• Tidak ada hasil yang ditemukan

TPA Terjun berlokasi sekitar 16 km di Utara Pusat kota Medan yaitu Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan yang beroperasi sejak 1993. Topografi tanah asli TPA Terjun relative datar dengan ketinggian elevasi ± 2,5 – 3 m dpl. Arealnya berada diantara aliran Paluh Nibung dengan Paluh Terjun yang berjarak sekitar 5 Km dari garis pantai. Aliran air kedua paluh tersebut dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Kondisi areal sekitarnya berupa rawa yang banyak ditumbuhi pohon Palem, kolam dan areal persawahan irigasi. Penimbunan sampah masih berlangsung secara terbuka (open dumping), dimana truk sampah membuang sampah pada zona yang sudah ditentukan kemudian sampah tersebut diatur penempatannya oleh alat berat. Ketinggian timbunan sampah bervariasi ± 7 – 12 m dari lantai jembatan timbang dengan tinggi timbunan sampah maksimum di utara TPA. Hampir seluruh areal TPA sudah tertimbun sampah kecuali areal TPA di bagian barat yang masih berupa rawa. Prasarana jalan operasional sudah mudah menjangkau seluruh areal TPA. Prasarana ini dibangun diatas timbunan sampah dengan konstruksi timbunan batu dan tanah. Kelandaian jalan operasional maksimum sebesar 12 % berada pada awal jalan operasional yakni pada saat truk sampah naik ke areal timbunan sampah. Saluran drainase yang ada berupa saluran terbuka dekat timbunan sampah terutama di kiri dan kanan jalan operasional, kontruksi berupa galian sampah terbuka dengan lebar 1,5 m. Saluran drainase ini pada saat tidak hujan sebagian tergenang oleh air lindi yang berasal dari timbunan sampah di atasnya. Sebagian air lindi pada saluran drainase ini masih bermuara langsung ke paluh dan kolam di sekitar TPA.

Gambar 4.1. Genangan air lindi pada saluran drainase

Lokasi TPA Terjun yang ada saat ini dapat di evaluasi dengan standar nasional yang diterbitkan Republik Indonesia dan dengan Standart USDA, United States Department of Agriculture tahun 1971. Lokasi TPA Terjun jika dievaluasi berdasarkan SNI 03-3241-1997 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang diterbitkan Badan Standarisasi Nasional dapat diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 4.1. Evaluasi lokasi TPA Terjun berdasarkan SNI 03-3241-1997

No SNI 03-3241-1997 TPA Terjun

1 TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai dan laut

Memenuhi 2 Kriteria Regional

a.Tidak boleh mempunyai muka air tanah > 3m

Tidak memenuhi ( 1 - 2 m) b.Tidak boleh kelulusan tanah > 10-6 Tidak memenuhi

cm/det (6 x 10-5 cm/det)*

Tabel 4.1. (lanjutan)

No SNI 03-3241-1997 TPA Terjun

di hilir aliran

d.Jika tidak ada zona yang memenuhi criteria diatas maka diadakan masukan teknologi

Belum ada teknologi untuk memenuhi point a dan b 3 Kemiringan zona < 20 % Memenuhi (±1%) 4 Jarak dari lapangan terbang:

 >3000 m untuk penerbangan jet

 >1500 m untuk jenis lain

Memenuhi

5 Tidak boleh pada daerah lindung / cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25 tahun

Tidak memenuhi

Lahan TPA Terjun berdasarkan SNI 03-3241-1997 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir sampah yang diterbitkan Badan Standarisasi Nasional masih ada kriteria yang belum sesuai SNI , diantaranya muka air tanah, kelulusan tanah dan daerah banjir ulang pada periode 25 tahun. Sedangkan Menurut USDA (1983) dalam Hifdziyah (2011), ada beberapa sifat lahan yang sesuai sebagai Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) secara terbuka. Kesesuaian lahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2. Evaluasi lokasi TPA Terjun berdasarkan USDA Tahun 1983

No Sifat Tanah Kesesuaian Lahan USDA TPA Terjun Baik Sedang Buruk Nilai Kriteria

1 Ancaman banjir Tanpa Jarang Sering Jarang* Sedang

2 Permeabilitas (cm/ jam)

(50-100 cm) - - > 5 0,216 Baik

3 Muka air tanah (cm)

Apparent Perched > 150 > 90 100 – 150 100 – 150 < 100 < 45 100 Sedang 4 Lereng % < 8 8 – 15 > 15 ± 1 % Baik

5 Longsor - - Ada - Baik

*Berdasarkan data BMKG, Peta Terlampir

Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa bahwa Kesesuaian lahan TPA Terjun berdasarkan Standart United States Department of Agriculture (USDA) tahun

1983 berada pada kategori sedang untuk faktor pembatas ancaman banjir dan muka air tanah.

4.2. Kapasitas Lindi Dengan Neraca Thornthwaite

Pembentukan air lindi dipengaruhi oleh karakteristik sampah (organik dan anorganik). Timbulan sampah Kota Medan yang ditangani Dinas Kebersihan Kota Medan berasal dari sampah rumah tangga, perkantoran, pertokoan, rumah sakit, pusat perbelanjaan, industri dan kawasan wisata. Sampah yang diangkut oleh Dinas Kebersihan Kota Medan adalah sampah organik ataupun anorganik seperti kertas, plastik, kayu, kain, karet, logam dan lainnya. Adapun komposisi sampah TPA Terjun dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3. Komposisi sampah TPA Terjun

No Komposisi Jumlah Jumlah (%)

1 Organik 1583,18 74,07 2 Kertas 84,98 3,98 3 Plastik 190,15 8,90 4 Kayu 38,30 1,79 5 Kain 29,12 1,36 6 Karet 10,87 0,51 7 Logam 2,74 0,13 8 Kaca 18,89 0,88 9 Bongkahan 18,89 0,88 10 B3 6,39 0,30 11 Pampers 33,46 1,57 12 Lainnya 120,30 5,63 Jumlah 2137,27 100,00

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Medan, 2012

Pembentukan air lindi dipengaruhi oleh karakteristik sampah. Sampah yang masuk kedalam TPA Terjun sebesar 74,07 % merupakan sampah organik, sedangkan sampah anorganik 25,93 %. Hal ini dapat dilihat melalui grafik berikut.

Gambar 4.2 Komposisi sampah TPA Terjun

Pada penelitian sebelumnya, Sulinda (2004) menyatakan bahwa pada musim hujan kuantitas air lindi lebih banyak dibandingkan dengan musim kemarau. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi iklim akan mempengaruhi kuantitas air lindi yang dihasilkan.

Lindi yang timbul setelah pengoperasian selesai, dapat diperkirakan dengan menggunakan suatu metoda yang disebut Metoda Neraca Air (Water Balance Method). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kuantitas perkolasi dalam Metoda Neraca Air ini adalah Presipitasi, Evapotranspirasi, Surface run-off, dan Soil moisture storage. Proses perjalanan air lindi hampir sama dengan proses perjalan air dalam siklus hidrologi sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan yang menjadi sumber kehidupan, oleh karena itu air lindi ini harus diolah agar tidak mencemari air yang penggunaannya diperuntukkan dalam kehidupan sehari – hari. Metoda neraca air ini didasari oleh asumsi bahwa lindi hanya dihasilkan dari curah hujan yang berhasil meresap masuk ke dalam timbunan sampah (perkolasi). Beberapa sumber lain seperti air hasil dekomposisi

74,07 3,98 8,90 1,791,36 0,51 0,13 0,88 0,88 0,30 1,57 5,63

Dokumen terkait