• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi Jenis Burung Pada Komposisi Tingkat Semai, Pancang dan Pohon di Hutan Mangrove Pulau Sembilan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Inventarisasi Jenis Burung Pada Komposisi Tingkat Semai, Pancang dan Pohon di Hutan Mangrove Pulau Sembilan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten

Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km2 atau ± 9,67% dari total

luas wilayah kecamatan Pangkalan Susu (151,35 km2). Jumlah total penduduk di

Pulau Sembilan ini ± 2.047 dengan bermatapencarian antara lain sebagai pertani

sebanyak 413 KK, pengrajin 9 KK, pegawai negeri 19 KK, pedagang 29 KK,

supir angkutan 11 KK dan buruh 161 KK. Luas berdasarkan penggunaan lahan

antara lain sawah seluas 1,90 km2, tanah kering seluas 9,29 km2 dan lainnya

seluas 4,46 km2 . Selain itu masih tersisa hutan mangrove yang termasuk dalam

hutan sekunder.Hutan yang masih tersisa tersebut tidak termasuk dalam kawasan

hutan negara, melainkan lahan milik masyarakat.Namun, sebagian masyarakat

memelihara tegakan mangrove khususnya yang terletak pada areal kawasan

lindung seperti kanan kiri sungai dan tepi pantai (BPS, 2010).

Pengertian dan Fungsi Satwa Burung

Burung merupakan salah satu diantara kelas hewan bertulang

belakang.Burung berdarah panas dan berkembangbiak melalui telur.Tubuhnya

tertutup bulu dan memiliki bermacam-macam adaptasi untuk terbang.Burung

memiliki pertukaran zat yang cepat kerena terbang memerlukan banyak

energi.Suhu tubuhnya tinggi dan tetap sehingga kebutuhan makanannya

banyak(Ensiklopedia Indonesia, 1992).

Menurut Alikodra (2002), kawasan yang terdiri dari komponen-komponen

baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan sebagai

tempat hidup serta berkembang biaknya burung liar disebut habitat, dan

(2)

mempunyai fungsi dalam penyediaan makanan, air dan perlindungan. Lingkungan

tempat hidup dipengaruhi oleh enam komponen yaitu suhu, kelembapan, cahaya,

curah hujan, makanan, dan jumlah serta komposisis dari jenis satwa lain yang

berada di area tersebut.

Burung memiliki banyak manfaat dan fungsi bagi manusia, baik secara

langsung maupun tidak langsung.Manfaat dan fungsi burung secara garis besar

dapat digolongkan dalam nilai budaya, estetik, ekologis, ilmu pengetahuan dan

ekonomis (Yuda, 1995).

Manfaat dan fungsi burung secara nilai ekologisnya membantu

penyerbukan bunga (burung sesap madu), pemakan hama (burung pemakan

serangga atau tikus) dan penyangga ekosistem (terutama jenis burung pemangsa)

(Sozer, 1999). Nilai ekonomis tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan

makanan (daging, telur, sarang), diperdagangkan dan dipelihara oleh masyarakat.

Menurut Welty (1982), bulu burung yang indah banyak dimanfaatkan oleh

perancang mode untuk desain pakaian atau aksesori lainnya. Di daratan tinggi

Kalimantan, keberadaan burung dapat dijadikan kalender.

Keanekaragaman burung telah dapat diterima sebagai indikator yang baik

bagi keanekaragaman suatu komunitas secara keseluruhan. Burung dapat menjadi

indikator yang baik bagi keanekaragaman hayati dan perubahan lingkungan

(Bibby dkk., 2000).

Morfologi Burung

Burung termasuk dalam kelas Aves, sub filum vertebrata dan masuk ke

dalam filum Chordata, yang diturunkan dari hewan berkaki dua.Burung memiliki

(3)

tubuh serta mempengaruhi daya terbang, namun demikian meskipun semua

burung memiliki sepasang sayap, tidak semua jenis burung yang dapat

terbang.Burung juga memiliki paruh yang tersusun atas zat tanduk, bentuk paruh

dari jenis burung berbeda-beda yang disesuaikan dengan jenis makanannnya

(Radiopoetro, 1986).

Mackinnon et al., (1992) menyatakan bahwa burung mempunyai sepasang

kaki dengan bentuk dan ukuran kaki pada burung juga berbeda berdasarkan tipe

habitatnya.Kaki bagian bawah dan jari-jari kulitnya berzat tanduk keras. Ciri-ciri

utama dari kelas Aves adalah mempunyai bulu, anggota gerak depan telah

termodifikasi menjadi sayap, berenang dan bertengger, pada tungkai terdapat

sisik, rahang bawah tidak mempunyai gigi, tulang rangka kecil dan banyak

mengalami penyatuan.

Departemen Kehutanan (1992) juga menjelaskan bahwa semua jenis

burung dianggap berasal dari burung yang pertama yaitu Archaeopteryx yang kini

telah menjadi fosil, adapun ciri-ciri umum burung antara lain:

a.Burung memiliki kemampuan untuk terbang

b.Tubuh ditutupi oleh bulu kecuali kaki

c.Mempunyai paruh yang bervariasi (parot, lurus,sabit, panjang, ramping, dll.)

d.Makanan bermacam-macam tergantung habitat mulai dari jenis ikan, nektar,

serangga, biji-bijian, buah-buahan dan bangkai

e.Secara biologis perkembangbiakan burung hanya berbeda sedikit dengan

reptil, telur burung bentuknya mirip dengan telur reptil tetapi lebih berkapur

dan kulit lebih keras.

(4)

Sesuai dengan cara memperoleh makan Mackinnon et al., (1992)

menjelaskan bahwa burung pemangsa bercakar tajam serta berparuh tajam,

burung pengisap madu bertubuh kecil, untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan

disekitar bunga bermadu. Selanjutnya dijelaskan bahwa burung memiliki

kemampuan yang berbeda-beda dalam beraktifitas, termasuk memperoleh

makanannya, seperti burung rajawali bisa meluncur dan melayang, alap-alap

terjun dan menerkam mangsanya dan burung camar yang menangkap ikan dalam

air laut, atau burung hantu yang sanggup meluncur jauh tanpa mengeluarkan

suara.

Habitat

Burung sebagai salah satu komponen ekosistem memerlukan tempat atau

ruang untuk mencari makan, minum, berlindung, bermain dan tempat untuk

berbiak, tempat yang menyediakan kebutuhan tersebut dinamakan habitat (Odum

1993).Habitat secara sederhana dapat dikatakan tempat dimana satwa liar itu

berada.Satwa liar menempati habitat sesuai dengan lingkungan yang diperlukan

untuk mendukung kehidupannya. Habitat yang sesuai bagi satu jenis belum tentu

sesuai bagi jenis lain, karena setiap jenis menghendaki kondisi habitat yang

berbeda. Dilihat dari segi komponen penyusunnya habitat terdiri dari komponen

fisik dan biotik (Alikodra 2002).

Komponen fisik dan biotik ini membentuk sistem yang dapat

mengendalikan kehidupan satwaliar.Secara terperinci, komponen fisik terdiri dari

air, udara, iklim, topografi, tanah dan ruang.Komponen biotik terdiri dari vegetasi,

(5)

Keragaman Jenis Burung

Keragaman jenis dapat diartikan sebagai jumlah jenis diantara jumlah total

individu dari seluruh jenis yang ada. Keragaman akan cenderung lebih rendah

dalam ekosistem yang secara fisik terkendali dan lebih tinggi dalam ekosistem

yang diatur secara biologi. Keanekaan jenis di suatu wilayah ditentukan oleh

berbagai faktor.

Keanekaan jenis mempunyai sejumlah komponen yang dapat memberikan

reaksi berbeda-beda terhadap faktor-faktor geografi dan perkembangan fisik, salah

satu komponen utama tersebut adalah kekayaan jenis. Keanekaragaman jenis

burung cenderung lebih tinggi di dalam komunitas yang lebih tua dibandingkan

dengan di dalam komunitas yang baru terbentuk (Odum, 1993).

Menurut Indriyanto (2008), keragaman jenis dapat digunakan untuk

menyatakan stuktur komunitas dan dapat digunakan untuk mengukur stabilitas

komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil

meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya. keragaman jenis yang

tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi

karena terjadi interaksi yang tinggi antar jenis dalam komunitas tersebut.

keragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki

kompleksitas yang tinggi karena terjadi interkasi yang tinggi antar jenis dalam

komunitas tersebut.

Keanekaragaman jenis burung dipengaruhi oleh keanekaragaman tipe

habitat. Struktur vegetasi dan ketersediaan pakan pada habitat merupakan faktor

utama yang mempengaruhi keanekaragaman jenis di suatu habitat, sehingga

habitat dengan variasi vegetasi lebih beragam akan memiliki keanekaragaman

(6)

jenis burung yang lebih tinggi dibandingkan dengan habitat yang memiliki sedikit

jenis vegetasi (Tortosa, 2000).

Pengertian dan Fungsi Ekologis Mangrove

Mangrove merupakan formasi tumbuhan yang terdapat di sepanjang

daerah pantai maupun daerah muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut

air laut.Ekosistem hutan mangrove tumbuh di pantai atau di pantai yang berair

tenang.Mangrove mempunyai vegetasi yang khas dengan flora yang umumnya

berhabitus semak hingga pohon besar dan tingginya bisa mencapai 50-60 meter

serta hanya mempunyai satu stratum tajuk. Pada umumnya mangrove terdapat di

daerah yang tropis yang memiliki pantai terlindung di muara sungai dan goba

(lagoon), dimana air laut dapat masuk, di sepanjang lapisan pantai berpasir atau

berbatu maupun berkarang yang telah tertutup oleh lapisan pasir dan lumpur

(Istomo, 1992).

Mangrove adalah khas daerah tropis yang hidupnya hanya berkembang

baik pada temperatur dari 19° sampai 40°C dengan toleransi fluktuasi tidak lebih

dari 10°C. Hutan mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme

lain baik hewan darat maupun hewan air untuk bermukim dan berkembang biak

(Irwanto, 2006).

Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang mempunyai peranan

penting dalam upaya pemanfataan berkelanjutan sumberdaya pesisir dan laut,

yang memiliki fungsi penting sebagai penyambung ekologi darat dan laut, serta

gejala alam yang ditimbulkan oleh perairan, seperti abrasi, gelombang dan

badai.Disamping itu juga merupakan penyangga kehidupan sumberdaya ikan,

(7)

daerah asuhan (nursery ground) dan daerah mencari makan (feeding ground)

(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2009).

Pola Penyebaran Populasi

Secara umum populasi dapat dianggap sebagai suatu kelompok organisme

yang terdiri atas individu-individu yang tergolong dalam satu jenis atau varietas,

ekotipe, atau satu unit taksonomi lain yang terdapat pada suatu tempat. Populasi

memiliki karakteristik yang khas untuk kelompok yang tidak dimiliki oleh

masing-masing dari anggotanya.

Menurut Michael (1994), pola penyebaran bergantung pada sifat

fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri.

Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam

secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :

1. Penyebaran teratur atau seragam, dimana individu-individu terdapat pada

tempat tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada

persaingan yang keras sehingga timbul kompetisi yang mendorong

pembagian ruang hidup yang sama.

2. Penyebaran secara acak (random), dimana individu-individu menyebar

dalam beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya.

Penyebaran ini jarang terjadi, hal ini terjadi jika lingkungan homogen.

3. Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped), dimana individu-individu

selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri

secara terpisah.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian lainnya menemukan bahwa karyawan yang memiliki komitmen organisasi lebih tinggi jarang menunjukkan sikap dan perilaku kerja negatif yang

Mereka, di samping ada juga peranan dari golongan lain, secara tidak langsung ikut berpartisipasi dalam menumbangkan cengkeraman kekuasaan Tokugawa dan yang

Peneliti berusaha menganlisa dari tiga kali perubahan aturan yang mendasar yaitu adanya Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1996 tentang Pajak Penghasilan dari penghasilan

dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau.. untuk

Bisnis MLM yang booming dan mulai menjadi bagian dalam masyarakat tentu akan dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk menjual produk yang berkualitas buruk

hukum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak kelas II Bandung. 3) Untuk mengetahui gambaran yang komprehensif tentang hambatan. yang dialami dalam pelaksanaan program pendidikan

1) Fase eksplorasi, memfokuskan pada pengambilan keputusan klien seperti visi dan tujuan bisnis aplikasi yang dirumuskan dan diatur kembali. 2) Fase perencanaan,

d) penolakan terhadap upaya mempengaruhi atau penyampaian informasi. e) Individu tidak bersikap sama terhadap pesan/kampanye media, melainkan memiliki berbagai pesan yang