• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Interpretation Development of Multinomial Logit Model with Probability-Based Analytical Method (Case Study: 2009 Presidential Election).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Interpretation Development of Multinomial Logit Model with Probability-Based Analytical Method (Case Study: 2009 Presidential Election)."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INTERPRETASI MODEL LOGIT

MULTINOMIAL DENGAN METODE ANALISIS BERBASIS

PELUANG

(Studi Kasus: Pemilihan Presiden Tahun 2009)

DENI IRVANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengembangan Interpretasi Model Logit Multinomial dengan Metode Analisis berbasis Peluang (Studi Kasus: Pemilihan Presiden Tahun 2009) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2012

(3)

ABSTRACT

DENI IRVANI. The Interpretation Development of Multinomial Logit Model with Probability-Based Analytical Method (Case Study: 2009 Presidential Election). Under direction of HARI WIJAYANTO and I MADE SUMERTAJAYA.

This study aims at applying probability-based analytical methods, namely predictive comparison at a central value and average predictive comparison. These methods are used to develop the interpretation of multinomial logit model in the case of presidential voting behavior. This case study tests significance of political economy and psychological factors (party identification and candidate’s personal qualities) which are theoritically assumed determine voting decision. Data were obtained from national public opinion survey conducted by Indonesian Survey Institute a week after the 2009 presidential election. The result of analysis confirmed that political economy and psychological factors have significant impact on presidential candidate choice. Furthermore, the probability-based analytical methods make the interpretation of multinomial logit models become clearer.

(4)

RINGKASAN

DENI IRVANI. Pengembangan Interpretasi Model Logit Multinomial dengan Metode Analisis berbasis Peluang (Studi Kasus: Pemilihan Presiden Tahun 2009). Di bawah bimbingan HARI WIJAYANTO dan I MADE SUMERTAJAYA.

Studi perilaku pemilih umumnya bertumpu pada metode analisis statistika. Salah satu metode yang banyak digunakan adalah pemodelan regresi logistik atau model logit. Proses interpretasi model logit bisa ditempuh dengan cara mentransformasi koefisien regresi sehingga diperoleh rasio odds. Namun karena rasio odds relatif sulit dipahami, banyak peneliti di bidang perilaku pemilih beralih ke pendekatan lain yang dianggap lebih mudah, yakni pendekatan interpretasi berbasis peluang.

Metode interpretasi berbasis peluang yang cukup banyak digunakan dalam studi perilaku pemilih adalah perbandingan prediktif di nilai pusat (PPNP). Dalam metode ini pengaruh suatu peubah bebas dihitung dengan cara membandingkan peluang munculnya respon bila nilai pada peubah bebas yang menjadi perhatian mengalami perubahan sementara peubah-peubah bebas lainnya dibuat tetap di nilai pusatnya masing-masing. Interpretasi model berbasis peluang dapat pula dilakukan melalui metode rata-rata perbandingan prediktif (RPP). Berbeda dengan metode PPNP, dalam metode RPP perbedaan dugaan peluang dievaluasi pada semua nilai peubah penjelas.

Sampai saat ini metode PPNP belum populer dalam studi perilaku pemilih di Tanah Air, sedangkan metode RPP belum pernah digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menerapkan metode PPNP dan RPP dalam rangka mengembangkan interpretasi model logit multinomial dalam kasus pemilihan presiden, (2) menguji pengaruh faktor ekonomi-politik (model pilihan rasional) dan faktor psikologis (model psikologis) terhadap pilihan dalam pemilihan presiden, serta (3) menjelaskan perilaku pemilih di Indonesia dalam konteks pemilihan presiden.

Data yang digunakan adalah data hasil survei berskala nasional yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia pada Juli 2009 seminggu setelah pemilihan presiden. Populasi survei adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum. Contoh dipilih dengan metode penarikan contoh bertahap dengan total sampel 1.225 responden. Adapun peubah-peubah yang digunakan adalah: pilihan atas pasangan calon presiden-wakil presiden, ekonomi-politik, identitas partai Demokrat, identitas partai Golkar, identitas partai PDIP, kualitas personal Susilo Bambang Yudhoyono, kualitas personal Jusuf Kalla, kualitas personal Megawati Soekarnoputri, jenis kelamin, usia, status tempat tinggal, suku-bangsa, pendidikan, pendapatan dan agama.

(5)

Megawati Soekarnoputri. Satu model lainnya adalah model yang seluruh peubah bebas. Model-model yang terbentuk selanjutnya diinterpretasikan melalui dua pendekatan, yakni pendekatan interpretasi berbasis odds dan pendekatan interpretasi berbasis peluang. Proses analisis data dilakukan dengan pemrograman perangkat lunak SAS 9.0.

Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pilihan rasional dan model psikologis dalam teori perilaku pemilih terbukti secara empiris. Kondisi ekonomi-politik, identitas partai dan kualitas personal calon merupakan faktor-faktor yang dapat mendorong keputusan memilih calon presiden. Lebih jauh, metode analisis berbasis peluang dapat memperjelas pengaruh dari suatu peubah bebas yang tidak diperoleh dari analisis berbasis odds, terutama dalam model pilihan rasional. Analisis berbasis peluang menjelaskan bahwa faktor ekonomi-politik sesungguhnya hanya berpengaruh kuat terhadap perolehan suara pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, sedangkan pada pasangan Jusuf Kalla-Wiranto pengaruhnya sangat lemah.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.

(7)

PENGEMBANGAN INTERPRETASI MODEL LOGIT

MULTINOMIAL DENGAN METODE ANALISIS BERBASIS

PELUANG

(Studi Kasus: Pemilihan Presiden Tahun 2009)

DENI IRVANI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Statistika Terapan.

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Pengembangan Interpretasi Model Logit Multinomial dengan Metode Analisis berbasis Peluang (Studi Kasus: Pemilihan Presiden Tahun 2009)

Nama : Deni Irvani

NRP : G152100111

Program Studi : Statistika Terapan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si

Anggota

Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si

Diketahui,

Ketua Program Studi Statistika Terapan

Dr. Ir. Anik Djuraidah, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul karya ilmiah ini adalah “Pengembangan Interpretasi Model Logit Multinomial dengan Metode Analisis berbasis Peluang (Studi Kasus: Pemilihan Presiden Tahun 2009)”.

Terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si dan Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si selaku pembimbing atas segala arahan dan saran yang telah diberikan.

2. Bapak Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc selaku penguji luar komisi pada ujian tesis.

3. Ibu Dr. Ir. Anik Djuraidah, MS selaku Ketua Program Studi Statistika Terapan atas berbagai saran dan masukannya.

4. Seluruh staf Program Studi Statistika yang telah banyak memberi bantuan. 5. Bapak Dr. Saiful Mujani selaku atasan di Lembaga Survei Indonesia atas

dukungan yang diberikan kepada penulis untuk menjalani pendidikan S2 Statistika Terapan di Institut Pertanian Bogor, serta atas saran-sarannya dalam perumusan masalah penelitian ini.

6. Seluruh peneliti Lembaga Survei Indonesia atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

7. Teman-teman di STK dan STT yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.

8. Orang tua dan seluruh keluarga atas dukungan moril dan spirituil.

9. Istriku Novita Hermawati dan anakku Muhammad Fahri Irvani atas segala pengorbanan, kasih sayang dan doa yang selalu dipanjatkan.

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, 29 Juni 1980 sebagai anak kedua dari pasangan Ir. H. Moh. Djaelani dan Hj. Halimatusa’diyah.

Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan di SMU Negeri 1 Bogor dan pada tahun yang sama diterima di Jurusan Statistika FMIPA Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB. Pendidikan S1 di IPB ditamatkan penulis pada tahun 2002.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xxi

DAFTAR GAMBAR ... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Model Perilaku Pemilih ... 5

Model Logit Multinomial ... 6

Metode PPNP ... 7

Metode RPP ... 8

METODOLOGI ... 11

Metode Pengumpulan Data ... 11

Metode Analisis ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

Pemodelan Regresi Logistik Multinomial ... 17

Model Pilihan Rasional: Interpretasi Berbasis Odds ... 17

Model Pilihan Rasional: Interpretasi Berbasis Peluang ... 18

Model Psikologis Identitas Partai: Interpretasi Berbasis Odds ... 22

Model Psikologis Identitas Partai: Interpretasi Berbasis Peluang ... 23

Model Psikologis Kualitas Personal Calon: Interpretasi Berbasis Odds .... 27

Model Psikologis Kualitas Personal Calon: Interpretasi Berbasis Peluang 29

KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

Kesimpulan ... 33

Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(13)

xxi

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Koefisien regresi logistik multinomial untuk peubah ekonomi-politik... 18 2 Pengaruh ekonomi-politik terhadap peluang keterpilihan calon (PPNP

dan RPP) ... 21 3 Koefisien regresi logistik multinomial untuk peubah identitas partai ... 23 4 Pengaruh identitas partai terhadap peluang keterpilihan calon

bersangkutan (PPNP dan RPP) ... 27 5 Koefisien regresi logistik multinomial untuk peubah kualitas personal

calon ... 28 6 Pengaruh kualitas personal calon terhadap peluang keterpilihan calon

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

xxv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Deskripsi peubah-peubah penjelas ... 39

2 Dugaan parameter model regresi logistik multinomial ... 40

3 Statistik PPNP pasca-pemodelan regresi logistik multinomial ... 41

4 Statistik RPP pasca-pemodelan regresi logistik multinomial ... 42

(16)

Latar Belakang

Pemilihan umum (pemilu) merupakan dasar demokrasi. Pemerintah

memiliki kekuasaan mengelola sumber-sumber daya yang ada, dan pemilu

merupakan sarana utama bagi rakyat untuk mengontrolnya (Lewis-Beck et al.

2008). Melalui pemilu, rakyat menentukan keputusan politik tentang calon yang

pantas dan tidak pantas menjadi pejabat publik, atau partai yang boleh dan tidak

boleh berkuasa. Rakyat sebagai pemilih mempunyai arti yang penting. Karena itu,

pemahaman atas pola-pola sikap dan perilaku politik rakyat yang diwujudkan

dalam pemilu bukan saja penting secara akademik tetapi juga secara praktis bagi

kehidupan kolektif bangsa (Mujani 2012).

Pertanyaan sentral dalam tradisi studi perilaku pemilih berkaitan dengan

partisipasi dan pilihan dalam pemilu (Mujani 2012). Setiap tindakan politik

pemilih dikaji secara seksama sehingga diperoleh penjelasan yang sistematis.

Studi perilaku pemilih umumnya bertumpu pada metode analisis statistika.

Salah satu metode yang banyak digunakan adalah pemodelan regresi logistik atau

model logit. Beberapa contoh penggunaan model logit dalam studi perilaku

pemilih bisa dilihat, misalnya, pada Gelman dan King (1993), Colton (2000),

Colton dan McFaul (2003), Clarke et al. (2004), Liddle dan Mujani (2007), dan

Mujani et al. (2012).

Dalam praktik, bagian yang sangat penting adalah cara menginterpretasi

model. Pada regresi linear biasa (tanpa interaksi), interpretasi model dapat

dilakukan secara langsung melalui koefisien regresi. Namun pada model-model

yang lebih kompleks seperti model logit interpretasinya relatif lebih sulit.

Proses interpretasi model logit bisa ditempuh dengan cara mentransformasi

koefisien regresi sehingga diperoleh rasio odds, yakni dampak multiplikatif pada

odds untuk respon tertentu apabila terjadi perubahan nilai pada suatu peubah

bebas. Namun demikian, banyak orang merasa sulit memahami rasio odds

(Agresti 2007).

Interpretasi model logit melalui rasio odds semakin kompleks apabila

(17)

2

menggunakan model logit multinomial kategori acuan, untuk setiap kategori

acuannya terdapat k×(M-1) koefisien, dengan k banyaknya peubah bebas. Bila

seluruh kategori dicobakan sebagai acuan maka secara keseluruhan terdapat

k×(M-1)×M koefisien. Hal ini berimplikasi pada banyaknya pekerjaan yang harus

dilakukan jika semua koefisien tersebut diinterpretasikan.1 Keadaan ini telah

mendorong banyak peneliti di bidang perilaku pemilih beralih ke pendekatan lain

yang dianggap lebih mudah dan ringkas, yakni pendekatan interpretasi model

berbasis peluang.2

Interpretasi model logit berbasis peluang telah diterapkan di beberapa studi

perilaku pemilih. Contohnya, dalam menjelaskan perilaku pemilih di Amerika

Serikat, Gelman dan King (1993) menghitung pengaruh suatu peubah bebas yang

biner dengan membandingkan peluang munculnya respon bila nilai pada peubah

bebas yang menjadi perhatian mengalami perubahan sementara peubah-peubah

bebas lainnya dibuat tetap di titik tengahnya (midpoint) masing-masing. Lalu

Colton (2000), dalam menjelaskan perilaku pemilih di Rusia, membandingkan

peluang kemunculan suatu respon seandainya nilai peubah bebas yang diamati

berubah dari minimum ke maksimum sedangkan peubah-peubah bebas lainnya

dibuat tetap pada nilai mediannya masing-masing. Sementara Clarke et al.

(2004), dalam menjelaskan perilaku pemilih di Inggris menggunakan teknik yang

sama dengan Colton kecuali dalam menetapkan peubah-peubah penjelas lainnya

di nilai rataan. Secara umum, metode-metode seperti ini dinamakan perbandingan

prediktif di nilai pusat (dalam tulisan ini selanjutnya disingkat PPNP).

3

Metode PPNP pertama kali diterapkan dalam studi perilaku pemilih di

Indonesia oleh Mujani et al. (2012). Di dalam studi tersebut, pengaruh suatu

peubah bebas diukur dengan cara membandingkan dugaan peluang kemunculan

suatu respon bila nilai peubah bebas yang diamati berubah dari minimum ke

maksimum sedangkan peubah-peubah bebas lainnya dibuat tetap pada nilai

mediannya masing-masing. Secara umum, dari penelitian tersebut dihasilkan

1

Setidaknya ada sebanyak C(M,2)×k koefisien yang perlu diinterpretasikan.

2

Di kalangan peneliti ilmu sosial hal ini jadi perdebatan. DeMaris (1993), misalnya, menyatakan bahwa interpretasi rasio odds tidak sulit dan lebih berguna daripada interpretasi berbasis peluang.

3

(18)

kesimpulan bahwa faktor psikologis dan faktor ekonomi-politik secara konsisten

berpengaruh nyata terhadap pilihan pemilih pada seluruh pemilu yang dilakukan

di Indonesia pasca-Orde Baru.

Meskipun berguna dalam praktik, metode PPNP mempunyai kelemahan

dalam hal tidak adanya ketentuan yang baku dalam penetapan nilai input pada

peubah-peubah penjelas. Metode ini bisa bermasalah apabila ruang inputnya

sangat menyebar (untuk kasus tidak adanya nilai pusat tunggal yang representatif)

atau apabila banyak input yang biner atau bimodal. Selain itu metode ini juga

tidak automatis, karena harus ada pengaturan rentang setiap peubah input (Gelman

dan Pardoe 2007).

Gelman dan Pardoe (2007) memperkenalkan sebuah metode yang juga bisa

digunakan sebagai pendekatan interpretasi berbasis peluang pada model logit,

yakni metode rata-rata perbandingan prediktif (dalam tulisan ini selanjutnya

disingkat RPP). Berbeda dengan metode PPNP, dalam metode RPP perbedaan

dugaan peluang dievaluasi pada semua nilai peubah penjelas. Proses

penghitungannya menjadi automatis, tidak bergantung pada subjektivitas peneliti.

Sampai saat ini metode PPNP belum populer dalam studi perilaku pemilih

di Tanah Air, sedangkan metode RPP belum pernah digunakan. Penelitian ini

dilakukan untuk menerapkan kedua metode tersebut dalam rangka

mengembangkan interpretasi model logit multinomial. Kasus yang dikaji adalah

perilaku pemilih dalam pemilihan presiden di Indonesia tahun 2009.

Dalam pemilihan presiden tahun 2009 terdapat tiga pasang calon yang

bersaing, yakni pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono

(SBY-Boediono), Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Wiranto) dan Megawati

Soekarnoputri-Prabowo Subianto (Megawati-Soekarnoputri-Prabowo). Ketika pemilihan berlangsung, SBY

menjabat sebagai Presiden RI sekaligus Ketua Dewan Penasehat Partai Demokrat;

Jusuf Kalla menjabat sebagai Wakil Presiden RI sekaligus Ketua Umum Partai

Golkar; Megawati merupakan mantan Presiden RI sekaligus Ketua Umum Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Penelitian ini dilakukan untuk menguji

dan menjelaskan pengaruh faktor psikologis (identitas partai dan kualitas personal

calon) dan faktor ekonomi-politik terhadap keputusan memilih pasangan calon

(19)

4

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menerapkan metode analisis berbasis peluang (PPNP dan RPP)

pasca-pemodelan regresi logistik multinomial.

2. Menguji pengaruh faktor ekonomi-politik dan faktor psikologis (identitas

partai dan kualitas personal tokoh) terhadap pilihan dalam pemilihan presiden.

(20)

Model Perilaku Pemilih

Salah satu pertanyaan pokok dalam studi perilaku pemilih berkaitan dengan

pilihan warga dalam pemilu. Dalam konteks pemilihan presiden, pertanyaannya

adalah seputar calon yang dipilih oleh seorang pemilih dan alasan memilihnya.

Dalam studi perilaku pemilih, secara garis besar ada tiga model atau

pendekatan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut: model

sosiologis, model psikologis, dan model pilihan rasional atau ekonomi-politik.

Ketiga model ini bersaing untuk memberikan jawaban yang lebih meyakinkan

bagi pertanyaan-pertanyaan di atas (Mujani et al. 2012).

Model sosiologis adalah model yang dibangun dengan asumsi bahwa

perilaku pemilih ditentukan oleh karakteristik sosiologis pemilih, terutama kelas

sosial, agama dan kelompok etnik/kedaerahan/bahasa. Model psikologis adalah

model yang menekankan bahwa perilaku pemilih ditentukan oleh sejumlah faktor

psikologis, seperti perasaan dekat atau tidak dekat dengan partai tertentu (identitas

partai) serta opini tentang kualitas kepribadian calon. Sementara model pilihan

rasional adalah model yang berasumsi bahwa seorang warga berperilaku rasional:

bila kondisi ekonomi-politik baik atau lebih baik dari sebelumnya, maka pemilih

cenderung akan memilih calon presiden yang sedang memerintah sekarang;

sebaliknya bila keadaan ekonomi-politik buruk atau lebih buruk, maka pemilih

akan menghukum pemerintah sekarang dengan tidak memilihnya kembali (Mujani

et al. 2012).

Menurut Mujani et al. (2012), pendekatan sosiologis tidak membantu

menjelaskan dinamika pemilu di Indonesia secara persuasif. Faktor-faktor

sosiologis seperti agama, suku-bangsa, kedaerahan dan status sosial ekonomi yang

relatif konstan tidak mampu menjelaskan hasil pemilu yang berubah-ubah secara

cepat dan drastis dari satu pemilu ke pemilu lainnya. Model yang lebih dapat

menjelaskan hasil pemilu adalah model ekonomi-politik (evaluasi pemilih atas

kondisi ekonomi dan kinerja pemerintah) dan model psikologis (identitas partai

(21)

6

Model Logit Multinomial

Model logit multinomial adalah model yang digunakan untuk melihat

hubungan antara peubah-peubah penjelas (kategorik atau kontinu) dengan peubah

respon kategorik yang memiliki lebih dari dua kategori. Model ini merupakan

pengembangan dari model regresi logistik untuk kasus peubah respon biner.

Misalkan Y adalah peubah respon dengan M kategori, xi=(1, xi1, …, xiK)

adalah vektor (baris) yang unsur-unsurnya merupakan nilai-nilai dari K peubah

bebas pada observasi i (i=1,...,n), Pr(Y=c|xi) adalah dugaan peluang munculnya

respon kategori c dengan syarat xi.

log [Pr(Y=c|x

Seandainya kategori M dijadikan sebagai

acuan, maka dugaan persamaan model logit multinomial adalah:

i) / Pr(Y=M|xi)] = xiβˆc c = 1,…,M-1

(1)

dengan βˆc =(βˆ0c,βˆ1c,...,βˆKc)’ adalah vektor (kolom) yang unsur-unsurnya merupakan dugaan koefisien-koefisien regresi logistik multinomial yang diperoleh

dengan metode kemungkinan maksimum.

Model dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan dugaan peluang.

Dugaan peluang munculnya respon kategori m adalah:

Pr(Y=m|xi

m iβˆ

x

) = exp( ) /

M=

c 1 i c)

ˆ

exp(xβ (2)

Koefisien-koefisien model diuji dengan dua pendekatan, yakni pengujian

simultan dan pengujian parsial. Hipotesis untuk uji simultan adalah H0: semua

βc=0 vs H1: minimal ada satu βc≠0, sedangkan hipotesis untuk uji parsial adalah

H0: βkc = 0 vs H1: βkc

Dalam uji simultan digunakan statistik G: ≠ 0.

G = -2ln

  

 

bebas peubah dengan

n kemungkina

bebas peubah n tanpa

kemungkina

dengan kriteria pengambilan keputusan: tolak H0 bila G > χ2

W =

(α; db=(M-1)×K). Sementara dalam uji parsial digunakan statistik-Wald:

2

) ˆ ( ˆ

    

  

kc kc

SE β β

(22)

Interpretasi terhadap model dapat dilakukan melalui rasio odds. Rasio odds

diperoleh dengan cara mentransformasikan setiap koefisien dengan fungsi

eksponen (exp(βkc)). Selain rasio odds, model juga dapat diinterpretasi dengan

pendekatan peluang. Penjelasan pemodelan logit multinomial dapat dilihat pada

Agresti (2002), Agresti (2007) atau Long (1997).

Metode PPNP

Misalkan Y peubah respon kategorik, x vektor peubah bebas, xkS dan xkE

adalah dua buah nilai dari peubah bebas xk dengan xkS < xkE. PPNP didefinisikan

sebagai perubahan nilai dugaan peluang munculnya suatu respon m bila xk

berubah dari xkS menjadi xkE pada saat peubah-peubah bebas selain xk dibuat tetap

pada nilai pusatnya masing-masing.

PPNP = Pr(Y=m|x,xk=xkE) – Pr(Y=m|x,xk=xkS)

(3)

PPNP menunjukkan pengaruh peubah xk terhadap munculnya respon

kategori m. Nilai PPNP berkisar antara -1 sampai 1: semakin mendekati 1 atau -1

semakin besar pengaruhnya.

Dalam praktik, penentuan xkS dan xkE

1. perubahan maksimal, yakni x

subjektif tergantung kepentingan

peneliti. Long (1997) menyarankan beberapa ketentuan yang dianggap bisa

berguna:

kS = min(xk) dan xkE = max(xk

2. perubahan dari persentil-5 ke persentil-95 dalam x

),

k

3. perubahan satu satuan, misalnya x

,

kS = xkdan xkE = xk+1,

4. perubahan satu simpangan baku, misalnya xkS = xksk/2 dan xkE = xk+ sk

5. perubahan dari 0 ke 1 untuk peubah-peubah boneka.

/2,

Penentuan nilai xkS dan xkE bisa diperluas tergantung kepentingan penerapannya.

Dugaan galat baku PPNP dapat dihitung dengan metode analitik atau

metode simulasi. Dalam metode analitik, penghitungan dilakukan dengan metode

delta, sedangkan dalam metode simulasi penghitungan dapat dilakukan dengan

metode monte carlo atau bootstrap.

Dalam metode delta, dugaan ragam dari suatu penduga peluang munculnya

(23)

8 ) ˆ )]/ [Pr(Y ( ) ( ˆ )` ˆ )]/ [Pr(Y ( )] [Pr(Y

2 = = = θ θ = θ

i i

i m|x m|x

m|x

s V (4)

dengan θ=(β1’, …, βM[Pr(Y= )]/θˆ

i

m|x

’)’ vektor koefisien, vektor nilai

turunan parsial penduga peluang munculnya respon kategori m dengan syarat xi

) ( ˆ θ V

terhadap masing-masing koefisien, dan dugaan matriks peragam koefisien.

Selanjutnya galat baku PPNP dihitung dengan rumus berikut (Long 2009):

SE = { s2[Pr(Y=m|x,xk=xkE)] + s2[Pr(Y=m|x,xk=xkS)] }½ (5)

Metode RPP

Misalkan p(Y|x,θ) adalah suatu model untuk peubah respon kontinu dan

input-input skalar dinotasikan sebagai berikut:

u : satu buah input yang menjadi perhatian

v: input-input lain

dengan x = (u,v).

Perbandingan prediktif didefinisikan sebagai perubahan nilai harapan Y

akibat perubahan yang spesifik pada input yang menjadi perhatian, u (dari u(1) ke

u(2) ) 1 ( ) 2 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 2 ( ) 1

( E(Y| , , ) E(Y| , , )

) , , ( u u v u v u v u u u − = → θ θ θ δ

), dengan v (komponen selain u dalam x) tetap:

. (6)

Dalam hal ini E(Y|x, θ) diasumsikan sebagai fungsi yang diketahui dan bisa

dihitung secara langsung. Secara umum perbandingan pediktif pada persamaan (6)

bergantung pada u(1) dan u(2)

Dalam metode RPP diasumsikan bahwa model p(Y|x,θ) sudah cocok dengan

gugus data (x,y)

(titik awal dan titik akhir dalam perubahan input

yang menjadi perhatian), v (nilai-nilai input lain), dan θ(parameter model).

i

Selanjutnya diasumsikan bahwa inferensi terhadap parameter θ bisa

dilakukan melalui segugus θ

, i = 1,…,n. Tujuan utama metode ini adalah meringkas

perbandingan prediktif untuk Y dari setiap input x.

s

, s = 1,...,S, (dengan S berupa nilai yang cukup

besar, misalnya 100 atau 1000) yang dibangkitkan dari proses simulasi. Bila

hanya terdapat dugaan titik dan matriks peragam untuk θ, maka dianggap bahwa θ

(24)

Jika input bersifat numerik, RPP (disimbolkan ∆ u) diperoleh dari hasil

merata-ratakan bagian penyebut dan pembilang dari persamaan (6) untuk seluruh

u(1), u(2), v dan θ, dan untuk seluruh transisi menaik pada u (u(1) < u(2)

∫ ∫

∫ ∫

∫ ∫

∫ ∫

− − = ∆ < < ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )) Y ( E ) Y ( E ( ) 2 ( ) 1 ( 1 2 ) 2 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 1 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 2 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 1 ( θ p v p |v u p |v u p u u dv du du p v p |v u p |v u p ,v,θ |u ,v,θ |u dv du du ) ( ) ( u u u u u θ ): (7)

Bila peubah input u bersifat multi-kategorik dan tak tertata, terdapat dua opsi

pendefinisian RPP. Opsi pertama, perbandingan prediktif didefinisikan untuk

setiap pasangan nilai yang mungkin (u(2), u(1)). Dengan konvensi bahwa u(2)–u(1)

∫∫

∫ ∫

∫∫

∫ ∫

< < − = → ∆ ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Y ( E ) Y ( E ( ) ( ) 2 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 1 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 2 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 1 ( θ p v p |v u p |v u p dv du du p v p |v u p |v u p ,v,θv |u ,v,θ |u dv du du u u u u u u u θ =1

pada bagian pembilang, selanjutnya RPP didefinisikan sebagai berikut:

(8)

Opsi kedua, perbandingan prediktif didefinisikan sebagai rata-rata dari

seluruh perubahan yang mungkin dalam peubah input u. Selanjutnya RPP

didefinisikan sebagai berikut:

[

]

1/2

) 2 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 1 ( 2 ) 2 ( ) 1 ( ) 1 ( (2) )

1 ( (2)

) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (         = ∆

∑ ∑ ∫

∑ ∑

u u u u u u dv v p |v u p |v u p dv v p |v u p |v u p u

u (9)

Jika peubah input u bersifat numerik, penduga RPP adalah:

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑

= = = = = = − − − − = ∆ n i n j S

s ij j i j i

n i

n j

S

s j i

s i i s i j ij u u u u u w u u ,v |u ,v |u w

1 1 1

1 1 1

) ( sign ) ( ) ( sign )) Y ( E ) Y ( (E

ˆ (10)

dengan ) ( ) ( 1 1 1 j i v T j i ij v v v v w − Σ − +

= , dan

     = − < − − > − = − 0 ) ( untuk , 0 0 ) ( untuk , 1 0 ) ( untuk , 1 ) ( j i j i j i j i u u u u u u u u sign

Jika peubah input u bersifat kategorik dan tak tertata dengan K kategori, penduga

RPP adalah:

[

]

[

]

2 / 1

1 1 {}

1 1 1

2 }

{ (E(Y ) E(Y ))

ˆ         = ∆

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

= = ∈ = = = ∈ n i n

j j k ij n i K k S s s i i s i j k j ij u w S ,v |u ,v |u w (11)

dengan

} {k

(25)

10

Penduga RPP pada persamaan (10) dapat ditulis ∆ =

S=

i s u u S 1 ˆ 1

ˆ , dengan

∑ ∑

∑ ∑

= = = = − − − − = ∆ n i n

j ij j i j i

n i

n

j j i

s i i s i j ij s u u u u u w u u ,v |u ,v |u w 1 1 1 1 ) ( sign ) ( ) ( sign )) Y ( E ) Y ( (E

ˆ . Selanjutnya, galat baku

RPP untuk peubah input u numerik dihitung dengan rumus:

2 / 1 1 2 ) ˆ ˆ ( 1 1 ) ˆ .( .       − = ∆

= S s u s u u S e

s (12)

Penduga RPP pada persamaan (11) dapat ditulis menjadi

= ∆ = ∆ S s s u u S 1 2 ) ˆ ( 1

ˆ , dengan

[

]

[

]

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑

= = ∈ = = ∈ − = ∆ n i n

j j k ij n i K k s i i s i j k j ij u s w ,v |u ,v |u w

1 1 { } 1 1

2 }

{ (E(Y ) E(Y ))

ˆ .

Selanjutnya galat baku RPP untuk peubah input kategorik tak tertata dengan K

kategori dihitung dengan rumus:

2 / 1 1 2 2 2 ) ˆ ) ˆ (( 1 1 ˆ 2 1 ) ˆ (       − ∆ ≈ ∆

= S s u s u u u S

SE (13)

Jika n dan S besar, proses penghitungan RPP membutuhkan waktu yang

sangat lama dan memori komputer yang besar. Sebagai alternatif, RPP dapat

diaproksimasi melalui penghitungan atas sebagian data yang dipilih secara acak.

Simulasi dapat diulang dengan menggunakan bagian data yang lain hingga

diperoleh kesimpulan bahwa data yang digunakan sudah memadai (Gelman dan

(26)

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil survei berskala

nasional yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada bulan Juli

2009 seminggu setelah pemilu presiden. Populasi survei adalah seluruh warga

negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni penduduk

yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei

dilakukan. Contoh dipilih dengan metode penarikan contoh bertahap. Total contoh

yang berhasil dikumpulkan adalah 1.225 dari 1.270 responden yang direncanakan.

Seluruh responden diwawancarai secara tatap muka dengan alat bantu berupa

kuesioner terstruktur.

Skema penarikan contoh dijelaskan sebagai berikut. Populasi pemilih

distratifikasi menurut provinsi dan wilayah pedesaan-perkotaan. Ukuran contoh

untuk masing-masing strata ditentukan secara proporsional. Selanjutnya di

masing-masing strata dilakukan penarikan contoh secara bertahap. Tahap pertama

adalah pemilihan contoh desa/kelurahan. Tahap kedua adalah pemilihan contoh

RT (Rukun Tetangga) di dalam desa/kelurahan terpilih. Tahap ketiga adalah

pemilihan contoh keluarga di dalam RT terpilih. Tahap keempat (tahap terakhir)

adalah pemilihan contoh anggota keluarga di dalam keluarga terpilih. Pada setiap

tahapan, contoh dipilih dengan metode penarikan contoh acak sederhana. Dalam

survei dibuat ketetapan bahwa di masing-masing desa/kelurahan terpilih dipilih 5

contoh RT. Selanjutnya di masing-masing RT terpilih dipilih 2 contoh keluarga,

dan di masing-masing keluarga terpilih dipilih 1 contoh anggota keluarga yang

punya hak pilih. Di setiap RT terpilih, dibuat ketentuan bahwa responden terdiri

atas 1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Bila orang yang terpilih sebagai

responden pada keluarga pertama berjenis kelamin laki-laki, maka orang yang

terpilih sebagai responden pada keluarga kedua berjenis kelamin perempuan, atau

sebaliknya. Dengan demikian, banyaknya responden yang harus diwawancarai di

setiap contoh desa/kelurahan adalah 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan.

Adapun penjelasan peubah-peubah yang digunakan sebagai berikut:

(27)

12

Dalam survei, responden ditanya tentang pasangan calon yang dipilih dalam

pemilihan presiden 8 Juli 2009. Jawaban responden diberi kode: 1 =

SBY-Boediono, 2 = JK-Wiranto, 3=Megawati-Prabowo.

2. Jenis Kelamin.

Responden berjenis kelamin laki-laki diberi kode 1, sedangkan responden

perempuan diberi kode 0.

3. Usia.

Usia responden dicatat dalam tahun.

4. Status tempat tinggal.

Responden yang tinggal di perkotaan diberi kode 1, responden yang tinggal di

pedesaan diberi kode 0.

5. Suku-bangsa.

Responden yang berasal dari suku Jawa diberi kode 1, responden dari suku

lainnya diberi kode 0.

6. Pendidikan.

Tingkat pendidikan responden diukur melalui satu pertanyaan dengan skala 10

titik, mulai dari 1=tidak lulus sekolah dasar, sampai dengan 10=lulus S1 atau

di atasnya.

7. Pendapatan.

Tingkat pendapatan responden dikode dengan skala 3 titik: 1=kelas bawah

(pendapatan rumah tangga di bawah Rp 400 ribu/bulan), 2=kelas menengah

(pendapatan rumah tangga antara Rp 400 ribu sampai Rp 1 juta/bulan), dan

3=kelas atas (pendapatan rumah tangga di atas Rp 1 juta per bulan).

8. Agama.

Responden beragama Islam diberi kode 0, responden yang beragama lain

diberi kode 1.

9. Ekonomi-politik.

Peubah ekonomi-politik merupakan indeks komposit rata-rata 12 peubah biner

evaluasi pemilih terhadap berbagai kondisi, yakni evaluasi terhadap kondisi

ekonomi nasional saat ini (1=baik, 0=tidak baik), kondisi politik nasional

(1=baik, 0=tidak baik), kondisi keamaan nasional (1=baik, 0=tidak baik),

(28)

dibanding tahun lalu (1=lebih baik, 0=tetap atau lebih buruk), kepuasan

terhadap kinerja pemerintah secara umum (1=puas, 0=tidak puas), kinerja

pemerintah dalam menjaga harga-harga kebutuhan pokok yang terjangkau

(1=baik, 0=tidak baik), kinerja pemerintah dalam mengurangi jumlah

pengangguran (1=baik, 0=tidak baik), kinerja pemerintah dalam mengurangi

jumlah orang miskin (1=baik, 0=tidak baik), kinerja pemerintah dalam

menyediakan pelayanan kesehatan yang terjangkau (1=baik, 0=tidak baik),

kinerja pemerintah dalam menyediakan pendidikan yang terjangkau (1=baik,

tidak baik), dan kinerja pemerintah dalam memberantas korupsi (1=baik,

0=tidak baik).

10.Identifikasi diri dengan partai Demokrat (IdDemokrat).

Peubah IdDemokrat diukur melalui satu pertanyaan berskala likert 5 titik,

1=sangat tidak dekat, 2=tidak dekat, 3=netral, 4=dekat, 5=sangat dekat.

11.Identifikasi diri dengan partai Golkar (IdGolkar).

Peubah IdGolkar diukur melalui satu pertanyaan berskala likert 5 titik,

1=sangat tidak dekat, 2=tidak dekat, 3=netral, 4=dekat, 5=sangat dekat.

12.Identifikasi diri dengan partai PDIP (IdPDIP).

Peubah IdPDIP diukur melalui satu pertanyaan berskala likert 5 titik, 1=sangat

tidak dekat, 2=tidak dekat, 3=netral, 4=dekat, 5=sangat dekat.

13.Kualitas personal Susilo Bambang Yudhoyono (Kualitas SBY).

Peubah kualitas SBY diukur melalui satu pertanyaan berskala 1 sampai 10,

dengan 1=sangat tidak suka, 10=sangat suka.

14.Kualitas personal Jusuf Kalla (Kualitas JK).

Peubah kualitas JK diukur melalui satu pertanyaan berskala 1 sampai 10,

dengan 1=sangat tidak suka, 10=sangat suka.

15.Kualitas personal Megawati Soekarnoputri (Kualitas Megawati).

Peubah kualitas Megawati diukur melalui satu pertanyaan berskala 1 sampai

10, dengan 1=sangat tidak suka, 10=sangat suka.

Metode Analisis

Proses analisis data dimulai dengan pemodelan regresi logistik multinomial.

(29)

14

peubah-peubah lainnya ditempatkan sebagai peubah penjelas. Setelah model

terbentuk, tahapan selanjutnya adalah interpretasi model. Model diinterpretasikan

melalui dua pendekatan, yakni pendekatan interpretasi berbasis odds dan

pendekatan interpretasi berbasis peluang.

Interpretasi model berbasis peluang dilakukan berdasarkan metode PPNP

dan RPP. Secara spesifik, metode PPNP yang diterapkan dalam penelitian ini

adalah perbandingan dugaan peluang munculnya suatu respon bila nilai peubah

penjelas yang menjadi perhatian berubah dari minimum ke maksimum sedangkan

peubah penjelas lainnya ditetapkan pada nilai median, nilai rataan atau nilai titik

tengahnya masih-masing (dalam tulisan ini selanjutnya disingkat PPNP median,

PPNP rataan dan PPNP titik tengah).

Penelitian ini difokuskan untuk menguji kekuatan pengaruh faktor

ekonomi-politik dan faktor psikologis (identitas partai dan kualitas personal calon

presiden). Pada tahap pertama, pengujian dilakukan melalui pemodelan regresi

logistik multinomial dengan menggunakan satu peubah bebas. Analisis

dilanjutkan dengan pemodelan regresi logistik multinomial berganda dengan

memasukkan semua peubah bebas (analisis dengan multi-peubah bebas). Analisis

multi-peubah bebas dimaksudkan untuk menguji kekuatan pengaruh suatu faktor

bila dikontrol oleh faktor-faktor lain.

Secara rinci, langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat pemodelan regresi logistik multinomial hingga diperoleh θˆ dan

) ( Vˆ θ .

2. Menjalankan metode PPNP:

a. Menghitung statistik PPNP median.

b. Menghitung statistik PPNP rataan.

c. Menghitung statistik PPNP titik tengah.

d. Menghitung galat baku setiap PPNP dengan metode delta, sehingga

diperoleh ukuran pengaruh nyata dari peubah penjelas:

nilai p = −

| | −

0

2

) 2 / exp( /

2

(30)

3. Menjalankan metode RPP:

a. Membangkitkan koefisien-koefisien regresi logistik multinomial dengan

simulasi sebanyak S=1000, (θ1,...,θs,...,θ1000), dengan θs ~N(θˆ,Vˆ(θ)). b. Menarik sub sampel berukuran nr=200 sebanyak R=50 kali dengan

pemulihan (n1,...,n50

c. Menghitung RPP untuk respon m dari setiap peubah input (u), ).

∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

= = = = = = = = − − − = − = = ∆ S s R r n i n

j ij j i j i

S s R r n i n

j j i

s i i s i j ij m

u r r

r r u u u u w u u ,v m|u ,v m|u w

1 1 1 1

1 1 1 1

, ) ( sign ) ( ) ( sign )) Y Pr( ) Y ( (Pr ˆ dengan ) ˆ ,..., ˆ

( 1s Ms

s = β β

θ ,

Pr(Y=m|uj,vi,θs

s m jiβˆ

x

) = exp( ) /

M=

c s c ji 1 ) ˆ exp(x β ,

Pr(Y=m|ui,vi,θs

s m iiβˆ

x

) = exp( ) /

M=

c s c ii 1 ) ˆ exp(x β ,

xji = (uj,vi) , xii = (ui,vi

d. Menghitung galat baku setiap RPP, ) . 2 / 1 1 2 , , , (ˆ ˆ ) 1 1 ) ˆ (       − = ∆

= S s m u s m u m u S SE dengan

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑

= = = = = = − − − = − = = ∆ R r n i n

j ij j i j i

R r

n i

n

j j i

s i i s i j ij s m

u r r

r r u u u u w u u ,v m|u ,v m|u w

1 1 1

1 1 1

, ) ( sign ) ( ) ( sign )) Y Pr( ) Y ( (Pr ˆ

. sehingga diperoleh ukuran pengaruh nyata dari peubah penjelas:

nilai p = −

| | −

0 2 ) 2 / exp( / 2

1 π z t dt, dengan z=∆ˆu,m/SE(∆ˆu,m).

4. Mengkaji pengaruh faktor ekonomi-politik, identitas partai dan kualitas

personal tokoh terhadap perilaku memilih calon presiden berdasarkan

output-output analisis data yang diperoleh.

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemodelan Regresi Logistik Multinomial

Dalam penelitian ini dibuat delapan model regresi logistik multinomial

berdasarkan peubah-peubah bebas yang digunakan. Tujuh model di antaranya

adalah model-model yang hanya melibatkan satu peubah bebas, yakni peubah

Ekonomi-Politik, IdDemokrat, IdGolkar, IdPDIP, Kualitas SBY, Kualitas JK atau

peubah Kualitas Mega. Satu model lainnya adalah model yang memasukkan 14

peubah bebas (analisis lebih dari satu peubah bebas), yakni seluruh peubah tadi

ditambah dengan peubah-peubah sosiologis (Gender, Usia, Desa-Kota,

Suku-bangsa, Agama, Pendidikan dan Pendapatan).

Kedelapan model menghasilkan statistik-G dengan nilai-p kurang dari

0.001. Ini berarti setidaknya ada satu parameter yang nyata pada setiap model

yang dibentuk (Lampiran 2).

Model Pilihan Rasional: Interpretasi berbasis Odds

Dalam analisis satu peubah bebas, diketahui bahwa evaluasi pemilih atas

kondisi ekonomi-politik berpengaruh nyata (dalam taraf nyata 5%) terhadap

keputusan memilih SBY-Boediono dibanding Megawati-Prabowo dan keputusan

memilih JK-Wiranto dibanding Megawati-Prabowo. Namun kondisi

ekonomi-politik tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan memilih SBY-Boediono

dibanding JK-Wiranto (Tabel 1). Setiap penambahan satu satuan skor

ekonomi-politik akan meningkatkan odds memilih SBY-Boediono dibanding

Megawati-Prabowo sebesar exp(2.861) = 17.5 kali dan meningkatkan odds memilih

JK-Wiranto dibanding Megawati-Prabowo sebesar exp(2.186) = 8.9 kali.

Dalam analisis lebih dari satu peubah bebas, pengaruh ekonomi-politik

terhadap keputusan memilih SBY-Boediono maupun JK-Wiranto dibanding

Megawati-Prabowo tetap nyata (Tabel 1). Setelah dikontrol oleh peubah-peubah

lain, odds memilih SBY-Boediono dibanding Megawati-Prabowo naik 6.6 kali

lipat untuk setiap penambahan satu satuan skor kondisi ekonomi-politik.

Sementara odds memilih JK-Wiranto dibanding Megawati-Prabowo naik sebesar

(32)
[image:32.595.53.486.86.686.2]

Tabel 1 Koefisien regresi logistik multinomial untuk peubah ekonomi-politik

Analisis

SBY-Boediono

/

Megawati-Prabowo

JK-Wiranto /

Megawati-Prabowo

SBY-Boediono

/ JK-Wiranto

1 peubah bebas 2.861*** 2.186*** 0.675

> 1 peubah bebas 1.889** 2.279** -0.390

Keterangan: * p < 0.05, ** p < 0.01, *** p<0.001

Hasil pengujian menunjukkan bahwa faktor ekonomi-politik terbukti

berpengaruh terhadap keputusan pemilih. Semakin baik kondisi ekonomi-politik,

semakin besar kecenderungan seorang calon dari pemerintah berkuasa (SBY atau

JK) dipilih dibanding calon oposisi (Megawati). Temuan ini sesuai dengan teori

pilihan rasional.

Dalam perspektif pilihan rasional, posisi SBY dan JK kurang bisa dibedakan

dengan jelas. Hal ini karena keduanya merupakan representasi pemerintah yang

sedang berkuasa. Oleh sebab itu, keputusan memilih salah satu di antara keduanya

tidak dipengaruhi oleh faktor ekonomi-politik.

Model Pilihan Rasional: Interpretasi berbasis Peluang

Model pilihan rasional dengan satu peubah bebas dapat dituliskan dalam

bentuk persamaan dugaan peluang berikut:

Pr(Y = SBY-Boediono|X1) = exp(-0.888 + 2.861X1) / (1+ exp(-0.888 +

2.861X1)+ exp(-2.032 + 2.186X1)),

Pr(Y = JK-Wiranto|X1) = exp(-2.032 + 2.186X1) / (1+ exp(-0.888 +

2.861X1)+ exp(-2.032 + 2.186X1)),

Pr(Y = Megawati-Prabowo|X1) = 1 / (1+ exp (-0.888 + 2.861X1)+ exp(-2.032 +

2.186X1)),

dengan X1

Bila X

= Ekonomi-Politik. Berdasarkan model tersebut,dapat dihitung dugaan

peluang dipilihnya SBY-Boediono, JK-Wiranto dan Megawati-Prabowo sesuai

dengan penilaian pemilih atas kondisi ekonomi-politik.

1=0 (kondisi ekonomi-politik dinilai sangat buruk), maka

(33)

19

Sementara bila X1=1 (kondisi ekonomi-politik dinilai sangat baik), maka

Pr(Y=SBY-Boediono|X1

27%

77%

8% 12%11%

65%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

0.00 0.08 0.17 0.25 0.33 0.42 0.50 0.58 0.67 0.75 0.83 0.92 1.00

Ekonomi-Politik

Duga

a

n P

e

lua

ng

SBY-Boediono JK-Wiranto MEGA-Prabowo

=1) = exp(-0.888+2.861) / (1+exp(-0.888+2.861) +

exp(-2.032+2.186)) = 77%. Dengan cara serupa diperoleh hasil bahwa bila

kondisi ekonomi-politik dinilai sangat buruk, dugaan peluang keterpilihan

JK-Wiranto dan Megawati-Prabowo masing-masing 8% dan 65%; sedangkan bila

kondisi ekonomi-politik sangat baik, dugaan peluang keterpilihan JK-Wiranto dan

Megawati-Prabowo masing-masing 12% dan 11%.

Plot titik-titik dugaan peluang keterpilihan calon menurut kondisi

ekonomi-politik pada Gambar 1 menjelaskan bahwa faktor ekonomi-ekonomi-politik berdampak

besar terhadap perolehan suara SBY-Boediono dan Megawati-Prabowo.

Sementara itu, faktor ekonomi-politik tidak memiliki dampak yang berarti

terhadap perolehan suara JK-Wiranto. Perubahan kondisi ekonomi-politik yang

ekstrim (skor ekonomi-politik berubah dari 0 ke 1) dapat menaikkan perolehan

suara SBY-Boediono sebesar 50% (dari 27% menjadi 77%), menaikkan suara

JK-Wiranto sebesar 4% (dari 8% menjadi 12%) dan menurunkan suara

Megawati-Prabowo sebesar 54% (dari 65% menjadi 11%). Berdasarkan metode delta dalam

analisis PPNP satu peubah bebas ini, diketahui bahwa perubahan dugaan peluang

pada SBY-Boediono dan Megawati-Prabowo tersebut nyata, sedangkan

[image:33.595.101.493.113.813.2]

perubahan dugaan peluang pada JK-Wiranto tidak nyata (Tabel 2).

(34)

Dari analisis RPP satu peubah bebas, diperoleh hasil bahwa setiap kenaikan

satu satuan ekonomi-politik akan menaikkan peluang keterpilihan SBY-Boediono

rata-rata sebesar 49%, menaikkan peluang keterpilihan JK-Wiranto rata-rata

sebesar 2% dan menurunkan peluang keterpilihan Megawati-Prabowo rata-rata

sebesar 50%. Dengan metode simulasi diketahui bahwa RPP SBY-Boediono dan

Megawati-Prabowo nyata sedangkan RPP JK-Wiranto tidak nyata.

Selanjutnya, pengaruh ekonomi politik terhadap perolehan suara calon diuji

melalui analisis PPNP dan RPP untuk model lebih dari satu peubah bebas. Berikut

ini penjelasan penghitungan perbandingan peluang untuk model lebih dari satu

peubah bebas.

Persamaan dugaan peluang keterpilihan SBY-Boediono adalah

Pr(Y=SBY-Boediono) = exp(x

1

ˆ

β ) / exp(1 + x

1

ˆ

β + xβˆ2), dengan x=(1,

Ekonomi-Politik, IdDemokrat, IdGolkar, IdPDIP, Kualitas SBY, Kualitas JK, Kualitas

Mega, Gender, Usia, Desa-Kota, Suku, Agama, Pendidikan, Pendapatan),

1

ˆ

β =(0.641, 1.889, 1.046, 0.035, –1.037, 0.973, 0.124, –1.045, –0.280, –0.011,

1.026, –0.708, –1.657, 0.004, –0.065)’, βˆ2=(–1.946, 2.279, 0.402, 0.650, –0.986,

0.155, –1.946, 0.487, 0.478, –0.028, 0.123, –0.605, –1.201, 0.087, –0.051)’

(Lampiran 2). Selanjutnya diketahui bahwa peubah ekonomi-politik mempunyai

nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1, sementara nilai median dari setiap

peubah bebas lainnya adalah sebagai berikut: IdDemokrat=2, IdGolkar=2,

IdPDIP=2, Kualitas SBY=8, Kualitas JK=6, Kualitas Mega=6, Gender=1,

Usia=39, Desa-Kota=0, Suku=0, Agama=0, Pendidikan=4, Pendapatan=2

(Lampiran 1). Bila peubah ekonomi-politik ditetapkan pada nilai minimum

sedangkan peubah-peubah bebas lainnya ditetapkan di nilai mediannya

masing-masing, diperoleh hasil penghitungan peluang keterpilihan SBY-Boediono sebesar

66%. Sementara bila peubah ekonomi-politik ditetapkan maksimum sedangkan

peubah-peubah bebas lainnya ditetapkan di nilai mediannya masing-masing,

diperoleh hasil penghitungan peluang keterpilihan SBY-Boediono sebesar 82%.

Dengan demikian, berdasarkan analisis PPNP median diketahui bahwa perubahan

peluang keterpilihan SBY-Boediono akibat perubahan kondisi ekonomi-politik

(35)

21

Dengan teknik penghitungan serupa, selanjutnya diketahui bahwa bila

kondisi ekonomi-politik berubah secara ekstrim sedangkan peubah-peubah

lainnya dibuat tetap pada nilai mediannya masing-masing maka peluang

keterpilihan JK-Wiranto naik sebesar 6% sedangkan peluang keterpilihan

Mega-Prabowo turun sebesar 22%. Bila peubah-peubah selain ekonomi-politik

ditetapkan pada nilai rataan (analisis PPNP rataan), peluang keterpilihan

SBY-Boediono naik sebesar 6%, peluang keterpilihan JK-Wiranto naik 15%, peluang

keterpilihan Mega-Prabowo turun sebesar 16%. Bila peubah-peubah bebas selain

ekonomi-politik ditetapkan pada nilai titik tengah (analisis PPNP titik tengah),

peluang keterpilihan SBY-Boediono naik sebesar 31%, peluang keterpilihan

JK-Wiranto naik 13%, peluang keterpilihan Mega-Prabowo turun sebesar 43%.

Sementara itu, bila peubah-peubah bebas selain ekonomi politik dievaluasi pada

semua nilainya (analisis RPP), setiap kenaikan satu satuan ekonomi-politik akan

menaikkan peluang keterpilihan SBY rata-rata sebesar 8%, menaikkan peluang

keterpilihan JK-Wiranto rata-rata sebesar 3% dan menurunkan peluang

keterpilihan Megawati rata-rata sebesar 11% (Tabel 2).

Tabel 2 Pengaruh ekonomi-politik terhadap peluang keterpilihan calon (PPNP

dan RPP)

Analisis SBY-Boediono JK-Wiranto

Megawati-Prabowo

PPNP 1 peubah bebas 0.5018*** 0.0397 -0.5414***

PPNP > 1 peubah bebas

PPNP median 0.1572 0.0599 -0.2171*

PPNP rataan 0.1472* 0.016 -0.1631**

PPNP titik tengah 0.3051** 0.1287 -0.4338***

RPP 1 peubah bebas 0.4873*** 0.0176 -.5048***

RPP > 1 peubah bebas 0.0800 0.0324 -0.1124***

Keterangan: * p < 0.05, ** p < 0.01, *** p<0.001

Dari analisis lebih dari satu peubah bebas diketahui bahwa faktor

(36)

Ini terlihat dari hasil analisis PPNP maupun RPP. Sementara itu, pengaruh

ekonomi-politik terhadap keterpilihan SBY-Boediono kurang konsisten. Dalam

metode PPNP rataan dan PPNP titik tengah, faktor ekonomi-politik berpengaruh

nyata terhadap perolehan suara SBY-Boediono. Sedangkan dalam metode PPNP

median dan RPP, faktor ekonomi politik diketahui tidak berpengaruh nyata

terhadap perolehan suara SBY-Boediono. Ini menunjukkan bahwa pengaruh

langsung faktor ekonomi-politik terhadap perolehan suara SBY-Boediono relatif

terbatas bila faktor-faktor lain di luar ekonomi-politik (faktor psikologis dan

sosiologis) ikut diperhitungkan.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa faktor ekonomi-politik berpengaruh

nyata terhadap perolehan suara SBY dan Megawati. Hal ini terlihat setidaknya

dari hasil analisis satu peubah bebas. Bila kondisi ekonomi-politik membaik,

suara SBY akan naik sebaliknya suara Megawati akan turun. Sementara itu, baik

buruknya kondisi ekonomi-politik tidak berdampak secara nyata terhadap

perolehan suara JK.

JK tampaknya tidak dapat mengambil insentif dari positifnya evaluasi

pemilih terhadap kondisi ekonomi-politik. Hal ini disebabkan keberhasilan

pemerintah lebih dikaitkan dengan keberhasilan seorang Presiden, bukan

keberhasilan Wakil Presiden.

Model Psikologis Identitas Partai: Interpretasi berbasis Odds

Dari analisis satu peubah bebas, diketahui bahwa identitas partai

berpengaruh nyata (dalam taraf nyata 5%) terhadap keputusan memilih satu calon

dibanding calon lainnya (Tabel 3). Odds memilih SBY-Boediono dibanding

Megawati-Prabowo dan odds memilih SBY-Boediono dibanding JK-Wiranto

masing-masing naik sebesar 1.8 dan 1.4 kali untuk setiap penambahan satu satuan

skor identitas Demokrat. Odds memilih JK-Wiranto dibanding SBY-Boediono

dan odds memilih JK-Wiranto dibanding Megawati-Prabowo masing-masing naik

2 dan 2.2 kali untuk setiap penambahan satu satuan skor identitas Golkar.

Sementara odds memilih Megawati-Prabowo dibanding SBY-Boediono dan odds

memilih Megawati-Prabowo dibanding JK-Wiranto masing-masing naik 2.2 dan

(37)

23

Dalam analisis lebih dari satu peubah bebas, pengaruh identitas partai

terhadap keputusan memilih calon bersangkutan dibanding calon lainnya tetap

nyata (Tabel 3). Setelah dikontrol oleh peubah-peubah lain, odds memilih

SBY-Boediono dibanding Megawati-Prabowo dan JK-Wiranto masing-masing naik 2.8

dan 1.9 kali lipat untuk setiap penambahan satu satuan skor identitas Demokrat.

Odds memilih JK-Wiranto dibanding SBY-Boediono dan Megawati-Prabowo

naik masing-masing 1.8 dan 1.9 kali lipat untuk setiap penambahan satu satuan

skor identitas Golkar. Odds memilih Megawati-Prabowo dibanding

SBY-Boediono dan JK-Wiranto masing-masing naik 2.8 dan 2.7 kali lipat untuk setiap

[image:37.595.110.512.328.567.2]

penambahan satu satuan skor identitas PDIP.

Tabel 3 Koefisien regresi logistik multinomial untuk peubah identitas partai

Analisis & Peubah Bebas

SBY-Boediono

/

Megawati-Prabowo

JK-Wiranto /

Megawati-Prabowo

SBY-Boediono

/ JK-Wiranto

1 peubah bebas

IdDemokrat 0.559*** 0.222* 0.337**

IdGolkar 0.096 0.773*** -0.677***

IdPDIP -0.774*** -0.633*** -0.141

> 1 peubah bebas

IdDemokrat 1.046*** 0.402 0.644***

IdGolkar 0.035 0.650** -0.615***

IdPDIP -1.037*** -0.986*** -0.051

Keterangan: * p < 0.05, ** p < 0.01, *** p<0.001

Faktor identitas partai terlihat berpengaruh terhadap perilaku pemilih.

Semakin kuat identitas partai, semakin besar kecenderungan memilih calon yang

diusung oleh partai bersangkutan dibanding calon yang diusung partai lain.

Model Psikologis Identitas Partai: Interpretasi berbasis Peluang

Model psikologis identitas partai dengan satu peubah bebas dapat dituliskan

(38)

Pr(Y = SBY-Boediono|X2) = exp(-0.629 + 0.559X2) / (1+ exp(-0.629 +

0.559X2)+ exp(-1.293 + 0.222X2)),

Pr(Y = JK-Wiranto|X3) = exp(-2.869 + 0.773X3) / (1+ exp(-2.869 +

0.773X3)+ exp(0.601 + 0.096X3)),

Pr(Y = Megawati-Prabowo|X4) = exp(-0.896 + 0.633X4) / (1+ exp(-0.896

+ 0.633X4) + exp(1.894 – 0.141X4));

dengan X2=Identitas Partai Demokrat, X3=Identitas Partai Golkar, X4=Identitas

PDIP. Berdasarkan model tersebut, dapat dihitung dugaan peluang dipilihnya

SBY-Boediono, JK-Wiranto dan Megawati-Prabowo sesuai dengan skor identitas

masing-masing partai.

Bila X2=1 (identitas Partai Demokrat sangat lemah), maka Pr(Y =

SBY-Boediono|X2=1) = exp(-0.629 + 0.559) / (1+ exp(-0.629 + 0.559)+ exp(-1.293 +

0.222)) = 44%. Sementara bila X2=5 (indentitas Partai Demokrat sangat kuat),

maka Pr(Y = SBY-Boediono| X2=5) = exp(-0.629 + 0.559(5)) / (1+ exp(-0.629 +

0.559(5))+ exp(-1.293 + 0.222(5))) = 83%. Dengan cara serupa diperoleh hasil

bahwa dugaan peluang keterpilihan JK-Wiranto bila identitas partai Golkar sangat

lemah dan sangat kuat masing-masing sebesar 4% dan 41%, sementara dugaan

peluang keterpilihan Megawati-Prabowo bila identitas PDIP sangat lemah dan

sangat kuat masing-masing sebesar 10% dan 69%.

Plot titik-titik dugaan peluang keterpilihan calon pada Gambar 2

menjelaskan bahwa identitas partai berdampak positif terhadap keterpilihan calon

yang diusung oleh partai bersangkutan. Identitas partai Demokrat berpengaruh

positif terhadap SBY-Boediono, identitas Golkar berpengaruh positif terhadap

JK-Wiranto, dan identitas PDIP berpengaruh positif terhadap Megawati-Prabowo.

Perubahan identitas partai yang ekstrim (skor identitas partai berubah dari 1 ke 5)

dapat menaikkan perolehan suara SBY-Boediono sebesar 42% (dari 41% menjadi

83%), menaikkan perolehan suara JK-Wiranto sebesar 37% (dari 4% menjadi

41%) dan menaikkan perolehan suara Megawati-Prabowo sebesar 59% (dari 10%

menjadi 69%). Berdasarkan metode delta dalam analisis PPNP satu peubah bebas

ini, diketahui bahwa perubahan-perubahan dugaan peluang tersebut nyata pada

(39)

25

[image:39.595.116.509.92.217.2]

Gambar 2 Dugaan peluang keterpilihan calon menurut identitas partai

Kuatnya pengaruh identitas partai didukung oleh hasil analisis RPP. Setiap

kenaikan satu satuan skor identitas Demokrat dapat menaikkan perolehan suara

SBY-Boediono rata-rata 10.6%. Setiap kenaikan satu satuan skor identitas Golkar

dapat menaikkan perolehan suara JK-Wiranto rata-rata 7.8%. Setiap kenaikan satu

satuan skor identitas PDIP dapat menaikkan perolehan suara Megawati-Prabowo

rata-rata 14%. Berdasarkan metode simulasi diketahui bahwa semua RPP tersebut

nyata pada taraf nyata 5%.

Selanjutnya, pengaruh identitas partai diuji melalui analisis PPNP dan RPP

untuk model lebih dari satu peubah bebas. Berikut ini penjelasan penghitungan

perbandingan peluang untuk model lebih dari satu peubah bebas.

Persamaan dugaan peluang keterpilihan SBY-Boediono adalah

Pr(Y=SBY-Boediono) = exp(x

1

ˆ

β ) / exp(1 + x

1

ˆ

β + xβˆ2), dengan x=(1,

Ekonomi-Politik, IdDemokrat, IdGolkar, IdPDIP, Kualitas SBY, Kualitas JK, Kualitas

Mega, Gender, Usia, Desa-Kota, Suku, Agama, Pendidikan, Pendapatan),

1

ˆ

β =(0.641, 1.889, 1.046, 0.035, –1.037, 0.973, 0.124, –1.045, –0.280, –0.011,

1.026, –0.708, –1.657, 0.004, –0.065)’, βˆ2=(–1.946, 2.279, 0.402, 0.650, –0.986,

0.155, –1.946, 0.487, 0.478, –0.028, 0.123, –0.605, –1.201, 0.087, –0.051)’

(Lampiran 2). Selanjutnya diketahui bahwa peubah IdDemokrat mempunyai nilai

minimum 1 dan nilai maksimum 5, sementara nilai median dari setiap peubah

bebas lainnya adalah sebagai berikut: Ekonomi-Politik=0.67, IdGolkar=2,

IdPDIP=2, Kualitas SBY=8, Kualitas JK=6, Kualitas Mega=6, Gender=1, 24% 77% 7% 13% 69% 10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

1 2 3 4 5

Identitas PDIP D uga a n P e lua ng

SBY-Boediono JK-Wiranto Megawati-Prabowo

41% 83% 15% 8% 44% 9% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

1 2 3 4 5

Identitas Demokrat D uga a n P e lua ng 64% 44% 4% 41% 32% 15% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

1 2 3 4 5

(40)

Usia=39, Desa-Kota=0, Suku=0, Agama=0, Pendidikan=4, Pendapatan=2

(Lampiran 1). Bila peubah IdDemokrat ditetapkan pada nilai minimum sedangkan

peubah-peubah bebas lainnya ditetapkan di nilai mediannya masing-masing,

diperoleh hasil penghitungan peluang keterpilihan SBY-Boediono sebesar 63%.

Sementara bila peubah IdDemokrat ditetapkan pada nilai maksimum sedangkan

peubah-peubah bebas lainnya ditetapkan di nilai mediannya masing-masing,

diperoleh hasil penghitungan peluang keterpilihan SBY-Boediono sebesar 98%.

Dengan demikian, berdasarkan analisis PPNP median diketahui bahwa perubahan

peluang keterpilihan SBY-Boediono akibat perubahan yang ekstrim pada kondisi

identitas partai Demokrat ketika kondisi lainnya tetap adalah

98%-63%=35% (Tabel 4).

Dengan teknik penghitungan serupa, selanjutnya diketahui nilai-nilai

perubahan peluang untuk kondisi yang lain. Bila peubah-peubah lainnya dibuat

tetap pada nilai mediannya masing-masing, perubahan ekstrim pada identitas

Golkar akan menaikkan peluang keterpilihan JK-Wiranto sebesar 38% dan

perubahan ekstrim pada identitas PDIP akan menaikkan peluang keterpilihan

Megawati-Prabowo sebesar 65%. Bila peubah-peubah lainnya dibuat tetap pada

nilai rataannya masing-masing (analisis PPNP rataan), perubahan ekstrim identitas

Demokrat akan menaikkan peluang keterpilihan SBY-Boediono sebesar 35%,

perubahan ekstrim identitas Golkar akan menaikkan peluang terpilihnya

JK-Wiranto 12%, dan perubahan ekstrim identitas PDIP akan menaikkan peluang

terpilihnya Megawati-Prabowo 51%. Bila peubah-peubah lainnya dibuat tetap

pada nilai titik tengahnya masing-masing (analisis PPNP titik tengah), perubahan

ekstrim identitas Demokrat akan menaikkan peluang keterpilihan SBY-Boediono

sebesar 69%, perubahan ekstrim identitas Golkar akan menaikkan peluang

terpilihnya JK-Wiranto sebesar 23%, dan perubahan ekstrim identitas PDIP akan

menaikkan peluang terpilihnya Megawati-Prabowo sebesar 75%. Sementara itu,

bila peubah-peubah bebas selain identitas partai bersangkutan dievaluasi pada

semua nilainya (analisis RPP), setiap kenaikan satu satuan identitas Demokrat

akan menaikkan peluang keterpilihan SBY rata-rata sebesar 7%, setiap kenaikan

(41)

27

rata-rata sebesar 3%, dan setiap kenaikan satu satuan identitas PDIP akan

menaikkan peluang keterpilihan Megawati-Prabowo rata-rata 7% (Tabel 4).

Tabel 4 Pengaruh identitas partai terhadap peluang keterpilihan calon

bersangkutan (PPNP dan RPP)

Analisis SBY-Boediono JK-Wiranto Megawati-Prabowo

PPNP 1 peubah bebas 0.4166*** 0.3674*** 0.5913***

PPNP > 1 peubah bebas

PPNP median 0.3488*** 0.3844** 0.654***

PPNP rataan 0.3541*** 0.1229* 0.513***

PPNP titik tengah 0.6874*** 0.2265* 0.7504***

RPP 1 peubah bebas 0.1059*** 0.0782*** 0.1400***

RPP > 1 peubah bebas 0.0693*** 0.0332*** 0.0669***

Keterangan: * p < 0.05, ** p < 0.01, *** p<0.001

Secara umum, dari analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa

identitas partai berpengaruh positif dan nyata terhadap keterpilihan calon

bersangkutan. Semakin kuat identitas Demokrat, semakin besar peluang

keterpilihan SBY-Boediono; semakin kuat identitas Golkar, semakin besar

peluang keterpilihan JK-Wiranto; dan semakin kuat identitas PDIP, semakin besar

pula peluang keterpilihan Megawati-Prabowo. Temuan ini menunjukkan bahwa

perilaku pemilih dalam pemilihan presiden dapat dijelaskan oleh model psikologis

identitas partai.

Model Psikologis Kualitas Personal Calon: Interpretasi berbasis Odds

Dalam analisis satu peubah bebas, kualitas personal calon terbukti

berpengaruh nyata (dalam taraf nyata 5%) terhadap keputusan memilih calon

bersangkutan dibanding calon lainnya (Tabel 5). Odds memilih SBY-Boediono

dibanding Megawati-Prabowo dan odds memilih SBY-Boediono dibanding

JK-Wiranto masing-masing naik sebesar exp(0.722)=2.1 dan exp(0.556)=1.7 kali

untuk setiap penambahan satu satuan skor kualitas personal SBY. Odds memilih

(42)

Megawati-Prabowo masing-masing naik 2.4 dan 2.3 kali untuk setiap

penambahan satu satuan skor kualitas personal JK. Odds memilih

Megawati-Prabowo dibanding SBY-Boediono dan odds memilih Megawati-Megawati-Prabowo

dibanding JK-Wiranto masing-masing naik 2.2 dan 2.4 kali lipat untuk setiap

penambahan satu satuan skor kualitas personal Megawati.

Tabel 5 Koefisien regresi logistik multinomial pada peubah kualitas personal

calon

Analisis & Peubah Bebas

SBY-Boediono

/

Megawati-Prabowo

JK-Wiranto /

Megawati-Prabowo

SBY-Boediono

/ JK-Wiranto

1 peubah bebas

Kualitas SBY 0.722*** 0.166** 0.556***

Kualitas JK -0.036 0.837*** -0.873***

Kualitas Megawati -0.800** -0.873*** 0.073

> 1 peubah bebas

Kualitas SBY 0.973*** 0.155 0.818***

Kualitas JK 0.124 1.247*** -1.123***

Kualitas Megawati

Gambar

Tabel 1  Koefisien regresi logistik multinomial untuk peubah ekonomi-politik
Gambar 1  Dugaan peluang keterpilihan calon menurut kondisi ekonomi-politik
Tabel 3  Koefisien regresi logistik multinomial untuk peubah identitas partai
Gambar 2   Dugaan peluang keterpilihan calon menurut identitas partai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Output yang diharapkan dari penelitian ini adalah peta kesesuaian potensi terhadap produksi yang didapat melalui proses overlay peta klasifikasi luas lahan sawah,

Di luar perbedaan tanggal yang dijadikan momen sebagai Hari Musik, secara pribadi penulis lebih setuju pada tanggal 19 Maret. Kehadiran Hari Musik walau masih baru, perlu

Pada pengamatan hari ke-14 jumlah total leukosit juga mengalami peningkatan pada semua perlakuan berdasarkan hasil uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan E berbeda

Sesuai dengan pasal ini, pelaku usaha yang memproduksi barang dan pemanfaatannya berkelanjutan untuk menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas purna jual, demikian

Guru berperan sangat penting dalam pendidikan remidi ini sebagai upaya penanggulangan kesulitan belajar yang dialami siswa, jika hal itu tidak terlaksanakan dengan baik

Indosat, Tbk di Indonesia melalui analisis peramalan sebagai landasan perencanaan pemasaran, (2) Mengetahui apakah program dan paket Matrix BlackBerry yang ditawarkan mampu

budi daya karang diperlukan penelitian-penelitian dasar, terutama yang terkait dengan biologi reproduksi (seksualitas, cara, pola dan waktu pemijahan, perkembangan gonad

Bahwa Teradu I mengatakan tidak ada pengisian model C-KWK dan C1-KWK di kantor KPU Kabupaten Jayapura, tetapi yang dilakukan hanya mengecek logistik dari setiap Distrik