• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ciri-ciri umum

Pengamatan menggunakan lup dengan pembesaran 10x dilakukan pada penampang batang kayu E. urophylla berdasarkan variasi ketinggian dan kedalaman batang. Sifat anatomi batang kayu E. urophylla berdasarkan variasi ketinggian dan kedalaman batang yang diamati meliputi warna, kilap kayu, arah serat, bau dan rasa dan kekerasan kayu. Ciri-ciri umum kayu E. Urophylla dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Ciri-ciri Umum Kayu E. urophylla

No Ciri umum Keterangan

1. Warna Warna kuning kecoklatan dan tidak ada perbedaan warna yang

mencolok pada segmen ketinggian kayu.

2. Kilap Tidak mengkilap dan tidak dapat memantulkan cahaya.

3. Arah serat

Kesan raba

Memiliki serat yang lurus sampai berombak. Kesan raba agak halus

4. Bau dan rasa Tidak memiliki bau dan rasa yang khas.

5. Kekerasan Agak keras sampai keras

Kayu E. urophylla secara umum memiliki ciri-ciri berwarna kuning kecoklatan. Tidak ada perbedaan warna yang mencolok pada segmen ketinggian (pangkal, tengah, ujung) memiliki warna yang hampir sama. Permukaan kayu E. urophylla tidak mengkilap dan tidak dapat memantulkan cahaya. Ini disebabkan oleh kandungan lilin pada permukaan kayu E. urophylla tidak begitu nampak. Suatu jenis kayu dikatakan mengkilap, jika permukaan kayu tersebut bersifat memantulkan cahaya (Mandang dan Pandit, 1997).

Kayu E. urophylla memiliki arah serat yang lurus sampai berombak. Serat E. urophylla tampak jelas dengan pengamatan menggunakan lup dengan perbesaran 10x. Kayu dikatakan berserat lurus jika pembuluh dan sel-sel aksial lainnya membentang

searah dengan sumbu batang, dan serat dikatakan berombak jika sel-sel aksial tersusun berbelok-belok kearah longitudinal. Arah serat pada sepotong kayu mudah ditetapkan berdasarkan arah sel-sel pembuluh yang pada permukaan kayu tampak seperti goresan-goresan (Mandang dan Pandit, 1997).

Kayu E. urophylla memiliki kesan raba agak halus. Halus atau tidaknya kesan raba suatu jenis kayu tergantung dari tekstur kayu, besar kecilnya air yang dikandung, dan kadar zat ekstraktif didalam kayu (Dumanauw, 1990).

Kayu E. urophylla tidak memiliki bau dan rasa yang khas pada bagian batang. Menurut Damanik (2009) bahwa kandungan minyak atsiri pada kayu E. Urophylla

dominan pada daun, adapun pada kulit dan ranting sangat kecil sekali, hal ini yang menyebabkan bahwa kayu E. Urophylla tidak memiliki bau dan rasa yang khas pada bagian batang. Mandang dan Pandit (1997) menyatakan kebanyakan bau pada kayu sukar diterangkan. Hanya beberapa diantaranya yang mempunyai bau yang mudah dikenal.

Kayu E. urophylla memiliki kelas kekerasan agak keras sampai keras, ditandai pada saat penyayatan pada arah melintang kayu. Kayu E. urophylla agak susah pada saat disayat dan juga tidak meninggalkan bekas pada saat ditekan dengan kuku. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mandang dan Pandit (1997), yang menyatakan bahwa kayu ekaliptus tergolong kayu yang agak keras sampai keras.

Pori berganda 2 Sifat Anatomi

Pengamatan makroskopis

1. Pembuluh atau pori-pori

E. urophylla memiliki pembuluh atau pori-pori soliter, berganda radial 2, dan berkelompok tangensial. Gambar 10 menunjukkan penyebaran pembuluh atau pori-pori

pada kayu E. urophylla.

Gambar 10. Penyebaran Pori-pori Batang Kayu E. urophylla (Perbesaran 10x) 2. Parenkim

Pengamatan menggunakan lup dengan pembesaran 10x, dapat dilihat bahwa parenkim batang kayu E. urophylla berbentuk paratrakeal terselubung, parenkim menyelubungi pori-pori yang dapat dilihat pada Gambar 10. Menurut Mandang dan Pandit (1997), parenkim paratrakea selubung merupakan parenkim yang berbentuk selubung lengkap di sekeliling pembuluh, bundar atau sedikit lonjong.

3. Jari-jari

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa jari-jari pada kayu E. urophylla sempit dan jumlahnya sangat banyak. Tampak dengan pengamatan

Pori soliter

Berkelompok t i l Parenkim

menggunakan lup dengan pembesaran 10x. Menurut Mandang dan Pandit (1997), bahwa jari-jari kayu ekaliptus sempit, jumlahnya agak banyak dan ukurannya pendek.

Pengamatan mikroskopis Serat

Rata-rata panjang serat yang terdapat pada kayu E. urophylla bervariasi tergantung posisinya dalam ketinggian pohon. Serat terpanjang terdapat pada bagian pangkal, semakin pendek menuju bagian tengah batang hingga ke bagian ujung batang. Selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 1 – 3).

Gambar 11. Serat Kayu E. urophylla (Pembesaran 10x)

Dimensi serat seperti panjang serat, diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding serat memiliki hubungan yang kompleks satu sama lain dan mempunyai pengaruh yang mendasar terhadap sifat fisik pulp dan kertas serta tujuan penggunaannya. Menurut Panshin dan De Zeeuw (1980) dalam Rulliaty dan Lempang (2004) menyatakan ada korelasi antara dimensi sel dengan tingkat ketinggian dalam batang dan umur pohon. Umumnya dimensi sel bertambah sesuai dengan pertambahan

umur pohon sampai periode tertentu dimana sel-sel kambium dewasa dan kemudian sel-sel yang terbentuk akan mempunyai dimensi sel yang lebih kecil dibandingkan dimensi sel yang dibentuk sebelumnya. Nilai rata-rata dimensi serat hasil kayu E. urophylla dapat dilihat pada (Tabel 5).

Tabel 5. Nilai Rata-Rata Serat Kayu E. urophylla

Dimensi Serat (mikron)

Bagian Batang

Pangkal Tengah Ujung Rata-rata Panjang serat 1188,40 1068,20 1029,40 1095,33 Diameter serat 511,20 404,40 391,20 435,60 Diameter lumen 229,60 184,80 182,00 198,80 Tebal dinding serat 143,40 110,00 104,20 119,20

Rata-rata panjang serat kayu E. urophylla pada masing-masing bagian batang berturut-turut adalah pada bagian pangkal sebesar 1188,4 µ, pada bagian tengah sebesar 1068,2 µ dan pada bagian ujung adalah sebesar 1029,4 µ, dimana pengukuran serat dilakukan dengan dotgrid. Menurut Casey (1960) dalam Panggabean (2008) panjang serat E. urophylla dengan rata-rata 1095,3 µ termasuk dalam golongan serat sedang. Panjang serat merupakan unsur penting kekuatan kertas, karena serat panjang merupakan bahan kertas kraft yang perlu untuk produk kertas yang tidak diputihkan seperti karton berombak dan kantong belanjaan (Haygreen dan Bowyer 1989).

Panjang serat bervariasi dipengaruhi oleh jenis kayu, posisi, batang, umur, dan tempat tumbuh. Panjang serat E. urophylla kearah tinggi bertambah mulai dari pangkal batang sampai mencapai maksimum pada ketinggian tertentu dan selanjutnya

bertambah pendek sampai ujung. Semakin bertambahnya umur pohon, ukuran panjang serat cenderung bertambah (Pandit, 2002 dalam Nugraheni, 2008).

Diameter serat pada pangkal kayu E. urophylla cenderung lebih besar dengan rata-rata 511,2 µ, selanjutnya diikuti oleh batang bagian tengah 404,4 µ, dan paling kecil pada bagian ujung dengan rata-rata 3912 µ. Menurut Casey (1960) dalam Panggabean (2008) diameter serat E. urophylla dengan rata-rata 435,6 µ termasuk dalam klasifikasi diameter lebar. Pangkal batang didominasi oleh sel serat dewasa yang telah mengalami pertumbuhan secara sempurna sehingga diameter serat lebih besar.

Besarnya diameter serat dewasa disebabkan telah terjadi penebalan sekunder dari dinding sel dan proses lignifikasi telah selesai sehingga menambah diameter serat yang terbentuk. Menurut Nugraheni (2008) serat dengan diameter yang besar dan tipis mampu memberikan ikatan antar serat yang kuat dengan kekuatan lembaran yang tinggi.

Seperti halnya pada pengukuran panjang dan diameter serat, variasi diameter lumen serat juga memperlihatkan nilai yang lebih besar pada bagian pangkal dan semakin kecil menuju bagian tengah dan ujung kayu. Rata-rata diameter lumen serat kayu E. urophylla mulai dari bagian pangkal adalah sebesar 229,6 µ, dan pada bagian tengah adalah sebesar 184,8 µ, dan pada bagian ujung adalah sebesar 182 µ. Ini disebabkan pada bagian ujung kayu masih mengalami tingkat pertumbuhan.

Variasi tebal dinding serat kayu E. Urophylla juga memperlihatkan nilai yang lebih besar pada bagian pangkal dan semakin kecil menuju bagian tengah dan ujung kayu. Dimana rata-rata tebal dinding serat berturut-turut mulai dari bagian pangkal adalah sebesar 143,4µ, pada bagian tengah adalah sebesar 110 µ, dan pada bagian ujung adalah sebesar 104,2 µ. Tebal dinding serat menentukan terhadap sifat- sifat

kertas. Serat berdinding tipis mudah melembek dan menjadi pipih sehingga memberikan permukaan yang luas bagi terjadinya ikatan antar serat. Serat dengan dinding tebal sulit melembek dan juga menyulitkan dalam penggilingan dan akan memberikan kekuatan sobek rendah tetapi kekuatan tarik dan kekuatan lipatnya tinggi (Casey,1980 dalam Nugraheni,2008).

Sifat fisis

1. Kadar Air

Kadar Air Basah

Kadar air basah pada kayu E. urophylla dengan tiga variasi kedalaman yang tersarang pada variasi ketinggian batang kayu E. urophylla disajikan pada Tabel 6. Rata-rata nilai kadar air basah batang kayu E. urophylla adalah 65,20%. Nilai rata-rata kadar air basah kayu E. urophylla tertinggi pada bagian ujung dekat hati sebesar 84,93%, dan nilai rata-rata terendah pada bagian pangkal dekat kulit sebesar 47,38%.

Tabel 6. Nilai Rata-rata Kadar Air Basah Kayu E. urophylla

Variasi ketinggian

Variasi kedalaman

Dekat kulit (%) Tengah (%) Dekat hati (%) Rata-rata (%)

Pangkal 47,38 56,48 60,92 54,92

Tengah 51,94 68,64 73,51 64,69

Ujung 63,51 79,54 84,93 75,99

Berdasarkan analisis sidik ragam (Lampiran 5) diperoleh bahwa adanya pengaruh variasi ketinggian, dan variasi kedalaman yang tersarang pada variasi ketinggian terhadap kadar air basah, dan pada uji Duncan variasi ketinggian (ujung berbeda nyata dengan tengah dan pangkal, dan tengah berbeda nyata dengan pangkal). Uji Duncan pada variasi kedalaman yang tersarang pada variasi ketinggian (ujung hati bebeda nyata dengan pangkal kulit, pangkal tengah, pangkal hati, tengah kulit, tengah-tengah, dan ujung kulit, tetapi tidak bebeda nyata dengan ujung tengah dan tengah hati. Pada ujung tengah berbeda nyata dengan pangkal kulit, pangkal tengah, pangkal hati, tengah kulit, dan ujung kulit tetapi tidak berbeda nyata dengan tengah hati dan tengah-tengah).

Nilai rata-rata kadar air basah tertinggi pada batang bagian ujung dekat hati. Hal ini karena pada bagian ujung tersusun atas jaringan yang masih muda, dimana secara fisiologis jaringan tersebut masih berfungsi aktif dimana dinding selnya relatif lebih tipis dan rongga sel lebih besar dibanding dengan jaringan yang sudah tua. Menurut Haygreen dan Bowyer (1989) perbedaan kadar air pada kayu awal dan kayu akhir ini disebabkan karena perbedaan kerapatan kayu yang menunjukkan perbedaan kemampuan dinding sel kayu untuk mengikat air.

Kadar Air Kering Udara

Rata-rata nilai kadar air kering udara batang kayu E. urophylla adalah 13,20%. Nilai tertinggi kadar air kering udara kayu E. urophylla pada bagian ujung dekat hati sebesar 14,19%, dan nilai terendah pada bagian pangkal dekat kulit sebesar 12,57%. Nilai rata-rata kadar air kering udara kayu E. urophylla disajikan pada tabel 7.

Variasi ketinggian

Variasi kedalaman

Dekat kulit (%) Tengah (%) Dekat hati (%) Rata-rata (%)

Pangkal 12,57 12,67 13,00 12,74

Tengah 12,82 13,39 13,52 13,24

Ujung 12,99 13,74 14,19 13,64

Rata-rata (%) 12,79 13,26 13,57 13,20

Hasil analisis sidik ragam kadar air kering udara kayu E. urophylla (Lampiran 6) tidak ada pengaruh nyata antara variasi ketinggian, dan variasi kedalaman yang tersarang pada variasi ketinggian terhadap kadar air kering udara kayu E. urophylla pada masing-masing sampel.

Variasi kadar air kering udara pada batang kayu E. urophylla dikarenakan sifat kayu bersifat higroskopis. Sesuai dengan peryataan Dumanauw (1990) menyatakan kayu bersifat higroskopis, yaitu kemampuan kayu untuk menyerap atau mengeluarkan air tergantung pada suhu dan kelembaban udara sekelilingnya. Pada Tabel 8 dibawah ini menunjukkan beberapa nilai persen rata-rata kadar air kering udara pada beberapa jenis kayu cepat tumbuh.

Tabel 8. Nilai Rata-rata Kadar Air Kayu Cepat Tumbuh

Jenis Kayu Kadar Air (%)

Sengon buto (Enterolobium cyclocarpum) 13,49

Mahoni (Switenia sp) 16,79

Akasia (Acacia magium) 14,64

Suren (Toona sureni) 17,18

Eucaliptus urophylla 7 tahun

Eucalyptus grandis 6 tahun

13,20 14,75

Sumber : Abdurachman dan Nurwati Hadjib (2009). Hutagalung (2011)

Jika dibandingkan kadar air kering udara E. urophylla dengan jenis kayu cepat tumbuh lainnya, menunjukkan bahwa nilai rata-rata kadar air kering udara kayu sengon buto setara dengan E. urophylla. Sedangkan kayu akasia, mahoni, suren, dan E. grandis

umur 6 tahun kadar airnya lebih tinggi. Perbedaan kadar air dari beberapa jenis kayu tersebut disebabkan oleh laju perubahan kadar air dipengaruhi oleh jenis kayu, arah serat, umur kayu, dan ketebalan kayu.

2. Kerapatan

Nilai kerapatan kayu E. urophylla berkisar 0,40-0,57 g/cm3 dengan nilai rata-rata 0,51 g/cm3. Berdasarkan pembagian kelas kuat kayu dibandingkan dengan PKKI (1961)

dalam Frick dan Moediartianto (2004) maka kayu E. urophylla termasuk ke dalam kelas kuat III-IV, yang berarti kayu E. urophylla hanya dapat digunakan untuk konstruksi ringan. Kerapatan kayu E. urophylla pada masing-masing bagian batang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Rata-rata Kerapatan Kering Udara Kayu E. urophylla

Variasi ketinggian Variasi kedalaman Dekat kulit (g/cm3) Tengah (g/cm3) Dekat hati (g/cm3) Rata-rata (g/cm3) Pangkal 0,57 0,55 0,54 0,55 Tengah 0,56 0,49 0,48 0,51 Ujung 0,53 0,47 0,42 0,47 Rata-rata (g/cm3) 0,55 0,50 0,48 0,51

Nilai rata-rata kerapatan tertinggi kayu E. urophylla terdapat pada bagian pangkal dekat kulit sebesar 0,57 g/cm3, dan nilai rata-rata terendah pada bagian ujung

dekat hati sebesar 0,42 g/cm3. Hal ini menunjukkan semakin ke ujung bagian batang nilai kerapatan kayu E. urophylla semakin menurun dikarenakan pada bagian ujung tingkat pertumbuhannya tinggi dibandingkan bagian lain. Tsoumis (1991) menyatakan bahwa variasi kerapatan juga disebabkan oleh variasi anatomi kayu, salah satu yang membedakan adalah tipe sel (trakeid, pori dan sel parenkim).

Berdasarkan analisis sidik ragam (Lampiran 8) didapat ada pengaruh nyata pada variasi ketinggian terhadap nilai kerapatan kayu. Pada uji Duncan pangkal berbeda nyata dengan tengah, dan ujung dan tengah berbeda nyata dengan ujung. Kerapatan kayu merupakan suatu sifat fisis yang sangat penting terhadap kekuatan kayu, biasanya semakin tinggi kerapatan kayu maka semakin kuat kayu tersebut.

3. Penyusutan

a. Susut Radial

Penyusutan terjadi jika kayu kehilangan air dibawah titik jenuh serat, yaitu kehilangan air terikat. Rata-rata nilai susut radial basah kayu E. urophylla adalah 5,28%. Nilai rata-rata susut radial basah kayu E. urophylla disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Nilai Rata-rata Susut Radial Basah Kayu E. urophylla

Variasi ketinggian

Variasi kedalaman

Dekat kulit (%) Tengah (%) Dekat hati (%) Rata-rata (%)

Pangkal 5,55 5,08 5,66 5,43

Tengah 6,40 5,83 4,49 5,57

Ujung 6,25 4,35 4,00 4,86

Susut radial tertinggi terdapat pada bagian tengah dekat kulit sebesar 6,4%, dan nilai terendah terdapat pada bagian ujung dekat hati sebesar 4%. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan kadar air yang cukup besar pada bagian tengah dekat kulit, karena pada bagian tersebut terdapat kandungan air yang tinggi. Menurut Hutagalung (2011) rata-rata nilai persen susut radial pada kayu E. grandis umur 6 tahun adalah 3,68% lebih rendah dari pada penyusutan kayu E. urophylla dengan nilai rata-rata 5,28%. Berdasarkan analisis sidik ragam (Lampiran10) diperoleh bahwa tidak adanya pengaruh nyata antara variasi ketinggian, dan variasi kedalaman yang tersarang pada variasi ketinggian terhadap susut radial basah.

Susut radial kering udara disajikan pada Tabel 11. Rata-rata nilai susut radial kering udara batang kayu E. urophylla adalah 2,22%. Menurut Budianto (1996) penyusutan pada arah radial berkisar antara 2,1-8,5% yang merupakan penyusutan searah jari-jari kayu atau memotong tegak lurus lingkaran tahun.

Tabel 11. Nilai Rata-rata Susut Radial Kering Udara Kayu E. urophylla

Variasi ketinggian

Variasi kedalaman

Dekat kulit (%) Tengah (%) Dekat hati (%) Rata-rata (%)

Pangkal 2,54 2,29 2,21 2,34

Tengah 2,58 2,22 1,70 2,16

Ujung 2,43 2,19 1,90 2,17

Rata-rata (%) 2,51 2,23 1,93 2,22

Nilai susut radial kering udara tertinggi terdapat pada bagian tengah dekat kulit sebesar 2,58%, dan penyusutan terendah terdapat pada bagian tengah dekat hati sebesar 1,7%. Berdasarkan penelitian Hutagalung, (2011) rata-rata nilai persen

penyusutanya sebesar 1,94% lebih rendah dari penyusutan kayu E. urophylla dengan nilai 2,22%. Berdasarkan analisis sidik ragam (Lampiran 11) diperoleh bahwa tidak ada pengaruh nyata antara variasi ketinggian, dan variasi kedalaman yang tersarang pada variasi ketinggian terhadap susut radial kering udara. Susut radial kering udara semakin mendekati hati semakin menurun, hal ini dikarenakan berkas pembuluh lebih sedikit terdapat pada bagian dekat hati.

b. Susut Tangensial

Hasil pengukuran susut tangensial basah pada kayu E. urophylla disajikan pada Tabel 12. Rata-rata nilai susut tangensial basah batang kayu E. urophylla adalah 6,86%.

Tabel 12. Nilai Susut Tangensial Basah Kayu E. urophylla

Variasi ketinggian

Variasi kedalaman

Dekat kulit (%) Tengah (%) Dekat hati(%) Rata-rata (%)

Pangkal 7,92 7,61 7,56 7,69

Tengah 8,11 5,94 5,54 6,53

Ujung 7,4 5,96 5,75 6,37

Rata-rata (%) 7,81 6,50 6,28 6,86

Nilai tertinggi susut tangensial basah terdapat pada bagian tengah dekat kulit sebesar 8,11%, dan nilai terendah terdapat pada bagian tengah dekat hati sebesar 5,54%. Berdasarkan penelitian Hutagalung, (2011) bahwa nilai rata-rata susut tangensial basah sebesar 4,22% lebih rendah dari penyusutan kayu E. urophylla 6,86%. Hasil analisis sidik ragam susut tangensial basah (Lampiran 12) diperoleh adanya pengaruh variasi ketinggian terhadap susut tangensial basah. Pada uji Duncan pangkal berbeda nyata dengan tengah dan ujung.

Hasil pengukuran susut tangensial kering udara batang kayu E. urophylla

disajikan pada Tabel 13. Rata-rata nilai susut tangensial kering udara batang kayu E. urophylla adalah 2,62%.

Tabel 13. Nilai Rata-rata Susut Tangensial Kering udara Kayu E. urophylla

Variasi ketinggian

Variasi kedalaman

Dekat kulit (%) Tengah (%) Dekat hati (%) Rata-rata (%)

Pangkal 2,83 2,67 2,81 2,77

Tengah 3,1 2,8 1,87 2,59

Ujung 2,87 2,55 2,12 2,51

Rata-rata (%) 2,93 2,67 2,26 2,62

Penyusutan tangensial kering udara tertinggi terdapat pada batang bagian tengah dekat kulit sebesar 3,1%, dan nilai terendah pada bagian tengah dekat hati sebesar 1,87%. Rata-rata nilai penyusutan tangensial kering udara terbesar pada bagian pangkal, tengah dan ujung batang pada bagian dekat kulit pada masing-masing bagian batang. Berdasarkan penelitian Hutagalung, (2008) bahwa nilai rata-rata susut tangensial kering udara kayu E. grandis umur 6 tahun adalah 2,62% sama dengan hasil penyusutan tangensial kering udara pada kayu E. urophylla umur 7 tahun.

Hasil analisis sidik ragam susut tangensial kering udara (Lampiran 13) diperoleh ada pengaruh nyata antara variasi ketinggian, dan variasi kedalaman yang tersarang pada variasi ketinggian terhadap masing-masing sampel. Pada uji Duncan variasi ketinggian (pangkal berbeda nyata dengan tengah, dan ujung. Pada bagian tengah juga berbeda nyata dengan ujung). Uji Duncan variasi kedalaman yang tersarang pada variasi ketinggian (tengah kulit berbeda nyata dengan tengah hati, dan ujung hati tapi tidak

berbeda nyata dengan pangkal kulit, pangkal tengah, pangkal hati, tengah-tengah, ujung kulit, dan ujung tengah).

c. Susut Longitudinal

Hasil pengukuran susut longitudinal basah batang kayu E. urophylla disajikan pada Tabel 14. Rata-rata nilai susut longitudinal basah batang kayu E. urophylla adalah 0,28%.

Tabel 14. Nilai Rata-rata Susut Longitudinal basah Kayu E. urophylla

Variasi ketinggian

Variasi kedalaman

Dekat kulit (%) Tengah (%) Dekat hati (%) Rata-rata (%)

Pangkal 0,32 0,15 0,27 0,24

Tengah 0,30 0,27 0,35 0,30

Ujung 0,33 0,23 0,34 0,30

Rata-rata (%) 0,31 0,21 0,32 0,28

Nilai susut longitudinal basah tertinggi terdapat pada bagian tengah dekat hati sebesar 0,35%, dan nilai terendah pada bagian pangkal tengah sebesar 0,15%. Hasil analisis sidik ragam longitudinal basah (Lampiran 14) tidak ada pengaruh nyata antara variasi ketinggian, dan variasi kedalaman yang tersarang pada variasi ketinggian terhadap masing-masing sampel.

Hasil pengukuran susut longitudinal kering udara batang kayu E. urophylla disajikan pada Tabel 15. Rata-rata nilai susut longitudinal kering udara batang kayu E. urophylla adalah 0,12%.

Tabel 15. Nilai Susut Longitudinal Kering Udara Kayu E. urophylla

Variasi ketinggian

Variasi kedalaman

Dekat kulit (%) Tengah (%) Dekat hati (%) Rata-rata (%)

Pangkal 0,12 0,07 0,16 0,11

Tengah 0,13 0,17 0,20 0,16

Ujung 0,11 0,05 0,16 0,10

Rata-rata (%) 0,12 0,09 0,17 0,12

Nilai susut longitudinal kering udara tertinggi terdapat pada bagian tengah dekat hati sebesar 0,20%, dan nilai terendah terdapat pada bagian ujung tengah sebesar 0,05%. Hal ini dikarenakan perbedaan besarnya air keluar dari dinding sel, yang disebabkan oleh faktor pengeringan kayu.

Hasil analisis sidik ragam longitudinal kering udara (Lampiran 15) diperoleh adanya pengaruh antara variasi ketinggian dan varisasi kedalaman yang tersarang pada variasi ketinggian terhadap pada masing-masing sampel, pada uji Dancan variasi ketinggian (tengah berbeda nyata dengan ujung, dan pangkal). Uji Dancan pada variasi kedalaman yang tersarang pada variasi ketinggian (tengah-tengah berbeda nyata dengan pangkal tengah, tengah hati, ujung kulit dan ujung tengah tetapi tidak berbeda nyata dengan pangkal kulit, pangkal hati, tengah kulit, dan ujung hati).

Hampir pada setiap penyusutan, nilai susut paling besar terdapat pada bagian dekat kulit dan tengah. Hal ini dikarenakan pada bagian tersebut kadar air banyak tersimpan, sehingga pada saat dilakukan pengeringan udara dan pengeringan kering oven, susut pada bagian tersebut besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haygreen dan Bowyer, (1989) yang menyatakan hubungan antara penyusutan dan kandungan air pada

dasarnya adalah linier. Hal ini berarti bahwa spesies dengan kerapatan tinggi haruslah menyusut lebih banyak per persen perubahan kandungan air dari pada spesies dengan kerapatan rendah.

Nilai penyusutan pada tangensial, radial dan longitudinal kayu E. urophylla

diperoleh susut basah bidang T (6,86) > R (5,28) > L (0,28). Sama halnya pada susut kering udara, dimana pada bidang radial, tangensial dan longitudinal kayu E. urophylla

pada susut kering udara juga didapat nilai T (2,62) > R (2,22) >L (0,12). Hal ini sesuai dengan Haygreen dan Bowyer, (1989) yang mengemukakan perubahan dimensi kayu pada arah tengensial lebih besar daripada arah radial dan longitudinal.

Sifat Mekanis

1. Modulus Lentur (Modulus of Elasticity)

Nilai MOE kayu E. urophylla dapat dilihat pada Tabel 16. Rata-rata nilai MOE batang kayu E. urophylla adalah 6,72x104 kg/cm2. Nilai rata-rata MOE batang kayu E. urophylla disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Nilai Rata-rata MOE Batang Kayu E. urophylla

Variasi Ketinggian Variasi Kedalaman Dekat kulit (kg/cm2) Tengah (kg/cm2) Dekat hati(kg/cm2) Rata-rata (kg/cm2) Pangkal 6,22x 104 6,92 x104 6,80 x104 6,64 x104 Tengah 6,57x104 6,30 x104 6,35 x104 6,40 x104 Ujung 6,74x104 7,85 x104 6,79 x104 7,13 x104 Rata-rata (kg/cm2) 6,51x104 7,02 x104 6,64 x104 6,72 x104

Nilai MOE tertinggi sebesar 7,85 x 104 kg/cm2 pada bagian ujung tengah, nilai terendah sebesar 6,22 x 104 kg/cm2 pada bagian pangkal dekat kulit. Dari data nilai MOE dibandingkan dengan PKKI (1961) dalam Frick dan Moediartianto (2004) kayu E. urophylla termasuk kedalam kelas kuat IV. Hasil analisis keragaman MOE batang kayu E. urophylla (Lampiran 17) tidak ada pengaruh nyata antara variasi ketinggian, dan variasi kedalaman yang tersarang pada variasi ketinggian terhadap MOE batang kayu E. urophylla.

2. Modulus Patah (Modulus of Rupture)

Hasil penelitian terhadap kayu E. urophylla didapat nilai MOR batang kayu E. urophylla disajikan pada Tabel 17. Rata-rata nilai MOR batang kayu E. urophylla adalah 417,20 kg/cm2.

Tabel 17. Nilai Rata-rata MOR Batang Kayu E. urophylla

Variasi Ketinggian Variasi Kedalaman Dekat kulit (kg/cm2) Tengah (kg/cm2) Dekat hati (kg/cm2) Rata-rata (kg/cm2) Pangkal 429,56 385,24 368,78 394,52 Tengah 450,22 413,70 408,78 424,23 Ujung 419,71 465,28 413,57 432,85 Rata-rata (kg/cm2) 433,16 421,40 397,04 417,20

Nilai MOR tertinggi sebesar 465,28 kg/cm2 pada bagian ujung tengah, nilai terendah sebesar 368,78 kg/cm2 pada bagian pangkal dekat hati. Dari data nilai MOR dibandingkan dengan PKKI (1961) dalam Frick dan Moediartianto (2004) kayu E.

Dokumen terkait