• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber dan Jenis Pencemar Perairan Donan

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sumber pencemar kualitas perairan tiap parameter, baik pada perairan, sedimen maupun pada Polymesoda erosa, mengetahui besarnya beban pencemar, kapasitas asimilasi, dan risiko kesehatan akibat dari bahan pencemar yang masuk keperairan. Secara garis besar, sumber pencemaran yang masuk ke Perairan Donan diklasifikasikan menjadi dua kelompok sumber limbah, yaitu limbah yang berasal dari kegiatan luar sungai (domestik, pertanian dan peternakan, industri) dan limbah dari dalam sungai. Hasil pengamatan lapangan diketahui berbagai jenis kegiatan yang berlangsung di sekitar kawasan Perairan Donan baik point source maupun nonpoint source, yang merupakan sumber beban pencemar yang masuk ke perairan sungai. Sumber pencemar berupa point source

atau aliran dengan saluran titik tertentu antara lain drainase, anak sungai, outlet industri, beberapa industri besar yang terdapat di kawasan tersebut adalah industri migas, unit pengantongan pupuk, industri pengolahan semen, bengkel kapal, pabrik minyak kelapa, industri gula rafinasi. Sumber pencemar non point source merupakan aliran yang masuk tidak berupa saluran tertentu, tidak merata sehingga debitnya sulit diukur. Sumber non poin source dilokasi penelitian diantaranya limbah dari kapal yang berlabuh baik perahu kecil sampai kapal tongkang yang lebih besar, kegiatan pencucian mesin kapal, pembakaran BBM pada alat tranportasi air mengingat lokasi penelitian merupakan pelabuhan yang utama menghubungkan antara Cilacap dengan kawasan Segara Anakan, limbah dari kegiatan domestik, limbah pertanian.

Banyaknya industri yang terletak di sepanjang Perairan Donan (industri migas, unit pengantongan pupuk, industri pengolahan semen, bengkel kapal, pabrik minyak kelapa, industri gula rafinasi) dan seringnya terjadi sedimentasi menyebabkan kualitas perairan menjadi buruk di lokasi penelitian. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Wiratama (2010) sedimen yang masuk ke badan air di Segara Anakan dapat menyebabkan perubahan pada suhu, salinitas, oksigen yang dibebaskan maupun muatan pada sedimen itu sendiri. Terjadinya erosi dan sedimentasi ini pada akhirnya juga akan meningkatkan transpor hara dari penggunaan lahan yang terdapat di sekitar yang masuk ke perairan sungai.

Parameter Kualitas Air Perairan Donan

Evaluasi kondisi Perairan Donan dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisis fisik dan kimia kualitas Perairan Donan dengan baku mutu kualitas air yang berlaku, dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air untuk mutu air kelas II.

Parameter Fisika Kualitas Perairan Donan

Pengukuran parameter fisika kualitas perairan diambil sebagai data penunjang penelitian. Parameter fisika kualitas Perairan Donan yang di ukur meliputi suhu, kekeruhan, total padatan tersuspensi (TSS).

Suhu Air

Suhu air memiliki kaitan erat dengan kualitas lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semakin tinggi suhu perairan semakin menurun kualitasnya, karena kandungan oksigen terlarut yang ada juga akan semakin menurun sehingga banyak mikroorganisme perairan yang mati. Tinggi rendahnya suhu air dipengaruhi oleh suhu udara sekitar, kedalaman air, jenis bahan yang masuk ke perairan, tutupan vegetasi dan kekeruhan air.

Hasil pengukuran suhu Perairan Donan berkisar antara 28-37.5oC. Nilai suhu terendah terdapat pada stasiun satu kondisi pasang yaitu 28oC. menurut Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 perbedaan suhu alamiah dengan hasil pengukuran tidak boleh lebih dari tiga derajat. Perairan kondisi pasang deviasinya sebesar 2.9 sedangkan pada kondisi surut deviasinya sebesar 3.4, artinya suhu perairan pada kondisi surut melebihi batas yang ditentukan, sedangkan kondisi pasang masuk dalam batasan tetapi perlu harus di jaga agar tidak melebihi batasan yang ditentukan. Deviasi yang tinggi menyebabkan suhu perairan sangat jauh berbeda antara stasiun satu dengan yang lainnya, sehingga berhubungan dengan kenyamanan dan ketahanan biota yang hidup didalamnya. Nilai suhu udara pada stasiun empat selalu lebih tinggi baik pada kondisi pasang maupun surut, hal tersebut karena adanya bahan pencemar dari industri setempat dibuang keperairan, excess air buangan industri industri yang dibuang kelingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu membuat suhu perairan naik, bahkan masyarakat setempat menyebut aliran tersebut “Kali Panas”. Tingginya suhu perairan di lingkungan dekat stasiun empat membuat biota perairan tidak dapat hidup, begitu juga dengan vegetasi yang ada disekitar wilayah stasiun pengambilan sampel tersebut. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa suhu daerah tropis berkisar antara 27-35o

Perbedaan suhu antar jarak pengamatan tidak terlalu tinggi bahkan relatif sama, hal ini diduga karena perairan bersifat dinamik sehingga kemungkinan terjadinya stratifikasi suhu pun menjadi sangat rendah. Perbedaan suhu juga dapat berpengaruh oleh suhu udara, perbedaan intensitas cahaya matahari pada saat

C (Abowei dan George 2009). Tingginya suhu air dan udara disebabkan karena adanya aktivitas kimia maupun biologis seperti degradasi bahan organik dari sampah atau limbah yang terbawa. Pada kondisi surut air sungai turun dan suhu perairan tersebut menjadi tinggi. Selain itu, suhu tinggi diperairan dapat disebabkan oleh pemanasan global yang terjadi saat ini yang menyebabkan suhu udara meningkat sehingga menyebabkan suhu udara menjadi ekstrim. Industri pengolahan semen limbah yang dihasilkan lebih banyak limbah gas, dan debu. Cerobong asap tiap mesin industri menghasilkan limbah yang dibuang ke udara, selain menyebabkan udara menjadi panas pada lokasi penelitian juga bila terjadi hujan limbah akan menyatu dengan air hujan dan terbawa ke perairan.

pengukuran, ketinggian, kekeruhan, kondisi iklim, dan cuaca pada saat pengukuran. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran suhu Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Suhu Perairan Donan pada kondisi pasang dan surut

Kekeruhan

Nilai kekeruhan sangat berpengaruh terhadap kualitas lingkungan. Semakin tinggi nilai kekeruhan maka kualitas perairan tersebut semakin buruk. Rata-rata pengamatan nilai kekeruhannya antara 8.25-39.45 mg/l. Nilai kekerukan tertinggi baik pada kondisi pasang maupun surut terletak distasiun dua dan empat, stasiun dua pada kondisi surut sebesar 39.45 mg/l pada kondisi pasang sebesar 27.5 mg/l dan stasiun empat pada kondisi surut sebesar 23.3 mg/l dan pada kondisi pasang sebesar 26.05 mg/l. Nilai kekeruhan yang tinggi disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi dan koloid yang terdapat didalam air, misalnya pertikel lumpur, bahan organik, plankton dan mikroorganisme (Mason 1981). Nilai kekeruhan di lokasi penelitian pada kondisi surut rata-rata lebih tinggi dibandingkan kondisi pasang karena volume air yang meningkat pada kondisi pasang menyebabkan pencampuran yang baik antar komponen sehingga menyebabkan kekeruhan kondisi pasang menjadi rendah disbandingkan pada kondisi surut. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran nilai kekeruhan Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Nilai kekeruhan Perairan Donan

Total Suspended Solid (TSS)

Padatan tersuspensi terdiri dari partikel halus yang terlarut/tersespensi berupa partikel padatan yang terlarut bersama air serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah, erosi, maupun bahan pencemar yang masuk kedalam badan air. Tingginya bahan tersuspensi pada perairan maka nilai TSS pada saat pengukuran juga tinggi. Padatan tersuspensi mengandung bahan organik dan bahan anorganik (Suwari 2010). Padatan tersuspensi merupakan bahan-bahan tersuspensi dalam air yang tertahan pada 0.45µm dan tidak terlarut. Padatan tersuspensi juga mempengaruhi fontosintesis dalam air karena mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air, sehingga akan mempengaruhi oksigen yang ada di perairan (Effendi 2003).

Hasil pengukuran TSS Perairan Donan antara 6.5-81.5 mg/l. Pada stasiun dua dan stasiun empat terlihat nilai TSS nya tinggi karena di daerah tersebut dekat dengan wilayah mangrove dan industri baik migas, industri pengolahan semen, gula rafinasi, maupun bengkel perkapalan. Wilayah mangrove pada stasiun dua dan empat tanahnya mudah tersuspensi oleh air sehingga sering menjadi penyebab sedimentasi pada perairan tersebut yang menyebabkan nilai TSS dilokasi tersebut tinggi. Dalam penelitian Sutisna (2007) menyebutkan bahwa di muara sungai nilai TSS nya cenderung lebih besar, hal tersebut disebabkan oleh sedimentasi dan sampah-sampah organik yang terbawa arus sungai yang mengandung padatan yang menyebabkan kekeruhan air. Baku mutu perairan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 nilai padatan tersuspensi <50 mg/l. Tingginya nilai TSS akan menghambat fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air tingginya padatan tersuspensi juga dapat mengganggu biota perairan seperti ikan karena tersaring oleh insang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Fardiaz (1992) padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya kedalam air, sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen untuk fotosintesis. Menurut Kodoatie dan Sjarief (2008) pengendalian sedimentasi harus dilakukan pada sistem sungainya, hal ini tergantung dari karakteristik geometrik hidraulik penampang sungai misalnya lebar, tinggi air, debit air, dan karakteristik sedimen yang terangkut selain itu juga penanaman pohon sekitar sungai sangat penting dilakukan untuk mengurangi erosi dan sedimentasi. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran TSS Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.3

Gambar 4.3 Nilai TSS Perairan Donan

Parameter Kimia Kualitas Perairan Donan

Pengukuran parameter kimia kualitas perairan diambil sebagai data penunjang penelitian. Parameter kimia kualitas Perairan Donan yang di ukur meliputi pH, DO, Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand

(COD), logam berat Pb (Timbal), Cd (kadmium).

Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH menunjukkan tingkat keasaman atau kekuatan asam dan basa dalam air. Besarnya pH air mempengaruhi kelarutan dan bentuk senyawa kimia dalam badan air. Perubahan pH dalam air akan mempengaruhi perubahan dan aktivitas biologis. Pertumbuhan organisme perairan dapat berlangsung antara pH 6.5-8.2. Pada baku mutu perairan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 antara 6-9. Pada pengukuran pada saat pasang maupun surut nilai pH yang didapat antara 5.75-7.25. Rendahnya nilai pH pada stasiun satu diduga terkait adanya aktifitas kegiatan yang ada disekitar perairan, misalnya industri pengolahan semen, perikanan, pertanian, transportasi nelayan yang menangkap hasil perairan. Fluktuasi nilai pH pada air sungai dipengaruhi oleh bahan organik yang membebaskan CO2 jika mengalami proses penguraian juga berpengaruhnya waktu pengambilan sampel (Effendi 2003). Air limbah industri bahan organik umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga keasamannya juga tinggi, basa dan garam basa dalam air, hujan asam akibat emisi gas. Rendahnya nilai pH bisa diakibatkan karena terjadinya hujan asam, karena penurunan nilai pH perairan akan mengakibatkan terjadinya peningkatan daya larut dari bahan berbahaya dan beracun (B3), logam berat seperti merkuri (Hg), arsen (As), kadmium (Cd), timbal (Pb), pestisida, dll serta bahan kimia yang dihasilkan dari kegiatan antropogenik lain seperti tributylin (TBT), pestisida, dan sebagainya (Riani 2012). Pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa nilai pH Perairan Donan masih tergolong layak bagi kehidupan biota. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran pH Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.4

Gambar 4.4 Grafik pengukuran nilai pH Perairan Donan

Menurut Adeyemo et al. (2008) masalah utama yang terkait dengan asidifikasi adalah meningkatnya pH perairan yang dapat menyebabkan peningkatan kelarutan beberapa logam, disamping pengaruhnya terhadap kerusakan daerah pengaliran sungai. Ketika nilai pH < 4.5, maka kelarutan atau konsentrasi logam dalam air akan meningkat. Hal ini menyebabkan logam dalam air dapat bersifat racun bagi ikan dan biota perairan lainnya serta membuat air tidak sesuai lagi dengan peruntukannya.

Oxygen Demand (DO)

Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter kualitas air yang menggambarkan kondisi kesegaran suatu perairan, sehingga apabila kadar oksigen terlarut rendah maka ada indikasi telah terjadi pencemaran zat organik pada lokasi tersebut (Effendi 2003). Kadar DO menunjukkan jumlah oksigen terlarut dalam air atau mengindikasikan status oksigen dalam badan air. Oksigen dibutuhkan organisme untuk melakukan proses respirasi baik eksternal maupun internal. Kandungan oksigen terlarut dalam air sangat penting bagi kehidupan organisme. Kandungan oksigen terlarut juga dapat dijadikan petunjuk tentang adanya pencemaran bahan organik.

Pada pengamatan di dapatkan nilai DO antara 1.7-6.9 mg/l. Baku mutu perairan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 nilai DO>4 mg/l. Pengukuran saat kondisi surut didapat nilai DO antara 1.7-2.7 mg/l, sedangkan pada kondisi pasang didapatkan nilai DO antara 3.5-6.9 mg/l. Berkurangnya oksigen pada kondisi surut diakibatkan debit air sungai yang kecil di banding pada saat pasang, penetrasi cahaya matahari yang masuk kedalam air yang tinggi, dan juga banyaknya bahan organik yang masuk ke dalam perairan. Sesuai dengan pendapat Sutisna (2007) afinitas mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik diperairan, arus dan proses pencampuran serta interaksi antara permukaan air akan dapat mempengaruhi konsentrasi O2 terlarut, hal tersebut diduga penyebab nilai DO saat pengamatan rendah. Penelitian Suwari (2010) menyatakan bahwa semakin banyak zat organik, semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme. Rendahnya jumlah oksigen diperairan juga berpengaruh terhadap kehidupan biota perairan tersebut, kemampuan untuk hidup dan kemampuan organisme pengurai limbah berkurang sehingga tingkat pencemaran akan semakin tinggi terutama yang berada paling bawah kolom air yaitu sedimen (Garcia dan Gomez 2004). Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran DO Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.5

Gambar 4.5 Grafik nilai pengukuran DO Perairan Donan

Penurunan kadar DO dapat terjadi karena adanya penambahan beban pencemaran organik dalam jumlah besar, yang disebabkan oleh buangan limbah cair yang melebihi kemampuan (self purification) sungai dan adanya bahan kimia yang dapat teroksidasi oleh oksigen. Peristiwa tersuspensi akibat penambahan debit air secara tiba-tiba mengakibatkan larutan-larutan racun di dasar sungai dapat terangkat dan tersuspensi dalam air sehingga akan meningkatkan kekeruhan.

Biological Oxygen Demand (BOD)

BOD adalah banyaknya oksigen yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat dalam air selama lima hari. Nilai BOD di gunakan sebagai cara untuk mengindikasikan pencemaran organik di perairan. Semakin tinggi nilai BOD5 menunjukkan semakin tingi aktifitas organisme untuk menguraikan bahan organik atau dapat dikatakan juga semakin besar kandungan bahan organik di perairan itu. Hasil pengukuran didapatkan nilai BOD antara 3-45 mg/l. Baku mutu perairan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 nilai BOD < 3 mg/l. Nilai BOD yang tinggi terdapat di stasiun dua kondisi pasang sebesar 22.5mg/l , kondisi surut 25 mg/l, stasiun empat sebesar 27.5 dan stasiun 6 pada kondisi pasang yang paling tinggi sebesar 45 mg/l. Nilai BOD yang tinggi secara langsung mencerminkan tingginya kegiatan mikroorganisme didalam air dan secara tidak langsung memberikan petunjuk tentang kandungan bahan-bahan organik yang tersuspensikan. Nilai pengukuran BOD apabila hasilnya tinggi maka ada indikasi telah terjadi pencemaran zat organik pada lokasi tersebut, karena kandungan oksigen terlarut dalam air sangat penting bagi kehidupan organisme.

Pemasukan buangan organik dan volume air yang naik maupun turun yang dapat menyebabkan penurunan atau peningkatan konsentrasi BOD sungai. Adanya pengaruh arus dan pergerakan massa air yang disebabkan oleh pasang surut di Perairan Donan sehingga diduga adanya pergerakan pada BOD5 kearah pergerakan arus dan massa air tersebut. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran BOD Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.6

Gambar 4.6 Grafik nilai pengukuran BOD Perairan Donan

Chemical Oxygen Demand (COD)

Kebutuhan oksigen kimia (COD) menunjukkan jumlah oksigen total yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar dibiodegradasi secara biologis (non-biodegradable) (Santika 1984). Nilai COD dapat digunakan sebagai ukuran bagi pencemaran air oleh bahan-bahan organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya kadar oksigen didalam air. Hasil pengukuran didapat nilai COD antara 50.48-75.42 mg/l. Baku mutu perairan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 adalah <25 mg/l. Pengamatan yang dilakukan dari stasiun satu sampai stasiun enam baik pada kondisi pasang maupun surut di atas baku mutu yang di tetapkan. Tingginya nilai COD karena banyaknya kandungan bahan organik tidak mampu diuraikan secara biologis. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Sutisna (2007) hasil pengamatan COD diatas baku mutu diduga banyak bahan organik yang tidak terurai secara biologis di pelabuhan sunda kelapa yang berasal dari limbah organik dan limbah industri. Nilai COD yang lebih besar dari BOD mengindikasikan keberadaan bahan-bahan yang dapat teroksidasi secara kimia terutama bahan-bahan non-biodegradable. Tingginya pencemaran konsentrasi BOD dan COD berasal dari buangan limbah industri, pertanian, kegiatan pelabuhan, transportasi air (perahu nelayan maupun kapal penumpang yang menuju segara anakan). Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran COD Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.7

Gambar 4.7 Grafik Nilai pengukuran COD Perairan Donan

Pb (Timbal)

Logam timbal (Pb) merupakan kelompok logam berat yang tidak dapat di degradasi oleh tubuh, bersifat toksik walaupun konsentrasinya rendah, sehingga keberadaan dalam lingkungan perairan telah menjadi permasalahan lingkungan hidup (Effendi 2003). Hasil penelitian Pb di lokasi penelitian setelah dilakukan uji analisa menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometric (AAS) terdeteksi antara 0.04-0.0985 ppm. Baku mutu perairan Peraturan Pemerintah No.

82 Tahun 2001 nilai Pb yang diperbolehkan <0.03 ppm. Pada kondisi pasang nilai pengukuran Pb lebih tinggi yaitu antara 0.0795-0.099 ppm di banding kondisi surut antara 0.04-0.093 ppm. Seringnya terjadi sedimentasi di hulu waktu kondisi pasang, maupun lumpur mangrove sekitar sungai yang tergenang air, tingginya curah hujan sehingga debit air sungai juga tinggi pada waktu pasang menyebabkan sedimentasi. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Walukow (2008) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan tingginya nilai bahan pencemar logam yang mengalir dari Danau Sentani Papua adalah tingginya erosi dan sedimentasi di sekitar bantaran danau tersebut. Tingginya nilai Pb juga disebabkan karena adanya bahan pencemar yang masuk ke perairan, bongkar muat barang atau mobilisasi lalu lintas perairan (perahu) yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM).

Logam yang terdapat dalam ekosistem perairan tidak selalu berbahaya, atau bersifat toksik. Tingginya kandungan logam total dalam perairan tidak dapat disimpulkan bahwa akumulasinya pada organism yang hidup di dalamnya juga akan tinggi. Hal ini disebabkan karena pada saat logam masuk ke perairan logam tersebut akan bereaksi dengan ligan, baik ligan organik maupun ligan anorganik dan selanjutnya akan membentuk struktur kimia yang lebih kompleks, logam berat sangat sulit dilepaskan dari kompleks tersebut, terutama bila terjadi pada sedimen (Riani 2012). Menurut Barreiro et al. (2004) menyebutkan sedimen merupakan tempat terjadinya pengendapan akhir logam berat, dan konsentrasi logam berat pada sedimen tersebut bukan hanya bergantung pada masukan logam berat semata, tetapi juga bergantung pada asal dan komposisi sedimen, ukuran partikel sedimen serta pada jenis reaksinya saat terjadi pengendapan. Tingginya kandungan logam total Keberadaan arus dan gelombang air yang kuat disekitar lokasi pengamatan berperan dalam menentukan keberadaan logam di badan perairan. Hal ini dikarenakan arus dapat mengaduk massa air yang ada didekat dasar perairan maupun yang berada di dalam sedimen sehingga keberadaannya di perairan tidak akan terkonsentrasi hanya pada tempat tertentu saja. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran Pb Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.8

Kadmium (Cd)

Logam Cd bersifat toksik terhadap organisme dan sulit di degradasi dalam tubuh. Kadar logam Cd yang tinggi juga dapat mempengaruhi biota perairan terutama ikan atau kerang. Tingginya logam Cd dapat dijadikan sebagai indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari pencemar yang dibuang ke perairan. Toksisitas kadmium dipengaruhi oleh pH dan kesadahan karena pada pH yang tinggi cadmium mengalami presipitasi/pengendapan (Effendi 2003). Hasil pengukuran didapat nilai Cd antara 0.008-0.4 ppm. Baku mutu perairan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 sebesar 0.001 ppm. Hasil analisa menggambarkan baik pada kondisi pasang maupun surut diatas baku mutu yang ditetapkan, artinya Perairan Donan telah tercemar logam berat Cd. Lokasi penelitian banyak industri yang berdiri di sekitar Perairan Donan (industri migas, pengolahan semen, bengkel perkapalan, pengantongan pupuk, dll) dan juga aktifitas lain seperti pelabuhan, pertanian, transportasi air yang menggunakan bahan bakar minyak. Sumber Cd dalam badan perairan yang terkontribusi dari limbah industri sangat sedikit yaitu 0.6% dari total kandungan Cd yang ada. Kontribusi paling besar dari logam Cd justru berasal dari limbah padat, kerak bumi, sumber alamiah (hawleyite, sphalerite, greenockite, otavite) Moore (1991) yaitu sebesar 82%, sedangkan limbah yang berasal dari limbah cair rumah tangga dan aliran dari pemukiman dan perkotaan adalah 5%. Hal ini diduga erat ada kaitannya dengan peringatan oleh beberapa lembaga di dunia yang berkaitan dengan lingkungan hidup seperti greenpeace akan bahaya logam kadmium, sehingga apabila suatu industri kedapatan secara nyata mencemari perairan dengan kadmium maka dapat dicabut ijin usahanya. Grafik yang menggambarkan tentang penyebaran Cd Perairan Donan pada kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.9

Gambar 4.9 Grafik pengukuran Cd Perairan Donan

Konsentrasi Logam Pb dan Cd dalam Sedimen

Sedimen pada perairan mempunyai peranan yang penting sebagai tempat berkumpulnya berbagai bahan pencemar, termasuk logam berat beracun. Telah diketahui bahwa logam berat di lingkungan perairan mempunyai kedudukan yang

penting dalam studi ekotoksikologi karena keberadaannya beracun meskipun dalam konsentrasi yang kecil (trace). Dalam kondisi menjadi struktur kimia yang

Dokumen terkait