• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hidromorfometrik Waduk

Volume total waduk selama penelitian berkisar antara 664710752 m3 − 2128520800 m3 (Tabel 2). Volume total bervariasi sesuai dengan waktu. Pada musim kemarau volume total berkisar antara 681245872 m3− 1378147648 m3 , antara musim kemarau − hujan berkisar antara 664710752 m3 − 1102809535 m3 dan musim hujan 1313861069 m3 − 2128520800 m3. Volume total minimum pada bulan Oktober (664710752 m3) dan maksimum bulan Mei (2128520800 m3). Berdasarkan volume total tiap waktu terlihat bahwa pada musim kemarau terjadi flushing sementara dari bulan November sampai Mei terjadi loading. Volume waduk ini berhubungan dengan kedalaman perairan. Pada musim kemarau, kedalaman perairan menjadi lebih dangkal, sehingga volume waduk akan berkurang.

Tabel 2. Volume, in flow, out flow , ∆ volume antar waktu dan RT dari Juni 2003 sampai Mei 2004

Waktu Volume (m3) In flow (m3) Out flow

(m3) ∆ Volume (m3) RT (bulan) Juni 1378147648 232536960 424821024 6.87 Juli 1139223547 183721824 435569184 - 238924101 4.40 Agustus 898063248 145260000 377849664 - 241160299 4.08 September 681245872 223448544 300475872 - 216817376 4.73 Oktober 664710752 385502112 259609536 - 16535120 4.78 November 812673562 248909760 251378208 + 147962810 9.30 Desember 880328274 641005056 291690720 + 67654712 3.09 Januari 1102809535 406732320 261493056 + 222481261 5.37 Februari 1313861069 564405408 236716992 + 211051534 3.89 Maret 1655042858 590219136 270658368 + 341181789 6.46 April 1880289668 496867392 278582112 + 225246810 7.62 Mei 2128520800 442340352 293662368 + 248231132 36.68 Keterangan RT : Residence Time

Sumber data : Perum Otorita Jatiluhur

Volume masing-masing zona juga berubah sesuai dengan waktu. Pada musim kemarau volume waduk relatif lebih kecil dibanding musim hujan. Volume zona lakustrin pada musim kemarau rata-rata 124128968 m3, musim hujan 188503626 m3 , dan antara musim kemarau-hujan 134478485 m3. Di zona transisi, volume rata-rata pada musim kemarau 37390431 m3, pada musim hujan

48

58553971 m3, dan antara musim kemarau − hujan 34489288 m3. Selanjutnya volume zona riverine pada musim kemarau 1724123 m3, musim

hujan 736785 m3 dan antara musim kemarau − hujan 5975129 m3 (Lampiran 2). Volume waduk pada musim hujan 1.7 kali lebih besar dibanding musim kemarau. Peningkatan volume terbesar pada bulan November mencapai 30%.

Luas permukaan zona lakustrin musim kemarau rata-rata 14510037 m2, musim hujan 21398218 m2 dan antara musim kemarau − hujan 16524890 m2. Di zona transisi, luas permukaan pada musim kemarau rata-rata 4378597 m2, musim hujan 6537962 m2 dan antara musim kemarau hujan 4299607 m2;

sedangkan di zona riverin luas permukaan musim kemarau rata-rata 323700 m2, musim hujan 818924 m2 dan antara musim kemarau − hujan 188635 m2 (Lampiran 3).

Curah hujan pada musim kemarau berkisar antara 0 − 35 mm, musim hujan berkisar antara 0.80 − 90.50 mm, dan antara musim kemarau − hujan berkisar 0.30 − 115.50 mm (Lampiran 4). Pada bulan Juli − Agustus tidak turun hujan. Luas dan volume waduk minimum ditemukan pada bulan Oktober dan maksimum pada bulan Mei. Luas atau volume waduk dipengaruhi oleh curah hujan, debit air masuk (in flow) serta air keluar (out flow).

Berdasarkan inflow dan outflow selama pengamatan diperoleh lama waktu tinggal per bulan. Lama waktu tinggal secara teoritis (residence time) pada musim hujan lebih lama dibanding musim kemarau dan antara kemarau dan hujan. Waktu tinggal paling singkat ditemukan pada bulan Desember (3.09 bulan) dan terlama pada bulan Mei (36.68 bulan). Semakin lama waktu tinggal, maka akan semakin lama material tertentu berada di perairan.

Tinggimuka air (TMA) selama pengamatan berkisar antara 73.42 m sampai 103.24 m; tma minimum ditemukan pada bulan Oktober dan maksimum pada bulan Mei. Saat tinggi muka air 82.26 m yaitu pada bulan Agustus, stasiun pengamatan zona riverin menjadi daratan, dan pada saat tinggi muka air 73.42 m (November), stasiun zona riverin dan stasiun zona transisi (T3) menjadi daratan (Lampiran 5). Apabila tinggi muka air pada bulan Mei 2004 sebagai patokan, maka pada bulan Juni tinggi muka air turun 12 m. Penurunan tinggi muka air maksimum ditemukan pada bulan Oktober yakni mencapai 27 m.

Beban hidrolik pada musim kemarau berkisar antara 0.17 − 0.33. Sementara antara musim kemarau − hujan berkisar antara 0.31 − 0.69 dan musim hujan berkisar antara 0.23 − 0.42 (Lampiran 5). Beban hidrolik rata-rata

49

per musim, terbesar antara musim kemarau − hujan (0.50), terkecil pada musim kemarau (0.21) dan beban terbesar ditemukan pada musim kemarau.

Suhu

Profil vertikal suhu di stasiun terpilih masing-masing zona disajikan pada Gambar 15. Pada musim kemarau suhu permukaan berkisar antara 28.4oC− 32.0oC, antara musim kemarau − hujan berkisar antara 29.0oC − 33.4oC, dan musim hujan berkisar antara 28oC− 31oC. Selanjutnya di dasar perairan pada pada musim kemarau berkisar antara 27.1oC 28.7oC, antara musim kemarau

hujan 27.5oC − 32.9oC dan pada musim hujan 27.0oC− 28.0oC. Profil vertikal suhu di semua stasiun pengamatan memiliki kecenderungan yang sama, yaitu suhu berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Menurut Birge (1897) dalam Cole (1983), menyebutkan termoklin adalah daerah dengan perubahan suhu 1oC setiap m. Berdasarkan definisi ini, maka profil Waduk Ir. H. Juanda tidak memiliki termoklin.

Suhu permukaan di zona lakustrin pada musim kemarau berkisar antara 28.6oC − 32.0oC,antara musim kemarau − hujan berkisar antara 29.0oC − 31.4oC, dan musim hujan berkisar antara 28.0oC 31oC. Di zona transisi suhu

permukaan pada musim kemarau berkisar antara 28.2oC − 30.5oC, antara musim kemarau − hujan 30.3oC − 31.9oC, dan musim hujan 28.0oC − 30.5oC. dan di zona riverin suhu permukaan musim kemarau berkisar antara 28.4oC − 31.0 oC, antara musim kemarau − hujan 30.7oC − 31.5oC, dan 29.0oC − 31.0o C pada musim hujan.

Pada musim kemarau di dasar zona lakustrin, suhu berkisar antara 27.1oC sampai 27.9oC, antara musim kemarau − hujan 27.0oC − 28.7oC, dan musim hujan 27.0oC. Di zona transisi pada musim kemarau suhu antara 27.0oC − 28.7oC, antara musim kemarau − hujan 27.5oC − 30.0oC, dan musim hujan 27.0oC − 27.5oC. Di zona riverin pada musim kemarau berkisar antara 28.0oC − 28.2oC, antara musim kemarau − hujan 28.5oC − 30.3oC dan 27.5oC − 28.0oC pada musim hujan.

Perbedaan suhu permukaan dan dasar di zona lakustrin pada musim kemarau 2.3oC, antara musim kemarau − hujan 2.1oC, dan 2.5oC pada musim hujan. Sementara di zona transisi pada musim kemarau perbedaan antara suhu permukaan dan dasar 1.7oC , antara musim kemarau − hujan 2.3oC dan pada musim hujan 2.6oC. Umumnya perbedaan suhu antara permukaan dan dasar

50 St asiun L1 0 10 20 30 40 50 25 30 35 Suhu (o C) Jun Jul Agt Sep St asiun L1 0 10 20 30 40 50 25 30 35 Suhu (o C) Okt Nov Des Jan St asiun L1 0 10 20 30 40 50 25 30 35 Suhu (o C) Feb M ar Apr M ei St asiun T1 0 10 20 30 40 50 25 30 35 Suhu (o C) Jun Jul Agt Sep Stasiun T1 0 10 20 30 40 50 25 30 35 Suhu (oC) Okt Nov Des Jan Stasiun T1 0 10 20 30 40 50 25 30 35 Suhu (oC) Feb M ar A pr M ei St asiun R1 0 10 20 30 25 30 35 Suhu (o C) Jun Jul St asiun R1 0 10 20 30 25 30 35 Suhu (o C) Des Jan St asiun R1 0 10 20 30 25 30 35 Suhu (o C) Feb M ar Apr M ei

Gambar 15. Profil vertikal suhu dari Juni 2003 − Mei 2004 di Waduk Ir. H. Juanda (berturut-turut dari atas ke bawah stasiun zona lakustrin, stasiun zona transisi dan stasiun zona riverin)

51

perairan relatif sangat kecil kecuali pada musim hujan. Di riverin perbedaan suhu permukaan dan dasar pada musim kemarau relatif kecil yaitu 1.1oC , antara musim kemarau − hujan 1.2oC dan pada musim hujan 2.0oC. Kecilnya perbedaan suhu pada musim kemarau di zona riverin disebabkan kedalaman perairan yang relatif kecil, hanya berkisar antara 4 m − 6 m. Secara umum dapat disebutkan bahwa profil vertikal suhu antar zona di Waduk Ir. H. Juanda memiliki pola yang relatif sama.

Di lakustrin, uji two way anova menunjukkan antar kedalaman suhu signifikan pada α=95% di semua stasiun, tetapi antar waktu hanya di stasiun L3. suhu signifikan. Di zona transisi (stasiun T1 dan T2), antar kedalaman dan antar waktu pada musim kemarau dan antara kemarau − hujan suhu signifikan (α=95%). Pada musim hujan uji two way anova menunjukkan antar kedalaman suhu signifikan (α=95%), tetapi antar waktu tidak signifikan. Uji lanjut di zona lakustrin menunjukkan bahwa perubahan suhu di permukaan dan pada kedalaman 7 m signifikan (α=95%) tetapi pada kedalaman 7 m dan 15 m serta 15 m dan 25 m tidak signifikan (α=95%). Di transisi perubahan suhu antara permukaan, kedalaman 7 m, dan 15 m signifikan (α=95%), tetapi antara kedalaman 15 m dan 25 m tidak signifikan (α=95%). Ini berarti di zona transisi, kolom air relatif stabil setelah kedalaman 15 m sedangkan di zona lakustrin setelah kedalaman 7 m seperti disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji two way anova suhu antar kedalaman dan antar waktu di zona lakustrin dan transisi Waduk Ir. H. Juanda

Stasiun Kemarau Antara kemarau −

hujan

Hujan

ked. waktu ked. waktu ked. Waktu

L1 S TS S S S S L2 S TS S TS S S L3 S S S S S TS T1 S S S S S TS T2 S TS S TS S S T3 S TS − − S TS Keterangan

Ked. : Kedalaman (permukaan, 7 m, 15 m dan 25 m)

Waktu : Kemarau (Juni − September), Antara kemarau − hujan (Oktober − Februari), Musim Hujan (Februari − Mei)

S : Signifikan (pada α=95%) TS : Tidak Signifikan (pada α=95%)

52

Selanjutnya antar stasiun dalam zona yang sama jika dibandingkan terlihat tidak signifikan. Uji two way anova antar stasiun menunjukkan antar stasiun dalam zona yang sama di masing-masing kedalaman tidak signifikan (tidak berbeda). Tetapi antar waktu, pada musim hujan terlihat suhu signifikan di permukaan dan kedalaman 15 m. Antara musim kemarau − hujan suhu signifikan hanya pada permukaan di zona laksutrin. Sementara di zona transisi antar waktu, suhu signifikan di permukaan pada musim hujan dan antara musim kemarau − hujan seperti tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji two way anova suhu antar stasiun dan antar waktu pada berbagai kedalaman di zona lakustrin dan transisi Waduk Ir. H. Juanda

Zona Ked. (m)

Kemarau Antara kemarau − hujan

Hujan

stasiun waktu stasiun waktu stasiun Waktu

Lakustrin 0.5 TS TS TS S TS S 7 TS TS TS TS TS TS 15 TS TS TS TS TS S 25 TS TS TS TS TS TS Transisi 0.5 TS TS TS S TS S 7 TS TS TS* TS* TS TS 15 TS* TS* TS* TS* TS TS 25 TS* TS* TS* S* TS TS Keterangan Ked. : Kedalaman S : Signifikan (pada α=95%) TS : Tidak Signifikan (pada α=95%)

* : Uji hanya dilakukan pada stasiun T1 dan T2

Jadi antar kedalaman suhu berbeda nyata baik di zona lakustrin maupun transisi, dengan kata lain ada stratifikasi suhu di perairan, tetapi stratifikasi suhu ini tidak sampai menyebabkan termoklin, sehingga tidak ada batas antara lapisan epilimnion dan hipolimnion atau difusi dapat terjadi antara lapisan trophogenik dan tropholitik atau sebaliknya.

Oksigen Terlarut

Konsentrasi oksigen terlarut (DO) selama pengamatan menunjukkan pola yang cenderung hampir sama. Umumnya konsentrasi DO di permukaan relatif lebih besar dibanding kedalaman di bawahnya (Gambar 16). Pada musim hujan, konsentrasi oksigen terlarut di permukaan dan kedalaman 7 m relatif lebih besar dibanding pada musim kemarau dan antara musim kemarau − hujan.

53

Pada kedalaman diatas 15 m, konsentrasi oksigen terlarut cenderung rendah dan tidak banyak berubah baik itu di lakustrin maupun transisi. Konsentrasi oksigen pada kedalaman ini umumya lebih kecil dari 3 mg/L kecuali pada bulan Oktober di stasiun L3. Hal ini disebabkan oleh masukan oksigen ke lapisan hipolimnion hampir tidak ada (Matthew dan Effler, 2006) dan dekomposisi bahan organik yang relatif tinggi. Kecilnya konsentrasi oksigen mulai pada kedalaman 15 m menunjukkan bahwa kondisi perairan telah anoksik baik itu di lakustrin maupun transisi.

Profil vertikal DO berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Pada musim kemarau, konsentrasi oksigen di permukaan berkisar antara 1.33 – 9.04 mg/L, antara musim kemarau − hujan berkisar antara 3.38 – 11.82 mg/L, dan pada musim hujan berkisar antara 6.10 – 12.95 mg/L. Pada kedalaman 7 m berturut-turut dari musim kemarau, antara musim kemarau − hujan dan musim hujan yaitu : 1.09 – 5.27 mg/L, 0.27 – 6.87 mg/L dan 0.71 – 8.76 mg/L. Pada kedalaman 15 m :0.47 – 2.62 mg/L, 0 – 3.26 mg/L dan 0 − 1.18 mg/L dan pada kedalaman 25 m : 0 – 1.67 mg/L, 0 – 2.13 mg/L , dan 0 − 0.47 mg/L (Lampiran 7). Di permukaan konsentrasi oksigen terendah 1.33 mg/L ditemukan pada bulan Juli dan tertinggi 12.95 mg/L pada bulan Mei. Pada kedalaman 7 m, konsentrasi DO terendah 0.27 mg/L pada bulan Januari di stasiun T3 sedangkan tertinggi 8.76 mg/L pada bulan Mei di stasiun T2. Selanjutnya di kedalaman 15 m, konsentrasi terendah 0 mg/L dan tertinggi 3.26 mg/L pada bulan Oktober (di stasiun L3), serta di kedalaman 25 m, terendah 0 mg/L dan tertinggi 2.13 mg/L juga pada bulan Oktober di stasiun L3 (Gambar 16). Konsentrasi oksigen terlarut berfluktuasi dan cenderung meningkat pada musim hujan baik di lakustrin transisi maupun riverin (Gambar 16 dan Gambar 17).

Konsentrasi DO rata-rata di permukaan selama pengamatan relatif tinggi (3.32 − 8.93 mg/L) dibanding kedalaman dibawahnya. Pada kedalaman 7 m, konsentrasi DO berkisar antara 1.44 − 4.78 mg/L, di kedalaman 15 m berkisar antara 0.22 − 1.64 mg/L dan pada kedalaman 25 m berkisar antara 0.06 − 1.06 mg/L. Jadi terlihat bahwa oksigen cukup tersedia hanya di lapisan atas. Menurut Schmittou (1991), ikan budidaya akan hidup dengan layak bila kandungan oksigen terlarut yang tersedia di perairan lebih besar dari 3 mg/L. Apabila ditentukan konsentrasi DO kecil dari 3 mg/L adalah konsentrasi kritis, maka di lapisan tengah zona lakustrin, konsentrasi oksigen sudah pada titik kritis seperti disajikan pada Tabel 5.

54 Permukaan 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00

Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Waktu (bulan) K o ns en tr a s i ( m g/L) L1. 0 L2.0 L3.0 T1. 0 T2.0 T3.0 Kedalaman 7 m 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00

Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Waktu (bulan) K on s e ntr as i ( m g/L ) L1. 7 L2.7 L3.7 T1. 7 T2.7 T3.7 Kedalaman 15 m 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00

Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Waktu (bulan) K o ns en tr a s i ( m g/L) L1. 15 L2.15 L3.15 T1. 15 T2.15 T3.15 Kedalaman 25 m 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00

Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Waktu (bulan) K o ns en tr a s i ( m g/L) L1. 25 L2.25 L3.25 T1. 25 T2.25 T3.25

Gambar 16. Konsentrasi DO (mg/L) pada berbagai kedalaman dari Juni 2003 − Mei 2004 di zona lakustrin dan transisi Waduk Ir. H. Juanda

55

Tabel 5. Konsentrasi oksigen rata-rata (mg/L) per musim pada berbagai kedalaman di zona lakustrin dan transisi Waduk Ir. H. Juanda

Zona Ked. (m) Konsentrasi oksigen (mg/L)

Kemarau Antara kemarau − hujan Hujan Lakustrin 0.5 4.72 mg/L 8.32 mg/L 8.93 mg/L 7 2.99 mg/L 4.24 mg/L 4.78 mg/L 15 1.64 mg/L 1.11 mg/L 0.22 mg/L 25 1.06 mg/L 0.75 mg/L 0.06 mg/L Transisi 0.5 3.32 mg/L 6.20 mg/L 7.88 mg/L 7 1.44 mg/L 1.74 mg/L 3.64 mg/L 15 1.46 mg/L 0.43 mg/L 0.32 mg/L 25 0.94 mg/L 0.17 mg/L 0.11 mg/L Keterangan Ked : kedalaman(m)

Sementara di zona transisi pada kedalaman 7 m, baik musim kemarau maupun antara kemarau − hujan konsentrasi DO lebih kecil dari 2 mg/L, atau lebih kecil dari syarat yang dibutuhkan untuk kebutuhan budidaya ikan. Ini berarti pada kedalaman 7 m, perairan telah mengalami kondisi anoksik atau anaerob sedangkan di zona lakustrin kondisi anoksik ditemukan mulai pada kedalaman 15 m. Kondisi di zona transisi ini disebabkan oleh pengaruh aktivitas KJA.

Konsentrasi oksigen terlarut rata-rata permukaan dan kedalaman 7 m di zona lakustrin pada musim antara kemarau − hujan dan musim hujan relatif lebih besar dibanding musim kemarau. Hal ini sehubungan dengan konsentrasi bahan organik yang relatif lebih besar pada musim kemarau (6.926 mg/L) dibanding antara musim kemarau − hujan (5.121 mg/L) dan musim hujan (6.206 mg/L) sehingga dibutuhkan lebih banyak oksigen untuk proses dekomposisi aerobik.

Selanjutnya jika dihubungkan dengan suhu, pada musim hujan suhu permukaan relatif lebih kecil dibanding musim kemarau dan antara kemarau − hujan. Di zona lakustrin misalnya rata-rata suhu permukaan pada musim hujan 29.5 oC relatif lebih kecil dibanding suhu rata-rata musim kemarau 29.7 oC dan antara kemarau − hujan 30.6 oC. Demikian juga di zona transisi rata-rata suhu permukaan pada suhu musim hujan 29.5 oC, musim kemarau 30.0 oC dan antara musim kemarau − hujan 30.7 oC. Suhu yang lebih rendah dan adanya agitasi permukaan pada musim hujan menyebabkan kelarutan oksigen relatif lebih besar. Konsentrasi DO permukaan yang lebih tinggi pada musim hujan dan antara kemarau − hujan mengakibatkan oksigen yang merambat ke lapisan

56

dibawahnya lebih besar dibanding musim kemarau yang konsentrasi DO relatif lebih kecil.

Uji two way anova antar kedalaman (permukaan, 7 m, 15 m, dan 25 m) di zona lakustrin, signifikan pada α=95%, tetapi antar waktu tidak signifikan. Di zona transisi stasiun T1 dan T2, konsentrasi DO signifikan antar kedalaman (α=95%) baik musim kemarau maupun hujan tetapi antar waktu tidak signifikan. Di stasiun T3 pada musim hujan, konsentrasi DO antar kedalaman dan antar waktu berbeda nyata pada α=95% seperti disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji two way anova DO antar kedalaman dan antar waktu di zona lakustrin dan transisi Waduk Ir. H. Juanda

Stasiun Kemarau Antara kemarau − hujan Hujan

Ked. Waktu Ked. Waktu Ked. Waktu

L1 S TS S TS S TS L2 S TS S TS S TS L3 S TS S TS S TS T1 S TS S TS S TS T2 S TS S TS S TS T3 TS S − − S S Keterangan

Ked. : kedalaman (permukaan, 7 m, 15 m, 25 m) S : Signifikan (pada α=95%)

TS : Tidak Signifikan (pada α=95%) - : Stasiun menjadi daratan

Waktu : Juni − September (kemarau); Oktober − Januari (antara kemarau − hujan); Februari − Mei (hujan)

Di stasiun L1, uji lanjut menunjukkan bahwa pada musim kemarau konsentrasi oksigen terlarut di permukaan dan kedalaman 7 m signifikan tetapi pada kedalaman 7 m dan 15 m serta 15 m dan 25 m tidak signifikan (Lampiran 8). Sementara antara musim kemarau − hujan hanya pada kedalaman 15 m dan 25 m yang tidak signifikan (Lampiran 9). Pada musim hujan konsentrasi DO di permukaan dan kedalaman 15 m signifikan demikian juga di permukaan dan kedalaman 25 m (Lampiran 10).

Uji two way anova antar stasiun dalam zona yang sama menunjukkan stasiun L1, L2, dan L3 permukaan signifikan pada α=95% pada musim kemarau dan antara musim kemarau − hujan. Pada kedalaman 7 m, antar stasiun tidak signifikan kecuali antara musim kemarau − hujan. Selanjutnya pada kedalaman 15 m antar stasiun, signifikan hanya pada musim kemarau dan antar waktu pada musim hujan. Di kedalaman 25 m, antar stasiun terlihat DO tidak signifikan.

57

Selanjutnya di zona transisi uji two way anova menunjukkan bahwa antar stasiun T1, T2 dan T3 tidak signifikan baik itu musim kemarau, hujan atau antara musim kemarau − hujan; demikian juga antar waktu seperti disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Uji two way anova DO antar stasiun dan antar waktu pada berbagai kedalaman di zona lakustrin dan transisi Waduk Ir. H. Juanda

Zona Ked. (m)

Kemarau Antara kemarau − hujan

Hujan

stasiun waktu stasiun waktu stasiun Waktu

Lakustrin 0.5 S S S S TS TS 7 TS TS S TS TS TS 15 S TS TS TS TS S 25 TS S TS S TS TS Transisi 0.5 TS TS TS TS TS TS 7 TS TS TS* TS* TS TS 15 TS TS TS* TS* TS TS 25 TS* TS* TS* TS* TS TS Keterangan Ked. : kedalaman S : Signifikan (pada α=95%) TS : Tidak Signifikan (pada α=95%)

* : Uji hanya dilakukan di stasiun T1dan T2

Waktu : Juni − September (kemarau); Oktober − Januari (antara kemarau − hujan); Februari − Mei (hujan)

Di riverin kedalaman perairan relatif lebih dangkal dibanding transisi dan lakustrin. Kedalaman perairan terendah pada musim kemarau 0.5 m sedangkan musim hujan 2 − 22 m. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut antar kedalaman pada musim kemarau relatif kecil; sementara pada musim hujan, perbedaan konsentrasi DO antar kedalaman relatif lebih besar (Gambar 17).

Stasiun R1

0.00 4.00 8.00 12.00

Jun Jul A gt Sept Okt No v Des Jan Feb M ar A pr M ei

Waktu (B ulan) R1.0 R1.2 R1.4 R1.7 R1.15

Gambar 17. Konsentrasi DO (mg/L) dari Juni 2003 – Mei 2004 di zona riverin Waduk Ir. H. Juanda

58

Konsentrasi oksigen terlarut di permukaan pada musim kemarau 2.21 − 2.73 mg/L, antara musim kemarau − hujan 4.95 − 8.00 mg/L dan 7.12 − 10.64 mg/L pada musim hujan. Sementara di dasar perairan konsentrasi oksigen berkisar antara 0.47 − 1.36 mg/L pada musim kemarau, 4.03 − 6.98 mg/L antara musim kemarau − hujan,dan pada musim hujan berkisar antara 0.32 − 4.69 mg/L. Selama pengamatan konsentrasi DO tidak pernah nol (Gambar 17). Hal ini karena riverin dangkal, teraduk dengan baik dan oleh karena itu aerobik. Secara umum dapat disebutkan bahwa distribusi vertikal konsentrasi oksigen terlarut yang ditemukan di Waduk Ir. H. Juanda sesuai dengan distribusi vertikal oksigen di perairan eutrofik (Ruttner, 1974 dan Cole, 1983).

Perubahan DO temporal dan spasial

Berdasarkan konsentrasi DO, konsentrasi BOT dan koefisien peluruhan selama pengamatan diperoleh perubahan DO antar waktu (temporal) dan antar kedalaman (spasial). Antar waktu perubahan DO permukaan di zona lakustrin menunjukkan peluruhan (P) lebih kecil dari pada beban (B), kecuali bulan Agustus − September sampai November − Desember. Pada kedalaman 7 m, peluruhan lebih besar dari pada beban ditemukan pada bulan Juni − Juli, Oktober − November dan November − Desember. Pada kedalaman 15 m sepanjang pengamatan terjadi penambahan beban, sementara pada kedalaman 25 m hanya pada bulan Oktober − November terjadi peluruhan (Tabel 8).

Di zona transisi hampir sepanjang pengamatan peluruhan lebih besar dari pada beban (terjadi peluruhan) di permukaan kecuali pada bulan Juni − Juli (Tabel 8). Selanjutnya pada kedalaman 7 m, perubahan DO antar waktu positif (peluruhan lebih besar dari pada beban) pada bulan November − Desember,, Februari − Maret, April − Juni; sedangkan mulai kedalaman 15 m sampai dasar terjadi penambahan beban (P<B). Apabila dibandingkan antara zona lakustrin dan transisi terlihat antar waktu hampir sepanjang pengamatan terjadi penambahan beban di zona transisi terutama di kedalaman setelah permukaan.

Peluruhan terjadi (peluruhan lebih besar daripada beban) jika cadangan oksigen yang tersedia cukup untuk proses dekomposisi bahan organik. Pada bulan Agustus − September misalnya terjadi penurunan konsentrasi DO dan juga penurunan konsentrasi BOT, tetapi penurunan konsentrasi DO ini masih mampu mendukung proses dekomposisi bahan organik yang ada. Sementara pada bulan November − Desember terjadi peningkatan konsentrasi BOT dan

59

penurunan konsentrasi DO, tetapi peningkatan konsentrasi BOT ini masih mampu didekomposisi oleh cadangan oksigen yang tersedia. Penambahan beban dapat terjadi karena cadangan oksigen yang tersedia tidak cukup untuk proses dekomposisi bahan organik tersebut. Penambahan beban antar waktu dapat terjadi karena konsentrasi bahan organik meningkat tetapi cadangan oksigen antar waktu tetap, atau konsentrasi bahan organik meningkat tetapi cadangan oksigen menurun atau konsentrasi DO meningkat tetapi konsentrasi BOT menurun atau konsentrasi DO dan BOT menurun.

60

penurunan konsentrasi DO, tetapi peningkatan konsentrasi BOT ini masih mampu didekomposisi oleh cadangan oksigen yang tersedia. Penambahan beban dapat terjadi karena cadangan oksigen yang tersedia tidak cukup untuk proses dekomposisi bahan organik tersebut. Penambahan beban antar waktu dapat terjadi karena konsentrasi bahan organik meningkat tetapi cadangan cadangan oksigen menurun contoh di zona transisi permukaan (Juni − Juli). Konsentrasi DO dan BOT meningkat, tetapi peningkatan konsentrasi DO tidak cukup untuk mendekomposisi peningkatan bahan organik yang ada contoh di stasiun T1.15 (Juni − Juli). Selanjutnya penambahan beban antar waktu juga dapat terjadi meskipun konsentrasi DO dan BOT menurun (stasiun T1.7 pada bulan Juni − Juli). Hal ini karena penurunan konsentrasi BOT tidak signifikan dibanding dengan cadangan oksigen yang juga menurun; atau konsentrasi DO meningkat dan BOT menurun tetapi peningkatan konsentrasi DO ini tidak signifikan sehingga meskipun konsentrasi BOT menurun tetapi terjadi penambahan beban (stasiun L1 permukaan pada bulan Juni − Juli).

Antar interval waktu pengamatan, terjadi berbagai proses sehingga meskipun konsentrasi DO dan BOT yang diamati menurun atau tetap atau meningkat, peluruhan terjadi karena cadangan oksigen tersedia masih cukup untuk proses dekomposisi atau sebaliknya meskipun cadangan oksigen yang diamati cukup dan konsentrasi BOT tetap atau berkurang tetapi terjadi penambahan beban. Penambahan oksigen atau penambahan beban antar interval waktu sampling pada penelitian ini tidak terukur padahal antar waktu pengamatan terjadi berbagai proses antara lain respirasi oleh ikan, respirasi oleh sedimen dasar, oksidasi oleh amonia dan nitrit serta difusi dari atmosfir.

Perubahan DO spasial selama pengamatan menunjukkan hanya pada bulan November kedalaman L0-7 peluruhan lebih besar daripada beban (P>B)

sedangkan pada bulan lain dan kedalaman dibawahnya terjadi penambahan beban (P<B). Di zona transisi peluruhan lebih besar dari pada beban selain

Dokumen terkait