• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Morfometri Situ Burung

Pada Tabel 3 diperlihatkan hasil pengukuran dimensi permukaan (surface dimension) dan bawah permukaan (subsurface dimension) dari Situ Burung pada musim hujan, sedangkan Gambar 9 memperlihatkan peta batimetri Situ Burung pada musim hujan. Pada bagian selatan situ ini (lihat Gambar 12) dijumpai tanaman air Seroja yang berlimpah, hingga menutupi sekitar 0,46 Ha permukaan air Situ. Keberadaan tanaman air di bagian ini, dari pengamatan secara visual, cenderung menyebabkan terjadinya pendangkalan Situ.

Tabel 3. Dimensi Morfometri Situ Burung pada musim Hujan

Parameter Nilai

A. Dimensi Permukaan

*Luas Permukaan (Ao) 4,05 ha

Panjang garis tepi pantai (SL) 1291,75 m

SDI 1,81

Panjang maksimum (Lmax) 247,85 m

Panjang maksimum efektif (Le) Idem

Lebar maksimum (Wmax) 203,74 m

Lebar maksimum efektif (We) Idem

Lebar rata-rata (w) 163,41 m

B. Dimensi bawah Permukaan

Kedalaman Maksimum (Zmax) 4,98 m

Kedalaman rata-rata (Z) 2,38 m

Kedalaman relative (Zr) 2,19 %

Kemiringan rata-rata (s) 9,33 %

*Volume total air (Vtotal) 96427,86 m3

Perkembangan volume Situ (VD) 1,43

*) Untuk mendapatkan nilai dari dua parameter ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Berdasarkan analisis peta bathimetri, diketahui nilai-nilai dimensi permukaan dan bawah permukaan perairan Situ Burung yang bisa dilihat pada Tabel 3. Situ burung memiliki luas permukaan air (Ao) ± 4,05 ha dengan panjang garis tepi (SL) sebesar 1.291,75 meter. Nilai garis tepi ini akan terus mengalami perubahan yang disebabkan oleh erosi karena air hujan, masuknya air yang membawa partikel lumpur dan terakumulasinya limbah pertanian seperti pupuk dapat berpengaruh terhadap proses pendangkalan. Welch (1952) in Hoerunnisa (2004) menyatakan semakin panjang garis pantai maka kesempatan untuk berhubungan dengan daratan akan semakin besar dan hal ini akan berpotensi meningkatkan produktivitas perairan.

Nilai indeks perkembangan garis tepi (SDI) Situ burung sebesar 1,81 meter. Menurut Wetzel (1983), nilai ini menunjukkan bentuk Situ adalah lonjong (subcircle atau elipsc). Semakin besar nilainya maka bentuk danau semakin tidak beraturan dan diduga perairannya memiliki potensi produktivitas yang tinggi karena hubungan antara daratan semakin besar sehingga masuknya bahan organik ke dalam perairan semakin tinggi.

Panjang maksimum merupakan jarak antara dua titik terjauh pada permukaan tepi suatu danau (Hakanson 1981 in Hoerunnisa, 2004 ). Pada perairan Situ Burung panjang maksimumnya (Lm) sebesar 247,85 meter, karena di dalam Situ Burung tidak terdapat pulau maka panjang maksimum efektif (Le) sama dengan panjang maksimumnya (Lm) yaitu sebesar 247,85 meter. Lebar maksimum (Wm) pada Situ Burung sebesar 203,74 meter, karena di dalam Situ Burung tidak terdapat pulau maka lebar maksimum efektif (We) sama dengan lebar maksimumnya (Wm) yaitu sebesar 203,74 meter. Sedangkan untuk lebar rata-rata perairan (W) Situ Burung sebesar 163,41 meter. Panjang maksimum dan lebar maksimum suatu danau dapat mempengaruhi besar kecilnya wilayah perairan yang dapat berhubungan dengan udara atau angin. Hal ini berpengaruh pada peningkatan difusi oksigen dari udara serta sebaran organisme di permukaan perairan. Sehingga pengadukan massa air di Situ Burung diduga besar karena pergerakan angin tidak terhambat oleh pulau atau daratan yang ada di tengah perairan.

Berdasarkan tabel diatas perairan Situ Burung memiliki kedalaman maksimum (Zm) sebesar 4,98 meter dengan kedalaman rata-rata (Z) sebesar 2,38 meter. Untuk kedalaman relatifnya (Zr) perairan Situ burung memilki nilai sebesar 2,19 %. Dengan menggunakan kriteria Zr menurut Hakanson (1981) in Hoerunnisa (2004), nilai ini akan menggambarkan tingkat stabilitas stratifikasinya tinggi (Zr > 2 %). Hal ini menunjukkan bahwa perairan ini tidak mudah mengalami proses pengadukan massa air oleh angin sehingga lapisan permukaan perairan sampai ke dasar perairan cenderung heterogen dan nutrien dari hasil dekomposisi hanya ada pada lapisan dasar (profundal) dan hanya dapat dimanfaatkan oleh organisme yang berada di dasar perairan saja seperti dekomposer. Untuk nilai volume total air perairan Situ Burung diperoleh sebesar 96.427,86 m3, volume ini akan mengalami perubahan akibat pengaruh musim, evaporasi, presipitasi, run-off dan sedimentasi. Nilai perkembangan volume danau (VD) Situ Burung adalah 1,43. Menurut Cole (1983) nilai VD > 1 menunjukkan bahwa bentuk dasar Situ memiliki bentuk seperti kaldera. Perkembangan volume danau dapat menggambarkan kelandaian tepi perairan, perairan yang landai biasanya memiliki luasan daerah litoral yang besar yang biasanya memiliki produktivitas yang tinggi (Hakanson 1981 in Hoerunnisa 2004).

5.2. Kualitas Perairan

Tabel 4. Parameter Fisika Kimia Perairan: Sumber PP No.82 tahun 2001 kelas 2 dan Data primer, 2010 (diolah) No Parameter Satuan Baku mutu

Kelas 2, 3, 4 Stasiun 1 2 3 4 Permukaan (40 cm) Kolom (150 cm) Permukaan (40 cm) Kolom (150 cm) Permukaan (40 cm) Kolom (100 cm) Permukaan (40 cm) Kolom (120 cm) I Fisika

1 Warna (Visual) Tidak

tercantum

Hijau Hijau Hijau Hijau

2 Kekeruhan NTU Tidak

tercantum 7,50 10 8,30 8.50 9 13 11 16 3 Suhu ºC ±3 29 28 29,50 28 29,50 28,50 29,50 28 4 TSS mg/l 400 4 8 2 2 2 18 2 20 5 TDS mg/l 1000 40,60 42,40 39,80 43,50 40,30 42,70 41,60 41,70 6 DHL µmhos/cm Tidak tercantum 81 85,50 79,70 85,30 80,60 85,20 83,10 83,30 7 Kecerahan Persen (%) 23,08 25 11,76 25 II Kimia 1 DO mg/l 4 7,35 5,37 7,35 5,47 7,16 5,28 7,54 5,37 2 BOD mg/l 3 – 12 3,64 4,52 2,07 3,77 2,64 5,09 2,26 3,96 3 pH 6 s/d 9 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 4 COD mg/l 25 – 100 44,88 87,72 83,64 73,44 65,28 75,48 73,44 69,36 1 Kedalaman Cm 280 300 160 210

5.2.1. Parameter Fisika Perairan

1. Suhu

Berdasarkan pengukuran di delapan titik pengamatan yaitu di stasiun satu, dua, tiga dan empat yang terdiri dari dua titik pengamatan, yakni bagian permukaan dan kolom perairan, maka diketahui suhu perairan Situ burung berkisar antara 29o – 29.5o C untuk bagian permukaan dan 28o – 28.5o

C untuk bagian kolom perairan Situ Burung. Pengukuran suhu dilakukan pada pukul 09.30 – 11.30 WIB pada tanggal 12 Desember 2009. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 untuk kelas III (lihat Lampiran 2), suhu perairan Situ Burung masih dalam kisaran yang layak untuk kepentingan pemeliharaan ikan air tawar, irigasi pertanian dan kegiatan pertanian (deviasinya masih dalam kisaran ±3oC), sedangkan menurut Boyd (1990); Slocum & Robinson, 1996 in Naibaho (2004) kisaran suhu tersebut, selain masih layak bagi kehidupan ikan juga layak bagi pertumbuhan Seroja di Situ Burung.

2. Warna

Berdasarkan pengamatan pada tanggal 12 Desember 2009, perairan Situ burung memiliki warna perairan hijau kecoklatan. Warna perairan disebabkan oleh bahan organik dan bahan anorganik, keberadaan plankton, humus dan ion-ion logam seperti besi dan mangan serta bahan-bahan lain yang dapat menimbulkan warna pada perairan (Effendi, 2003). Pengamatan warna perairan Situ burung dilakukan secara visual melalui indra penglihatan. Menurut Peavy et al., (1985) in Effendi (2003) oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman, serta bahan-bahan organik misalnya tannin, lignin dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna perairan menjadi kecoklatan. Berdasarkan data tersebut, dapat dinyatakan bahwa perairan Situ Burung memiliki warna perairan hijau kecoklatan.

Dokumen terkait