Pemodelan Regresi Logistik Multinomial
Dalam penelitian ini dibuat delapan model regresi logistik multinomial berdasarkan peubah-peubah bebas yang digunakan. Tujuh model di antaranya adalah model-model yang hanya melibatkan satu peubah bebas, yakni peubah Ekonomi-Politik, IdDemokrat, IdGolkar, IdPDIP, Kualitas SBY, Kualitas JK atau peubah Kualitas Mega. Satu model lainnya adalah model yang memasukkan 14 peubah bebas (analisis lebih dari satu peubah bebas), yakni seluruh peubah tadi ditambah dengan peubah-peubah sosiologis (Gender, Usia, Desa-Kota, Suku-bangsa, Agama, Pendidikan dan Pendapatan).
Kedelapan model menghasilkan statistik-G dengan nilai-p kurang dari 0.001. Ini berarti setidaknya ada satu parameter yang nyata pada setiap model yang dibentuk (Lampiran 2).
Model Pilihan Rasional: Interpretasi berbasis Odds
Dalam analisis satu peubah bebas, diketahui bahwa evaluasi pemilih atas kondisi ekonomi-politik berpengaruh nyata (dalam taraf nyata 5%) terhadap keputusan memilih SBY-Boediono dibanding Megawati-Prabowo dan keputusan memilih JK-Wiranto dibanding Megawati-Prabowo. Namun kondisi ekonomi-politik tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan memilih SBY-Boediono dibanding JK-Wiranto (Tabel 1). Setiap penambahan satu satuan skor ekonomi-politik akan meningkatkan odds memilih SBY-Boediono dibanding Megawati-Prabowo sebesar exp(2.861) = 17.5 kali dan meningkatkan odds memilih JK-Wiranto dibanding Megawati-Prabowo sebesar exp(2.186) = 8.9 kali.
Dalam analisis lebih dari satu peubah bebas, pengaruh ekonomi-politik terhadap keputusan memilih SBY-Boediono maupun JK-Wiranto dibanding Megawati-Prabowo tetap nyata (Tabel 1). Setelah dikontrol oleh peubah-peubah lain, odds memilih SBY-Boediono dibanding Megawati-Prabowo naik 6.6 kali lipat untuk setiap penambahan satu satuan skor kondisi ekonomi-politik. Sementara odds memilih JK-Wiranto dibanding Megawati-Prabowo naik sebesar 9.7 kali.
Tabel 1 Koefisien regresi logistik multinomial untuk peubah ekonomi-politik Analisis SBY-Boediono / Megawati-Prabowo JK-Wiranto / Megawati-Prabowo SBY-Boediono / JK-Wiranto 1 peubah bebas 2.861*** 2.186*** 0.675 > 1 peubah bebas 1.889** 2.279** -0.390 Keterangan: * p < 0.05, ** p < 0.01, *** p<0.001
Hasil pengujian menunjukkan bahwa faktor ekonomi-politik terbukti berpengaruh terhadap keputusan pemilih. Semakin baik kondisi ekonomi-politik, semakin besar kecenderungan seorang calon dari pemerintah berkuasa (SBY atau JK) dipilih dibanding calon oposisi (Megawati). Temuan ini sesuai dengan teori pilihan rasional.
Dalam perspektif pilihan rasional, posisi SBY dan JK kurang bisa dibedakan dengan jelas. Hal ini karena keduanya merupakan representasi pemerintah yang sedang berkuasa. Oleh sebab itu, keputusan memilih salah satu di antara keduanya tidak dipengaruhi oleh faktor ekonomi-politik.
Model Pilihan Rasional: Interpretasi berbasis Peluang
Model pilihan rasional dengan satu peubah bebas dapat dituliskan dalam bentuk persamaan dugaan peluang berikut:
Pr(Y = SBY-Boediono|X1) = exp(-0.888 + 2.861X1) / (1+ exp(-0.888 + 2.861X1)+ exp(-2.032 + 2.186X1)),
Pr(Y = JK-Wiranto|X1) = exp(-2.032 + 2.186X1) / (1+ exp(-0.888 + 2.861X1)+ exp(-2.032 + 2.186X1)),
Pr(Y = Megawati-Prabowo|X1) = 1 / (1+ exp (-0.888 + 2.861X1)+ exp(-2.032 + 2.186X1)),
dengan X1
Bila X
= Ekonomi-Politik. Berdasarkan model tersebut,dapat dihitung dugaan peluang dipilihnya SBY-Boediono, JK-Wiranto dan Megawati-Prabowo sesuai dengan penilaian pemilih atas kondisi ekonomi-politik.
1=0 (kondisi ekonomi-politik dinilai sangat buruk), maka Pr(Y=SBY-Boediono|X1=0) = exp(-0.888) / (1+exp(-0.888)+exp(-2.032)) = 27%.
19
Sementara bila X1=1 (kondisi ekonomi-politik dinilai sangat baik), maka Pr(Y=SBY-Boediono|X1 27% 77% 8% 12%11% 65% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 0.00 0.08 0.17 0.25 0.33 0.42 0.50 0.58 0.67 0.75 0.83 0.92 1.00 Ekonomi-Politik Duga a n P e lua ng
SBY-Boediono JK-Wiranto MEGA-Prabowo
=1) = exp(-0.888+2.861) / (1+exp(-0.888+2.861) + exp(-2.032+2.186)) = 77%. Dengan cara serupa diperoleh hasil bahwa bila kondisi ekonomi-politik dinilai sangat buruk, dugaan peluang keterpilihan JK-Wiranto dan Megawati-Prabowo masing-masing 8% dan 65%; sedangkan bila kondisi ekonomi-politik sangat baik, dugaan peluang keterpilihan JK-Wiranto dan Megawati-Prabowo masing-masing 12% dan 11%.
Plot titik-titik dugaan peluang keterpilihan calon menurut kondisi ekonomi-politik pada Gambar 1 menjelaskan bahwa faktor ekonomi-ekonomi-politik berdampak besar terhadap perolehan suara SBY-Boediono dan Megawati-Prabowo. Sementara itu, faktor ekonomi-politik tidak memiliki dampak yang berarti terhadap perolehan suara JK-Wiranto. Perubahan kondisi ekonomi-politik yang ekstrim (skor ekonomi-politik berubah dari 0 ke 1) dapat menaikkan perolehan suara SBY-Boediono sebesar 50% (dari 27% menjadi 77%), menaikkan suara JK-Wiranto sebesar 4% (dari 8% menjadi 12%) dan menurunkan suara Megawati-Prabowo sebesar 54% (dari 65% menjadi 11%). Berdasarkan metode delta dalam analisis PPNP satu peubah bebas ini, diketahui bahwa perubahan dugaan peluang pada SBY-Boediono dan Megawati-Prabowo tersebut nyata, sedangkan perubahan dugaan peluang pada JK-Wiranto tidak nyata (Tabel 2).
Dari analisis RPP satu peubah bebas, diperoleh hasil bahwa setiap kenaikan satu satuan ekonomi-politik akan menaikkan peluang keterpilihan SBY-Boediono rata-rata sebesar 49%, menaikkan peluang keterpilihan JK-Wiranto rata-rata sebesar 2% dan menurunkan peluang keterpilihan Megawati-Prabowo rata-rata sebesar 50%. Dengan metode simulasi diketahui bahwa RPP SBY-Boediono dan Megawati-Prabowo nyata sedangkan RPP JK-Wiranto tidak nyata.
Selanjutnya, pengaruh ekonomi politik terhadap perolehan suara calon diuji melalui analisis PPNP dan RPP untuk model lebih dari satu peubah bebas. Berikut ini penjelasan penghitungan perbandingan peluang untuk model lebih dari satu peubah bebas.
Persamaan dugaan peluang keterpilihan SBY-Boediono adalah Pr(Y=SBY-Boediono) = exp(x 1 ˆ β ) / exp(1 + x 1 ˆ β + xβˆ2), dengan x=(1, Ekonomi-Politik, IdDemokrat, IdGolkar, IdPDIP, Kualitas SBY, Kualitas JK, Kualitas Mega, Gender, Usia, Desa-Kota, Suku, Agama, Pendidikan, Pendapatan),
1
ˆ
β =(0.641, 1.889, 1.046, 0.035, –1.037, 0.973, 0.124, –1.045, –0.280, –0.011, 1.026, –0.708, –1.657, 0.004, –0.065)’, βˆ2=(–1.946, 2.279, 0.402, 0.650, –0.986, 0.155, –1.946, 0.487, 0.478, –0.028, 0.123, –0.605, –1.201, 0.087, –0.051)’ (Lampiran 2). Selanjutnya diketahui bahwa peubah ekonomi-politik mempunyai nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1, sementara nilai median dari setiap peubah bebas lainnya adalah sebagai berikut: IdDemokrat=2, IdGolkar=2, IdPDIP=2, Kualitas SBY=8, Kualitas JK=6, Kualitas Mega=6, Gender=1, Usia=39, Desa-Kota=0, Suku=0, Agama=0, Pendidikan=4, Pendapatan=2 (Lampiran 1). Bila peubah ekonomi-politik ditetapkan pada nilai minimum sedangkan peubah-peubah bebas lainnya ditetapkan di nilai mediannya masing-masing, diperoleh hasil penghitungan peluang keterpilihan SBY-Boediono sebesar 66%. Sementara bila peubah ekonomi-politik ditetapkan maksimum sedangkan peubah-peubah bebas lainnya ditetapkan di nilai mediannya masing-masing, diperoleh hasil penghitungan peluang keterpilihan SBY-Boediono sebesar 82%. Dengan demikian, berdasarkan analisis PPNP median diketahui bahwa perubahan peluang keterpilihan SBY-Boediono akibat perubahan kondisi ekonomi-politik yang ekstrim ketika kondisi lainnya tetap adalah 82%-66%=16% (Tabel 2).
21
Dengan teknik penghitungan serupa, selanjutnya diketahui bahwa bila kondisi ekonomi-politik berubah secara ekstrim sedangkan peubah-peubah lainnya dibuat tetap pada nilai mediannya masing-masing maka peluang keterpilihan JK-Wiranto naik sebesar 6% sedangkan peluang keterpilihan Mega-Prabowo turun sebesar 22%. Bila peubah-peubah selain ekonomi-politik ditetapkan pada nilai rataan (analisis PPNP rataan), peluang keterpilihan SBY-Boediono naik sebesar 6%, peluang keterpilihan JK-Wiranto naik 15%, peluang keterpilihan Mega-Prabowo turun sebesar 16%. Bila peubah-peubah bebas selain ekonomi-politik ditetapkan pada nilai titik tengah (analisis PPNP titik tengah), peluang keterpilihan SBY-Boediono naik sebesar 31%, peluang keterpilihan JK-Wiranto naik 13%, peluang keterpilihan Mega-Prabowo turun sebesar 43%. Sementara itu, bila peubah-peubah bebas selain ekonomi politik dievaluasi pada semua nilainya (analisis RPP), setiap kenaikan satu satuan ekonomi-politik akan menaikkan peluang keterpilihan SBY rata-rata sebesar 8%, menaikkan peluang keterpilihan JK-Wiranto rata-rata sebesar 3% dan menurunkan peluang keterpilihan Megawati rata-rata sebesar 11% (Tabel 2).
Tabel 2 Pengaruh ekonomi-politik terhadap peluang keterpilihan calon (PPNP dan RPP)
Analisis SBY-Boediono JK-Wiranto
Megawati-Prabowo PPNP 1 peubah bebas 0.5018*** 0.0397 -0.5414*** PPNP > 1 peubah bebas PPNP median 0.1572 0.0599 -0.2171* PPNP rataan 0.1472* 0.016 -0.1631** PPNP titik tengah 0.3051** 0.1287 -0.4338*** RPP 1 peubah bebas 0.4873*** 0.0176 -.5048*** RPP > 1 peubah bebas 0.0800 0.0324 -0.1124*** Keterangan: * p < 0.05, ** p < 0.01, *** p<0.001
Dari analisis lebih dari satu peubah bebas diketahui bahwa faktor ekonomi-politik berpengaruh negatif dan nyata terhadap keterpilihan Megawati-Prabowo.
Ini terlihat dari hasil analisis PPNP maupun RPP. Sementara itu, pengaruh ekonomi-politik terhadap keterpilihan SBY-Boediono kurang konsisten. Dalam metode PPNP rataan dan PPNP titik tengah, faktor ekonomi-politik berpengaruh nyata terhadap perolehan suara SBY-Boediono. Sedangkan dalam metode PPNP median dan RPP, faktor ekonomi politik diketahui tidak berpengaruh nyata terhadap perolehan suara SBY-Boediono. Ini menunjukkan bahwa pengaruh langsung faktor ekonomi-politik terhadap perolehan suara SBY-Boediono relatif terbatas bila faktor-faktor lain di luar ekonomi-politik (faktor psikologis dan sosiologis) ikut diperhitungkan.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa faktor ekonomi-politik berpengaruh nyata terhadap perolehan suara SBY dan Megawati. Hal ini terlihat setidaknya dari hasil analisis satu peubah bebas. Bila kondisi ekonomi-politik membaik, suara SBY akan naik sebaliknya suara Megawati akan turun. Sementara itu, baik buruknya kondisi ekonomi-politik tidak berdampak secara nyata terhadap perolehan suara JK.
JK tampaknya tidak dapat mengambil insentif dari positifnya evaluasi pemilih terhadap kondisi ekonomi-politik. Hal ini disebabkan keberhasilan pemerintah lebih dikaitkan dengan keberhasilan seorang Presiden, bukan keberhasilan Wakil Presiden.
Model Psikologis Identitas Partai: Interpretasi berbasis Odds
Dari analisis satu peubah bebas, diketahui bahwa identitas partai berpengaruh nyata (dalam taraf nyata 5%) terhadap keputusan memilih satu calon dibanding calon lainnya (Tabel 3). Odds memilih SBY-Boediono dibanding Megawati-Prabowo dan odds memilih SBY-Boediono dibanding JK-Wiranto masing-masing naik sebesar 1.8 dan 1.4 kali untuk setiap penambahan satu satuan skor identitas Demokrat. Odds memilih JK-Wiranto dibanding SBY-Boediono dan odds memilih JK-Wiranto dibanding Megawati-Prabowo masing-masing naik 2 dan 2.2 kali untuk setiap penambahan satu satuan skor identitas Golkar. Sementara odds memilih Megawati-Prabowo dibanding SBY-Boediono dan odds memilih Megawati-Prabowo dibanding JK-Wiranto masing-masing naik 2.2 dan 1.9 kali untuk setiap penambahan satu satuan skor identitas PDIP.
23
Dalam analisis lebih dari satu peubah bebas, pengaruh identitas partai terhadap keputusan memilih calon bersangkutan dibanding calon lainnya tetap nyata (Tabel 3). Setelah dikontrol oleh peubah-peubah lain, odds memilih SBY-Boediono dibanding Megawati-Prabowo dan JK-Wiranto masing-masing naik 2.8 dan 1.9 kali lipat untuk setiap penambahan satu satuan skor identitas Demokrat. Odds memilih JK-Wiranto dibanding SBY-Boediono dan Megawati-Prabowo naik masing-masing 1.8 dan 1.9 kali lipat untuk setiap penambahan satu satuan skor identitas Golkar. Odds memilih Megawati-Prabowo dibanding SBY-Boediono dan JK-Wiranto masing-masing naik 2.8 dan 2.7 kali lipat untuk setiap penambahan satu satuan skor identitas PDIP.
Tabel 3 Koefisien regresi logistik multinomial untuk peubah identitas partai
Analisis & Peubah Bebas
SBY-Boediono / Megawati-Prabowo JK-Wiranto / Megawati-Prabowo SBY-Boediono / JK-Wiranto 1 peubah bebas IdDemokrat 0.559*** 0.222* 0.337** IdGolkar 0.096 0.773*** -0.677*** IdPDIP -0.774*** -0.633*** -0.141 > 1 peubah bebas IdDemokrat 1.046*** 0.402 0.644*** IdGolkar 0.035 0.650** -0.615*** IdPDIP -1.037*** -0.986*** -0.051 Keterangan: * p < 0.05, ** p < 0.01, *** p<0.001
Faktor identitas partai terlihat berpengaruh terhadap perilaku pemilih. Semakin kuat identitas partai, semakin besar kecenderungan memilih calon yang diusung oleh partai bersangkutan dibanding calon yang diusung partai lain.
Model Psikologis Identitas Partai: Interpretasi berbasis Peluang
Model psikologis identitas partai dengan satu peubah bebas dapat dituliskan dalam bentuk dugaan peluang berikut:
Pr(Y = SBY-Boediono|X2) = exp(-0.629 + 0.559X2) / (1+ exp(-0.629 + 0.559X2)+ exp(-1.293 + 0.222X2)),
Pr(Y = JK-Wiranto|X3) = exp(-2.869 + 0.773X3) / (1+ exp(-2.869 + 0.773X3)+ exp(0.601 + 0.096X3)),
Pr(Y = Megawati-Prabowo|X4) = exp(-0.896 + 0.633X4) / (1+ exp(-0.896 + 0.633X4) + exp(1.894 – 0.141X4));
dengan X2=Identitas Partai Demokrat, X3=Identitas Partai Golkar, X4=Identitas PDIP. Berdasarkan model tersebut, dapat dihitung dugaan peluang dipilihnya SBY-Boediono, JK-Wiranto dan Megawati-Prabowo sesuai dengan skor identitas masing-masing partai.
Bila X2=1 (identitas Partai Demokrat sangat lemah), maka Pr(Y = SBY-Boediono|X2=1) = exp(-0.629 + 0.559) / (1+ exp(-0.629 + 0.559)+ exp(-1.293 + 0.222)) = 44%. Sementara bila X2=5 (indentitas Partai Demokrat sangat kuat), maka Pr(Y = SBY-Boediono| X2=5) = exp(-0.629 + 0.559(5)) / (1+ exp(-0.629 + 0.559(5))+ exp(-1.293 + 0.222(5))) = 83%. Dengan cara serupa diperoleh hasil bahwa dugaan peluang keterpilihan JK-Wiranto bila identitas partai Golkar sangat lemah dan sangat kuat masing-masing sebesar 4% dan 41%, sementara dugaan peluang keterpilihan Megawati-Prabowo bila identitas PDIP sangat lemah dan sangat kuat masing-masing sebesar 10% dan 69%.
Plot titik-titik dugaan peluang keterpilihan calon pada Gambar 2 menjelaskan bahwa identitas partai berdampak positif terhadap keterpilihan calon yang diusung oleh partai bersangkutan. Identitas partai Demokrat berpengaruh positif terhadap SBY-Boediono, identitas Golkar berpengaruh positif terhadap JK-Wiranto, dan identitas PDIP berpengaruh positif terhadap Megawati-Prabowo. Perubahan identitas partai yang ekstrim (skor identitas partai berubah dari 1 ke 5) dapat menaikkan perolehan suara SBY-Boediono sebesar 42% (dari 41% menjadi 83%), menaikkan perolehan suara JK-Wiranto sebesar 37% (dari 4% menjadi 41%) dan menaikkan perolehan suara Megawati-Prabowo sebesar 59% (dari 10% menjadi 69%). Berdasarkan metode delta dalam analisis PPNP satu peubah bebas ini, diketahui bahwa perubahan-perubahan dugaan peluang tersebut nyata pada taraf nyata 5% (Tabel 4).
25
Gambar 2 Dugaan peluang keterpilihan calon menurut identitas partai
Kuatnya pengaruh identitas partai didukung oleh hasil analisis RPP. Setiap kenaikan satu satuan skor identitas Demokrat dapat menaikkan perolehan suara SBY-Boediono rata-rata 10.6%. Setiap kenaikan satu satuan skor identitas Golkar dapat menaikkan perolehan suara JK-Wiranto rata-rata 7.8%. Setiap kenaikan satu satuan skor identitas PDIP dapat menaikkan perolehan suara Megawati-Prabowo rata-rata 14%. Berdasarkan metode simulasi diketahui bahwa semua RPP tersebut nyata pada taraf nyata 5%.
Selanjutnya, pengaruh identitas partai diuji melalui analisis PPNP dan RPP untuk model lebih dari satu peubah bebas. Berikut ini penjelasan penghitungan perbandingan peluang untuk model lebih dari satu peubah bebas.
Persamaan dugaan peluang keterpilihan SBY-Boediono adalah Pr(Y=SBY-Boediono) = exp(x 1 ˆ β ) / exp(1 + x 1 ˆ β + xβˆ2), dengan x=(1, Ekonomi-Politik, IdDemokrat, IdGolkar, IdPDIP, Kualitas SBY, Kualitas JK, Kualitas Mega, Gender, Usia, Desa-Kota, Suku, Agama, Pendidikan, Pendapatan),
1
ˆ
β =(0.641, 1.889, 1.046, 0.035, –1.037, 0.973, 0.124, –1.045, –0.280, –0.011, 1.026, –0.708, –1.657, 0.004, –0.065)’, βˆ2=(–1.946, 2.279, 0.402, 0.650, –0.986, 0.155, –1.946, 0.487, 0.478, –0.028, 0.123, –0.605, –1.201, 0.087, –0.051)’ (Lampiran 2). Selanjutnya diketahui bahwa peubah IdDemokrat mempunyai nilai minimum 1 dan nilai maksimum 5, sementara nilai median dari setiap peubah bebas lainnya adalah sebagai berikut: Ekonomi-Politik=0.67, IdGolkar=2, IdPDIP=2, Kualitas SBY=8, Kualitas JK=6, Kualitas Mega=6, Gender=1,
24% 77% 7% 13% 69% 10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 5 Identitas PDIP D uga a n P e lua ng
SBY-Boediono JK-Wiranto Megawati-Prabowo
41% 83% 15% 8% 44% 9% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 5 Identitas Demokrat D uga a n P e lua ng 64% 44% 4% 41% 32% 15% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 5 Identitas Golkar D uga a n P e lua ng
Usia=39, Desa-Kota=0, Suku=0, Agama=0, Pendidikan=4, Pendapatan=2 (Lampiran 1). Bila peubah IdDemokrat ditetapkan pada nilai minimum sedangkan peubah-peubah bebas lainnya ditetapkan di nilai mediannya masing-masing, diperoleh hasil penghitungan peluang keterpilihan SBY-Boediono sebesar 63%. Sementara bila peubah IdDemokrat ditetapkan pada nilai maksimum sedangkan peubah-peubah bebas lainnya ditetapkan di nilai mediannya masing-masing, diperoleh hasil penghitungan peluang keterpilihan SBY-Boediono sebesar 98%. Dengan demikian, berdasarkan analisis PPNP median diketahui bahwa perubahan peluang keterpilihan SBY-Boediono akibat perubahan yang ekstrim pada kondisi
identitas partai Demokrat ketika kondisi lainnya tetap adalah 98%-63%=35% (Tabel 4).
Dengan teknik penghitungan serupa, selanjutnya diketahui nilai-nilai perubahan peluang untuk kondisi yang lain. Bila peubah-peubah lainnya dibuat tetap pada nilai mediannya masing-masing, perubahan ekstrim pada identitas Golkar akan menaikkan peluang keterpilihan JK-Wiranto sebesar 38% dan perubahan ekstrim pada identitas PDIP akan menaikkan peluang keterpilihan Megawati-Prabowo sebesar 65%. Bila peubah-peubah lainnya dibuat tetap pada nilai rataannya masing-masing (analisis PPNP rataan), perubahan ekstrim identitas Demokrat akan menaikkan peluang keterpilihan SBY-Boediono sebesar 35%, perubahan ekstrim identitas Golkar akan menaikkan peluang terpilihnya JK-Wiranto 12%, dan perubahan ekstrim identitas PDIP akan menaikkan peluang terpilihnya Megawati-Prabowo 51%. Bila peubah-peubah lainnya dibuat tetap pada nilai titik tengahnya masing-masing (analisis PPNP titik tengah), perubahan ekstrim identitas Demokrat akan menaikkan peluang keterpilihan SBY-Boediono sebesar 69%, perubahan ekstrim identitas Golkar akan menaikkan peluang terpilihnya JK-Wiranto sebesar 23%, dan perubahan ekstrim identitas PDIP akan menaikkan peluang terpilihnya Megawati-Prabowo sebesar 75%. Sementara itu, bila peubah-peubah bebas selain identitas partai bersangkutan dievaluasi pada semua nilainya (analisis RPP), setiap kenaikan satu satuan identitas Demokrat akan menaikkan peluang keterpilihan SBY rata-rata sebesar 7%, setiap kenaikan satu satuan identitas Golkar akan menaikkan peluang keterpilihan JK-Wiranto
27
rata-rata sebesar 3%, dan setiap kenaikan satu satuan identitas PDIP akan menaikkan peluang keterpilihan Megawati-Prabowo rata-rata 7% (Tabel 4).
Tabel 4 Pengaruh identitas partai terhadap peluang keterpilihan calon bersangkutan (PPNP dan RPP)
Analisis SBY-Boediono JK-Wiranto Megawati-Prabowo PPNP 1 peubah bebas 0.4166*** 0.3674*** 0.5913*** PPNP > 1 peubah bebas PPNP median 0.3488*** 0.3844** 0.654*** PPNP rataan 0.3541*** 0.1229* 0.513*** PPNP titik tengah 0.6874*** 0.2265* 0.7504*** RPP 1 peubah bebas 0.1059*** 0.0782*** 0.1400*** RPP > 1 peubah bebas 0.0693*** 0.0332*** 0.0669*** Keterangan: * p < 0.05, ** p < 0.01, *** p<0.001
Secara umum, dari analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa identitas partai berpengaruh positif dan nyata terhadap keterpilihan calon bersangkutan. Semakin kuat identitas Demokrat, semakin besar peluang keterpilihan SBY-Boediono; semakin kuat identitas Golkar, semakin besar peluang keterpilihan JK-Wiranto; dan semakin kuat identitas PDIP, semakin besar pula peluang keterpilihan Megawati-Prabowo. Temuan ini menunjukkan bahwa perilaku pemilih dalam pemilihan presiden dapat dijelaskan oleh model psikologis identitas partai.
Model Psikologis Kualitas Personal Calon: Interpretasi berbasis Odds
Dalam analisis satu peubah bebas, kualitas personal calon terbukti berpengaruh nyata (dalam taraf nyata 5%) terhadap keputusan memilih calon bersangkutan dibanding calon lainnya (Tabel 5). Odds memilih SBY-Boediono dibanding Megawati-Prabowo dan odds memilih SBY-Boediono dibanding JK-Wiranto masing-masing naik sebesar exp(0.722)=2.1 dan exp(0.556)=1.7 kali untuk setiap penambahan satu satuan skor kualitas personal SBY. Odds memilih JK-Wiranto dibanding SBY-Boediono dan odds memilih JK-Wiranto dibanding
Megawati-Prabowo masing-masing naik 2.4 dan 2.3 kali untuk setiap penambahan satu satuan skor kualitas personal JK. Odds memilih Megawati-Prabowo dibanding SBY-Boediono dan odds memilih Megawati-Megawati-Prabowo dibanding JK-Wiranto masing-masing naik 2.2 dan 2.4 kali lipat untuk setiap penambahan satu satuan skor kualitas personal Megawati.
Tabel 5 Koefisien regresi logistik multinomial pada peubah kualitas personal calon
Analisis & Peubah Bebas
SBY-Boediono / Megawati-Prabowo JK-Wiranto / Megawati-Prabowo SBY-Boediono / JK-Wiranto 1 peubah bebas Kualitas SBY 0.722*** 0.166** 0.556*** Kualitas JK -0.036 0.837*** -0.873*** Kualitas Megawati -0.800** -0.873*** 0.073 > 1 peubah bebas Kualitas SBY 0.973*** 0.155 0.818*** Kualitas JK 0.124 1.247*** -1.123*** Kualitas Megawati -1.045*** -1.328*** 0.282** Keterangan: * p < 0.05, ** p < 0.01, *** p<0.001
Dalam analisis lebih dari satu peubah bebas, pengaruh kualitas personal calon terhadap keputusan memilih calon bersangkutan dibanding calon lainnya tetap nyata (Tabel 5). Setelah dikontrol oleh peubah-peubah lain, odds memilih SBY-Boediono dibanding Megawati-Prabowo dan JK-Wiranto masing-masing naik 2.6 dan 2.3 kali lipat untuk setiap penambahan satu satuan skor kualitas personal SBY. Odds memilih JK-Wiranto dibanding SBY-Boediono dan Megawati-Prabowo naik masing-masing 3.1 dan 3.5 kali lipat untuk setiap penambahan satu satuan skor kualitas personal JK. Odds memilih Megawati-Prabowo dibanding SBY-Boediono dan odds memilih Megawati-Megawati-Prabowo dibanding JK-Wiranto masing-masing naik 2.8 dan 3.8 kali lipat untuk setiap penambahan satu satuan skor kualitas personal Megawati.
29
Faktor kualitas personal calon terlihat berpengaruh terhadap perilaku pemilih. Semakin baik kualitas personal calon, semakin besar kecenderungan memilih calon tersebut dibanding calon lain.
Model Psikologis Kualitas Personal Calon: Interpretasi berbasis Peluang
Model psikologis kualitas personal calon dengan satu peubah bebas dapat dituliskan dalam bentuk dugaan peluang berikut:
Pr(y = SBY-Boediono|X5) = exp(-4.752 + 0.772X5) / (1+ exp(-4.752 + 0.772X5)+ exp(-1.933 + 0.166X5)),
Pr(y = JK-Wiranto|X6) = exp(-6.423 + 0.837X6) / (1+ exp(-6.423 + 0.837X6)+ exp(1.020 - 0.036X6)),
Pr(y = Megawati-Prabowo|X7) = 1 / (1+ exp(6.212 - 0.800X7) + exp(4.956 – 0.873X7));
dengan X5=Kualitas SBY, X6=Kualitas JK, X7=Kualias Megawati. Berdasarkan model tersebut, dapat dihitung dugaan peluang dipilihnya SBY-Boediono, Megawati-Prabowo dan JK-Wiranto sesuai dengan skor kualitas personal masing-masing calon.
Bila X5=1 (kualitas personal calon sangat buruk), maka Pr(Y=SBY-Boediono|X5=1) = exp(-4.752 + 0.772) / (1+ exp(-4.752 + 0.772)+
exp(-1.933 + 0.166))=1%. Sementara bila X5=10 (kualitas personal calon sangat baik), maka Pr(y = SBY-Boediono|X5
Plot titik-titik dugaan peluang keterpilihan calon pada Gambar 3 menjelaskan bahwa kualitas calon berdampak positif terhadap keterpilihan calon bersangkutan. Kualitas personal SBY berpengaruh positif terhadap SBY-Boediono, kualitas personal JK berpengaruh positif terhadap JK-Wiranto, dan kualitas personal Megawati berpengaruh positif terhadap Megawati-Prabowo. Perubahan kualitas personal yang ekstrim (skor kualitas personal berubah dari 1 =10) = 4.752 + 0.772(10)) / (1+ exp(-4.752 + 0.772(10))+ exp(-1.933 + 0.166(10))) = 87%. Dengan cara serupa diperoleh hasil bahwa dugaan peluang keterpilihan JK-Wiranto bila kualitas personal JK sangat buruk dan sangat baik masing-masing sebesar 0% dan 70%, sementara dugaan peluang keterpilihan Megawati-Prabowo bila kualitas personal Megawati sangat buruk dan sangat baik masing-masing sebesar 0% dan 84%.
ke 10) dapat menaikkan perolehan suara SBY-Boediono sebesar 86% (dari 1% menjadi 87%), menaikkan suara JK-Wiranto sebesar 70% (dari 0% menjadi 70%) dan menaikkan suara Megawati-Prabowo sebesar 84% (dari 0% menjadi 84%). Berdasarkan metode delta dalam analisis PPNP satu peubah bebas ini, perubahan-perubahan dugaan peluang tersebut nyata pada taraf nyata 5% (Tabel 4).
Gambar 3 Dugaan peluang keterpilihan calon menurut kualitas personal calon
Kuatnya pengaruh kualitas personal calon didukung oleh hasil analisis RPP. Dalam analisis RPP satu peubah bebas, kualitas calon terbukti berpengaruh nyata terhadap keterpilihan calon bersangkutan. Setiap kenaikan satu satuan kualitas personal SBY dapat menaikkan suara SBY-Boediono rata-rata sebesar 12.9%. Setiap kenaikan satu satuan kualitas personal JK dapat menaikkan suara JK-Wiranto rata-rata sebesar 5.6%. Setiap kenaikan satu satuan kualitas personal Megawati dapat menaikkan suara Megawati-Prabowo rata-rata sebesar 9.7%
Selanjutnya, pengaruh kualitas personal calon diuji melalui analisis PPNP dan RPP untuk model lebih dari satu peubah bebas. Berikut ini penjelasan penghitungan perbandingan peluang untuk model lebih dari satu peubah bebas.
Persamaan dugaan peluang keterpilihan SBY-Boediono adalah Pr(Y=SBY-Boediono) = exp(x 1 ˆ β ) / exp(1 + x 1 ˆ β + xβˆ2), dengan x=(1, Ekonomi-Politik, IdDemokrat, IdGolkar, IdPDIP, Kualitas SBY, Kualitas JK, Kualitas Mega, Gender, Usia, Desa-Kota, Suku, Agama, Pendidikan, Pendapatan),
1 ˆ β =(0.641, 1.889, 1.046, 0.035, –1.037, 0.973, 0.124, –1.045, –0.280, –0.011, 1.026, –0.708, –1.657, 0.004, –0.065)’, βˆ2=(–1.946, 2.279, 0.402, 0.650, –0.986, 14% 79% 21% 2% 84% 0% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kualitas personal Megawati
D uga a n P e lua ng
SBY-Boediono JK-Wiranto Megawati-Prabowo
1% 87% 6% 14% 84% 7% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kualitas personal SBY
D uga a n P e lua ng 73% 19% 70% 0% 27% 10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kualias personal JK D uga a n P e lua ng
31
0.155, –1.946, 0.487, 0.478, –0.028, 0.123, –0.605, –1.201, 0.087, –0.051)’ (Lampiran 2). Selanjutnya diketahui bahwa peubah kualitas SBY mempunyai nilai minimum 1 dan nilai maksimum 10, sementara nilai median dari setiap peubah bebas lainnya adalah sebagai berikut: Ekonomi-Politik=0.67, IdDemokrat=2, IdGolkar=2, IdPDIP=2, Kualitas JK=6, Kualitas Mega=6, Gender=1, Usia=39, Desa-Kota=0, Suku=0, Agama=0, Pendidikan=4, Pendapatan=2 (Lampiran 1). Bila Kualitas SBY ditetapkan pada nilai minimum sedangkan peubah-peubah bebas lainnya ditetapkan di nilai mediannya masing-masing, diperoleh hasil penghitungan peluang keterpilihan SBY-Boediono sebesar 1%. Sementara bila peubah Kualitas SBY ditetapkan pada nilai maksimum sedangkan peubah-peubah