9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini terdiri dari empat sub-bagian. Tiga bagian pertama memaparkan analisis jenis metafora dalam lirik lagu bertema cinta kasih orang tua dan anak. Hasil analisis yang ditampilkan dalam tesis ini hanya masing-masing dua dari enam lagu mewakili lagu bertema cinta kasih ayah dan ibu untuk setiap analisis jenis metafora. Sementara hasil analisis lengkap dituliskan dalam lampiran. Setiap analisis jenis metafora dilengkapi dengan pembahasan dari hasil analisis untuk keseluruhan enam lagu. Bagian keempat membahas relevansi hasil analisis jenis metafora terhadap nilai pendidikan karakter.
Analisis Bentuk Metafora
Analisis bentuk metafora sesuai kategori fungsi metafora menurut Ullmann (2014). Contoh hasil analisis bentuk metafora pertama bertema cinta kasih ibu dan anak dalam Lagu Bunda karya Melly Goeslaw (Lagu kedua/L2). Lagu ini terdiri dari lima bait lirik. Masing-masing bait terdiri dari dua hingga empat baris lirik yang isinya menunjukkan cinta kasih ibu di mata anaknya (penulis lagu). Analisis lengkap ditulis dalam lampiran 2.
L2Bt1Br1 ‘Kubuka album biru’ termasuk kategori bentuk konkret ke abstrak. Frasa ‘album biru’ mewakili karakter warna biru yang salah satunya bermakna ‘ketulusan’ atau kumpulan sesuatu benda (foto) yang menggambarkan ketulusan. L2Bt1Br2 ‘Penuh debu dan usang’, terkategori bentuk metafora konkret ke abstrak karena mengekpresikan citra abstrak dari album yang sudah lama. Frasa ‘debu dan usang’ menunjukkan kondisi album yang sudah lama dan berdebu. L2Bt1Br3, ‘Ku pandangi semua gambar diri’ termasuk bentuk metafora sinaestetis. Frasa metaforal ‘Ku pandangi semua gambar diri’ menunjukan pengalihan makna dari seluruh indra dalam memandangi gambar menjadi terfokus pada indra penglihatan, seolah gambar ganya bisa dipandangi saja.
L2Bt1Br4 ‘Kecil bersih belum ternoda’, memiliki dua bentuk metafora, yaitu konkret ke abstrak dan sinestesia. Frasa metaforal ‘Kecil bersih belum ternoda’, menunjukkan upaya transfer makna dari citra konkret potret diri masa kecil yang masih dianggap lugu, naif, belum tersentuh hal-hal buruk. Sementara itu, frasa ini juga termasuk bentuk sinestesia karena berupaya menunjukkan peralihan makna dari indra penglihatan (kata bersih) ke indra penciuman, karena kata ‘noda’ biasanya tak hanya bisa ditangkap dengan indra penglihatan. Noda bisa pula ditangkap dengan indra penciuman, noda yang berbau.
Lirik bait kedua memiliki kaitan erat dengan lirik bait pertama, atau merupakan kelanjutan dari bait pertama. L2Bt2Br5, ‘Pikirkupun melayang’, memiliki dua bentuk metafora, yaitu antropomorfis dan konkret ke abstrak. Termasuk bentuk antropomorfis karena lirik ‘Pikirkupun melayang’ menunjukkan ekspresi benda tak bernyawa ‘pikir’ yang dibandingkan dengan perasaan ‘melayang’ atau ‘terbang’ ke masa kecil dahulu. Frasa metaforal ‘Pikirkupun melayang’ juga menunjukkan transfer citra konkret dari ‘pikiran’ ke citra abstrak yang melayang atau bisa terbang ke masa lampau, mengingat masa sebelumnya.
Sementara itu, L2Bt2Br6 ‘Dahulu penuh kasih’, L2Bt2Br7 ‘Teringat semua cerita orang’, dan L2Bt2Br8 ‘Tentang riwayatku’ tidak menunjukan transfer makna dari makna aslinya. Tiga baris lirik tersebut menjelaskan pengalihan makna baris pertama ‘Pikirkupun melayang’ untuk menunjukkan kondisi kehidupan penulis lagu pada masa sebelumnya. Bait ketiga terdiri dari dua baris lirik dan semuanya menunjukan metafora. L2Bt3Br9 ‘Kata mereka diriku slalu dimanja’ menunjukkan bentuk metafora sinestesia karena menunjukkan ekspresi bahasa yang mengalihkan makna dari indra pendengaran ‘kata mereka’ ke indra perasaan ‘dimanja’ yang menunjukan ekspresi perhatian dan kasih sayang.
10 dengan lirik baris pertama, yaitu bentuk sinestesia. Pengulangan frasa ‘kata mereka’ menunjukkan transfer makna dari indra pendengaran ke indra perasa ‘ditimang’ yang menunjukkan kespresi yang sma, yaitu luapan kasih sayang. Bait keempat terdiri dari empat baris lirik. L2Bt4Br11 ‘Nada-nada yang indah’ menunjukkan tuga bentuk metafora secara bersamaan, yaitu antropomorfis, konkret ke abstrak, dan sinestesia. Lirik ‘Nada-nada yang indah’ memenuhi bentuk antropomorfis karena mengalihkan makna benda tak bernyawa ‘nada-nada’ menjadi seolah bisa dibandingkan dengan indra penglihatan dan perasaan manusia untuk mengekspresikan keindahan, kebagusan, pemenuhan nilai estetis.
L2Bt4Br11 ‘Nada-nada yang indah’ juga memenuhi bentuk konkret ke abstrak karena mengalihkan makna dari citra konkret nada (jamak) sebagai bunyi yang beraturan dan berfrekuensi tunggal tertentu ke citra abstrak sebagai bunyi beraturan dan berfrekuensi yang indah, memenuhi unsur estetis. Terakhir, lirik ‘Nada-nada yang indah’ juga memenuhi bentuk sinestesia karena mengalihkan dari makna frasa ‘nada-nada’ dari indra pendengaran ke indra penglihatan dengan gabungan kata sifat ‘yang indah’. L2Bt4Br12 ‘Slalu terurai darinya’ berhubungan erat dengan liris barik bertama ‘Nada-nada yang indah’. Lirik ‘Slalu terurai darinya’ menunjukkan makna bunyi atau ucapan yang selalu disampaikan ibu kepada anaknya. Pengalihan makna tersebut menunjukan bentuk metafora konkret ke abstrak karena mengalihkan cintra konkret frasa ‘terurai darinya’ ke citra abstrak mengenai apa yang diucapkan atau dinyanyikan.
L2Bt4Br13 ‘Tangisan nakal dari bibirku’ menunjukkan dua bentuk metafora, yaitu antropomorfosisi dan konkret ke abstrak. Bentuk antropomorfosis dalam lirik ‘Tangisan nakal dari bibirku’ menunjukan ekspresi bahasa benda tak bernyawa “tangisan’ dibandingkan dengan perasaan manusia dalam kata ‘nakal’ yang mengekspresikan kesadaran seorang anak. Sementara bentuk konkret ke abstrak dalam lirik ‘Tangisan nakal dari bibirku’ menunjukan pengalihan majna dari kata ‘tangisan; yang konkret menjadi citra konkret saat bergabung menjadi frasa ‘tangisan nakal’. ‘Tangisan’ memenuhi citra abstrak karena menjadi memiliki ekspresi ‘kenakalan’ bukan sekadar kesedihan.
L2Bt4Br14 ‘Takkan jadi deritanya’ menunjukan bentuk metafora konkret ke abstrak. Lirik tersebut masih terkait dengan lirik baris ketiga yang menceritakan ‘tangisan’ yang dilakukan saat masa kecil. Tangisan anak dianggap bukan menjadi sumber derita bagi ibu karena kekuatannya. Peralihan citra konkret ‘tangisan’ ke citra abstrak ‘bukan derita’ seorang ibu menunjukkan peralihan citra tersebut, karena tangisan dalam citra konkret adalah suara penuh emosi yang keluar dari mulut manusia, dan bukan sumber derita ibu.
Bait kelima terdiri dari empat baris lirik yang keseluruhan barisnya menunjukkan pengalihan makna atau metafora. L2Bt5Br15 ‘Tangan halus dan suci’ memenuhi bentuk konkret ke abstrak dan sinestesia. Lirik ‘Tangan halus dan suci’ menunjukkan ekspresi bahasa yang mentransfer citra konkret kata ‘tangan’ sebagai bagian dari tubuh manusia ke citra abstrak sesuatu yang suci atau memeiliki nilai kesakralan saat digabungkan menjadi frasa metaforal ‘tangan suci’. Selain itu, lirik baris pertama ini memenuhi bentuk sinestesia karena menunjukkan peralihan makna ke indra perasa dalam frasa ‘tangan halus’.
L2Bt5Br16 ‘Tlah mengangkat diri ini’ memenuhi bentuk metafora konkret ke abstrak dan sinestesia. Terkategori bentuk metafora konkret ke abstrak karena frasa metaforal ‘Tlah mengangkat diri ini’ menunjukkan pengalihan makna dari citra konkret mengangkat menjadi citra abstrak ‘mengangkat diri’ yang maknanya menaikan derajat seorang anak dari manusia biasa saat anak-anak berubah menjadi individu yang berprestasi. Lirik ‘Tlah mengangkat diri ini’ juga memenuhi bentuk metafora sinestesia karena frasa metaforal ‘mengangkat diri’ menunjukkan pengalihan makna dari indra penglihatan ke indra perasa dengan merasakan sentuhan kasih ibu.
11 abstrak dan sinestesia. Frasa metaforal ‘jiwa raga dan seluruh hidup’ menunjukan pengalihan makna dari citra konkret ‘jiwa raga’ menjadi citra abstrak setelah dikombinasi dengan frasa metaforal lainnya hingga melengkafi frasa ‘Jiwa raga dan seluruh hidup”. Lirik ‘Jiwa raga dan seluruh hidup’ memenuhi frasa metaforal sinestesia karena menunjukkan pengalihan makna dari indra perasa untuk lirik ‘jiwa’ ke indra penglihatan untuk lirik ‘raga’.
L2Bt5Br18 ‘Rela dia berikan’ masih satu rangkaian dengan lirik sebelumnya ‘Jiwa raga dan seluruh hidup’. Maka, lirik keempat memenuhi bentuk metafora konkret ke abstrak dan sinestesia. Terkategori bentuk metafora konkret ke abstrak karena mentransfer makna citra konkret pemberian makanan, minum, pendidikan ke citra abstrak pemberian segalanya yang terbaik untuk anak. Memenuhi bentuk metafora sinestesia karena lirik ‘Rela dia berikan’ menegaskan lirik sebelumnya ‘Jiwa raga dan seluruh hidup’ yang menunjukkan pengalihan makna dari indra perasa untuk lirik ‘kerelaan’ ke indra penglihatan untuk lirik ‘berikan’ yang bermakna sesuatu yang nampak atau terlihat.
Bait keenam terdiri dari dua baris lirik yang menjadi penutup lagu dengan pesan makna yang sangat kuat. L2Bt6Br19 ‘Oh bunda ada dan tiada dirimu’ memenuhi bentuk metafora konkret ke abstrak dan sinestesia. Memenuhi bentuk metafora konkret ke abstrak karena lirik ‘Oh bunda ada dan tiada dirimu’ mentransfer makna kehadiran ‘bunda’ dalam citra konkret menjadi citra abstrak karena digabung dengan frasa metaforal ‘ada dan tiada dirimu’ yang menunjukkan arti penting kehadiran ibu secara fisik maupun non-fisik. Lirik ‘Oh bunda ada dan tiada dirimu’ juga memenuhi bentuk metafora sinestesia karena kehadiran ‘bunda’ mengalami transfer dari indra penglihatan (ada) menjadi indra perasa ‘tiada’. Kehadiran bunda saat kecil bisa dilihat secara fisik, saat sudah meninggal kehadirannya dirasakan dalam hati.
L2Bt6Br20 ‘Kan slalu ada di dalam hatiku’ menunjukkan bentuk metafora yang sama dengan lirik baris sebelumnya, yaitu konkret ke abstrak dan sinestesia. Memenuhi bentuk metafora konkrit ke abstrak karena terjadi transfer citra konkret ‘ibu’ yang hadir secara fisik menjadi citra abstrak kehadiran ibu dirasakan dalam hati sang anak saat ibu sudah tiada. Lirik ‘Kan slalu ada di dalam hatiku’ juga memenuhi bentuk metafora sinestesia karena ekspresi lirik itu mengalihkan makna kehadiran ibu dari indra fisik (mata, telinga, sentuhan, penciuman ke indra perasaan, secara psikologis selalu hadir dalam batin sang anak.
Secara umum analisis bentuk metafora lagu ‘Bunda’ karya Melly Goeslaw mayoritas didominasi oleh bentuk konkret ke abstrak. Empat belas baris lirik dari total 20 baris lirik memenuhi bentuk metafora konkret ke abstrak. Secara bersamaan, setengah lirik-lirik tersebut juga memenuhi bentuk metafora sinestesia. Selain itu, hanya tiga baris lirik memenuhi bentuk antropomorfis dan tidak ada bentuk metafora binatang. Intinya, lagu ‘Bunda’ karya Melly Goeslaw menggunakan frasa-frasa metaforal yang mentrasnfer citra konkret ke abstrak untuk mengekspresikan kehadiran dan kontribusi (cinta kasih) ibu bagi penulisnya.
Contoh hasil analisis bentuk metafora lainnya dilakukan pada lagu bertema cinta kasih ayah dan anak, yaitu analisis Lagu Titip Rindu Buat Ayah karya Ebiet G. Ade (Lagu keempat/L4). Lagu tersebut terdiri dari enam bait dan 16 baris lirik (dalam lagu yang dinyanyikan terdapat 8 bait dan 22 baris lirik termasuk repetisi bait dan lirik). Berbeda dari lirik tiga lagu sebelumnya, lirik lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah’ seluruhnya mengandung metafora. Sebagai pencipta lagu, Ebiet G. Ade menggunakan metafora dengan intens pada lirik-lirik tersebut. Analisis lengkap ditulis dalam lampiran 4.
Bait pertama terdiri dari empat baris lirik. L4Bt1Br1 ‘Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa’ mengandung metafora dalam dua bentuk. Pertama, lirik ‘‘Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa’ memenuhi bentuk antropomorfis karena terdapat perbandingan antara benda tak bernyawa ‘peristiwa’ dan indra ‘mata’. Kedua, lirik tersebut memenuhi bentuk konkret ke abstrak
12 karena terdapat pengalihan makna dari citra konkret ‘mata’ menjadi abstrak karena mata mampu menyimpan peristiwa dalam jumlah banyak (selaksa).
L4Bt1Br2 ‘Benturan dan hempasan terpahat di keningmu’ mengandung bentuk metafora antropomorfis karena menunjukkan ekspresi perbandingan antara benda tak bernyawa ‘‘benturan dan hempasan’ dan ‘keningmu’ yang disambungkan dengan kata kerja ‘terpahat’. Bentuk metafora lainnya dalam lirik tersebut yaitu konkret ke abstrak. Lirik ‘Benturan dan hempasan terpahat di keningmu’ mengalihkan makna konkret ‘benturan dan hempasan’ yang biasa digunakan dalam situasi konkret menjadi citra abstrak saat digabungkan dengan frasa metaforal ‘terpahat di keningmu’. Maka, benturan dan hempasan beralih menjadi citra abstrak.
L4Bt1Br2 ‘Benturan dan hempasan terpahat di keningmu’ juga memenuhi bentuk sinestesia. Lirik tersebut mengalihkan makna dari indra penglihatan untuk mengekspresikan ‘nampak gtua dan lelah’ menjadi indra perasa. Kombinasi frasa tersebut dengan dengan frasa metaforal ‘keringat mengucur deras’ saling menguatkan upaya penulis menunjukkan sang ayah kepanasan dan kelelahan sebagai bentuk pengorbanan tanpa pamrih demi anaknya.
L4Bt1Br3 ‘Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras’ mengandung tiga bentuk metafora. Lirik ‘Benturan dan hempasan terpahat di keningmu’ menunjukan bentuk antropomorfis karena membandingkan antara benda bernyawa ayah yang ‘nampak tua dan lelah’ dan frasa metaforal ‘keringat mengucur deras’. Bentuk konkret ke abstrak nampak dalam pengalihan makna citra konkret seorang ayah yang terlihat ‘tua dan lelah’ menjadi citra abstrak tampak lebih tua dan lelah karena digabungkan dengan frasa metaforal ‘keringat mengucur deras’ yang menguatkan citra abstrak seoarang ayang yang tetap bekerja keras meskipun sudah tua dan lelah bekerja.
L4Bt1Br4 ‘Namun kau tetap tabah’ melengkapi tiga baris lirik metaforal dengan menguatkan sosok ayah. Lirik ‘Namun kau tetap tabah’ mengandung bentuk metafora sinestesia karena mengalihkan makna antarindra. Frasa metaforal dalam lirik ‘Namun kau tetap tabah’ akan nampak bila digabungkan dengan liruik baris sebelumnya. Lirik ‘Namun kau tetap tabah’ mengalihkan makna dari indra penglihatan ke indra perasa. Ayah tetap tabah meski mendapat tantangan berupa cobaan dalam berbagai peristiwa.
Bait kedua terdiri dari dua baris lirik. L4Bt2Br5 ‘Meski nafasmu kadang tersengal’ memenuhi bentuk metafora konkret ke abstrak karena menunjukan transfer makna dari citra konkret ‘nafas’ yang terhambat atau tidak lancar ke citra abstrak ‘tersengal’ untuk menunjukkan ayah bernafas atau menghirup udara tidak lancar. L4Bt2Br6 ‘Memikul beban yang makin sarat, kau tetap bertahan’ mengandung bentuk metafora antropomorfis karena membandingkan benda tak bernyawa ‘beban’ dengan perasaan kagum ‘memikul beban’ yang tambah berat tanpa menyerah. Lirik ‘Memikul beban yang makin sarat, kau tetap bertahan’ juga mengandung bentuk metafora dari konkret ke abstrak karena mengalihkan citra konkret ‘memikul ‘dari benda konkret menjadi citra abstrak ‘beban’ yang abstrak, yaitu beban kehidupan.
Lirik bait ketiga terdiri dari empat baris lirik. L4Bt3Br7 ‘Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini’ mengandung tiga bentuk metafora. Pertama, bentuk metafora antropomorfis nampak dalam lirik karena membandingkan benda tak bernyawa ‘jalan’ dengan ekspresi perasaan terhadap ‘ayah’. Kedua, bentuk metafora dari konkret ke abstrak nampak dari ekspresi pengalihan citra dari konkret ‘mengerti’lika-liku jalan kehidupan menjadi citra abstrak ‘hitam dan merah jalan ini’. Ketiga, lirik ‘Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini’ juga menunjukkan bentuk metafora sinestesia karena menunjukkan peralihan makna dari indra penglihatan dalam lirik ‘mengerti hitam dan merah’ ke indra perasa saat digandengkan dengan lirik ‘jalan ini’.
L4Bt3Br8 ‘Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan’ mengandung tiga bentuk metafora. Bentuk metafora antropomorfis nampak kuat dalam lirik tersebut karena menunjukan ekpresi bahasa membandingkan makna benda tak bernyawa ‘Keriput tulang pipi’ dengan ‘perjuangan’ seorang ayah.
13 Bentuk metafora konkret ke abstrak juga nampak dalam ekspresi ‘keriput tulang pipi’ yang konkret menjadi abstrak saat menunjukkan kerasnya ‘perjuangan’ sang ayah bagi anaknya. Lirik itu juga menunjukan bentuk metafora sinestesia karena mengalihkan makna dari indra penglihatan saat menunjukan ‘keriput tulang pipi’ ke indra ‘perasaan’ sebagai ekspresi kekaguman pencipta lagu pada sang ayah.
L4Bt3Br9 ‘Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari’ mengandung tiga bentuk metafora. Pertama, bentuk metafora antropomorfis nampak dalam lirik ‘bahumu’ sebagai ekspresi benda bernyawa dibandingkan dengan benda tak bernyawa seperti ‘kayu’ yang ‘legam terbakar matahari’. Bentuk konkret ke abstrak nampak dalam lirik ‘Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari’ karena mengekspresikan transfer citra konkret ‘bahu yang kekar’ menjadi citra abstrak ‘bahu yang legam terbakar matahari’ atau terpapar matahari selalu. Ketiga, bentuk metafora sinestesia nampak dalam lirik ‘Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari’ karena mengekspresikan peralihan makna dari indra perasaan ke indra penglihatan.
L4Bt3Br10 ‘Kini kurus dan terbungkuk’ masih merupakan sambungan dari lirik baris ketiga yang mengandung bentuk metafora dari konkret ke abstrak. Metafora nampak dalam lirik ‘kurus dan terbungkuk’. Lirik itu mengekspresikan transfer makna ‘bahu’ yang konkret menjadi citra abstrak ‘bahu’ yang telah mengalami perubahan bentuk karena proses penuaan.
Bait keempat terdiri dari dua baris lirik. L4Bt4Br11 ‘Namun semangat tak pernah pudar’ mengandung tiga bentuk metafora. Bentuk metafora antropomorfis nampak dari ekspresi bahasa benda tak bernyawa ‘semangat’ dibandingkan dengan ekspresi indra penglihatan ‘tak pernah pudar’. Bentuk metafora konkret ke abstrak terlihat dari pengalihan makna dari citra konkret kekuatan batin ayah dalam menafkahi keluarga yang kuat menjadi citra abstrak ‘yang tak pernah pudar’, pantang surut dalam memperjuangkan keluarga. Bentuk metafora sinestesia nampak dalam transfer makna ‘semangat tak pernah pudar’ dari indra ‘perasaan’ ke indra penglihatan dalam metafora ‘tak pernah pudar’. Semangat ayah yang konsisten ditransfer maknanya seperti warna yang terlihat tak pernah berubah atau hilang kekuatan warnanya.
L4Bt4Br12 ‘Meski langkahmu kadang gemetar, kau tetap setia’ menunjukan bentuk metafora antropomorfis karena menunjukan perbandingan benda tak tak bernyawa ‘langkahmu’ dengan perasaan ‘kesetiaan’ manusia terhadap komitmennya. Bentuk metafora dari konkret ke abstrak nampak jelas dalam pengalihan makna ‘langkahmu kadang gemetar’ menjadi citra abstrak ‘tetap setia’. Bila digabungkan frasa metaforal ‘langkahmu tetap setia’ menunjukan citra abtrak yang kuat untuk menggambarkan konsistensi seorang ayah menafkahi keluarga dan memperjuangkan kepentingan keluarga. Bentuk metafora sinestesia nampak dalam pengalihan makna ‘langkahmu kadang gemetar’ sebagai ekspresi indra penglihatan ke indra perasaan dalam frasa metaforal ‘kau tetap setia’.
Bait kelima terdiri dari empat baris lirik yang membandingkan antara kekaguman, harapan, dan realitas sang pencipta lagu terhadap ayahnya. L4Bt5Br13 ‘Ayah dalam hening sepi ku rindu’ menunjukkan bentuk metafora antropomorfis karena membandingkan benda bernyawa sosok ‘Ayah’ dengan perasaan keheningan, atau ekspresi dari kesepian sang penulis ditinggal pergi ayahnya hingga menimbulkan perasaan rindu. Bentuk metafora konkret ke abstrak bisa ditemukan dalam pengalihan makna konkret ‘Ayah’ yang telah tiada ke citra abstrak ‘hening sepi’ dan menimbulkan kerinduan sang anak. Bentuk metafora sinestesia nampak dalam transfer makna indra penglihatan ‘hening’ atau tak terlihat ke indra perasaan kerinduan sang penulis lagu kepada ayahnya.
L4Bt5Br14 ‘Untuk menunai padi milik kita’ menunjukan bentuk metafora dari konkret ke abstrak. Frasa metaforal ‘menuai padi milik kita’ menunjukan pengalihan makna dari citra konkret menuai padi dalam situasi nyata menjadi citra makna abstrak kerinduan beraktivitas bersama dengan ayah saat masa kecil dulu. Lirik ‘menuai padi’ menunjukkan pula ekspresi kerinduan sang anak
14 kepada ayahnya.
L4Bt5Br15 ‘Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan’ menunjukan bentuk metafora konkret ke abstrak. Ekspresi konkret rasa rindu sang pencipta lagu kepada ayahnya dianggap sulit terwujud karena situasi tertentu yang membatasi rasa rindu bisa dilepaskan atau diwujudkan dengan bertemu. L4Bt5Br16 ‘Anakmu sekarang banyak menanggung beban’ melanjutkan makna lirik baris ketiga juga menunjukan bentuk metafora yang sama. Peralihan citra makna konkret keterbatasan sang anak untuk bertemu orang tua diekespresikan dalam citra makna abstrak ‘banyak menanggung beban’. Frasa metaforal itu mengekspresikan citra abstrak dari kondisi sang penulis lagu yang menghadapi berbagai kendala untuk bertemua ayahnya. ‘Beban’ bisa multitafsir, dalam bentuk perbedaan jarak, kendala biaya, waktu, dan berbagai keterbatasan lainnya.
Secara umum lirik Lagu Berjudul ‘Titip Rindu Buat Ayah’ Karya Ebiet G. Ade didominasi oleh bentuk metafora konkret ke abstrak dan antropomorfis. Empat belas dari 16 baris lirik menunjukan bentuk metafora konkret ke abstrak. Ebiet G. Ade mendominasi frasa metaforal dalam lirik lagunya dengan mentransfer makna konkret ke abstrak, situasi nyata ke situasi abstrak guna menunjukkan kekuatan liriknya.
Ebiet G. Ade juga banyak menggunakan bentuk metafora antropomorfis (10 baris lirik). Lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah’ banyak melakukan pengalihan makna dengan membandingkan benda tak bernyawa dalam sosok atau bagian tubuh seorang ayah dengan perasaan kerinduan sang pencipta lagu kepada ayahnya.
Ebiet G. Ade juga menggunakan bentuk metafora sinestesia untuk memperkuat makna liriknya. Tujuh dari 16 baris lirik berupaya mentrasnfer makna dari satu indra ke indra lainnya untuk mengekspresikan kerinduan penulis lagu kepada ayahnya. Peralihan makna indra yang abnyak digunakan yaitu indra penglihatan ke perasaan. Bentuk tersebut relevan dengan dominasi bentuk metafora konkret ke abstrak dan antropomorfis.
Berdasarkan hasil kompilasi analisis bentuk metafora lagu bertema cinta kasih orang tua dan