• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses pengupasan (kelapa)

Proses pengupasan sabut kelapa terlebih dahulu dilakukan pembersihan tangkai buah kelapa. Pada penelitian ini kelapa yang digunakan adalah kelapa hibrida dengan diameter berkisar antara 20-22cm. Untuk mendapatkan hasil yang akurat maka kelapa yang digunakan berukuran homogen (dengan uji homogenitas) karena variasi bentuk dan ukuran kelapa akan mempengaruhi parameter penelitian. Setelah dilakukan pemanenan buah yang sudah matang langsung dilakukan pengupasan dengan alat pengupas sabut kelapa mekanis yang telah dilengkapi dengan variasi jumlah pisau roller. Perlakuan variasi jumlah pisau roller yang dilakukan yaitu 2 pasang, 4 pasang dan 6 pasang. Perlakuan variasi dimaksudkan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas bahan yang dihasilkan.

Pada alat pengupas sabut kelapa mekanis terdapat sepasang roller yang dilengkapi dengan pisau pengupas sabut kelapa. Mata pisau ini berbentuk gerigi seperti mata gergaji sehingga ketika mesin dihidupkan maka mata pisau dengan mudah tertancap dan mengoyak sabut kelapa. Setelah kelapa terkupas, kelapa yang sudah terkupas tetap diatas roller sementara sabutnya telah terbuang kedalam hopper. Kelapa yang sudah terkupas dipindahkan secara manual ke wadah pengumpulan. Dalam proses pengupasan agar kelapa dapat terkupas dengan mudah maka perlu dilakukan penekanan kelapa pada saat awal pengupasan dan juga kelapa yang belum terkupas butuh diputar-putar secara manual untuk mempercepat proses pengupasan dan meminimalisir kerusakan hasil.

Pengaruh perlakuan variasi jumlah pisau roller terhadap kapasitas olah dan persentase kerusakan bahan.

Tabel 1. Pengaruh variasi jumlah mata pisau terhadap parameter yang diamati Jumlah mata pisau

(pasang)

Kapasitas efektif alat

(buah/jam) Bahan yang rusak (%) 2 4 6 300,30 525,12 744,51 0 0 11

Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa kapasitas efektif alat tertinggi terdapat pada jumlah mata pisau 6 pasang sedangkan terendah terdapat pada jumlah mata pisau 2 pasang dalam proses pengupasan sabut kelapa.

Dari perlakuan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin banyak jumlah pisau roller yang digunakan maka kapasitas efektif alat semakin besar dan sebaliknya semakin sedikit jumlah pisau roller yang digunakan maka semakin rendah kapasitas efektif alat yang dihasilkan. Sementara persentase kerusakan bahan pada perlakuan jumlah mata pisau roller 2 pasang tidak ada begitu juga pada perlakuan pada 4 pasang yang persentase bahan rusaknya nol. Sementara pada perlakuan mata pisau roller yang berjumlah 6 pasang terdapat kerusakan hasil sebesar 11%.

Persentase kerusakan hanya terdapat pada 6 pasang mata pisau roller hal ini disebabkan fluktuasi tekanan yang diberikan mata pisau terhadap permukaan tempurung kelapa melebihi daya tahan tempurung sendiri terhadap resiko kerusakan (pecah). Sementara pada 2 dan 4 pasang mata pisau fluktuasi gaya yang diberikan masih dibawah tekanan maksimum yang dapat ditahan oleh tempurung.

31

Kapasitas efektif alat (buah/jam)

Hasil kapasitas efektif alat pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh variasi jumlah mata pisau roller terhadap kapasitas efektif (buah/jam) Jumlah pisau (pasang) Ulangan Total Rataan I II III 2 299,17 304,05 297,68 900,90 300,30 4 522,50 527,09 525,80 1575,38 525,12 6 739,73 750,52 743,29 2233,54 744,51 Total 1561,4 1581,66 1566,77 4709,82 Rataan 520,47 527,22 522,26 523,31

Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa kapasitas efektif alat tertinggi diperoleh pada jumlah mata pisau roller 6 pasang yaitu 744,51 buah/jam dan terendah pada jumlah pisau roller 2 pasang yaitu sebesar 300,30 buah/jam.

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa perlakuan variasi jumlah pisau roller memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas efektif yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa

duncan’s multiple range test (DMRT) menunjukkan pengaruh variasi jumlah pisau

roller terhadap kapasitas efektif yang dihasilkan untuk tiap-tiap perlakuan seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Analisis DMRT terhadapkapasitas efektif

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- A 300,3 a A

2 7,991 12,101 B 525,12 b B

3 3,649 12,725 C 744,51 c C

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Dari hasil analisis DMRT (Tabel 3) tiap perlakuan variasi jumlah mata pisau roller memberikan pengaruh berbeda terhadap kapasitas efektif. Pemberian notasi pada taraf 1% dan 5% masing-masing dengan huruf yang berbeda pada tiap perlakuan. Hal ini berarti tiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda

sangat nyata terhadap perlakuan lainnya. Untuk perlakuan A (2 pasang mata pisau) memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap perlakuan B (4 pasang mata pisau) dan terhadap perlakuan C (6 pasang mata pisau). Perlakuan B juga memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan C.

Hubungan antara variasi jumlah pisau roller dengan kapasitas efektif alat dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2. Hubungan variasi jumlah pisau roller dengan kapasitas efektif alat. Dari grafik diatas diperoleh suatu hubungan linier antara variabel bebas X (variasi jumlah mata pisau) dengan variabel terikat Y (kapasitas olah) dengan koefisien korelasi sebesar 0,99. Koefisien korelasi adalah besarnya keragaman (informasi) didalam variabel Y yang dapat diberikan oleh model regresi yang didapatkan. Nilai r berkisar antara 0 – 1, dengan semakin besar nilainya maka semakin baik model regresi yang diperoleh. r = 0,99 dapat disimpulkan perlakuan berbanding lurus (linier) dengan kapasitas yang dihasilkan. Dapat dilihat semakin banyak jumlah pisau roller menyebabkan semakin besar kapasitas efektif. Hal ini disebabkan mata pisau roller yang mengupas kelapa semakin banyak atau dengan kata lain frekuensi aksi-reaksi antara mata pisau dengan sabut kelapa semakin tinggi dengan demikian sabut kelapa akan semakin cepat terkupas.

ŷ = 111x + 79,1 r = 0,99 0,00 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 700,00 800,00 2 4 6 k ap as it as e fe k ti f al at ( b u ah /j am )

Jumlah pisau roller (pasang)

Kapasitas Efektif Alat

Linear (Kapasitas Efektif Alat)

33

Persentase kerusakan bahan (%) Tabel 4. Persentase bahan yang rusak

Jumlah pisau (Pasang) Ulangan Total Rataan I II III 2 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 6 0 33 0 33 11 Total 0 33 0 33 Rataan 0 11 0 3,67

Dari Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa persentase bahan yang rusak hanya terdapat pada mata pisau roller 6 pasang yaitu sebesar 11%. Sementara mata pisau yang berjumlah 2 pasang dan 4 pasang tidak terdapat hasil kupasan yang rusak.

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 3) secara keseluruhan menunjukkan bahwa perlakuan variasi jumlah mata pisau roller memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kerusakan hasil. Sementara dengan hasil pengujian menggunakan analisa duncan’s multiple range test (DMRT) dapat diuraikan pengaruh variasi jumlah mata pisau terhadap persentase kerusakan hasil antar perlakuan seperti tabel berikut ini.

Tabel 5. Analisa DMRT untuk persentase kerusakan hasil

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- A 0 a A

2 21,975 33,279 B 0 a A

3 10,035 34,994 C 11 b AB

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Dari hasil analisis DMRT (Tabel 5) perlakuan variasi jumlah mata pisau

roller 6 pasang (perlakuan C) memberikan pengaruh berbeda terhadap 2 pasang dan 4 pasang untuk persentase kerusakan hasil. Pemberian notasi pada taraf 1% dan 5% dapat dilihat dalam tabel. Untuk perlakuan A (2 pasang mata pisau) memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap perlakuan B (4 pasang mata

pisau) tetapi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan C (6 pasang mata pisau). Perlakuan B juga memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan C.

Gambar 3. Grafik Hubungan variasi jumlah pisau roller dengan persentase kerusakan hasil

Dari grafik diatas diperoleh hubungan linier antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y dengan koefisien korelasi sebesar 0,75. Apabila nilai r dikalikan 100%, maka hal ini menunjukkan persentase keragaman (informasi) di dalam variabel Y yang dapat diberikan oleh model regresi yang didapatkan. Maka dapat disimpulkan persentase kelinieran perlakuan terhadap kerusakan hasil sebesar 75%. Semakin besar nilai r semakin baik model regresi yang diperoleh. Kerusakan hasil hanya terdapat pada 6 pasang, hal ini disebabkan pada 6 pasang lebih rapat dibandingkan dengan 2 dan 4 pasang. Dengan semakin rapatnya mata pisau maka rata-rata gaya persatuan waktu yang diberikan mata pisau terhadap kelapa semakin besar dan juga semakin mempersempit ruang gerak kelapa. Hal ini menyebabkan kelapa semakin susah diputar yang menyebabkan frekuensi mata pisau menekan tempurung kelapa secara langsung semakin besar. Dengan keadaan ini maka resiko kerusakan bahan lebih besar pada mata pisau 6 pasang.

ŷ = 2,75x - 7,333 r = 0,75 -4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 2 4 6 pe rse nt a se ba ha n rusa k ( % )

Jumlah mata pisau

persentase bahan rusak Linear (persentase bahan rusak)

35

Dokumen terkait