• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN METAFORA CINTA KASIH ORANG TUA DAN ANAK DALAM LAGU POPULER INDONESIA TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN METAFORA CINTA KASIH ORANG TUA DAN ANAK DALAM LAGU POPULER INDONESIA TESIS"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN METAFORA CINTA KASIH ORANG TUA DAN

ANAK DALAM LAGU POPULER INDONESIA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Disusun oleh : SITI KOMARIYAH NIM : 201720550211022

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii

LAGU POPULER INDONESIA

Disusun oleh : SITI KOMARIYAH NIM : 201720550211022

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)

iii

KAJIAN METAFORA CINTA KASIH ORANG TUA

DAN ANAK DALAM LAGU POPULER INDONESIA

Diajukan oleh :

SITI KOMARIYAH

201720550211022

Telah disetujui

Pada hari/tanggal, Selasa/ 19 Januari 2021

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Joko Widodo, M.Si. Dr. Hari Windu Asrini, M.Si.

Direktur Ketua Program Studi

Program Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

(4)

iv

T E S I S

Dipersiapkan dan disusun oleh :

SITI KOMARIYAH

201720550211022

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada hari/tanggal, Selasa/ 15 Januari 2021 dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai kelengkapan memperoleh gelar Magister/Profesi di Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Malang

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Joko Widodo, M.Si

Sekretaris : Dr.Hari Windu Asrini, M.Si.

Penguji I : Dr. Arif Budi Wuriyanto, M.Si.

(5)

v

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan rasa syukur tidak terhingga atas nikmat yang diberikan Allah SWT hingga mampu menyelesaikan penelitian dan naskah tesis berjudul “Kajian Metafora Cinta Kasih Orang Tua dan Anak dalam Lagu Populer Indonesia”. Tanpa nikmat waktu, kesehatan, dan materi dari Allah SWT, penulis tidak akan mampu menyelesaikan tesis ini. Tempat bergantung dan memohon hanya milik Allah SWT.

Penulis menyusun tesis ini dengan maksud untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan dalam Bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Program Studi Magister Pendidikan dalam Bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang. Sementara itu, penulis menyusun tesis ini bertujuan untuk menjelaskan analisis bentuk, fungsi, dan makna metafora dalam lagu populer Indonesia bertema kecintaan anak pada orang tua dan menjelaskan relevansinya dalam menunjang pendidikan karakter.

Penyusunan tesis ini tidak akan berjalan baik tanpa bantuan dari banyak pihak, terutama sivitas akademik Universitas Muhammadiyah Malang. Karenanya, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada:

1. Dr. Fauzan, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menyusun tesis dan menimba ilmu di Kampus Putih Universitas Muhammadiyah Malang

2. Prof. Akhsanul In'am, Ph.D, selaku Ketua Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

3. Dr. Ribut Wahyu Eriyanti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Muhammadiyah Malang yang terus memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan penyusunan tesis ini.

4. Dr. Joko Widodo M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 yang memberikan cakrawala penting bagi penulis dan memotivasi penulis dalam penyusunan tesis ini.

5. Dr. Hari Windu Asrini, M.Si selaku Dosen Pembimbing 2 yang membuka wawasan penulis dalam pembimbingan dan memotivasi penulis dalam penyusunan tesis ini 6. Dr. Arif Budi Wuryanto, M.Si selaku penguji I yang memberikan kritik dan saran

yang membangun kepada penulis untuk menyempurnakan tesis ini

7. Dr. Ekarini Sraswati, M.Si selaku penguji II yang memberikan koreksi dan penyempurnaan cara berpikir penulis dalam menyelesaikan tesis ini

(6)

vi dan Sastra Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memfasilitasi pembelajaran dan perkuliahan di Kampus Universitas Muhammadiyah Malang 9. Orang tua penulis tercinta, Ibu Tasmini (Alm.) dan Bapak Abdul Hamid (Alm.) yang

telah menginspirasi penulis dengan kecintaan dan dedikasi yang tulus kepada penulis sejak kecil hingga dewasa

10. Rekan-rekan seperjuangan Kelas A angkatan 2018 Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Muhammadiyah Malang yang terus saling memberi semangat agar segera menyelesaikan penyusunan tesis ini

11. Anak-anakku, Aliyan Ilman Sobari dan Fabian Sebastian Sobari, dan suami penulis Wawan Sobari yang terus mendorong dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan penyusunan tesis ini.

12. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan penting dalam penyusunan tesisi ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tesis berjudul “Kajian Metafora Cinta Kasih Orang Tua dan Anak dalam Lagu Populer Indonesia” ini masih memiliki kurangan, utamanya terkait pengujian efektifitas penggunaan metafora dalam lirik lagu bertema kecintaan anak pada orang tua dalam menunjang pendidikan karakter. Karenanya, penulis terbuka menarima kritik dan saran untuk perbaikan kualitas tesis ini.

Semoga tesis ini bisa memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam kajian metafora dan relevansinya dalam menunjang pendidikan karakter di sekolah pada jenjang pendidikan menengah.

Malang, Januari 2021

(7)

vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... ii PENGESAHAN ... iii DAFTAR PENGUJI ... iv KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix SURAT PERNYATAAN ... x ABSTRAK ... xi ABSTRACT ... xii PENDAHULUAN ... 1 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 METODE PENELITIAN ... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9

Analisis Bentuk Metafora ... 9

Analisis Fungsi Metafora ... 15

Analisis Makna Metafora ... 19

Pembelajaran Metafora dan Pendidikan Karakter ... 24 KESIMPULAN ... 27 SARAN ... 29 Saran Praktis ... 29 Saran Akademis ... 29 DAFTAR PUSTAKA ... 30 LAMPIRAN ... 32

(8)

viii 1 Nilai-Nilai Moral Pendidikan Karakter Menurut Lickona (1991) 7 2 Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Metafora Lagu Populer 8 3 Analisis Silang Jenis Metafora Lagu Populer Bertema Cinta Kasih Orang

Tua dan Anak dan Nilai Karakter

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel 4. Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Metafora Lagu Ibu Karya Iwan Fals

33

2 Tabel 5 Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Metafora Lagu Bunda Karya Melly Goeslaw

46

3 Tabel 6 Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Metafora Lagu Muara Kasih Bunda Karya Erie Susan

76

4 Tabel 7 Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Metafora Lagu Titip Rindu Buat Ayah Karya Ebiet G. Ade

97

5 Tabel 8 Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Metafora Lagu Ayah Karya Rinto Harahap

123

6 Tabel 9 Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Metafora Lagu Ayah Karya Seventeen

(10)

x Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : SITI KOMARIYAH

NIM : 201720550211022

Program Studi : Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. TESIS dengan judul : KAJIAN METAFORA CINTA KASIH ORANG TUA DAN

ANAK DALAM LAGU POPULER INDONESIA Adalah karya saya dan dalam naskah

Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dalam daftar pustaka.

2. Apabila ternyata dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia Tesis ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH

SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang

berlaku.

3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON

EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 19 Januari 2021 Yang menyatakan,

(11)

xi ABSTRAK

Siti Komariyah: Kajian Metafora Cinta Kasih Orang Tua dan Anak dalam Lagu Populer Indonesia. Dr. Joko Widodo, M.Si, Dr. Hari Windu Asrini, M.Si

Studi ini berangkat dari fakta pemanfaatan karya sastra untuk pendidikan moral. Riset sebelumnya menunjukkan praktik pembelajaran sastra berperan dalam pengembangan moral, mengajarkan sikap, perilaku moral, dan etika. Namun, pembelajaran sastra melalui pengajaran materi metafora cinta kasih orang tua dan anak dalam lirik lagu-lagu populer belum banyak dikaji. Penelitian ini mengaplikasikan metodologi kualitatif dan dijalankan secara operasional dengan analisis jenis metafora untuk mengidentifikasi bentuk, fungsi, dan makna metafora dalam lirik enam lagu populer terpilih. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para penulis lagu mengandalkan bentuk metafora konkret ke abstrak untuk mengekspresikan cinta kasih orang tua dan anak. Analisis fungsi metafora menemukan optimalisasi fungsi emosi, evaluasi, dan eksplanasi dalam lirik lagu dan bisa mendorong efektifitas penyampaian pesan dari penulis lagu. Hasil analisis makna metafora menjelaskan bahwa personifikasi, perumpamaan, dan metonimi digunakan relatif merata dalam lirik lagu, meskipun tidak begitu menonjol. Terakhir, melalui analisis relevansi antara hasil telaah jenis metafora dan kerangka nilai moral/karakter bisa dijelaskan kegunaan metafora dalam lirik lagu terhadap pentingnya pemahaman dan internalisasi siswa pada dua nilai karakter utama, yaitu rasa hormat (respect) dan tanggung jawab (responsibility). Berdasarkan temuan-temuan tersebut, studi ini memperluas kajian penggunaan metafora (bentuk, fungsi, dan makna) dalam lirik-lirik lagu populer bisa membantu strategi penyampaian muatan pendidikan karakter di sekolah, khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

(12)

xii

Siti Komariyah: The Study of Metaphors of Parents and Children Affection in Indonesian

Popular Songs. Dr. Joko Widodo, M.Si, Dr. Hari Windu Asrini, M.Si

This study departs from the fact of the deployment of literature for moral education. Previous research has shown that literary learning practices play a role in moral development, teaching attitudes, moral behavior, and ethics. However, literary learning through teaching the metaphorical materials of parent and children affection in the lyrics of popular songs has not been widely studied. This study applies a qualitative methodology and is carried out operationally by analyzing the types of metaphors to identify the form, function, and meaning of the metaphors in the lyrics of six selected popular songs. The results of this study indicate that the songwriters rely on concrete to abstract metaphors to express the love of parents and children. Metaphor analysis found optimal function of emotion, evaluation, and explanation in song lyrics and could encourage the effectiveness of message delivery from songwriters. The results of the analysis of the metaphor meaning explain that personification, simile, and metonymy are used relatively evenly in the song lyrics, although they are not so prominent. Finally, the analysis of the relevance of metaphor analysis and the moral/character value framework can explicate the use of metaphors in song lyrics. It may assist pupil to understand and internalize two main character values, namely respect and responsibility. Based on these findings, this research extends the study of the use of metaphors (form, function, and meaning) in popular song lyrics to undertake strategies in delivering character education content in schools, especially in Indonesian language learning.

(13)

1

PENDAHULUAN

Pemanfaatan karya sastra dalam pendidikan moral merupakan terobosan penting. Vitz (1990) meyakinkan penggunaan narasi atau cerita sebagai faktor sentral dalam pengembangan moral seseorang. Dalam konteks pendidikan moral atau pendidikan karakter di Indonesia, hasil studi Vitz (1990) tersebut banyak didukung. Dalam pelajaran sastra juga terkandung pelajaran sikap dan perilaku moral dan etika (Nurgiyantoro, 2010). Sastra memiliki kapasitas sebagai agen sosialisasi moral atau agen perubahan moral (Budiman, 2012). Misalnya, dalam cerita anak terdapat pelajaran nilai etis-spiritual sebagai pendidikan budi pekerti (Suryanto dkk., 2013).

Pembelajaran sastra melalui cerita bisa pula meningkatkan kedisiplinan anak di kelas (John, 2011). Studi Indiarti (2017) tentang Cerita Rakyat Asal-Usul Watu Dodol mengajarkan 10 nilai pembentukan karakter. Lirik lagu bisa pula menjadi media penyampaian pendidikan karakter yang efektif. Hasil penelitian Widiyono (2013) mengungkap bahwa lirik-lirik Tembang Campursari Karya Manthous ternyata memiliki nilai pendidikan karakter.

Dalam isinya, lirik lagu seringkali menggunakan metafora atau bahasa kiasan untuk mengungkapkan pesan-pesan tertentu kepada khalayak penikmat lagu. Kekuatan metafora dalam lirik lagu balada Karya Iwan Fals digunakan untuk menyampaikan kritik sosial (Aisah, 2010). Sementara itu lirik lagu dangdut menggunakan metafora guna mengungkapkan realitas sosial yang terjadi di masyarakat (Wiradharma dan WS, 2016). Dalam lirik lagu populer yang dinyanyikan Anggun C. Sasmi, metafora memberi efek estetis untuk memperkuat pesan yang disampaikan pencipta lagu (Baharuddin dan Prancis, 2017). Di luar tiga hasil studi tersebut, metafora dalam lirik lagu memiliki kekuatan penyampai pesan-pesan etis dan moral kepada para penikmat atau penggemarnya.

Berbeda dari studi tersebut, penelitian ini memusatkan kajian metafora pada lagu-lagu populer Indonesia bertema cinta kasih orang tua dan anak. Penelitian ini berbeda fokus dan berupaya mengembangkan kreativitas dalam mengekspresikan ide-ide pendidikan karakter melalui lagu populer tentang cinta kasih orang tua dan anak. Fokus studi ini sejalan dengan pendapat Low (2008), bahwa metafora sudah digunakan sejak lama dalam fasilitasi pendidikan. Metafora secara luas digunakan dalam pendidikan bukan hanya sebagai peran estetika, ornamental, dan pedagogik sastra, namun digunakan pula untuk aspek pendidikan lainnya (Botha, 2009).

Dalam konteks Indonesia, penggunaan metafora dalam pendidikan dan pembelajaran pun telah dilakukan. Secara spesifik, metafora bisa berperan dalam internalisasi nilai karakter. Hasil penelusuran penulis, kajian tentang penggunaan metafora sudah dilakukan seperti dijelaskan Widiyono (2013) dan Indiarti (2017). Namun, hasil penelusuran literatur juga menunjukkan bahwa studi yang lebih spesifik mengenai penggunaan metafora cinta kasih orang tua, khususnya dalam lagu-lagu populer, belum banyak dilakukan.

Dalam pembelajaran pendidikan karakter selama ini, salah satu permasalahan yang dihadapi guru, yaitu dari nilai karakter yang abstrak relatif sulit disampaikan dan diinternalisasikan kepada siswa (Ahmad, 2014). Karenanya, penjelasan nilai karakter yang tidak kongkrit membuat siswa cenderung hanya menghafal nilai yang diajarkan dalam pendidikan karakter, bukan menginternalisasi atau menghayati nilai karakter dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Penulis berasumsi metafora dalam lirik lagu populer Indonesia memudahkan pemahaman konsep sekaligus menginternalisasikan nilai dalam pendidikan karakter, khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Asumsi ini sejalan dengan pendapat Knowles dan Moon (2005) bahwa metafora dapat mengkomunikasikan apa yang dirasakan dan dipikirkan penulis mengenai sesuatu, menjabarkan dan menjelaskan gagasan yang bersifat khusus dengan cara yang lebih menarik sehingga mudah dipahami oleh pembacanya. Karenanya, kekuatan metafora melalui lirik lagu digunakan sebagai media untuk mengungkapkan perasaan penuturnya dan untuk menuangkan pikiran dan pengalaman penulis agar bisa diterima dan dipahami oleh orang lain.

(14)

2 Orang tua bisa menjadi sumber inspirasi dalam pendidikan karakter. Orang tua, ibu atau ayah, selalu dikonstruksikan sebagai individu yang banyak berkorban dan berkontribusi terhadap keberhasilan anak-anaknya. Ibu atau ayah menjadi panutan karakter yang baik karena mau memberikan yang terbaik dan menyisihkan sebagian ambisinya demi mendampingi anak-anaknya. Konstruksi karakter ibu atau ayah tersebut, nampak pula secara kuat dalam lagu-lagu populer Indonesia.

Sebagai contoh, Lagu ‘Ibu’ Karya Iwan Fals merupakan salah satu lagu populer yang mendapat perhatian banyak penikmat musik. Lagu ini kali pertama dirilis pada 1988 dalam album bertajuk '1901'. Lagu ini kemudian diunggah di laman Youtube pada 1 Desember 2011 oleh akun LUPUSKUE. Sejak dirilis, lagu ini sudah ditonton 22.367.649 kali hingga 5 September 2020. Dengan kata lain, lagu ini ditonton lebih dari 2.485.294 kali dalam setahun. Atau, dalam sehari, lagu ini ditonton sebanyak 7.003 kali. Angka-angka tersebut menunjukan betapa lagu ini begitu diminati oleh para penikmat musik di seluruh dunia, terutama Indonesia.

Lagu “Ibu” Karya Iwan Fals, lalu-lagu populer lainnya yang bertemakan cinta kasih orang tua dan anak, yaitu “Bunda” Karya Melly Goeslaw, ‘Muara Kasih Bunda’ karya Erie Suzan, “Titip Rindu buat Ayah” karya Ebiet G. Ade, “Ayah” karya Rinto Harahap, dan lagu ‘Ayah’ karya Seventeen terdengar menarik dan enak didengar. Komentar para penikmat musik dalam kolom komentar sangat positif terhadap lagu-lagu tersebut.

Para penikmat musik tertarik karena nada dan musik lagunya yang enak didengar dan kekuatan liriknya. Para penikmat musik menilai positif tentang pentingnya kekuatan lirik lagu-lagu tersebut. Lirik-lirik lagu bertemakan cinta kasih orang tua dan anak itu menggunakan metafora untuk mengungkapkan cerita dan pesan lagu. Dalam lagu-lagu tersebut, tampak penulis lagu mengemukakan rasa cinta anak pada orang tua melalui metafora.

Berdasarkan poin-poin tersebut, peneliti menetapkan judul penelitian “Kajian Metafora Cinta Kasih Orang Tua dan Anak dalam Lagu Populer Indonesia”. Peneliti menetapkan empat pertanyaan penelitian sebagai upaya mengisi kesenjangan akademik. Bagaimana metafora dalam lagu populer bertema cinta kasih orang tua dan anak? Bagaimana fungsi metafora yang dikomunikasikan dalam lagu populer bertema cinta kasih orang tua dan anak? Bagaimana perbandingan makna metafora yang digunakan dalam lagu populer bertema cinta kasih orang tua dan anak? Bagaimana relevansi metafora lagu populer bertema cinta kasih orang tua dan anak dalam menunjang pendidikan karakter?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini melakukan analisis metafora atas lirik enam lagu populer bertema cinta kasih orang tua dan anak sebagaimana disampaikan sebelumnya. Analisis difokuskan pada jenis metafora, yaitu bentuk, fungsi, dan makna metafora. Penelitian ini berupaya menganalisis jenis metafora dan relevansi kekuatan metafora hingga membangun karakter siswa dengan memahami dan menghayati kebaikan dan pengorbanan orang tua dalam merawat, mengasuh, dan mendidik anak-anaknya. Pada akhirnya, siswa menyadari kontribusi orang tua terhadap keberhasilan anaknya.

Studi ini menggunakan beberapa konsep inti yang perlu dijelaskan penggunaanya. Lagu populer adalah karya lagu yang disenangi oleh masyarakat. Jenis lagunya mengutamakan teknik penyajian dan kebebasan dalam menggunakan ritme dan jenis instrumen, bukan karena bentuk, pola, maupun komposisi lagu.

Metafora dalam penelitian ini secara spesifik didefinisikan sebagai salah satu jenis bahasa kiasan. Bahasa kiasan menurut Kridalaksana (2008) adalah bahasa yang digunakan sebagai alat untuk memperluas makna kata atau sekelompok kata untuk memperoleh efek tertentu dengan membandingkan atau mengasosiasikan dua hal. Maka, metafora sebagai salah satu bahasa kiasan merupakan alat linguistik, karena memiliki bermacam-macam kemungkinan makna dalam beberapa kata. Metafora telah digunakan dalam percakapan, karya sastra, doa atau lirik lagu. Dalam

(15)

3 hubungannya dengan lirik-lirik lagu, makna metafora dapat ditinjau dari makna konteks bebas atau makna semantik. Atau metafora didefinisikan sebagai penggunaan bahasa yang merujuk pada sesuatu selain dari makna literal dengan tujuan untuk menunjukkan kesamaan atau atau membuat hubungan antara dua hal (Knowles dan Moon, 2005).

Pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan untuk memengaruhi karakter siswa secara kognitif, afektif, dan psikomotorik berdasarkan nilai yang baik. Dalam studi ini, cinta kasih orang tua dan anak merupakan upaya memengaruhi karakter siswa secara kognitif. Lirik-lirik yang mendeskripsikan pengorbanan orang tua bagi anak-anaknya merupakan perwujudan dari cinta kasih tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Metafora adalah salah satu bentuk gaya bahasa. Penggunaan metafora bertujuan untuk mengungkapkan satu makna dengan penekanan pada kesan yang akan ditimbulkan. Pemilihan penggunaan metafora didasarkan pada kemampuan ungkapan metaforis yang dapat mengungkapkan makna dengan penuh arti secara tersirat. Dengan metafora, kedalaman makna dapat disampaikan, meskipun tidak mampu diungkapkan dengan penggunaan satuan bahasa formal atau bahasa yang sudah baku.

Adisutrisno (2008) menyatakan bahwa metafora digunakan untuk mengungkapkan makna yang berbeda dengan kata yang digunakan. Ini berarti bahwa metafora menyangkut perbandingan kesamaan antara dua hal. Persamaan yang dimaksud bisa berupa kesamaan wujud yang bisa diindera atau dalam hal karakter atau sifat antara dua hal. Metafora menjadi pilihan untuk mengungkapkan makna yang tidak bisa dilakukan dengan penggunaan bahasa yang konvensional.

Menurut Ullmann (2014), metafora adalah suatu perbandingan antara dua hal yang bersifat menyatu atau perbandingan yang bersifat langsung karena kemiripan/kesamaan yang bersifat konkret. Saeed (2003) menyatakan bahwa metafora menyangkut pengidentifikasian kemiripan yang menyebabkan proses transfer ciri-ciri dari satu konsep ke konsep lain. Maka, metafora adalah proses pemindahan konsep ciri atau sifat satu hal yang abstrak ke dalam bentuk yang lain yang lebih konkret.

Metafora memiliki dua peran dalam bahasa. Pertama, metafora dipandang tambahan hiasan pada bahasa yang bersifat umum atau perangkat komunikasi yang digunakan pada waktu tertentu dengan maksud menimbulkan efek tertentu. Kedua, metafora bersifat integral (menyatu) dengan bahasa dan sebagai cara menyelami dunia (Saeed, 2003).

Metafora memiliki tiga jenis utama yang merujuk pada kategori-kategori tertentu menurut para ahli. Pertama, kategori berdasarkan bentuk metafora. Ullmann (2014), mengelompokkan metafora yang diekspresikan manusia ke dalam empat bentuk dalam berbagai bahasa dan gaya bahasa, yaitu metafora antropomorfis, metafora binatang, Metafora berupa transfer dari konkret ke abstrak, dan metafora sinestesia.

Metafora antropomorfis merupakan ekspresi bahasa yang mengacu pada benda-benda tak bernyawa yang dibandingkan melalui transfer dari tubuh dan anggota badan manusiam dan dari indra dan perasaan manusia. Contoh ekspresi bahasanya, seperti punggung bukit, mulus sungai, jantung kota, bola mata, gendang telinga, buah dada, dan tali pusar.

Metafora binatang bergerak dalam dua arah, pertama, kiasan yang diterapkan untuk binatang atau benda tak bernyawa, seperti lidah buaya, kumis kucing, jambu monyet, kuping gajah, cocor bebek, telur mata sapi, mata kucing, beton cakar ayam, rambut ekor kuda, si jago merah. Kedua, kiasan konotatif yang berasal dari imajinasi binatang yang ditransfer pada manusia dengan konotasi humur, ironi, peyoratif, atau pantastik. Contoh metafora ini, yaitu perbandingan seseorang yang diserupakan dengan binatang, seperti, si babi, si beo, si jalak, si belut, si kerbau, si jago, si kucing, si rubah sesuai watak atau sifat perilaku manusia yang dibandingkan.

(16)

4 Metafora berupa transfer dari konkret ke abstrak metransfer makna dari citra konkret yang mendasari kata abstrak. Sebagai contoh, ungkapan metaforis menggunakan kata sinar dengan berbagai ciri konkret yang melekat menjadi abstrak, misalnya, sorot mata, sinar wajah, rona wajah, sinar mata, hidupnya sedang bersinar, prestasinya redup, pandangannya menyinari dunia, otak cemerlang, menyoroti perilaku elit, dunia gemerlap, dunia hitam, harta yang menyilaukan, penyuluh pertanian, kejayaannya mulai meredup, senyumnya berseri, wajahnya cerah.

Metafora sinestesia. Bahasa kiasan yang didasarkan pada pengalihan makna dari satu indra ke indra lainnya, dari bunyi ke penglihatan, dari sentuhan ke bunyi, dan lainnya. Msalnya, suara yang hangat menunjukkan kesamaan antara temperatur dan kualitas suara. Contoh lainnya, warna yang keras, bau yang manis, pandangan yang tajam, bicaranya yang manis.

Kedua, jenis metafora berdasarkan fungsinya dalam mengkomunikasikan sesuatu, terutama pesan yang ingin disampaikan penulis lagu kepada penikmat lagu. Dalam istilah berbeda, Tarigan (2013) menyampaikan bahwa metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang seringkali menambahka kekuatan pada suatu kalimat. Menurut Knowles dan Moon (2005), fungsi metafora setidaknya digunakan untuk mengkomunikasikan tiga hal, yaitu emosi, evaluasi, dan eksplanasi.

Fungsi emosi, yaitu penggunaan metafora untuk mengkomunikasikan perasaan penulis tentang sesuatu. Penggunaan metafora dalam jenis tertentu diaplikasikan untuk mengekspresikan maksud tertentu penulis secara emosional. Fungsi evaluasi, yaitu penggunaan bahasa kiasan untuk menyampaikan hasil penilaian terhadap objek atau tindakan tertentu. Penulis menggunakan metafora untuk menyampaikan hasil penilaiannya terhadap suatu hasil, capaian, perilaku, tindakan, dan lainnya secara kiasan. Fungsi eksplanasi, yaitu menggunakan metafora untuk menjelaskan maksud, tujuan, keinginan tertentu dari suatu tindakan, hasil, capaian, perilaku. Metafora menjadi penting posisinya karena memiliki kemampuan untuk menjelaskan maksud tertentu dari penyampaian oleh penulis.

Ketiga, jenis metafora berdasarkan maknanya atau makna metafora. Menurut Knowles dan Moon (2005), metafora adalah contoh dari bahasa non-literal yang melibatkan beberapa jenis perbandingan atau identifikasi. Maka, makna metafora adalah makna non-literal yang bila dibandingkan dengan makna literal menjadi tidak masuk akal, tidak mungkin, atau tidak benar. Namun, makna non-literal ini bisa menguatkan makna teks yang disampaikan.

Sementara Tarigan (2013) mengkategorikan metafora sebagai gaya bahasa perbandingan. Di dalamnya terlihat dua gagasan, yaitu suatu kenyataan, suatu yang dipikirkan, yang menjadi obyek. Lainnya merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi.

Knowles dan Moon (2005) menjelaskan ada tiga subtipe metafora. Pertama, personifikasi (personification), yaitu sesuatu yang mati diperlakukan seolah-olah memiliki kualitas manusia atau mampu melakukan tindakan manusia. Sementara Tarigan (2013) menjelaskan personifikasi sebagai jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Contoh penggunaan personifikasi, yaitu hujan memandikan tanaman; mentari mencubit wajahku; alam semesta sujud kepada Tuhannya; tugas menantikan kita; kucingmu merindukan elusanmu.

Kedua, simile (perumpamaan). Menurut Knowles dan Moon (2005), perumpamaan sangat mirip metafora, tetapi ada satu perbedaan penting, perbandingannya eksplisit. Artinya, perumpamaan diperkenalkan atau ditandai dengan kata-kata, seperti, membandingkan, menyerupai, dan sebagainya. Ketiga, metonymy (metonimi), yaitu jenis bahasa nonliteral yang penting. Secara umum, kasus-kasus metonimi melibatkan hubungan dan asosiasi sebagian dan seluruh. Kata untuk bagian dari sesuatu digunakan untuk merujuk pada keseluruhan, atau keseluruhannya mengacu pada sesuatu yang terkait dengannya.

Ketiga jenis metafora tersebut selanjutnya dijadikan sebagai pisau untuk melakukan analisis. Konten metafora dalam lirik lagu-lagu populer bertemakan cinta kasih orang tua dan anak dibedah

(17)

5 berdasarkan bentuk metafora (Ullman, 2014), fungsi metafora (Knowles dan Moon, 2005), dan makna metafora (Knowles dan Moon, 2005; Tarigan, 2013). Melalui penggunaan ketiga jenis metafora tersebut, analisis metafora menjadi relative mudah dijalankan.

Penelitian ini melakukan analisis metafora dan kajian relevansi metafora dalam lagu dalam pembelajaran nilai pendidikan karakter, utamanya dalam pembelajaran bahasa. Menurut Thomas Lickona (1991), pendidikan karakter menfokuskan pada pendidikan nilai dan moral. Ahli lainnya, McElmeel (2002) menjelaskan bahwa pendidikan karakter berfokus pada 'diskusi nilai dan perilaku yang sesuai'. Sementara Berkowitz (dalam Damond (ed.), 2002) menekankan pendidikan karakter pada pengembangan sekumpulan karakteristik psikologis individu yang memengaruhi kemampuan dan kecenderungan orang tersebut untuk berfungsi secara moral.

Secara definitif pendidikan karakter terkait erat dengan moral dan kebajikan. Theodore Roosevelt (dikutip Nucci and Narvaez, 2008) menjelaskan pendidikan karakter sebagai ‘proses pendidikan untuk perkembangan moral, dan apakah penekanan harus ditempatkan pada penanaman kebajikan atau pengembangan penilaian moral’. Maka, secara operasional, Ajat Sudrajat (2011) menjelaskan pendidikan karakter sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa.

Merujuk pada fokus dan definisi pendidikan karakter yang disampaikan para ahli, maka bisa disampaikan bahwa pendidikan karakter bertujuan mendorong berfungsinya kebajikan dan moral hingga membentuk sikap dan perilaku anak didik yang sesuai. Maka, pembentukan karakter sebagai tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan karakter tidak terlepas dari nilai dan moral yang menjadi konten dari pendidikan moral. Sementara itu, Lickona (1991) menuliskan nilai karakter (values) yang bisa diajarkan di sekolah. Nilai karakter yang disampaikan dalam pendidikan karakter, yaitu nilai moral. Lickona (1991) menjelaskan nilai moral sebagai berikut:

“Nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan membawa kewajiban. Kita

merasa berkewajiban untuk menepati janji, membayar tagihan, merawat anak-anak kita, dan bersikap adil dalam berurusan dengan orang lain. Nilai moral memberi tahu kita apa yang harus kita lakukan. Kita harus mematuhinya bahkan ketika kita lebih suka tidak melakukannya”.

Maka, dalam pemahaman tersebut, nilai moral yang menjadi dasar dari nilai pendidikan karakter memiliki tuntutan atau konsekuensi untuk memenuhinya atau melakukannya, bahkan bila tidak menyukainya sekalipun.

Lickona (1991) selanjutnya membagi kategori nilai moral, yaitu nilai moral universal dan nonuniversal. Nilai moral universal, seperti memperlakukan semua orang dengan adil dan menghormati kehidupan, kebebasan, dan kesetaraan mereka, mengikat semua orang di mana-mana. Nilai tersebut menegaskan harga dan martabat fundamental manusia. Setiap orang memiliki hak dan bahkan kewajiban untuk mendesak agar semua orang berperilaku sesuai dengan nilai moral universal ini.

Sementara nilai moral nonuniversal tidak membawa kewajiban moral universal. Ini adalah nilai, seperti kewajiban agama seseorang (misalnya, beribadah, berpuasa, menjalankan hari-hari suci), yang mana setiap individu mungkin merasakan kewajiban pribadi. Namun, nilai moral nonuniversal tidak boleh dipaksakan kewajibannya kepada orang lain (Lickona, 1991).

Lebih detail lagi, Lickona (1991) menyebutkan dua nilai moral yang seharusnya diajarkan dan dipraktikan di sekolah, yaitu respect and responsibility (rasa hormat dan tanggung jawab). Rasa hormat berarti menunjukkan penghargaan terhadap nilai seseorang atau sesuatu. Rasa hormat terdiri dari tiga bentuk utama, yaitu menghormati diri sendiri, menghormati orang lain, dan menghormati semua bentuk kehidupan dan lingkungan yang menopang mereka.

(18)

6 orang lain, kita menghargai mereka. Jika kita menghargai mereka, kita merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka. Tanggung jawab secara harfiah berarti “kemampuan untuk menanggapi.” Artinya, tanggung jawab berorientasi pada orang lain, memperhatikan mereka, secara aktif menanggapi kebutuhan mereka. Tanggung jawab menekankan kewajiban positif kita untuk saling memperhatikan (Lickona, 1991).

Nilai utama karakter rasa hormat dan tanggung jawab sebagai nilai moral fondasional yang diajarkan di sekolah. Lickona (1991) juga menjelaskan nilai khusus yang merupakan turunan atau bentuk dua nilai fondasional tersebut. Dengan kata lain, nilai khusus ini menunjukkan rasa hormat dan/atau tanggung jawab atau bantuan untuk berperilaku dengan rasa hormat dan bertanggung jawab. Nilai khsusus tersebut, yaitu honesty (kejujuran), fairness (keadilan), tolerance (toleransi), prudence (kehati-hatian), self-discipline (disiplin diri), helpfulness (suka menolong), compassion (kasih sayang), cooperation (kerja sama), courage (keberanian), dan a host of democratic values (sejumlah nilai demokrasi).

Kejujuran berurusan dengan jujur kepada orang lain, tidak menipu atau mencuri dari orang lain, adalah salah satu cara dasar untuk menghormati orang lain. Keadilan mengharuskan kita memperlakukan orang secara tidak memihak dan tidak pilih kasih. Toleransi juga mengungkapkan rasa hormat. Meskipun toleransi dapat larut menjadi relativisme netral yang berusaha melarikan diri dari penilaian etis, toleransi dalam arti akarnya adalah salah satu ciri peradaban. Toleransi adalah sikap adil dan obyektif terhadap mereka dengan ide, ras, atau keyakinan berbeda dengan kita sendiri. Toleransi inilah yang membuat dunia aman untuk keanekaragaman.

Kehati-hatian memberi tahu kita untuk tidak menempatkan diri kita dalam bahaya fisik atau moral. Disiplin diri memberi tahu kita untuk tidak memanjakan diri dalam kesenangan yang merendahkan diri atau merusak diri sendiri tetapi untuk mengejar apa yang baik bagi kita dan mengejar kesenangan yang sehat dalam jumlah sedang. Disiplin diri juga memungkinkan kita untuk menunda kepuasan, mengembangkan bakat kita, bekerja menuju tujuan yang jauh, dan membuat sesuatu dalam hidup kita. Ini semua adalah bentuk rasa hormat.

Sementara itu, Lickona (1991) selanjutnya menjelaskan penjabaran nilai tanggung jawab, yaitu nilai suka menolong, kasih sayang, dan kerja sama. Jiwa yang suka menolong senang melakukan kebaikan. Belas kasihan membantu kita tidak hanya mengetahui tanggung jawab kita tetapi juga merasakannya. Kerja sama mengakui dalam antarmanusia semakin saling bergantung dan kita harus bekerja sama untuk mencapai tujuan yang mendasar seperti kelangsungan hidup manusia.

Selanjutnya, Lickona (1991) menjelaskan nilai keberanian moral bisa membantu mempraktikkan nilai moral rasa hormat dan tanggung jawab. Keberanian membantu kaum muda menghargai diri mereka sendiri dengan melawan tekanan teman sebaya untuk melakukan hal-hal yang merusak kesejahteraan mereka sendiri. Keberanian membantu kita semua menghormati hak orang lain ketika kita menghadapi tekanan untuk bergabung dengan orang banyak dalam melakukan ketidakadilan. Keberanian juga memungkinkan kita untuk mengambil tindakan yang berani dan positif atas nama orang lain.

Licknona (1991) menyampaikan nilai keberanian moral dan nilai demokrasi membantu menciptakan masyarakat berdasarkan pada rasa hormat dan tanggung jawab. Aturan hukum, persamaan kesempatan, proses hukum, argumen yang masuk akal, pemerintahan yang representatif, pengawasan dan keseimbangan (check and balances), pengambilan keputusan yang demokratis adalah “nilai prosedural” yang bila digabungkan mendefinisikan demokrasi.

Maka, bila dibuat dalam tabel sederhana, nilai moral pendidikan karakter di sekolah sebagaimana disampaikan Lickona (1991) adalah sebagai berikut:

(19)

7

Tabel 1 Nilai Moral Pendidikan Karakter Menurut Lickona (1991)

Nilai Utama Nilai Turunan/Pencapaian

Rasa Hormat honesty (kejujuran), fairness

(keadilan), tolerance (toleransi),

prudence (kehati-hatian), self-discipline (disiplin diri)

Rasa Hormat dan Tanggung Jawab: courage (keberanian), dan a host of

democratic values (sejumlah nilai

demokrasi).

Tanggung Jawab helpfulness (suka menolong),

compassion (kasih sayang), cooperation (kerja sama)

Sumber: Lickona (1991)

Dalam pembelajaran sastra, secara spesifik, studi-studi terdahulu menjelaskan tentang relevansinya dengan pendidikan karakter. Pelajaran sastra terkait dengan pelajaran sikap dan perilaku moral dan etika (Nurgiyantoro, 2010). Pelajaran sastra juga bermuatan meningkatkan kedisiplinan anak di kelas (John, 2011), menjadi agen sosialisasi moral atau agen perubahan moral (Budiman, 2012). Pelajaran sastra juga mengkaji dan mengajarkan nilai etis-spiritual sebagai pendidikan budi pekerti (Suryanto dkk., 2013).

Sebagai bagian dari pembelajaran sastra, metafora bisa menjadi bagian dalam pembelajaran nilai pendidikan karakter, secara spesifik metafora dalam lirik lagu. Penggunaan frasa metaforal atau bahasa kiasan dalam lirik lagu merupakan bentuk simbolik atau komunikasi tak langsung menyampaikan pesan atau nilai moral mengenai hal tertentu yang terkandung dalam lirik lagu. Khusus dalam studi ini, cinta kasih orang tua dan anak merupakan salah satu nilai karakter yang menonjol dalam lirik-lirik lagu yang menggunakan frasa metaforal.

Studi-studi sebelumnya belum menggunakan kajian metafora dalam lagu dikaitkan dengan nilai pendidikan karakter. Penelitian ini berupaya mengkaji metafora (bentuk, fungsi, dan makna metafora) dalam lirik-lirik lagu bertemakan cinta kasih orang tua dan anak guna memenuhi celah akademik pada kajian yang sama. Selama ini metafora dalam lagu lebih banyak diulas dalam makna atau fenomena sosial guna merespon situasi atau kondisi tertentu, sebagaimana studi Aisah (2010), Wiradharma (2016), dan Baharuddin dan Prancis (2017).

Secara spesifik, analisis lirik lagu sebagai media penyampaian pendidikan karakter yang efektif dilakukan Widiyono (2013). Ia mengungkap bahwa lirik-lirik Tembang Campursari Karya Manthous ternyata memiliki nilai pendidikan karakter. Studi ini memiliki perbedaan dengan studi tersebut dengan mengambil objek analisis metafora dalam lirik lagu-lagu bertema cinta kasih orang tua dan anak.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Secara operasional, studi ini mengaplikasikan metode analisis jenis metafora melalui penerapan instrumen analisis bentuk, fungsi, dan makna metafora (Ullmann, 2014; Knowles dan Moon, 2005) sesuai lima langkah penelitian teks (Hanafi, 2011). Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan data penggunaan metafora dalam lirik-lirik enam lagu populer bertema kecintaan orang tua dan anak dan selanjutnya menginterpretasikan maknanya.

Dalam penelitian bahasa, kajian tentang metafora merupakan bagian dari penelitian teks. Tujuan penelitian teks fokus pada upaya menggali struktur teks dan pesan atau makna teks (Hanafi, 2011). Sejalan dengan pendapat Hanafi (2011), studi ini secara spesifik menganalisis teks berupa lirik lagu-lagu bertemakan cinta kasih orang tua dan anak berdasarkan pada analisis bentuk metafora menurut Ullmann (2014) dan analisis fungsi dan makna metafora menurut Knowles dan Moon (2005). Penelitian ini menjalankan pula analisis relevansi metafora dan nilai pendidikan karakter (menurut Lickona, 1991), sehingga muatan penelitian kependidikan tetap tampak kuat.

(20)

8 memudahkan proses analisis lirik lagu.

Tabel 2 Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Metafora Lagu Populer

Data Kode

Data

Bentuk Metafora Fungsi Metafora Makna Metafora Deskripsi Interpretasi

Ant Bint KA Sin Em Ev Ekp Pers Peru Meto

Sumber: Diadaptasi dari Knowles dan Moon (2005); Ullmann (2014)

Keterangan:

Data : Lirik lagu per baris

Kode data : Kode lagu (L), bait lirik (Bt), baris lirik (Br)

Ant : Bentuk Metafora Antropomorfis

Bint : Bentuk metafora binatang

KA : Bentuk metafora konkret ke abstrak

Sin : Bentuk metafora sinestesia

Em : Fungsi metafora emosi

Ev : Fungsi metafora evaluasi

Ekp : Fungsi metafora eksplanasi

Pers : Makna metafora personifikasi

Peru : Makna metafora perumpamaan (simile)

Meto : Makna metafora metonimi

Deskripsi : Deskripsi bentuk, fungsi, dan makna metafora dalam lirik lagu

Interpretasi : Interpretasi umum atas hasil deskripsi bentuk, fungsi, dan makna metafora dalam seluruh lirik lagu

Setelah menyelesaikan proses analisis bentuk, fungsi, dan makna metafora dalam lirik enam lagu, studi ini melakukan identifikasi nilai pendidikan karakter di sekolah sebagaimana disampaikan Lickona (1991) yang disederhanakan dalam tabel 1. Data dan sumber data penelitian ini, yaitu lirik lagu populer bertema cinta kasih ibu dan anak, yaitu lagu “Ibu” Karya Iwan Fals, “Bunda” Karya Melly Goeslaw, ‘Muara Kasih Bunda’ karya Erie Suzan. Sementara data dan sumber data lirik lagu populer bertema cinta kasih ayah dan anak berdasarkan lagu “Titip Rindu buat Ayah” karya Ebiet G. Ade, “Ayah” karya Rinto Harahap, dan ‘Ayah’ karya Seventeen.

Secara operasional, studi ini menerapkan lima langkah penelitian teks (Hanafi, 2011). Pertama, pengumpulan data (teks) yang dioperasionalkan dengan mengumpulkan lirik lagu yang mengandung metafora kebermaknaan orang tua. Kedua, analisis metafora lirik lagu untuk dipahami bentuk, fungsi, dan makna metafora dalam lirik lagu. Ketiga, penyimpulan hasil temuan analisis bentuk, fungsi, dan makna metafora dalam lirik lagu populer. Berdasarkan penyimpulan hasil temuan ini bisa diketahui bentuk, fungsi, dan makna dominan dari lirik lagu bertema cinta kasih orang tua dan anak.

Keempat, deskripsi nilai pendidikan karakter dalam lirik lagu. Kelima. analisis relevansi metafora dalam lirik lagu dengan nilai pendidikan karakter sesuai pendapat Lickona (1991). Identifikasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara kandungan makna nilai dan subnilai pendidikan karakter dalam frasa-frasa metaforal lirik lagu bertema cinta kasih orang tua dan anak dan kemungkinan penggunaannya untuk memudahkan pemahaman dan internalisasi nilai pendidikan karakter.

(21)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini terdiri dari empat sub-bagian. Tiga bagian pertama memaparkan analisis jenis metafora dalam lirik lagu bertema cinta kasih orang tua dan anak. Hasil analisis yang ditampilkan dalam tesis ini hanya masing-masing dua dari enam lagu mewakili lagu bertema cinta kasih ayah dan ibu untuk setiap analisis jenis metafora. Sementara hasil analisis lengkap dituliskan dalam lampiran. Setiap analisis jenis metafora dilengkapi dengan pembahasan dari hasil analisis untuk keseluruhan enam lagu. Bagian keempat membahas relevansi hasil analisis jenis metafora terhadap nilai pendidikan karakter.

Analisis Bentuk Metafora

Analisis bentuk metafora sesuai kategori fungsi metafora menurut Ullmann (2014). Contoh hasil analisis bentuk metafora pertama bertema cinta kasih ibu dan anak dalam Lagu Bunda karya Melly Goeslaw (Lagu kedua/L2). Lagu ini terdiri dari lima bait lirik. Masing-masing bait terdiri dari dua hingga empat baris lirik yang isinya menunjukkan cinta kasih ibu di mata anaknya (penulis lagu). Analisis lengkap ditulis dalam lampiran 2.

L2Bt1Br1 ‘Kubuka album biru’ termasuk kategori bentuk konkret ke abstrak. Frasa ‘album biru’ mewakili karakter warna biru yang salah satunya bermakna ‘ketulusan’ atau kumpulan sesuatu benda (foto) yang menggambarkan ketulusan. L2Bt1Br2 ‘Penuh debu dan usang’, terkategori bentuk metafora konkret ke abstrak karena mengekpresikan citra abstrak dari album yang sudah lama. Frasa ‘debu dan usang’ menunjukkan kondisi album yang sudah lama dan berdebu. L2Bt1Br3, ‘Ku pandangi semua gambar diri’ termasuk bentuk metafora sinaestetis. Frasa metaforal ‘Ku pandangi semua gambar diri’ menunjukan pengalihan makna dari seluruh indra dalam memandangi gambar menjadi terfokus pada indra penglihatan, seolah gambar ganya bisa dipandangi saja.

L2Bt1Br4 ‘Kecil bersih belum ternoda’, memiliki dua bentuk metafora, yaitu konkret ke abstrak dan sinestesia. Frasa metaforal ‘Kecil bersih belum ternoda’, menunjukkan upaya transfer makna dari citra konkret potret diri masa kecil yang masih dianggap lugu, naif, belum tersentuh hal-hal buruk. Sementara itu, frasa ini juga termasuk bentuk sinestesia karena berupaya menunjukkan peralihan makna dari indra penglihatan (kata bersih) ke indra penciuman, karena kata ‘noda’ biasanya tak hanya bisa ditangkap dengan indra penglihatan. Noda bisa pula ditangkap dengan indra penciuman, noda yang berbau.

Lirik bait kedua memiliki kaitan erat dengan lirik bait pertama, atau merupakan kelanjutan dari bait pertama. L2Bt2Br5, ‘Pikirkupun melayang’, memiliki dua bentuk metafora, yaitu antropomorfis dan konkret ke abstrak. Termasuk bentuk antropomorfis karena lirik ‘Pikirkupun melayang’ menunjukkan ekspresi benda tak bernyawa ‘pikir’ yang dibandingkan dengan perasaan ‘melayang’ atau ‘terbang’ ke masa kecil dahulu. Frasa metaforal ‘Pikirkupun melayang’ juga menunjukkan transfer citra konkret dari ‘pikiran’ ke citra abstrak yang melayang atau bisa terbang ke masa lampau, mengingat masa sebelumnya.

Sementara itu, L2Bt2Br6 ‘Dahulu penuh kasih’, L2Bt2Br7 ‘Teringat semua cerita orang’, dan L2Bt2Br8 ‘Tentang riwayatku’ tidak menunjukan transfer makna dari makna aslinya. Tiga baris lirik tersebut menjelaskan pengalihan makna baris pertama ‘Pikirkupun melayang’ untuk menunjukkan kondisi kehidupan penulis lagu pada masa sebelumnya. Bait ketiga terdiri dari dua baris lirik dan semuanya menunjukan metafora. L2Bt3Br9 ‘Kata mereka diriku slalu dimanja’ menunjukkan bentuk metafora sinestesia karena menunjukkan ekspresi bahasa yang mengalihkan makna dari indra pendengaran ‘kata mereka’ ke indra perasaan ‘dimanja’ yang menunjukan ekspresi perhatian dan kasih sayang.

(22)

10 dengan lirik baris pertama, yaitu bentuk sinestesia. Pengulangan frasa ‘kata mereka’ menunjukkan transfer makna dari indra pendengaran ke indra perasa ‘ditimang’ yang menunjukkan kespresi yang sma, yaitu luapan kasih sayang. Bait keempat terdiri dari empat baris lirik. L2Bt4Br11 ‘Nada-nada yang indah’ menunjukkan tuga bentuk metafora secara bersamaan, yaitu antropomorfis, konkret ke abstrak, dan sinestesia. Lirik ‘Nada-nada yang indah’ memenuhi bentuk antropomorfis karena mengalihkan makna benda tak bernyawa ‘nada-nada’ menjadi seolah bisa dibandingkan dengan indra penglihatan dan perasaan manusia untuk mengekspresikan keindahan, kebagusan, pemenuhan nilai estetis.

L2Bt4Br11 ‘Nada-nada yang indah’ juga memenuhi bentuk konkret ke abstrak karena mengalihkan makna dari citra konkret nada (jamak) sebagai bunyi yang beraturan dan berfrekuensi tunggal tertentu ke citra abstrak sebagai bunyi beraturan dan berfrekuensi yang indah, memenuhi unsur estetis. Terakhir, lirik ‘Nada-nada yang indah’ juga memenuhi bentuk sinestesia karena mengalihkan dari makna frasa ‘nada-nada’ dari indra pendengaran ke indra penglihatan dengan gabungan kata sifat ‘yang indah’. L2Bt4Br12 ‘Slalu terurai darinya’ berhubungan erat dengan liris barik bertama ‘Nada-nada yang indah’. Lirik ‘Slalu terurai darinya’ menunjukkan makna bunyi atau ucapan yang selalu disampaikan ibu kepada anaknya. Pengalihan makna tersebut menunjukan bentuk metafora konkret ke abstrak karena mengalihkan cintra konkret frasa ‘terurai darinya’ ke citra abstrak mengenai apa yang diucapkan atau dinyanyikan.

L2Bt4Br13 ‘Tangisan nakal dari bibirku’ menunjukkan dua bentuk metafora, yaitu antropomorfosisi dan konkret ke abstrak. Bentuk antropomorfosis dalam lirik ‘Tangisan nakal dari bibirku’ menunjukan ekspresi bahasa benda tak bernyawa “tangisan’ dibandingkan dengan perasaan manusia dalam kata ‘nakal’ yang mengekspresikan kesadaran seorang anak. Sementara bentuk konkret ke abstrak dalam lirik ‘Tangisan nakal dari bibirku’ menunjukan pengalihan majna dari kata ‘tangisan; yang konkret menjadi citra konkret saat bergabung menjadi frasa ‘tangisan nakal’. ‘Tangisan’ memenuhi citra abstrak karena menjadi memiliki ekspresi ‘kenakalan’ bukan sekadar kesedihan.

L2Bt4Br14 ‘Takkan jadi deritanya’ menunjukan bentuk metafora konkret ke abstrak. Lirik tersebut masih terkait dengan lirik baris ketiga yang menceritakan ‘tangisan’ yang dilakukan saat masa kecil. Tangisan anak dianggap bukan menjadi sumber derita bagi ibu karena kekuatannya. Peralihan citra konkret ‘tangisan’ ke citra abstrak ‘bukan derita’ seorang ibu menunjukkan peralihan citra tersebut, karena tangisan dalam citra konkret adalah suara penuh emosi yang keluar dari mulut manusia, dan bukan sumber derita ibu.

Bait kelima terdiri dari empat baris lirik yang keseluruhan barisnya menunjukkan pengalihan makna atau metafora. L2Bt5Br15 ‘Tangan halus dan suci’ memenuhi bentuk konkret ke abstrak dan sinestesia. Lirik ‘Tangan halus dan suci’ menunjukkan ekspresi bahasa yang mentransfer citra konkret kata ‘tangan’ sebagai bagian dari tubuh manusia ke citra abstrak sesuatu yang suci atau memeiliki nilai kesakralan saat digabungkan menjadi frasa metaforal ‘tangan suci’. Selain itu, lirik baris pertama ini memenuhi bentuk sinestesia karena menunjukkan peralihan makna ke indra perasa dalam frasa ‘tangan halus’.

L2Bt5Br16 ‘Tlah mengangkat diri ini’ memenuhi bentuk metafora konkret ke abstrak dan sinestesia. Terkategori bentuk metafora konkret ke abstrak karena frasa metaforal ‘Tlah mengangkat diri ini’ menunjukkan pengalihan makna dari citra konkret mengangkat menjadi citra abstrak ‘mengangkat diri’ yang maknanya menaikan derajat seorang anak dari manusia biasa saat anak-anak berubah menjadi individu yang berprestasi. Lirik ‘Tlah mengangkat diri ini’ juga memenuhi bentuk metafora sinestesia karena frasa metaforal ‘mengangkat diri’ menunjukkan pengalihan makna dari indra penglihatan ke indra perasa dengan merasakan sentuhan kasih ibu.

(23)

11 abstrak dan sinestesia. Frasa metaforal ‘jiwa raga dan seluruh hidup’ menunjukan pengalihan makna dari citra konkret ‘jiwa raga’ menjadi citra abstrak setelah dikombinasi dengan frasa metaforal lainnya hingga melengkafi frasa ‘Jiwa raga dan seluruh hidup”. Lirik ‘Jiwa raga dan seluruh hidup’ memenuhi frasa metaforal sinestesia karena menunjukkan pengalihan makna dari indra perasa untuk lirik ‘jiwa’ ke indra penglihatan untuk lirik ‘raga’.

L2Bt5Br18 ‘Rela dia berikan’ masih satu rangkaian dengan lirik sebelumnya ‘Jiwa raga dan seluruh hidup’. Maka, lirik keempat memenuhi bentuk metafora konkret ke abstrak dan sinestesia. Terkategori bentuk metafora konkret ke abstrak karena mentransfer makna citra konkret pemberian makanan, minum, pendidikan ke citra abstrak pemberian segalanya yang terbaik untuk anak. Memenuhi bentuk metafora sinestesia karena lirik ‘Rela dia berikan’ menegaskan lirik sebelumnya ‘Jiwa raga dan seluruh hidup’ yang menunjukkan pengalihan makna dari indra perasa untuk lirik ‘kerelaan’ ke indra penglihatan untuk lirik ‘berikan’ yang bermakna sesuatu yang nampak atau terlihat.

Bait keenam terdiri dari dua baris lirik yang menjadi penutup lagu dengan pesan makna yang sangat kuat. L2Bt6Br19 ‘Oh bunda ada dan tiada dirimu’ memenuhi bentuk metafora konkret ke abstrak dan sinestesia. Memenuhi bentuk metafora konkret ke abstrak karena lirik ‘Oh bunda ada dan tiada dirimu’ mentransfer makna kehadiran ‘bunda’ dalam citra konkret menjadi citra abstrak karena digabung dengan frasa metaforal ‘ada dan tiada dirimu’ yang menunjukkan arti penting kehadiran ibu secara fisik maupun non-fisik. Lirik ‘Oh bunda ada dan tiada dirimu’ juga memenuhi bentuk metafora sinestesia karena kehadiran ‘bunda’ mengalami transfer dari indra penglihatan (ada) menjadi indra perasa ‘tiada’. Kehadiran bunda saat kecil bisa dilihat secara fisik, saat sudah meninggal kehadirannya dirasakan dalam hati.

L2Bt6Br20 ‘Kan slalu ada di dalam hatiku’ menunjukkan bentuk metafora yang sama dengan lirik baris sebelumnya, yaitu konkret ke abstrak dan sinestesia. Memenuhi bentuk metafora konkrit ke abstrak karena terjadi transfer citra konkret ‘ibu’ yang hadir secara fisik menjadi citra abstrak kehadiran ibu dirasakan dalam hati sang anak saat ibu sudah tiada. Lirik ‘Kan slalu ada di dalam hatiku’ juga memenuhi bentuk metafora sinestesia karena ekspresi lirik itu mengalihkan makna kehadiran ibu dari indra fisik (mata, telinga, sentuhan, penciuman ke indra perasaan, secara psikologis selalu hadir dalam batin sang anak.

Secara umum analisis bentuk metafora lagu ‘Bunda’ karya Melly Goeslaw mayoritas didominasi oleh bentuk konkret ke abstrak. Empat belas baris lirik dari total 20 baris lirik memenuhi bentuk metafora konkret ke abstrak. Secara bersamaan, setengah lirik-lirik tersebut juga memenuhi bentuk metafora sinestesia. Selain itu, hanya tiga baris lirik memenuhi bentuk antropomorfis dan tidak ada bentuk metafora binatang. Intinya, lagu ‘Bunda’ karya Melly Goeslaw menggunakan frasa-frasa metaforal yang mentrasnfer citra konkret ke abstrak untuk mengekspresikan kehadiran dan kontribusi (cinta kasih) ibu bagi penulisnya.

Contoh hasil analisis bentuk metafora lainnya dilakukan pada lagu bertema cinta kasih ayah dan anak, yaitu analisis Lagu Titip Rindu Buat Ayah karya Ebiet G. Ade (Lagu keempat/L4). Lagu tersebut terdiri dari enam bait dan 16 baris lirik (dalam lagu yang dinyanyikan terdapat 8 bait dan 22 baris lirik termasuk repetisi bait dan lirik). Berbeda dari lirik tiga lagu sebelumnya, lirik lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah’ seluruhnya mengandung metafora. Sebagai pencipta lagu, Ebiet G. Ade menggunakan metafora dengan intens pada lirik-lirik tersebut. Analisis lengkap ditulis dalam lampiran 4.

Bait pertama terdiri dari empat baris lirik. L4Bt1Br1 ‘Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa’ mengandung metafora dalam dua bentuk. Pertama, lirik ‘‘Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa’ memenuhi bentuk antropomorfis karena terdapat perbandingan antara benda tak bernyawa ‘peristiwa’ dan indra ‘mata’. Kedua, lirik tersebut memenuhi bentuk konkret ke abstrak

(24)

12 karena terdapat pengalihan makna dari citra konkret ‘mata’ menjadi abstrak karena mata mampu menyimpan peristiwa dalam jumlah banyak (selaksa).

L4Bt1Br2 ‘Benturan dan hempasan terpahat di keningmu’ mengandung bentuk metafora antropomorfis karena menunjukkan ekspresi perbandingan antara benda tak bernyawa ‘‘benturan dan hempasan’ dan ‘keningmu’ yang disambungkan dengan kata kerja ‘terpahat’. Bentuk metafora lainnya dalam lirik tersebut yaitu konkret ke abstrak. Lirik ‘Benturan dan hempasan terpahat di keningmu’ mengalihkan makna konkret ‘benturan dan hempasan’ yang biasa digunakan dalam situasi konkret menjadi citra abstrak saat digabungkan dengan frasa metaforal ‘terpahat di keningmu’. Maka, benturan dan hempasan beralih menjadi citra abstrak.

L4Bt1Br2 ‘Benturan dan hempasan terpahat di keningmu’ juga memenuhi bentuk sinestesia. Lirik tersebut mengalihkan makna dari indra penglihatan untuk mengekspresikan ‘nampak gtua dan lelah’ menjadi indra perasa. Kombinasi frasa tersebut dengan dengan frasa metaforal ‘keringat mengucur deras’ saling menguatkan upaya penulis menunjukkan sang ayah kepanasan dan kelelahan sebagai bentuk pengorbanan tanpa pamrih demi anaknya.

L4Bt1Br3 ‘Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras’ mengandung tiga bentuk metafora. Lirik ‘Benturan dan hempasan terpahat di keningmu’ menunjukan bentuk antropomorfis karena membandingkan antara benda bernyawa ayah yang ‘nampak tua dan lelah’ dan frasa metaforal ‘keringat mengucur deras’. Bentuk konkret ke abstrak nampak dalam pengalihan makna citra konkret seorang ayah yang terlihat ‘tua dan lelah’ menjadi citra abstrak tampak lebih tua dan lelah karena digabungkan dengan frasa metaforal ‘keringat mengucur deras’ yang menguatkan citra abstrak seoarang ayang yang tetap bekerja keras meskipun sudah tua dan lelah bekerja.

L4Bt1Br4 ‘Namun kau tetap tabah’ melengkapi tiga baris lirik metaforal dengan menguatkan sosok ayah. Lirik ‘Namun kau tetap tabah’ mengandung bentuk metafora sinestesia karena mengalihkan makna antarindra. Frasa metaforal dalam lirik ‘Namun kau tetap tabah’ akan nampak bila digabungkan dengan liruik baris sebelumnya. Lirik ‘Namun kau tetap tabah’ mengalihkan makna dari indra penglihatan ke indra perasa. Ayah tetap tabah meski mendapat tantangan berupa cobaan dalam berbagai peristiwa.

Bait kedua terdiri dari dua baris lirik. L4Bt2Br5 ‘Meski nafasmu kadang tersengal’ memenuhi bentuk metafora konkret ke abstrak karena menunjukan transfer makna dari citra konkret ‘nafas’ yang terhambat atau tidak lancar ke citra abstrak ‘tersengal’ untuk menunjukkan ayah bernafas atau menghirup udara tidak lancar. L4Bt2Br6 ‘Memikul beban yang makin sarat, kau tetap bertahan’ mengandung bentuk metafora antropomorfis karena membandingkan benda tak bernyawa ‘beban’ dengan perasaan kagum ‘memikul beban’ yang tambah berat tanpa menyerah. Lirik ‘Memikul beban yang makin sarat, kau tetap bertahan’ juga mengandung bentuk metafora dari konkret ke abstrak karena mengalihkan citra konkret ‘memikul ‘dari benda konkret menjadi citra abstrak ‘beban’ yang abstrak, yaitu beban kehidupan.

Lirik bait ketiga terdiri dari empat baris lirik. L4Bt3Br7 ‘Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini’ mengandung tiga bentuk metafora. Pertama, bentuk metafora antropomorfis nampak dalam lirik karena membandingkan benda tak bernyawa ‘jalan’ dengan ekspresi perasaan terhadap ‘ayah’. Kedua, bentuk metafora dari konkret ke abstrak nampak dari ekspresi pengalihan citra dari konkret ‘mengerti’lika-liku jalan kehidupan menjadi citra abstrak ‘hitam dan merah jalan ini’. Ketiga, lirik ‘Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini’ juga menunjukkan bentuk metafora sinestesia karena menunjukkan peralihan makna dari indra penglihatan dalam lirik ‘mengerti hitam dan merah’ ke indra perasa saat digandengkan dengan lirik ‘jalan ini’.

L4Bt3Br8 ‘Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan’ mengandung tiga bentuk metafora. Bentuk metafora antropomorfis nampak kuat dalam lirik tersebut karena menunjukan ekpresi bahasa membandingkan makna benda tak bernyawa ‘Keriput tulang pipi’ dengan ‘perjuangan’ seorang ayah.

(25)

13 Bentuk metafora konkret ke abstrak juga nampak dalam ekspresi ‘keriput tulang pipi’ yang konkret menjadi abstrak saat menunjukkan kerasnya ‘perjuangan’ sang ayah bagi anaknya. Lirik itu juga menunjukan bentuk metafora sinestesia karena mengalihkan makna dari indra penglihatan saat menunjukan ‘keriput tulang pipi’ ke indra ‘perasaan’ sebagai ekspresi kekaguman pencipta lagu pada sang ayah.

L4Bt3Br9 ‘Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari’ mengandung tiga bentuk metafora. Pertama, bentuk metafora antropomorfis nampak dalam lirik ‘bahumu’ sebagai ekspresi benda bernyawa dibandingkan dengan benda tak bernyawa seperti ‘kayu’ yang ‘legam terbakar matahari’. Bentuk konkret ke abstrak nampak dalam lirik ‘Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari’ karena mengekspresikan transfer citra konkret ‘bahu yang kekar’ menjadi citra abstrak ‘bahu yang legam terbakar matahari’ atau terpapar matahari selalu. Ketiga, bentuk metafora sinestesia nampak dalam lirik ‘Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari’ karena mengekspresikan peralihan makna dari indra perasaan ke indra penglihatan.

L4Bt3Br10 ‘Kini kurus dan terbungkuk’ masih merupakan sambungan dari lirik baris ketiga yang mengandung bentuk metafora dari konkret ke abstrak. Metafora nampak dalam lirik ‘kurus dan terbungkuk’. Lirik itu mengekspresikan transfer makna ‘bahu’ yang konkret menjadi citra abstrak ‘bahu’ yang telah mengalami perubahan bentuk karena proses penuaan.

Bait keempat terdiri dari dua baris lirik. L4Bt4Br11 ‘Namun semangat tak pernah pudar’ mengandung tiga bentuk metafora. Bentuk metafora antropomorfis nampak dari ekspresi bahasa benda tak bernyawa ‘semangat’ dibandingkan dengan ekspresi indra penglihatan ‘tak pernah pudar’. Bentuk metafora konkret ke abstrak terlihat dari pengalihan makna dari citra konkret kekuatan batin ayah dalam menafkahi keluarga yang kuat menjadi citra abstrak ‘yang tak pernah pudar’, pantang surut dalam memperjuangkan keluarga. Bentuk metafora sinestesia nampak dalam transfer makna ‘semangat tak pernah pudar’ dari indra ‘perasaan’ ke indra penglihatan dalam metafora ‘tak pernah pudar’. Semangat ayah yang konsisten ditransfer maknanya seperti warna yang terlihat tak pernah berubah atau hilang kekuatan warnanya.

L4Bt4Br12 ‘Meski langkahmu kadang gemetar, kau tetap setia’ menunjukan bentuk metafora antropomorfis karena menunjukan perbandingan benda tak tak bernyawa ‘langkahmu’ dengan perasaan ‘kesetiaan’ manusia terhadap komitmennya. Bentuk metafora dari konkret ke abstrak nampak jelas dalam pengalihan makna ‘langkahmu kadang gemetar’ menjadi citra abstrak ‘tetap setia’. Bila digabungkan frasa metaforal ‘langkahmu tetap setia’ menunjukan citra abtrak yang kuat untuk menggambarkan konsistensi seorang ayah menafkahi keluarga dan memperjuangkan kepentingan keluarga. Bentuk metafora sinestesia nampak dalam pengalihan makna ‘langkahmu kadang gemetar’ sebagai ekspresi indra penglihatan ke indra perasaan dalam frasa metaforal ‘kau tetap setia’.

Bait kelima terdiri dari empat baris lirik yang membandingkan antara kekaguman, harapan, dan realitas sang pencipta lagu terhadap ayahnya. L4Bt5Br13 ‘Ayah dalam hening sepi ku rindu’ menunjukkan bentuk metafora antropomorfis karena membandingkan benda bernyawa sosok ‘Ayah’ dengan perasaan keheningan, atau ekspresi dari kesepian sang penulis ditinggal pergi ayahnya hingga menimbulkan perasaan rindu. Bentuk metafora konkret ke abstrak bisa ditemukan dalam pengalihan makna konkret ‘Ayah’ yang telah tiada ke citra abstrak ‘hening sepi’ dan menimbulkan kerinduan sang anak. Bentuk metafora sinestesia nampak dalam transfer makna indra penglihatan ‘hening’ atau tak terlihat ke indra perasaan kerinduan sang penulis lagu kepada ayahnya.

L4Bt5Br14 ‘Untuk menunai padi milik kita’ menunjukan bentuk metafora dari konkret ke abstrak. Frasa metaforal ‘menuai padi milik kita’ menunjukan pengalihan makna dari citra konkret menuai padi dalam situasi nyata menjadi citra makna abstrak kerinduan beraktivitas bersama dengan ayah saat masa kecil dulu. Lirik ‘menuai padi’ menunjukkan pula ekspresi kerinduan sang anak

(26)

14 kepada ayahnya.

L4Bt5Br15 ‘Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan’ menunjukan bentuk metafora konkret ke abstrak. Ekspresi konkret rasa rindu sang pencipta lagu kepada ayahnya dianggap sulit terwujud karena situasi tertentu yang membatasi rasa rindu bisa dilepaskan atau diwujudkan dengan bertemu. L4Bt5Br16 ‘Anakmu sekarang banyak menanggung beban’ melanjutkan makna lirik baris ketiga juga menunjukan bentuk metafora yang sama. Peralihan citra makna konkret keterbatasan sang anak untuk bertemu orang tua diekespresikan dalam citra makna abstrak ‘banyak menanggung beban’. Frasa metaforal itu mengekspresikan citra abstrak dari kondisi sang penulis lagu yang menghadapi berbagai kendala untuk bertemua ayahnya. ‘Beban’ bisa multitafsir, dalam bentuk perbedaan jarak, kendala biaya, waktu, dan berbagai keterbatasan lainnya.

Secara umum lirik Lagu Berjudul ‘Titip Rindu Buat Ayah’ Karya Ebiet G. Ade didominasi oleh bentuk metafora konkret ke abstrak dan antropomorfis. Empat belas dari 16 baris lirik menunjukan bentuk metafora konkret ke abstrak. Ebiet G. Ade mendominasi frasa metaforal dalam lirik lagunya dengan mentransfer makna konkret ke abstrak, situasi nyata ke situasi abstrak guna menunjukkan kekuatan liriknya.

Ebiet G. Ade juga banyak menggunakan bentuk metafora antropomorfis (10 baris lirik). Lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah’ banyak melakukan pengalihan makna dengan membandingkan benda tak bernyawa dalam sosok atau bagian tubuh seorang ayah dengan perasaan kerinduan sang pencipta lagu kepada ayahnya.

Ebiet G. Ade juga menggunakan bentuk metafora sinestesia untuk memperkuat makna liriknya. Tujuh dari 16 baris lirik berupaya mentrasnfer makna dari satu indra ke indra lainnya untuk mengekspresikan kerinduan penulis lagu kepada ayahnya. Peralihan makna indra yang abnyak digunakan yaitu indra penglihatan ke perasaan. Bentuk tersebut relevan dengan dominasi bentuk metafora konkret ke abstrak dan antropomorfis.

Berdasarkan hasil kompilasi analisis bentuk metafora lagu bertema cinta kasih orang tua dan anak bisa diketahui hasil analisis bentuk metafora yang digunakan. Bentuk metafora dalam lirik enam lagu bertema cinta kasih orang tua dan anak didominasi bentuk metafora konkret ke abstrak. Selanjutnya, diikuti bentuk metafora antropomorfis dan sinestesia. Sementara bentuk metafora binatang tidak ditemukan dalam lirik enam lagu tersebut.

Intrepretasi terhadap data tersebut menunjukkan bahwa dominasi bentuk frasa metaforal konkret ke abstrak (atau sebaliknya) dalam lirik lagu bertema cinta kasih orang tua dan anak menjadi kekuatan tersendiri. Penulis lagu mengandalkan bentuk metafora konkret ke abstrak untuk mendedikasikan lagunya kepada orang tua. Citra abstrak terutama membantu penulis lagu untuk mengekspresikan kekaguman dan rasa terima kasih anak kepada kecintaan dan pengorbanan orang tua pada anaknya, seperti dalam lirik ‘Benturan dan hempasan terpahat di keningmu’ (Lagu Titip Rindu Buat Ayah karya Ebiet. G. Ade) yang bermakna abstrak. Tidak ada bentuk yang pasti dari ‘Benturan dan hempasan yang terpahat di kening’ seorang ayah, namun penulis lagu berupaya mengkomunikasikan tentang perjuangan atau pengorbanan ayah bekerja keras dalam menafkahi dirinya dan keluarganya hingga memunculkan tanda-tanda fisik di wajah ayahnya.

Pengalihan citra abstrak ke konkret atau sebaliknya memudahkan penulis untuk mengalihkan ungkapan-ungkapan dalam lirik lagu. Sebagaimana pengertian metafora sebagai transfer atau pengalihan makna, maka perubahan makna lirik lagu dari makna konkret ke abstrak atau sebaliknya bisa membantu menguatkan ekspresi bahasa cinta kasih orang tua dan anak. Mayoritas metafora dalam lirik dalam enam lagu yang dianalisis memiliki kekuatan pesan yang kuat karena mengalihkan makna lirik, terutama transfer dari citra konkret ke citra abstrak.

Tidak adanya lirik lagu berbentuk metafora binatang dalam lagu bertema cinta kasih orang tua dan anak sangat wajar. Cinta kasih orang tua dan anak sulit diekspresikan dalam bentuk metafora

(27)

15 binatang, karena metafora binatang tidak pantas dibandingkan dengan orang tua. Meskipun demikian sebenarnya banyak sifat-sifat binatang yang baik yang juga bisa merefleksikan cinta kasih orang tua dan anak.

Hasil kompilasi analisis bentuk metafora bertema cinta kasih orang tua dan anak secara segregasi menunjukkan perbedaan. Bentuk metafora dalam lirik lagu bertemakan cinta kasih ibu dan anak didominasi bentuk konkret ke abstrak. Selanjutnya diikuti bentuk metafora sinestesia dan antropomorfis.

Analisis bentuk metafora lagu bertema cinta kasih ayah dan anak menunjukkan kecenderungan sedikit berbeda. Bentuk metafora konkret ke abstrak tetap mendominasi, namun urutan kedua diduduki bentuk metafora antropomorfis kemudian sinestesia. Perbedaan lainnya terletak pada penggunaan bentuk metafora konkret ke abstrak pada lagu bertema cinta kasih ayah dan anak lebih tinggi daripada lagu bertema cinta kasih ibu dan anak.

Interpretasi terhadap perbedaan tersebut bisa dijelaskan dalam kaitannya dengan konteks sosio-kultur di Indonesia yang menunjukan kebiasaan bahwa anak cenderung lebih dekat kepada ibu daripada ayah. Pandangan umum dalam keluarga Indonesia menunjukkan ibu bertugas mendidik anak, baik mendidik secara akademik maupun mendidik perilaku moral anak (Elia, 2000). Dalam hal pembagian peran di keluarga, ibu berperan lebih dominan dalam pengasuhan anak daripada ayah (Putri dan Lestari, 2015) Maka, bila ada sosok ayah yang memiliki hubungan dekat kepada anaknya justru menimbulkan kekuatan rasa atau kecintaan yang besar.

Analisis Fungsi Metafora

Analisis fungsi metafora secara sederhana didasarkan pada peran frasa metaforal dalam mengkomunikasikan pesan lirik lagu. Analisis fungsi metafora emosi, evaluasi, dan eksplanasi bermanfaat untuk menganalisis pesan yang ingin disampaikan penulis lagu dalam frasa metaforal lirik lagu, khususnya pesan yang menunjukkan cinta kasih orang tua dan anak.

Contoh hasil analisis pertama yang disajikan yaitu analisis fungsi metafora Lagu Ibu Karya Iwan Fals (lagu pertama/L1) yang terdiri dari empat bait dan 12 baris lirik. Analisis lengkap ditulis dalam lampiran 1. Bait pertama lirik lagu berjudul ‘Ibu’ karya Iwan Fals terdiri dari empat baris. L1Bt1Br1 ‘Ribuan kilo jalan yang kau tempuh’ menunjukkan frasa metaforal ‘Ribuan kilo’ sebagai metafora yang memenuhi dua fungsi metafora, yaitu fungsi emosi dan evaluasi. Frasa ‘Ribuan kilo’ dalam lirik ‘Ribuan kilo jalan yang kau tempuh’ memenuhi fungsi emosi karena mengkomunikasikan perasaan penulis tentang pengorbanan jangka panjang seorang ibu dalam merawat dan membesarkan anak-anaknya hingga sang anak bisa hidup mandiri. Frasa ‘Ribuan kilo’ juga memenuhi fungsi evaluasi karena bergabung dengan frasa ‘jalan yang kau tempuh’ yang menunjukkan penilaian pengorbanan seorang ibu dalam membesarkan anaknya. Apa yang dilakukan sang ibu menjadi catatan membekas dalam benak evaluasi anaknya.

L1Bt1Br2 frasa metaforal ‘Lewati rintang untuk aku anakmu’ menunjukkan fungsi metafora emosi. Penulis mengkomunikasikan perasaan terhadap perjuangan seorang ibu mengatasi berbagai kendala materil dan spikis dalam merawat dan membesarkan anaknya hingga mandiri. Frasa metaforal ‘Lewati rintang untuk aku anakmu’ juga memenuhi fungsi metafora evaluasi. Penulis lagu berusaha menyampaikan hasil penilaian terhadap tindakan ibunya dalam merawat dan membesarkan anaknya yang harus ditempuh, meskipun penuh tantangan. Frasa metaforal ‘Lewati rintang untuk aku anakmu’ memenuhi pula fungsi eksplanasi. Frasa tersebut berusaha menjelaskan maksud dari frasa baris pertama ‘Ribuan kilo jalan yang kau tempuh’ untuk menunjukan tujuan dari tindakan seorang ibu ‘berjalan’ dalam jarak yang jauh, berkorban demi anaknya melewati cobaan, hambatan atau tantangan dalam membesarkan anaknya.

Gambar

Tabel 2 Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Metafora Lagu Populer
Tabel 4. Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Metafora Lagu Ibu Karya Iwan Fals
gambar diri   L2Bt1Br3  √  √  √  √  L2Bt1Br3 termasuk
Tabel 6 Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Metafora Lagu Muara Kasih Bunda Karya Erie Susan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas pendidikan dalam perguruan tinggi merupakan tujuan utama Program Studi Pascasarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit (PS KARS) Fakultas Kesehatan Masyarakat

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kompos limbah bubuk kopi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati, yaitu tinggi tanaman dan diameter

Kontribusi jangka panjang dalam penelitian untuk memberikan informasi akan pengaruh yang dominan antara current ratio dan debt to equity ratio terhadap return on assets yang

Bagi masyarakat yang ingin melaksanan pembayaran pajak kendaraan bermotor (PKB) atau perpanjangan STNK tahunan, telah hadir SAMSAT keliling. SAMSAT keliling merupakan salah

Artinya dari segi kehandalan yang dimiliki oleh pegawai atau staf pelayanan pajak kendaraan bermotor, yang meliputi kejelasan informasi mengenai prosedur dalam pengurusan

Bisa juga terjadi terhadap seseorang yang telah mencapai umur ketuaannya (old age) dan tidak mampu untuk mencari nafkah sehingga tidak mampu membiayai anak-anaknya, maka

dengan tokoh dan karakter yang melekat. Tokoh diciptakan pengarang dengan keadaan jiwa tertentu ketika mendapatkan masalah. Selain itu, novel Bekisar Merah sarat

Dari beberapa pendapat tersebut, Benny A Pribadi (2009:11) menyimpulkan bahwa metode bagian merupakan cara yang digunakan dalam proses pembelajaran yang