RUMAH SAKIT UMUM TARUTUNG
(ARSITEKTUR FUNGSIONAL)
LAPORAN PERANCANGAN
TKA-490 STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010/2011
Sebagai Prasyaratan Untuk Memperoleh Gelar
SarjanaTeknik Arsitektur
Oleh :
ANGGRENY MAGDALENA HUTABARAT
070406075
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM TARUTUNG
(ARSITEKTUR FUNGSIONAL)
Oleh :
ANGGRENY MAGDALENA HUTABARAT
070406075
Medan, 27 Juni 2011
Disetujui oleh,
Pembimbing I
Ir. Basaria Talarosha, M.T.
( NIP : 196501091995012001 )
Pembimbing II
Hajar Suwantoro, S.T., M.T.
( NIP : 197902032005011001)
Ketua Departemen Arsitektur
ARSITEKTUR FUNGSIONAL
Page 3
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR
Nama : Anggreny Magdalena Hutabarat
NIM : 070406075
Judul Proyek Tugas Akhir : Rumah Sakit Umum Tarutung
Tema Proyek : Arsitektur Fungsional
REKAPITULASI NILAI
NILAI AKHIR
A
B+
B
C+
C
D
E
Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :
No Status Waktu
Pengumpulan Laporan
Paraf Pembimbing
I
Paraf Pembimbing
II
Koordinator TKA-490
1 LULUS LANGSUNG
2 LULUS MELENGKAPI
3 PERBAIKAN TANPA SIDANG
4 PERBAIKAN DENGAN SIDANG
5 TIDAK LULUS
Medan, 27 Juni 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan, karena berkat dan anugerahNya sehingga saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir Semester B tahun 2010/2011 ini sebagai persyaratan yang diwajibkan bagi setiap mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur dengan judul tugas akhir yang saya ajukan Rumah Sakit Umum Tarutung.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, saya banyak mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Kedua orang tua saya yang telah banyak berkorban, memberikan nasehat, dukungan, semangat dan perhatiannya yang sangat besar, juga kepada adik saya yang turut membantu.
2. Dosen saya yang mengagumkan yaitu Ibu Ir. Basaria Thelarosa, MT selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Hajar Suwantoro selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengorbanan waktu dan tenaga. Terima kasih atas bimbingannya yang sangat berarti, yang selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir dan juga selalu memberikan pinjaman buku-buku yang bermanfaat dalam penyelesaian tugas akhir ini.
3. Para dosen penguji yaitu Bapak Achmad Delianur Nasution, Ibu Lisa Suryani, S.T, M.Sc dan Ibu Amy Marisa, untuk saran dan kritik yang akan berguna di kemudian hari
4. Tulang Afrinton dan para maketers yang sudah banyak membantu juga abang-abang dan kakak-kakak senior
5. Sobat-sobat Anagrea...thx bwt dukungannya ya frenz...senang maupun duka 6. Teman-teman angkatan 2007 khususnya si cek yang banyak membantu dan
teman-teman kelompok sidang Fitri, Syahril, Ebed, Catherine, Dita dan Jessica
Atas segala dukungan dan dorongan yang telah diberikan kepada saya di dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, semoga Tuhan memberikan balasan dan pahala yang setimpal.
Akhir kata, saya menyadari bahwa laporan ini belum sempurna kiranya. Maka dari itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini, namun saya juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Medan, 27 Juni 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN/JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
SURAT HASIL PENILAIAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……….... 1
1.1.
Latar Belakang………... 11.2.
Maksud dan Tujuan………....21.2.1. Maksud………... 2
1.2.2. Tujuan……….... 2
1.3.
Masalah Perancangan……….21.4.
Pendekatan………. 31.5.
Lingkup dan Batasan………. 31.7.
Sistematika Laporan………...6BAB II TINJAUAN PROYEK……… 7
2.1. Tinjauan Terhadap Rumah Sakit………... 7
2.2.2. Terminologi Judul………... 7
2.1.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit………... 7
2.1.3. Klasifikasi Rumah Sakit……….. 7
2.1.3.1. Klasifikasi rumah sakit menurut jenisnya………. 7
2.1.3.2. Klasifikasi rumah sakit berdasarkan kepemilikannya……….9
2.1.3.3. Klasifikasi rumah sakit umum berdasarkan kelasnya……… 9
2.1.3.4. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta……….……….. 10
2.1.4. Bentuk-Bentuk Rumah Sakit………. 11
2.2. Tinjauan Umum Terhadap Lokasi Site………...13
2.2.1. Tinjauan terhadap Kabupaten Tapanuli Utara……… 13
2.2.1.1. Visi dan Misi……… 13
2.2.1.2. Strategi Pembangunan Daerah………. 14
2.2.1.3. Banyaknya penduduk dan Jumlah Kecamatan……..……….. 14
2.2.1.4. Kebijakan Tata Ruang Kabupaten Tapanuli Utara….………. 15
2.2.1.5. Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Tapanuli Utara……… 18
2.2.2. Tinjauan terhadap Kecamatan Tarutung………. 18
2.2.2.1. Rencana Pengembangan Sarana…………... 19
2.2.2.2. Rencana Pengembangan Prasarana……….. 20
2.3. Tinjauan Umum Terhadap Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung…..……… 22
Swadana Tarutung……… 22
2.3.1.2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung………... 22
2.3.1.3. Jumlah tempat tidur pelayanan rawat inap………. 24
2.3.1.4. Jenis-Jenis penyakit dan Jumlah Penderita………... 24
2.3.1.5. Jenis-Jenis penyakit dan Jumlah Penderita………... 25
2.3.2. Data Fisik……… 26
2.3.2.1. Eksisting Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung……… 26
2.3.2.2. Foto-Foto Suasana Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung……… 27
2.3.2.3. Keadaan Umum Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung……… 31
2.4. Tinjauan Khusus………. 32
2.4.1. Deskripsi Proyek………. 32
2.4.2. Batas-Batas Site……….. 33
2.4.3. Lokasi Site……….. 33
2.4.4. Kriteria Site………. 34
2.5. Studi Banding Proyek Sejenis……… 34
2.5.1. Rumah sakit St. Carolus Salemba, Jakarta………… 34
2.5.2. Women and Children's Hospital………. 36
BAB III TINJAUAN TEMA………. 38
3.1. Pengertian Arsitektur Fungsional………... 38
3.1.1. Pengertian Arsitektur……….. 38
3.1.2. Pengertian Fungsi………... 38
Penerapan pada Bangunan……….. 43
3.3.1. Pakar Teori Arsitektur Fungsional………. 43
3.3.2. Penerapan Tema Arsitektur Fungsional pada Bangunan………... 46
3.4. Keterkaitan Tema dengan Judul………. 47
3.5. Studi Banding Tema Sejenis……….. 48
BAB IV ANALISA 4.1. Analisa Tata Guna Lahan………... 50
4.2. Data Eksisting………. 51
4.3. Analisa Kontur………... 52
4.4. Analisa Pencapaian………. 53
4.5. Analisa Matahari……… 54
4.6. Analisa View……….. 55
4.7. Analisa Kebisingan………. 56
4.8. Analisa Orientasi Bangunan………... 57
4.9. Analisa Organisasi Ruang dan Alur Kegiatan……… 58
4.10. Analisa Jumlah Tempat Tidur……… 62
4.11. Analisa Luas Lantai Bangunan……….. 64
4.12. Analisa Jumlah Tenaga Kesehatan yang Dibutuhkan……… 65
4.13. Aktifitas dan Kebutuhan Ruang………. 65
4.14. Program Ruang………... 68
4.15. Analisa Kebutuhan Parkir………...79
4.16. Analisa Pengolahan Limbah Cair………... 80
4.17. Analisa Pengolahan Limbah Padat……… 81
BAB V KONSEP………... 83
5.1. Konsep Bangunan………... 83
5.1.1. Sistem Struktur………... 83
5.1.2. Spesifikasi Material……… 83
5.1.3. Penghawaan……… 84
5.1.4. Pencahayaan………... 84
5.3. Konsep Zooning………. 85
5.4. Konsep Peletakkan Massa……….. 86
5.5. Konsep Sirkulasi………. 87
5.6. Konsep Parkir………. 89
BAB VI HASIL RANCANGAN……… 90
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.8.
Latar Belakang
Dalam upaya untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, maka salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah tersedianya sarana penunjang kesehatan yang lengkap. Salah satu sarana kesehatan yang penting adalah tersedianya rumah sakit yang memadai dengan peralatan medis yang lengkap. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan merupakan suatu lembaga yang penting keberadaannya bagi masyarakat. Semakin tinggi taraf kehidupan masyarakat , semakin tinggi pula tuntutannya terhadap penyediaan fasilitas kesehatan. Fasilitas tersebut meliputi unsur pelayanan berupa jenis-jenis pelayanan yang disediakan dan unsur sarana pelayanan berwujud gedung beserta perlengkapan yang ada pada ruang-ruang di dalamnya. Kedua unsur ini memiliki kaitan erat satu dengan yang lain. Sarana pelayanan yang memadai akan menjadi sia-sia apabila tidak didukung oleh sistem pelayanan yang baik, demikian pula sistem pelayanan yang baik tidak dapat diciptakan tanpa adanya sarana pelayanan yang memadai.
Kabupaten Tapanuli Utara saat ini merupakan salah satu wilayah yang mulai berkembang. Perkembangan wilayah akan mengakibatkan pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi dan mempengaruhi kebutuhan hidup masyarakat akan sarana dan fasilitas umum yang memadai, salah satunya kebutuhan akan sarana kesehatan. Sarana kesehatan untuk wilayah Kabupaten Tapanuli Utara masih terbatas pada puskesmas-puskesmas. Rumah Sakit Umum (RSU) Swadana Tarutung merupakan satu-satunya rumah sakit yang ada dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Utara dan memiliki peranan cukup besar dalam memberikan kesehatan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara.
sakit satu-satunya rujukan dari puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara maka diperlukan pembangunan ulang gedung Rumah Sakit Umum Tarutung yang baru. Konsep pembangunan yang diterapkan yaitu konsep dengan bertemakan Arsitektur Fungsional.
1.9.
Maksud dan Tujuan
2.2.1. Maksud
Rumah Sakit Umum (RSU) Swadana Tarutung diharapkan dapat memberikan fasilitas yang maksimal, bermutu dan dapat menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan yang Paripurna dalam mewujudkan masyarakat sehat. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi rumah sakit yang handal sehingga masyarakat tidak perlu mencari pelayanan kesehatan ke daerah yang lain. Dalam hal desain, dapat memberikan suasana yang nyaman dan menghindari kesan monoton dan menyeramkan dan menjadi rumah sakit yang bersahabat dengan pengunjungnya terutama berorientasi pada kepentingan pasien.
3.2.2. Tujuan
Tujuan dari pembangunan ulang Rumah Sakit Umum (RSU) Swadana Tarutung yaitu untuk meningkatkan fasilitas dan kualitas Rumah Sakit Umum (RSU) Tarutung secara sarana dan prasarana sehingga mampu bersaing dengan rumah sakit lain yang sejenis, bertujuan untuk memperbaiki/memperbaharui bengunan Rumah Sakit Umum (RSU) Tarutung, bertujuan untuk menyediakan sarana kesehatan dengan mutu yang baik dan dapat dijangkau oleh masyarakat di sekiktarnya. Selain itu, juga untuk meningkatkan harapan hidup, menurunkan angka kematian dan angka kesakitan agar keinginan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara untuk berobat ke Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung dapat meningkat.
1.10.
Masalah Perancangan
bangunan; jaringan-jaringan utilitas; mekanikal dan elektrikal; perbandingan luas bangunan dengan lahan yang ada; masalah parkir; tata hijau; merencanakan pola sirkulasi dan sebagainya dan masalah non fisik antara lain mencakup masalah sistem pelayanan; tenaga kerja; kebutuhan ruang; aktivitas; keefektifan pergerakan dalam rumah sakit yang dapat mempengaruhi hasil rancangan dan bagaimana menerapkan perancangan sebuah Rumah Sakit Umum Tipe C.
1.11.
Pendekatan
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan agar masalah perancangan yang timbul selama proses mendesain Rumah Sakit Umum (RSU) Tarutung dapat diselesaikan sehingga menghasilkan desain yang diharapkan adalah sebagai berikut:
a. Studi Literatur mencakup karakteristik dan citra sebuah Rumah Sakit Tipe C, standar ruang-ruang dan fasilitas Rumah Sakit Tipe C beserta ruang-ruang penunjangnya, tipologi bangunan rumah sakit dan fasilitas pendukung, studi banding tema sejenis sebagai perbandingan dalam perancangan proyek nantinya serta standar peraturan dan kebijakan yang berlaku
b. Survey Lapangan mencakup survey lokasi site untuk mengetahui kondisi site, permasalahan dan potensi yang dapat menjadi prospek bangunan rumah sakit yang akan direncanakan, melakukan studi banding proyek sejenis dengan melakukan survey yang berhubungan dengan proyek sejenis sehingga dapat mengadopsi tipologi yang ada dari hasil survey dan melakukan wawancara dan kuisioner
1.12.
Lingkup dan Batasan
Secara garis besar, lingkup batasan pembangunan Rumah Sakit Umum Tarutung meliputi:
Bagaimana merencanakan sistem sirkulasi dalam rumah sakit seefisien mungkin agar segala aktivitas rumah sakit dapat berjalan dengan baik serta dapat memberikan fasilitas pelayanan berupa pelayanan medis yang cepat dan tepat
Bagaimana merencanakan sistem utilitas sebaik mungkin agar fungsi bangunan dapat berjalan lancar dan keberadaannya tidak mengganggu lingkungan di sekitarnya
Bagaimana merencanakan rumah sakit dimana setiap ruang, bentuk dan bahan yang digumakan dapat berfungsi secara maksimal
Bagaimana menciptakan suatu kondisi dan suasana antara fisik bangunan dan ruang luar yang tercipta untuk membantu dalam penyembuhan
Bagaimana menciptakan rumah sakit yang efektif dan efisien dalam operasionalnya, baik bagi pegawai, pengunjung maupun bagi pasien1.13.
Kerangka Berpikir
Rumah Sakit Umum(RSU) Swadana Tarutung
Latar Belakang:
Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang penting keberadaannya bagi masyarakat
Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat Tarutung terhadap fasilitas kesehatan.
Sarana kesehatan di Tarutung masih terbatas pada puskesmas-puskesmas
Perlunya dilakukan pembangunan ulang Rumah Sakit Umum Tarutung
Ide / gagasan
Maksud:
Memberikan fasilitas yang maksimal, bermutu dan dapat menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan yang Paripurna dalam mewujudkan masyarakat sehat
Menjadi rumah sakit yang handal sehingga masyarakat tidak perlu mencari pelayanan kesehatan ke daerah yang lain
Memberikan suasana yang nyaman dan menghindari kesan monoton dan menyeramkan
Gambar. Skema Kerangka Berpikir Tujuan:
Meningkatkan fasilitas dan kualitas Rumah Sakit Umum(RSU) Tarutung secara sarana dan prasarana sehingga mampu bersaing dengan rumah sakit lain yang sejenis
Mengubah/memperbaharui bengunan Rumah Sakit Umum(RSU) Swadana Tarutung yang sudah tua dan sudah tidak layak sebagai rumah sakit
Menyediakan sarana kesehatan dengan mutu yang baik dan dapat dijangkau oleh masyarakat di sekiktarnya
Meningkatkan harapan hidup, menurunkan angka kematian dan angka kesakitan
Meningkatkan keinginan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara untuk berobat ke Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung
Data sekunder
Data Studi banding
Data StudiLiteratur
Survey
Data Primer
Data tentang jumlah sarana kesehatan
Data-data penyakit yang diderita
Data-data tenaga kesehatan dan pelayanan medis yang ada
Pengumpulan data
Lokasi
Tema Arsitektur Fungsional
Konsep
Fisik: Non Fisik:
- Site - Ruang dalam
- Bangunan - Ruang luar
- Struktur - Sirkulasi
Analisa
Fisik: Non Fisik: - Site - Pengguna - Bangunan - Aktifitas
- Program ruang
Pra perancangan
- penzoningan
- alternatif bentuk Rancangan Desain
1.14.
Sistematika Laporan
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan, pendekatan, lingkup kajian dan batasan, kerangka berpikir, sistematika laporan.
BAB II : TINJAUAN UMUM
Menguraikan tentang tinjauan terhadap rumah sakit, tinjauan umum terhadap Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung, tinjauan terhadap lokasi proyek, tinjauan khusus proyek dan studi banding proyek sejenis.
BAB III : TINJAUAN TEMA
Menguraikan tentang pengertian tema arsitektur fungsional, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul serta studi banding tema sejenis.
BAB IV : ANALISA
Menguraikan tentang analisa kondisi lingkungan dan potensi lahan, karakter lingkungan, peraturan bangunan sekitar, prasarana, karakter lingkungan, pemandangan, orientasi, lalu lintas, sirkulasi, organisasi ruang, program ruang dan
persyaratan teknis.
BAB V : KONSEP PERANCANGAN
Menguraikan tentang konsep dasar, rencana tapak (tata letak, gubahan massa, pencapaian, hirarki ruang, sirkulasi, parkir, utilitas, tata hijau), bangunan (bentuk, fungsi, sirkulasi, struktur dan konstruksi, bahan, desain interior, utilitas, , pentahapan pembangunan, penyelesaian ruang luar/lansekap)
BAB VI : HASIL RANCANGAN
Menguraikan tentang gambar-gambar hasil rancangan dan foto-foto Maket
BAB II
TINJAUAN PROYEK
2.2.
Tinjauan Terhadap Rumah Sakit
4.2.2. Terminologi Judul
Rumah sakit dalam kamus Bahasa Inggris berasal dari kata hospital adalah sebuah institusi perawatan kesehatan yang menyediakan tempat untuk pasien rawat inap dalam jangka waktu tertentu. Rumah sakit biasanya didirikan berdasarkan wilayah oleh suatu organisasi/lembaga kesehatan (baik profit maupun non-profit), badan asuransi maupun badan amal termasuk donator secara langsung bahkan organisasi keagamaan individu atau yayasan. Pengertian rumah sakit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri memiliki pengertian rumah atau tempat merawat orang sakit, tempat yang menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.
2.1.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas, rumah sakit mempunyai fungsi melaksanakan usaha pelayanan medis, melaksanakan usaha rehabilitasi medis, usaha pencegahan komplikasi penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan, melaksanakan usaha perawatan, melaksanakan pendidikan dan latihan medis dan para medis, melaksanakan sistem rujukan, berperan sebagai tempat penelitian.
2.1.3. Klasifikasi Rumah Sakit
2.1.3.2. Klasifikasi rumah sakit menurut jenisnya
a. Rumah sakit umum
mangatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan pertolongan pertama. Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu negara dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium dan sebagainya. Rumah sakit umum juga membuka pelayanan kesehatan tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarskat umum, biasanya terdapat beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit.
b. Rumah Sakit Khusus/Terspesialisasi
Didefinisikan sebagai unit pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan masalah spesifik seperti trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit mata, rumah sakit gigi dan mulut dan sebagainya.
c. Rumah Sakit Penelitian/Pendidikan
Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk penelitian dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru.
d. Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan
e. Klinik dan Puskesmas
Merupakan fasilitas dengan lingkup yang lebih kecil dari sebuah rumah sakit yang hanya melayani keluhan tertentu. Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut poliklinik.
2.1.3.2. Klasifikasi rumah sakit berdasarkan kepemilikannya
a. Rumah Sakit Pemerintah
Adalah rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dan diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Rumah sakit ini umumnya bersifat nonprofit.
b. Rumah sakit non pemerintah (swasta)
Adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh yayasan, organisasi keagamaan atau oleh badan hukum lain dan dapat juga bekerjasama dengan institusi pendidikan. Rumah sakit ini dapat bersifat profit maupun nonprofit.
2.1.3.3. Klasifikasi rumah sakit berdasarkan kepemilikannya
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Adalah rumah sakit umum yang memberikan pelayanan dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan sub-spesialistik luas dengan kapasitas tempat tidur lebih dari 1000 tempat tidur dan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi tingkat nasional.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
minimal sebelas spesialistik dan sub spesialistik dengan kapasitas tempat tidur 500-1000 tempat tidur dan merupakan rumah sakit tingkat regional ( Propinsi ).
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Adalah rumah sakit umu yang memberikan pelayanan dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang spesialistiknya sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialistik dasar yaitu Spesialistik Penyakit Dalam, Spesialis Bedah, Spesialis Kebidanan/kandungan dan spesialis penyakit anak, lengkap dengan tempat tidur 100-400 tempat tidur dan merupakan rumah sakit tingkat wilayah (Kotamadya).
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Adalah rumah sakit umum yang bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan medik umum dan gigi. Kapasitas tempat tidur kurang dari 100.
2.1.3.4. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta
a. Rumah Sakit Umum Swasta Kelas Pratama
Merupakan rumah sakit umum dengan kemampuan pelayanan medis bersifat umum terhadap masyarakat dengan kapasitas tempat tidur minimal 50 tempat tidur.
b. Rumah Sakit Umum Swasta Kelas Madya
Merupakan rumah sakit umum dengan kemampuan pelayanan medis bersifat umum dan spesialistik empat dasar. c. Rumah Sakit Umum Swasta Kelas Utama
2.1.4. Bentuk-Bentuk Rumah Sakit
a. Village Form
Diatur seperti sebuah kota kecil dimana-koridor-koridor berhubungan dengan jalan dan unit-unit yang berubungan. Desain ini mudah untuk diubah; sangat cocok jika dana yang tersedia terbatas. Bentuk ini juga mudah dikembangkan karena desainnya yang tidak selesai dan dinding dapat dibongkar untuk pengembangan menjadi ruang terbuka. Bentuk ini membutuhkan lahan yang luas dan jika ruangan-ruangan yang ada diharapkan berkembang menjadi besar, jarak antar unit akan cukup jauh.
b. Modular Village
Selain sama seperti konsep village form, setiap unit harus tetap pada bentuk yang sudah ada sebelumnya. Bentuk ini berguna ketika modul-modul yang berulang dipakai. Akibatnya desain terlalu memaksakan bentuk-bentuk yang sama pada setiap unit. Beberapa unit mungkin akan cocok, tetapi beberapa unit lain akan terlalu kecil dan yang lainnya akan kelebihan ruang.
c. Finger Plan
memungkinkan untuk mendapatkan penghawaan dan pencahayaan alami.
d. Open-ended Finger
Bentuk ini memungkinkan pengembangan masing-masing blok pada waktu yang berbeda- beda, juga terbuka kemungkinan untuk penambahan lantai dengan memperhatikan koridor utama sebagai komponen utama yang sangat dibutuhkan. e. Block
Adalah bentuk untuk tapak yang terbatas. Sebagai rumah sakit yang berkembang secara vertikal, hubungan antar unit akan lebih sulitdan suatu unit mungkin akan ditempatkan di dua lantai.
f. Tower dan Podium Design
Unit-unit dengan daya dukung tinggi ditempatkan pada podium dan unit-unit yang jarang didatangi dan bentuknya tipikal dilokasikan pada tower. Tower ini menuntut penanganan mekanikal, elektrikal dan struktur juga lokasi lift dan fungsi-fungsi servis lainnya yang mungkin terbatas pada bagian tengah podium. Atap podium harus dibuat dengan material tahan api sehingga api tidak akan menyebar dari podium melalui dinding bagian luar dan jendela kearah tower. Jika tapak memungkinkan, ada baiknya menempatkan tower bersebelahan dengan podium; tidak tepat di atas podium.
g. Court Plan
memungkinkan adanya pencahayaan dan penghawaan alami. Lebih tepat diterapkan di daerah panas lembab. Bentuk ini mempunyai beberapa kekurangan, ruangan pada sisi sudut tidak akan mendapatka penerangan dan pengudaraan. Fasilitas-fasilitas yang menghadap ke taman tidak akan diperbesar tanpa memindahkan ruangan lain.
Pada kasus proyek ini, bentuk rumah sakit yang dipakai adalah bentuk open ended finger. Bentuk ini dipilih dengan maksud agar tercipta ruang-ruang di antara bangunan yang masih memungkinkan ruang-ruang dalam mendapatkan penerangan dan penghawaan alami. Di samping itu, bentuk ini juga tepat untuk lokasi perencanaan yaitu di Tarutung, yang memiliki kepadatan penduduk tidak tinggi.
2.6.
Tinjauan Umum Terhadap Lokasi Site
2.2.3. Tinjauan terhadap Kabupaten Tapanuli Utara
2.2.1.1. Visi dan Misi
Adapun visi pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara yang telah disepakati menjadi ajuan dalam penyelenggaraan pembangunan yaitu : “Mewujudkan kemakmuran masyarakat berbasis pertanian..”
Untuk mencapai visi tersebut maka disusun misi Kabupaten Tapanuli Utara sebagai berikut :
- Menempatkan sektor pertanian sebagai andalan perekonomian rakyat yang didukung sektor pariwisata, agroindustri, pertambangan dan energi.
- Menciptakan kondisi yang dinamis, bagi terjaminnya kesatuan dan persatuan yang harmonis
- Terciptanya pemerintahan yang baik (good govermance) bagi terjaminnya pelayanan masyarakat yang optimal
2.2.1.2. Strategi Pembangunan Daerah
Dalam rangka pencapaian visi dan misi tersebut di atas maka ditetapkan strategi pembangunan daerah Kbupaten Tapanuli Utara yaitu : mengoptimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan derajat kesehatan, peningkatan sarana dan prasarana, mengoptimalisasi kemitraan, peningkatan inisiatif dan prakarsa serta kerukunan hidup masyarakat dan peningkatan profedionalisme aparatur.
2.2.1.3. Banyaknya penduduk dan Jumlah Kecamatan
Tabel 2.1. Daftar kecamatan beserta jumlah desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara
No Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah
1 Parmonangan 8 - 8
2 Adian Koting 14 - 14
3 Sipoholon 11 1 12
4 Tarutung 23 7 30
5 Siatas Barita 12 - 12
6 Pahae Julu 18 1 19
7 Pahae Jae 12 1 13
8 Purbatua 11 - 11
9 Simangumban 7 - 7
10 Pangaribuan 19 - 19
11 Garoga 12 - 12
12 Sipahutar 22 - 22
13 Siborong-borong 18 1 19
14 Pagaran 12 - 12
15 Muara 15 - 15
Total 214 11 225
Sumber. Tapanuli Utara Dalam Angka 2010
2.2.1.4. Kebijakan Tata Ruang Kabupaten Tapanuli Utara
Di dalam hubungannya dengan struktur tata ruang regional, Kabupaten Tapanuli Utara difungsikan sebagai pusat kegiatan pengembangan budidaya pertanian dan perkebunan skala besar serta pariwisata. Struktur ruang daerah yang akan dituju adalah untuk mencapai pemerataan dan keseimbangan tingkat perkembangan antar wilayah. Hal demikian diwujudkan dengan pembentukan atau pengaturan orde-orde (tingkat pelayanan) simpul jasa distribusi dimana jasa distribusi orde satu pada sistem kabupaten merupakan pusat bagi pusat kabupaten.
mempunyai peran penting sebagai pengembangan wilayahnya tersebut.
a. Kota Pusat Hirarki I berpusat pada kecamatan Tarutung dengan fungsi hirarki sebagai kegiatan industri, pusat perdagangan dan jasa, permukimandan berfungsi sebagai pintu gerbang pemasaran antara wilayah dan wilayah kabupaten lain dan propinsi.
b. Kota Pusat Hirarki II berpusat pada Kecamatan Siborong-borong dan Kecamatan Garoga dengan fungsi hirarki sebagai kegiatan perdagangan dan jasa, permukiman, insudtri dan pusat pemerintahan kecamatan dengan skala pelayanan intra antar regional
c. Kota Pusat Hirarki III berpusat pada Kecamatan Adiankoting, Pangaribuan, Parmonangan, Sipoholon, Pahae Julu, Pahae Jae, Pagaran, Simangumban, Purbatua, Sipahutar dengan fungsi hirarki sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, permukiman, industri dan pusat pemerintahan kecamatan dengan skala pelayanan intra dan ekstra regional.
Tabel 2.2. Rencana sistem kota Kabupaten Tapanuli Utara
No Kecamatan
Orde Kota Arah Pengembagan
1 Parmonangan III Perkebunan, peternakan
2 Adian Koting III Perkebunan, tanaman pangan, industri, perikanan
3 Sipoltahon III Perikanan, industri
4 Tarutung I Tanaman pangan, perikanan, industri, pariwisata
5 Siatas Barita
6 Pahae Julu III Perkebunan, peternakan, perikanan, industri, pertambangan
7 Pahae Jae III Perkebunan, perikanan, industri 8 Purbatua III Hortikultura
9 Simang-umban
III Hortikultura
10 Pangaribuan III Perkebunan, tanaman pangan, industri
11 Garoga II Hortikultura, tanaman pangan, peternakan
12 Sipahutar III Hortikultura 13
Siborong-borong
II Hortikultura, peternakan, industri
14 Pagaran III Hortikultura, perkebunan 15 Muara III/Khusus Periwisata
2.2.1.5. Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Tapanuli Utara
Banyaknya sarana kesehatan di Kabupaten Tapanuli Utara dapat kita lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.3. Jumlah sarana kesehatan menurut kecamatan dan
jenis sarana
No Kecamatan
Rumah Sakit Umum Puskesmas Pus-kesmas Pem-bantu Pon-dok Bersa lin Desa/ Polik linik Posy-andu Bi-asa Ra wat Ngi nap
1 Parmonangan - 2 - 3 10 23 2 Adian Koting - 1 - 6 13 27 3 Sipoltahon - 2 - 5 16 40 4 Tarutung 1 1 - 5 34 40 5 Siatas Barita - 1 - 4 12 16 6 Pahae Julu - 1 - 4 13 24 7 Pahae Jae - - 1 1 13 18 8 Purbatua - 1 - 1 8 14 9
Simang-umban
- 1 - - 6 9
10 Pangaribuan - 1 1 7 18 37 11 Garoga - - 1 6 9 14 12 Sipahutar - - 1 3 14 27 13
Siborong-borong
- 1 1 6 27 47
14 Pagaran - - 1 5 12 24 15 Muara - 1 - 3 9 20
Total 1 13 6 59 214 380
Sumber. Tapanuli Utara dalam angka 2010
2.2.4. Tinjauan terhadap Kecamatan Tarutung
dengan 99004’ Bujur Timur. Secara administrasi Kecamatan Tarutung berbatasan dengan :
-
Sebelah Utara : Kecamatan Sipoholon-
Sebelah Timur : Kecamatan Pahae Jae-
Sebelah Selatan : Kecamatan Adiankoting-
Sebelah Barat : Kecamatan Siatas Barita dan Sipahutar2.2.2.1. Rencana Pengembangan Sarana
a. Sarana Pendidikan
Berdasarkan pada standar kebutuhan fasilitas pendidikan dengan menggunakan proyeksi jumlah penduduk, maka kebutuhan akan fasilitas pendidikan di Kecamatan Tarutung untuk Sekolah Dasar (SD) sebanyak 26 unit, Sekolah Menengah Perrtama (SMP) sebanyak 3 unit dan Sekolah Menengah Umum (SLTA) sebanyak 1 unit.
b. Sarana Kesehatan
Berdasarkan pada standar kebutuhan fasilitas kesehatan dengan menggunakan proyeksi jumlah penduduk sebagai dasar perhitungan maka kebutuhan akan fasilitas kesehatan di kecamatan Tarutung untuk rumah sakit sebanyak 1 unit dan perlu dilakukan pengembangan, posyandu sebanyak 13 unit.
c. Sarana Peribadatan
Mayoritas Kabupaten Tapanuli Utara beragama Kristen dan oloeh karena itu, fasilitas peribadatan lebih diarahkan kepada penyediaan gereja.
d. Sarasna Perekonomian
pasar lingkungan. Begitu juga penyediaan pasar di Kecamatan Tarutung pada tahun perencanaan diperlukan penambahan sebanyak 1 unit pasar lingkungan demi memenuhi kebutuhan penduduk.
2.2.2.2.
Rencana Pengembangan Prasarana a. Sistem TransportasiSistem transportasi di Kabupaten Tapanuli Utara didominasikan oleh transportasi darat yaitu jaringan jalan yang menghubungkan antar kabupaten maupun beberapa kecamatan wilayah kabupaten ini. Salah satu indikasi program untuk pembangunan jaringan jalan yang tercantum pada RTR Pulau Sumatera salah satunya adalah :
- Pembangunan jaringan jalan pengumpan yang menghubungkan Lintas Barat-Lintas Tengah dan/Lintas Timur dengan prioritas tinggi yang menghubungkan kota-kota di Pulau Sumatera salah satunya adalah ruas jaringan jalan yang menghubungkan Sibolga-Tarutung-Pematang Siantar-Tebing Tinggi.
- Peningkatan dan pemeliharaan jaringan jalan yang menghubungkan Kota Tarutung ke arah Barat Daya, melewati Kecamatan Adiankoting hingga Kota Sibolga di Kabupaten Tapanuli Tengah.
b. Sistem Prasarana Air Bersih
Kabupaten Tapanuli Utara telah berdiri Perusahaan Air Minum Mual Natio PDAM ini telah mendistribusikan air minum ke lima kecamatan yakni Kecamatan Tarutung, Sipoholon, Muara, Pangaribuan dan Pahae Jae.
c. Sistem Prasarana Telekomunikasi
d. Sistem Prasarana Listrik
Sumber energi listrik tersebar di Kecamatan Tarutung, Garoga, Sipoholon, Adiankoting dan Pahae Julu dengan daya yang telah dimanfaatkan sebesar 19.367 MW dengan pusat gardu induk terletak di Kecamatan Tarutung. e. Sistem Persampahan
Prasarana persampahan seperti TPA,TPS serta tempat penampungan sampah masyarakat lainnya belum tersedia di Kecamatan Kabupaten Tapanuli Utara. Di Kecamatan Tarutung sistem pembunangan sampah masih secara swadaya. Sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga rata-rata dibakar, dikubur atau bahkan kebanyakan masyarakat membuang sampahnya ke sungai atau lahan kosong.
f. Sistem Prasarana Drainase
Rencana pengembangan sistem drainase di wilayah perencanaan umumnya terbagi menjadi 2 yaitu :
- Arahan Pengembangan Sistem Drainase Utama (mayor drainase)
Sistem ini adalah sistem drainase penyalur dari drainase pengumpul ke daerah outfull yaitu saluran alam dan laut. Pengadaan saluran drainase mengikuti aliran sungai yang tersebar di wilayah perencanaan Aek Garut, Aek Situ Mansi dan Aek Sigeon.
2.7.
Tinjauan Umum Terhadap Rumah Sakit Umu Swadana Tarutung
2.3.3. Data Non Fisik2.3.1.6. Sejarah singkat Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung
Rumah Sakit Umum (RSU) Swadana daerah Tarutung berdiri tahun 1918 oleh Zending Jerman. Pada masa itu, di seluruh wilayah Tapanuli bahkan di seluruh Sumatera Utara belum ada pelayanan kesehatan melalui rumah sakit. Pelayanan yang diberikan oleh petugas Zending Jerman bersifat murni sosial. Tahun 1952, rumah sakit ini dikelola oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara walaupun sebagian tenaga masih disumbangkan oleh Zending Jerman, sebagai rumah sakit tipe D. Mulai era tahun 1980-an, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara memberikan beban target Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi RSUD Tarutung yang berakibat pelayanan demi pelayanan diatur dengan Peraturan Daerah (PERDA).
Pada tahun 1984, RSUD ditetapkan menjadi RSUD Kelas C dengan pelayanan oleh empat dokter spesialis dasar, di samping dokter umum dan dokter gigi. Pada tanggal 26 Desember 2000, status RSUD Tarutung disahkan menjadi Rumah Sakit Kelas B sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Nomor : 1809/Menkes- Kessos/SK/XII/2000. Pada tahun 2003, melalui perda No. 07 tahun 2003 sistem pengelolaan keuangan RSU Tarutung berubah dari sistem pengelolaan secara APBD menjadi sistem pengelolaan secara Swadana. Dengan demikian sejak tahun 2003, nama RSU Tarutung berubah menjadi RSU Swadana Daerah Tarutung.
2.3.1.7. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Swadana
Tarutung
RSU. Swadana Daerah Tarutung merupakan pelayanan pusat rujukan kesehatan di Kabupaten Tapanuli Utara dan salah satu Rumah Sakit Swadana yang ada di Indonesia setelah diberlakukannnya Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor : 07 Tahun 2003 tentang Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor : 07 Tahun 2003 menetapkan diantaranya Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi serta Struktur Organisasi RSU Swadana Daerah Tarutung.
b. Tugas
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor : 07 Tahun 2003, Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan, sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
c. Fungsi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor : 07 Tahun 2003 tentang Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung yang mengemban tugas membantu Bupati Tapanuli Utara dalam menyelenggarakan pemerintah daerah kesehatan dengan fungsi sebagai berikut : - Menyelenggarakan Pelayanan Medis
- Menyelenggarakan Pelayanan Penunjang Medis Dan Non Medis
- Menyelenggarakan Pelayanan Asuhan Keperawatan (Askep)
- Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan
- Menyelenggarakan Administrasi Umum, Keuangan dan Kepegawaian
2.3.1.8. Jumlah tempat tidur pelayanan rawat inap
Jumlah tempat tidur yang tersedia di Rumah Sakit Umum Swadana tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.4. Jumlah Tempat Tidur rawat inap Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Tahun 2010
N o
Ruang Perawatan
JUMLAH TEMPAT TIDUR Super
VIP
VIP Uta
ma Kelas I Kelas II Kelas III TO- TAL
1 Melati - 12 - - - - 12 2 Dahlia - 10 - - - - 10 3 Mawar - 10 - - - - 10 4 Anggrek
Bedah
1 8 - - - - 9
5 Cemara - - - - 8 4 12 6 Flamboyan - - - - 12 - 12 7 Aster Bedah - - - 20 20 8 Neurologi 1 - - - 8 6 15 9 Kebidanan - - - 4 4 8 16 10 Neonaty/
Perinatal
- - 6 - - - 6
11 ICU - - 8 - - - 8 12 ICCU - - 4 - - - 4 13 Anak - - - 6 6
TOTAL 2 40 18 4 32 44 140
Sumber. Tarutung Dalam Angka Tahun 2010
2.3.1.9. Jenis-Jenis penyakit dan Jumlah Penderita
[image:34.595.204.534.275.622.2]Tabel 2.5. Jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan yang berobat di Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung menurut jenis penyakit.
No Jenis Penyakit Rawat
Inap
Rawat Jalan
TOTAL
1 Dyspepsia (gangguan pencernaan)
248 1.770 2.018
2 Bronchitis (radang cabang tenggorokan)
73 1.768 1.841
3 Hypertensi (tekanan darah tinggi)
149 1.500 1.649
4 Chronic Obstructive Pulmonary Disease (penyakit peru-paru)
96 1.440 1.536
5 Vulnus Laceratum (luka akibat goresan dan agak dalam)
87 1.300 1.387
6 Typhoid (tipus) 216 840 1.056 7 V. Excoriatie 78 964 1.042 8 Gastroenteritis (radang
pencernaan)
157 798 955
9 Jantung Koroner (penyumbatan pembuluh darah)
92 689 781
10 Trauma Kapitis (cedera kepala)
89 670 759
11 Khock Pul Molum 73 503 576 12 Apendisitis (usus buntu) 65 178 243 13 Hepatitis (radang hati) 76 118 194
TOTAL 1.499 12.538 14.037
Sumber. Tapanuli dalam angka tahun 2010
2.3.1.10. Jenis-Jenis penyakit dan Jumlah Penderita
Tabel 2.6. Jumlah Tenaga Kesehatan Tarutung
No Profesi Tenaga Kesehatan Jumlah
1 Dokter Umum 2
2 Dokter Spesialis -
3 Dokter Gigi 1
4 Medis 3
5 Paramedis Perawatan 78
6 Paramedis Non Perawatan 3
7 Non Kesehatan 6
8 Bidan 46
9 Akbid/ Academy of Obstctrics 20
10 Akper/ Academy of Nursing -
TOTAL 159
Sumber. Tapanuli Dalam Angka 2010
2.3.4. Data Fisik
Gambar2.1. Site Plan Rumah Sakit Umum
Swadana Tarutung
[image:37.595.262.458.373.739.2]2.3.2.4. Foto-Foto Suasana Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung
Gambar 2.2. Foto Gedung ICCU
Gambar 2.4. Foto Gedung Instalasi Gizi
Gambar 2.5. Foto ruang rawat inap neurologie
Gambar 2.7. Foto gedung instalasi bedah sentral
Gambar 2.8. Foto gedung rawat inap bedah
Gambar 2.10. Foto gedung transfusi darah
Gambar 2.12. Foto koridor rumah sakit
2.3.2.3. Keadaan Umum Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung
Bangunan Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung sudah sangat tua dan sudah banyak kerusakan. Fasilitasnya juga tidak memadai.
[image:41.595.255.472.160.495.2]
Gambar 2.13. Bekas rumah penduduk yang dijadikan sebagai kamar jenazah (atas) dan bangunan yang sudah rusak (bawah)
Gambar 2.14. Tanaman yang kurang dari segi perawatan dan penataannya
2.8.
Tinjauan Khusus
2.4.5. Deskripsi Proyek
Lokasi : Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Judul proyek : Rumah Sakit Umum Tarutung
Tema : Arsitektur Fungsional Sifat Proyek : Fiktif
Pemilik : Swasta Luas Lahan : ± 8 ha
2.4.6. Batas-Batas Site
Batas-batas site adalh sebagai berikut :
- Batas sebelah Utara : Desa Siwaluompu
- Batas sebelah Timur : Jalan Sisingamangaraja Tarutung - Batas sebelah Selatan: Gedung Sekolah SMU HKBP Tarutung - Batas sebelah Barat : Kompleks Akademi Keperawatan Tarutung
2.4.7. Lokasi Site
[image:43.595.137.528.223.731.2]Gambar 2.15. Lokasi Site
Gambar. Peta Provinsi Sumater Utara
2.4.8. Kriteria Site
Kriteria pemilihan lokasi untuk Rumah Sakit Umum Tarutung yang akan direncanakan antara lain lokasi sesuai dengan arah pengembangan daerah yang telah ditetapkan oleh pemerintah, lokasi terletak dekat dengan pusat pemerintahan, berada pada lokasi yang prasarana kotanya lengkap seperti telepon, air, listrik dan saluran pembuangan kota, terletak jauh dari pemukiman padat dan terletak di perbukitan sehingga udara yang diperoleh sejuk dan lokasi site terletak jauh dari jalan ramai sehingga dapat menghindari polusi udara karena sifat udara di rumah sakit harus bersih
2.9.
Studi Banding Proyek Sejenis
2.5.3. Rumah sakit St. Carolus Salemba, Jakarta
[image:44.595.150.536.333.651.2]
Lokasi : Jln. Salemba Raya 41 Jakarta Pusat Tahun Pengerjaan : 2008
Pemilik Proyek : St. Carolus Salemba Jakarta Kapasitas Bed : 420 TT
Luas Bangunan : 10.812 m2
Sumber : google.com
Luas Lahan : 11.347 m2
Partner Struktur : PT. Metromedia Elmeka Engineering
Konsep perancangan Masterplan RS St. Carolus Salemba ini ditekankan pada konsep pengembangan fasilitas dan fungsi di atas lahan yang terletak di tengah kawasan ibukota. Konsep ini juga diarahkan pada maksimalisasi pemanfaatan lahan yang ada, optimalisasi fungsi-fungsi dan penyesuaian zonasi, serta pentahapan pembangunan secara inkremental tanpa mengganggu pelayanan.
Konsep pengembangan dibagi menjadi dua aksis utama yaitu symbolic spine berupa ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai paru-paru rumah sakit. Dan juga functional spine berfungsi sebagai aksis pelayanan dan sirkulasi rumah sakit. Sebagai jawaban atas berbagai tantangan yang berkaitan dengan kepadatan area urban metropolitan, strategi penataan lahan ditujukan untuk mempertahankan ruang hijau dengan luasan yang sangat memadai. lingkungan terbuka dengan ragam vegetasi ini berfungsi sebagai buffer zone, penahan dan peredam berbagai aktivitas kota yang berdampak pada beragam polusi.
Mengikuti arus perkembangan kebutuhan masyarakat urban metropolitan dengan segala aspek dan urgensinya, gugus gugus bangunan tampil saling bertaut dalam citra modern, bersih serta efisien sebagai bagian dari misi dari sebuah lembaga penyedia layanan kesehatan. Citra bangunan yang modern terlihat dari permainan double facade, dengan penggunaan material kaca dan metal, namun tetap memperhatikan sisi-sisi tropis bangunan dengan adanya penggunaan shading.
kawasan Salemba kawasan memorabilia kebanggaan Jakarta, sehingga diantara penyelesaian modern itu masih ditampilkan gagasan asli kompleks lama yang bisa dirasakan misalnya pada gerbang sirkulasi dan penyelesaian bentuk atap, sehingga memberikan memori kepada warga akan keberadaan salah satu rumah sakit terkemuka di Jakarta.
[image:46.595.157.525.212.465.2]2.5.4. Women and Children's Hospital
Gambar 2.17. Fasad Rumah Sakit St. Carolus Salemba, Jakarta
Sumber : google.com
Lokasi : Jln. Golf Gading Boulevard Jakarta Tahun Pengerjaan : 2008
Pemberi Tugas : PT. Bhakti Karya Vita Kapasitas Bed : 55 TT
Luas Bangunan : 1.024 m2
Luas Lahan : 11.347 m2
Jumlah Lantai : 4
Woman and Children's Health Care St. Carolus Summarecon merupakan rumah sakit dengan target pelayanan khusus dimana seluruh fasilitas fungsi dan ruang diwadahi dalam sebuah gugus bangunan 4 lantai. Bangunan utama 4 lantai ini dikembangkan dengan menitikberatkan pada aspek efisiensi lahan.
Luasan bangunan hanya memakai kurang dari 10 % dari luas keseluruhan lahan. Pendekatan ini menghasilkan ruang hijau yang berfungsi sebagai sarana parkir dan sirkulasi kendaraan yang cukup luas, serta memberikan kemungkinan pengembangan kapasitas bangunan di masa yang akan datang dengan menggunakan lahan yang masih tersedia tersebut.
Kelancaran sirkulasi kendaraan dan nuansa hijau menjadi fokus berikutnya dalam pengembangan RS St Carolus Summarecon Serpong ini. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah parkir on ground serta pepohonan yang berada pada area parkir tersebut. Penampilan modern minimalis yang dipadu dengan pengolahan tekstur disertai oleh material dimaksudkan untuk menyampaikan sitra profesionalisme serta stndar pelayanan yang disediakan.
BAB III
TINJAUAN TEMA
3.6.
Pengertian Arsitektur Fungsional
3.1.3. Pengertian Arsitektur
a. Menurut W.J.S. Porwadarminta “Kamus Bahasa Indonesia”
Arsitektur adalah suatu lingkungan binaan yang dibuat oleh manusia dan menjadi tempat manusia untuk melakukan segala aktivitas/kegiatannya. Arsitektur juga merupakan seni bangunan/gaya bangunan.
b. Menurut Le Corbusier
Arsitektur adalah pengaturan massa yang dilakukan dengan tepat, penuh pemahaman dan magnifisien. Massa itu disatukan dan ditonjolkan dalam suatu penyinaran cahaya, kubus, kerucut, silinder, piramid, yang merupakan bentuk-bentuk primer yang kegunaannya jelas. Oleh adanya penyinaran cahaya, massa tersebut merupakan bentuk yang paling indah.
c. Menurut Louis I Khan
Arsitektur adalah pemikiran-pemikiran yang matang dalam pembentukan ruang. Pembaharuan arsitektur secara menerus disebabkan adanya perubahan konsep ruang.
d. Menurut Y.B. Mangunwijaya
Berarsitek berarti berbahasa dengan ruang dan gatra, serta dengan garis dan bidang
3.1.4. Pengertian Fungsi
Dalam dunia arsitektur, fungsi memiliki arti dan posisi amat penting. Fungsi sering dipakai oleh arsitek untuk mengukuhkan perancangannya, meski kedengarannya aneh karena kita sering menemukan suatu fungsi yang dapat menghasilkan berbagai bentuk yang berbeda.
dalam bahasa Indonesia akan berbunyi bentuk mengikuti fungsi. Dengan mengutamakan fungsi, proses perancangan bangunan tidak lagi dari luar ke dalam, tetapi dari dalam ke luar sesuai pernyataan Greenough tersebut.
Maka fungsional menurut Lois Sullivan terdiri dari segala sesuatu dalam rancangan bangunan harus terjadi dari kegunaannya, kegunaan-kegunaan terhadap suatu bangunan yang akan diajukan terdiri dari pertimbangan-pertimbangan dasar dan utama, bedakan bagian-bagian bangunan menurut maksudnya, sesuaikan strukturnya dengan kegunaan, rancang bangunan untuk kebutuhan-kebutuhan manusia, bentuk harus berasal dari permintaan-permintaan.
Fungsi adalah suatu hubungan yang komplek antara 6 unsur yaitu kebutuhan (needs), kegunaan (use), metode, asosiasi, estetik dan konsekuensi. Unsur-unsur fungsi dan penjelasannya sebagai berikut:
a. Kebutuhan
Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu syarat yang perlu dipenuhi oleh semua perancangan adalah kebutuhan yang untuknya suatu rancangan dibuat. Bila kebutuhan itu tidak terpenuhi, maka rancangannya tidak berkinerja. Kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Di luar itu, kita akan menambahkan kebutuhan masa kini seperti pendidikan misalnya. Daftar kebutuhan sekunder akan bertambah terus termasuk di situ keinginan untuk mencapai tujuan. Namun demikian, perancangan perlu meletakkan tuntutan-tuntutan tertentu sebagai syarat untuk dipenuhi oleh hasil rancangan.
b. Kegunaan
c. Metode
Metode adalah sutu proses yang melibatkan alat dan bahan. Konteks ini lebih sesuai dengan dunia rancangan produk atau kerajinan. Dalam arsitektur, alat dan bahan akan memiliki arti yang berbeda. Suatu rancangan yang tidak memenuhi kinerja dalam segi alat dan bahan akan sia-sia belaka.
d. Asosiasi
Asosiasi adalah suatu keadaan yang menghubungkan kita dengan keadaan atau gejala lain yang sebelumnya telah dikenal baik. Rancangan yang baik adalah rancangan yang membangkitkan asosiasi yang tidak menimbulkan penolakan dari pemakainya.
e. Estetik
Estetik merupakan suatu unsur dalam kompleks fungsi dalam kaitan rancangan yang berhubung dalam daya tarik. Keterkaitan terhadap mata atau indra lain yang dituju oleh suatu hasil buatan kita perlu menarik. Bila tidak, dia tidak akan memuaskan orang yang memakainya.
f. Konsekuensi
Rancangan yang dilaksanakan selalu berkonsekuensi terhadap sekitarnya. Pemakai rancangan maupun lingkungan akan menerima konsekuensi tersebut. Dari segi pemakai, rancangan yang baik adalah yang mampu mencerminkan makna sosial dan budaya dalam zaman yang menghasilkannya. Dari segi lingkungan rancangan perlu mencerminkan pemikiran penghematan sumber daya alam dan pemudahan penyembuhan bagi kerusakan di tapak.
Dari pengertian-pengertian diatas, maka Arsitektur Fungsional berarti suatu lingkungan binaan yang dibuat oleh manusia yang secara tidak
langsung menjelaskan “apa yang akan ada di dalam bangunan” beserta
hubungan antar ruang dan manusia, jumlah dan karakteristiknya (William Caudil dan John Focke).
3.7.
Interpretasi Tema Arsitektur Fungsional
Arsitektur fungsional adalah suatu bidang ilmu yang menerapkan disiplin ilmunya untuk mewujudkan bangunan yang lebih menekankan kepada kegunaan dan kebutuhan-kebutuhan manusia sehingga dapat beroperasi sebagaimana mestinya tanpa ada hambatan. Mempunyai ciri-ciri antara lain : kebutuhan pemakai harus diprioritaskan, bentuk berasal dari tuntutan fungsi atau penggunaannya, bagian-bagian bangunan dibedakan sesuai dengan tujuannya, struktur disesuaikan dengan fungsi dan penekanan pada penggunaannya.
Terlepas dari bentuk-bentuk yang diambil ada 5 jenis utama fungsionalisme yang tidak jauh berbeda satu sama lain, bahkan cenderung saling tumpah tindih:
a. Fungsional sebagai ulitarian (bentuk mengikuti fungsi)
b. Fungsional sebagai Konstruktifisme ( bentuk mengikuti struktur) c. Fungsional sebagai ekspresif (mempertontonkan kegunaan) d. Fungsional sebagai geometric (bentuk mendahului fungsi) e. Fungsional sebagai organik ( bentuk dan fungsi adalah identik) Karakteristik-karakteristik dari fungsional :
a. Fungsi adalah proses
Berpikir dari segi fungsional adalah berpikir dari segi proses. Adalah lebih baik memandangnya sebagai serangkaian kejadian. Ditinjau dalam cara ini, bangunan dirancang dan dievaluasi menurut pertimbangan-pertimbangan atas persoalan-persoalan seperti anggota-anggota struktu berhubungan timbal balik satu sama lain, bahan-bahan bangunan terkena pangaruh cuaca, bangunan berhubungan timbal balik dengan alam dan buatannya, orang-orang terlibat dengan transaksi-tansaksi perceptual dengan bangunan.
b. Fungsi adalah maksud
masing-masing dari fungsi jasmaniah memiliki sasaran-sasaran khusus sendiri terhadap kemana tujuan tersebut diarahkan.
c. Fungsi adalah keseluruhan
Suatu fungsi ada beberapa jenis keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan dari suatu fungsi terletak di dalam suatu proses. Apabila memperlihatkan keseragaman yang cukup untuk diasingkan dan dapat dikatakan berlangsung, maka itu adalah suatu totalitas atau kesatuan. Kesatuan fungsional ini meliputi keberadaan itu sendiri, cara operasinya dan tujuan terhadap mana ia diarahkan.
d. Fungsi adalah perilaku
Memandang dari segi fungsional adalah memandang caranya berprilaku. Hampir tidak mungkin memandang sebuah bangunan dari segi fungsional tanpa memikirkan bagaimana bangunan tersebut berfungsi dan berprilaku. Dari sudut fungsional tidak diperdulikan apakah sebuah bangunan terbuat dari kayu, baja atau beton. Bahkan atribut-atribut dari bahan-bahan ini hanya penting sepanjang bahan-bahan tersebut menentukan bagaimana bahan-bahan tersebut berprilaku.
e. Fungsi adalah pertalian
Suatu fungsi baik suatu proses ataupun sutu rangkaian, bukanlah suatu keseluruhan yang tidak dibedakan tetapi sesuatu yang kompleks, diperlihatkannya suatu derajat keterkaitan timbal balik yang tinggi. Sebuah bangunan tersusun dari bahan-bahan bangunan dari berbagai jenis yang dihubungkan sedemikian rupa dengan maksud memberikan komponen-komponen bangunan dan bahan-bahan tersebut sebaliknya bersama untuk membentuk ruang.
f. Fungsi adalah keperluan
suatu keperluan mutlak melainkan suatu keperluan bersyarat terhadap dan terikat kepada suatu fungsi.
3.8.
Tokoh Teori Tema Arsitektur Fungsional dan Penerapan pada
Bangunan
3.3.3. Pakar Teori Arsitektur Fungsional
a. Louis Sullivan
Kata form follows function itu diperkenalkan oleh Louis. Henri Sullivan pada tahun 1896 pada salah satu artikelnya The Tall Building Artistically Considered. Louis Sullivan adalah seorang arsitek Amerika yang dikenal
sebagai “Father of Modernism”. Salah satu murid Louis Sullivan yang
mengikuti jejaknya adalah Frank Lloyd Wright . Berikut ini adalah quote dari perkataan Sullivan secara lengkap :
It is pervading law of all things organic and inorganic Of all t hings physical and metaphysical,
Of all t hings human and all t hings super-human Of all true manifestations of the head,
Of the heart, of the soul,
That the life is recognizable in its expression That form ever follows function.This is the law.
Sebagai permulaan, Sullivan membangun sebuah skyscrapers di Chicago pada akhir abad ke-19. Karena desakan ekonomi dan lain sebagainya, maka Sullivan memandang perlu adanya perubahan gaya arsitektur dari gaya arsitektur sebelumnya. Oleh karena itu Sullivan membuat design sesuai dengan prinsip
yang ia buat sendiri “form follows function” yang sebagai tolak belakang dari
Gambar 3.1. Arsitek Louis Sullivan
b. Frank Lloyd Wright
Frank Lloyd Wright adalah salah sat u anak didik Louis Sullivan. Sedikit banyak, ia juga menggunakan prinsip - prinsip form follows function. Tidak ada yang terbuang sia-sia dalam bangunan ini. Ornamentasi pun dimaksudkan untuk memberikan fungsi tertentu. Satu-satunya Skyscraper rancangan Wright yang berhasil diwujudkan adalah Price Tower (19 lantai) setinggi 67 m di Bartlesville,Oklahoma. Bangunan ini merupakan salah satu dari bangunan yang berorientasi vertikal hasil rancangan Wright (lainnya adalah Tower Penelitian SC Jonhson Wax di Racine,Wisconsin). Beberapa gaya yang diterapkan pada rancangan Wright adalah Shingle-style ( Frank Lloyd Wright Home and Studio, Unity Chapel ), Chicago School ( Charnley Residence ), Prairie Style ( Robie House, Wingspread), blok beton Western ( Millard, Arizona Biltmore Hotel ), Usonian (Turkel House), arsitektur plastis dan organik ( Guggenheim Museum ).
Prinsip-prinsip dari gaya arsitektur organik :
a. Kesederhanaan dan ketenangan. Prinsip ini berada dibelakang seni. b. Keterbukaan harus dimasukan kedalam struktur menjadi bentuk yang
terpadu sehingga menjadi jenis dekorasi yang alami dan tenang. c. Detail dan dekorasi dikurangi dan bahkan fixtures,gambar dan mebel
d. Ada banyak gaya rumah. Prinsip ini memungkinkan ekspresi dari kepribadian masing-masing klien,walaupun rancangan wright selalu memberikan kontribusi yang signifikan.
e. Korelasi alam,topografi dengan arsitektur sebuah bangunan yang didirikan harus selaras dengan lingkungan di sekitarnya.
f. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan harus selaras dengan warna alam.
[image:55.595.164.536.282.720.2]g. Sifat bahan. Kayu harus seperti kayu dan batu bata harus seperti batu bata,warna dan tekstur mereka tidak boleh berubah.
3.3.4. Penerapan Tema Arsitektur Fungsional pada Bangunan
[image:56.595.276.419.127.313.2]a. Bangunan Geomedis karya Fullers
Gambar 3.3. Bentuk bangunan Geomedis karya Fullers
Fungsionalisme di dalam arsitektur adalah prinsip arsitek yang mendisain
suatu bangunan didasarkan pada tujuan dan fungsi bangunan tersebut. Pada
awal abad ke 20, Chicago dengan arsitek Louis Sullivan mempopulerkan
ungkapan ' bangunan yang mengikuti fungsi' untuk menangkap suatu ukuran,
ruang dan karakteristik dalam bangunan harus terlebih dahulu di tujukan
semata-mata kepda fungsi dari bangunan tersebut. Implikasi bahwa jika aspek
yang fungsional dicukupi, keindahan arsitektur akan secara alami mengikuti.
Akar dari arsitektur modern adalah arsitek Franco-Swiss dan arsitek Le
Corbusier juga arsitek Jerman Mies van der Rohe. Kedua-Duanya adalah
functionalists sedikitnya kepada tingkat bangunan mereka yang mengutamakan
penyederhanaan dari gaya sebelumnya yaitu kaya klasik. Pada tahun 1923
Mies van d Rohe sedang bekerja di Weimar Jerman, dan telah memulai karier
nya dalam memproduksi secara radikal bangunan sederhana, struktur yang
terperinci yang tidak bisa dipisahkan dari keindahan arsitektural. Corbusier
dengan sangat baik berkata " suatu rumah adalah suatu mesin untuk ditinggali";
b. Menara Helsinki Olympic Stadion
Gambar 3.4. Menara Helsinki Olympic Stadion (Y. Lindegren & T.Jäntti, dibangun pada tahun 1934-1938)
Pada pertengahan tahun 1930 functionalism mulai dibahas sebagai suatu pendekatan estetik bukannya sesuatu disain yang integritas. Gagasan untuk functionalism adalah tidak adanya barang-barang perhiasan atau ukiran seperti dalam arsitektur klasik. Ini bisa kita lihat dalam bangunan berbentuk silinder karya Fullers.
3.9.
Keterkaitan Tema dengan Judul
Konsep fungsional menyatakan secara tidak langsung sekumpulan tata cara memecahkan masalah arsitektural, oleh karena itu:
a. Diperlukan suatu pengurangan penekanan akan hal konkrit demi kepentingan hal-hal abstrak
b. Konsep fungsional memerlukan suatu tingkat kejelasan yang tinggi, seperti juga variabel-variabel penting dan sifat dari hubungan antar variabel-variabel tersebut
c. Konsep fungsional memerlukan tidak hanya suatu keasyikan, tetapi suatu kejelasan akan persepsi dari totalitas
kenyamanan para pemakai. Rumah Sakit merupakan bangunan yang mempunyai fungsi yang sangat jelas, pengguna yang sudah pasti serta kebutuhan ruang yang sudah mempunyai standard ukuran tertentu. Dalam mendesain suatu rumah sakit, lebih diutamakan aspek efisiensi. Oleh karena itu, tema arsitektur fungsional cocok untuk diterapkan dalam merencanakan suatu Rumah Sakit.
3.10.
Studi Banding Tema Sejenis
a. Dr. Edith Fransworth House arsitek Mies Van der Rohe
Pada bangunan ini jelas terlihat adanya sikap Mies Van der Rohe yang konsisten dengan konsep kesederhanaan, komposisi bidang, garis horizontal dan vertikal dibentuk oleh elemen fungsional bangunan (kolom, bidang, balok dan lain-lain). Kaca berfungsi sebagai jendela juga sebagai dinding antar ruang dalam dan ruang luar. Lantai utama diangkat dari permukaan tanah tidak terlalu tinggi membentuk kolong yang kemungkinan mendapat inspirasi dari rumah tradisional yang baik untuk menghindari kelembapan.
[image:58.595.136.530.514.649.2]Di depan sebelum teras terdapat pelataran sejajar yang juga diangkat tetapi lebih rendah dari lantai utama. Unsur lantai, pelataran, atap datar dan tangga yang disusun dalam konstruksi yang memberi kesan melayang ringan menjadi bagian horizontal dalam komposisi bidang, sedangkan unsur vertikal dibentuk oleh bidang kaca dan kolom.
b. Kompleks Lincoln Center, arsitek Philiph Johnson bersama Harrison dan
Abraham
Kesederhanaan mengacu pada ruang dan elemen-elemen struktur dan konstruksi yang fungsional ciri dari modernisme dalam arsitektur, sangat terlihat jelas pada gedung-gedung dalam kompleks Lincoln Center, New York rancangan Philiph Johnson bersama Harrison dan Abraham tahun 1962 hingga 1966. Kompleks berfungsi sebagai kompleks pertunjukkan seni musik, opera dan teater terdiri dari tiga unit, semuanya berbentuk kotak atau blok. Ketiganya disatukan dan menghadap ke sebuah pelataran luas, satu unit di tengah, dua lainnya berhadapan. Unit di tengah digunakan untuk opera.
Wajah gedung ini terbentuk oleh enam kolom ramping menjulang ke atas hingga atapnya yang datar. Meskipun dalam bentuk yang sangat berbeda, kolom-kolom yang jumlahnya enam buah, berderet di bagian terdepan bangunan dan tangga melebar selebar pelataran mengingatkan pada bentuk monumental yang terkesan arsitektur Yunani. Di atas, kolom-kolom menumpu atap dengan lengkungan-lengkungan dan di antara dua kolom masing-masing terdapat bidang kaca dari bawah hingga atas. Dengan adanya bidang-bidang kaca dari bawah hingga atas maka bidang di dalamnya yang penuh dengan hiasan dinding, pada malam hari terlihat dari luar sebagai lukisan berbingkai kaca.
[image:59.595.173.498.523.708.2]BAB IV
ANALISA
4.18.
Analisa Tata Guna Lahan
Kecamatan Tarutung didominasi oleh tanah kosong
4.19.
Data Eksisting
Batas-Batas Site :
Sebelah Timur : Jalan Sisingamngaraja Tarutung Sebelah Selatan : Gedung SMU HKBP Tarutung
Sebelah Barat : Kompleks Akademi Keperawatan Tarutung Sebelah Utara : Desa Siwaluompu
Asrama Keperawatan
Perumahan
Jalan Sisingamangaraja
Jalan Sisingamangaraja Perumahan
4.20.
Analisa Kontur
[image:62.595.192.443.135.334.2]Gambar. Kontur Site
4.21.
Analisa Pencapaian
Site tidak bisa dicaqpai melalui jalan ini karena site berada di gunung
Pencapaian utama hanya melalui Jalan Sisingamangaraja yang merupakan jalan utama
Bila memungkinkan, pencapaian untuk bagian service dengan pengunjung sebaiknya dipisahkan
4.22.
Analisa Matahari
Intensitas sinar matahari tinggi pada siang hari. Matahari memiliki pengaruh yaitu :
1. Mempengaruhi termal bangunan
2. Dapat berfungsi untuk memberi penerangan alami
4.23.
Analisa View
Perumahan
View dari site ke luar dan dari luar ke site
berpotensi besar Permukiman desa dan lahan kosong
View dari site berpotensi besar sedangkan view ke dalam site sangat minim karena site yang terlalu tinggi
Asrama Keperawatan
View dari asrama terhadap site sangat besar potensinya karena lokasi asrama yang lebih tinggi
daripada site sedangkan view dari site sangat minim
Gereja
4.24.
Analisa Kebisingan
Apabila terjadi tingkat kebisingan maksimal secara tiba-tiba di daerah sekitar siter, hal tersebut tidak akan terlalu berpengaruh
terhadap site karena posisi site yang timggi. Tingkat kebisingan di Jalan Sisingamangaraja sedang karena rata-rata terdiri dari perumahan Tingkat kebisingan di Tarutung tidak terlalu tinggi karena rata-rata penduduk lebih sering berjalan keki atau naik angkutan umum dibandingkan menggunakan kndaraan pribadi Tingkat kebisingan yang terbesar letaknya jauh dari site yaitu di Jalan D.I. Panjaitan karena terdapat banyak terminal di sekitar jalan tersebut
Keterangan :
Tingkat Kebisingan rendah
Tingkat Kebisingan sedang
4.25.
Analisa Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan dipengaruhi oleh :
1. Hirarki jalan : jalan yang paling utama/paling lebar di sekitar site
2. Fungsi bangunan di sekitar site : dekat dengan permukiman yang mendukung fungsi bangunan
3. Sirkulasi : kendaraan dan pejalan kaki 4. Kondisi site/tapak
Permukiman desa dan lahan kosong
Perumahan
Gereja