• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Chemical Oxygen Demand (COD)

5.7. Pengelolaan Seroja di Situ Burung

Keberadaan vegetasi air/Seroja (Nelumbo nucifera) di Situ Burung memberikan pengaruh yang besar terhadap keberadaan Situ Burung, karena keberadaan tanaman ini dapat mempengaruhi fungsi dan peranan dari Situ Burung. Seroja (Nelumbo nucifera) merupakan vegetasi air yang dominan di Situ Burung. Keberadaan Seroja mempunyai pengaruh positif dan juga pengaruh negatif. Pengaruh positif yang diberikan Seroja terhadap Situ burung adalah dapat meningkatkan kualitas perairan Situ burung. Hasil ini mengacu kepada PP No. 81 tahun 2001 karena seluruh nilai parameter fisika dan kimia masuk ke dalam batas normal yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Meningkatnya kualitas (kejernihan) perairan Situ burung karena Seroja dapat pula berfungsi sebagai penjebak sedimen atau sediment trap. Hal disebabkan oleh kemampuan Seroja dalam menghilangkan beban pencemaran yang ada di dalam perairan Situ burung melalui mekanisme koagulasi dan flokulasi (Khiatuddin 2003). Di samping itu, vegetasi Seroja memberikan tempat tinggal bagi organisme akuatik untuk mencari makan dan tempat berpijah bagi ikan. Dampak positif lainnya yang diberikan tanaman Seroja adalah mampu menyerap karbondioksida secara langsung dari atmosfer. Hal ini dikarenakan secara umum tanaman merupakan organisme autotroph yaitu mampu menghasilkan makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Kegiatan fotosintesis dalam tanaman Seroja dilakukan di dalam daun karena daun Seroja mempunyai organ chlorenchyme (Vogel 2004). Chlorenchyme merupakan rongga di dalam daun Seroja yang mempunyai pigmen zat hijau daun

(chlorophyl), pigmen inilah yang bertugas dalam melakukan proses fotosintesis di dalam tanaman Seroja.

Pada urairan sebelumnya dijelaskan bahwa Seroja berpotensi sebagai agen penyerap karbondioksida dari atmosfer, karena bagian Seroja yang berkontribusi besar dalam menyerap karbon dari atmosfer adalah daun. Hal ini didasarkan pada ukuran diameter daun yang berkorelasi positif dengan berat kering daun Seroja. Semakin lebar ukuran diameter daunnya maka nilai berat kering daun Seroja juga semakin besar sehingga nantinya nilai berat kering daun Seroja dapat digunakan dalam menentukkan nilai simpanan/stok karbon. Hal ini berbeda dengan tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes). Menurut Sumolang (2009) organ pada eceng gondok yang berkontribusi besar dalam menyerap karbondioksida dari atmosfer adalah bagian batang. Semakin panjang batang/petiole dalam tanaman eceng gondok maka nilai berat keringnya akan semakin besar sehingga nantinya nilai berat kering batang/petiole dapat digunakan dalam menentukkan nilai simpanan/stok karbon.

Dampak positif yang lainnya yang diberikan tanaman Seroja yaitu bisa dimanfaatkan untuk bidang kesehatan dan dapat dikonsumsi sebagai makanan. Menurut (La-ongsri 2008) semua bagian dari tanaman Seroja bisa dikonsumsi terutama di negara Thailand. Hal ini dikarenakan tanaman Seroja sudah dianggap sebagai komoditi yang memiliki aspek nilai ekonomis penting. Berikut ini adalah estimasi nilai ekonomi dari tanaman Seroja (La-Ongsri 2008):

Tabel 14. Estimasi nilai ekonomi dari tanaman Seroja

Bagian yang dijual

Unit Harga per unit (US dollars) Stolon Kg 0,6-0,9 Rhizoma Kg 0,3 Dedaunan Kg 0,45 Bunga 1 bunga 0,3 Benang sari Kg 7,5-9,00 Benih Kg 6,00

Dampak negatif yang diberikan tanaman Seroja kepada Situ Burung yaitu dapat mengakibatkan peristiwa sedimentasi. Keberadaan vegetasi Seroja memberikan pengaruh langsung terhadap keadaan substrat dasar perairan karena bertipe tanaman air yang mencuat ke atas permukaan. Hal ini berdasarkan atas bentuk morfologi akarnya yang bersifat akar rimpang. Ketika Seroja mengalami siklus hidup biologi yaitu menjadi serasah, maka serasah-serasah ini akan terdekomposisi menjadi bahan organik melalui proses aerob oleh mikroba, sehingga akan meningkatkan kosentrasi bahan organik yang ada di Situ Burung. Tingginya bahan organik ini akan berdampak pada kondisi fisik dari Situ yaitu adanya sedimentasi.

Faktor yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di Situ burung bukan hanya dari adanya tanaman Seroja yang dominan melainkan juga adanya proses erosi tanah di bagian tepi Situ. Dilihat dari bentuk Situ, pada bagian utara Situ, tepiannya sudah dilakukan upaya betonisasi, tetapi pada bagian Selatan belum dilakukan upaya tersebut. Sehingga pada saat hujan, limpasan (run off) bahan organik yang masuk dari daratan menuju badan/kolom Situ akan lebih cepat pada bagian Selatan. Hal ini akan berdampak pada kelimpahan bahan organik meningkat dan secara langsung akan mempercepat proses sedimentasi di Situ Burung.

Keberadaan Seroja juga dapat mempengaruhi volume total air yang ada di danau, karena Seroja memiliki diameter daun yang cukup besar sehingga akan memperbesar jumlah air yang lepas ke udara melalui proses evapotranspirasi. Evapotranspirasi adalah gabungan dari dua istilah, yakni evaporasi dan transpirasi. Peristiwa evaporasi air dari permukaan tanah ke atmosfer dan transpirasi tanaman (proses kehilangan air dalam bentuk uap dalam jaringan tanaman melalui organ yang ada di bagian daun). Proses ini berlangsung secara bersama-sama.

Organ yang berkontribusi dalam peristiwa evapotranspirasi pada tanaman seroja yaitu aerenchyme dan stomata daun. Penguapan air diakibatkan oleh pergerakan massa air dari sumbernya seperti tanah dan badan air sedangkan transpirasi diakibatkan oleh peristiwa pertukaran gas dan uap air yang hilang di dalam tubuh tanaman menuju atmosfer akibat adanya uap air yang hilang di dalam bagian stomata pada daun tanaman (Wikipedia 2010). Organ tanaman Seroja yang mampu menjaga ketersedian air didalam tubuh seroja adalah aerencyme. Aerenchyme bertugas sebagai rongga udara di bagian batang sebagai jalur penghubung antara akar dan daun untuk jalur transportasi gas dan air, sedangkan stomata berfungsi sebagai tempat keluar masuknya gas dan uap air yang ada di dalam tanaman seroja (Vogel 2004).

Ketika tanaman seroja menjadi dominan di perairan Situ Burung, maka laju evapotranspirasi di dalam perairan Situ Burung akan semakin besar. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya volume air di dalam perairan Situ Burung karena tanaman Seroja merupakan tanaman yang berumur pendek. Menurut Chang (1974) in Usman (2004) tanaman yang berumur pendek mempunyai evapotranspirasi potensial (ETp) yang tinggi yang akan mengakibatkan laju dari evapotranspirasi dari tanaman tersebut menjadi maksimum. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya volume air yang ada di perairan danau atau situ. Berkurangnya volume air di Situ burung tidak hanya disebabkan oleh efek evapotranspirasi melainkan juga disebabkan oleh intensitas sinar matahari, karena letak Situ burung berada dekat dengan garis ekuator sehingga intensitas sinar matahari tersedia sepanjang tahun.

Efek negatif yang diberikan oleh tanaman Seroja adalah seroja dapat menjadi gulma perairan. Menurut Naibaho (2004) tanaman Seroja dapat menjadi gulma perairan jika memiliki luas persentase penutupa lebih dari 25 % dari luas permukaan perairan danau. Ketika Seroja menjadi gulma perairan maka cara yang dipakai adalah dengan pemanenan secara berkala. Pemanenan itu bertujuan untuk menghindari tanaman Seroja menjadi gulma. Pemanenan itu dilakukan sesuai dengan siklus hidup tanaman Seroja. Hal ini bertujuan untuk menjaga status keberadaan tanaman Seroja sehingga dapat terjaga dalam jangka panjang. Akan tetapi, hasil pemanenan dari tanaman Seroja belum bisa dimanfaatkan lebih lanjut. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan informasi mengenai manfaat dari tanaman Seroja, karena sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya warga desa Cikarawang, Kabupaten Bogor yang masih menganggap bahwa seroja merupakan tanaman yang bersifat pengganggu/gulma perairan. Dengan demikian diperlukan adanya suatu strategi pengelolaan Situ Burung yang tepat untuk menjaga keberadaan Situ Burung dan Tanaman Seroja dalam jangka waktu yang lama.

Dokumen terkait