• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Jumlah Pisau Roller Pada Alat Pengupas Sabut Kelapa Mekanis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Jumlah Pisau Roller Pada Alat Pengupas Sabut Kelapa Mekanis"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

i

UJI JUMLAH PISAU

ROLLER

PADA ALAT PENGUPAS

SABUT KELAPA MEKANIS

SKRIPSI

Oleh :

JOHANNES SITANGGANG

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

2

UJI JUMLAH PISAU

ROLLER

PADA ALAT PENGUPAS

SABUT KELAPA MEKANIS

SKRIPSI

Oleh :

JOHANNES SITANGGANG

080308057/ KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012

( Ainun Rohanah, STP, M.Si ) Ketua

(3)

i

ABSTRAK

JOHANNES SITANGGANG : Uji Jumlah Pisau Roller Alat Pengupas Sabut Kelapa Mekanis, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan LUKMAN ADLIN HARAHAP

Uji jumlah pisau roller pada alat pengupas sabut kelapa mekanis belum banyak diteliti saat ini. Untuk itu perlu dilakukan penelitian jumlah pisau yang baik hingga mendapatkan kapasitas hasil yang optimal serta persentase kerusakan hasil yang rendah. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada bulan April-Mei 2012 menggunakan rancangan acak lengkap non factorial yaitu jumlah pisau roller 2,4, dan 6. Parameter yang diamati adalah Kapasitas efektif alat dan Persentase kerusakan hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pisau memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat tetapi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap persentase kerusakan hasil.

Kata kunci : Jumlah pisau, Sabut kelapa, Pengupas

ABSTRACT

JOHANNES SITANGGANG: Test Number of Knives Peelers Coconut Fiber Roller Equipment Mechanics, guided by AINUN ROHANAH and LUKMAN ADLIN HARAHAP

Test the roller blade on a mechanical peeler coco has not been much studied today. Research would benefit from a good number of blades to get the optimal capacity and the percentage of the low yield of damage. The research was conducted at the Laboratory of Agricultural engineering, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in April-May 2012 using the full non-factorial randomized block design that is the number of roller blades 2,4, and 6. The parameters observed were effective capacity and the percentage of damage to the equipment

The results showed that the number of different blades giving a very real effect on the effective capacity of different tools but provide no real effect on the percentage of defects.

(4)

ii

RIWAYAT HIDUP

Johannes sitanggang, dilahirkan di Samosir pada tanggal 13 Agustus 1989, merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dari Ayah H.Sitanggang dan Ibu H.Nainggolan

Tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 1 Pangururan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dibeberapa organisasi internal dan eksternal kampus, diantaranya menjabat sebagai wakil sekretaris bidang aski dan pelayanan GMKI tahun 2010, Badan Pengawas organisasi Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (BPO IMATETA) 2011 Dan juga Kepala Bidang Aksi dan Lingkungan Hidup di Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) Fakultas pertanian 2011/2012. Selain itu penulis juga aktif sebagai Asisten Laboratorium Teknologi hasil pertanian pada tahun 2011.

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesehatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun skripsi ini berjudul “Uji Jumlah Pisau Roller pada Alat Pengupas Sabut Kelapa Mekanis” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan berbagai masukan, saran, dan kritik berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ayah dan Ibu serta saudara-saudaraku yang telah memberikan dorongan kasih sayang, semangat dan doa yang senantiasa menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Juni 2012

(6)

iv

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

Hipotesa Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Sejarah Kelapa ... 5

Botani Kelapa ... 6

Jenis - Jenis Kelapa ... 7

Pemanfaatan Hasil Kelapa ... 9

Pengupasan Sabut Kelapa ... 9

Penerapan Alat dan Mesin Pertanian ... 10

Perencanaan Alat dan Mesin Pertanian ... 11

Tujuan Penggunaan Alat Mekanis ... 13

Elemen Mesin Pengupas Kelapa ... 14

Motor Bensin ... 14

Mekanisme Pembuatan Alat ... 21

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian... 22

Pemilihan Bahan ... 22

BAHAN DAN METODE ... 24

Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

Bahan dan Alat Penelitian ... 24

Metode Penelitian ... 24

Pelaksanaan Penelitian ... 25

Komponen Alat ... 25

Persiapan Bahan ... 26

Prosedur Penelitian ... 26

Parameter Penelitian ... 27

Kapasitas Efektif Alat ... 27

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

Proses pengupasan kelapa ... 29

Pengaruh variasi pisau terhadap kapasitas dan kerusakan hasil . 30 Kapasitas efektif alat ... 31

Persentase kerusakan bahan ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

Kesimpulan ... 35

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(8)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data pengamatan hasil penelitian ... 38

2. Kapasitas alat ... 39

3. Persentase bahan yang rusak ... 40

4. Tabel data pengamatan sebelum dikonversi ... 41

5. Tabel data pengamatan setelah dikonversi ... 43

6. Flow chart pelaksanaan penelitian ... 44

7. Prinsip kerja alat ... 45

8. Pemeliharaan alat ... 46

9. Tabel pemeliharaan elemen-elemen alat ... 47

10. Gambar teknik alat ... 48

11. Dokumentasi buah kelapa dan alat pengupas ... 51

12. Spesifikasi alat pengupas sabut kelapa mekanis ... 53

(9)

vii

DAFTAR TABEL

1. Pengaruh variasi jumlah mata pisau terhadap parameter ... 30

2. Pengaruh variasi jumlah mata pisau terhadap kapasitas olah ... 31

3. Analisa DMRTterhadap kapasitas olah ... 31

4. Persentase bahan yang rusak ... 33

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

(11)

i

ABSTRAK

JOHANNES SITANGGANG : Uji Jumlah Pisau Roller Alat Pengupas Sabut Kelapa Mekanis, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan LUKMAN ADLIN HARAHAP

Uji jumlah pisau roller pada alat pengupas sabut kelapa mekanis belum banyak diteliti saat ini. Untuk itu perlu dilakukan penelitian jumlah pisau yang baik hingga mendapatkan kapasitas hasil yang optimal serta persentase kerusakan hasil yang rendah. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada bulan April-Mei 2012 menggunakan rancangan acak lengkap non factorial yaitu jumlah pisau roller 2,4, dan 6. Parameter yang diamati adalah Kapasitas efektif alat dan Persentase kerusakan hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pisau memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat tetapi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap persentase kerusakan hasil.

Kata kunci : Jumlah pisau, Sabut kelapa, Pengupas

ABSTRACT

JOHANNES SITANGGANG: Test Number of Knives Peelers Coconut Fiber Roller Equipment Mechanics, guided by AINUN ROHANAH and LUKMAN ADLIN HARAHAP

Test the roller blade on a mechanical peeler coco has not been much studied today. Research would benefit from a good number of blades to get the optimal capacity and the percentage of the low yield of damage. The research was conducted at the Laboratory of Agricultural engineering, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in April-May 2012 using the full non-factorial randomized block design that is the number of roller blades 2,4, and 6. The parameters observed were effective capacity and the percentage of damage to the equipment

The results showed that the number of different blades giving a very real effect on the effective capacity of different tools but provide no real effect on the percentage of defects.

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Kelapa merupakan tanaman tropis yang penting bagi negara-negara Asia dan Pasifik. Kelapa disamping dapat memberikan devisa bagi negara juga merupakan mata pencaharian jutaan petani, yang mampu memberikan penghidupan puluhan juta keluarganya (Suhardikono, 1995).

Seperti halnya negara-negara di Samudera Pasifik, Indonesia merupakan penghasil kelapa utama dunia. Hal ini memungkinkan karena tanaman kelapa yang juga sering disebut pohon kehidupan (the tree of life) tumbuh dominan di kawasan pantai. Disebut pohon kehidupan karena seluruh bagian tanamannya sangat bermanfaat bagi manusia. Buah kelapa yang terdiri atas sabut kelapa, tempurung, daging buah dan air kelapa tidak ada yang terbuang dan dapat dimanfaatkan untuk dapat menghasilkan produk industri, antara lain sabut kelapa dapat dibuat coir fibre, keset, sapu dan matras (Sukamto, 2001).

(13)

Indonesia sebagai salah satu penghasil utama kelapa namun dalam pengolahan pasca panen masih banyak kendala penerapan teknologi. Masyarakat dalam melakukan pengupasan sabut (fibre) masih secara manual. Pengupasan sabut kelapa secara manual tidak efektif apabila pengupasan dilakukan dalam jumlah yang besar (Suhardikono,1995).

Pada pananganan produk hasil pertanian, mengupas dan memotong merupakan pekerjaan yang selalu dilakukan sejak pemanenan sampai produk tersebut siap untuk dikomsumsi atau diproses lebih lanjut. Misalnya, sayuran dipotong – potong sebelum dimasak, umbi – umbian dan pisang diiris sebelum digoreng, nenas diiris sebelum dikalengkan, dan rumput dipotong – potong sebelum diberikan pada ternak. Pekerjaan mengupas dan pemotong hasil pertanian dalam jumlah kecil dapat diselesaikan secara manual dengan menggunakan pisau atau alat pemotong lain. Akan tetapi, bila jumlahnya cukup besar, seperti pengupasan kelapa pada saat panen, pengupasan secara manual membutuhkan waktu dan tenaga kerja yang cukup besar. Untuk itu, mesin pengupas berkapasitas tinggi sangat diperlukan. Sehingga keefektifan dan keefisienan dalam hal ini mutlak diperlukan (Wiriaatmadja, 1995 ).

(14)

3

Sifat hasil panen pertanian yang bulky atau membutuhkan ruang yang besar untuk penyimpanannya perlu ditangani dengan cara meminimalisir ukuran bahan. Hal ini dapat dilakukan dengan pengupasan atau pemotongan bagian hasil panen yang tidak diperlukan lagi. Sifat lainnya yang membutuhkan penanganan serius adalah panen yang mudah busuk dan rusak. Hasil pertanian biasanya daya simpannya rendah setelah dipanen karena rentan terhadap mikroorganisme dan perubahan enzimatis.

Untuk mengatasi keterbatasan ataupun kelemahan dari alat pengupas sabut kelapa manual itu maka dibuatlah suatu alat pengupas sabut kelapa mekanis yang mampu mengupas sabut kelapa dengan kapasitas yang tinggi serta dapat digunakan atau dioperasikan oleh siapapun operatornya. Pada penerapan alat ini menggunakan sumber tenaga motor bensin. Kemudian motor bensin dihubungkan dengan roller agar berputar. Putaran roller yang telah terdapat pisaunya tersebut nantinya akan mengupas sabut dari bahan.

(15)

Tujuan penelitian

Untuk menguji pengaruh variasi jumlah pisau roller alat pengupas sabut kelapa mekanis terhadap kapasitas dan kualitas olah yang dihasilkan.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat pengupas sabut kelap mekanis.

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan terutama petani kelapa.

Hipotesa Penelitan

(16)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Kelapa

Kelapa sejak zaman prasejarah dikenal dalam peradaban manusia, dan diketahui tumbuh di daerah tropis. Ada 3 teori menyatakan tentang daerah asal tanaman kelapa. Teori pertama memperkirakan bahwa kelapa adalah salah satu anggota genus Cocos seperti yang tumbuh di Amerika, dan daerah asalnya adalah lembah-lembah Andes di Columbia, Amerika Serikat. Dari sinilah pada zaman prasejarah kelapa menyebar dibawa oleh penjelajah-penjelajah di kawasan Pasifik. Teori ke-dua beranggapan bahwa kelapa berasal dari daerah pantai kawasan Amerika Tengah, dimana dengan perantaraan arus lautan terbawa dan menyebar ke pulau-pulau Samudera Pasifik. Teori ke-tiga menyatakan bahwa daerah asal kelapa adalah suatu kawasan di Asia Selatan atau Malaysia atau mungkin Pasifik Barat. Dan berlawanan dengan teori ke-dua, menurut teori ke-tiga ini dari kawasan terakhir itulah kelapa menyebar ke pantai-pantai barat benua Amerika, terutama pada daerah tropis (Warisno, 1998).

(17)

Botani Kelapa

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, maka kelapa bisa digolongkan sebagai: Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Palmales

Famili : Palmae Genus : Cocos

Species : Cocos nucifera

Penggolongan varietas kelapa umumnya berdasarkan perbedaan-perbedaan umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah serta sifat-sifat khusus yang lain (Suhardiman, 1999).

Botani organ - organ tanaman kelapa dapat dibagi menjadi: 1. Daun

Pada tanaman dewasa dapat mempunyai 30-35 daun pada mahkota dengan panjang kurang lebih 6 meter. Pada bagian bawah agak cekung ke dalam, daun hampir datar atau cembung pada bagian atas. Daun yang segar beratnya 10-15kg pada kurang lebih 1,5 meter dari pangkal, daun tidak mempunyai anak daun. Pada daun terdapat 200-250 anak daun.

2. Batang

(18)

7

pertumbuhan sekunder. Hal ini berakibat, sekali batang telah terbentuk, maka tidak membesar lagi.

3. Akar

Tanaman kelapa disamping mempunyai akar serabut yang berdiameter antara 0,5-1cm, juga mempunyai akar rambut berdiameter 0,1cm, berdinding lunak, berbintil dan berfungsi untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah. Jumlah akar pada pangkal batang bervariasi 4000 - 7000 buah.

4. Bunga

Tanaman kelapa merupakan tanaman berumah satu. Bunga betina dan bunga jantan terdapat pada satu malai dan pada satu mancung (spathe). Bunga jantan terdapat pada ujung malai dan bunga betina terletak pada dasar malai.

5. Buah

Bunga betina yang telah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Tingkat pertumbuhan buah maksimum dalam berat maupun volume nampak pada bulan ke tiga. Berat buah maksimum pada bulan ketujuh, sedangkan volume maksimum dicapai pada bulan ke delapan (Suhardikono, 1988).

Jenis – jenis kelapa

(19)

varietas baru, yaitu kelapa hibrida yang merupakan hasil persilangan antara varietas genjah (ibu) dengan varietas dalam (bapak) antara lain:

1. Varietas dalam

Varietas ini terdapat di berbagai Negara produsen kelapa. Varietas ini berbatang tinggi dan besar, tingginya mencapai 30m atau lebih. Kelapa dalam mulai berbuah agak lambat, yaitu antara 6-8 tahun setelah tanam. Umurnya dapat mencapai 100 tahun lebih.

2. Varietas genjah

Tanaman kelapa varietas genjah berbatang ramping, tinggi batang mencapai 5m atau lebih, masa berbuah 3-4 tahun setelah tanam, dan dapat mencapai umur 50 tahun.

3. Kelapa hibrida

Kelapa hibrida diperoleh dari persilangan antara kelapa varietas genjah dengan varietas dalam. Salah satu hasil persilangan itu merupakan kombinasi sifat-sifat yang baik dari kedua jenis kelapa asalnya.

(Rindengan dan Hengky, 2004).

Menurut warna kulit buahnya, tanaman kelapa dibagi menjadi tiga golongan utama sebagai berikut:

1. Kelapa hijau

Warna kulit buahnya hijau dan buahnya dapat dimanfaatkan sebagai penawar racun. Kelapa jenis ini termasuk jenis kelapa dalam.

2. Kelapa coklat

(20)

9

3. Kelapa kuning

Warna kulit buahnya kuning, biasanya disebut kelapa gading dan banyak ditanam di pesisir pantai. Buahnya relatif kecil bila dibandingkan dengan jenis kelapa lain (Warisno, 1998).

Pemanfaatan hasil kelapa

Tanaman kelapa banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia, antara lain daging buah dapat dipakai sebagai bahan baku untuk menghasilkan kopra, minyak kelapa, coconut cream, santan dan kelapa parutan kering (desiccated coconut), sedangkan air kelapa dapat dipakai untuk membuat cuka dan nata de coco. Tempurung dapat dimanfaatkan untuk membuat charcoal, karbon aktif dan kerajinan tangan. Dari batang kelapa dapat dihasilkan bahan-bahan bangunan baik untuk kerangka bangunan maupun untuk dinding serta atap. Daun kelapa dapat diambil lidinya yang dapat dipakai sebagai sapu serta barang-barang anyaman (Suhardikono,1988).

Pengupasan Sabut Kelapa

Sabut kelapa merupakan bahan berserat dengan ketebalan sekitar 5cm dan merupakan bagian terluar dari buah kelapa. Sabut kelapa terdiri atas kulit ari, serat dan sekam (dust). Menurut United Coconut Association of the Philippines

(21)

pekerjaan berikutnya. Pengupas mampu mengupas buah kelapa rata-rata setiap hari 500-1000 butir. Setelah dikupas kulitnya, diperoleh kelapa butiran. Pengupasan tradisional mempunyai banyak kelemahan, pengupas harus profesional karena alat dapat mencelakakan dan tidak dapat kerja konstan sepanjang waktu (Suhardikono, 1988).

Penerapan alat dan mesin pertanian

(22)

11

Perencanaan alat dan mesin pertanian

Perencanaan mesin mencakup semua perencanaan mesin, berarti perencanaan dari sistem dan segala yang berkaitan dengan sifat mesin, elemen mesin, struktur dan instrumen, sehingga didalamnya menyangkut seluruh disiplin teknik mesin, seperti mekanika fluida, perpindahan panas dan termodinamika serta ilmu-ilmu dasar dalam perencanaan elemen mesin.

Elemen mesin yang dirancang untuk memenuhi fungsinya. Rancangan elemen mesin ini dinyatakan dalam gambar teknik sebagai alat komunikasi antara si perancang dengan orang yang membuat elemen tersebut dan berupa standar gambar teknik. Pada rancangan ini dispesifikasikan ukuran dan bentuk yang diperlukan oleh elemen mesin, beserta penyimpangan-penyimpangan atau toleransi yang diijinkan, yang dikenal sebagai spesifikasi geometrik produk dan tertuang dalam gambar teknik. Spesifikasi geometrik produk atau elemen penyangkut toleransi ukuran, bentuk, posisi dan kehalusan permukaan, diisyaratkan dan disampaikan melalui gambar teknik. Gambar teknik pada saat yang sama dipakai untuk referensi dalam mengecek apakah kualitas elemen yang dihasilkan telah sesuai dengan spesifikasinya.

Sandor (1964) mengusulkan strategi dalam perencanaan mesin seperti yang digambarkan dalam diagram alir pada gambar. Diagram aliran ini tersusun dalam bentuk struktur Y.

1. Dua cabang diatas struktur Y, yaitu satu cabang menunjukkan perkembangan dari perencanaan dan satu cabang lainnya menunjukkan perkembangan dari yang tersedia, yang dapat dipakai dasar teknik.

(23)

Sebuah konsep lahir dari latar belakang yang menjadi rumusan permasalahan serta sumber informasi yang mendukung dan dapat diasumsikan.

3. Kaki struktur Y adalah garis petunjuk untuk menyelesaikan dari perencanaan, dasar untuk pemilikan konsep.

Gambar 1. Diagram alir perencanaan

(interaksi dan pengaruh balik dapat terjadi antara setiap langkah) (Achmad, 2006).

Kegiatan pengembangan mekanisasi pertanian haruslah dilakukan bertahap dan mengikuti suatu sistematika sebagai berikut :

a. Penelitian / studi, yang meliputi bidang rekayasa (engineering), sosial, dan ekonomi;

b. Pengujian, modifikasi dan pengembangan; c. Pembinaan pengembangan dan evaluasi; dan

Latar belakang Sumber informasi

(24)

13

d. Pembinaan institusi petani pemakai.

Dari semuanya itu, yang paling penting adalah keterampilan memakai yang merupakan kunci dari semua kesuksesan pengembangan mekanisasi pertanian. Jadi, latihan dasar keterampilan, baik untuk pengguna maupun perawatan dan perbaikan, sangatlah perlu (Hardjosentono, dkk., 2000).

Tujuan penggunaan alat dan mesin pertanian sumber tenaga mekanis Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis dan dapat diterima. Diharapkan perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum tujuan mekanisasi pertanian adalah :

a. mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia b. mengurangi kerusakan produksi pertanian

c. menurunkan ongkos produksi

d. menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi e. meningkatkan taraf hidup petani

f. memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (commercial farming)

(25)

Elemen Mesin Pengupas Kelapa Motor bensin

Pada prinsipnya proses pembakaran pada mesin bensin sama dengan proses pembakaran pada mesin diesel. Pada mesin bensin, panas yang digunakan untuk membakar bensin diperoleh dari bunga api yang dihasilkan / dipercikkan busi pada langkah akhir kompresi, sedangkan pada mesin diesel untuk membakar bahan bakar solar diperoleh dari suhu udara yang sangat tinggi pada akhir langkah kompresi (Boentarto, 2000).

Proses teoritis motor bensin adalah proses yang berdasarkan siklus otto di mana proses pemasukan kalor berlangsung pada volume konstan. Beberapa asumsi yang digunakan adalah:

- Kompresi berlangsung isentropik

- Pemasukan kalor pada volume konstan dan tidak memerlukan waktu - Ekspansi isentropik

- Pembuangan kalor pada volume konstan

- Fluida kerja adalah udara dengan sifat gas ideal dan selama proses panas jenis konstan.

(Pudjanarsa dan Nursuhud, 2008). Mata pisau

Mata pisau berfungsi untuk mencacah bahan menjadi potongan-potongan kecil. Pemotongan yang baik harus menggunakan mata pisau yang tajam. Hal ini dapat mempercepat pemotongan bahan dan membutuhkan tenaga yang lebih kecil.

(26)

15

konvensional, yang memiliki rangkaian paralel, biasanya kerap macet jika bahan dimasukkan sekaligus. Rangkaian mata pisau terbuat dari baja tahan aus yang kokoh. Disain rangkaian pisau sengaja dibuat berjejer secara spiral, tidak paralel, agar cakupan gerakannya lebih luas dan daya potongnya lebih kuat (Pratomo dan Irwanto, 1983).

Pemotongan produk pertanian, baik untuk keperluan pangan maupun untuk keperluan lain, biasanya menggunakan alat atau mesin pemotong yang menggunakan pisau pada landasan. Akan tetapi, pekerjaan memotong ini dapat juga dilakukan tanpa landasan. Ukuran pemotongan dapat diseragamkan dengan cara mengatur kecepatan laju pemotongan atau dengan cara menempatkan pembatas pada landasan pemotong atau pada dudukan pisaunya.

Untuk mencegah kerusakan struktur bahan yang dipotong, misalnya jadi memar, baik pemotongan dengan menggunakan mesin atau dengan pemotongan secara manual, arah gerakan pemotong biasanya membentuk sudut dengan arah poros bahan yang dipotong, terutama pada pemotongan bahan - bahan yang lunak atau mudah memar (Wiriaatmadja, 1995).

Mesin pemotong dapat dibedakan berdasarkan cara pengoperasian dan konstruksinya. Berdasarkan pada cara pengoperasiannya, mesin pemotong dapat dibagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut:

1. Mesin pemotong dengan pisau pemotong diam dan bahan yang dipotong bergerak.

(27)

3. Mesin pemotong dengan bahan yang dipotong dan pisau pemotong kedua-duanya bergerak.

Berdasarkan konstruksinya, mesin pemotong dapat dibedakan kedalam dua kelompok sebagai berikut:

1. Mesin pemotong dengan arah gerakan pisau vertikal 2. Mesin pemotong dengan arah gerakan pisau horizontal. (Daywin, dkk., 2008).

Mesin pemotong dengan satu jenis pisau menghasilkan potongan tipis dengan dua permukaan potongan. Jumlah pisau pada jenis mesin pemotong ini dapat hanya satu atau lebih, tergantung pada konstruksinya. Dalam pengoperasiannya, pisau dapat diam (stasioner) atau bergerak. Arah gerak pisau dapat vertikal turun naik, vertikal melingkar, atau horizontal melingkar. Bentuk pisau dapat lurus, lengkung atau sirkuler. Pada mesin pemotong dengan pisau bergerak, baik yang bergerak secara horizontal maupun vertikal, bahan yang akan dipotong didorong dengan arah tegak lurus atau membuat sudut tertentu terhadap bidang lintasan pisau. Akan tetapi, pada mesin yang pisaunya diam, bahan yang akan dipotong mendapat dua dorongan yang arahnya tegak lurus terhadap bidang potongan dan sejajar dengan bidang potongan (Smith dan Wilkes, 1990).

(28)

17

Bentuk perawatan lain yang penting dilakukan adalah memberikan minyak pelumas pada bantalan poros agar bagian alat pemotong tersebut tidak mudah aus. Kerusakan pada poros atau bantalan akan menyebabkan piringan menjadi goyang. Akibatnya, jarak mata pisau dengan landasan akan selalu berubah. Hal ini menyebabkan hasil potongan menjadi kurang baik karena ketebalannya tidak seragam (Wiriaatmadja, 1995).

Rantai

Rantai dipakai dalam hubungan antara roda gigi dari satu poros ke lain poros, yakni untuk mendapat putaran yang sama dalam jarak poros yang agak jauh, dimana diperlukan kekuatan gerakan poros seperti untuk kendaraan-kendaraan sepeda motor. Rantai sebagai transmisi mempunyai keuntungan-keuntungan seperti: mampu meneruskan daya besar karena kekuatannya yang besar, tidak memerlukan tegangan awal dan lainnya lagi (Daryanto, 2007).

Menurut Smith and Wilkes (1990), rantai kait dan rantai gulung merupakan dua tipe rantai yang lazim digunakan untuk pemindahan daya pada peralatan usaha tani. Rantai kait digunakan untuk daya yang relatif kecil dan kecepatannya relatif rendah. Rantai gulung digunakan secara luas pada mesin-mesin usaha tani.

(29)

Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Hal- hal yang perlu diperhatikan di dalam merencanakan sebuah poros adalah:

1. Kekuatan poros

Suatu poros dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atasnya.

2. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.

3. Putaran kritis

(30)

bagian-19

bagian lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.

4. Korosi

Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang berhenti lama, dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.

5. Bahan poros

Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin dan difinis.

(Sularso dan Suga, 2004).

Roda gigi (gear)

Roda gigi merupakan komponen / alat untuk menghubungkan satu poros ke lain poros dengan jumlah perputaran dan arah posisi sumbu yang berbeda (tegak lurus, menyudut maupun searah), dengan jumlah perputaran yang sama maupun yang berlawanan dan jumlah putaran yang sama maupun diperbesar atau diperkecil. Roda gigi dapat mengalami kerusakan berupa patah gigi, keausan atau berlubang-lubang permukaannya dan tergores permukaannya karena pecahnya selaput minyak pelumas, biasanya kekuatan gigi terhadap lenturan dan tekanan permukaan merupakan hal yang terpenting untuk diperhatikan (Daryanto, 2007).

(31)

roda gigi. Juga untuk poros yang bersilangan, dengan bentuk roda gigi tertentu, dapat dilakukan pemindahan daya dan putaran (Anwari dan raffei, 1980).

Sproket

Sproket adaltrack, atau

benda panjang yang bergerigi lainnya. Sproket berbeda denga tidak pernah bersinggungan dengan sproket lainnya dan tidak pernah cocok. Sproket juga berbeda denga pada umumnya tidak memiliki gigi. Sproket yang digunakan pada mentransmisikan gaya putar antara dua poros di mana roda gigi tidak mampu menjangkaunya (Anonimous, 2010).

Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya berkerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak dapat berkerja secara semestinya. Jadi bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan fondasi pada gedung (Sularso dan Suga, 2004).

Speed Reducer

(32)

21

Speed reducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini perbandingan speed reducer putarannya dapat cukup tinggi.

i =

�1

Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas, antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin asah, mesin gerinda dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1993).

(33)

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha. Kg, lt) per satuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat / mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi: Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW (Daywin, dkk., 2008).

Kapasitas alat pengupas dapat diperbesar atau diperkecil dengan mengubah jumlah pisau, kecepatan putar roller (rpm) atau ketebalan potongan. Perubahan yang paling mudah dilakukan untuk memperbesar kapasitas tanpa mengubah tebal potongan adalah mengubah kecepatan putar (rpm), yaitu dengan jalan mengubah ukuran gear dan pemilihan rasio kecepatan reducer yang sesuai. (Wiriaatmadja, 1995).

Pemilihan bahan

Untuk dapat merencanakan suatu bagian mesin yang baik perlu memperhatikan :

- Ketentuan besar beban dan macam bahan.

- Kondisi keliling benda tersebut, korosip, lembab dan suhu. - Fungsi kerja (berat, ringan, kontinu).

(34)

23

(35)

24

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Program studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelapa hibrida dengan kisaran diameternya antara 20cm - 22cm, kawat las, baut dan mur, pipa besi steam 4 inchi, plat siku, AS 11

4 inchi, plat baja tebal 1,5mm, motor bensin, bensin, bearing (bantalan), rantai, sproket, speed reducer dan cat.

Adapun alat-alat yang digunakan adalah mesin las, mesin bubut, mesin bor, mesin gerinda, mistar siku, jangka sorong, waterpass, kunci pas dan ring, gergaji besi, stopwatch, kalkulator, alat tulis, dan komputer.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL), dengan non faktorial yang terdiri dari tiga perlakuan, yaitu :

A = 2 buah mata pisau B = 4 buah mata pisau C = 6 buah mata pisau

(36)

25

Pelaksanaan Penelitian Komponen Alat

Alat pengupas kelapa mekanis ini mempunyai beberapa bagian penting, yaitu:

1. Kerangka Alat

Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya, yang terbuat dari besi siku. Alat ini mempunyai panjang 70cm, tinggi 50cm, dan lebar 80cm.

2. Silinder pengupas

Silinder pengupas adalah komponen utama yang akan mengupas bahan. Pada alat ini digunakan dua buah silinder. Kedua silinder ini bergerak berlawanan arah yang berfungsi untuk menekan dan merobek sabut kelapa.

3. Poros

Terletak ditengah yang terbuat dari besi as dengan diameter 11 4

� inchi. 4. Bearing / bantalan

Berfungsi sebagai penumpu poros terletak di kerangka alat. 5. Roda Gigi (Gear)

Gear berfungsi untuk memutar kedua silinder secara berlawanan arah. 6. Mata pisau

Mata pisau berfungsi untuk memotong dan menyobek sabut kelapa. 7. Speed reducer (gearbox)

(37)

8. Motor Bensin

Motor bensin berguna sebagai sumber penggerak. Pada alat ini digunakan motor bakar berkekuatan 7,0 HP.

9. Saluran pengeluaran

Saluran pengeluaran berfungsi untuk mengarahkan sabut yang telah dikupas ketempat penampungan.

Persiapan bahan

1. Disiapkan bahan yang akan dikupas (dalam penelitian bahan yang dikupas adalah kelapa).

2. Dibersihkan kelapa yang akan dikupas.

3. Diatur jumlah bahan (kelapa) yang akan dikupas (dimana dalam penelitian jumlah bahan adalah 2 buah) dalam satu kali pengupasan.

4. Kelapa siap untuk dikupas.

Prosedur Penelitian

Adapun prosedur pengujian alat adalah :

1. Dipasang sepasang roller dengan jumlah pisau masing-masing 2 buah. 2. Disiapkan buah kelapa sebanyak 3 buah (untuk tiap ulangan menggunakan

3 buah kelapa).

3. Dinyalakan motor bensin dengan menarik tuas pemutar motor hingga mesin hidup.

(38)

27

5. Dicatat waktu yang dibutuhkan alat untuk melakukan pengupasan per buah.

6. Dihitung kapasitas pengupasan buah yang dihasilkan alat ini dalam hitungan per jam.

7. Langkah 2 sampai langkah 6 diulangi sebanyak 3 kali ulangan.

8. Dipasang sepasang roller dengan jumlah pisau masing-masing 4 buah dan diulangi langkah 2 sampai dengan langkah 7.

9. Dipasang sepasang roller dengan jumlah pisau masing-masing 6 buah dan diulangi langkah 2 sampai dengan langkah 7.

Parameter Penelitian

1. Kapasitas Efektif Alat (buah/jam)

Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi jumlah bahan yang dikupas terhadap waktu yang dibutuhkan untuk pengupasan bahan.

Kapasitas efektif alat dapat dihitung dengan menggunakan rumus: KA =BBT ... (2) Keterangan:

KA = kapasitas alat (buah/jam)

BB = jumlah bahan yang telah dikupas (buah)

T = waktu yang dibutuhkan untuk mengupas bahan (jam)

2. Persentase Bahan yang rusak

(39)

pemakaian alat. Pengukuran persentase bahan yang rusak dapat ditentukan dengan rumus:

=

Pbr

% x 100 %

BA BR

... (3) Dimana:

(40)

29

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses pengupasan (kelapa)

Proses pengupasan sabut kelapa terlebih dahulu dilakukan pembersihan tangkai buah kelapa. Pada penelitian ini kelapa yang digunakan adalah kelapa hibrida dengan diameter berkisar antara 20-22cm. Untuk mendapatkan hasil yang akurat maka kelapa yang digunakan berukuran homogen (dengan uji homogenitas) karena variasi bentuk dan ukuran kelapa akan mempengaruhi parameter penelitian. Setelah dilakukan pemanenan buah yang sudah matang langsung dilakukan pengupasan dengan alat pengupas sabut kelapa mekanis yang telah dilengkapi dengan variasi jumlah pisau roller. Perlakuan variasi jumlah pisau roller yang dilakukan yaitu 2 pasang, 4 pasang dan 6 pasang. Perlakuan variasi dimaksudkan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas bahan yang dihasilkan.

(41)

Pengaruh perlakuan variasi jumlah pisau roller terhadap kapasitas olah dan persentase kerusakan bahan.

Tabel 1. Pengaruh variasi jumlah mata pisau terhadap parameter yang diamati Jumlah mata pisau

(pasang)

Kapasitas efektif alat

(buah/jam) Bahan yang rusak (%)

Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa kapasitas efektif alat tertinggi terdapat pada jumlah mata pisau 6 pasang sedangkan terendah terdapat pada jumlah mata pisau 2 pasang dalam proses pengupasan sabut kelapa.

Dari perlakuan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin banyak jumlah pisau roller yang digunakan maka kapasitas efektif alat semakin besar dan sebaliknya semakin sedikit jumlah pisau roller yang digunakan maka semakin rendah kapasitas efektif alat yang dihasilkan. Sementara persentase kerusakan bahan pada perlakuan jumlah mata pisau roller 2 pasang tidak ada begitu juga pada perlakuan pada 4 pasang yang persentase bahan rusaknya nol. Sementara pada perlakuan mata pisau roller yang berjumlah 6 pasang terdapat kerusakan hasil sebesar 11%.

(42)

31

Kapasitas efektif alat (buah/jam)

Hasil kapasitas efektif alat pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh variasi jumlah mata pisau roller terhadap kapasitas efektif (buah/jam)

Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa kapasitas efektif alat tertinggi diperoleh pada jumlah mata pisau roller 6 pasang yaitu 744,51 buah/jam dan terendah pada jumlah pisau roller 2 pasang yaitu sebesar 300,30 buah/jam.

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa perlakuan variasi jumlah pisau roller memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas efektif yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa

duncan’s multiple range test (DMRT) menunjukkan pengaruh variasi jumlah pisau

roller terhadap kapasitas efektif yang dihasilkan untuk tiap-tiap perlakuan seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Analisis DMRT terhadapkapasitas efektif

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- A 300,3 a A

2 7,991 12,101 B 525,12 b B

3 3,649 12,725 C 744,51 c C

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

(43)

sangat nyata terhadap perlakuan lainnya. Untuk perlakuan A (2 pasang mata pisau) memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap perlakuan B (4 pasang mata pisau) dan terhadap perlakuan C (6 pasang mata pisau). Perlakuan B juga memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan C.

Hubungan antara variasi jumlah pisau roller dengan kapasitas efektif alat dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2. Hubungan variasi jumlah pisau roller dengan kapasitas efektif alat. Dari grafik diatas diperoleh suatu hubungan linier antara variabel bebas X (variasi jumlah mata pisau) dengan variabel terikat Y (kapasitas olah) dengan koefisien korelasi sebesar 0,99. Koefisien korelasi adalah besarnya keragaman (informasi) didalam variabel Y yang dapat diberikan oleh model regresi yang didapatkan. Nilai r berkisar antara 0 – 1, dengan semakin besar nilainya maka semakin baik model regresi yang diperoleh. r = 0,99 dapat disimpulkan perlakuan berbanding lurus (linier) dengan kapasitas yang dihasilkan. Dapat dilihat semakin banyak jumlah pisau roller menyebabkan semakin besar kapasitas efektif. Hal ini disebabkan mata pisau roller yang mengupas kelapa semakin banyak atau dengan kata lain frekuensi aksi-reaksi antara mata pisau dengan sabut kelapa semakin tinggi dengan demikian sabut kelapa akan semakin cepat terkupas.

(44)

33

Persentase kerusakan bahan (%) Tabel 4. Persentase bahan yang rusak

Jumlah pisau

Dari Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa persentase bahan yang rusak hanya terdapat pada mata pisau roller 6 pasang yaitu sebesar 11%. Sementara mata pisau yang berjumlah 2 pasang dan 4 pasang tidak terdapat hasil kupasan yang rusak.

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 3) secara keseluruhan menunjukkan bahwa perlakuan variasi jumlah mata pisau roller memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kerusakan hasil. Sementara dengan hasil pengujian menggunakan analisa duncan’s multiple range test (DMRT) dapat diuraikan pengaruh variasi jumlah mata pisau terhadap persentase kerusakan hasil antar perlakuan seperti tabel berikut ini.

Tabel 5. Analisa DMRT untuk persentase kerusakan hasil

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- A 0 a A

2 21,975 33,279 B 0 a A

3 10,035 34,994 C 11 b AB

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Dari hasil analisis DMRT (Tabel 5) perlakuan variasi jumlah mata pisau

(45)

pisau) tetapi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan C (6 pasang mata pisau). Perlakuan B juga memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan C.

Gambar 3. Grafik Hubungan variasi jumlah pisau roller dengan persentase kerusakan hasil

Dari grafik diatas diperoleh hubungan linier antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y dengan koefisien korelasi sebesar 0,75. Apabila nilai r dikalikan 100%, maka hal ini menunjukkan persentase keragaman (informasi) di dalam variabel Y yang dapat diberikan oleh model regresi yang didapatkan. Maka dapat disimpulkan persentase kelinieran perlakuan terhadap kerusakan hasil sebesar 75%. Semakin besar nilai r semakin baik model regresi yang diperoleh. Kerusakan hasil hanya terdapat pada 6 pasang, hal ini disebabkan pada 6 pasang lebih rapat dibandingkan dengan 2 dan 4 pasang. Dengan semakin rapatnya mata pisau maka rata-rata gaya persatuan waktu yang diberikan mata pisau terhadap kelapa semakin besar dan juga semakin mempersempit ruang gerak kelapa. Hal ini menyebabkan kelapa semakin susah diputar yang menyebabkan frekuensi mata pisau menekan tempurung kelapa secara langsung semakin besar. Dengan keadaan ini maka resiko kerusakan bahan lebih besar pada mata pisau 6 pasang.

ŷ = 2,75x - 7,333

Jumlah mata pisau

persentase bahan rusak

(46)

35

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perbedaan jumlah pisau roller memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas hasil alat tetapi memberikan pengaruh tidak nyata terhadap persentase kerusakan bahan.

2. Pada jumlah pisau roller 2 pasang kapasitas olah alat 300 buah/jam, pada 4 pasang kapasitas olah alat 512 buah/jam dan pada 6 pasang kapasitas olah alat 744 buah/jam.

3. Persentase kerusakan bahan pada perlakuan variasi jumlah pisau roller

memberikan pengaruh tidak nyata yakni pada perlakuan jumlah pisau roller 2 pasang dan 4 pasang tidak terdapat kerusakan bahan namun pada perlakuan 6 pasang terdapat kerusakan bahan sebesar 11%.

4. Semakin banyak jumlah pisau roller yang digunakan maka waktu yang dibutuhkan untuk pengupasan sabut kelapa semakin cepat sehingga kapasitas yang dihasilkanpun semakin besar.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai batasan jumlah pisau roller

yang ideal dalam pengupasan sabut kelapa.

2. Perlu dilakukan penelitian kombinasi bentuk mata pisau untuk mengurangi resiko kerusakan bahan.

(47)

36

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Z., 2006. Elemen Mesin I. Refika Aditama, Bandung.

Anonimous, 2010. Sproket. Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Sproket. [30 Mei 2012].

Anwari dan M. Raffei., 1980. Bagian - Bagian Mesin. Depdikbud, Bandung. Boentarto, 2000. Megatasi Kerusakan Diesel. Puspa Swara , Yogyakarta. Daryanto, 1993. Dasar - Dasar Teknik Mesin. Rineka Cipta, Jakarta. Daryanto, 2007. Dasar - Dasar Teknik Mesin. Rineka Cipta, Jakarta.

Daywin, F. J., R. G. Sitompul dan I. Hidayat., 2008. Mesin - Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha IlmuYogyakarta.

Hardjosentono, M., dkk., 2000. Mesin - Mesin Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Niemann, G., 1982. Elemen Mesin: Desain dan Kalkulasi dari Sambungan,

Bantalan dan Poros. Penerjemah Bambang Priambodo. Erlangga, Jakarta. Pratomo, M dan Irwanto., 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen Pendidi-

kan dan Kebudayaan, Jakarta.

Pudjanarsa, A dan Nursuhud, D., 2008. Mesin Konversi Energi. Andi Press, Yogyakarta.

Putra B. I., A. Hidayat dan J. Purnama., 2008. Elemen Mesin Untuk Teknik Industri. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Rindengan, B., dan Hengky N., 2004. Minyak Kelapa Murni: Pembuatan dan Pemanfaatan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rizaldi, T., 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian FP-USU, Medan.

Roth, L. O., F. R. Crow, and G. W. A. Matoney., 1982. Agriculture Engineering.

AVI Publishing. Westport, USA.

Smith, H. P., dan Wilkes, L. H., 1990. Mesin Dan Peralatan Usaha Tani. UGM- Press, Yogyakarta.

(48)

37

Suhardiman, P., 1999. Bertanam Kelapa Hibrida. Penebar Swadaya, Jakarta. Suhardiyono, L., 1988. Tanaman Kelapa. Kanisius, Yogyakarta.

Sukamto, 2001. Upaya Meningkatkan Produksi Kelapa. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sularso dan K. Suga., 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradya Paramitha, Jakarta.

Warisno, 1998. Budidaya Kelapa Kapyor. Kanisius, Yogyakarta.

(49)

Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Jumlah mata pisau

(pasang)

Kapasitas efektif alat

(buah/jam) Bahan yang rusak (%) 2

4 6

300,30 525,12 744,51

(50)

39

Lampiran 2. Kapasitas alat (buah/jam)

Jumlah pisau

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- A 300,3 a A

2 7,991 12,101 B 525,12 b B

3 3,649 12,725 C 744,51 c C

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

(51)

Lampiran 3. Persentase bahan yang rusak / pecah (%)

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- A 0 a A

2 21,975 33,279 B 0 a A

3 10,035 34,994 C 11 b AB

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

(52)

41

Lampiran 4. Tabel data pengamatan sebelum di konversi. Pada 2 pasang mata pisau

No. Ulangan Diameter

BTS = Bahan Terkupas Sempurna :

(53)

Pada 6 pasang mata pisau

BTS = Bahan Terkupas Sempurna :

(54)

43

Lampiran 5. Tabel data pengamatan sesudah dikonversi Data kapasitas Efektif Alat (buah/jam)

Perlakuan Jumlah pisau (pasang)

Ulangan

Total Rataan

I II III

A 2 299,17 304,05 297,68 900,90 300,30

B 4 522,50 527,09 525,80 1575,38 525,12

C 6 739,73 750,52 743,29 2233,54 744,51

Data persentase bahan yang rusak (%)

Perlakuan Jumlah pisau (pasang)

Ulangan

Total Rataan

I II III

A 2 0 0 0 0 0

B 4 0 0 0 0 0

(55)

Lampiran 6. Flow chart pelaksanaan penelitian

Mulai

Mempersiapkan bahan

Mempersiapkan alat

Dihidupkan alat pengupas

Bahan diletakkan Diatas roller

Dihitung lama pengupasan

Pengukuran parameter

Analisis data

(56)

45

Lampiran 7. Prinsip kerja alat

Pengupasan sabut kelapa adalah suatu proses pelepasan sabut dari tempurung kelapa. Alat pengupas sabut kelapa mekanis dilengkapi dengan sepasang roller yang dihubungkan oleh roda gigi (gear) satu sama lain. Kedua

roller ini akan bergerak berlawanan arah jika dihubungkan dengan sumber tenaga (motor bensin). Pada kedua roller dipasang mata pisau yang bisa dibongkar pasang sehingga jumlahnya dapat diubah sesuai dengan yang diinginkan yakni 2 pasang, 4 pasang dan 6 pasang. Gerakan mata pisau pada roller berputar secara vertikal melingkar megikuti arah putaran roller. Akibat gerakan pisau akan menyebabkan aksi-reaksi gaya pada sabut jika kelapa diletakkan diatas roller

yang sedang bergerak. Kelapa yang diletakkan secara manual keatas roller akan langsung terkupas namun harus disertai dengan pemutaran buah kelapa oleh operator untuk menghindari pecahnya tempurung kelapa akibat tekanan mata pisau yang bersentuhan langsung dengan tempurung. Setelah terkupas, kelapa siap untuk dipindahkan sementara sabutnya terbuang kedalam hopper. Sumber tenaga (motor bensin) yang digunakan bertenaga 7,0 HP dimana tenaga ini diteruskan ke

(57)

Lampiran 8. Pemeliharaan alat Tujuan pemeliharaan

Dalam pemakaian alat dan mesin pertanian (alsintan) salah satu kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan adalah pemeliharaan. Pemeliharaan diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta menjaga setiap elemen-elemen alsintan agar terhindar dari kerusakan-kerusakan yang dapat menyebabkan menurunnya performa dari alsintan tersebut. Dengan perawatan yang dilakukan maka diharapkan alat dapat berfungsi secara maksimal baik dari segi kualitatif maupan kuantitatif produk yang dihasilkan. Secara ringkas kegiatan perawatan bertujuan untuk :

-Menghindari resiko kerusakan elemen-elemen alat.

-Menjaga kondisi peralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai.

-Untuk mempertahankan performa alat sesuai dengan umur ekonomi yang di targetkan.

-Mempertahankan efisiensi pengoperasian alat. Pemeliharaan elemen-elemen alat

(58)

47

Lampiran 9. Tabel Pemeliharaan elemen-elemen alat pengupas sabut kelapa mekanis

No Bagian alat Bentuk pemeliharaan

1. Motor bensin - Pengecekan oli agar tidak sempat habis dalam setiap kali operasi.

- Mengganti oli minimal sekali sebulan

- Membersihkan saringan udara dari debu yang menempel

2. Rantai - Menyetel tegangan rantai agar tidak terlalu kendur dan juga tidak terlalu tegang.

- Pemberian minyak gemuk agar terhindar dari keausan.

3. Sproket - Mengencangkan bautstut sproket agar tidak lepas dari as

4. Speed reducer - Mengencangkan ikatan baut dan mur pada dudukannya. - Pengecekan sambungan as motor bensin dengan as speed

reducer agar tetap kuat.

- Penggantian oli agar terhindar dari keausan.

5. Roller - Menghindari terkena air dan tempat lembab agar terhindar dari korosi.

- Dibersihkan dari sisa-sisa sabut kelapa yang menempel.

6. Mata pisau - Menghindari terkena air dan tempat lembab agar terhindar dari korosi.

- Dibersihkan dari sisa-sisa sabut kelapa yang menempel.

(59)
(60)
(61)
(62)

51

Lampiran 11. Dokumentasi buah kelapa dan alat pengupas sabut kelapa mekanis

Gambar 1. Kelapa setelah dikupas

Gambar 2. Sabut kelapa

(63)

Gambar 4. Alat tampak depan

Gambar 5. Alat tampak belakang

(64)

53

Lampiran 12. Spesifikasi alat pengupas sabut kelapa mekanis Dimensi

Panjang : 116 cm

Lebar : 51 cm

Tinggi : 91 cm

Roller pengupas

Panjang : 70 cm Diameter : 10 cm

Jarak : 3,2 cm

Mata pisau

Bentuk : segitiga jumlah : 48 buah Tinggi : 2,4 cm

Berat : 131 kg

(65)

Gambar

Tabel data pengamatan sebelum dikonversi ....................................... 41
Gambar 1. Diagram alir perencanaan
Tabel 1. Pengaruh variasi jumlah mata pisau terhadap parameter yang diamati
Tabel 2. Pengaruh variasi jumlah mata pisau roller terhadap kapasitas efektif (buah/jam)
+6

Referensi

Dokumen terkait

TUTIK KUSWI NANTP, M.Sc.. BADRON ZAKARIA,

ini berlangsung secara kontinu adalah hal yang tidak sulit bagi koperasi untuk. berkembang

secara lebih baik terkait bentuk, fungsi, makna bangunan yang terdapat pada masjid.. (3) Afrilliani (2015) dalam skripsi berjudul Analisis Semiotik

Information of processes: The data about acceptance rate, base repetition, academic failure, suitability of teaching methods of teachers, quality of management in

Abstrak: Tujuan penelitian ini mendeskripsikan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran Akuntansi di SMK N 1 Sragen. Jenis penelitian kualitatif dengan

kawasan pecinan Pasar Baru Jakarta Pusat adalah Masjid Lautze. Masjid

Sejalan dengan peubah tinggi tanaman dan jumlah daun saat panen, peubah berat segar dan berat kering caisim menunjukkan media tanah-vermikompos (50:50),

Merumuskan program dan kegiatan baik rutin maupiun anggaran berbasis kinerja berdasarkan tugas pokok dan fungsi kecamatan serta sumber daya yang ada berpedoman kepada