INVENTARISASI SIMPANAN KARBON PADA LOKASI
PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN SAWIT,
PERSAWAHAN DAN PERTANIAN LAHAN
KERING CAMPUR
(Studi Kasus Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa
Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II )
SKRIPSI
Oleh :
M KHOLIS HAMDY BATUBARA
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
INVENTARISASI SIMPANAN KARBON PADA LOKASI
PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN SAWIT,
PERSAWAHAN DAN PERTANIAN LAHAN
KERING CAMPUR
(Studi Kasus Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa
Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II )
SKRIPSI
Oleh :
M KHOLIS HAMDY BATUBARA 091201103 / BUDIDAYA HUTAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Inventarisasi Simpanan Karbon Pada Lokasi
Penggunaan Lahan Perkebunan Sawit, Persawahan
dan Pertanian Lahan Kering Campur (Studi Kasus
Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa
Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II)
Nama : M Kholis Hamdy Batubara
Nim : 091201103
Program Studi : Kehutanan
Jurusan
: Budidaya Hutan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.D Dr. Ir. Lollie Agustina P.
Putri, M.Si
Ketua
Anggota
Mengetahui
Siti Latifah, S.Hut, M.Si., Ph.D
Ketua Program Studi Kehutanan
ABSTRACT
M KHOLIS HAMDY BATUBARA : Stock Carbon Inventory At the Land Use of Oil Palm Plantation, Paddy Field And Mix Dry Farming Agriculture (Case Study
in Conservation Resort of Karang Gading Langkat Timur Laut
Wildlife Reserve I and II). Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI
The potency of mangrove of Karang Gading and Langkat Timur Laut Wildlife Reserve area change land cover significantly, either structure or tree composition, might effect for organic substance content in the mangrove ecosystem. Therefore, study on stock carbon potency effected the forest mangrove’s change to be oil palm plantation, paddy field and mix dry land farming. The purpose of this research was to measure the stock carbon of oil palm plantation, paddy field and mix dry land farming at Conservation Resort of Karang Gading Langkat Timur Laut Wildlife Reserve I and II (CR KGLTL WR I and II). Result showed, that stock carbon at mix dry land farming of CR KGLTL WR I was 3,55 ton/ha and at CR KGLTL WR II was 4,60 ton/ha. Result of carbon also showed the diference of total carbon on both Wildlife Reserve’s area was 1.04 ton/ha and total stock carbon at oil palm plantation, paddy field and mix dry farming agriculture in the study area was 8,15 ton/ha.
ABSTRAK
M KHOLIS HAMDY BATUBARA : Inventarisasi Simpanan Karbon Pada Lokasi Penggunaan Lahan Perkebunan Sawit, Persawahan dan Pertanian Lahan Kering Campur (Studi Kasus Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II). Di bawah bimbingan MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI
Potensi mangrove Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut telah mengalami perubahan tutupan yang signifikan, baik secara struktur maupun komposisi tegakan, sehingga berpengaruh terhadap kandungan bahan organik yang terdapat di ekosistemnya. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terhadap potensi karbon tersimpan akibat perubahan hutan mangrove skunder menjadi lahan perkebunan sawit, persawahan dan pertanian lahan kering campur. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung jumlah karbon tersimpan pada lahan perkebunan sawit, persawahan dan pertanian lahan kering campur pada kawasan Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II (RKW SM KGLTL I dan II). Hasil ini pengukuran simpanan karbon pada tiap penggunaan lahan pertanian di RKW SM KGLTL I adalah sebesar 3,55 ton/ha dan pada RKW SM KGLTL II adalah 4,60 ton/ha. Hasil ini juga menunjukkan selisih jumlah karbon pada kedua kawasan suaka margasatwa adalah sebesar 1.04 ton/ha dan total simpanan karbon pada lahan perkebunan sawit, persawahan dan pertanian lahan kering campur dalam kawasan yang diteliti adalah sebesar 8,15 ton/ha.
Kata kunci : Mitigasi, Inventarisasi, Karbon, Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut.
RIWAYAT HIDUP
M Kholis Hamdy Batubara dilahirkan di kota Berastagi pada tanggal 20 Mei 1990 dari bapak Hasnan Batubara dan Ibu Toiah Nasution. Penulis merupakan anak pertama dari enam bersaudara.
Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri 040459 Berastagi, tahun 2005 lulus dari SLTP Negeri 1 Berastagi, tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Berastagi. Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota HIMAS Nursery di bawah organisasi HIMAS (Himpunan Mahasiswa Sylva) pada tahun 2010 sampai 2011. Penulis mengikuti kegiatan Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman Hutan Raya dan Hutan Pendidikan Gunung Barus di Berastagi, Kabupaten Karo tahun 2011.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan ridha yang dikarunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi penelitian yang berjudul “Inventarisasi Simpanan Karbon Pada Lokasi Penggunaan Lahan Perkebunan Sawit, Persawahan dan Pertanian Lahan Kering Campur (Studi Kasus Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II)”.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah karbon tersimpan pada lahan perkebunan sawit, persawahan dan pertanian lahan kering campur dan membandingkannya pada lokasi Resort Kawasan Konservasi Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II. Hasil dari penelitian ini menunjukkan simpanan karbon yang rendah pada tiap penggunaan lahan pertanian.
Tutupan vegetasi tumbuhan pada areal pertanaman mempengaruhi jumlah simpanan karbon pada tiap penggunaan lahan. Simpanan karbon penggunaan lahan pertanian yang rendah pada kedua lokasi penelitian dapat dijadikan bahan dalam melakukan upaya rehabilitasi lahan dalam kawasan konservasi mangrove.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yaitu Hasnan Batubara dan Toiah Nasution, kelima saudara penulis Nurhastiyah Rahmah Batubara, Mhd. Mahfudz Hamdy Batubara, Mhd Hasnan Habibullah Batubara, Nurhalimah Rahmi Batubara dan Mhd Tampan Ahya Ul-Ihsan Batubara yang telah memberikan doa, dukungan materi dan semangat yang tulus kepada penulis.
pembimbing penulis yaitu Mohammad Basyuni, S.Hut., M.Si., Ph.D dan Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si yang telah banyak memberikan bantuan serta
masukan yang sangat bermanfaat selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada tim peneliti di Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut yaitu, Muammar BM, Jaka Perwira Maulana, Dian Novita Sari, Tetty L Hutabarat, Berliana Nainggolan dan Putri Ester Sihaloho. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara atas izin
penelitian di SM KGLTL, staf Resort SM KGLTL Bapak Ahmadin dan Bapak Usman di Kab. Langkat serta Bapak Ilham di Kab. Deli Serdang atas
perhatian dan panduannya selama di lapangan. Teman-teman tercinta Ahmad Syarip Rambe, Donny IE Siregar, Jandri Hamonangan, Susan Barbara P. SM, Christine Anastasya Tarigan, Rudi Meirawan Pohan,
Refi Wardani, Septian P Arjuna Gultom, Josua Aritonang dan Hasudungan Maharaja yang telah memberikan dukungan dan semangat selama penulis menyelesaikan skripsi ini
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang... ... 1
Perumusan Masalah ... 3
Tujuan Penelitian... ... 3
Manfaat Penelitian... ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Tentang Karbon ... 4
Pendugaan Cadangan Karbon Pada Berbagai Tingkat Lahan... ... 5
Tanaman Sawit ... ... 9
Tumbuhan Bawah... ... 11
Tanaman Pertanian ... ... 12
Metode Penghitungan Biomassa ... 13
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Wilayah ... 15
METODE PENELITIAN
Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 17
Alat dan Bahan Penelitian ... 17
Metode Penelitian ... 17
Penentuan Lokasi ... 17
Pengukuran Potensi Tegakan ... 17
Pengukuran Cadangan Karbon serta Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian ... 18
Perhitungan Cadangan Karbon ... 20
Alur Proses Kegiatan Pendugaan Cadangan Karbon ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Tegakan Sawit ... 23
Simpanan Karbon ... 24
Kelimpahan Jenis Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian ... 28
INP (Indeks Nilai Penting) ... 32
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37
Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Konstanta Umum Hasil Pengukuran Tanaman Bawah ... 21
2. Pendugaan Potensi Tegakan Sawit Pada Lahan Perkebunan
dan Persawahan RKW SM KGLTL I dan II ... 23
3. Simpanan Karbon Pada Lahan Perkebunan Sawit, Persawahan Dan
Pertanian Lahan Kering Campur Kawasan RKW
SM KGLTL I dan II ... 25
4. Kelimpahan Jenis Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian
Di Lokasi Lahan Sawit, Persawahan dan Pertanian Lahan
Kering Campur Kawasan RKW SM KGLTL I dan II ... 29
5. Penyebaran Jenis Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Desain Penelitian Untuk Pengukuran Karbon ... 19
2. Tahapan Pendugaan Cadangan Karbon ... 22
3. Hubungan Tinggi Tegakan dan Cadangan Karbon Tegakan
Sawit RKW SM KGLTL I dan II ... 27 4. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian Pada
Lahan Perkebunan Sawit RKW SM KGLTL I ... 32 5. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian Pada
Lahan Perkebunan Sawit RKW SM KGLTL II ... 33
6. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian Pada
Areal Persawahan RKW SM KGLTL I ... 33
7. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian Pada
Areal Persawahan RKW SM KGLTL II ... 34
8. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian Pada
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Biomassa dan Karbon Tegakan Sawit... 42 - Biomassa dan Karbon Tegakan Sawit di Lahan Perkebunan
RKW SM KGLTL I ... 42 - Biomassa dan Karbon Tegakan Sawit di Lahan Perkebunan
Sawit RKW SM KGLTL II ... 47 - Biomassa dan Karbon Tegakan Sawit di Areal Persawahan
SM RKW SM KGLTL II ... 50 2. Pengukuran Biomassa Tumbuhan Bawah dan Tanaman
Pertanian per Jenis... 51 3. Analisis Vegetasi, Biomassa dan Karbon Pada Tumbuhan Bawah
Dan Tanaman Pertanian RKW SM KGLTL I dan II ... 53 - Analisis Vegetasi, Biomassa dan Karbon Tumbuhan Bawah
dan Tanaman Pertanian di Lokasi Lahan Perkebunan
RKW SM KGLTL I ... 53 - Analisis Vegetasi, Biomassa dan Karbon Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian di Areal Persawahan RKW SM KGLTL I ... 54 - Analisis Vegetasi, Biomassa dan Karbon Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian di Pertanian Lahan Kering
Campur RKW SM KGLTL I ... 54 - Analisis Vegetasi, Biomassa dan Karbon Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian di Lokasi Lahan Perkebunan
5. Identifikasi Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian ... 60 6. Peta Pola Ruang Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat
ABSTRACT
M KHOLIS HAMDY BATUBARA : Stock Carbon Inventory At the Land Use of Oil Palm Plantation, Paddy Field And Mix Dry Farming Agriculture (Case Study
in Conservation Resort of Karang Gading Langkat Timur Laut
Wildlife Reserve I and II). Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI
The potency of mangrove of Karang Gading and Langkat Timur Laut Wildlife Reserve area change land cover significantly, either structure or tree composition, might effect for organic substance content in the mangrove ecosystem. Therefore, study on stock carbon potency effected the forest mangrove’s change to be oil palm plantation, paddy field and mix dry land farming. The purpose of this research was to measure the stock carbon of oil palm plantation, paddy field and mix dry land farming at Conservation Resort of Karang Gading Langkat Timur Laut Wildlife Reserve I and II (CR KGLTL WR I and II). Result showed, that stock carbon at mix dry land farming of CR KGLTL WR I was 3,55 ton/ha and at CR KGLTL WR II was 4,60 ton/ha. Result of carbon also showed the diference of total carbon on both Wildlife Reserve’s area was 1.04 ton/ha and total stock carbon at oil palm plantation, paddy field and mix dry farming agriculture in the study area was 8,15 ton/ha.
ABSTRAK
M KHOLIS HAMDY BATUBARA : Inventarisasi Simpanan Karbon Pada Lokasi Penggunaan Lahan Perkebunan Sawit, Persawahan dan Pertanian Lahan Kering Campur (Studi Kasus Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II). Di bawah bimbingan MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI
Potensi mangrove Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut telah mengalami perubahan tutupan yang signifikan, baik secara struktur maupun komposisi tegakan, sehingga berpengaruh terhadap kandungan bahan organik yang terdapat di ekosistemnya. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terhadap potensi karbon tersimpan akibat perubahan hutan mangrove skunder menjadi lahan perkebunan sawit, persawahan dan pertanian lahan kering campur. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung jumlah karbon tersimpan pada lahan perkebunan sawit, persawahan dan pertanian lahan kering campur pada kawasan Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II (RKW SM KGLTL I dan II). Hasil ini pengukuran simpanan karbon pada tiap penggunaan lahan pertanian di RKW SM KGLTL I adalah sebesar 3,55 ton/ha dan pada RKW SM KGLTL II adalah 4,60 ton/ha. Hasil ini juga menunjukkan selisih jumlah karbon pada kedua kawasan suaka margasatwa adalah sebesar 1.04 ton/ha dan total simpanan karbon pada lahan perkebunan sawit, persawahan dan pertanian lahan kering campur dalam kawasan yang diteliti adalah sebesar 8,15 ton/ha.
Kata kunci : Mitigasi, Inventarisasi, Karbon, Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer dari waktu ke waktu terus meningkat sejalan dengan kerusakan lingkungan. Boer (2004) memperkirakan 270 (± 30) giga ton karbon (Gt C) telah dilepas ke atmosfer dalam kurun waktu 1850 sampai 1998. Sumbangan emisi CO2 dari kerusakan hutan tropika secara global berkisar 20% (World Bank, 2007) – 25% (Santili et al., 2005 ; Myers 2007), yang merupakan angka yang krusial dalam memicu pemanasan global.
Mangrove merupakan salah satu hutan terkaya karbon di kawasan tropis, yang mengandung sekitar 1023 Mg (Megagram) karbon per hektar. Tanah dengan kandungan organik tinggi memiliki kedalaman antara 0,5 m sampai dengan lebih dari 3 m dan merupakan 49–98% simpanan karbon dalam ekosistem ini. Dengan menggabungkan data penelitian yang telah dilakukan dengan informasi lain yang telah dipublikasikan, diperkirakan bahwa deforestasi mangrove menyebabkan emisi sebesar 0,02 - 0,12 Pg (Petagram) karbon per tahun, yang setara dengan sekitar 10% emisi dari deforestasi secara global, walaupun luasnya hanya 0,7% dari seluruh kawasan hutan tropis (Donato et al., 2011).
Hutan mangrove di Sumatera Utara terkonsentrasi pada wilayah pantai timur Sumatera Utara meliputi Batu Bara, Tanjung Balai Asahan, Serdang
Bedagai, hingga kawasan hutan mangrove di Kabupaten Langkat (Spalding et al., 2010). Propinsi Sumatera Utara memiliki kawasan konservasi
menipis akibat perambahan liar, illegal logging, pengalihfungsian hutan mangrove menjadi lahan pertanian/perkebunan, tambak, dan perumahan (Saragih, 2011).
Kawasan SM Karang Gading Langkat Timur Laut dengan potensi mangrove di dalamnya telah banyak mengalami perubahan, baik secara struktur maupun komposisi tegakan, sehingga berpengaruh terhadap kandungan bahan organik yang terdapat di ekosistemnya. Berdasarkan peta penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan tahun 2006 dan 2011, terjadi penurunan tutupan lahan yang signifikan pada hutan mangrove skunder sebesar 213, 62 ha.
Untuk menentukan langkah dan kebijakan pengelolaan kawasan konservasi Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut yang secara global bisa berpengaruh kepada iklim perairan di pantai timur maka perlu dilakukan pengkajian terhadap potensi karbon tersimpan akibat perubahan hutan mangrove menjadi lahan perkebunan sawit, persawahan dan pertanian lahan kering campur. Kawasan Suaka Margasatwa Karang ading Langkat Timur Laut ini tersebar dalam dua kabupaten yaitu Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang
dengan tiga wilayah pengelolaan yaitu :
a. Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur
Laut I (RKW SM KGLTL I) di Karang Gading Kabupaten Deli Serdang.
b. Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur
Laut II (RKW SM KGLTL II) di Secanggang Kabupaten Langkat.
c. Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur
Perumusan Masalah
Permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana potensi karbon tersimpan di penggunaan lahan perkebunan sawit, persawahan dan pertanian lahan kering campur di kawasan Resort Konservasi Wilayah Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II ?
2. Bagaimana tingkat kerusakan hutan mangrove di kawasan Resort Konservasi Wilayah Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II dengan membandingkan simpanan karbon pada tiap penggunaan lahan pertanian ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menghitung jumlah karbon tersimpan pada lahan perkebunan sawit, persawahan dan pertanian lahan kering campur.
2. Membandingkan jumlah simpanan karbon lahan perkebunan sawit dan persawahan pada lokasi Resort Kawasan Konservasi Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II.
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Sekilas Tentang Karbon
Cadangan karbon adalah kandungan karbon tersimpan baik itu pada permukaan tanah sebagai biomasa tanaman, sisa tanaman yang sudah mati (nekromasa), maupun dalam tanah sebagai bahan organik tanah. Perubahan wujud karbon ini kemudian menjadi dasar untuk menghitung emisi, dimana sebagian besar unsur karbon (C) yang terurai ke udara biasanya terikat dengan O2 (oksigen)
dan menjadi CO2 (karbon dioksida). Itulah sebabnya ketika satu hektar hutan
menghilang (pohon-pohonnya mati), maka biomasa pohon-pohon tersebut cepat atau lambat akan terurai dan unsur karbonnya terikat ke udara menjadi emisi. Dan ketika satu lahan kosong ditanami tumbuhan, maka akan terjadi proses pengikatan unsur C dari udara kembali menjadi biomasa tanaman secara bertahap ketika tanaman tersebut tumbuh besar (sekuestrasi). Ukuran volume tanaman penyusun lahan tersebut kemudian menjadi ukuran jumlah karbon yang tersimpan sebagai biomasa (cadangan karbon). Sehingga efek rumah kaca karena pengaruh unsur CO2 dapat dikurangi, karena kandungan CO2 di udara otomatis menjadi
berkurang. Namun sebaliknya, efek rumah kaca akan bertambah jika tanaman-tanaman tersebut mati (Kauffman and Donato, 2012).
Meningkatnya kandungan karbon dioksida (CO2) di udara akan
karbon dioksida yang ada di udara melalui pemanfaatan gas karbon dioksida dalam proses fotosintesis oleh komunitas tumbuhan hutan (Indriyanto, 2006).
Hutan alami merupakan penyimpan karbon (C) tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan (SPL) pertanian, dikarenakan keragaman pohonnya yang tinggi, dengan tumbuhan bawah dan seresah di permukaan tanah yang banyak (Hairiah dan Rahayu, 2007). Pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian baru dapat menyebabkan pelepasan karbon (C) ke atmosfer. Karbon (C) yang pada awalnya tersimpan dalam pepohonan dan tanaman lainnya dilepaskan melalui pembakaran (dalam bentuk asap) atau terdekomposisi diatas ataupun
dibawah permukaan tanah sewaktu pembukaan lahan (land clearing) (Hairiah et al., 2011).
Penelitian mengenai karbon tersimpan perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan karbon tersimpan di suatu kawasan akibat konversi penggunaan lahan. Konversi penggunaan lahan dapat dipantau dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Integrasi data lapang dan data spasial perubahan penggunaan lahan akan memberikan referensi dalam mengetahui perubahan karbon tersimpan di atas dan di bawah permukaan pada suatu area.
Pendugaan Cadangan Karbon Pada Berbagai Tingkat Lahan
Pada ekosistem daratan, cadangan karbon disimpan dalam 3 komponen pokok, yaitu:
2. Bagian mati (nekromasa): massa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih tegak di lahan (batang atau tunggul pohon), kayu tumbang/tergeletak di permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun-daun gugur (seresah) yang belum terlapuk.
3. Tanah (bahan organik tanah): sisa makhluk hidup (tanaman, hewan dan manusia) yang telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah menjadi bagian dari tanah. Ukuran partikel biasanya lebih kecil dari 2 mm.
Berdasarkan keberadaannya di alam, ketiga komponen karbon tersebut dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:
a. Karbon di atas permukaan tanah, meliputi:
• Biomasa pohon, proporsi terbesar cadangan karbon di daratan umumnya
terdapat pada komponen pepohonan. Untuk mengurangi tindakan perusakan selama pengukuran, biomasa pohon dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan allometri yang didasarkan pada pengukuran diameter batang (dan tinggi pohon, jika ada).
• Biomasa tumbuhan bawah, tumbuhan bawah meliputi semak belukar yang
berdiameter batang < 5 cm, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan atau gulma. Estimasi biomasa tumbuhan bawah dilakukan dengan mengambil bagian tanaman (melibatkan perusakan).
• Nekromasa, batang pohon mati baik yang masih tegak atau telah tumbang
• Seresah, Seresah meliputi bagian tanaman yang telah gugur berupa daun
dan ranting-ranting yang terletak di permukaan tanah. b. Karbon di dalam tanah, meliputi:
• Biomasa akar, akar mentransfer karbon dalam jumlah besar langsung ke
dalam tanah, dan keberadaannya dalam tanah bisa cukup lama. Pada tanah hutan biomasa akar lebih didominasi oleh akar-akar besar (diameter > 2 mm), sedangkan pada tanah pertanian lebih didominasi oleh akar-akar halus yang lebih pendek daur hidupnya. Biomasa akar dapat pula diestimasi berdasarkan diameter akar (akar utama), sama dengan cara untuk mengestimasi biomasa pohon yang didasarkan pada diameter batang.
• Bahan organik tanah, sisa tanaman, hewan dan manusia yang ada di
permukaan dan di dalam tanah, sebagian atau seluruhnya dirombak oleh organisme tanah sehingga melapuk dan menyatu dengan tanah, dinamakan bahan organik tanah ( Hairiah et al., 2011).
Tingginya peningkatan konsentrasi CO2 disebabkan oleh aktivitas manusia
terutama perubahan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi, pembangkit tenaga listrik dan aktivitas industri. Secara akumulatif, penggunaan bahan bakar fosil dan perubahan penggunaan lahan dari hutan ke sistem lainnya memberikan sumbangan sekitar setengah dari emisi CO2 ke atmosfir yang
telah disimpan dalam bentuk biomasa atau dalam tanah gambut dilepaskan ke atmosfir melalui pembakaran ('tebas dan bakar') atau dekomposisi bahan organik di atas maupun di bawah permukaan tanah. Cadangan karbon dari suatu bentang lahan juga dapat dipindahkan melalui penebangan kayu, hanya saja kecepatannya dalam melepaskan C ke atmosfir tergantung pada penggunaan kayu tersebut. Diperkirakan bahwa antara tahun 1990 - 1999, perubahan penggunaan lahan memberikan sumbangan sekitar 1.7 Gt tahun-1 dari total emisis CO2
(Yuliasmara et al., 2009).
Berkaitan dengan perubahan iklim, kehutanan juga mempunyai peranan penting karena hutan dapat menjadi sumber emisi karbon ( Spurce) dan juga dapat menjadi penyerap karbon dan menyimpannya (Sink). Hutan melalui proses fotosintesis mengabsorbsi CO2 dan menyimpannya sebagai materi organik dalam
biomassa tanaman. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomassa yang terdapat dalam bentuk kayu, dahan, daun, akar, dan sampah hutan atau serasah dan jasad renik. Tetapi terjadi kebakaran hutan, penebangan liar dan konversi hutan telah mnyebabkan kerusakan hutan berkurang yang berakibat karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan terlepas ke atmosfer dan kemampuan bumi untuk menyerap CO2 dari udara melalui fotosintesis hutan
berkurang. Hal ini yang telah memicu tuduhan bahwa kerusakan hutan tropika telah menyebabkan pemanasan global (Soemarwoto, 2001).
sebagai penyerap dan penyimpan karbon dengan mengadopsi program pengelolaan berbasis masyarakat. Secara khusus proyek ini mempromosikan kehidupan yang berkelanjutan melalui pertanian, agroforestri dan praktek pengelolaan hutan untuk mempertahankan cadangan karbon yang telah ada dan menyerap karbon dari atmosfir. Proyek berbasis masyarakat, seperti agroforestri, perkebunan skala kecil dan hutan sekunder yang diberakan berpotensi tinggi dalam memberikan keuntungan bagi kelangsungan hidup masyarakat lokal dan memberikan resiko paling sedikit (Noordwijk et al., 2002).
Tanaman Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guinensis jacq) adalah jenis tanaman dari famili palmae dan sub famili Cocoideae yang mampu menghasilkan minyak nabati. Pengelompokan berdasarkan warna buah yaitu (i) nigrrescent dengan buah berwarna ungu tua pada buah mentah dan memiliki “topi” coklat atau hitam pada buah masak, (ii) virescens dengan warna hijau pada buah mentah dan orange tua pada buah masak, dan (iii) albenscens yang tidak memiliki warna. Berdasarkan ketebalan cangkang, kelapa sawit dikelompokkan menjadi Dura (tebal 2-8mm), Tenera (tebal 0,5-4 mm) dan Pisifera (tidak bercangkang). Tiga lapisan yang terdapat pada buah sawit yaitu eksoskarp adalah bagian kulit buah yang berwarna kemerahan dan licin, mesokarp adalah serabut buah dan endoskrap yang menjadi cangkang pelinding inti. Inti sawit sering disebut kernel merupakan endosperma
dan embrio dengan kandungan minyak inti yang berkualitas tinggi (Direktorat Jendral Perkebunan, 2006).
Dalam proses fotosintesis, kelapa sawit akan menyerap CO2 dari udara dan
dan perkembangannya masih berjalan. Umur kelapa sawit dapat mencapai lebih dari 25 tahun dengan pengelolaan yang baik. Berdasarkan data Direktorat Jendral Perkebunan (2006), perkebunan kelapa sawit di Indonesia mampu menyerap CO2
sebanyak 430 juta ton. Kondisi ini ditunjukkan pula dengan data penelitian dari IOPRI (Indonesia Oil Palm Research Institute) bahwa fiksasi CO2 adalah 25,71
ton/ha/tahun (Htut, 2004). Hasil temuan Rogi (2002) mencatat kelapa sawit mampu menyimpan lebih dari 80 ton C/ha. Akan tetapi, jumlah tersebut dicapai setelah 10-15 tahun pertumbuhan sehingga jumlah karbon rata-rata waktu yang ditambat oleh tanaman kelapa sawit sekitar 60.4 ton/ha atau rata-rata sekitar 2,44 ton C/ha/tahun dan ekivalen dengan 8,95 ton CO2 ha/tahun.
Dalam menelitian Sugirahayu (2011), menunjukkan bahwa hutan mangrove memiliki simpanan karbon terbesar, yaitu sebesar 51,86 ton/ha. Sedangkan simpanan karbon terendah terdapat pada perkebunan kelapa sawit sebesar 0,06 ton/ha. Kandungan karbon tersimpan pada hutan hutan sekunder, hutan rawa, dan agroforestri memiliki kandungan karbon tersimpan yang tidak jauh berbeda, yaitu masing-masing sebesar 37,03 ton/ha, 38,40 ton/ha, dan 36,36 ton/ha. Perbedaan simpanan karbon di masing-masing penutupan lahan dipengaruhi oleh jumlah dan kerapatan pohon, jenis pohon, faktor lingkungan yang meliputi penyinaran matahari, kadar air, suhu, dan kesuburan tanah yang mempengaruhi laju fotosintesis.
Hutan rawa memiliki rata-rata diameter paling besar, akan tetapi kerapatan pohonnya lebih rendah dibandingkan hutan mangrove. Pada perkebunan kelapa sawit, simpanan karbonnya sangat sedikit. Hal ini karena dengan jarak tanam yang lebar dalam rangka meningkatkan produktivitas buah, maka jumlah pohonnya lebih sedikit.
Tumbuhan Bawah
Menurut Indriyanto (2006) dalam bukunya, komponen tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar (Shurb) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma).
3. Paku – pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana rhizoma tersebut keluar dari tangkai daun.
4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
5. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat di tanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya meiliki bunga yang mecolok, tinggnya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
Tumbuhan yang lazim menjadi gulma mempunyai beberapa ciri yang khas yaitu: pertumbuhannya cepat, mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan hidup, mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim mempunyai daya berkembangbiak yang besar baik secara generatif dan vegetatif ataupun kedua-duanya, alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang, dan bijinya memiliki sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan (Nasution, 1986).
Suatu jenis yang dominan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kompetisi antar individu yang ada, kompetisi tersebut berkaitan dengan iklim dan ketersedian mineral yang diperlukan, jika iklim dan mineral yang dibutuhkan oleh suatu individu itu mendukung maka individu maka tersebut akan mendominasi suatu komunitas (Syafei, 1990).
Tanaman Pertanian
Lahan rawa pasang surut yang luasnya mencapai 20,10 juta ha pada awalnya merupakan rawa pantai pasang surut di muara sungai besar, yang dipengaruhi secara langsung oleh aktivitas laut. Di bagian agak ke pedalaman, pengaruh sungai besar makin kuat sehingga wilayah ini memiliki lingkungan air asin (salinitas) dan air payau. Dengan adanya proses sedimentasi, kini wilayah tersebut berwujud sebagai daratan yang merupakan bagian dari delta sungai.
Pengembangan pertanian lahan pasang surut merupakan langkah strategis dalam menjawab tantangan peningkatan produksi pertanian yang makin kompleks. Dengan pengelolaan yang tepat melalui penerapan iptek yang benar, lahan pasang surut memiliki prospek besar untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian produktif terutama dalam rangka pelestarian swasembada pangan, diversifikasi produksi, peningkatan pendapatan dan lapangan kerja, serta pengembangan agribisnis dan wilayah (Abdurachman dan Ananto, 2000).
Disamping memiliki prospek yang baik, pengembangan lahan pasang surut untuk pertanian juga mempunyai berbagai kendala, baik aspek biofisik maupun sosial ekonomi dan kelembagaan. Untuk menjamin keberlanjutan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam, pengembangan pertanian lahan pasang surut dalam suatu kawasan luas, memerlukan perencanaan dan penanganan yang cermat dan hati-hati. Kekeliruan dalam membuka dan mengelola lahan ini membutuhkan biaya besar untuk merehabilitasinya dan sulit untuk memulihkan kondisi seperti semula (Widjaja-Adhi et al., 1992).
Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pemenuhan gizi keluarga tanidi samping sebagai sumber pendapatan. Hasil penelitian membuktikan bahwa cabai, kacang panjang, tomat, terung, kubis, petai, bawang merah, semangka, pisang, nenas, nangka, dan rambutan secara teknis dapat diusahakan di lahan pasang surut apabila dikelola berdasarkan karakteristik lahannya (Ismail et al., 1993; Suwarno et al., 2000).
Metode Penghitungan Biomassa
carbon) dan karbon di bawah permukaan atau dalam tanah (below ground carbon). Karbon di atas permukaan tanah meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak berdiameter <5 cm, tumbuhan menjalar dan gulma), nekromassa (bagian pohon atau tanaman yang sudah mati) dan serasah (bagian tanaman yang gugur berupa daun dan ranting). Karbon bawah permukaan, meliputi biomassa akar dan bahan organik tanah (sisa tanaman, hewan dan manusia yang mengalami dekomposisi.
Biomassa didefinisikan sebagai jumlah total bahan organik hidup dalam pohon yang dinyatakan dalam berat kering oven per unit area. Biomassa digunakan untuk memperkirakan karbon tersimpan, karena sekitar 50% dari biomassa tanaman adalah karbon (Brown, 1997).
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Wilayah
Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya (UU No.5 Tahun 1990). Keputusan Menteri Pertanian No. 811/Kpts/Um/11/1980 tanggal 5 Nopember 1980 telah menetapkan Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut seluas 13.400 ha sebagai salah satu kawasan konservasi di Propinsi Sumatera Utara, dan saat ini diketahui bahwa merupakan satu-satunya kawasan Suaka Margasatwa di Indonesia dengan potensi tegakan relatif homogen yang ditumbuhi oleh jenis mangrove.
Sifat Fisik Tanah
Jenis tanah aluvium pada kawasan SM Karang Gading Langkat Timur Laut merupakan endapan dengan umur yang masih relatif muda dengan proses pengendapannya masih berlangsung sampai saat ini. Endapan ini sebagian besar dijumpai di sepanjang pesisir, yang terbagi menjadi alluvium sungai, alluvium rawa, alluvium delta dan alluvium pantai (Sri, 2008).
Aluvium sungai terdapat sebagai endapan sungai tua di bagian barat laut serta merupakan endapan yang lebih muda di tepi-tepi beberapa sungai besar seperti sungai Deli, sungai Buluh, Sungai Percut, Sungai Batang Kuis, Sungai Serdang, Sungai Kenang, Sungai Perbaungan, Sungai Nipah, Sungai Martebing dan Sungai Padang. Endapan ini terdiri dari campuran bongkah, kerikil, pasir dan lempung. Semakin ke-arah hilir konfigurasi ukuran semakin menghalus, bahkan di bagian muara hanya terdapat pasir dan lumpur.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di kawasan konservasi Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut, Sumatera Utara yaitu perkebunan sawit, persawahan dan pertanian lahan kering campur di RKW SM KGLTL I, Kabupaten Deli Serdang dan lahan sawit dan persawahan di RKW SM KGLTL II, Kabupaten Langkat pada Juli 2012 - Maret 2013.
Alat dan Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data pengukuran lapangan digunakan sebagai data primer untuk menghitung cadangan karbon. Data sekunder yang digunakan adalah peta kawasan konservasi SM Karang Gading Langkat Timur Laut dan vegetasi mangrove. Alat-alat yang digunakan adalah clinometer, Global Positioning System (GPS), meteran, spidol, kompas, walking stick, digital camera, tali rafia,
tally sheet, software SPSS 17.0 dan alat tulis
Metode Penelitian
Penentuan Lokasi (Survei)
Sebelum dilakukan kegiatan inventarisasi cadangan karbon pada lokasi penelitian, terlebih dahulu ditentukan koordinatnya dengan menggunakan GPS.
Pengukuran Potensi Tegakan
Pendugaan Potensi Tanaman (PPT)
Pengukuran Cadangan Karbon serta Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah
dan Tanaman Pertanian
Pengukuran cadangan karbon pada tutupan lahan sawit yaitu dengan menggunakan dua buah garis berpetak dengan lebar 20 m dengan panjang garis 360 – 420 m yang berisi 3 plot dengan jarak antar plot 100 m terlihat pada
Gambar 1. Data pengukuran pada kegiatan analisis vegetasi, dicatat pada
tally sheet yang telah disediakan sebelumnya. Kemudian data yang didapat dianalisis, dengan menghitung (1) kerapatan (ind/ha), (2) frekuensi, (3) dominansi (m2/ha) dan (4) indeks nilai penting (INP) dari masing-masing jenis, serta (5) Indeks keanekaragaman dari tiap ekosistem. Rumus - rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : 6. Indeks keanekaragaman dari Shannon – Wiener
H’ = -
∑
s iN ni/ )
[( ln (ni/N)]
Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener S = jumlah jenis
ni = jumlah INP jenis ke – i N = total jenis
Lokasi penelitian berupa kawasan konservasi dan tidak boleh dilakukan penebangan (metode destruktif), oleh karena penentuan volume tanaman atau besaran biomasanya dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan yang
sudah dikembangkan para peneliti, diantaranya Kettering et al., (2001), Brown et al., (1989), Hairiah et al., (2011). Persamaan untuk mendapatkan
estimasi besaran biomasa tersebut disebut juga persamaan alometri.
Untuk pendugaan biomassa tanaman bawah/semak dan tanaman pertanian dilakukan dengan mengambil contoh tanaman bawah/semak dan tanaman pertanian pada plot (Gambar 1). Kegiatan tersebut dilakukan sekaligus untuk mendapatkan kelimpahan jenis pada suatu kawasan.
Perhitungan Cadangan Karbon
Perhitungan cadangan karbon yang dilakukan pada perkebunan sawit dengan menggunakan persamaan alometri berdasarkan ICRAF (2009), yaitu:
(AGB)est = [0.0976 H + 0.0706]
LPC
AGB (Alometrik biomassa) ; H (Tinggi pohon)
Kandungan karbon (C) biomassa diperoleh dari 50% biomassa tumbuhan (Intergoverment Panel on Climate Change / IPCC, 2006).
Rumus Karbon (C)
C = B x 0.5
Keterangan C = Jumlah karbon (ton/ha) B = Biomassa (ton/ha) 0.5 = Kadar karbon
Menurut Sugirahayu and Rusdiana (2011), pendugaan cadangan karbon pada tanaman bawah dilakukan dengan mengambil sampel tanaman pada plot dengan ukuran 2m x 2m pada berbagai umur tanaman berbeda. Tumbuhan bawah meliputi semak belukar, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan atau gulma.
x Total BB (g) Total BK (g) =
selama 48 jam dengan suhu 70ºC ntuk mendapatkan berat kering konstan tumbuhan. Metode perhitungan cadangan karbon tanaman pertanian pada areal persawahan dan tumbuhan bawah dilakukan dengan menggunakan rumus umum menurut Hairiah et al., (2011) yaitu :
BK Sub Contoh (g) BB Sub Contoh (g)
Dimana : BK = Berat Kering BB = Berat Basah Nilai BK didasarkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Konstanta Umum Hasil Pengukuran Tanaman Bawah
No.
Alur Proses Kegiatan Pendugaan Cadangan Karbon
Diagram alur proses kegiatan pendugaan cadangan karbon pada lahan perkebunan sawit, persawahan dan pertanian lahan kering campur di SM Karang Gading Langkat Timur Laut seperti tampak pada Gambar 2.
Gambar 2. Tahapan Pendugaan Simpanan Karbon Pengecekan Data Lapangan
Pengambilan Sample Skala Plot Di lapangan dengan ukuran 20 x
20 m sebanyak tiga plot
Tanaman Pertanian Tanaman Sawit
Metode allometrik dengan cara diukur
Tinggi Sawit
Dihitung berat kering tanaman setelah di oven selama 48 jam dengan suhu 70 0C
Interpolasi yaitu untuk mengetahui seluruh area sebarannya
Total Simpanan Karbon Pada Lahan Perkebunan Sawit, Persawahan dan Pertanian Lahan Kering Campur di Resort Konservasi Wilayah Suaka
Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II
Tumbuhan Bawah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Tegakan Sawit
Penelitian tentang potensi tegakan sawit pada lokasi Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II (RKW SM KGLTL I dan II) memiliki nilai yang berbeda. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan perbedaan luas sampling pada kedua lokasi, dimana pada lokasi RKW SM KGLTL I memiliki luas sampling sebesar 0,36 ha dan pada RKW SM KGLTL I diperoleh luas sampling sebesar 0,32 ha. Perbedaan sampling pada kedua lokasi disebabkan perbedaan kondisi lokasi penggunaan lahan.
Potensi tegakan sawit pada RKW SM KGLTL I lebih besar daripada potensi tegakan sawit pada lokasi RKW SM KGLTL II. Perbedaan potensi tegakan disebabkan jumlah tegakan pada tiap plot contoh yang tidak sama. Potensi tegakan sawit pada lahan perkebunan dan sawah di RKW SM KGLTL I dan II disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Pendugaan Potensi Tegakan Sawit Pada Lahan Perkebunan dan Persawahan RKW SM KGLTL I dan II
Keterangan : RKW SM KGTL = Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut. (-) = tidak ditemukan
kisaran 20 batang/plot pada lokasi lahan perkebunan dan sekitar 2 batang/plot pada lokasi persawahan di kedua kedua kawasan.
Jumlah tegakan sawit yang ditemukan tidak dapat ditentukan secara langsung, dalam hal ini kegiatan penelitian disesuaikan dengan kondisi lapangan. Tegakan sawit yang diukur pada lokasi perkebunan masyarakat desa Kurandak, merupakan tegakan sawit yang memiliki umur sekitar 1,5 tahun. Sedangkan tegakan sawit yang ditemukan di kawasan RKW SM KGLTL II merupakan bekas tegakan sawit yang tidak berproduksi lagi. Hal ini dikuatkan dengan kondisi fisik lahan perkebunan yang tertutup semak serta vegetasi tumbuhan bawah yang banyak menutupi tegakan sawit.
Simpanan Karbon
Berdasarkan model alometrik pendugaan karbon pada lokasi perkebunan sawit, areal persawahan dan pertanian lahan kering campur yang dilakukan pada kedua lokasi penelitian yaitu dalam kawasan RKW SM KGLTL I dan II. Nilai karbon tersimpan merupakan akumulasi dari karbon tersimpan tegakan dan karbon tersimpan tumbuhan bawah pada masing-masing penutupan lahan.
Tabel 3. Simpanan Karbon Pada Lahan Perkebunan Sawit, Persawahan dan Pertanian Lahan Kering Campur Kawasan RKW SM KGLTL I dan II
Lokasi Sawit
Keterangan : RKW SM KGTL = Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut. (-) = tidak ditemukan
Jumlah karbon tersimpan dalam kawasan RKW SM KGLTL II lebih tinggi dibanding simpanan karbon kawasan RKW SM KGLTL I. Selisih jumlah karbon tersimpan pada kedua kawasan suaka margasatwa tersebut adalah sebesar 1,04 ton/ha. Perbedaan jumlah cadangan karbon tidak signifikan karena penentu simpanan karbon antara dua lokasi penelitian adalah vegetasi tumbuhan bawah. Nilai total simpanan karbon pada lokasi penelitian, yaitu perkebunan sawit, areal persawahan dan pertanian lahan kering campur dalam kawasan RKW SM KGLTL I dan II adalah sebesar 8,15 ton/ha.
Laut I adalah sebesar 41,79 ton/ha. Potensi karbon tersebut juga hampir sama dengan penelitian Sugirahayu and Rosdiana (2011) menunjukkan bahwa kawasan hutan mangrove Kabupaten Paser, Kalimantan Timur memiliki simpanan karbon terbesar, yaitu sebesar 51,86 ton/ha.
Data tersebut dapat dijadikan acuan bahwa kegiatan manusia dalam melakukan konversi hutan menjadi lahan pertanian akan sangat berdampak terhadap berkurangnya penyerapan karbon yang ada di bumi. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan kawasan konservasi yang baik terutama aspek perlindungan kawasan.
Tabel 3 menunjukkan simpanan karbon pada lokasi perkebunan kelapa sawit dan areal persawahan lebih dipengaruhi keberadaan tumbuhan bawah daripada tanaman pokok dari lokasi itu sendiri. Tabel 3 juga menampilkan bahwa simpanan karbon pada lokasi sawah di RKW SM KGLTL II berkisar tidak lebih dari 0,5 ton/ha. Data pengukuran cadangan karbon pada Tabel 3 dapat dilihat simpanan karbon terbesar terdapat pada lokasi pertanian lahan kering campur. Nilai simpanan karbon sangat dipengaruhi oleh biomassa tanaman pertanian yang banyak menyimpan karbon terutama terdapat pada buah yang dihasilkannya.
Gambar 3. Hubungan Tinggi Tegakan dan Simpanan Karbon Tegakan Sawit RKW SM KGLTL I dan II
Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah karbon tersimpan dalam suatu tegakan sawit sangat dipengaruhi oleh tinggi tegakan tanpa ada pengaruh dari diameter tegakan. Metode perhitungan yang menggunakan persamaan allometri menurut ICRAF (2009) yang melaporkan bahwa karbon tersimpan suatu tegakan sawit diperoleh dengan mengukur tinggi total tegakan, kemudian nilainya dimasukkan dalam persamaan alometri yang telah ditentukan.
Simpanan karbon tegakan sawit pada kedua kawasan suaka margasatwa tidak memberi kontribusi yang nyata, nilai simpanan karbon pada lahan perkebunan sawit hanya berkisar 0,1 sampai 0,5 ton/ha. Menurut Sugirahayu and
Rosdiana (2011), perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur memiliki simpanan karbon yang rendah, yakni sebesar 0,10 ton/ha yang disebabkan jarak tanam yang lebar dari lahan perkebunan sawit.
rangka meningkatkan produktivitas buah, sehingga jumlah tegakan pada lahan perkebunan lebih sedikit. Penelitian tersebut membuktikan bahwa simpanan karbon pada penggunaan lahan perkebunan sawit di Indonesia hampir sama yaitu sekitar 0 sampai > 0,10 ton/ha.
Kelimpahan Jenis Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian
Kelimpahan tumbuhan bawah dan tanaman pertanian yang ditemukan berdasarkan analisis vegetasi yang dilakukan pada dua tempat yaitu RKW SM KGLTL I dan II dijumpai sebanyak 31 jenis. Berdasarkan data kelimpahan jenis pada Tabel 4 terlihat kelimpahan jenis tumbuhan bawah lokasi perkebunan sawit dan persawahan pada kawasan RKW SM KGLTL II lebih besar dibandingkan dengan kelimpahan yang ditemukan pada lokasi perkebunan sawit dan persawahan kawasan RKW SM KGLTL I, dimana jenis tumbuhan bawah yang ditemukan pada lokasi RKW SM KGLTL II berjumlah 14 jenis dan kawasan RKW SM KGLTL I diperoleh sebanyak 10 jenis.
Tabel 4. Kelimpahan Jenis Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian di Lokasi Lahan Perkebunan Sawit. Persawahan dan Pertanian Lahan Kering Campur Kawasan RKW SM KGLTL I dan II 25 Paku harupat Nephrolepsis bisserata
Schott.
Keterangan : RKW SM KGLTL I dan II = Resort Konservasi Wilauah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II. (+) = ditemukan. (-) = tidak ditemukan. TB = Tumbuhan bawah. TP = Tanaman pertanian
yang menyebabkan timbulnya penggantian dari suatu komunitas atau ekosistem oleh komunitas atau ekosistem lain. Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya suksesi secara umum disebabkan karena adanya bencana alam (gempa, letusan gunung berapi) dan aktivitas manusia yang menyebabkan iklim dan topografi/edafis terganggu pada tempat tersebut. Jenis tersebut menyebar luas pada kedua kawasan suaka margasatwa.
Tabel 4 juga menginformasikan beberapa jenis tanaman pertanian yang terdapat pada kedua kawasan konservasi mangrove. Jenis tanaman pertanian yang ditemukan sebanyak delapan jenis tanaman, dimana tujuh jenis tanaman ditemukan dalam kawasan RKW SM KGLTL I, tiga jenis tanaman ditemukan dalam kawasan RKW SM KGLTL II dan dua jenis tanaman ditemukan pada kedua kawasan.
Dalam kawasan RKW SM KGLTL I dan II terdapat lima jenis tanaman pertanian yang masih diusahakan masyarakat sedangkan jenis tanaman lainnya merupakan jenis tanaman pertanian yang tetap tumbuh setelah penggantian penggunaan lahan oleh masyarakat di kawasan tersebut. Aktivitas yang dilakukan manusia tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dan penyebaran vegetasi alami pada suatu kawasan alam. Penyebaran tumbuhan bawah sebagian besar terjadi karena adanya aktivitas serangga dan mikroorganisme lainnya.
tumbuhan bawah dan tanaman pertanian dalam kawasan RKW SM KGLTL I dan II yang disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Penyebaran Jenis Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian Dalam Kawasan RKW SM KGLTL I dan II
No. Lokasi
Ditemukan Jumlah Jenis Vegetasi
RKW SM KHLTL I 1 Perkebunan
Sawit
11 Padi (O. sativa). Patah kemudi (E. sonchifolia). Padi – padi / Teki (C. iria). Lancuran (S. diander). Suket grinting (C. dactilom). Ujung merah.
Lemanas (P. foetida). Genjer (U. flava). Kangkung Sembung rambat (M. micantha). Rumput bebek (E. colonum). Paku harupat (N. bisserata). Tusuk
INP (Indeks Nilai Penting)
Indeks Nilai Penting merupakan parameter yang dipakai dalam menyatakan tingkat dominasi spesies – spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Kegiatan analisis vegetasi tumbuhan bawah dan tanaman pertanian pada lokasi perkebunan sawit RKW SM KGLTL I tampak pada Gambar 7.
Gambar 4. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian Pada Lahan Perkebunan Sawit RKW SM KGLTL I
Data analisis vegetasi pada Gambar 4 menunjukkan terdapat tiga jenis tumbuhan bawah dengan INP tertinggi yaitu jenis C. Dactilon, Ujung Merah dan
Gambar 5. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian Pada Lahan Perkebunan Sawit RKW SM KGLTL II
Gambar 5 menunjukkan terdapat dua jenis tumbuhan bawah yang memiliki INP tertinggi atau berada di atas 14 persen yaitu jenis E. colonum dan
Gambar 6. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian Pada Areal Persawahan RKW SM KGLTL I
Gambar 7. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian Pada Areal Persawahan RKW SM KGLTL II
Gambar 7 menunjukkan dominasi dari jenis O. sativa pada areal persawahan dibandingkan jenis tumbuhan lainnya. Data analisis vegetasi pada lokasi ini menunjukkan vegetasi tumbuhan bawah umumnya memiliki INP kurang dari 20 persen. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah dan tanaman pertanian pada areal persawahan SM KGLTL II diperoleh sebesar 1,16. Hal ini dapat dilihat, vegetasi tumbuhan bawah sebagian kecil tumbuh pada bantaran petak sawah seperti tampak pada lokasi areal sawah RKW SM KGLTL II yang tertera dalam Lampiran 3. Perbedaan INP tiap jenis suatu tumbuhan disebabkan perbedaan jumlah suatu jenis yang ditemukan serta dipengaruhi kompetisi antar jenis tumbuhan.
individu itu mendukung maka individu maka tersebut akan mendominasi suatu komunitas. Analisis vegetasi tanaman pertanian pada lokasi pertanian lahan kering campur RKW SM KGLTL I ditampilkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Analisis Vegetasi Tanaman Pertanian Pada Lokasi Pertanian Lahan Kering Campur RKW SM KGLTL I
Analisis vegetasi tanaman pertanian dalam Gambar 8 menjelaskan, tanaman pertanian yang mendominasi pada lokasi tersebut adalah jenis C. annum
karena jenis tersebut ditemukan di semua sampel plot analisis vegetasi. Sedangkan jenis tanaman pertanian lainnya yaitu jenis S. melonenga dan Z. mays memiliki INP pada kisaran 15 sampai 25 persen dari penggunaan lahan pertania yang diusahakan masyarakat. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah dan tanaman pertanian lokasi pertanian lahan kering campur SM KGLTL I diperoleh sebesar 1,02. Dominasi salah satu jenis tanaman pertanian adalah sesuai dengan peruntukan dan kebutuhan masyarakat yang mengusahakannya.
Gading Langkat Timur Laut I dan II. Kawasan konservasi merupakan benteng terakhir dalam upaya mempertahankan dan pelestarian hutan, didalamnya terdapat flora dan fauna yang harus dijaga keberadaannya. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian ulang terkait sistem pengelolaan kawasan konservasi SM KGLTL. Sistem pengelolaan kawasan konservasi terbagi atas empat aspek, yaitu perlindungan dan pengamanan, pengawetan, pemanfaatan dan sosial masyarakat (3P-1S).
Aspek perlindungan yang dilakukan yaitu melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap tata batas kawasan SM KGLTL, negosiasi dengan pengelola penggunaan lahan dalam kawasan dan upaya rehabilitasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya melalui restorasi kawasan. Rehabilitasi kawasan akan bersinkronisasi dengan aspek pengawetan dikarenakan kegiatan tersebut merupakan bentuk upaya dalam mempertahankan flora dan fauna yang tersisa di dalam kawasan SM KGLTL.
Upaya lainnya dalam mengurangi tekanan akibat konversi kawasan SM KGLTL oleh masyarakat adalah dengan melakukan pendekatan aspek pemanfaatan, yaitu pembuatan spot-spot areal kawasan yang dapat dijadikan lokasi pembudidayaan jenis tanaman magrove, seperti budidaya nipah (Nypah frugtans) dan pembuatan tambak dengan sistem sylvofishery. Balai Besar
Koservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) sebagai pengelola kawasan SM KGLTL diharapkan menjalin kolaborasi dengan masyarakat sekitar kawasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perbedaan potensi tegakan sawit pada kedua lokasi adalah sebesar 5 btg/Ha atau sekitar 0,82 persen dari PPT lokasi RKW SM KGLTL I. Simpanan karbon pada penggunaan lahan pertanian di RKW SM KGLTL I adalah sebesar 3,55 ton/ha dan pada RKW SM KGLTL II adalah 4,60 ton/ha.
2. Selisih jumlah karbon tersimpan pada kedua kawasan suaka margasatwa tersebut adalah sebesar 1,04 ton/ha dan nilai total simpanan karbon pada lokasi penelitian, yaitu perkebunan sawit, areal persawahan dan pertanian lahan kering campur dalam kawasan RKW SM KGLTL I dan II adalah sebesar 8,15 ton/ha.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman dan Ananto E.E. 2000. Konsep Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Di Lahan Rawa Untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis. Seminar Nasional Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Lahan Rawa. Bogor, 25−27 Juli 2000. 23 hlm.
Ardi, D., Undang, K., Mamat. H. S., Wiwik, H., Diah, S., 2006. Karakteristik Dan Pengelolaan Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.
Ananto, E.E., A. Supriyo, Soentoro, Hermanto, Y. Soelaeman, I W. Suastika, dan B. Nuryanto. 2000. Pengembangan Usaha Pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan: Mendukung Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. 166 hlm.
Australian Greenhouse Office. 1999. National Carbon Accounting System, Methods for Estimating Woody Biomass. Technical Report No. 3, Commonwealth of Australia.
Basyuni, M., Kusmana, C., Siregar, U.J., 2002. Effect Of Harvesting On The Aboveground Biomass And The Percentage Of Density Of Tree Stage In Mangrove Production Forest, Riau. Jurnal Penelitian Pertanian 21, 95-104.
Boer, R. 2004. Opsi Mitigasi Perubahan Iklim Di Sektor Kehutanan. Warta Konservasi Lahan Basah 12 (1): 20-21, 24.
Brown, S., Gillespie, A., Lugo AE. 1989. Biomass Estimation Methods For Tropical Forests With Applications To Forest Inventory Data. Forest Science 35: 881–902.
Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests: a Primer. (FAO Forestry Paper - 134). FAO, Rome.
Direktorat Jendral Perkebunan, 2006. Pedoman Teknis Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Tanaman Kakao. Departemen Pertanian, Jakarta. Hal. 3-9.
Hadi, D.W. 2009. Suaka Margasatwa Karang Gading Rusak. Pernyataannya
dalam Berita Seputar Mitra FM, Kamis, 10 Maret 2009 pukul 04.06. Mitra FM Media Informasi Rakyat. Deli Serdang.
Hairiah, K dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor, 2007.
Hairiah, K. 2011. Pengukuran Cadangan Karbon Dari Tingkat Lahan Ke Bentang Lahan. Word Agroforestry Centre ICRAF SEA Regional Office; Malang.
Heiskanen, 2006. Biomass Ecv Report.
Htut, T.M. 2004. Combination Between Empirical Modelling and Remote. Sensing Technology in Estimating Biomass An Carbon Stock of Oil Palm in Salim Indoplantation Riau Province. Tesis. Graduate School, Bogor Agricultural University.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.
Ismail, I.G., T. Alihamsyah, I P.G. Widjaja-Adhi, Suwarno, T. Herawati, R. Thahir, dan D.E. Sianturi. 1993. Sewindu Penelitian Pertanian Di Lahan Rawa: Kontribusi Dan Prospek Pengembangan. Dalam M. Syam, Soetjipto, dan Z. Hararap (Ed.). Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa - Swamps II. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Kauffman, J.B. and Donato, D.C., 2012. Protocols For The Measurement, Monitoring And Reporting Of Structure, Biomass And Carbon Stocks In Mangrove Forests. Working Paper 86. CIFOR, Bogor, Indonesia.
Ketterings QM, Coe R, van Noordwijk M, Ambagau Y and Palm C. 2001.
Reducing Uncertainty In The Use Of Allometric Biomass Equations For Predicting Above-Ground Tree Biomass In Mixed Secondary Forests. Forest Ecology and Management 146: 199-209.
The Terrestrial Carbon Cycle In The Asian Pacific Region'. Sciencein China Vol. 45, 76-86.
Myers, E.C. 2007. Policies To Reduce Emissions From Deforestation And Degradation (REDD) In Tropical Forests: An Examination Of The Issues Facing The Incorporation Of REDD Into Market-Based Climate Policies. Resources for the Future RFF DP 07-50, Washington DC.
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian & Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM). Jakarta.
Rogi, J. E. X. 2002. Penyusunan Model Simulasi Dinamika Nitrogen Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq.) di Unit Usaha Bekri Propinsi Lampung. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rusla Noor, Y., M. Khazali, dan I N. N. Suryadiputra. 1999. Panduan pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP. Bogor.
Santilli M., P. Moutinho, S. Schwartzman, D. Nepstad, L. Curran, & C. Nobre. 2005. Tropical Deforestation And The Kyoto Protocol. Climate Change 71: 267-276.
Saragih, F., 2011. Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading Dan Langkat Timur Laut, Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Universitas Diponegoro.
Syafei, Eden Surasana.1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. FMIPA ITB. Bandung.
Soemarwoto, O. 2001. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta ; Djambatan.
Spalding, M., Kainuma, M., Collins, L., 2010. World Atlas of Mangroves. Earthscan. London.
Sri, S. N. 2008. Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang. USU e-repository. Medan.
Sifat Fisik dan Sifat Kimia Tanahnya. Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan IPB. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 02 No. 03 Desember 2011, Hal. 149 – 155. ISSN: 2086-8227.
Suwarno, T. Alihamsyah, dan I.G. Ismail. 2000. Optimasi pemanfaatan lahan rawa pasang surut dengan penerapan teknologi sistem usaha tani terpadu. hlm. 175−186. Dalam E.E. Ananto, I.G. Ismail, Subagio, Suwarno, A. Djajanegara, dan H. Supriadi (Ed.).Prosiding Seminar Nasional Penelitian danPengembangan Pertanian di Lahan Rawa. Cipayung, 25−27 Juli 2000. Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Van Noordwijk M, Lawson G, Soumare A and Groot JJR and Hairiah K. 1996.
Root Distribution Of Trees And Crops: Competition And/Or Complementary. In: Chin Ong and Peter Huxley (eds.) Tree-Crop interactions - a physiological approach. CABI - ICRAF. p 319-364.
Van Noordwijk M, Rahayu S, Hairiah K, Wulan YC, Farida A and Verbist B. 2002. Carbon Stock Assessment For A Forest-To-Coffee Conversion Landscapein Sumberjaya (Lampung, Indonesia): from allometric equation to land use change analysis, Science in China, 45: 75-86.
Watson RT, Noble IR, Bolin B, Ravindranath NH, Verado DJ and Dokken DJ (eds.). 2000. Land Use and Land-Use Change and Forestry: A special report of the IPCC. Cambridge, UK. Cambridge University Press. 377 pp.
Widjaja-Adhi, I P.G., D.A Suriadikarta, M.T. Sutriadi, I G.M. Subiksa, dan I W. Suastika. 2000. Pengelolaan, pemanfaatan, dan pengembangan lahan rawa. hlm. 127−1 64. Dalam A. Adimihardja, L.I. Amien, F. Agus, dan D. Djaenudin (Ed.). Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
World Agroforestry Centre (ICRAF-WCA). 2009. (Annual Report 2009)
Agroforestry and landscapes. Yaounde, Cameroon.
World Bank. 2007. Forest Carbon Partnership Facility Concept Note. Washington, DC.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biomassa dan Karbon Tegakan Sawit
16 Sawit E. guineensis 2,2 0,28532 8,91625E-05 0,000892 0,000446
20 Sawit E. guineensis 2,1 0,27556 8,61125E-05 0,000861 0,000431 21 Sawit E. guineensis 2,3 0,29508 9,22125E-05 0,000922 0,000461 22 Sawit E. guineensis 2,2 0,28532 8,91625E-05 0,000892 0,000446 23 Sawit E. guineensis 2 0,2658 8,30625E-05 0,000831 0,000415 3 1 Sawit E. guineensis 2,2 0,28532 8,91625E-05 0,000892 0,000446 2 Sawit E. guineensis 2,3 0,29508 9,22125E-05 0,000922 0,000461 3 Sawit E. guineensis 2,4 0,30484 9,52625E-05 0,000953 0,000476 4 Sawit E. guineensis 2,4 0,30484 9,52625E-05 0,000953 0,000476 5 Sawit E. guineensis 2,3 0,29508 9,22125E-05 0,000922 0,000461 6 Sawit E. guineensis 2,4 0,30484 9,52625E-05 0,000953 0,000476 7 Sawit E. guineensis 2,2 0,28532 8,91625E-05 0,000892 0,000446 8 Sawit E. guineensis 2 0,2658 8,30625E-05 0,000831 0,000415 9 Sawit E. guineensis 2,1 0,27556 8,61125E-05 0,000861 0,000431 10 Sawit E. guineensis 2,1 0,27556 8,61125E-05 0,000861 0,000431 11 Sawit E. guineensis 2,2 0,28532 8,91625E-05 0,000892 0,000446 12 Sawit E. guineensis 2,2 0,28532 8,91625E-05 0,000892 0,000446 13 Sawit E. guineensis 2 0,2658 8,30625E-05 0,000831 0,000415 14 Sawit E. guineensis 2,1 0,27556 8,61125E-05 0,000861 0,000431 15 Sawit E. guineensis 2,1 0,27556 8,61125E-05 0,000861 0,000431 16 Sawit E. guineensis 2 0,2658 8,30625E-05 0,000831 0,000415 17 Sawit E. guineensis 2,1 0,27556 8,61125E-05 0,000861 0,000431 18 Sawit E. guineensis 2,1 0,27556 8,61125E-05 0,000861 0,000431 19 Sawit E. guineensis 2,1 0,27556 8,61125E-05 0,000861 0,000431 20 Sawit E. guineensis 2,2 0,28532 8,91625E-05 0,000892 0,000446 21 Sawit E. guineensis 2,3 0,29508 9,22125E-05 0,000922 0,000461
Jumlah 177 50,30644 0,015720763 0,157208 0,078604
Lampiran 2. Pengukuran Biomassa Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian per Jenis
Puyengan Lantana camara 7,78 2,93 4,85 0,72 1,31 2,03 1,911808874 2,101402062 4,013210936 Patah kemudi Emilia sonchifolia 3,56 1,45 2,11 0,13 0,78 0,91 0,319172414 1,316018957 1,635191371 Jeruju Acanthus ilicifolius 121,5 64,8 56,7 17,3 21,9 39,2 32,4375 46,92857143 79,36607143 Lancuran Sporobulus diander 4,77 1,36 3,41 0,79 1,22 2,01 2,770808824 1,706568915 4,477377738 Suket grinting Cynodon dactylon 3,53 2,1 1,43 0,23 0,06 0,29 0,386619048 0,148111888 0,534730936 Ujung merah 2,14 1,21 0,93 0,23 0,15 0,38 0,40677686 0,34516129 0,75193815 Lemanas Passiflora foetida 22,73 8,88 13,85 1,1 0,32 1,42 2,815653153 0,525169675 3,340822828 Cabe Capsicum annum 39,93 6,72 33,21 2,17 4,23 6,4 12,8940625 5,085934959 17,97999746 Jagung Zea mays 50,03 35,09 14,94 10,53 16,34 26,87 15,01327729 54,71821954 69,73149683 Kacang Panjang Vigna sinensi 20,21 14,51 5,7 3,13 1,06 4,19 4,359565817 3,758350877 8,117916694 Terung Solanum melongena 171,07 64,54 106,53 19 8,01 27,01 50,36148125 12,86276823 63,22424949 Rumput gegenjuran Paspalum
commersonii
3,34 1,87 1,47 0,88 0,41 1,29 1,571764706 0,931564626 2,503329332
Gelang Laut Sesuvium portulacostum
22,8 16,6 6,2 4,1 2,1 6,2 5,631325301 7,722580645 13,35390595
Kirinyuh Chromalena odorata
3,65 1,88 1,77 1,02 1,08 2,1 1,980319149 2,227118644 4,207437793
Tapak doro Ludwiga octovalvis 23,98 10,91 13,07 3,17 4,4 7,57 6,967607699 8,072838562 15,04044626 Patah tulang Euphorbia tirucalli 2,87 2,32 0,55 0,67 0,02 0,69 0,828836207 0,104363636 0,933199843 Sembung rambat Mikania micantha 5,08 2,72 2,36 0,63 0,54 1,17 1,176617647 1,162372881 2,338990528 Rumput bebek Echinochola
colonum
5,67 3,13 2,54 1,26 1,09 2,35 2,282492013 2,433188976 4,715680989
Paku harupat Nephrolepsis bisserata
13,7 5,12 8,58 0,68 1,52 2,2 1,81953125 2,427039627 4,246570877
Tusuk konde Wedelia trilobota 8,09 3,4 4,69 2,01 1,9 3,91 4,782617647 3,277398721 8,060016368 Kunyit Curcuma lorba 3,81 1,44 2,37 0,45 0,72 1,17 1,190625 1,157468354 2,348093354 Jukut Cyperus difforus 4,16 1,46 2,7 0,58 1,65 2,23 1,65260274 2,542222222 4,194824962 Rumput rawa Ottochloa nodosa 7,96 2,61 5,35 0,62 1,59 2,21 1,890881226 2,365682243 4,256563469 Rumput malela Brachia mutica 3,32 1,54 1,78 0,21 0,52 0,73 0,452727273 0,96988764 1,422614913 Rumput asinan Paspalum
vaginatum
Lampiran 3. Analisis Vegetasi, Biomassa dan Karbon Pada Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian di Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I dan II
A. Resort Konservasi Wilayah Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut I
1. Analisis Vegetasi, Biomassa dan Karbon Tumbuhan Bawah dan Tanaman Pertanian di Lokasi Lahan Perkebunan RKW SM KGLTL I
LPC = 2 x 2 x 9 / 10000
sativa Padi 43 11944,44 1,91196 0,556 9,434 11,3459 7,666395415 329,6550029 9,157083413 0,009157083 0,091570834 0,045785 2
Emilia sonchifolia
Gedawang -
gedawang 216 60000 9,60427 0,444 7,547 17,1514 1,635191371 353,2013362 9,811148227 0,009811148 0,098111482 0,049056 3 Cyperus iria Padi - padi 190 52777,78 8,4482 0,444 7,547 15,9954 1,223449653 232,4554341 6,457095392 0,006457095 0,064570954 0,032285 4
Sporobulus
diander Brambangan 294 81666,67 13,0725 0,778 13,21 26,28 4,477377738 1316,349055 36,56525153 0,036565252 0,365652515 0,182826 5
Cynodren dactilom
Rumput
grinting 340 94444,44 15,1178 0,889 15,09 30,2122 0,534730936 181,8085181 5,050236615 0,005050237 0,050502366 0,025251
6 Ujung merah
Ujung
merah 392 108888,9 17,43 0,778 13,21 30,6375 2,534730936 993,6145268 27,60040352 0,027600404 0,276004035 0,138002
7
Pasiflora foetida
Markisa
hutan 386 107222,2 17,1632 0,778 13,21 30,3707 3,340822828 1289,557612 35,82104477 0,035821045 0,358210448 0,179105
8
Umnocharis
flava Genjer 164 45555,56 7,29213 0,444 7,547 14,8393 3,692472007 605,5654092 16,82126137 0,016821261 0,168212614 0,084106 9
Lpomea
fistivula Kangkung 184 51111,11 8,18141 0,444 7,547 15,7286 1,714448489 315,4585219 8,76273672 0,008762737 0,087627367 0,043814 10
Ecliptica prostrata
Urang –
aring 32 8888,889 1,42285 0,222 3,774 5,19644 37,39455801 1196,625856 33,23960712 0,033239607 0,332396071 0,166198