• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Potensi Taman Wisata Alam Bukit Kelam

Penilaian potensi ODTWA kawasan TWABK menggunakan pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam tahun 2003, untuk mengetahui kondisi ODTWA dan menentukan skala prioritas pengembangan kawasan TWABK. Kriteria yang dipakai sebagai dasar penilaian potensi kawasan TWABK (Lampiran 1) meliputi: daya tarik obyek wisata darat, potensi pasar, kadar hubungan/aksesibilitas, kondisi sekitar kawasan, pengelolaan dan pelayanan, iklim, akomodasi, sarana dan prasarana penunjang, ketersediaan air bersih, hubungan dengan obyek wisata di sekitarnya, keamanan, daya dukung kawasan, pengaturan pengunjung, pemasaran, dan pangsa pasar. Hasil klasifikasi penilaian potensi ODTWA kawasan TWABK disajikan pada Tabel 6, yang merupakan indeks dari hasil penilaian tiap-tiap kriteria tersebut di atas.

Tabel 6 Hasil Penilaian Kriteria Potensi ODTWA di Kawasan TWABK Kriteria Nilai Maksimal

Potensi ODTWA Nilai Potensi ODTWA Indeks Nilai Potensi (%) Klasifikasi Potensi ODTWA

Daya tarik obyek wisata darat 1440 1290 89.58 Tinggi

Potensi pasar 950 365 38.42 Rendah

Kadar hubungan/ Aksesibilitas 900 250 27.78 Rendah

Kondisi sekitar kawasan 1200 900 75 Sedang

Pengelolaan dan pelayanan 360 300 83.33 Tinggi

Iklim 480 320 66.67 Sedang

Akomodasi 90 30 33.33 Rendah

Sarana dan prasarana penunjang 180 180 100 Tinggi

Ketersediaan air bersih 900 840 93.33 Tinggi

Hubungan dengan obyek wisata di sekitarnya

100 100 100 Tinggi

Keamanan 600 500 83.33 Tinggi

Daya dukung kawasan 450 345 76.67 Tinggi

Pengaturan pengunjung 90 30 33.33 Rendah

Pemasaran 120 120 100 Tinggi

Pangsa Pasar 270 210 77.78 Sedang

5780 Sedang

Berdasarkan hasil penilaian kriteria diketahui bahwa kawasan TWABK memiliki klasifikasi sedang, yang mengindikasikan bahwa kawasan ini memiliki potensi dan layak untuk dikembangkan, namun memiliki beberapa hambatan dan kendala untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata. Kawasan TWABK dapat dikembangkan dengan persyaratan tertentu yang memerlukan perhatian dan pembenahan lebih lanjut berdasarkan hasil penilaian ADO-ODTWA. Penilaian kuantitatif secara cepat memberikan gambaran awal dalam pengambilan keputusan pengembangan kawasan TWABK. Beberapa kriteria yang memiliki nilai rendah seperti potensi pasar, kadar hubungan/aksesibilitas, akomodasi, dan pengaturan pengunjung memerlukan perhatian lebih lanjut dan menjadi prioritas jika kawasan TWABK dikembangkan menjadi destinasi ekowisata.

Pariwisata tidak dapat dibangun dan dikembangkan tanpa memahami hubungan antara produk pariwisata dengan pasar. Hubungan antara pasar dan produk pariwisata akan menjadi rumit karena pariwisata merupakan suatu sistem yang kompleks dan tidak terlepas dari pengaruh faktor luar (seperti finansial, tenaga kerja, kewiraswastaan, masyarakat, persaingan, kebijakan pemerintah, sumberdaya alam dan budaya, dan kepemimpinan) yang sepenuhnya di luar kendali sistem. Di antara faktor luar yang paling berpengaruh adalah sumberdaya alam dan budaya. Pelaku usaha pariwisata yang lebih berorientasi kepada ekonomi, seringkali mengabaikan landasan utama pengembangan pariwisata adalah sumberdaya tersebut. Keberadaan sumberdaya alam dan budaya adalah pull factors yang menyebabkan wisatawan berkunjung ke suatu destinasi. Keberhasilan pengembangan pariwisata suatu daerah juga menuntut keterlibatan pelaku semua sektor, baik pemerintah, swasta dan masyarakat, serta pemahaman mereka terhadap unsur-unsur penyusun sistem pariwisata yang meliputi atraksi, transportasi, akomodasi, fasilitas layanan lainnya, kelembagaan dan promosi (Dit PP 2007).

Keberhasilan pengusahaan ODTWA sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi. Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut adalah sumber daya alam atau lingkungan, sumber daya manusia dan sumber daya buatan (fisik dan budaya) sebagai elemen dasar produk wisata. Ketiga faktor ini mesti menjadi perhatian utama dari segenap pihak untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan dalam suatu pengembangan ekowisata.

Potensi Obyek Daya Tarik Wisata Alam

Ada banyak alasan mengapa orang berwisata ke suatu daerah. Beberapa yang paling umum adalah untuk melihat keseharian penduduk setempat, menikmati keindahan alam, menyaksikan budaya yang unik, atau mempelajari sejarah budaya daerah tersebut. Intinya, wisatawan datang untuk menikmati hal-hal yang tidak dapat mereka temukan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Atraksi di sebut juga obyek dan daya tarik wisata, merupakan komponen yang signifikan dalam menarik wisatawan (Suwena dan Widyatmaja 2010).

Obyek dan daya tarik wisata alam merupakan komponen sistem kepariwisataan yang terpenting, menjadi motivator utama perjalanan wisata dan inti dari produk wisata di kawasan TWABK. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (Gunawan et al. 2000). Obyek dan daya tarik wisata merupakan pertimbangan pertama dalam melakukan perjalanan. Tanpa keberadaan obyek dan daya tarik wisata tidak akan ditemui pelayanan penunjang kepariwisataan lainnya (Spillane 1985). Berdasarkan hasil inventarisasi, kawasan TWABK memiliki beberapa potensi ODTWA yang dapat dikembangkan dan ditawarkan sebagai destinasi ekowisata, diantaranya adalah : 1. Panorama alam Bukit Kelam

Panorama alam Bukit Kelam merupakan daya tarik utama bagi wisatawan karena keunikannya. Bukit Kelam dengan ketinggian ± 900 mdpl dapat terlihat dengan jelas dari pusat kota Sintang meskipun berjarak cukup jauh ± 18 km. Apabila dilihat dari dekat Bukit Kelam nampak seperti sebongkah batu besar yang dikelilingi hutan lebat pada bagian kaki bukit dan

puncaknya dengan bagian lereng berupa dinding batu yang curam dan terjal, sangat kontras sekali dengan pemandangan di sekitarnya berupa sawah dan perkebunan sawit yang mengelilingi bukit (Gambar 4). Tersingkapnya hutan pada bagian lereng bukit akibat kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1997. Kegiatan ekowisata yang dapat dikembangkan berupa bina cinta alam, fotografi, jogging, sepeda santai mengelilingi Bukit Kelam melalui jalan lingkar kelam dengan suguhan keindahan alam dan suasana kehidupan tradisional masyarakat setempat. Keberadaan Bukit Kelam sebagai “land

mark” kota Sintang menyimpan cerita tersendiri di masyarakat. Menurut cerita

masyarakat Bukit Kelam konon terkait dengan legenda Bujang Beji dan Tumenggung Marubai.

Gambar 4 Pemandangan Alam Bukit Kelam 2. Jalan lingkar kelam

Jalan lingkar kelam adalah jalan kabupaten berupa jalan beraspal yang lebarnya ± 6 meter, mengelilingi Bukit Kelam melewati perkampungan penduduk. Jika melintasi sepanjang jalan ini, pengunjung dapat melihat dengan jelas Bukit Kelam dari segala arah. Selain itu pada bagian sebelah timur Bukit Kelam pengunjung disuguhi pemandangan Bukit Luid dan Bukit Rentap yang berjarak ± 3 km dari Bukit Kelam, sehingga pemandangan di sekitar jalan lingkar kelam semakin menarik.

Pengunjung dapat melihat langsung kehidupan masyarakat Dayak setempat yang masih kental dengan adat istiadat dan budaya, serta kearifan dalam mengelola alam dan lingkungannya. Hal ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Nilai-nilai budaya yang dimiliki masyarakat Dayak di sekitar TWABK seperti nilai religius, filosofis, estetis dan nilai solidaritas kebersamaan sangat mempengaruhi perilaku masyarakat. Nilai religius memberikan pengaruh yang cukup mendasar terutama dalam mengatur

hubungan manusia dengan alam semesta, hubungan manusia dengan Penciptanya, hubungan manusia dengan sesamanya. Hampir seluruh sistem sosial dan karya-karya masyarakat Dayak tidak terlepas dari pengaruh nilai religius. Perwujudan nilai religius tidak hilang meskipun saat ini masyarakat Dayak telah memeluk salah satu agama (Armayadi 2008).

3. Jalur pendakian

Jalur pendakian (Gambar 5) dimulai dari pintu gerbang TWABK pada ketinggian 60 mdpl hingga ± 900 mdpl pada bagian puncak bukit. Pendakian dapat dilakukan oleh wisatawan/pengunjung kategori usia produktif yang menyukai tantangan. Pendakian biasanya memakan waktu 4 - 5 jam mulai dari kaki bukit hingga ke puncaknya. Jalur pendakian sebagian melewati jalan rabat beton, jalan setapak, jalan rintisan dan pada beberapa bagian jalur yang terjal harus melewati tangga besi vertikal yang berjumlah 4 titik. Kegiatan ekowisata yang dapat dilakukan pada jalur pendakian berupa penelitian flora fauna, fotografi, hiking, mountaineering, sunset camping dan bina cinta alam.

Pemandangan alam di sepanjang jalur pendakian menyuguhkan pemandangan yang sangat menarik pada bagian Barat dan Selatan kawasan TWABK. Mulai ketinggian 60 – 200 mdpl dibagian kaki bukit, pendaki disuguhi ekosistem hutan hujan tropika basah dataran rendah yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae. Spesies pepohonan relatif banyak, tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Sebagian besar vegetasi hutan di kaki bukit tumbuh di antara batu-batu dan terdapat di lereng kaki gunung. Jika beruntung pendaki akan menjumpai satwa monyet (Macaca sp), tupai, dan berbagai jenis burung. Pada ketinggian 194 m dpl di sebelah kiri jalur pendakian, pendaki dapat menjumpai Goa Kelelawar. Goa ini dihuni oleh kelelawar species besar dan tak terhitung jumlahnya sehingga pada lantai goa dipenuhi kotoran kelelawar dengan bau yang khas. Bagian luar goa ditumbuhi pepohonan besar dan sangat nyaman untuk bersantai sambil menikmati pemandangan alam sekitar. Pendaki sering menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk beristirahat.

Selanjutnya pada jalur pendakian di ketinggian 200 – 600 mdpl pendaki akan melewati medan yang cukup sulit berupa tebing dan lereng yang terjal bahkan curam, sehingga pada beberapa bagian harus menaiki tangga besi vertikal yang menempel di dinding bukit agar dapat mencapai tempat yang lebih tinggi. Pada bagian ini vegetasi sangat berbeda dengan bagian kaki bukit. Hal ini disebabkan lereng bukit merupakan singkapan batuan yang telanjang dan terjal, sehingga sebagian besar tidak ditumbuhi pohon. Tumbuhan yang ditemukan adalah vegetasi dapat beradaptasi dengan tempat tumbuh dengan kelerengan yang terjal dengan segala keterbatasan sifat fisik sebagai penunjang pertumbuhan tanaman.

Lebih ke bagian atas bukit pada ketinggian 600 – 900 mdpl, pendaki akan menjumpai tipe ekosistem yang berbeda dengan tipe ekosistem di bagian kaki bukit. Vegetasi yang banyak ditemui pada bagian atas bukit termasuk dalam famili Myrtaceae dan Casuarinaceae, serta berbagai jenis anggrek alam dan Nephentes sp. Vegetasi dipengaruhi oleh beberapa pembatas fisik antara lain: kedalaman tanah yang dangkal dan tiupan angin yang kencang terus menerus serta intensitas sinar matahari yang tinggi. Akibat dari kondisi fisik ini vegetasi

sebagian besar tumbuh kecil (batang dan daun berukuran kecil) dan tidak tinggi.

Gambar 5 Jalur Pendakian ke Puncak Bukit Kelam 4. Puncak Bukit Kelam

Dari puncak Bukit Kelam yang mempunyai ketinggian ± 900 mdpl, pendaki disuguhi pemandangan alam berupa Sungai Kapuas, Sungai Melawi, Kota Sintang, perkebunan kelapa sawit, persawahan, pemandangan sunset dan sunrise (Gambar 6). Bagian puncak bukit relatif landai, sehingga pendaki dapat melakukan penjelajahan hutan dan bermalam di puncak. Pada bagian selatan puncak bukit pendaki dapat menjumpai Goa Punjung, yaitu goa sarang burung walet yang berbentuk vertikal, goa tersebut dijaga dan dikelola oleh penduduk lokal. Bagi mereka yang gemar wisata minat khusus dapat memasuki goa walet dengan dipandu oleh penjaga goa dari masyarakat lokal. Meskipun penjaga goa tersebut bukan penyedia jasa pemanduan, akan tetapi penjaga goa siap memandu pendaki yang hendak memasuki dan menjelajah goa, sepanjang dapat mematuhi aturan atau ketentuan dari penjaga goa walet.

Pada bagian puncak lainnya di ketinggian 927 mdpl pendaki dapat menjumpai landasan/helipad yang dapat digunakan untuk camping ground saat bermalam di puncak. Di lokasi ini dapat ditemukan vegetasi dari famili Myrtaceae dan Casuarinaceae serta berbagai jenis anggrek alam dan jenis tumbuhan langka seperti Rafflesia sp dan Nephentes sp. Salah satu keunikan kawasan TWABK dan tidak dimiliki oleh kawasan lain di dunia adalah sebagai habitat tumbuhan Kantong Semar jenis Nepenthes clipeata yang merupakan tumbuhan endemik di kawasan TWABK (BKSDA 2007). Kegiatan ekowisata yang dapat dilakukan pada puncak Bukit Kelam berupa penelitian flora fauna, penelitian etnobotani, mountaineering, berkemah (camping), penjelajahan hutan, caving dan paralayang.

Gambar 6 Pemandangan dari Atas Puncak Bukit dan Pondok Jaga Goa Punjung 5. Daerah kaki Bukit Kelam

Salah satu lokasi tujuan wisata pada bagian kaki bukit adalah Air terjun Pancur Payung. Air terjun ini merupakan salah satu destinasi yang sangat diminati oleh pengunjung. Umumnya pengunjung yang datang ke TWABK selalu mampir ke Air Terjun yang memiliki ketinggian sekitar ±70 meter. Lokasi air terjun relatif mudah dijangkau melewati jalan/tangga rabat beton, berada di daerah kaki bukit dengan topografi yang relatif landai pada ketinggian ± 100 mdpl. Debit air terjun sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Pada musim penghujan debit air terjun cukup besar sehingga mampu mengisi kolam-kolam penampung air dibagian bawah yang digunakan pengunjung untuk mandi dan berenang membasahi tubuh. Apabila musim kemarau maka debit air yang turun menjadi kecil dan hanya melewati dinding batu.

Kegiatan ekowisata yang dapat dilakukan di sekitar air terjun pada daerah kaki bukit, diantaranya treking, bina cinta alam, pengamatan satwa, penelitian flora, camping, dan pertunjukan seni/budaya. Untuk keperluan itu pihak pengelola dalam hal ini pemerintah daerah telah menyediakan beberapa fasilitas diantaranya jalur/trek wisata penjelajahan hutan, shelter/pendopo yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk duduk santai beristirahat sambil menikmati udara sejuk Bukit Kelam, camping ground (bumi perkemahan) untuk kegiatan berkemah dan bina cinta alam, pentas rakyat dan tribun untuk pertunjukan seni dan budaya masyarakat setempat. Fasilitas pendukung lainnya diantaranya taman bermain bagi anak-anak, wahana air/kolam renang, kios penjualan cinderamata/kerajinan masyarakat, musholla, gedung serba guna, pusat informasi, gazebo, toilet, lapangan tenis, pos jaga, pintu gerbang masuk, tempat parkir dan tempat penjualan karcis. Peta jalur wisata dan fasilitas pendukung seperti terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Peta Jalur Wisata di Daerah Kaki Bukit Kelam

Sebelum dibangun kios-kios, masyarakat membangun sendiri warung-warung penjualan makanan dan minuman yang tersebar di sepanjang jalur/trek wisata dengan alasan agar lebih dekat dan mudah dijangkau oleh pengunjung. Bangunan warung tanpa ijin ini digunakan pada waktu hari-hari libur dimana banyak pengunjung yang dating, saat sepi pengunjung pondok ini ditinggalkan para pemiliknya dalam keadaan tidak terawat dan kotor. Keberadaan warung-warung tersebut dirasakan menggangu keindahan, kenyamanan, dan terkesan kumuh. Pada tahun 2011 pemerintah daerah dengan melibatkan pihak desa dan kecamatan telah melakukan penertiban terhadap bangunan warung, kemudian pedagang direlokasi ke kios-kios yang telah dibangun pemerintah daerah, terpusat di dekat pintu masuk kawasan.

6. Lereng tebing Bukit Kelam

Bentang alam TWABK yang berupa bukit batu berpotensi untuk

dikembangkan untuk kegiatan wisata minat khusus pada bagian

lereng/tebingnya. Tebing vertikal yang menjulang setinggi ± 650 m (Gambar 8) dapat dikembangkan sebagai lokasi kegiatan wisata panjat tebing (climbing), rappeling dan penelitian flora fauna. Vegetasi yang tumbuh di bagian lereng bukit berbeda dengan vegetasi yang tumbuh pada bagian kaki bukit. Vegetasi dominan merupakan tumbuhan perintis (pioneer) hasil suksesi akibat kejadian kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1997. Kebakaran hutan menyebabkan hilangnya tumbuhan dan lapisan tanah serta tersingkapnya batuan di bagian lereng bukit.

Pengunjung yang berminat melakukan kegiatan panjat tebing wajib membawa sendiri perlengkapan utuk melakukan kegiatan yang menantang dan berbahaya ini. Berdasarkan informasi yang diterima, dulunya masyarakat sekitar kawasan memanjat dan menuruni tebing dengan menggunakan bahan

dan peralatan sederhana seperti rotan dan kayu untuk memanen sarang walet yang letaknya di tebing.

Gambar 8 Lereng Tebing Bukit Kelam (sumber foto: BKSDA Kalbar)

7. Wisata rohani Goa Maria

Selain menyuguhkan keunikan dan keindahan alam, TWABK juga menjadi destinasi wisata rohani. Pada bagian Timur kawasan terdapat Goa Maria, tempat bersemayam patung suci Bunda Maria serta berbagai fasilitas peribadatan. Obyek wisata rohani Goa Maria dilengkapi dengan rumah retret yang diberi nama Tumenggung Tukung dan berdiri dilahan seluas 5,6 hektar. Wisatawan/pengunjung yang mengunjungi Goa Maria umumnya umat Katolik yang berasal dari beberapa kabupaten yang ada di Kalimantan Barat. Tujuan kunjungan biasanya adalah untuk berdoa baik secara pribadi maupun kelompok. Pada hakekatnya kawasan Wisata Rohani dimanfaatkan sebagai tempat ziarah, berdoa dengan khusyuk, dan untuk melaksanakan retret (pembinaan rohani). Oleh karena itu, biasanya kawasan wisata ini ramai dikunjungi pada hari besar seperti Natal, Paskah dan selama bulan Maria. Setelah mengunjungi Goa Maria, biasanya mereka meneruskan perjalanan ke sebelah barat kawasan, menuju Air terjun Pancur Payung yang letaknya di lereng bukit bagian Barat.

8. Wisata agro

Kawasan TWABK berpotensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata agro. Wisata agro yang dapat dikembangkan di kawasan ini berupa kebun milik masyarakat dengan tanaman endemik kawasan diantaranya durian, langsat, mangga, pisang, jengkol dan juga durian. Akan tetapi untuk saat ini wisata agro hanya bersifat musiman karena belum mendapat sentuhan teknologi budidaya perkebunan yang bisa menghasilkan buah-buahan

sepanjang musim. Pengunjung dapat melihat langsung aktivitas masyarakat di saat musim buah, sebagai contoh saat musim buah durian penduduk desa secara bergantian berjaga dibawah pohon untuk menunggu buah durian yang jatuh karena sudah masak di pohon. Buah-buah yang didapat kemudian dibersihkan dari kotoran daun dan tanah yang menempel untuk kemudian dijajakan di pinggir jalan lingkar kelam kepada calon pembeli. Penduduk di sekitar Bukit Kelam yang kebunnya masuk ke dalam kawasan TWABK sengaja memilih menanam tanaman tahunan dengan umur tanaman yang lama, untuk menghindari larangan perladangan berpindah dari pihak pengelola yang dapat membahayakan kawasan.

Kondisi ODTWA yang memenuhi kriteria dan baku merupakan jaminan bagi terpenuhinya kebutuhan wisatawan. Hal ini yang selalu harus diusahakan dan diciptakan dalam mengelola suatu ODTWA. Selain itu, suatu ODTWA yang baik hendaknya tidak hanya mampu “menahan” wisatawan agar lama tinggal menjadi meningkat, melainkan harus mampu menjadi “penangkap” wisatawan sehingga mampu memberikan dampak positif bagi pengelolaan suatu ODTWA. Ekowisata bukan dikategorikan sebagai wisata petualangan, tetapi merupakan wisata yang tidak murah, memberikan pengalaman lebih, berwawasan ekologi dan berkelanjutan.

Potensi Daya Tarik Obyek Wisata Darat

Penilaian terhadap potensi daya tarik obyek wisata darat kawasan TWABK tergolong tinggi (Tabel 6). Unsur yang digunakan dalam penilaian kriteria potensi daya tarik obyek wisata darat kawasan TWABK yaitu keindahan alam, keunikan sumberdaya alam, banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol, keutuhan sumberdaya alam, kepekaan sumberdaya alam, jenis kegiatan wisata alam, kebersihan dan keamanan kawasan. Keindahan alam kawasan TWABK yang nampak seperti sebongkah batu besar di tengah hutan rawa gambut, dengan vegetasi alami di bagian kaki bukit dan bagian puncaknya memberi kesan tersendiri. Pemandangan sepanjang perjalanan mengitari Bukit Kelam melalui jalan lingkarnya pengunjung seolah-olah memotret kawasan TWABK secara utuh. Terlebih lagi pada saat berada di puncak bukit, rasa lelah saat mendaki akan terbayar dengan berbagai pemandangan yang disajikan dari puncak bukit, sungguh pengalaman yang berkesan dan sulit dilupakan bagi pengunjung.

Keberadaan air terjun, goa kelelawar dan sarang walet, tipe ekosistem yang berbeda pada bagian kaki bukit, lereng bukit dan puncak bukit, habitat flora langka endemik Bukit Kelam seperti Nepenthes clipeata menjadikan kawasan TWABK unik dan menarik untuk dikunjungi. Hal ini masih dilengkapi lagi dengan adanya wisata rohani dan pentas rakyat yang menampilkan adat/istiadat budaya masyarakat setempat yang secara rutin diselenggarakan, semua itu merupakan point of interest dan modal dalam pengembangan produk ekowisata. Beberapa jenis kegiatan ekowisata yang dapat dilaksanakan di kawasan TWABK diantaranya :

a. Treking, dapat dilakukan oleh pengunjung dengan menyusuri jalur wisata dibagian kaki dan puncak bukit menjelajahi 2 tipe ekosistem yang berbeda. b. Pendakian (hiking dan mountenering), merupakan dua kegiatan ekowisata

di TWABK yang menawarkan kesempatan tak terbatas untuk tantangan, kesenangan dan kegembiraan. Hiking dapat dilakukan dengan menyusuri

jalur pendakian yang terdapat di sisi barat kawasan TWABK oleh pengunjung untuk segala tingkatan usia dan kebugaran. Di sepanjang jalur pendakian terdapat beberapa lokasi untuk mengamati keindahan alam Bukit Kelam dan sekitarnya dari ketinggian tertentu. Sedangkan mountenering dapat dilakukan dengan menyusuri jalur pendakian ataupun dengan membuka jalan baru menuju puncak bukit. Tentunya hal ini memerlukan persiapan yang matang baik dari segi kesiapan fisik, kesiapan pengetahuan, keterampilan dan peralatan mengingat medan yang cukup terjal dan sulit.

c. Camping, kegiatan ini akan ramai dilakukan pengunjung pada musim-musim tertentu, misalnya saat libur panjang sekolah. Beberapa lokasi menarik untuk camping yaitu di bumi perkemahan yang terletak di kaki bukit, camping sunset pada ketinggian ± 600 m dpl, dan di bagian puncak Bukit Kelam.

d. Pendidikan dan penelitian, TWABK merupakan salah satu laboratorium alam yang dapat dikembangkan untuk kegiatan pendidikan bina cinta alam, pendidikan dan pelatihan SAR, penelitian flora fauna, penelitian goa, penelitian etnobotani, penelitian jasa lingkungan, penelitian kerusakan alam tentang suksesi hutan pasca kebakaran, penelitian sosial budaya, serta pendidikan dan pengembangan sumber daya masyarakat sekitar TWABK. Kegiatan penelitian akan menyediakan data dasar yang dapat dipergunakan oleh pihak pengelola dalam pengembangan ekowisata di masa mendatang.

e. Religius, kawasan Wisata Rohani Goa Maria dimanfaatkan sebagai tempat ziarah, berdoa dengan khusyuk, dan untuk melaksanakan retret (pembinaan rohani), biasanya kawasan wisata ini ramai dikunjungi pada hari besar seperti Natal, Paskah.

f. Bersepeda santai, dapat dilakukan dengan menyusuri jalan lingkar kelam. Sambil menikmati kesejukan udara dan keindahan alam, wisatawan dapat

Dokumen terkait