• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Hasil penelitian dihitung dalam bahan kering yang diperoleh dari konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan selama penelitian.

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak untuk menghabiskan sejumlah pakan yang diberikan selama 24 jam. Konsumsi pakan dapat dihitung dengan pengurangan jumlah pakan yang diberikan dengan sisa dari pakan tersebut. Pakan yang diberikan selama penelitian dalam bentuk konsentrat. Pemberian pakan diberikan secara ad libitum. Konsumsi pakan dihitung selama penelitian adalah konsumsi berdasarkan bahan keringnya untuk perlakuan P0 sebesar 89.59%, P1 90.89%, P2 89.82%, dan P3 91.99%. Konsumsi pakan domba lokal jantan lepas sapih selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel.5.Rataan konsumsi pakan dalam bahan kering domba jantan selama penelitian (g/ekor/hari) Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 4 5 P 0 454.28 561.38 535.88 551.18 485.34 2588.05 517.61 P 1 482.42 586.50 544.76 575.07 588.06 2776.81 555.36 P 2 589.33 491.68 531.39 551.18 511.79 2675.38 535.08 P 3 539.37 520.77 570.92 534.37 505.94 2671.36 534.27 Total 2065.41 2160.32 2182.94 2211.79 2091.13 10711.60 2142.32 Rataan 516.35 540.08 545.74 552.95 522.78 2677.90 535.58

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sebesar 555.3617 g/ekor/hari dan rataan terendah akan konsumsi pakan yaitu pada perlakuan P0 sebesar 517.6103 g/ekor/hari.

Pertambahan Bobot Badan

Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ialah dengan mengukur pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan adalah hasil penimbangan bobot badan sebelumnya persatuan waktu (g/ekor/hari). Adapun rataan pertambahan bobot badan domba jantan lepas sapih selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel.6. Rataan pertambahan bobot badan domba jantan selama penelitian (g/ekor/hari) Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 4 5 P 0 47.78 118.89 62.22 62.22 55.56 346.67 69.334 P 1 43.33 106.67 80 121.11 84.44 435.55 87.11 P 2 84.44 90 76.67 82.23 82.67 416.01 83.202 P 3 116.67 45.56 140 47.78 52.22 402.23 80.446 Total 265.56 322.23 358.89 288.89 248.89 1484.46 296.892 Rataan 66.39 80.5575 89.7225 72.2225 62.2225 371.115 74.223

Pada Tabel 6. dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 87.11 g/ekor/hari, dan rataan pertambahan bobot badan terendah yaitu pada perlakuan P0 69.334 g/ekor/hari.

Konversi Pakan

Konversi pakan dapat dihitung dengan cara membandingkan antara konsumsi pakan yang diberikan dengan pertambahan bobot badan yang didapat pada waktu yang sama. Nilai konversi yang paling kecil ialah pakan yang efisien. Penghitungan nilai konversi pakan dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan pakan. Rataan konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel.7. Rataan konversi pakan domba jantan selama penelitian

Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 4 5 P 0 9.51 4.72 8.61 8.86 8.74 40.44 8.09 P 1 11.13 5.50 6.81 4.75 6.96 35.15 7.03 P 2 10.20 9.62 6.93 9.54 9.03 45.32 9.06 P 3 4.62 11.43 4.08 11.18 9.69 41.01 8.20 Total 35.46 31.27 26.43 34.33 34.42 161.92 32.38 Rataan 8.87 7.82 6.61 8.58 8.60 40.48 8.10

Pada Tabel 7. dapat dilihat bahwa rataan konversi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 9.064452, dan rataan konversi pakan terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 7.03.

Pembahasan

Untuk mengetahui pengaruh pemberian dari keempat perlakuan tersebut terhadap konsumsi pakan domba lokal jantan lepas sapih dilakukan analisis sidik ragam yang terlihat pada Tabel.8 berikut.

Konsumsi Pakan

Tabel.8. Analisis ragam konsumsi pakan domba jantan selama penelitian (g/ekor/hari) Keragam DB JK KT F.hit F.tabel 0,05 0,01 Perlk. 3 3580.943 1193.648 0.786446tn 3,24 5,29 Galat 16 24284.39 1517.774 Total 19 27865.33

Keterangan: tn = tidak nyata

Hasil analisis ragam pada Tabel 8 menunjukkan bahwa Fhitung lebih kecil dari Ftabel 0.05. Hal ini berarti pemberian pakan menggunakan semak bunga putih dengan level 15% sampai dengan 45% adalah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi (P>0.05). Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa konsumsi pakan (dalam bahan kering) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata walaupun secara angka matematis berbeda. Hal ini terjadi karena umur dan bobot badan awal ternak masih homogen. Parakkasi (1995) menyatakan bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak, dan kualitas pakan (bobot badan,umur,tingkat kecernaan pakan). Pada dasarnya

oleh semak bunga putih. Parakkasi (1995) menyatakan bahwa jumlah konsumsi pakan dalam bentuk bahan kering juga dipengaruhi oleh palatabilitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Ikhimioya (2003) adalah kelima sesudah Bambusa vulgaris, Mangifera indica, Newbouldia laevis. Berkaitan dengan yang dikatakan oleh Parakkasi (1995), bahwa tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas, makan hal ini berkesesuaian dengan hasil penelitian ini yaitu tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam tingkat konsumsi, karena Chromolaena odorata kurang disukai oleh ruminansia.

Konsumsi bahan kering pada penelitian ini sebesar 2.7% didapat dari menghitung total dari konsumsi dibagi bobot badan dikalikan 100%, lebih tinggi dari hasil NRC (National Resourc Concil) (1995) yang menyatakan bahwa konsumsi bahan kering ternak domba sekitar 2.6%, dari hasil tersebut dapat disimpulkan kebutuhan konsumsi bahan kering ternak dapat di penuhi. Ternak memiliki palatabilitas yang baik terhadap pakan dalam bahan kering pada penelitian ini disebabkan oleh aroma harum yang ditimbulkan oleh semak bunga putih menurut Marthen (2007) Semak bunga putih berpotensi sebagai pakan ternak karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi setara dengan lamtoro, palatabilitas lebih baik dari gamal, degrabilitas efektif dalam rumen > 80%, suplementasi sampai 30% dalam ransum meningkatkan konsumsi dan pertumbuhan ternak domba.

Penelitian tentang konsumsi pakan domba yang diberi penambahan Chromolaena odorata sampai level 20% yang dilakukan oleh Apori dkk (2003) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata. Hasil penelitian

tersebut sejalan dengan penelitian ini, yaitu pemberian Chromolaena odorata sampai level 45% tidak menunjukkan hasil yang nyata terhadap konsumsi.

Pertambahan Bobot Badan

Untuk melihat pengaruh pemberian dari keempat perlakuan tersebut terhadap pertambahan bobot badan domba lokal jantan lepas sapih dilakukan analisis keragaman yang terlihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel.9. Daftar analisa ragam pertambahan bobot badan domba jantan selama penelitian (g/ekor/hari). Keragam DB JK KT F.hit F.tabel 0,05 0,01 Perlk. 3 1650.166 550.0554 0.753024tn 3,24 5,29 Galat 16 11687.39 730.462 Total 19 13337.56

Keterangan: tn = tidak nyata

Hasil analisis ragam pada Tabel 9 menunjukkan bahwa Fhitung lebih kecil dari Ftabel 0.05. Hal ini berarti pemberian pakan menggunakan semak bunga putih dengan level 15% sampai dengan 45% adalah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan bobot badan (P>0.05). Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa pertambahan bobot badan tidaklah menunjukkan perbedaan yang nyata walaupun secara angka matematis berbeda. Hal ini juga terjadi karena adanya pengaruh dari jumlah konsumsi yang tidak menunjukkan perbedaan nyata, sehingga berdampak pada pertambahan bobot itu sendiri. Ini juga terjadi akibat dari kandungan protein kasar yang dikandung oleh keempat perlakuan tidaklah

terlalu berbeda. Hal ini juga didukung oleh Soeparno (1994) yang menyatakan bahwa jenis, kandungan gizi dan konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan. Hal ini juga terjadi seiring dengan umur, genetik dan bobot badan awal ternak yang masih homogen. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Tomaszewska et al. (1993) bahwa laju pertambahn bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan erat dengan berat dewasa. Pertambahan bobot badan dalam penelitian ini tidak berkorelasi positif dengan konsumsi bahan kering pakan.

Penelitian Chromolaena odorata sampai level 20% pada domba yang dilakukan oleh Apori dkk (2003) menunjukkan bahwa tidak terjadi pertambahan bobot badan yang nyata. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan tingkat palatabilitas yang rendah dari Chromolaena odorata sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ikhimioya (2003). Disamping itu, Chromolaena odorata mempunyai zat antinutrisi yang menurut Church (1972) bahwa antinutrisi pada pakan ternak dapat menurunkan kecernaan protein. Hal inilah kemungkinan yang menyebabkan walaupun kandungan protein Chromolaena odorata cukup tinggi, namun zat antinutrisi yang dikandungnya menyebabkan kecernaan N nya menurun.

Selanjutnya dari hasil penelitian Apori dkk, dinyatakan bahwa kecernaan N dari pakan yang diberi Chromolaena odorata sampai 20% adalah 58.1-66% dan kecernaan bahan organik adalah 46.8-54.1%. Kecernaan yang rendah dari N dan bahan organic seperti yang dikataka oleh Chruch (1972) biasanya berkaitan dengan kandungan antinutrisi pada pakan. Menurut Ikhimioya (2003) antinutrisi yang terdapat pada semak bunga putih adalah haemagglutinnin, Oxalate, Phytic

acid dan Saponin. Hasil penelitian Ginting (1987), bahwa pakan domba yang mengandung zat antinutrisi yaitu tannin akibat pemberian kekacangan Bauhinia purpurea L maka perlakuan pakan tidak berpengaruh terhadap kecernaan N dan pertambahan bobot badan. Hasil penelitian Wiryasasmita dan Nuramaliati (1984) dengan pakan yang mengandung antinutrisi yaitu tannin, menyebabkan terjadinya penurunan pertambahan bobot badan pada ruminansia.

Konversi Pakan

Untuk mengetahui pengaruh pemberian perlakuan terhadap pertumbuhan

domba lokal jantan lepas sapih dilakukan analisis ragam yang terlihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel.10. Daftar analisis ragam konversi pakan domba jantan selama penelitian

Kragam DB JK KT F.hit F.tabel 0,05 0,01 Perlk. 3 10.42074 3.473582 0.574159tn 3,24 5,29 Galat 16 96.79779 6.049862 Total 19 107.2185

Keterangan: tn = tidak nyata

Hasil analisis ragam pada Tabel 10 menunjukkan bahwa Fhitung lebih kecil dari Ftabel 0.05. Hal ini berarti pemberian pakan menggunakan semak bunga putih dengan level 15% sampai dengan 45 % adalah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konversi pakan (P>0.05). Pertambahan bobot hidup domba tidak berbeda nyata karena ternak tersebut dalam mengkonsumsi pakan yang

konversi pakan juga tidak berbeda nyata. Konversi pakan khususnya ternak ruminansia kecil dipengaruhi oleh kualitas pakan, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, akan diikuti oleh pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dan makin efisien penggunaan pakannya Pond et al. (1995). Kurang efisiennya penggunaan pakan dengan meningkatnya level penggunaan semak bunga putih kemungkinan karena nilai kecernaan pakan yang semakin rendah. Hal ini bersesuaian juga dengan hasil penelitian Apori dkk. (2003) yang menyatakan bahwa pemberian Chromolaena odorata sampai 20% tidak berpengaruh nyata terhadap kecernaan. Juga hal ini didukung oleh penelitian Haryanto et al. (1992), yang menyatakan nilai kecernaan yang rendah menyebabkan pakan menjadi tidak efisien.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian secara menyeluruh diatas dapat digambarkan pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Daftar rekapitulasi hasil penelitian Pemanfaatan Chromolaena odorata Dalam Pakan Terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

Parameter yang diamati

Perlakuan

P0 P1 P2 P3

Konsumsi Pakan (g/ekor/hari) 517.61tn 555.36tn 535.07tn 534.27tn

Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/hari) 69.33tn 87.11tn 83.20 tn 80.44

Konversi Pakan

tn

Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa hasil penelitian tersebut dari konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam setiap perlakuan.

Dokumen terkait