• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Kandungan Logam Berat Pb dan Cu dalam Air

Berdasarkan hasil pengukuran kandungan logam berat Pb dan Cu pada air tertinggi diperoleh stasiun IV yaitu Jembatan Belawan dengan nilai 0,408 mg/l untuk Pb dan 0,589 mg/l untuk Cu. Untuk lebih jelasnya nilai rata-rata kadar logam berat Pb dan Cu pada setiap stasiun dapat dilihat pada gambar7.

Gambar 7. Nilai rata-rata kadar logam Pb dan Cu

0 0.078 0.312 0.408 0 0,19 0.463 0.589 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 1 2 3 4 ka da r l ogam ( m g /l ) stasiun Logam Pb Logam Cu PP No.81 Tahun 2001 Pb ≤ 0,03 Cu ≤ 0,02

Parameter Fisika Kimia (suhu air, pH, Disolved Oxygen (DO), Kekeruhan)

Kondisi lingkungan perairan hasil pengukuran secara insitu di lapangan menunjukkan hasil yang berbeda dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Suhu air tertinggi terdapat pada stasiun IV, sedangkan DO tertinggi terdapat pada stasiun I. Untuk lebih jelasnya masing-masing pengukuran pada titik pengambilan sampel disajikan pada Tabel 4, sedangkan data dasar setiap stasiun dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 4. Analisis Parameter Kualitas Lingkungan Perairan Stasiun

Interval Parameter Kualitas Perairan

Suhu (ºC) DO (mg/L) pH Kekeruhan (NTU) 1 22,5-23 8,6-8,7 7,3-7,5 1,03-1,17 2 24-25 5,1-7,7 6,7-6,8 5,76-6,01 3 24-24,5 5,1-5,2 6,6-6,8 8,3-8,82 4 25-25,5 2,3-3 5,7-5,8 12,8-13,3 Pembahasan

Kandungan Logam Berat Pb dan Cu dalam air

Salah satu masalah besar di dunia adalah pencemaran logam berat, terutama karena akumulasinya pada rantai makanan dan keberadaannya di alam serta peningkatan jumlahnya sehingga menyebabkan keracunan terhadap tanah, udara, dan air.Logam-logam dalam lingkungan perairan umumnya berada dalam bentuk ion-ion. Ion-ion itu ada yang merupakan ion-ion bebas, pasangan ion organik, ion-ion kompleks dan bentuk-bentuk ion lainnya.Menurut Darmono (1995) bahwa pencemaran suatu perairan oleh unsur-unsur logam berat selain mengganggu ekosistem juga secara tidaklangsung dapat merusak perikanan dan kesehatan manusia.

Kandungan Logam Pb dalam Air

Hasil pengukuran di stasiun I yaitu Desa Sembahe menunjukkan tidak ditemukannya logam berat Pb.Hal ini disebabkan karena letak stasiun yang merupakan daerah hulu sungai dimana aktifitas pabrik dan rumah tangga yang menghasilkan limbah logam tersebut tidak ada, sehingga kualitas air nya masih terjaga.

Rata-rata hasil pengukuran kandungan logam berat Pb pada stasiun II yaitu Jembatan Pangkalan Mansyur adalah 0,078 mg/l. Menurut PP no.81 Tahun 2001 kandungan logam berat Pb di stasiun ini sudah melampaui baku mutu yaitu 0,03 mg/l. Hal ini disebabkan karena letak stasiun II yang berada di tengah pemukiman penduduk dan adanya aktifitas pabrik di daerah tersebut.Kandungan logam berat Pb yang tinggi pada perairan juga dapat berakibat buruk pada biota yang ada di dalamnya. Konsentrasi logam berat Pb yang mencapai 188 mg/l, dapat membunuh ikan (Palar 2004).

Pada stasiun III yaitu Jembatan Adam Malik nilai kandungan logam berat Pb adalah 0,312 mg/l. Menurut PP no. 81 Tahun 2001 kandungan logam berat Pb pada stasiun ini sudah melampaui baku mutu yaitu 0,03 mg/l. hal ini disebabkan karena letak stasiun yang berada di daerah pemukiman penduduk dan banyaknya aktifitas pabrik di lokasi tersebut.

Nilai rata-rata kandungan logam berat Pb terbesar ditemukan di stasiun IV dengan nilai 0,407 mg/l. Hal disebabkan dikarenakan letak stasiun IV yang sudah mendekati daerah hilir sungai dimana semua limbah-limbah yang masuk ke badan Sungai akan mengalir ke bagian hilir dan kemudian bermuara di laut. Tingginya aktifitas pelabuhan dan pabrik-pabrik industri di sekitar stasiun IV juga

menyebabkan pencemaran di daerah tersebut meningkat. Menurut Putra (2002) nilai logam berat Pb pada Titi Belawan adalah 0,72 mg/l. Perbedaan nilai ini bisa disebabkan karena perbedaan waktu pengambilan sampel dan faktor lingkungan lainnya.Disamping itu pada saat sebelum sampling terjadi hujan yg memungkinkan terjadi pengenceran/pelarutan oleh air hujan dimana menurut Darmono (1995) bahwa pada musim hujan kandungan logam akan lebih kecil karena proses pelarutan, sedangkan pada musim kemarau kandungan logam akan lebih tinggi karena logam menjadi terkonsentrasi.

Menurut Data Badan Lingkungan Hidup (2007) menunjukkan bahwa kandungan logam berat Pb di Sungai Deli yaitu 0,01 mg/l. Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap kandungan logam berat Pb di Sungai Deli dalam kurun waktu 6 tahun berikutnya dimana hasil penelitian menunjukkan kandungan logam Pb antara 0.078-0,407 mg/l. Hal ini disebabkan karena banyaknya aktifitas industri yang banyak di sekitar Sungai Deli dan kemungkinan industri tersebut membuang limbah secara langsung ke sungai tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Nilai konsentrasi logam berat Pb di aliran Sungai Deli dari tahun 2004-2005dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai konsentrasi Logam berat Pb pada Aliran Sungai Deli Tahun Konsentrasi logam Pb (mg/L) Keterangan

2004 0.03-0,042 Melampaui baku mutu

2005 0,01-0,02 Melampaui baku mutu

2006 0,01-0,l3 Melampaui baku mutu

2007 0,01 Belum melampaui

2013 0,078-0,407 Melampaui baku mutu

Menurut PPRI No.82 Tahun 2001 menunjukkan bahwa tingkat kadar logam berat Pb dari stasiun II sampai IV sudah melampaui nilai baku mutu yaitu 0,03 mg/l. Tingginya kandungan logam berat ini disebabkan karena berada di

dekat kawasan industri, perumahan, pelabuhan serta dekat dengan daerah muara Sungai Deli yang diasumsikan sebagai tempat pembuangan akhir dari limbah-limbah industri.

Kandungan Logam Cu dalam air

Hasil pengukuran di stasiun I yaitu Desa Sembahe menunjukkan hasil yang sama dengan logam berat Pb yaitu tidak ditemukannya logam berat Cu. Hal ini disebabkan karena letak stasiun yang merupakan daerah hulu sungai dimana aktifitas pabrik dan rumah tangga yang menghasilkan limbah logam tersebut tidak ada, sehingga kualitas air nya masih terjaga.

Hasil pengukuran kandungan logam berat Cu pada stasiun II yaitu 0,19 mg/l, stasiun III yaitu 0,463 mg/ l dan pada stasiun IV yaitu 0,58 mg/l. Menurut Palar ( 1994 ) industri tekstil paling banyak menggunakan logam berat Cu dalam proses pencucian. Selain berasal dari industri tekstil, pemasukan logam berat Cu juga berasal dari limbah rumah tangga, pertanian, pelabuhan dan peternakan. Perbedaan nilai kandungan logam berat Cu ini adalah perbedaan aktifitas dan banyak nya industri yang ada di Sungai Deli.

Pada stasiun II merupakan daerah yang dekat dengan pemukiman padat penduduk dan dekat jalan raya, hal ini membawa pengaruh pada pencemaran logam berat Cu di stasiun ini. Pemukiman padat penduduk menghasilkan limbah rumah tangga yang mereka buang langsung ke perairan dan banyak nya industri tekstil dan tidak didukung dengan IPAL yang memadai membuat pencemaran di perairan ini tinggi.Sama seperti stasiun II keadaan di Stasiun III juga merupakan daerah yang dekat pemukiman padat penduduk, dekat jalan raya dan banyaknya

industriyang ada di daerah tersebut membuat kontribusi yang besar terhadap pencemaran logam berat Cu di perairan.

Nilai logam berat Cu tertinggi berada pada stasiun IV yaitu 0,588 mg/l. Hal ini disebabkan karena letak stasiun IV yang merupakan daerah hilir dari Sungai Deli dan terdapat aktivitas pelabuhan disana. Hal ini sesuai dengan Palar (1994) yang menyatakan aktifitas di pelabuhan merupakan penyumbang logam berat Cu ke perairan. Sumber pemasukan logam berat Cu dapat berasal dari limbah bahan bakar kapal dan juga dari logam berat Cu yang banyak digunakan untuk melapisi galangan kapal yang apabila mengalami korosi akan terlarut ke dalam perairan.Menurut Putra (2002) nilai logam berat Cu pada Jembatan Belawan adalah 1,08 mg/l. Perbedaan nilai ini bisa disebabkan karena perbedaan waktu pengambilan sampel dan faktor lingkungan lainnya.Disamping itu pada saat sebelum sampling terjadi hujan yg memungkinkan terjadi pengenceran/pelarutan oleh air hujan dimana menurut Darmono (1995) bahwa pada musim hujan kandungan logam akan lebih kecil karena proses pelarutan, sedangkan pada musim kemarau kandungan logam akan lebih tinggi karena logam menjadi terkonsentrasi.

Menurut data Balai Lingkungan Hidup (2007) kandungan logam berat Cu di Sungai Deli antara 0,006-0,01 mg/l. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kandungan logam berat Cu di Sungai Deli dimanadalam kurun waktu 6 tahun berikutnya dimana hasil penelitian menunjukkan kandungan logam berat Cu antara 0.19-0,589 mg/l. Hal ini disebabkan karena banyaknya aktifitas industri yang banyak di sekitar Sungai Deli dan kemungkinan industri tersebut membuang limbah secara langsung ke sungai tanpa adanya pengolahan terlebih

dahulu.Menurut data Balai Lingkungan Hidup (2007) terdapat 54 aktifitas di sekitar daerah pengaliran Sungai Deli yang terbagi dalam 8 kecamatan (Lampiran 3). Nilai konsentrasi logam berat Pb di aliran Sungai Deli dari tahun 2004-2005 dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai konsentrasi Logam berat Cu pada Aliran Sungai Deli Tahun Konsentrasi logam Cu (mg/L) Keterangan

2004 0.004-0,07 Melampaui baku mutu

2005 0,004-0,05 Melampaui baku mutu

2006 0,004-0,12 Melampaui baku mutu

2007 0,006-0,01 Belum melampaui

2013 0,19-0,589 Melampaui baku mutu

Menurut PP no.81 Tahun 2001 kandungan logam berat Cu di stasiun II sampai IV sudah melampaui baku mutu yaitu 0,02 mg/l sehingga diperlukan penanganan yang lebih serius lagi untuk mengurangi nilai kandungan logam berat Cu di Sungai Deli.

Parameter Fisika Kimia (suhu air, pH, Disolved Oxygen (DO), Kekeruhan ) Suhu

Menurut Effendi (2003) suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altidude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air.

Suhu air pada saat pengambilan sampel di stasiun I antara 22,5-23°C. kisaran suhu ini termasuk rendah (dingin) dikarenakan stasiun I merupakan daerah hulu dimana keadaan nya belum tercemar dan sedikit aktifitas manusia. Hal ini sesuai dengan Barus (2004), bahwa daerah hulu mempunyai temperatur tahunan yang relatif paling konstan dan juga lebih dingin dikerenakan pada mata air belum banyak terjadi kontak dengan udara sehingga menyebabkan temperatur air akan

relatif konstan dan rendah.Selain itu banyaknya vegetasi tumbuhan di daerah stasiun I (hulu) menyebabkan sedikitnya intensitas cahaya matahari yang langsung mengenai badan air.

Sedangkan suhu air pada stasiun IIantara 24-25ºC. kisaran suhu ini lebih tinggi daripada suhu pada stasiun I. Hal ini disebabkan oleh adanya aktifitas industri di sekitar stasiun pengamatan. Aktifitas industri ini memiliki pengaruh terhadap peningkatan suhu di badan air namun pada stasiun II terdapat vegetasi tumbuhan yang hidup di tepi sungai yang dapat juga mempengaruhi fluktuasi suhu di badan air tersebut.

Suhu air pada saat pengambilan sampel di stasiun III antara24-24,5°C. Suhu ini lebih rendah dibandingkan dengan stasiun II, hal ini diduga disebabkan karena banyaknya vegetasi tumbuhan yang hidup di tepi sungai sehingga sinar matahari tidak langsung mengenai badan air. Suhu air tertinggi berada di stasiun IV yaituantara 25-25,5°C. Hal ini disebabkan karena letak stasiun pengamatan yang sudah berada di daerah hilir sungai sehingga semua limbah-limbah dari badan air akan terakumulasi disana selain itu tidak adanya vegetasi tumbuhan di tepi sungai membuat cahaya matahari terkena langsung ke badan air.

Perbedaan suhu air pada tiap pengukuran diakibatkan oleh karena perbedaan intensitas cahaya yang mengenai air, maupun akibat penutupan permukaan air pada masing-masing stasiun. Pada stasiun II sampai IV tampak bahwa vegetasi lebih sedikit dan banyaknya aktivitas industri yang terjadi, namun kondisi sebaliknya ditemukan pada stasiun I. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organisme perairan adalah antara 18-30°C. Nilai suhu juga mempengaruhi toksisitas logam berat Pb dan Cu. Terlihat bahwa nilai Pb 0,407

mg/l dan Cu 0,589 mg/l sedangkan suhu nya antara 25-25,5ºC. Terlihat hubungan berbanding lurus antara suhu dan peningkatan logam di perairan, hal ini sesuai dengan Shindu (2005), apabila perairan tercemar oleh logam berat, maka sifat toksisitas dari logam berat terhadap biota air akan semakin meningkat seiring meningkatnya suhu. Berdasarkan hal tersebut, maka suhu perairan dilokasi penelitian digolongkan masih baik serta dapat mendukung kehidupan organisme yang hidup di dalamnya.

pH

Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai pH dari stasiun I, II, dan III diperoleh kisaran 6,6-7,5. Berbeda dengan nilai pH di stasiun IV dimana nilainya 5,7-5,8, nilai ini termasuk keadaan asam yang menyebabkan organisme air tidak dapat hidup dengan baik. Menurut Sastrawijaya (2000) air yang masih segar dari pegununganbiasanya mempunyai pH yang lebih tinggi, makin ke hilir pH air akan menurun menujusuasana asam, hal ini disebabkan oleh adanya penambahan peningkatan bahan-bahanorganik yang terurai. Nilai pH ini juga mempengaruhi kadar logam Pb dan Cu di stasiun IV yaitu 0,407 mg/l untuk Pb dan 0,589 mg/l untuk Cu sedangkan pH nyaantara 5,7-5,8. Terlihat hubungan berbanding terbalik antara pH dan kandungan logam berat di perairan. Peningkatan toksisitas logam akan meningkat bila terjadi penurunan pH , hal ini sesuai dengan Palar (2004), tokisisitas logam berat juga dipengaruhi oleh perubahan pH, toksisitas dari logam akan meningkat bila terjadi penurunan pH.

Berdasarkan baku mutu PPRI No.82 Tahun 2001, nilai yang diperbolehkan untuk pH yaitu 6-9 sehingga nilai pH di stasiunI, II, dan III memenuhi kriteria

baku mutu. Berbeda dengan stasiun IV yang nilai pH nya berada dibawah nilai baku mutu.

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut (dissolved oxygen) merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan dalam air. Jadi kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air (Putra, 2002).Dari hasil pengukuran nilai DO tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu diantara 8,6-8,7. Nilai ini diperoleh karena kondisi di sekitar stasiun pengamatan yang banyak ditumbuhi oleh vegetasi tumbuhan sehingga berpengaruh terhadap kadar DO di badan air. Hal ini sesuai dengan Barus (2004) sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara dan dari proses fotosintesis. Menurut PP No.81 Tahun 2001 baku mutu DO >6 sehingga kualitas air pada stasiun I berdasarkan parameter DO termasuk air Golongan I dan merupakan kualitas air yang paling baik.

Nilai oksigen terlarut (DO) di stasiun IIantara 5,1-7,7. Nilai ini lebih rendah daripada stasiun I. Hal ini disebabkan karena adanya aktifitas industri disekitar stasiun yang membuat suhu air meningkat dan kadar oksigen terlarutnya akan menurun. Hal ini sesuai dengan Barus (2004), konsentrasi DO akan menurun sejalan dengan meningkatnya temperatur air.Menurut PP No.81 Tahun 2001 baku mutu DO >6 sehingga kualitas air pada stasiun II berdasarkan parameter DO termasuk air Golongan II.

Nilai DO pada stasiun III antara 5,1-5,2. Nilai ini lebih rendah dari stasiun I dan II. Lebih banyak nya aktifitas industri di kawasan ini membuat suhu air nya lebih tinggi sehingga nilai DO nya semakin turun. Menurut PP No.81 Tahun 2001

baku mutu DO >6 sehingga kualitas air pada stasiun III berdasarkan parameter DO termasuk air Golongan II.

Nilai DO terendah terdapat pada stasiun IV yaitu antara 2,3-3. Hal ini juga dipengaruhi oleh letak stasiun IV yang berada di daerah hilir sungai sehingga limbah-limbah dari badan air akan terakumulasi di perairan tersebut. Suhu yang tinggi di stasiun tersebut juga mempengaruhi kadar DO. Nilai DO yang rendah ini juga berpengaruh terhadap toksisitas logam Pb dan Cu. Di stasiun ini nilai Pb adalah 0,407 mg/l dan Cu 0,589 mg/l dengan nilai DO 2,3-3. Nilai yang relatif rendah ini dapat mempengaruhi toksisitas logam berat terhadap ikan yang bermula dari terganggunya proses metabolisme dan respirasi ikan tersebut (Shindu, 2005).

Kekeruhan

Nilai kekeruhan terendah terdapat pada stasiun I yaiti antara 1,03-1,17 NTU, sedangkan nilai kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun IV yaitu antara 12,8-13,3 NTU. Nilai kekeruhan pada stasiun II antara 5,76-6,01 NTU dan stasiun III antara 8,3-8,82 NTU.Hasil ini menunjukkan bahwa badan air di stasiun IV merupakan air yang paling keruh.

Tingkat kekeruhan ini menggambarkan jumlah bahan organik tersuspensimaupun terlarut pada perairan. Semakin keruh suatu perairan berarti semakin banyakbahan tersuspensi dan terlarut yang ada di perairan. Menurut Effendi (2003), kekruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air.

Upaya penanggulangan pencemaran

Upaya penanggulangan pencemaran logam berat Pb dan Cu di aliran Sungai Deli harus ditangani secara serius. Salah satu nya adalah dengan cara memperketat aturan dalam pengolahan limbah terhadap kegiatan industri di sekitar aliran sungai. Hal ini dapat dilihat dari semua kegiatan industri di sekitar

Sungai Deli (Lampiran 4) masih ada industri yang belum dilengkapi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), keadaan ini memungkinkan industri tersebut

membuang limbahnya secara langsung ke dalam aliran sungai. Selain itu, peran serta masyarakat sekitar DAS Deli juga penting terhadap pemantauan kualitas air sungai sehingga akan terjadi kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat sekitar.

Pemantauan yang lebih teratur oleh instansi terkait maupun masyarakat sekitar tentang status kualitas Sungai Deli juga sangat diperlukan dengan tujuan mendapat hasil yang terbaru tentang kualitas air Sungai Deli. Hal tersebut diharapkan selain menjaga kelestarian Sungai Deli juga menciptakan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat sekitar.

Dokumen terkait