• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Hasil dan Identifikasi Landak Laut

Hasil identifikasi yang dilakukan di Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia Pusat Penelitian Oseanografi, Jakarta, adalah landak laut jenis Diadema setosum (Leske, 1778), filum Echinodermata, kelas Echinoidea, bangsa Diadematoida, suku Diadematidae, marga Diadema.

4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik

Hasil karakterisasi simplisia landak laut Diadema setosum meliputi dari pemeriksaan karakteristik landak laut secara makroskopik, pemeriksaan secara mikroskopik, pemeriksaan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut asam.

Pemeriksaan karakteristik secara makroskopik simplisia landak laut meliputi bau, warna dan ukuran. Simplisia memiliki aroma khas laut, berwarna abu-abu kehitaman, duri-duri dan cangkangnya memiliki ukuran beragam yaitu panjang duri landak laut 3-15 cm dan diameter cangkangnya antara 2-5 cm.

Pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia secara mikroskopik dilakukan untuk memperoleh identitas simplisia (kebenaran simplisia), yaitu fragmen pengenal yang spesifik dimana serbuk yang diperiksa memiliki tingkat kehalusan dan homogenitas yang baik. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia landak laut terlihat adanya spikula berbentuk kancing semu (pseudo-buttons), bentuk meja semu (pseudo-tables), bentuk piring (plates) dan bentuk akar (rods). Hasil mikroskopik dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 42.

Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui tentang besarnya kandungan air dalam simplisia, hal ini berhubungan dengan ketahanan simplisia selama masa penyimpanan. Kadar air simplisia cangkang dan duri landak laut adalah memiliki nilai kurang dari 10%, yaitu 7,987%. Penetapan kadar abu merupakan cara untuk mengetahui sisa zat yang tidak menguap selama pembakaran, abu dapat berasal dari bagian jaringan sendiri atau pengotor lain seperti garam. Nilai penetapan kadar abu total simplisia cangkang dan duri landak laut adalah 21,364% dan penetapan kadar abu yang tidak larut asam memiliki nilai 11,66%, nilai ini dianggap cukup tinggi karena cangkang landak laut mengandung mineral yang cukup banyak seperti kalsium. Kadar sari larut dalam etanol adalah 6,69% dan kadar sari larut dalam air 4,95%. Pengujian kadar sari yang larut dalam etanol dan larut dalam air dimaksudkan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dalam pelarut tersebut dan untuk memberikan gambaran awal sejumlah kandungan yang terkandung dalam simplisia. Hasil perhitungan karakterisasi simplisia landak laut dapat dilihat pada Lampiran 15, halaman 51. Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia cangkang dan duri landak laut dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil karakterisasi simplisia cangkang dan duri landak laut Diadema

setosum .

No. Karakteristik Simplisia Hasil (%)

1. Kadar air 7,987

2. Kadar sari larut dalam etanol 6,69

3. Kadar sari larut dalam air 4,95

4. Kadar abu total 21,364

4.3 Hasil Skrining Golongan Senyawa Kimia

Hasil skrining senyawa kimia terhadap simplisia dan ekstrak cangkang dan duri landak laut dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalamnya. Hasil skrining golongan senyawa kimia simplisia cangkang dan duri landak laut Diadema setosum dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil skrining golongan senyawa kimia simplisia cangkang dan duri landak laut Diadema setosum.

No Pemeriksaan Hasil 1. Alkaloid + 2. Flavonoid - 3. Glikosida + 4. Saponin + 5. Steroid/Triterpenoid + 6. Tanin - 7 Antrakuinon -

Keterangan : (+) = mengandung golongan senyawa (-) = tidak mengandung golongan senyawa

Hasil skrining golongan senyawa kimia pada serbuk simplisia cangkang dan duri landak laut Diadema setosum mengandung senyawa alkaloid, saponin, glikosida dan steroid/triterpenoid. Serbuk simplisia yang ditambah dengan pereaksi Dragendorff memberikan endapan jingga kecoklatan, dengan pereaksi Burchard memberikan endapan warna kuning kecoklatan dan dengan pereaksi Mayer terbentuk edapan putih, hal ini menunjukkan simplisia mengandung alkaloid. Alkaloid dianggap positif jika terjadi endapan pada paling sedikit dua atau tiga dari pereaksi yang ditambahkan (Depkes, RI., 1995). Penambahan pereaksi Liebermann-Burchard membentuk warna merah ungu menunjukkan

simplisia positif mengandung steroid/triterpenoid (Robinson, 1995). Saponin positif ditandai dengan terbentuknya busa lebih besar dari 1cm yang stabil dengan pengocokkan dengan air panas dan tidak hilang pada penambahan HCl 2N (Depkes, RI., 1995).

4.4 Hasil Ekstraksi

Ekstraksi dilakukan dengan cara perkolasi menggunakan pelarut n-heksana. Hasil ekstraksi dari 450 gram serbuk simplisia setelah dipekatkan dengan alat rotary evaporator diperoleh ekstrak kental sebanyak 4,0501 g. Penggunaan pelarut n-heksana untuk menarik senyawa kimia non polar, seperti triterpenoid dan steroid bebas.

Terhadap ekstrak n-heksana dilakukan analisis secara KLT dengan menggunakan fase diam silica gel 60 F254 dan fase gerak campurann-heksana-

etilasetat dengan perbandingan (90:10), (80:20), (70:30), (60:40) dan (50:50) dengan penampak bercak Liebermann-Burchard. Fase gerak yang memberikan hasil terbaik adalah n-heksana-etilasetat dengan perbandingan (60:40) karena menghasilkan pemisahan noda yang paling baik.

4.5 Hasil Isolasi Senyawa Steroid/triterpenoid Secara Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Hasil kromatografi lapis tipis preparatif dari ekstrak n-heksana cangkang dan duri landak laut Diadema setosum diperoleh satu pita berwarna biru, satu pita bewarna hijau dan satu pita bewarna merah ungu. Pita yang bewarna biru dan merah ungu dikerok dan direndam selama satu malam dalam metanol kemudian disaring lalu diuapkan dan diperoleh 2 isolat, selanjutnya masing-masing isolat

direndam dengan metanol dingin sehingga diperoleh kristal berwarna putih. Hasil isolasi senyawa steroid/triterpenoid dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 46.

4.6 Hasil Uji Kemurnian Kromatografi Lapis Tipis Dua Arah

Kromatografi lapis tipis dua arah dilakukan untuk memastikan kemurnian steroid/triterpenoid menggunakan sistem pengembang yang berbeda, yaitu fase gerak 1 n-heksana-etilasetat (60:40) fase gerak ke 2 benzen-etil asetat (70:30). Isolat yang diperoleh memiliki harga Rf 0,225 (biru) dan Rf 0,625 (ungu). Isolat bewarna ungu selanjutnya diidentifikasi secara Spektrofotometri ultraviolet (UV) dan Spektrofotometri inframerah (IR), isolat bewarna biru tidak dilakukan uji identifikasi karena isolat yang diperoleh hanya sedikit. Hasil uji kemurnian isolat 1 secara kromatografi lapis tipis dua arah dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 47 dan Hasil uji kemurnian isolat 2 secara kromatografi lapis tipis dua arah dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 48.

4.7 Hasil Identifikasi Isolat Dengan Spektrofotometer Ultraviolet (UV) Hasil isolasi menunjukkan absorbsi pada panjang gelombang 205 nm yang menunjukan adanya gugus kromofor. Gugus kromofor merupakan gugus tak jenuh (pada ikatan kovalen) yang bertanggung jawab terhadap terjadinya absorbsi elektronik (misalnya C=C, C=O dan NO2). Hasil identifikasi isolat secara spektrofotometri ultraviolet (UV) dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 49.

4.8 Hasil Identifikasi Isolat dengan Spektrofotometer Inframerah (IR)

Hasil spektrofotometer inframerah isolat menunjukkan pita serapan yang melebar pada bilangan gelombang 3410,15 cm-1 terdapat gugus -OH alkohol, gugus -OH tersebut dikuatkan oleh serapan C-O pada bilangan gelombang

1053,13 cm-1. Bilangan gelombang 1678,07 cm-1 adanya gugus C=C, dicocokkan dengan melihat CH-alifatis pada bilangan gelombang 2947,23 cm-1 yang diperkuat oleh puncak pada bilangan gelombang 1454,33 cm-1 menunjukkan adanya gugus metilen (CH2), puncak pada bilangan gelombang 1369,46 cm-1 menunjukkan adanya gugus metil (CH3). Hasil identifikasi isolat secara spektrofotometri inframerah (IR) dapat dilihat pada Lampiran 14, halaman 50. Hasil analisis spektrum inframerah senyawa steroid/triterpenoid dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil spektrum inframerah (IR) isolat a dari ekstrak n-heksana cangkang dan duri landak laut

No. Bilangan gelombang (cm-1) Gugus fungsi

1 3410,15 -OH 2 2947,23 C-H alifatis 3 1678,07 C=C 4 1454,33 -CH2 5 1369,46 -CH3 6 1053,13 C-O

BAB V

Dokumen terkait