• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil identifikasi Pusat Penelitian Biologi-LIPI terhadap sampel yang diteliti adalah jenis Sauropus androgynus Merr.

Hasil pemeriksaan makroskopik daun segar diperoleh identitas daun tunggal, bertangkai, ujung dan pangkal daun meruncing, pinggir daun rata; permukaan atas dan bawah rata, licin,warna hijau sampai hijau kecoklatan, tidak berambut; tulang daun jelas menonjol pada permukaan bawah.

Hasil pemeriksaan mikroskopik pada penampang melintang melalui tulang daun, tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel yang berbentuk segi empat, dinding tipis, kutikula tipis; sel epidermis bawah serupa dengan sel epidermis atas, terdapat banyak stomata pada epidermis bawah. Terdapat kristal oksalat berbentuk roset, jaringan bunga karang dan berkas pembuluh.

Pemeriksaan mikroskopik serbuk tidak dilakukan karena yang digunakan dalam penelitian adalah daun katuk segar.

Hasil penyarian 2,8 kg daun katuk segar dengan menggunakan pelarut etil asetat diperoleh zat warna hijau sebanyak 5,3 g dengan rendemen 0,19 %.

Berdasarkan orientasi yang dilakukan diperoleh hasil bahwa penyarian dengan etanol 96% menghasilkan ekstrak yang lebih pekat, perendaman selama 5 hari memberikan hasil yang paling baik karena zat warna tersari dengan maksimal dan pengeringan dilakukan dengan menggunakan hair dryer karena fraksi etil asetat dari daun katuk tidak tahan pemanasan. Warna yang dihasilkan menjadi

kuning kecoklatan ketika diuapkan dengan penangas air ataupun dengan rotary

evaporator, sehingga dipilih pengeringan dengan menggunakan hair dryer.

Pada proses formulasi sediaan tablet plasebo dari zat warna hijau daun katuk yang berasal dari bahan alam digunakan empat konsentrasi yaitu 0,5%, 1%, 1,25% dan 1,5%. Konsentrasi dipilih sampai konsentrasi 1,5% karena pada konsentrasi 1,5%, warna tablet sudah cukup pekat dan melebihi warna tablet hijau di pasaran. Sedangkan bahan pengisi yang digunakan adalah laktosa. Metode yang digunakan adalah metode granulasi basah. Penambahan zat warna dilakukan secara kering karena distribusi warna homogen.

Hasil uji preformulasi keempat formula plasebo dengan konsentrasi berbeda yaitu waktu alir, indeks tap, sudut diam memenuhi persyaratan. Hasil waktu alir, indeks tap, sudut diam dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Uji preformulasi formula plasebo

Formula Waktu Alir (detik) Sudut diam (o) Indeks tap (%)

F1 8,76 31,31 10,16

F2 5,3 30,96 6,5

F3 5,56 32,26 6,8

F4 8,63 32,61 9,6

Data tentang nilai kesukaan warna terhadap keempat perlakuan dapat dilihat pada histogrsm dibawah ini.

1.75 4.45 2.75 2.3 0 1 2 3 4 5 I II III IV N il a i k e s u k a a n w a r n a Perlakuan

Gambar 1. Histogram perlakuan terhadap nilai kesukaan warna

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa nilai kesukaan warna yang paling tinggi terdapat pada yaitu pada F2 (konsentrasi 1%) dibandingkan dengan F1 (konsentrasi 0,5%), F2 (konsentrasi 1,25%) dan F3 (konsentrasi 1,5%). Hal ini menunjukkan bahwa F2 (konsentrasi 1%) menghasilkan warna yang lebih baik dan disukai panelis. Data lengkap dapat dilihat pada lampiran 8 pada halaman 63.

Hasil analisis statistik dari data uji organoleptik terhadap warna tablet plasebo secara umum menunjukkan perbedaan yang nyata (signifikan) menurut analisis sidik ragam pada taraf α = 0,05, dimana nilai F hitung = 44,55 lebih besar dari F tabel = 2,75 , sehingga nilai Ho ditolak. Selanjutnya dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf α = 0,05. Nilai BNT 0,05 yang diperoleh 0,0859.

Dari data tersebut disimpulkan bahwa F2 (konsentrasi 1%) merupakan konsentrasi pewarna yang memberikan warna yang paling baik dan paling disukai panelis, sehingga konsentrasi ini dipilih sebagai pewarna tablet antasida.

Hasil uji preformulasi keempat formula dengan pewarna daun katuk dapat dilihat pada histogram berikut:

Gambar 2. Histogram waktu alir massa granul

Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa keempat formula memenuhi persyaratan waktu alir. F2 memiliki waktu alir yang paling baik diantara keempat formula.

Gambar 3. Histogram sudut diam massa granul

Pada gambar 3 dapat dilihat sudut diam dari ketiga formula tersebut memenuhi persyaratan sudut diam. Banker G. S dan Anderson N. R (1994) menyatakan bila sudut diam lebih kecil sama dengan 30o biasanya bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan 40o biasanya daya mengalirnya kurang baik.

Gambar 4. Histogram indeks tap massa granul

Semakin kecil nilai dari indeks tap granul maka penyusutan volume yang terjadi akan tinggi. Dari gambar 4 diperoleh nilai indeks tap yang bervariasi, tetapi masih memenuhi persyaratan indeks tap yaitu lebih kecil dari 20% (Voight, 1995). Hal ini disebabkan jumlah bahan pengikat yang digunakan pada tiap formula berbeda sehingga menghasilkan konsistensi granul basah yang berbeda, sehingga diperoleh granul yang berbeda pada keempat formula.

Evaluasi tablet meliputi keseragaman bobot, kekerasan tablet, friabilitas tablet dan waktu hancur tablet. Data dapat dilihat pada histogram di bawah ini evaluasi keempat tablet plasebo tersebut dapat dilihat pada histogram di bawah ini.

Gambar 5. Histogram kekerasan tablet plasebo

Keempat formula tablet plasebo ini mempunyai kekerasan yang berbeda tetapi masih memenuhi persyaratan yaitu 4-8 kg. Menurut Siregar(2010) kekerasan tergantung pada bobot bahan dan celah antara pons atas dan pons bawah pada waktu pengempaan. Jika volume bahan atau jarak antara pons bervariasi, kekerasan juga bervariasi.

Pada gambar 6 terlihat bahwa hasil friabilitas tidak memenuhi persyaratan yaitu 0,9 %. Hal ini disebabkan oleh karena tablet mudah mengalami sumbing dan retak. Penyebab dari sumbing dan retak dapat disebabkan oleh kerusakan pada

punch dan die. Menurut Siregar (2010) menjelaskan bahwa persyaratan friabilitas

yaitu maksimal 1% untuk tablet konvensional.

Keseragaman bobot ketiga formula ini memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia. Dimana tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang ditetapkan pada kolom A (5%) dan tidak ada 1 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang ditetapkan pada kolom B (10%).

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa keempat formula memenuhi persyaratan waktu hancur pada Farmakope Indonesia yaitu tidak lebih dari 15 menit untuk tablet dengan cakram dan tidak lebih dari 30 menit untuk tablet tanpa cakram.

Hasil preformulasi untuk tablet antasida yaitu sudut diam, waktu alir dan indeks tap dapat dilihat pada histogram berikut.

Gambar 8. Histogram uji preformulasi granul antasida

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa waktu alir granul antasida memenuhi persyaratan yaitu < 10 detik. Sudut diam granul antasida juga memenuhi persyaratan. Menurut Banker G. S dan Anderson N. R (1994) menyatakan granul yang mempunyai daya alir bebas akan mempunyai sudut diam antara 30° sampai 40°. Begitu juga dengan indeks tap memenuhi persyaratan yaitu lebih kecil dari 20% (Voight, 1995).

Hasil uji evaluasi tablet yaitu keseragaman bobot, kekerasan, waktu hancur, dan friabilitas. Keseragaman bobot ketiga formula ini memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi III, dimana tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang

ditetapkan pada kolom A (5%) dan tidak ada 1 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang ditetapkan pada kolom B (10%).

Dari evaluasi tablet diperoleh bahwa kekerasan tablet antasida memenuhi persyaratan yaitu antara 4-8 kg. Menurut Siregar (2010) untuk tablet kunyah hendaknya cukup keras agar tahan terhadap pengemasan dan pengiriman, tetapi tidak terlalu keras sehingga menimbulkan kesulitan yang tidak semestinya pada waktu dikunyah.

Sedangkan friabilitas dari tablet antasida tidak memenuhi persyaratan yaitu lebih kecil dari 0,8%. Menurut Siregar (2010) bahwa untuk tablet kunyah nilai friabilitas tablet sampai 4% dapat diterima.

Untuk evaluasi waktu hancur tablet antasida dilihat pada histogram di bawah ini.

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa tablet antasida tidak memenuhi persyaratan waktu hancur menurut Farmakope Indonesia Ed.III yaitu tidak lebih dari 15 menit untuk tablet dengan cakram dan tidak lebih dari 30 menit untuk tablet tanpa cakram.

Hal ini disebabkan oleh karena sifat dari bahan obat yaitu Magnesium oksida dan Aluminium hidroksida yang praktis tidak larut dalam air, sehingga air sukar masuk ke dalam tablet.

Menurut Siregar (2010) pengujian waktu hancur tidak tepat untuk tablet kunyah karena tablet ini dikunyah sebelum ditelan.

BAB V

Dokumen terkait