizi ibu hamil, praktek gizi ibu hamil, dan data konsumsi pangan dengan metode recall 2 x 24 jam dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Data sekunder diperoleh dari puskesmas dan kelurahan. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dan statistik. Pengolahan data meliputi editing, coding, entri, cleaning dan analisis data. Analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 16 for windows.

Sebagian besar ibu hamil pada penelitian ini tergolong ke dalam kategori paritas rendah yaitu 0 dan 2 serta berada pada usia kehamilan trimester dua. Kisaran usia kehamilan ibu hamil yaitu 13-36 minggu dengan rata-rata usia kehamilan 23.0 minggu. Seluruh ibu hamil tergolong status tidak anemia dengan skala hemoglobin 60-70 atau setara dengan 11 gr/dl - 12 gr/dl. Pada penelitian ini, lebih dari separuh IMT ibu hamil sebelum hamil termasuk kategori normal. Ibu hamil yang memiliki IMT kurang pada saat sebelum hamil sebagian besar mengalami kelebihan berat badan (66.7%). Namun masih terdapat 33.3% ibu hamil yang berat badannya kurang sehingga perlu peningkatan konsumsi pangan. Pada ibu hamil dengan IMT normal sebelum hamil masih memiliki berat badan kurang sebesar 46.2%, begitupun berat badan kurang terjadi pada 80.0% ibu hamil yang memiliki IMT lebih pada saat sebelum hamil.

(4)

serta penambahan berat badan normal pada ibu hamil. Lebih dari separuh (75%) ibu hamil memiliki skor sikap dengan kategori sedang. Pada praktek gizi ibu hamil sebagian besar mengkonsumsi sayuran setiap hari, lauk hewani (telur, daging dan ikan) tiga kali seminggu dan menyatakan tidak pernah mengkonsumsi hati. Ibu hamil memiliki pola konsumsi makan tiga kali makan utama dan dua kali selingan sebanyak 52.5%. Sebagian besar ibu hamil tidak minum susu sebelum hamil dan hanya 40% ibu hamil yang minum susu saat hamil. Sebagian besar ibu hamil pada trimester II baru melakukan pemeriksaan kehamilan satu kali dan pada ibu hamil trimester III ibu hamil telah memeriksakan kehamilan lebih dari 4 kali. Sebagian besar ibu hamil trimester II dan trimester III menyatakan bahwa sebelumnya selama hamil tidak pernah memeriksakan darah. Kurang dari separuh ibu hamil mengkonsumsi tablet besi setiap hari. Hampir seluruh ibu hamil mendapatkan informasi mengenai makanan sumber zat besi dan tablet besi dari bidan.

Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata positif dan sangat signifikan (r=0.457, p<0.01) antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan gizi. Artinya ibu hamil yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah memiliki pengetahuan gizi yang rendah pula. Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata positif dan sangat signifikan (r=0.410, p<0.01) antara pengetahuan gizi ibu hamil dengan sikap gizi ibu hamil. Berdasarkan hasil uji Spearman dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata (p>0.05) positif antara tingkat pengetahuan dan sikap gizi dengan tingkat kecukupan zat besi dari makanan ibu hamil.

(5)
(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi pada Ibu Hamil di Desa Cikeas Kecamatan Sukaraja Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(7)

ABSTRAK

YULIA PUSPITA. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi pada Ibu Hamil di Desa Cikeas Kecamatan Sukaraja Bogor. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN dan MIRA DEWI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktek gizi pada ibu hamil di Desa Cikeas Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Total sampel 40 responden yang dipilih secara purposif. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik, pengetahuan gizi, sikap gizi, praktek gizi, dan data konsumsi pangan ibu hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan gizi (r=0.457, p<0.01), antara pengetahuan gizi dan sikap gizi (r=0.410, p<0.01). Penelitian ini menunjukkan belum terpenuhinya kebutuhan energi, protein dan zat besi dari makanan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi ibu hamil dengan tingkat kecukupan zat besi dari makanan dan tablet besi.

Kata kunci: ibu hamil, pengetahuan gizi, praktek gizi, sikap gizi.

ABSTRACT

YULIA PUSPITA. Correlations between Knowledge, Attitude, and Nutritional Practice of Pregnant Women at Cikeas Village Sukaraja Bogor. Supervised by ALI KHOMSAN and MIRA DEWI.

The objective of this research was to analyze the correlations between knowledge, attitude, and nutritional practice of pregnant women at Cikeas Village Sukaraja Bogor. The design of the research was a cross sectional study. Total sample was 40 respondents selected by purposive sampling. Primary data consisted of pregnant women characteristics, knowledge, attitude, nutrition practice, and iron intake. The results showed that there were significant correlations between education level and nutritional knowledge (r=0.457, p<0.01), nutritional knowledge and nutritional attitude (r= r=0.410, p<0.01). This research showed inadequate intake of energy, protein, and iron intake from food among pregnant women. There was no significant correlation between nutritional knowledge and nutritional attitude with iron adequate level from food and iron suplement.

(8)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI

PADA IBU HAMIL DI DESA CIKEAS KECAMATAN

SUKARAJA BOGOR

YULIA PUSPITA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(9)
(10)

Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi pada Ibu Hamil di Desa Cikeas Kecamatan Sukaraja Bogor

Nama : Yulia Puspita NIM : I14086016

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS Pembimbing I

dr Mira Dewi, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budi Setiawan, MS Ketua Departemen

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2011 sampai Juni 2011 ini ialah tingkat kecukupan zat besi, dengan judul Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi pada Ibu Hamil di Desa Cikeas Kecamatan Sukaraja Bogor.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan MS dan Ibu dr. Mira Dewi MSi selaku pembimbing, serta Ibu Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Bidan Novi serta para kader posyandu di Desa Cikeas Kecamatan Sukaraja Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, mamah, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan 4

Hipotesis 4

KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu 6

Jumlah dan Penarikan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh 11

Umur 12

Pendidikan 12

Pekerjaan 13

Pendapatan 13

Besar Keluarga 14

Paritas 14

Usia Kehamilan 15

Status Anemia 15

Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum Hamil 15

Rekomendasi Kenaikan Berat Badan 16

Pengetahuan Gizi 16

Sikap Gizi 19

Praktek Gizi 21

Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Gizi 22

Kepatuhan Ibu Hamil terhadap Konsumsi Tablet Besi Bulan Lalu 23

Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Gizi 24

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Gizi 24

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tingkat Kecukupan Zat

Besi dari Makanan dan Tablet Besi 25

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 25

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 27

(13)

DAFTAR TABEL

1 Variabel, kategori, dan cara pengumpulannya 9

2 Sebaran ibu hamil dan suami berdasarkan umur, pendidikan, serta

pekerjaan 11

3 Sebaran ibu hamil berdasarkan pekerjaan dan besar keluarga 13 4 Sebaran ibu hamil berdasarkan paritas, usia kehamilan, status anemia, dan

Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil 14

5 Rekomendasi kenaikan berat badan berdasarkan Indeks Massa Tubuh

(IMT) sebelum hamil 16

6 Sebaran ibu hamil berdasarkan kemampuan menjawab pertanyaan

pengetahuan gizi dengan benar 18

7 Sebaran ibu hamil berdasarkan tingkat pengetahuan gizi 19 8 Sebaran ibu hamil berdasarkan kemampuan menjawab pernyataansikap

gizi dengan benar 20

9 Sebaran ibu hamil berdasarkan tingkat sikap gizi 21 10 Estimasi angka kecukupan energi, protein, dan zat besi 23 11 Rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan energi, protein dan zat besi 23 12 Sebaran ibu hamil berdasarkan kepatuhan terhadap konsumsi tablet besi

bulan lalu 24

13 Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap gizi dengan tingkat kecukupan zat besi dari makanan dan tablet besi bulan lalu 25

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran pengetahuan, sikap, dan gizi pada ibu hamil 5

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) yang disusun oleh Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Badan Perencana Pembangunan Nasional (2012), status gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagai penentu kualitas sumber daya manusia semakin jelas dengan adanya bukti bahwa status gizi dan kesehatan ibu pada masa pra-hamil, saat kehamilannya dan saat menyusui merupakan periode yang sangat kritis. Periode seribu hari, yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya, merupakan periode sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental dan kecerdasannya, yang pada usia dewasa terlihat dari ukuran fisik yang tidak optimal serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.

Didalam kandungan, janin akan tumbuh dan berkembang melalui pertambahan berat dan panjang badan, perkembangan otak serta organ-organ lainnya seperti jantung, hati, dan ginjal. Janin mempunyai plastisitas yang tinggi, artinya janin akan dengan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungannya baik yang menguntungkan maupun yang merugikan pada saat itu. Sekali perubahan tersebut terjadi, maka tidak dapat kembali ke keadaan semula. Perubahan tersebut merupakan interaksi antara gen yang sudah dibawa sejak awal kehidupan, dengan lingkungan barunya. Pada saat dilahirkan, sebagian besar perubahan tersebut menetap atau selesai, kecuali beberapa fungsi, yaitu perkembangan otak dan imunitas, yang berlanjut sampai beberapa tahun pertama kehidupan bayi. Kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian. Secara paralel penyesuaian tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi di ekspresikan pada usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek, rendahnya kemampuan kognitif atau kecerdasan sebagai akibat tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan otak. Reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi juga meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes dengan berbagai risiko ikutannya pada usia dewasa (Bappenas 2012)..

(15)

2

Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan terhadap masalah gizi. Masalah gizi yang dialami sebelum dan selama kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Terhambatnya pertumbuhan janin salah satunya disebabkan oleh gizi ibu yang buruk, ditandai oleh rendahnya pertambahan berat badan ibu hamil atau berat badan ibu sebelum hamil. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang baik sehingga bayi yang dilahirkan juga baik (Khomsan 2002).

Salah satu masalah gizi yang dialami ibu hamil adalah anemia gizi. Sebagian besar anemia gizi ini adalah anemia gizi besi, Anemia gizi besi ditunjukan dengan kadar hemoglobin seseorang yang berada di bawah batas normal (Depkes 2007). Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2005 melaporkan bahwa prevalensi anemia pada kehamilan secara umum adalah 55%, dan anemia ini tinggi pada trimester ketiga dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) pada tahun 2001, prevalensi anemia pada ibu hamil adalah sebesar 40.1%, pada wanita usia subur 15-44 tahun 27.9% dan pada balita 48.1%. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2005 juga menunjukkan bahwa terdapat ibu hamil sebanyak 4 juta per tahun, 2 juta diantaranya mengalami anemia gizi dan 1 juta mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis). Selain itu, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2007) menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 59%.

Zat besi merupakan salah satu zat gizi yang kebutuhannya meningkat pada masa kehamilan. Zat besi pada masa kehamilan digunakan untuk perkembangan janin, plasenta, ekspansi sel darah merah, dan untuk kebutuhan basal tubuh. Apabila kadar zat besi dalam tubuh ibu hamil kurang, maka salah satunya akan memacu terjadi suatu keadaan yang disebut dengan anemia. Hal ini terjadi karena zat besi merupakan mikroelemen esensial bagi tubuh yang diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Selain itu, kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat mengganggu metabolisme energi sehingga dapat menyebabkan menurunnya kemampuan kerja organ-organ tubuh dan dapat berdampak pada perkembangan janin (Parra et al. 2005).

Allen Lindsay H. (2000) menyebutkan bahwa kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat berisiko bayi lahir prematur, berat bayi lahir rendah serta kematian pada ibu. Selain itu, Sulistyoningsih (2011) menyebutkan bahwa ibu hamil yang mengalami anemia dapat mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, anemia pada bayi yang dilahirkan, dan kemungkinan melahirkan bayi prematur juga lebih besar dibandingkan ibu yang tidak anemia.

(16)

3 untuk meringankan kerja jantung. Apabila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr/dl maka dengan terjadinya hemodilusi hemoglobin ibu akan turun menjadi 9.5-10 gr/dl.

Anemia kekurangan zat besi sebenarnya tidak akan terjadi bila makanan sehari-hari cukup mengandung zat besi. Namun sumber makanan yang banyak mengandung zat besi umumnya terdapat pada protein hewani seperti; hati, ikan dan daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh kebanyakan masyarakat di Indonesia (Miyata 2010).

Desa Cikeas adalah salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor, dengan keadaan geografisnya berupa dataran rendah. Pemilihan Desa Cikeas sebagai tempat penelitian didasarkan pada beberapa kondisi yaitu; 1) sedikitnya ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ke Posyandu, 2) sedikitnya akses untuk mendapatkan sumber zat besi dari hewani, dan 3) desa tersebut merupakan salah satu penghasil daun singkong, sehingga peneliti berasumsi bahwa pemenuhan sebagian zat besi dari pangan yang dikonsumsi bersumber dari pangan nabati.

Berdasarkan data demografi Desa Cikeas tahun 2010 sebagian besar masyarakat memiliki tingkat pendidikan SD. Menurut Sediaoetama (2000), tingkat pendidikan yang tinggi terutama terkait dengan pengetahuan gizi yang tinggi tentang informasi gizi dan kesehatan akan mendorong praktek makan yang baik. Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya penanganan masalah gizi dan kesehatan. Pendidikan formal sangat penting dalam menentukan status gizi keluarga. Kemampuan baca tulis di pedesaan akan membantu dalam memperlancar komunikasi dan penerimaan informasi, dengan demikian informasi tentang kesehatan akan lebih mudah diterima oleh keluarga. Dalam Riskesdas (2007) juga disebutkan bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin rendah prevalensi anemia.

Menurut Notoatmojo (2001), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila penerimaan praktek baru didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka praktek tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan langsung lama. Selain itu Suhardjo (1989) menyebutkan pentingnya pengetahuan tentang gizi didasarkan pada tiga kenyataan yaitu; 1) status gizi yang cukup penting bagi kesehatan dan kesejahteraan; 2) setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi; dan 3) ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.

Menurut Khomsan (1997), sikap gizi merupakan tahapan lebih lanjut dari pengetahuan gizi. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik akan mengembangkan sikap gizi yang baik. Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan praktek dalam pemilihan makanan. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan gizi yang baik mengenai gizi dan kesehatan agar kebutuhan gizi terutama zat besi dan kesehatan selama hamil dapat terpenuhi.

(17)

4

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktek gizi pada ibu hamil di Desa Cikeas Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Tujuan khususnya yaitu:

1. Mengetahui karakteristik ibu hamil.

2. Mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktek ibu hamil.

3. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil. 4. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi ibu hamil.

5. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi dengan tingkat kecukupan zat besi dari makanan dan tablet besi.

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi ibu hamil terhadap tingkat kecukupan zat besi dari makanan dan tablet besi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Karateristik ibu hamil dapat dibagi menjadi dua yaitu karakteristik status gizi dan sosial ekonomi ibu hamil. Usia ibu hamil, berat badan, tinggi badan, usia kehamilan merupakan faktor-faktor yang dibutuhkan untuk mengetahui kebutuhan gizi ibu hamil dan AKG ibu hamil. Adanya kebutuhan zat gizi ibu hamil khususnya kebutuhan zat besi, maka perlu adanya konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan zat besi selain dari konsumsi bahan pangan yang mengandung zat besi, ibu hamil juga diberikan suplemen penambah zat besi berupa tablet Fe yang diberikan oleh pelaksana Ante Natal Care (ANC) atau layanan kesehatan.

Namun dalam mengkonsumsi zat besi terdapat faktor yang mempengaruhi berupa pengetahuan, sikap dan praktek gizi ibu hamil. Pengetahuan gizi ibu hamil selain dipengaruhi oleh pendidikan juga dipengaruhi oleh media informasi mengenai konsumsi zat besi. Adapun sikap gizi ibu hamil merupakan tahapan lebih lajut dari pengetahuan gizi (Khomsan 1997). Meskipun seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mengembangkan sikap gizi yang baik, akan tetapi pembentukan sikap ini dipengaruhi juga oleh pekerjaan ataupun keadaan sosial yang ada di masyarakat. Praktek gizi seseorang diperoleh dari proses perubahan pengetahuan-sikap-praktek, selain itu dalam pelaksanaannya praktek gizi dipengaruhi oleh pendapatan seseorang.

(18)

5

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi pada ibu hamil Keterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Hubungan yang diteliti

Hubungan yang tidak diteliti

Karakteristik

Karakteristik ibu hamil : - Umur

- Berat badan sebelum hamil - Berat badan aktual

- Tinggi badan - Usia kehamilan - Paritas

-Status kesehatan

Status Anemia Akses pelayanan

kesehatan

Pengetahuan gizi

Sikap gizi

Praktek gizi : Konsumsi zat besi

Tingkat kecukupan zat besi Media informasi

Karakteristik sosial ekonomi :

- Tingkat pendidikan - Pekerjaan

(19)

6

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Selain itu, pemilihan Desa Cikeas sebagai tempat penelitian karena beberapa kondisi berikut; 1) sedikitnya ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ke Posyandu, 2) sebagian besar masyarakat berpendidikan SD, 3) sedikitnya akses untuk mendapatkan sumber zat besi dari hewani, dan 4) desa tersebut merupakan salah satu penghasil daun singkong, sehingga peneliti berasumsi bahwa sebagian besar pemenuhan zat besi dari pangan nabati. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan di Desa Cikeas, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.

Jumlah dan Penarikan Contoh

Contoh penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang tinggal di Desa Cikeas, tersebar di 9 Posyandu dan menerima suplementasi tablet besi setiap bulan dari petugas kesehatan (bidan desa). Jumlah ibu hamil di Desa Cikeas sebanyak 72 orang. Contoh penelitian diambil secara purposif dengan kriteria 1) ibu hamil dengan usia kehamilan trimester kedua dan ketiga, 2) dapat berkomunikasi dengan baik, serta 3) bersedia menjadi responden. Jumlah contoh yang terpilih adalah semua ibu hamil yang memenuhi kriteria yang ditentukan. Jumlah yang terpilih adalah 40 orang ibu hamil.

Gambar 2 Cara penarikan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik ibu hamil, status gizi sebelum hamil, status anemia ibu hamil, pengetahuan gizi ibu hamil, sikap gizi ibu hamil, praktek gizi ibu hamil, dan data konsumsi pangan dengan metode recall 2 x 24 jam dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan adalah data gambaran umum penelitian, data sekunder ini diperoleh dari puskesmas dan kelurahan.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan izin terlebih dahulu ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, UPF Sukaraja, dan ketua Posyandu Desa Cikeas. Pengumpulan data dilaksanakan pada saat kegiatan posyandu bersama

Kabupaten Bogor Kecamatan Sukaraja Desa Cikeas (9 Posyandu) (n= 72 orang ibu hamil)

(20)

7 bidan desa di 9 posyandu yang terdapat di Desa Cikeas dan dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner terdiri dari identitas responden, sosial ekonomi keluarga, status gizi dan kehamilan, pengetahuan gizi ibu hamil, sikap gizi ibu hamil, praktek gizi ibu hamil, dan lembar konsumsi pangan (2 x 24 jam).

Kuesioner yang digunakan telah diuji validitas dan reabilitas dengan melakukan uji terhadap 20 ibu hamil di Desa Karyamukti Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut. Uji validitas dengan uji korelasi skor item soal dengan skor total. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu hamil memiliki rentang nilai 0.454 – 0.748, sikap gizi memiliki rentang nilai 0.478-0,875 dan praktek gizi memiliki rentang nilai 0.452 – 0.785 artinya kuesioner pengetahuan gizi, sikap gizi dan praktek gizi tersebut valid karena nilai tersebut lebih besar daripada rtabel (rtabel= 0.444, p<0.05). Uji reabilitas dilakukan dengan

menggunakan uji skala. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa nilai alpha croanbach pengetahuan gizi sebesar 0.878, sikap gizi sebesar 0.802, dan praktek gizi sebesar 0.774 artinya kuesioner tersebut reliabel kerena nilai alpha croanbach melebihi angka kritik.

Data karakteristik ibu hamil seperti data berat badan ibu sebelum hamil diperoleh melalui KMS atau dengan wawancara langsung. Tinggi badan ibu hamil diukur dengan mikrotoa. Penimbangan langsung dengan timbangan kamar mandi (bathroom scale) untuk mengetahui berat aktual ibu hamil. Umur ibu hamil dan suami digolongkan menjadi umur <20 tahun, 20-35 tahun, dan >35 tahun. Data mengenai sosial ekonomi keluarga seperti tingkat pendidikan ibu hamil dan suami berdasarkan latar belakang pendidikan yang telah ditamatkan, kemudian dikategorikan menjadi tidak tamat SD, tamat SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Pekerjaan ibu hamil dan suami dikelompokkan menjadi yaitu swasta, Ibu Rumah Tangga (IRT), buruh, petani, dan pegawai negeri sipil (PNS). Data pendapatan keluarga merupakan penjumlahan dari pendapatan seluruh anggota keluarga. Selanjutnya pendapatan keluarga ini dibagi dengan jumlah anggota keluarga sehingga diperoleh pendapatan perkapita per bulan, kemudian dikategorikan miskin dan tidak miskin berdasarkan data BPS (2010). Ibu hamil dikategorikan miskin jika pendapatan per kapita per bulan kurang dari Rp 151.200 dan tidak miskin jika pendapatan per kapita per bulan lebih atau sama dengan Rp 151.200. Data besar keluarga ditentukan berdasarkan jumlah anggota keluarga yang hidup dibawah pengelolaan sumberdaya yang sama. Besar keluarga dikategorikan menjadi kecil (≤4 orang), sedang (5-6 orang) dan besar (≥7 orang). Data status kehamilan (paritas dan usia kehamilan) dikumpulkan dengan wawancara langsung dengan ibu hamil. Paritas digolongkan menjadi paritas 0, 1, 2, dan >2. Usia kehamilan ibu hamil dibedakan menjadi trimester II dan trimester III.

(21)

8

normal maka kenaikan berat badan pada trimester II dan III adalah 0.4 kg/minggu, dan 3) jika IMT sebelum hamil lebih maka kenaikan berat badan pada trimester II dan III adalah 0.3 kg/minggu

Status anemia ibu hamil dikumpulkan secara kualitatif yang diukur dengan menggunakan hemoglobin skala (tallquist haemoglobin scale). Cara pengukurannya yaitu; 1) potong kertas preparat yang akan digunakan, 2) lakukan sterilisasi jari ibu hamil dengan alkohol, 3) gunakan lanset untuk , 4) tempelkan setetes darah yang keluar pada kertas preparat dan biarkan darah tersebut mengering, 5) setelah darah tersebut kering, cocokan warna darah dalam preparat dengan skala warna hemoglobin yang ada pada rentang 10-100 dari warna oranye sampai dengan cokelat tua. Hasil pengukuran warna kadar hemoglobin disetarakan dengan kadar hemoglobin dalam gram per 100 ml (gr%). Nilai 100 dalam hemoglobin skala disetarakan dengan 15 mg.

Pengetahuan gizi ibu hamil dalam kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan yang meliputi; 1) makanan sehat bagi ibu hamil, 2) porsi makan ibu hamil, 3) penyebab dan gejala terjadinya anemia, 4) contoh makanan sumber zat gizi, 5) dampak kekurangan zat besi selama kehamilan, 6) pertambahan berat badan selama kehamilan, 7) jarak kelahiran, 8) risiko bayi lahir tidak cukup bulan, dan 9) berat badan bayi lahir yang sehat. Pertanyaan pengetahuan gizi berupa pertanyaan benar-salah. Jawaban yang benar diberi skor 1 sedangkan jawaban yang salah diberi skor 0 dengan total skor maksimal 20.

Sikap gizi ibu hamil terdiri dari 20 pernyataan meliputi; 1) makanan sehat bagi ibu hamil, 2) suplemen gizi, 3) tablet Fe, 4) pertambahan berat badan, 5) pemeriksaan kehamilan, dan 6) bayi lahir cukup umur. Pernyataan positif apabila setuju diberi skor 2, ragu-ragu diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0, sedangkan untuk pernyataan negatif jawaban setuju diberi skor 0, ragu-ragu diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 2 dengan total skor 40.

Praktek gizi ibu hamil diketahui dengan menilai jawaban contoh terhadap 16 pernyataan tentang gizi dan kesehatan ibu hamil yang meliputi; 1) komposisi makanan ibu hamil, 2) susu ibu hamil, 3) kebiasaan makan, 4) pemeriksaan kehamilan, 5) konsumsi pangan sumber zat besi dan tablet Fe, serta 6) informasi makanan sumber zat besi. Hasil dari pernyataan yang diajukan dibahas secara deskriptif.

Konsumsi pangan diukur dengan metode recall 2x24 jam meliputi jenis pangan dan jumlah pangan (ukuran rumah tangga dan berat dalam gram). Berat pangan yang dikonsumsi ibu hamil dikonversikan kandungan gizinya (energi, protein, dan zat besi) dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Konsumsi zat besi diperoleh dari konsumsi pangan dan konsumsi tablet besi. Konsumsi tablet besi yang dimaksud merupakan rata-rata konsumsi ibu hamil yang dikonsumsi selama satu bulan terakhir.

(22)

9 Tabel 1 Variabel, kategori, dan cara pengumpulannya.

No Variabel Kategori Cara Pengumpulan

(23)

10

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap antara lain sebagai berikut:

a. Editing adalah pengecekan jumlah koisioner, kelengkapan data antara lain: kelengkapan identitas responden, keadaan sosial ekonomi, status anemia dan kehamilan, pengetahuan gizi, sikap gizi, praktek gizi dan konsumsi pangan. Apabila terdapat ketidaksesuaian dapat segera dilengkapi oleh peneliti.

b. Coding adalah melakukan kode berupa angka untuk memudahkan pengolahan data. Angka digunakan dalam pengetahuan gizi (Jawaban yang benar diberi skor 1, sedangkan jawaban yang salah diberi skor 0), dan sikap gizi (Pernyataan positif apabila setuju diberi skor 2, ragu-ragu diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0, sedangkan untuk pernyataan negatif jawaban setuju diberi skor 0, ragu-ragu diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 2). c. Entry adalah memasukan data yang diperoleh dalam komputer dengan

menggunakan program Microsoft Excell.

d. Cleaning adalah tahapan memeriksa kembali kelengkapan dan kebenaran data yang telah dimasukan.

Data yang telah dikumpulkan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif dan statistik dengan menggunakan program Microsoft Excell dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 16 for Windows. Analisis uji hubungan antar variabel menggunakan uji korelasi spearman.

Data karakteristik ibu hamil, karakteristik sosial ekonomi dan status kehamilan dihitung rata-rata, standar deviasi, nilai maksimal dan nilai minimumnya melalui program Microsoft Excell. Hasil pengolahan dan analisis dibahas secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel.

Pengetahuan gizi dan sikap gizi ibu hamil diperoleh dengan menilai jawaban contoh terhadap 20 pertanyaan yang meliputi; 1) makanan sehat bagi ibu hamil, 2) porsi makan ibu hamil, 3) penyebab dan gejala terjadinya anemia, 4) contoh makanan sumber zat gizi, 5) dampak kekurangan zat besi selama kehamilan, 6) pertambahan berat badan selama kehamilan, 7) jarak kelahiran, 8) risiko bayi lahir tidak cukup bulan, dan 9) berat badan bayi lahir yang sehat. Pertanyaan pengetahuan gizi berupa pertanyaan benar-salah. Jawaban yang benar diberi skor 1 sedangkan jawaban yang salah diberi skor 0 dengan total skor maksimal 20. Menurut Khomsan (2000), tingkat pengetahuan gizi ibu hamil dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. tinggi, apabila skor >80% dari total jawaban yang benar 2. cukup, apabila skor 60-80% dari total jawaban yang benar 3. kurang, apabila skor <60% dari total jawaban yang benar

(24)

11 1. baik, apabila skor > 80% dari total jawaban yang benar

2. sedang, apabila skor 60-80% dari total jawaban yang benar 3. kurang, apabila skor <60% dari total jawaban yang benar

Praktek gizi ibu hamil dapat diketahui dengan menilai jawaban contoh terhadap 16 pernyataan tentang gizi dan kesehatan ibu hamil yang meliputi komposisi makanan ibu hamil, susu ibu hamil, kebiasaan makan, pemeriksaan kehamilan, dan informasi makanan sumber zat besi. Hasil dari pernyataan yang diajukan dibahas secara deskriptif.

Data konsumsi pangan yang diketahui melalui metode recall 2x24 jam secara berturut-turut dikonversikan ke dalam satuan energi (Kal), protein (g), dan zat besi (mg) dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 1994. Konversi dihitung dengan menggunakan rumus (Hardinsyah & Briawan 1994) sebagai berikut:

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan:

KGij = Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j Bj = Berat makanan j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj = Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan

Kecukupan zat gizi dihitung berdasarkan angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan menurut umur dan berat badan sehat (WNPG 2004). Berdasarkan Depkes (1996) diacu dalam Hardinsyah, Wulandari, dan Retnaningsih (2000), tingkat kecukupan energi dan protein dibedakan menjadi cukup (≥90%) dan tidak cukup (<90%). Sedangkan untuk tingkat kecukupan zat besi disebut tidak cukup jika TK<100% dan cukup jika TK >100%. Analisis data karakteristik contoh dilakukan dengan analisis deskripsi. Adapun hubungan antar variabel dengan menggunakan korelasi spearman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Tabel 2 menunjukkan sebaran ibu hamil dan suami menurut umur, pendidikan dan pekerjaan. Umur ibu pada saat hamil akan mempengaruhi timbulnya anemia. Bila umur ibu pada saat hamil relatif muda (<20 tahun) akan beresiko anemia. Hal itu dikarenakan pada umur tersebut masih terjadi pertumbuhan yang membutuhakn zat gizi lebih banyak dibandingkan dengan umur di atasnya. Bila zat gizi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, akan terjadi kompetisi zat gizi antara ibu dengan bayinya (Wijianto 2002). Menurut Depkes (2001), kadar Hb 7.0 - 10.0 gr/dl banyak ditemukan pada kelompok umur <20 tahun (46%) dan kelompok umur 35 tahun atau lebih (48%).

(25)

12

keadaan ekonomi rumah tangga; (2) pendidikan istri disamping modal utama dalam perekonomian rumah tangga juga berperan dalam menyusun pola makan untuk rumah tangga (Wijianto 2002). Lebih lanjut Wijianto menyebutkan bahwa berat ringannya pekerjaan ibu juga akan mempengeruhi kondisi tubuh dan pada akhirnya akan mempengaruhi status kesehatannya. Ibu yang bekerja mempunyai kecenderungan kurang istirahat, konsumsi makan tidak seimbang sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

Tabel 2 Sebaran ibu hamil dan suami menurut umur, pendidikan, serta pekerjaan

Karakteristik dan kategori Ibu hamil Suami

n % n %

Rata-rata±sd (tahun) 26.4±6.0 32.4±7.0

Pendidikan

Berdasarkan data pada Tabel 2,umur ibu hamil pada penelitian ini berkisar antara 18 tahun hingga 40 tahun dengan umur rata-rata 26.4 tahun. Sebagian besar contoh (80%) berada pada rentang umur 20-35 tahun, sebesar 12.5% pada umur kurang dari 20 tahun, dan sebesar 7.5% contoh berumur lebih dari 35 tahun. Sehingga sebagian besar ibu hamil dapat dikatakan tidak berada pada umur yang beresiko anemia. Umur suami contoh berkisar antara 23 tahun hingga 50 tahun dengan umur rata-rata 32,4 tahun. Sebesar 70.0% berada pada rentang umur 20-35 tahun dan sisanya sebesar 30.0% suami contoh berumur lebih dari 35 tahun. Pendidikan

(26)

13 orang yang berpendidikan rendah. Tabel 2 menunjukkan sebagian besar ibu hamil menempuh pendidikan SD/sederajat dengan persentase sebesar 80%. Tingkat pendidikan suami contoh diduga memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap status anemia ibu hamil. Sama halnya dengan tingkat pendidikan contoh persentase terbesar pada suami contoh adalah pada tingkat SD/sederajat dengan persentase 67.5%..

Pekerjaan

Pekerjaan ibu hamil dibagi kedalam 3 kategori, yaitu swasta, Ibu Rumah Tangga (IRT), dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa ibu hamil bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan persentase sebesar 92.5%. Pekerjaan suami berkaitan dengan pendapatan dari keluarga contoh. Jenis pekerjaan suami pada penelitian ini terbagi menjadi swasta, buruh, petani, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sebagian besar (42.5%) suami bekerja sebagai buruh.

Tabel 3 Sebaran ibu hamil berdasarkan pekerjaan dan besar keluarga

Karakteristik dan kategori n %

Pendapatan

Meningkatnya pendapatan perorangan secara langsung dapat merubah susunan makanan orang tersebut. Akan tetapi, pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin keberagaman konsumsi pangan. Kadang-kadang perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan makanan ialah pangan yang dimakan lebih mahal (Suharjo 1989).

(27)

14

Besar Keluarga

Besarnya jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pangan ibu hamil, idealnya keluarga mempunyai anggota maksimal empat orang. Menurut Hardinsyah (2007), besar keluarga mempunyai hubungan yang berkebalikan dengan keragaman konsumsi pangan, diduga besar keluarga merupakan determinan keragaman konsumsi pangan di Indonesia.

Besar keluarga dapat digunakan untuk memberikan gambaran terhadap jumlah pangan yang diterima oleh setiap anggota keluarga. Pada penelitian iniyang dimaksud dengan anggota keluarga adalah kerabat yang menempati rumah yang sama dengan sumber perolehan pangan yang sama. Besar keluarga ibu hamil berkisar antara 2 hingga 8 orang dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 4±1.6 orang. Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa besar keluarga tergolong keluarga kecil dengan persentase sebesar 60.0%, sebesar 32.5% tergolong keluarga sedang, dan sebesar 7.5% tegolong keluarga besar. Tabel 4 Sebaran ibu hamil berdasarkan paritas, usia kehamilan, status anemia, dan

Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil

Karakteristik dan kategori n %

Paritas

(28)

15 penelitian ini berkisar antara 0 sampai dengan 7. Tabel 4 menunjukkan sebagian besar ibu hamil pada penelitian ini tergolong ke dalam kategori paritas rendah (0 dan 2) dengan persentase masing-masing sebesar 37.5% dan 25.0%.

Usia Kehamilan

Usia kehamilan dikelompokkan menjadi dua, yaitu trimester dua pada usia kehamilan 13-24 minggu, dan trimester tiga pada usia kehamilan 25-37 minggu. Meningkatnya kejadian anemia dengan bertambahnya umur kehamilan (Darlina 2003). Hoffbrand et al. (2005) menyebutkan bahwa ibu hamil akan mengalami hemodilusi yang terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Apabila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr/dl maka dengan terjadinya hemodilusi hemoglobin ibu akan turun menjadi 9.5-10 gr/dl.

Usia kehamilan ibu hamil pada penelitian ini adalah 13-36 minggu. Berdasarkan Tabel 4, sebesar 57.5% ibu hamil berada pada kelompok trimester dua dengan rata-rata usia kehamilan yaitu 23.0±6.1 minggu. Pada usia kehamilan tersebut terjadi peningkatan kebutuhan zat besi. Apabila peningkatan tidak disertai dengan pemasukan yang cukup, maka cadangan zat besi akan menurun dan menyebabkan anemia.

Status Anemia

Berdasarkan surat keputusan menkes RI No. 736a/Menkes/XI/1989 dalam Riskesdes (2007), ibu hamil dikatakan tidak anemia jika kadar hemoglobinnya ≥11 gr/dl. Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba (2007) yaitu; 1) tidak anemia (Hb 11 gr/dl), 2) anemia ringan (Hb 9-10 gr/dl), 3) anemia sedang (Hb 7-8 gr/dl), dan 4) anemia berat (Hb <7 gr/dl). Pada penelitian ini status anemia pada ibu hamil diukur secara kualitatif dengan menggunakan skala hemoglobin. Ibu hamil pada penelitian berada pada rentang skala 60-70, skala 70 disetarakan dengan kadar hemoglobin 12 gr/dl dan skala 60 disetarakan dengan kadar hemoglobin 11 gr/dl. Sehingga pada Tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh ibu hamil tergolong tidak anemia dengan rata-rata kadar hemoglobin 11.9 gr/dl ±0.3 gr/dl.

Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum Hamil

(29)

16

mendapatkan perhatian khusus agar memperhatikan makanan yang dikonsumsinya agar terjadi peningkatan atau penurunan status gizi.

Rekomendasi Kenaikan Berat Badan

Hardinsyah dan Martianto (1992) menyebutkan bahwa pada saat hamil seorang ibu memerlukan zat gizi untuk pertumbuhan organ reproduksi ibu maupun untuk pertumbuhna janin. Jika kebutuhan gizi selama hamil terpenuhi maka akan terjadi peningkatan berat badan. Menurut WHO (1995) diacu dalam Turhayati (2006). ibu yang sehat dan berstatus gizi baik pertambahan berat badan yang sarankan yaitu 10-14 kg. Angka ini berbeda dengan pernyataan Depkes (2000) yang menyatakan bahwa kenaikan berat badan ibu hamil yang normal selama kehamilan adalah 11-12 kg dan berbeda juga dengan Duhring (1984) diacu dalam Hardinsyah dan Martianto (1992) yang menyatakan bahwa pada kehamilan normal, akan terjadi kenaikan berat badan antara 11-13 kg.

Rentang berat badan ibu hamil sebelum hamil yaitu 35-65 kg dan berat badan aktual ibu hamil 40-70 kg. Tidak semua ibu hamil dalam penelitian mengalami kenaikan berat badan saat hamil. Rentang selisih kenaikan berat badan ibu hamil yaitu antara -5.0 – 17.0 kg, sedangkan berdasarkan perhitungan rentang selisih rekomendasi kenaikan berat badan ibu hamil yaitu 1.4 – 12.5 kg. Berdasarkan Tabel 5 pada ibu hamil yang memiliki IMT kurang pada saat sebelum hamil sebagian besar mengalami kelebihan berat badan (66.7%). Namun masih terdapat 33.3% ibu hamil yang berat badannya kurang sehingga perlu peningkatan konsumsi pangan. Pada ibu hamil dengan IMT normal sebelum hamil masih memiliki berat badan kurang sebesar 46.2%, begitupun berat badan kurang terjadi pada 80.0% ibu hamil yang memiliki IMT lebih pada saat sebelum hamil. Tabel 5 Rekomendasi kenaikan berat badan ibu hamil berdasarkan Indeks Massa

Tubuh (IMT) sebelum hamil IMT sebelum hamil

Rekomendasi kenaikan berat badan

Total Kurang Normal Lebih

n % n % n % n %

Kurang 3 33.3 0 0.0 6 66.7 9 100.0

Normal 12 46.2 1 3.8 13 50.0 26 100.0

Lebih 4 80.0 0 0.0 1 20.0 5 100.0

Pengetahuan Gizi

(30)

17 Komposisi makanan ibu hamil sebaiknya beragam, terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Meningkatnya kebutuhan gizi selama hamil maka sebaiknya porsi makan saat hamil lebih banyak dibandingkan dengan sebelum hamil. Menurut Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi menu seimbang yaitu menu yang lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak hanya cukup energi dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya.

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam jumlah maupun mutu. Sumber protein hewani adalah telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sedangkan sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain (Almatsier 2003).

Zat besi pada ibu hamil kebutuhannya meningkat hingga 200-300%. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat mengganggu metabolisme energi sehingga dapat menyebabkan menurunnya kemampuan kerja organ-organ tubuh dan akan mempengaruhi perkembangan janin. Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor. Asupan protein hewani dan vitamin C dapat membantu meningkatkan penyerapan, sedangkan kopi, teh, garam kalsium dan magnesium dapat mengurangi jumlah serapan (Miyata 2010).

Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadi kelahiran berikutnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan anemia. Hal ini disebabkan belum pulihnya kondisi ibu dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi belum optimal sudah harus memenuhi kebutuhan gizi janin yang dikandung. Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun berisiko lebih besar untuk menderita anemia (Wibowo & Basuki 2006).

Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hb di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan sebagai akibat kekurangan zat gizi (WHO 1996 dalam Widayani 2004). Pada umumnya sebagian besar anemia disebabkan oleh defisiensi besi. Anemia gizi besi merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi. Kekurangan zat besi pada ibu hamil mengakibatkan kerawanan saat melahirkan, perdarahan, berat bayi rendah, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan anak. Anemia gizi besi dapat menyebabkan lesu, cepat lelah, dan tenaga berkurang (Wirakusumah 1999). Pertanyaan mengenai berat badan minimal bayi lahir yang dikatakan sehat dijawab benar oleh lebih dari separuh (67.5%). Hal ini berarti pengetahuan ibu hamil mengenai berat minimal bayi lahir yang dikatakan sehat termasuk sedang. Berat minimal bayi lahir yang dikatakan sehat adalah 2500 gram. Apabila berat bayi lahir kurang dari 2500 gram maka berat bayi tersebut dapat dikatakan rendah (BBLR). Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram memiliki risiko kematian lima sampai sembilan kali lebih tinggi dibanding dengan bayi yang berat lahirnya 2500 sampai 2999 gram dan 7.13 kali lebih tinggi dibanding bayi dengan berat lahir 3000 sampai 3999 gram (Puffer 1983 dalam Notobroto & Wahyuni 2003).

(31)

18

maka bayi akan lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan menurut Arisman (2004), secara keseluruhan pertambahan berat badan ibu hamil sekitar 8,8 kg-13,6 kg. Pada kehamilan kembar pertambahan berat badan dibatasi sekitar 15,4-20,4 kg.

Ibu hamil yang bisa menjawab dengan benar mengenai makanan yang paling banyak mengandung vitamin C hanya 25.0%. Vitamin C membantu pembentukan jaringan tubuh janin dan penting dalam proses metabolisme tubuh. Vitamin C banyak terdapat pada buah dan sayur. Jambu biji memiliki kandungan vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan dengan durian, jeruk, maupun pepaya (Mahmud et al. 2009). Menurut Nadesul (2005), ibu hamil yang kekurangan vitamin C cenderung mengalami ketuban pecah dini. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya infeksi didalam kandungan dan akan membahayakan janin.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu hamil masih kurang mengenai penyebab anemia, gejala anemia, dampak kekurangan zat besi, faktor-faktor yang membantu dan menghambat penyerapan zat besi, jarak kehamilan yang aman, serta penambahan berat badan normal pada ibu hamil. Hal ini berarti diperlukan peningkatan penyuluhan mengenai pertambahan berat badan, berat minimal bayi lahir sehat, serta makanan sumber zat gizi.

Tabel 6 Sebaran ibu hamil berdasarkan kemampuan menjawab pertanyaan pengetahuan gizi dengan benar

No Materi Pertanyaan n %

1 Porsi makan ibu hamil 34 85.0

2 Penyebab anemia 12 30.0

3 Sumber zat besi paling banyak 20 50.5

4 Sumber zat besi selain pangan hewani 22 55.5

5 Gejala anemia 22 55.5

6 Faktor penghambat penyerapan zat besi 31 77.5 7 Faktor yang membantu penyerapan zat besi 1 2.5

8 Tanda-tanda anemia 20 50.5

9 Cara mencegah anemia 36 90.0

10 Jumlah tablet besi yang harus dikonsumsi 24 60.0 11 Makanan yang mengandung vitamin C 10 25.0 12 Bahan makanan yang menghambat penyerapan zat besi 30 75.0

13 Akibat kekurangan zat besi 17 42.5

14 Gejala awal yang lazim pada anemia 6 15.0

15 Makanan sumber protein 37 92.5

16 Penambahan berat badan normal pada ibu hamil 15 37.5

17 Jarak kehamilan aman 12 30.0

18 Resiko bayi lahir tidak cukup bulan 21 52.5 19 Berat badan minimal bayi lahir sehat 27 67.5 20 Pemberian tablet besi pada ibu hamil 22 55.0

(32)

19 Tabel 7 Sebaran ibu hamil berdasarkan tingkat pengetahuan gizi

No. Kategori n %

1 Baik (>80) 1 2.5

2 Sedang (60-80) 18 45.0

3 Kurang (<60) 21 52.5

Total 40 100

Rata-rata±SD 55.0±17.0

Sikap Gizi

Ajzen dalam Azwar dan Saefuddin (1995) menyebutkan bahwa praktek dipengaruhi kehendak sedangkan kehendak dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Sikap belum merupakan suatu perbuatan, namun sikap akan mengarahkan perilaku secara langsung. Pengalaman-pengalaman yang dialami dan respon yang diperlihatkan seseorang terhadap makanan dapat mempengaruhi sikap orang tersebut terhadap makanan.

Hampir seluruh (95%) ibu hamil menyatakan sikap setuju terhadap pernyataan mengenai makanan sehat terdiri dari pangan sumber karbohidrat, protein, sayur dan buah. Ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi beraneka ragam makanan. Makanan yang beraneka ragam terdiri dari pangan karbohidrat, lauk, sayur, dan buah. Zat gizi yang dibutuhkan antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin (A,C,K,D), dan mineral seperti besi, yodium, kalsium, dan asam folat. Selain itu, ibu hamil perlu makan lebih banyak dan lebih sering untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi ibu hamil dan janin (Depkes 2000). Kurang dari separuh (37.5%) ibu hamil setuju dengan pernyataan teh dapat menghambat penyerapan zat besi.

Hal ini sejalan dengan Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi menu seimbang yaitu menu yang lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak hanya cukup energi dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya. Makanan ibu hamil sebaiknya terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Selain itu, dengan meningkatnya kebutuhan gizi selama hamil maka sebaiknya porsi makan saat hamil lebih banyak dibandingkan dengan sebelum hamil.

Hanya sekitar 10% ibu hamil yakin bahwa susu dibutuhkan dalam kehamilan. Sebagian keci (5%) ibu hamil setuju bahwa makanan ketika hamil selalu lebih banyak dibanding sebelum hamil. Sebagian besar (65%) ibu hamil setuju bahwa mual dapat dikurangi bila ibu hamil memenuhi kebutuhan gizi sejak awal kehamilan.

Kenaikan berat badan yang normal selama hamil adalah 11-12 kg (Depkes 2000), sedangkan menurut Arisman (2004) secara keseluruhan pertambahan berat badan ibu hamil sekitar 8.8 kg-13.6 kg. Hanya sebesar 45% ibu hamil yang mengetahui pertambahan berat badan yang normal selama hamil. Sebagian besar (72.5%) ibu hamil setuju bahwa bayi lahir cukup umur bila lahir pada umur kehamilan lebih dari 37 minggu. Sebanyak 87.5% ibu hamil setuju bahwa berat badan bayi lahir sehat adalah lebih dari 2.5 kg.

(33)

20

kemungkinan ibu berisiko keguguran, anak lahir prematur, berat bayi lahir rendah, gangguan kekuatan rahim mengeluarkan anak, perdarahan setelah persalinan. Selain itu, anak yang dilahirkan juga berukuran lebih kecil dari rata-rata bayi seusianya.

Peningkatan kebutuhan gizi terjadi pada saat hamil sehingga diperlukan suplemen gizi agar kebutuhan gizi ibu hamil tercukupi. Lebih dari separuh (62.5%) ibu hamil setuju bahwa semua suplemen gizi dibutuhkan ibu hamil. Tablet tambah darah diperlukan bagi ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat besi. Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi. Hampir seluruh ibu hamil setuju bahwa suplemen tablet besi dibutuhkan ibu hamil (57.5%) dan sebanyak 80% ibu hamil setuju bahwa tablet besi berguna untuk mengatasi masalah anemia pada ibu hamil.

Menurut Depkes (1991), ibu hamil harus memeriksakan kesehatan dan kehamilan ke posyandu atau puskesmas paling sedikit empat kali. lebih dari separuh (65%) ibu hamil yang setuju bahwa pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal empat kali selama hamil. Perawatan kehamilan menurunkan risiko kematian bayi dalam dua tahun pertama.

Tabel 8 Sebaran ibu hamil berdasarkan kemampuan menjawab pernyataan sikap gizi dengan benar

No Pernyataan n %

1 Makanan sehat yang bagi ibu hamil 38 95.0 2 Minum tablet besi untuk mencegah anemia 8 20.0 3 Minum teh menghambat penyerapan zat besi 15 37.5 4 Vitamin C menghambat penyerapan zat besi 15 37.5 5 Manfaat tablet besi pada ibu hamil 17 42.5 6 Peningkatkan konsumsi zat besi trimester III 20 50.0

7 Sumber zat besi pada pangan 31 77.5

8 Manfaat tablet besi pada janin 28 70.0 9 Konsumsi teh bersamaan dengan tablet besi 26 65.0 10 Porsi makanan selama hamil lebih banyak 2 5.0

11 Minum susu pada ibu hamil 2 5.0

12 Minum suplemen gizi pada ibu hamil 4 10.0 13 Minum tablet besi untuk ibu hamil 25 62.5

14 Cara mengurangi mual 26 65.0

15 Memeriksakan kehamilan 32 80.0

16 Penambahan berat badan selama kehamilan 18 45.0

17 Bayi lahir cukup umur 29 72.5

18 Berat bayi lahir sehat 35 87.5

19 Gejala kekurangan zat besi 36 90.0

20 Pemberian tablet besi pada trimester kedua dan ketiga 26 65.0

(34)

21 skor minimum 0 dan skor maksimum 100 dengan skor rata-rata 62.3. Lebih dari separuh (75%) ibu hamil memiliki skor sikap gizi dengan kategori sedang.

Tabel 9 Sebaran ibu hamil berdasarkan tingkat sikap gizi

No. Kategori n %

1 Baik (>80%) 0 0.0

2 Sedang (60-80%) 30 75.0

3 Kurang (<60%) 10 25.0

Total 40 100

Rata-rata±SD 62.3±6.0

Praktek Gizi

Praktek atau perilaku merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Perilaku gizi dicerminkan oleh tindakan-tindakan berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi dan pemenuhan kebutuhan gizi. Praktek gizi ibu hamil terdiri dari 16 pertanyaan mengenai komposisi makanan ibu hamil, konsumsi susu sebelum dan saat hamil, kebiasaan makan, pemeriksaan kehamilan, dan informasi tablet dan makanan sumber zat besi.

Menurut Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi menu seimbang yaitu menu yang lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak hanya cukup energi dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya. Makanan ibu hamil sebaiknya terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Selain itu, dengan meningkatnya kebutuhan gizi selama hamil maka sebaiknya porsi makan saat hamil lebih banyak dibandingkan dengan sebelum hamil. Pada penelitian ini sebagian besar (57.5%) ibu hamil mengkonsumsi sayuran hijau setiap hari dan 42.5% ibu hamil mengonsumsi sayuran 3 kali dalam seminggu. Lauk hewani seperti daging (57.5%), telur (60.0%), dan ikan (55.0%) sebagian besar dikonsumsi ibu hamil 3 kali seminggu. Sedangkan sebanyak 67.5 % ibu hamil menjawab tidak pernah mengkonsumsi hati.

Sebagian besar (67.5%) ibu hamil tidak pernah minum susu pada saat sebelum hamil. Pada saat hamil, sebanyak 40.0% ibu hamil mengkonsumsi susu setiap hari dan 45.0% diantaranya menyatakan tidak pernah. Lebih dari separuh (52.5%) ibu hamil memiliki pola konsumsi makan tiga kali makan utama dengan dua kali selingan. Makan lebih banyak dan sering bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dan janinnya.

(35)

22

kehamilan 4 kali dilakukan oleh 58.8% ibu hamil, dan masih terdapat 5.9% ibu hamil trimester II yang baru melakukan 1 kali pemeriksaan. Pemeriksaan darah pada ibu hamil merupakan bagian dari pemeriksaan kehamilan. Pada penelitian ini ibu hamil pada trimester II dan trimester III sebagian besar menjawab tidak pernah melakukan pemeriksaan darah sebelumnya sebesar (65.2% dan 58.8%).

Kurang dari separuh (45%) ibu hamil minum tablet besi 1 kali sehari karena menurut mereka tablet besi bisa mengatasi masalah anemia pada ibu hamil. Namun, terdapat 12.5% ibu hamil yang tidak mengkonsumsi tablet besi karena mual apabila mengkonsumsi tablet tersebut. Menurut Wirakusumah (1999) konsumsi tablet tambah darah dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah, diare, dan konstipasi. Sebagian besar ibu hamil minum teh (42.5%), kopi (70.0%) dan susu (72.5%) setelah selang waktu minimal 2 jam dari mengkonsumsi tablet besi.

Informasi mengenai makanan sumber zat besi dan tablet besi diperoleh 97.5% ibu hamil dari bidan desa. Hanya 2.5% ibu yang memperoleh tambahan informasi mengenai hal tersebut dari media elektronik seperti televisi dan radio.

Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Gizi

Data konsumsi pangan dikumpulkan melalui metode recall 24 jam yang dilakukan selama 2 hari. Penilaian kandungan gizi pada pangan yang dikonsumsi untuk mengetahui tingkat konsumsi ibu hamil. Perhitungan konsumsi pangan hanya diperoleh dari konsumsi makanan sehari-hari tanpa menghitung suplemen yang dikonsumsi oleh ibu hamil.

Komponen zat gizi yang dihitung pada penelitian ini adalah energi, protein, dan zat besi. Tingkat kecukupan energi dan protein dibedakan menjadi dua, yaitu tidak cukup (<90%) dan cukup (≥90%), tingkat kecukupan besi dikategorikan menjadi tidak cukup (<100%) dan cukup (≥100%). Tingkat kecukupan dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan.

Terjadi peningkatan kebutuhan gizi pada saat hamil sehingga dibutuhkan keseimbangan antara kebutuhan dan konsumsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran konsumsi energi ibu hamil 1186-2440 Kal dengan rata-rata konsumsi energi sebesar 1620 Kal. Konsumsi protein pada ibu hamil berkisar antara 30.7-69.9 gr dengan rata-rata 49.1 gr.

Konsumsi zat besi pada ibu hamil diperoleh dari makanan dan dari tablet besi. Kisaran konsumsi zat besi dari makanan pada ibu hamil 5.5-36,3 mg dengan rata-rata sebesar 13.8 mg. Konsumsi zat besi dari makanan sebagian besar didapat dari sumber nabati sebesar 11.0 mg dan dari hewani sebesar 2.8 mg per hari. Konsumsi zat besi dari tablet besi sebesar 37,4 mg, hal ini menunjukkan bahwa peranan tablet besi untuk menambah asupan zat besi paga ibu hamil sangat berpengaruh.

(36)

23 Tabel 10 Estimasi angka kecukupan energi, protein, dan zat besi

Umur AKE (kkal/hari) AKP (g/hari) Besi (mg/hari) Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (2004)

Tingkat kecukupan gizi diperoleh dari besarnya konsumsi gizi dibandingkan dengan kebutuhan gizi rata-rata ibu hamil. Tingkat kecukupan energi dan protein belum mencukupi jika dibandingkan dengan rata-rata kebutuhan ibu hamil masing-masing sebesar 75.6% dan 73.1%. Namun kecukupan zat besi melebihi kecukupan sebesar 142.0% jika konsumsi zat besi dari makanan ditambahkan dengan konsumsi dari tablet besi. Sebaran ibu hamil berdasarkan rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan energi, protein dan zat besi Zat Gizi Konsumsi Kecukupan* Tingkat Kecukupan

Energi 1620 Kal 2178 Kal 75.6 % *Rata-rata estimasi angka kecukupan berdasarkan WNPG VIII (2004)

Kepatuhan Ibu Hamil terhadap Konsumsi Tablet Besi Bulan Lalu Suplementasi tablet besi adalah adalah pemberian zat besi folat yang berbentuk tablet, tiap tablet 60 mg besi elemental dan 1,25 mg asam folat, yang diberikan oleh pemerintah pada ibu hamil untuk mengatasi masalah anemia gizi besi (Depkes 1999). Menurut Maryani, Alit, dan Helmiyati (2006) dalam Budiarni dan Subagio (2012) kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi merupakan salah satu faktor yang dianggap paling berpengaruh dalam keberhasilan program suplementasi besi selain penyediaan tablet besi dan sistem distribusinya. Kepatuhan diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari.

(37)

24

Menurut Dinicola dan Dimatteo (1984) dalam Niver (2002) cara meningkatkan kepatuhan diantaranya melalui perilaku sehat dan pengontrolan perilaku dengan faktor kognitif, dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga yang lain, teman, waktu dan uang merupakan faktor yang penting dalam kepatuhan dalam program-program medis, dan dukungan dari profesional kesehatan. Sebaran ibu hamil berdasarkan kepatuhan terhadap konsumsi tablet besi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran ibu hamil berdasarkan kepatuhan terhadap Konsumsi tablet besi bulan lalu

No. Kategori n %

. Patuh 13 32.5

2. Tidak patuh 27 67.5

Total 40 100

Rata-rata±SD 62,3±34,6

Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Gizi

Tingkat pendidikan formal merupakan cerminan dari kemampuan seseorang untuk memahami berbagai aspek pengetahuan, termasuk pengetahuan gizi (Hardinsyah 2007). Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata positif dan sangat signifikan (r=0.457, p<0.01) antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan gizi. Artinya ibu hamil yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah memiliki pengetahuan gizi yang rendah pula. Hal ini sesuai dengan Sediaoetama (1991), tingkat pendidikan yang tinggi berkaitan dengan pengetahuan gizi yang tinggi. Tinggi rendahnya pendidikan ibu berkaitan dengan tingkat perawatan kesehatan, pendapatan, pekerjaan, dan makanan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi termasuk informasi mengenai gizi.

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Gizi

Menurut Khomsan (1997), sikap gizi merupakan tahapan lebih lanjut dari pengetahuan gizi. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik akan mengembangkan sikap gizi yang baik. Pembentukan sikap gizi akan lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan/sosial budaya yang ada di masyarakat.

(38)

25 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Gizi dengan Tingkat

Kecukupan Zat Besi dari Makanan dan Tablet Besi

Berdasarkan hasil uji Spearman dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata (p>0.05) antara tingkat pengetahuan dan sika gizi dengan tingkat kecukupan zat besi dari makanan dan tablet besi. Hal ini tidak sesuai dengan Sanjur (1982) yang menyebutkan bahwa pengetahuan gizi menentukan atau membentuk praktek secara langsung. Namun praktek gizi memiliki hubungan yang nyata dan sangat signifikan dengan tingkat kecukupan zat besi total (r=0.454, p<0.01) dan dari tablet besi (r=0.431, p<0.01).

Tabel 18 Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap gizi dengan tinglat kecukupan zat besi dari makanan dan tablet besi bulan lalu

Korelasi spearman

Koefisien korelasi 0.094 0.151 0.195 Signifikan (2 sisi) 0.562 0.352 0.227

n 40 40 40

Sikap gizi

Koefisien korelasi -0.013 0.035 0.065 Signifikan (2 sisi) 0.938 0.832 0.690

n 40 40 40

Keterangan: korelasi sangat signifikan jika p<0.01 korelasi signifikan jika p<0.05 besar memiliki tingkat pendidikan SD. Pekerjaan dari ibu hamil sebagian besar ebagai ibu rumah tangga dan suami bekerja sebagai buruh, karyawan, dan petani. Pendapatan per kapita per bulan antara Rp 128. 572 sampai dengan Rp .350.000 dengan rata-rata pendapatan per kapita per bulan sebesar Rp 405.274. Berdasarkan penggolongan BPS (2010) ibu hamil tergolong keluarga tidak miskin. Menurut besar keluarga, lebih dari separuh ibu hamil tergolong keluarga kecil.

(39)

26

mengalami kelebihan berat badan (66.7%). Namun masih terdapat 33.3% ibu hamil yang berat badannya kurang sehingga perlu peningkatan konsumsi pangan. Pada ibu hamil dengan IMT normal sebelum hamil masih memiliki berat badan kurang sebesar 46.2%, begitupun berat badan kurang terjadi pada 80.0% ibu hamil yang memiliki IMT lebih pada saat sebelum hamil.

Skor rata-rata pengetahuan gizi ibu hamil adalah 10.5. tingkat pengetahuan gizi ibu hamil tergolong sedang dan hanya 2.5% ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan gizi baik. Pengetahuan gizi ibu hamil masih kurang yaitu mengenai penyebab anemia, gejala anemia, dampak kekurangan zat besi, faktor-faktor yang membantu dan menghambat penyerapan zat besi, jarak kehamilan yang aman, serta penambahan berat badan normal pada ibu hamil. Lebih dari separuh (75%) ibu hamil memiliki skor sikap dengan kategori sedang dengan rata-rata skor 24.9. Sikap gizi ibu hamil yang masih kurang yaitu mengenai minum tablet besi untuk mencegah anemia, manfaat tablet besi, faktor penghambat penyerapan zat besi, porsi makan selama hamil, minum susu pada ibu hamil, dan suplemen gizi pada ibu hamil.

Pada praktek gizi ibu hamil sebagian besar mengkonsumsi sayuran setiap hari, lauk hewani (telur, daging dan ikan) tiga kali seminggu dan menyatakan tidak pernah mengkonsumsi hati. Ibu hamil memiliki pola konsumsi makan tiga kali makan utama dan dua kali selingan sebanyak 52.5%. Sebagian besar ibu hamil tidak minum susu sebelum hamil dan hanya 40% ibu hamil yang minum susu saat hamil. Sebagian besar ibu hamil pada trimester II baru melakukan pemeriksaan kehamilan satu kali dan pada ibu hamil trimester III ibu hamil telah memeriksakan kehamilan lebih dari 4 kali. Sebagian besar ibu hamil trimester II dan trimester III menyatakan bahwa sebelumnya selama hamil tidak pernah memeriksakan darah. Kurang dari separuh ibu hamil mengkonsumsi tablet besi setiap hari. Hampir seluruh ibu hamil mendapatkan informasi mengenai makanan sumber zat besi dan tablet besi dari bidan.

Tingkat kecukupan energi dan protein belum mencukupi rata-rata kebutuhan ibu hamil. Namun kecukupan zat besi melebihi kecukupan jika konsumsi zat besi dari makanan ditambahkan dengan konsumsi dari tablet besi. Dalam mengatasi kekurangan zat besi, ibu hamil mendapatkan program suplementasi tablet besi yang diberikan 30 butir setiap bulan (saat pemeriksaan). Pemberian tablet besi tidak sepenuhnya dikonsumsi oleh ibu hamil. Ketidakpatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi sebesar 75%. Ketidakpatuhan ini tidak menunjukkan rendahnya konsumsi zat besi dari tablet besi kerena tingkat kecukupan zat besi dari tablet besi saja sudah melebihi kecukupan yaitu sebesar 103.5%.

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi pada ibu hamil
Tabel 1 Variabel, kategori, dan cara pengumpulannya.
Tabel 2 Sebaran ibu hamil dan suami menurut umur, pendidikan, serta pekerjaan
Tabel 3 Sebaran ibu hamil berdasarkan pekerjaan dan besar keluarga
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kelemahan penelitian Subangkit (2009) yaitu (1) tidak terdapat ruang lingkup penelitian dalam bab pendahuluan padahal pada umumnya penelitian memiliki batasan

Oleh karena itu, kami terdorong untuk melakukan inovasi produk dengan cara penambahan bahan dasar berupa wortel untuk tetap memerhatikan kandungan

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Lama belum optimal, karena belum dapat mencapai

(5) Calon guru pendidikan matematika memiliki keterampilan mengadakan variasi dengan sangat baik., tetapi indikator variasi dalam cara mengajar dan variasi alat atau bahan

Namun disisi lain penelitian yang dilakukan Syafitri (2009) dengan judul “ Pengaruh Pertubuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap

Tabel Karateristik

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status Perusahaan

dilihat pada Tabel 4.2 bahwa ekstrak lengkuas konsentrasi 10% berpengaruh terhadap penurunan jumlah bakteri ikan patin, angka kuman diperoleh hasil 2,01 x 10 3 koloni/g