• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Sosial Ekonomi Lokasi Penelitian Kabupaten Agam

Mayoritas (95%) penduduk Sumatera Barat berasal dari suku bangsa Minangkabau. Dikenal sebagai masyarakat yang unik, karena memadukan nilai- nilai adat (tradisi) dan nilai-nilai keagamaan (Islam) dalam kehidupan sehari- harinya, sebab "Adat bersendi Syarak, Syarak bersendi Kitabullah", dimana "Syarak mangato (mangata), adat mamakai (menjalankan)". Masyarakat Minang adalah masyarakat matrilineal, yang menganut sistem keturunan menurut garis keturunan ibu. Suku ibu menentukan suku anak dan melekat dengan sistem kekerabatan, harta kaum dan sistem pewarisan. Kehidupan tradisional orang Minang adalah kehidupan bersama yang dipimpin oleh mamak (laki-laki) secara demokratis, baik dalam keluarga, suku, atau nagari.

Kabupaten Agam merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat dengan luas wilayahnya 2.232,39 km2. Sebelah utara berbatasan dengan

Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten 50 Kota, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar, dan sebelah barat berbatasan dengan samudra Indonesia.

Saat ini, perekonomian Kabupaten Agam dibentuk oleh sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan, perikanan, pertambangan, pariwisata, dan industri. Kontribusi sektor-sektor tersebut cukup signifikan bagi kehidupan sosial budaya masyarakat di Kabupaten Agam. Struktur perekonomian Kabupaten agam pada Tahun 2009 tidak mengalami banyak perubahan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebagai daerah agraris, sektor pertanian masih mendominasi pembentukan PDRB di Kabupaten Agam. Pada Tahun 2009 peranan pertanian terhadap PDRB Kabupaten Agam sebesar 41 persen. Sektor kedua yang memberikan peranan terbesar adalah sektor perdagangan, serta hotel dan restoran. Peranannya tahun 2009 adalah 14 persen (PDRB Agam 2005-2009).

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pada Tahun 2007 mencapai 65,31 persen, sedikit menurun pada tahun 2008 menjadi 63,98 persen kemudian

meningkat menjadi 64,19 persen pada Tahun 2009. Tingkat partisipasi perempuan angkatan kerja tercatat hanya 49,70 persen jauh tertinggal dibandingkan TPAK laki-laki yang mencapai 79,53 persen. Tingkat Pendidikan pada Tahun 2008 persentase penduduk yang menamatkan SMU/sederajat juga cukup besar yaitu 21,95 persen, hanya segelintir saja berpendidikan Diploma keatas (Statistik Kabupaten Agam 2010).

Pada Tahun 2008, Kabupaten Agam memiliki 16 (enam belas) kecamatan yang terdiri dari Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur, Kecamatan IV Koto, Kecamatan Malalak, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Sungai Pua, Kecamatan Ampek Angkek, Kecamatan Canduang, Kecamatan Baso, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Kamang Magek, Kecamatan Palembayan dan Kecamatan Palupuh.

Kecamatan Ampek Angkek

Kecamatan Ampek Angkek terdiri dari 7 Nagari dan 33 Jorong. Jumlah penduduk pada akhir 2008 berjumlah 37.515 jiwa dengan jumlah penduduk laki- laki sebanyak 18.201 jiwa dan penduduk perempuan 19.314 jiwa. Jumlah kepala keluarga yang terdapat di Kecamatan Ampek Angkek berjumlah 9.325 KK yang terdiri dari 16 Pra Keluarga Sejahtera, 1.340 Keluarga Sejahtera I, 3.681 Keluarga Sejahtera II, 3.804 Keluarga Sejahtera III, dan 500 Keluarga Sejahtera III Plus.

Adapun mata pencarian penduduk Kecamatan Ampek angkek adalah petani, PNS, Industri dan kerajinan, pedagang, konstruksi, jasa angkutan, buruh, wiraswasta dan lain-lain. Nagari yang menjadi lokasi penelitian adalah Jorong Cibuak Ameh dan Jorong Pincuran Tujuah dari Nagari Pasia, dan Jorong Tanah Nyariang dan Cangkiang dari Nagari Batu Taba.

Nilai-nilai Keluarga dalam Masyarakat dan Norma Matrilineal

Dalam adat dan budaya Minang, agar kecintaan dan penghargaan kepada kaum perempuan selalu hidup dalam jiwa kaum pria, adat menetapkan silsilah keturunan mengambil garis keturunan Ibu, yang disebut sistem matrilinial. Sistem matrilineal itu terus dijalankan dan dikukuhkan, ditambah

   

lagi dengan kawalan yang ketat terutama dalam masalah pewarisan sako jo pusako, maka "mande" sebagai sosok kongkrit perempuan di dalam suatu kaum adalah "segalanya". Perempuan menjadi penentu di dalam suatu kaum atau keluarga, apakah semua anggota kaurnnya akan menjadi beradat atau tidak, akan menjadi orang beragama atau tidak, akan menjadi baik atau tidak, pendidikan awal terhadap keislaman dari seorang individu Minang bermula dari ibunya, kaum perempuan, yang sangat dominan keberadaan dalam suatu rumah gadang. Dalam pepatah-petitih, dalam kaba atau cerita-cerita rakyatnya, masyarakat Minangkabau menjuluki perempuan itu sebagai; unduang-unduang ka sarugo (pelindung untuk mendapatkan surga), induak bareh (induk beras, punca dari segala kehidupan), namban puruak (tempat penyimpanan segala yang berharga). Bahkan dalam tindak tanduk, perbuatan, secara ideal dikatakan; turun nan sakali sajumaaik, karajo manyulam jo manjaik, tahu diereang dengan gendeng, muluik manih kucindan murah, budi baiak baso katuju, urang nan galak jago lalok, urang nan indak rusuah tamu tibo dan sebagainya (Thaib 2008).

Dalam pola keturunan dan pewarisan adat, suku Minang menganut pola matrilineal, yang mana hal ini sangatlah berlainan dari mayoritas budaya rnanusia yang menganut pola patrilineal. Terdapat kontradiksi dimana pola matrilineal ini sangatlah berbeda dengan pola pewarisan yang diajarkan oleh agarna Islam yang menjadi panutan hampir seluruh suku Minang. Oleh sebab itu dalam pola pewarisan suku Minang, dikenallah harta pusaka tinggi dan harta pusaka rendah. Harta pusaka tinggi merupakan harta turun temurun yang diwariskan berdasarkan garis keturunan ibu, sedangkan harta pusaka rendah merupakan harta pencarian yang diwariskan secara faraidh berdasarkan hukum Islam. Menurut sebagian ahli budaya, pola matrilineal inilah yang menjadi salah satu pemicu banyaknya laki- Iaki minang pergi merantau di masa mudanya. Disamping menganut pola matrilineal, masyarakat suku Minang juga mendasarkan adat budayanya pada syariah Islam (Thaib 2008).

Berdasarkan tradisi dan sistem kekerabatan matrilineal tersebut, masyarakat Minangkabau mengenal dua bentuk keluarga:

Keluarga besar yang terdiri dari sejumlah anggota yang terikat dalam suatu sistem keibuan. Setiap anggota kaum, baik laki-laki maupun perempuan, baik yang sudah bersuami ataupun belum, akan selalu menjaga kaumnya dari segala hal. Warga yang berada dalam satu kaum tidak boleh kawin. Hubungan ini selain diikat oleh suatu sistem, juga ikatan emosionalnya sangat kuat. Kedua ikatan ini sangat mempengaruhi kehidupan keduanya. Jika terjadi penyimpangan, kepala kaum atau Penghulu keduanya akan menegur dan bila perlu memberikan hukuman. Sehingga apa yang terjadi di dalam kaum selalu dikontrol oleh sesama anggotanya. Komunalitas yang kuat seperti ini sangat memungkinkan terpeliharanya anggota kaum terhadap berbagai penyimpangan, baik penyimpangan dalam hukum adat maupun agama Islam yang dianutnya (Thaib 2008). 2. Keluarga Batih (nuclear family).

Sebuah kesatuan keluarga terkecil yang terdiri dari suami, isteri dan anak, sebagaimana layaknya sebuah keluarga, keluarga batih ini pada hakekatnya adalah "sarana" tempat bertemu dan berinteraksinya antara dua buah kaum atau dua buah keluarga besar, kaum pihak suami dan kaum pihak istri, suami adalah "duta" dari kaumnya, begitupun istri "duta" dari kaumnya pula, dengan demikian ketergantungan seorang istri kepada suami tidaklah mutlak, hal ini menyebabkan kedudukan "setara". Satu tidak berada di atas atau di bawah yang lain (Thaib 2008). Oleh karena perkawinan adalah semacam jendela sosialisasi satu kaum dengan kaum yang lain, maka masing-masing kaum akan menjaga duta- dutanya. Penyimpangan yang dilakukan isteri atau suami merupakan"malu" yang harus dipikul oleh kaum keduanya. Hal ini secara otomatis dapat menjaga perilaku suami, istri apalagi anak-anak. Artinya di sini, sebuah perkawinan dalam sistem matrilineal dapat melahirkan penjagaan dan pengawasan untuk setiap individu dari dua buah keluarga besar.

Peranan perempuan Minangkabau dalam pembentukan keluarga yang Islami. Perempuan memegang posisi kunci dalam usaha membangun keluarga Islam. Hal ini disebabkan kedudukan perempuan yang begitu penting di dalam keluarganya, keluarga besar perkaumannya dan keluarga suaminya. Bersama

   

penghulu atau ninik mamak di dalam kaumnya, perempuanlah yang paling consern terhadap masalah-masalah keagamaan. Perempuan akan menjaga ketentuan-ketentuan di dalam adatnya. Maka bila perempuan begitu ketat menjaga adatnya secara otomatis pula dia begitu ketat menjalankan ajaran Islam.

Maka untuk itu, masyarakat Minangkabau melalui ajaran-ajaran adatnya selalu menjaga kaum perempuannya. Hal ini tidak hanya tercermin dalam penerapan sistem matrilinealnya saja, tetapi juga di dalam ketentuan-ketentuan lain dalam sistem adatnya. Salah satu dari ketentuan adat dalarn menjaga kaum perempuan disebutkan; seorang perempuan Minang harus bersuami. Jika sebuah kaum tidak mampu mendapatkan suami untuk seorang anggota kaumnya yang perempuan, mereka dibenarkan untuk menggadaikan tanah pusaka. Di dalam adat dikatakan, tanah pusaka boleh digadai untuk tiga hal saja, salah satunya adalah; gadih gadang indak balaki. Ini berarti, seorang perempuan, bagaimanapun juga harus mempunyai suarni, atau harus dicarikan suarninya. Suami menjadi penting sesuai dengan ajaran Islam; suami adalah junjungan bagi perempuan. Junjungan menurut terminologi Minangkabau adalah; sebatang kayu yang kukuh, yang dipancangkan di tanah untuk tempat merambatnya tumbuh-tumbuhan menjalar. Tanpa junjungan, tumbuh-tumbuhan menjalar itu tidak akan sempurna hidupnya, akan busuk buahnya dan akan mudah diinjak - injak binatang. Oleh karena ltu, junjungan atau suarni menjadi sangat penting di dalam adat Minangkabau (Thaib 2008).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa pengaruh bantuan suami sangat besar baik materil maupun spiritual, karena suami mendukung setiap apa saja yang dilakukan dalam keluarga, pemberi motivasi dikala lagi menghadapi permasalahan dalam setiap urusan baik dalam hal bekerja maupun dalam keluarga, bekerjasama membimbing/membesarkan anak dalam keluarga. Karena keluarga adalah tempat dimana berkumpulnya seluruh anggota keluarga, berbagi suka dan duka, tempat memperoleh ketentraman hidup, berbagi kasih dan sayang dalam membesarkan anak, karena anak adalah sumber kebahagian dan harta dan kekayaan yang tidak dapat dinilai dengan apapun yang harus dijaga dan dibimbing dengan baik agar menjadi penerus keturunan keluarga untuk kehidupan nantinya.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa:

1. Arti keluarga pada umumnya hampir sama dari seluruh contoh penelitian yaitu keluarga adalah tempat dimana berkumpulnya seluruh anggota keluarga, dalam membesarkan anak, berbagi kasih dan sayang, berbagi suka dan duka, tempat memperoleh ketemtraman hidup, sumber kebahagian dan istana yang paling berhargadan harta dan kekayaan yang tidak dapat dinilai dengan apapun.

2. Arti anak bagi keluarga contoh adalah anugrah terindah/rezki yang tak ternilai dari Tuhan yang harus dijaga dan dibimbing, sebagai inspirasi dan motivasi dalam hidup, harta kekayaaan yang tidak bisa ditukar dengan apapun, dan sebagai penerus keturunan keluarga untuk kehidupan nantinya.

3. Arti karier bagi contoh pada umumnya adalah untuk menambah wawasan, ilmu dan penghasilan, menambah pendapatan keluarga, penunjang ekonomi keluarga, dan secara ekonomis tidak tergantung pada suami, menghindari kebosanan atau mengisi waktu luang, memperoleh status di masyrakat, dan untuk kebahagian keluarga, serta untuk mendisiplinkan diri dan bertanggungjawab terhadap keluarga dan orang lain.

4. Prioritas hidup bagi contoh pada umumnya adalah untuk mendidik anak-anak untuk mencapai kesuksesan dengan bisa menyekolahkan dengan setinggi- tingginya, membahagiakan keluarga, meningkatkan kesejahteraan keluarga, dan mewujudkan keluarga yang sakinah muwadah warahmah serta bahagia dunia dan akhirat. Salah satu dari contoh prioitas hidupnya adalah untuk bisa naik haji berdasarkan penuturan contoh supaya bisa menunaikan semua rukun islam, dan bisa menjalankan hidup dengan tentram dan damai.

5. Pengaruh bantuan suami bagi contoh dalam penelitian ini adalah sangat besar baik materil maupun spiritual, karena suami mendukung setiap apa saja yang dilakukan dalam keluarga, dan pemberi motivasi dikala lagi menghadapi permasalahan dalam setiap urusan baik dalam hal bekerja maupun dalam keluarga. Saling kerjasama dalam tugas keluarga, membimbing/membesarkan anak (Lampiran 2).

   

Karakteristik Contoh dan Keluarganya

Umur Contoh dan Suami

Contoh dan responden dalam penelitian ini adalah istri. Umur contoh dalam penelitian ini berkisar antara 25 tahun sampai 56 dengan rata-rata usia contoh 40,6 tahun. Umur suami ternyata tidak berbeda jauh dari umur istri yang berkisar antara 28 tahun sampai 60 tahun. Proporsi terbesar umur contoh (75,0%) dan suami (54,0%) adalah untuk kelompok umur 21 sampai 45 tahun. Sebaran contoh dan suami contoh berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran contoh dan suami contoh berdasarkan umur

Umur (tahun) Suami Istri

n % n % 21-45 54 54,0 75 75,0 46-55 39 39,0 22 22,0 56-65 7 7,0 3 3,0 >65 0 0,0 0 0,0 Total 100 100,0 100 100,0 Kisaran (min-max) 28-60 25-56 Rata-rata ± SD 44,8±7,60 40,6±7,31 P 0.00** *Umur suami dan istri berbeda secara signifikan.

Tingkat Pendidikan Contoh dan Suami

Pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola pikir dan prilaku oarng tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik contoh maupun suami contoh berpendidikan sampai Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan persentase yang hampir sama yaitu 39 persen dan 40 persen yang memiliki rata-rata lama pendidikan masing-masing 11,62 tahun dan 11,15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang ditempuh oleh contoh dan suami contoh sudah cukup baik yaitu di atas program wajib belajar sembilan tahun. Sebaran contoh dan suami contoh berdasarkan lama pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran contoh dan suami contoh berdasarkan lama pendidikan

Lama Pendidikan (tahun) Suami Istri

n % n % 1-6 14 14,0 13 13,0 7-9 26 26,0 19 19,0 10-12 39 39,0 40 40,0 13-16 18 18,0 14 14,0 17-18 3 3,0 2 2,0 Total 100 100,0 100 100,0 Kisaran (min-max) 6-18 6-18 Rata-rata ± SD 11,15±3,16 11,62±3,16

Jenis Pekerjaan Contoh dan Suami

Jenis pekerjaan akan sangat mempengaruhi besarnya pendapatan keluarga dalam rumahtangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (28%) pekerjaan utama contoh adalah pedagang sedangkan proporsi terbesar pekerjaan suami contoh (39%) adalah wiraswasta dan satu orang suami contoh yang tidak bekerja. Selebihnya baik contoh maupun suami contoh bekerja sebagai petani, PNS, buruh, karyawan, dan jasa angkutan. Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan utama suami dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran contoh dan suami berdasarkan jenis pekerjaan utama suami

Jenis Pekerjaan Suami Istri

n % n % Tidak bekerja 1 1,0 0 0,0 Petani 18 18,0 0 0,0 Pedagang 13 13,0 28 28.0 PNS 14 14,0 18 18.0 Buruh 6 6,0 21 21.0 Karyawan 2 2,0 11 11.0 Jasa Angkutan 8 8,0 0 0,0 Wiraswasta 38 38,0 22 22.0 Total 100 100,0 100 100,0

Jenis pekerjaan contoh adalah pedagang (dagang nasi, dagang harian, dagang pakaian, dagang makanan kecil, dan dagang makanan porsi), PNS (guru, bidan, pegawai kantor walikota, pegawai kantor camat, pegawai kantor nagari), ,buruh (menyulam pakaian, selendang, jilbab, mengemas makanan ringan, dan

   

mengolah makanan), dan usaha wiraswasta adalah membuka usaha kue-kue, pakaian jadi, terali besi, dan lain-lain. Data dari 100 contoh diketahui terdapat satu suaminya yang tidak bekerja dan tidak menghasilkan pendapatan karena kondisi kesehatan.

Jumlah Anak Contoh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anak contoh berkisar antara antara 1 sampai 6 orang dengan rata-rata 2,7 orang. Diketahui bahwa sebagian besar contoh memiliki keluarga kecil dengan jumlah anak (≤4 orang) dengan persentase 92 persen. Sebaran contoh berdasarkan jumlah anak dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jumlah anak

Kategori Jumlah Anak n %

≤ 4 92 92,0

5-7 8 8,0

>7 0 0,0

Total 100 100,0

Kisaran min-max (Orang) 1-6

Rata-rata±SD (Orang) 2,73±1,17

Hal tersebut mencerminkan bahwa keluarga sudah banyak menyadari pentingnya keluarga kecil bahagia sejahtera. Menurut pengakuan contoh, jumlah anak yang semakin banyak akan semakin memberatkan dalam kebutuhan sehari- hari terutama akan kebutuhan untuk sekolah. Hal ini dilatarbelakangi oleh per- kembangan dunia pendidikan dan perkembangan teknologi dewasa ini yang semakin maju. Keturunan kadangkala disesuaikan dengan tingkat perekonomian dalam keluarga dengan harapan dapat menciptakan keluarga yang sejahtera.

Besar Keluarga Contoh

Besar keluarga adalah penjumlahan anggota keluarga inti dan sanak saudara yang tinggal bersama keluarga. Besar keluarga ditentukan oleh banyaknya jumlah anggota keluarga, biasanya jumlah anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar keluarga contoh berkisar antara antara 3 sampai 8 orang dengan rata-rata 5

orang. Diketahui bahwa lebih dari sebagian contoh memiliki keluarga sedang (5- 7 orang) dengan persentase 51 persen dan hampir sebagian contoh memiliki keluarga kecil (≤4 orang) dengan presentase 48 persen (Tabel 6). Kecilnya jumlah keluarga mencerminkan banyak keluarga yang sudah menyadari pentingnya nilai keluarga kecil bahagia sejahtera.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Kategori Besar Keluarga1) n %

≤ 4 (kecil) 48 48,0

5-7 (sedang) 51 51,0

>7 (besar) 1 1,0

Total 100 100,0

Kisaran min-max (Orang) 3-8

Rata-rata±SD (Orang) 4,75± 1,17

1)

Kategori menurut BKKBN (1998)

Ukuran keluarga berhubungan erat dengan pengeluaran dalam rumah tangga. Apabila terjadi penambahan anggota keluarga dalam rumahtangga akan merangsang keluarga tersebut untuk lebih giat lagi bekerja dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka dengan cara lebih banyak menggali sumber pendapatan lainnya. Hasil penelitian Prabawa (1998) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka pendapatan pendapatan per kapita yang diperoleh akan lebih sedikit dan konsumsi keluarga semakin tinggi sehingga beban kepala keluarga cukup besar.

Keadaan Ekonomi Keluarga Contoh

Kepemilikan Aset Keluarga

Aset dalam penelitian ini adalah sumberdaya materi yang dimiliki oleh keluarga yang bernilai ekonomi. Aset ini terdiri dari dari rumah dan tanah, kendaraan, barang elektonik, perhiasan, uang (tabungan), lahan pertanian, perikanan dan kepemilikan ternak. Pada penelitan ini kepemilikan aset dalam keluarga dibagi atas: (1) Tidak ada, (2) Bawaan istri, (3) Bawaan Suami, (4) Bersama.

   

Tidak seluruh contoh memiliki rumah dan tanah sendiri. Sebanyak 32 persen menempati rumah dan tanah milik saudara atau sewa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aset keluarga bawaan istri adalah (rumah 57 persen, tanah 60,3 persen, emas 12 persen, dan sawah 10 persen) (Tabel 7). Dalam literatur etnografis, sejumlah studi menyebutkan bahwa sumberdaya yang dibawa ke pernikahan oleh perempuan, cendrung dikendalikan sendiri oleh perempuan, dalam hal ini emas adalah contoh aset yang umum. Aset-aset itu akan dibawa oleh perempuan bila terjadi perceraian, dan akan dikembalikan ke keluarganya bila perempuan itu meninggal dan tidak ada ahli waris (Beegle et al. 2001).

Hasil penelitian Thomas et al. (1999) menunjukkan bahwa kepemilikan aset pribadi pra nikah biasa di temukan di Indonesia. Hal tersebut terutama di temukan pada keluarga di Jawa dan Sumatera, yang mempunyai tradisi membawa berbagai sumberdaya ke dalam pernikahan dan biasanya akan tetap di bawah kendalinya. Hal yang sama ditemukan pada adat yang berlaku di beberapa daerah di Kecamatan Ampek Angkek yakni istri membawa aset ke dalam pernikahan. Aset sangat mempengaruhi posisi istri dalam keluarga dan kesejahteraan keluarga. Menurut Thomas et al. (1999) seorang istri yang membawa aset ke dalam pernikahan lebih memiliki kekuasaan dalam peran pengambilan keputusan rumahtangga. Walaupun menganut sistem matrilineal dan lebih banyak membawa aset kedalam pernikahan tapi tetap masih menganggap suami sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama yang sama dengan sistem patriakhi.

Aset keluarga bawaan suami adalah (rumah (7,4%), tanah (7,4%), sepeda motor (6%). Aset keluarga yang dimiliki atau beli bersama adalah (rumah (35,3%), tanah (32,4%), motor (74%), sepeda (100%), mobil (18%), barang elektronik barang elektronik berupa televisi (90,0%), radio (86,4%), tape/compo (86,2%), VCD (88,0%), rice cooker (89.5%) dan kulkas (92,6%), emas (85,5%), tabungan (90,6%), kambing (100,0%), ayam (76,2%), tambak (50,0%) dan kerbau (100,0%).

Kepemilikan aset dalam keluarga dapat menunjukkan kemampuan atau potensi suatu keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup dan secara sosial juga menunjukan status anggota keluarga dalam kelompok dan masyarakat luas. Menurut Yeti (1994) dalam Azzachrawani (2004) umumnya keluarga yang

kepemilikan asetnya lebih banyak, status sosialnya lebih tinggi dan keluarga yang kepemilikan asetnya lebih sedikit status sosialnya lebih rendah. Aset yang diperoleh setelah menikah menggambarkan kemandirian sebuah keluarga yang merupakan implikasi kemandirian suami dan istri.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Bryant (1990) bahwa aset adalah sumber daya atau kekayaan yang dimiliki oleh keluarga. Aset akan berperan sebagai alat pemuas kebutuhan. Oleh karena itu keluarga yang memiliki aset lebih banyak cenderung lebih sejahtera jika dibandingkan dengan keluarga yang memiliki aset terbatas.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan presentase status kepemilikan aset

No Jenis Aset Tidak

ada

Ada

Bawaan Istri Bawaan Suami Bersama

Rumah dan Tanah

1 Rumah 32,0 57,0 7,4 35,3 2 Tanah 32,0 60,3 7,4 32,4 Kendaraaan 3 Motor 16,0 4,0 6,0 74,0 4 Sepeda 63,0 0,0 0,0 100,0 5 Mobil 81,0 1,0 0,0 18,0 Barang Elektronik 6 Televisi 2,0 7,1 2,0 90,0 7 Radio 19,0 9,9 3,7 86,4 8 Tave/compo 13,0 10,3 3,4 86,2 9 VCD 13,0 8,7 3,3 88,0 10 Komputer 65,0 5,7 0,0 94,3 11 Rice cooker 9,5 1,1 1,0 89,5 12 Kulkas 5,9 1,5 1,0 92,6 13 Mesin Cuci 57,0 9,3 2,3 88,4 14 Kipas Angin/AC 78,0 13,6 0,0 86,4 Perhiasan 15 Emas 17,0 14,5 0,0 85,5 16 Perak 98,0 50,0 0,0 50,0 Tabungan 36,0 4,7 4,7 90,6

Pertanian, Perikanan dan Ternak

17 Sawah 78,0 59,1 31,8 9,1 18 Ladang/kebun 81,0 47,4 32,6 21,1 19 Kambing 96,0 0,0 0,0 100,0 20 Ayam 79,0 14,3 9,5 76,2 21 Bebek/itik 96,0 0,0 0,0 100,0 22 Tambak 98,0 0,0 50,0 50,0 23 Kerbau 94,0 0,0 0,0 100,0

Secara garis besar, kepemilikan aset pada penelitian ini baik kendaraan, barang elektronik, perhiasan, dan ternak adalah milik bersama atau beli bersama

   

setelah pernikahan. Aset yang diperoleh setelah menikah menggambarkan kemandirian sebuah keluarga yang merupakan kemandirian suami dan istri (Becker 1981). Suami dan istri yang mengambil tanggung jawab utama untuk beberapa sumberdaya rumahtangga adalah hal yang wajar. Hal ini terlihat dari persentase aset beli bersama yang melebihi aset yang di bawa ke pernikahan. Sementara rumah dan tanah hampir sebagian bawaan istri, karena kebanyakan yang ditemui di Minangkabau, bila terjadi pernikahan maka pihak laki-laki yang akan tinggal dirumah keluarga istri, lalu kemudian rumah tersebut bisa menjadi warisan untuk si istri dari keluarganya. Harta bawaan yang berasal dari suami ataupun istri di Minangkabau disebut harta surang (seorang). Karena harta ini milik “surang” atau milik pribadi, maka harta ini dapat diberikannnya kepada orang lain tanpa terikat kepada suami atau istrinya. Oleh sebab itu dalam adat dikatakan “surang baragiah, pancarian dibagi” (sendiri dapat diberikan, pencarian dapat dibagi). Maksudnya milik seorang dapat diberikan kepada siapa saja, tetapi harta pencarian bisa dibagi bila terjadi perceraian.

Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga merupakan penjumlahan dari seluruh pendapatan yang diperoleh keluarga. Pendapatan ini bisa berasal dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lain baik dari pekerjaan utama maupun sampingan. Besarnya pendapatan keluarga akan mempengaruhi daya beli keluarga tersebut. Pendapatan keluarga dalam penelitian ini dinyatakan dalam rupiah per bulan. Garis Upah Minimum Rata-rata (UMR) Kota Sumatera Barat adalah Rp 916.124. Nilai ini selanjutnya digunakan sebagai batasan apakah contoh memiliki pendapatan di bawah atau

Dokumen terkait