• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Tegakan Sawit

Penelitian tentang potensi tegakan sawit pada lokasi Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II (RKW SM KGLTL I dan II) memiliki nilai yang berbeda. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan perbedaan luas sampling pada kedua lokasi, dimana pada lokasi RKW SM KGLTL I memiliki luas sampling sebesar 0,36 ha dan pada RKW SM KGLTL I diperoleh luas sampling sebesar 0,32 ha. Perbedaan sampling pada kedua lokasi disebabkan perbedaan kondisi lokasi penggunaan lahan.

Potensi tegakan sawit pada RKW SM KGLTL I lebih besar daripada potensi tegakan sawit pada lokasi RKW SM KGLTL II. Perbedaan potensi tegakan disebabkan jumlah tegakan pada tiap plot contoh yang tidak sama. Potensi tegakan sawit pada lahan perkebunan dan sawah di RKW SM KGLTL I dan II disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Pendugaan Potensi Tegakan Sawit Pada Lahan Perkebunan dan Persawahan RKW SM KGLTL I dan II Penggunaan Lahan RKW SM KGLTL I RKW SM KGLTL II Tanaman (btg) Luas Areal (ha) PPT (btg/ha) Tanaman (btg) Luas Areal (ha) PPT (btg/ha) Sawit 219 0.36 608 177 0.32 553 Sawah - - - 18 0,36 50 Total 219 0,36 608 195 0,36 603

Keterangan : RKW SM KGTL = Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut. (-) = tidak ditemukan

Data pengukuran pada Tabel 2 menunjukkan perbedaan potensi tegakan sawit pada kedua lokasi adalah sebesar 5 btg/Ha atau sekitar 0,82 persen dari potensi tegakan lokasi RKW SM KGLTL I. Jumlah tegak sawit pada tiap plot bervariasi, tetapi pada umumnya jumlah tegakan yang ditemukan berada pada

kisaran 20 batang/plot pada lokasi lahan perkebunan dan sekitar 2 batang/plot pada lokasi persawahan di kedua kedua kawasan.

Jumlah tegakan sawit yang ditemukan tidak dapat ditentukan secara langsung, dalam hal ini kegiatan penelitian disesuaikan dengan kondisi lapangan. Tegakan sawit yang diukur pada lokasi perkebunan masyarakat desa Kurandak, merupakan tegakan sawit yang memiliki umur sekitar 1,5 tahun. Sedangkan tegakan sawit yang ditemukan di kawasan RKW SM KGLTL II merupakan bekas tegakan sawit yang tidak berproduksi lagi. Hal ini dikuatkan dengan kondisi fisik lahan perkebunan yang tertutup semak serta vegetasi tumbuhan bawah yang banyak menutupi tegakan sawit.

Simpanan Karbon

Berdasarkan model alometrik pendugaan karbon pada lokasi perkebunan sawit, areal persawahan dan pertanian lahan kering campur yang dilakukan pada kedua lokasi penelitian yaitu dalam kawasan RKW SM KGLTL I dan II. Nilai karbon tersimpan merupakan akumulasi dari karbon tersimpan tegakan dan karbon tersimpan tumbuhan bawah pada masing-masing penutupan lahan.

Perhitungan biomassa tegakan sawit didasarkan pada umur tegakan, melalui parameter tersebut ditentukan besar plot yang akan digunakan. Namun, plot contoh yang digunakan dalam penelitian ini tidak dapat langsung diterapkan di lapangan karena lokasi penelitian merupakan areal konservasi sehingga penentuan objek inventarisasi disesuaikan dengan kondisi lapangan, maka dibuat plot contoh yang berukuran 20m x 20m, dengan pertimbangan plot tersebut mewakili lokasi yang diteliti. Karbon tersimpan tegakan sawit dalam kawasan

Tabel 3. Simpanan Karbon Pada Lahan Perkebunan Sawit, Persawahan dan Pertanian Lahan Kering Campur Kawasan RKW SM KGLTL I dan II

Lokasi Sawit (ton/ha) Tumbuhan Bawah (ton/ha) Tanaman Pertanian (ton/ha) Total (ton/ha) RKW SM KGLTL I Perkebunan Sawit 0,093 0,860 0,173 1,126 Pertanian Lahan Kering - - 2,052 2,052 Sawah - 0,047 0,330 0,377 Jumlah 0,093 0,907 2,555 3,555 RKW SM KGLTL II Perkebunan Sawit 0,078 3,911 0,106 4,096 Sawah 0,004 0,232 0,267 0,504 Jumlah 0,082 4,143 0,373 4,600

Keterangan : RKW SM KGTL = Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut. (-) = tidak ditemukan

Jumlah karbon tersimpan dalam kawasan RKW SM KGLTL II lebih tinggi dibanding simpanan karbon kawasan RKW SM KGLTL I. Selisih jumlah karbon tersimpan pada kedua kawasan suaka margasatwa tersebut adalah sebesar 1,04 ton/ha. Perbedaan jumlah cadangan karbon tidak signifikan karena penentu simpanan karbon antara dua lokasi penelitian adalah vegetasi tumbuhan bawah. Nilai total simpanan karbon pada lokasi penelitian, yaitu perkebunan sawit, areal persawahan dan pertanian lahan kering campur dalam kawasan RKW SM KGLTL I dan II adalah sebesar 8,15 ton/ha.

Nilai tersebut sangat rendah dibandingkan dengan simpanan karbon yang terdapat pada kawasan hutan dengan kisaran simpanan karbon sebesar 40an sampai ratusan ton/ha. Penelitian Yasri (2010), menjelaskan bahwa potensi karbon tersimpan hutan mangrove Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur

Laut I adalah sebesar 41,79 ton/ha. Potensi karbon tersebut juga hampir sama dengan penelitian Sugirahayu and Rosdiana (2011) menunjukkan bahwa kawasan hutan mangrove Kabupaten Paser, Kalimantan Timur memiliki simpanan karbon terbesar, yaitu sebesar 51,86 ton/ha.

Data tersebut dapat dijadikan acuan bahwa kegiatan manusia dalam melakukan konversi hutan menjadi lahan pertanian akan sangat berdampak terhadap berkurangnya penyerapan karbon yang ada di bumi. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan kawasan konservasi yang baik terutama aspek perlindungan kawasan.

Tabel 3 menunjukkan simpanan karbon pada lokasi perkebunan kelapa sawit dan areal persawahan lebih dipengaruhi keberadaan tumbuhan bawah daripada tanaman pokok dari lokasi itu sendiri. Tabel 3 juga menampilkan bahwa simpanan karbon pada lokasi sawah di RKW SM KGLTL II berkisar tidak lebih dari 0,5 ton/ha. Data pengukuran cadangan karbon pada Tabel 3 dapat dilihat simpanan karbon terbesar terdapat pada lokasi pertanian lahan kering campur. Nilai simpanan karbon sangat dipengaruhi oleh biomassa tanaman pertanian yang banyak menyimpan karbon terutama terdapat pada buah yang dihasilkannya.

Perbedaan karbon tersimpan pada tegakan sawit dipengaruhi beberapa faktor yaitu jumlah tegakan yang ada dan perbedaan tinggi tegakan pada kedua kawasan. Data perhitungan pada perkebunan sawit merupakan korelasi umur tegakan sawit yang ekuivalen dengan tinggi tegakan. Hubungan tinggi dan simpanan karbon tegakan sawit tampak pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan Tinggi Tegakan dan Simpanan Karbon Tegakan Sawit RKW SM KGLTL I dan II

Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah karbon tersimpan dalam suatu tegakan sawit sangat dipengaruhi oleh tinggi tegakan tanpa ada pengaruh dari diameter tegakan. Metode perhitungan yang menggunakan persamaan allometri menurut ICRAF (2009) yang melaporkan bahwa karbon tersimpan suatu tegakan sawit diperoleh dengan mengukur tinggi total tegakan, kemudian nilainya dimasukkan dalam persamaan alometri yang telah ditentukan.

Simpanan karbon tegakan sawit pada kedua kawasan suaka margasatwa tidak memberi kontribusi yang nyata, nilai simpanan karbon pada lahan perkebunan sawit hanya berkisar 0,1 sampai 0,5 ton/ha. Menurut Sugirahayu and

Rosdiana (2011), perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur memiliki simpanan karbon yang rendah, yakni sebesar 0,10 ton/ha yang disebabkan jarak tanam yang lebar dari lahan perkebunan sawit.

Nilai karbon yang rendah pada tegakan sawit, disebabkan tanaman sawit memiliki kadar air yang sangat tinggi serta adanya jarak tanam yang lebar dalam

rangka meningkatkan produktivitas buah, sehingga jumlah tegakan pada lahan perkebunan lebih sedikit. Penelitian tersebut membuktikan bahwa simpanan karbon pada penggunaan lahan perkebunan sawit di Indonesia hampir sama yaitu sekitar 0 sampai > 0,10 ton/ha.

Kelimpahan Jenis Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian

Kelimpahan tumbuhan bawah dan tanaman pertanian yang ditemukan berdasarkan analisis vegetasi yang dilakukan pada dua tempat yaitu RKW SM KGLTL I dan II dijumpai sebanyak 31 jenis. Berdasarkan data kelimpahan jenis pada Tabel 4 terlihat kelimpahan jenis tumbuhan bawah lokasi perkebunan sawit dan persawahan pada kawasan RKW SM KGLTL II lebih besar dibandingkan dengan kelimpahan yang ditemukan pada lokasi perkebunan sawit dan persawahan kawasan RKW SM KGLTL I, dimana jenis tumbuhan bawah yang ditemukan pada lokasi RKW SM KGLTL II berjumlah 14 jenis dan kawasan RKW SM KGLTL I diperoleh sebanyak 10 jenis.

Perbedaan jumlah dan jenis pada tumbuhan bawah pada kedua kawasan konservasi disebabkan perbedaan kondisi topografi/edafis dan pengaruh langsung akibat aktivitas manusia dalam membuka kawasan hutan menjadi lahan pertanaman, seperti perkebunan sawit, areal persawahan dan pertanian lahan kering campur. Jumlah jenis tumbuhan bawah yang ditemukan, sebagian besar ditemukan di lokasi lahan sawit kawasan RKW SM KGLTL II. Kelimpahan jenis tumbuhan pada lokasi lahan perkebunan sawit, persawahan dan pertanian lahan kering campur RKW SM KGLTL I dan II disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Kelimpahan Jenis Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian di Lokasi Lahan Perkebunan Sawit. Persawahan dan Pertanian Lahan Kering Campur Kawasan RKW SM KGLTL I dan II

No. Nama Lokal Nama Latin RKW SM

Dokumen terkait