• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 2 Cara skoring DNA Mikrosatelit

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Karakter Morfologi

Analisis uji non-parametrik Kruskall-Wallis merupakan metode analisis data yang tidak mementingkan rancangan dalam percobaan. Hasil uji Kruskall-Wallis menunjukkan bahwa dosis radiasi yang diberikan pada tanaman sengon tidak memberikan pengaruh yang nyata karena nilai signifikansi semua parameter lebih besar dari 0.10. Uji lanjut Dunn dilakukan untuk mengetahui perbedaan signifikan antara perlakuan dosis yang diberikan dengan kontrol berdasarkan nilai rata-rata. Hasil uji Dunn (Tabel 6 dan 7) menunjukkan nilai rata-rata parameter tinggi, diameter, dan volume pada berbagai dosis radiasi tidak berbeda signifikan dengan kontrol.

12

Tabel 6 Rata-rata tinggi, diameter, dan volume sengon mutan hasil radiasi sinar gamma

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang diuji

Tabel 7 Rata-rata TBC, KB, dan CP sengon mutan hasil radiasi sinar gamma

Keterangan: - TBC : Tinggi bebas cabang; KB : Kelurusan batang; CP : Cabang permanen

-Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang diuji

Nilai rata-rata (Tabel 6 dan 7) menunjukkan bahwa pada setiap parameter terjadi peningkatan nilai rata-rata dari nilai tanaman kontrol ke perlakuan dosis 5 krad, kemudian menurun pada dosis 10 krad dan meningkat kembali pada dosis 15 krad. Dosis 15 krad memiliki nila rata-rata tertinggi untuk tinggi, diameter dan volume. Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 6 menunjukkan dosis radiasi yang diberikan mempengaruhi perubahan yang terjadi pada mutan. Menurut Bhikuningputro (1976) perubahan-perubahan morfologi, fisiologi, dan genetik mulai dan baru terjadi pada dosis penyinaran 20 krad dan pada dosis 40–50 krad epikotil dan daun tanaman tidak tumbuh dan kemudian mati. Radiasi benih menggunakan dosis yang tinggi mengganggu sintesis protein, keseimbangan hormon, pertukaran gas, pertukaran air dan aktifitas enzim yang memicu gangguan terhadap morfologi dan fisiologi tanaman serta dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Hameed et al. 2008).

Dosis 5 krad memiliki nilai rata-rata paling tinggi untuk TBC dan CP (Tabel 7), sedangkan untuk KB nilai rata-rata tertinggi pada kontrol. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Sudarmonowati et al. (2009) terhadap tanaman yang sama saat tanaman berumur 1 bulan di rumah kaca, dosis 5 krad memiliki pertambahan tinggi 1.03 kali dan diameter 0.88 kali dibandingkan kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat umur 1 bulan sengon hasil radiasi memiliki pebedaan kecepatan pertumbuhan dengan sengon kontrol. Dosis 5 krad menimbulkan performa pertumbuhan terbaik dibandingkan dengan dosis lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya mutan antara lain adalah dosis radiasi yang diberikan. Dosis radiasi yang rendah mampu meningkatkan mutu bibit dan pertumbuhan bibit. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa pada dosis rendah menunjukkan performa terbaik pada jenis Pinus hartwegii oleh Andreu et al. (2012) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan Dosis

(krad)

Nilai rata-rata beberapa parameter sengon mutan hasil radiasi sinar gamma yang diuji

Tinggi (m) Diameter (cm) Volume (m3)

0 28.33+ 2.0866 a 27.36+ 3.3914 a 1.56+ 0.4589 a 5 28.65+ 1.1788 a 29.20+ 2.2757 a 1.64+ 0.2639 a 10 26.28+ 3.3521 a 23.04+ 4.3976 a 1.19+ 0.5745 a 15 29.84+ 1.3266 a 33.49+ 2.6587 a 2.16+ 0.3468 a Dosis(krad) TBC (m) KB (m) CP (m) 0 14.56+ 2.5103 a 10.67+ 2.7538 a 14.83+ 2.2142 a 5 14.62+ 1.9655 a 9.02+ 1.3134 a 16.27+ 1.8459 a 10 12.93+ 2.5644 a 6.93+ 1.4977 a 14.14+ 2.2192 a 15 12.31+ 1.5605 a 6.97+ 1.2794 a 14.06+ 1.6850 a

13 tinggi bibit pinus terbaik diperoleh pada perlakuan dosis 2 Gy dan menurun pada dosis yang lebih tinggi. Zanzibar et al. (2015) juga melakukan penelitian terhadap bibit tembesu (Fragraea fragrans) umur 8 bulan dan hasilnya menunjukkan bahwa pada dosis 5–30 Gy menyebabkan pertumbuhan tinggi dan diameter meningkat, namun pertumbuhan bibit menurun pada dosis di atas 60 Gy.

Gambar 3 Pohon sengon mutan hasil radiasi dosis 0 (A), dosis 5 krad (B), dosis 10 krad (C), dan dosis 15 krad (D)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada saat ditanam di lapangan, pertumbuhan bibit sengon hasil radiasi secara umum tidak berbeda jauh dengan kontrol (Gambar 3) meskipun terdapat beberapa individu pertumbuhannya lebih baik dibanding kontrol. Pada dosis 5 krad memiliki rata-rata tinggi sebesar 28.65 m dan tanaman kontrolnya sebesar 28.33 m (Tabel 6). Berbeda dengan hasil penelitian ini, penelitian lainnya yang menggunakan radiasi sinar gamma pada tanaman kehutanan hingga ke tahap penanaman di lapangan telah dilakukan oleh Zanzibar (2015) pada jenis jati Malabar dari tahap kalus (invitro) hingga umur 8 tahun dengan dosis 2.5–30 Gy. Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian radiasi sinar gamma mampu meningkatkan produktivitas. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan jati di lapangan memiliki diameter sebesar 32 cm dan tinggi 19 m (jati lokal hanya memiliki diameter 16 cm, tinggi 13.6 m).

Kondisi lingkungan kemungkinan menjadi faktor tidak adanya perbedaan pertumbuhan antara tanaman sengon yang diberi perlakuan radiasi dengan kontrol yang ditanam di lapangan. Penelitian sebelumnya oleh Sudarmonowati et al. (2009) pada tanaman yang sama telah dilakukan seleksi individu yang tahan terhadap tanah tambang menggunakan media tanah bekas tambang dan media campuran kompos, sedangkan saat ini sengon hasil radiasi tersebut tidak ditanam pada tanah bekas tambang melainkan di tanah biasa yang kesuburannya lebih baik. Tanah di daerah CSC-BG LIPI termasuk ke dalam jenis Latosol Merah Kuning dengan pH 4.5–6 merupakan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan sengon (Hartati & Priadi 2014). Perbedaan media tanam juga menjadi faktor yang menyebabkan tidak adanya perbedaan antara kontrol dengan individu sengon hasil

14

radiasi. Pertumbuhan suatu pohon dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Besarnya nilai pertumbuhan suatu tanaman ditentukan oleh adanya interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan tempat tumbuhan tersebut tumbuh (Marjenah 2004). Karakter morfologi seperti tinggi, diameter, dan batang bebas cabang merupakan karakteristik yang dikendalikan oleh gen dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan (Hardiyanto et al. 2007). Tidak munculnya perubahan morfologi yang signifikan pada tanaman hasil radiasi kemungkinan disebabkan karena sifat fenotipik tidak terekspresikan. Widiastusi et al. (2013) menyatakan bahwa perubahan genetik yang terjadi akibat radiasi dapat terlihat secara fenotipik tetapi juga dapat tidak terekspresikan

Tajuk dan Jumlah cabang

Hasil uji Dunn pada parameter jumlah cabang dan panjang tajuk (Tabel 8) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada setiap dosis radiasi yang diberikan. Jumlah cabang pohon berbanding lurus dengan dosis radiasi yang diberikan. Dosis yang lebih tinggi menghasilkan jumlah cabang yang lebih banyak dibandingkan dosis yang rendah (Tabel 8). Nilai rata-rata panjang tajuk pohon sengon hasil radiasi sinar gamma tidak memberikan perbedaan yang nyata pada setiap dosis radiasi (Tabel 8). Berbeda dengan nilai rata-rata jumlah cabang, nilai rata-rata tajuk tidak berbanding lurus dengan dosis radiasi yang diberikan. Rata-rata tajuk terendah terdapat pada dosis 10 krad, sedangkan Rata-rata-Rata-rata tajuk tertinggi terdapat pada dosis 15 krad. Dosis 15 krad memiliki jumlah cabang terbanyak dan nilai rata-rata tajuk tertinggi dibandingkan dosis lainnya (Tabel 8).

Tabel 8 Rata-rata jumlah cabang dan panjang tajuk sengon mutan hasil radiasi sinar gamma

Dosis (krad)

Nilai rata-rata jumlah cabang dan panjang tajuk Jumlah cabang Panjang tajuk (m)

0 6.00 + 0.9969a 2.47 + 0.4648a

5 6.00 + 0.7763a 2.66 + 0.2157a

10 7.00 + 1.2724a 2.36 + 0.4422a

15 7.00 + 0.7890a 3.34 + 0.3148a

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang diuji

Perlakuan radiasi yang diberikan pada tanaman kemungkinan dapat merubah sifat percabangan. Sebagai contoh pemberian radiasi pada tanaman hias umumnya bertujuan untuk memodifikasi tipe percabangannya. Hasil penelitian Dewi & Dwimahyani (2013) tentang radiasi sinar gamma yang diberikan pada tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) menunjukkan bahwa pada dosis radiasi 10–20 Gy menimbulkan pertumbuhan tanaman yang kerdil dan terjadi penurunan jumlah cabang. Pertumbuhan cabang pada pohon umumnya tidak diharapakan karena akan menghasilkan mata kayu. Mata kayu merupakan salah satu cacat kayu yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap kekuatan kayu (Bahtiar 2005).

Luas tajuk pohon berbanding lurus dengan pertambahan tinggi dan diameternya. Pohon sengon hasil radiasi sinar gamma pada penelitian ini memiliki

15 tajuk yang luas dan rapat sehingga banyak tajuk yang saling bertumpukan antar pohon yang berbeda. Dosis 15 krad memiliki panjang tajuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis radiasi lainnya (Tabel 8). Hasil penelitian Purwati & Hariyono (2010) juga menunjukkan dosis radiasi yang tinggi (200 Gy) menyebabkan pertambahan lebar kanopi tanaman jarak pagar dibandingkan pada dosis yang lebih rendah (100–150 Gy). Tajuk pohon yang luas akan meningkatkan proses fotosintesis yang terjadi pada pohon tersebut sehingga pertumbuhannya juga semakin cepat. Tajuk melalui proses fotosintesis akan menyediakan karbohidrat untuk akar, sedangkan akar menyerap air dan hara dari dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan tajuk (Wijayanto & Araujo 2011).

Analisis PCA (Principal Component Analysis)

Analisis PCA bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel yang digunakan dalam penelitian secara bersamaan. Analisis PCA merupakan salah satu bagian yang terdapat dalam analisis multivariant. Analisis multivariant merupakan metode analisis data yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel tak bebas berdasarkan lebih dari satu variabel bebas yang mempengaruhi (Supranto 2004).

Keterangan: TBC (tinggi bebas cabang); KB (kelurusan batang); CP (cabang permanen); T (tinggi); D (diameter); V (volume); JC (jumlah cabang).

Gambar 4 Hasil analisis PCA pada delapan variabel yang diamati dalam penelitian sengon hasil radiasi sinar gamma

Hasil analisis PCA (Gambar 4) menunjukkan keragaman yang dapat diterangkan oleh first component (komponen pertama) sebesar 50.5% dan second component (komponen kedua) sebesar 39.5%, sehingga secara keseluruhan keragaman yang dapat dijelaskan oleh kedua komponen tersebut sebesar 90%. Komponen yang dipilih merupakan kombinasi linear dari peubah yang diamati. Informasi yang terkandung pada first component (komponen pertama) dan second

0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0,0 -0,1 -0,2 -0,3 0,50 0,25 0,00 -0,25 -0,50 First Component (50.5%) S e c o n d C o m p o n e n t (3 9 .5 % ) tajuk JC C P KB TBC V T D

16

component (komponen kedua) merupakan gabungan dari semua peubah dengan bobot tertentu yang memiliki ragam paling besar dan memuat informasi paling banyak (Matjjik & Sumertajaya 2011).

Hubungan diantara variabel dapat dilihat dari sudut yang terbentuk diantara variabel, semakin kecil sudut yang terbentuk maka semakin kuat hubungan diantara variabel. Variabel V, D, T, dan Tajuk memiliki hubungan yang kuat bila dibandingkan dengan variabel yang lain. Begitu juga antara CP, KB, dan TBC memiliki hubungan yang kuat, sedangkan JC memiliki hubungan yang berlawanan arah dengan variabel lainnya. Variabel yang memiliki hubungan kuat artinya karakter tersebut memiliki kesamaan pada setiap jenis sengon pada berbagai dosis hasil radiasi sinar gamma. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel yang memiliki hubungan kuat tersebut dapat dipilih salah satu saja untuk melihat perbedaan dari pengaruh dosis radiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan sengon. Sebaliknya, variabel yang tidak memiliki hubungan yang kuat contohnya JC dengan CP dan D dapat dijadikan variabel utama untuk melihat perbedaan dari pengaruh dosis radiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan sengon.

Analisis BIPLOT

Analisis BIPLOT digunakan untuk mengetahui variabel apa yang paling mencirikan pada tiap dosis radiasi yang digunakan dalam penelitian ini. Karakteristik sengon hasil radiasi sinar gamma dapat dicirikan dari posisi terdekat titik dengan variabel yang diamati.

2 1 0 -1 -2 -3 2 1 0 -1 -2 First Component (50.5%) S e c o n d C o m p o n e n t (3 9 .5 % ) tajuk JC C P KB TBC V T D

Keterangan: TBC (tinggi bebas cabang); KB (kelurusan batang); CP (cabang permanen); T (tinggi); D (diameter); V (volume); JC (jumlah cabang).

Gambar 5 Hasil analisis BIPLOT pada delapan variabel yang diamati dalam penelitian sengon hasil radiasi sinar gamma

Gambar 5 menunjukkan kontrol memiliki ciri karakteristik TBC dan KB yang tinggi. Dosis 5 krad memliki kedekatan dengan karakteristik CP dan KB.

Kontrol

5 krad

15 krad 10 krad

17 Tanaman dosis radiasi 15 krad cenderung memiliki ciri karakteristik V, D, T dan tajuk yang cenderung tinggi dan dosis radiasi 10 krad cenderung memiliki karakteristik JC yang tinggi. Berdasarkan Gambar 5 diketahui sengon hasil radiasi dosis 10 krad terletak berlawanan arah dengan semua variabel kecuali variabel jumlah cabang. Artinya sengon hasil radiasi dosis 10 krad memiliki nilai lebih rendah pada tujuh variabel tersebut.

Hasil dari Gambar 5 menunjukkan bahwa dosis 5 krad memiliki karakteristik yang lebih beragam. Karakter tinggi dan diameter menjadi sifat penting pada kayu pertukangan karena berkaitan dengan volume pohon. Pohon sengon hasil radiasi sinar gamma dosis 5 dan 15 krad yang memiliki karakter unggul yang dapat dipilih untuk dibudidayakan. Perubahan yang terjadi akibat mutasi dapat diwariskan kepada keturunannya sehingga apabila dibudidaya kemungkinan besar akan menghasilkan keturunan yang sama dengan induknya. Produksi Buah Pohon Sengon Mutan Hasil Radiasi Sinar Gamma

Pengamatan pembuangaan dilakukan mulai bulan Februari–Januari. Pengamatan terakhir yang dilakukan pada bulan januari ditemukan pohon sengon mutan hasil radiasi yang telah berbuah sebanyak 32 individu dari total individu yang diamati sebanyak 52 individu. Radiasi sinar gamma memberikan respon pembuahan yang berbeda-beda pada setiap jenis tanaman. Hasil penelitian Purwati & Hariyono (2010) pada tanaman jarak pagar (Jatropha curcas.L) menunjukkan bahwa tanaman hasil radiasi sinar gamma yang telah berbunga lebih dari 33% sedangkan kontrolnya hanya 16%. Penelitian lainnya menyatakan bahwa radiasi sinar gamma menyebabkan tanaman Acacia mangium generasi M1 berumur 7 tahun yang dapat berbuah hanya 7 individu dan 91 individu dianggap steril karena tidak mampu menghasilkan bunga dan buah (Yunus 2016).

Seleksi Pohon Sengon Hasil Radiasi Berdasarkan Diameter dan Volume

Penggunaan teknologi radiasi sinar gamma untuk pemuliaan tidak dapat diprediksi hasilnya karena mutasi yang dihasilkan dari radiasi sinar gamma bersifat acak. Individu yang diradiasi dengan dosis yang sama belum tentu memiliki karakter yang sama pula. Respon terhadap radiasi masing-masing jenis benih berbeda, dipengaruhi oleh radiosensitivitas berupa kondisi fisik-fisiologis, genetik, dan lingkungan (Zanzibar 2015). Selain itu keberhasilan program induksi mutasi juga sangat bergantung pada materi tanaman yang mendapat perlakuan mutagen. Berdasarkan data individu pohon dari nilai minimum dan maksimum tiap perlakuan pada delapan parameter terdapat individu yang memiliki nilai diameter dan volume lebih besar dari kontrol, yaitu pada dosis 5 dan 15 krad. Individu tersebut selanjutnya akan diseleksi untuk mengetahui tanaman dengan diameter dan volume terbaik dari hasil penelitian ini.

Peningkatan nilai diameter merupakan indikator yang paling mudah diamati sehingga diameter menjadi parameter inti yang digunakan untuk melihat pertumbuhan dari suatu tanaman. Diameter sengon umur 9 tahun memiliki rata-rata sebesar 40.5 cm (Subari 2014). Pertumbuhan diameter yang lebih besar dari rata-rata dapat berpotensi untuk menjadi individu yang lebih unggul dari sengon biasanya. Nilai dimeter sengon hasil radiasi sangat beragam dari yang paling

18

rendah sebesar 9.39 cm hingga yang tertinggi sebesar 55.73 cm. Tabel nilai frekuensi sebaran diameter digunakan untuk mengetahui individu yang memiliki nilai diameter tertinggi pada dosis tertentu. Frekuensi nilai sebaran diameter (Tabel 9) menunjukkan sebaran diameter pada beberapa selang kelas.

Tabel 9 Frekuensi sebaran nilai diameter sengon mutan hasil radiasi sinar gamma Selang kelas (cm) Persentase individu (%) / dosis radiasi

0 krad 5 krad 10 krad 15 krad

9 – 16 1/9 1/20 2/7 17 – 24 3/9 7/20 3/7 5/16 25 – 32 3/9 4/20 1/7 3/16 33 – 40 5/20 5/16 41 – 48 2/9 1/20 1/7 1/16 49 – 56 2/20 2/16

Frekuensi sebaran diameter (Tabel 9) menunjukkan bahwa diameter terbesar pada selang kelas 49–56 terdapat pada dosis 5 dan 15 krad dengan jumlah sebanyak 2 individu pada tiap-tiap dosis tersebut. Nilai diameter pada dosis 15 krad paling rendah yaitu pada selang kelas 17–24 dan pada dosis 5 krad terendah berada pada selang kelas 9–16. Individu sengon hasil radiasi pada dosis 5 dan 15 krad memiliki potensi untuk dibudidayakan dengan tujuan kayu pertukangan karena memiliki individu dengan diameter yang besar.

Sengon sebagai kayu alternatif untuk memenuhi kebutuhan kayu pertukangan menjadi sangat prospektif. Volume suatu pohon biasanya digunakan untuk menentukan harga jual pohon tersebut. Semakin besar volumenya, maka nilai jualnya akan semakin tinggi. Frekuensi sebaran nilai volume sengon hasil radiasi disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Frekuensi sebaran nilai volume sengon mutan hasil radiasi sinar gamma Selang kelas (m3) Persentase individu (%) / dosis radiasi

0 krad 5 krad 10 krad 15 krad

0.070 – 0.930 4/9 8/20 4/7 4/16 0.985 – 1.845 3/9 4/20 2/7 4/16 1.945 – 2.805 5/20 3/16 2.905 – 3.765 1/9 1/20 3/16 3.865 – 4.725 1/9 2/20 1/7 1/16 4.825 – 5.685 1/16

Nilai volume sengon hasil radiasi (Tabel 10) dari yang paling rendah sebesar 0.074 m3 dan yang paling besar yaitu 5.233 m3. Frekuensi sebaran nilai volume (Tabel 10) menginformasikan hanya ada satu individu yang berada pada selang kelas tertinggi (4.825–5.685) m3 yaitu pada dosis 15 krad. Pada selang kelas (3.865–4.725) m3 hanya terdapat 1 individu pada masing-masing dosis, kecuali dosis 5 krad yang terdapat 2 individu pada selang tersebut. Sebaran nilai volume paling banyak pada tiap perlakuan dosis yaitu pada selang kelas terendah (0.070–0.93) m3, artinya kebanyakan individu memiliki volume yang rendah.

19 Berdasarkan frekuensi sebaran diameter (Tabel 9) terdapat 4 individu dan berdasarkan frekuensi sebaran volume (Tabel 10) terdapat 1 individu pada selang tertinggi. Individu yang memiliki nilai diameter dan volume terbesar yaitu kode 15.149 hasil radiasi dosis 15 krad (Gambar 6). Individu dengan kode 15.149 telah memiliki adaptabilitas dan kemampuan tumbuh yang baik pada saat di rumah kaca. Hal tersebut ditunjukkan dengan pertumbuhan tinggi dan diameternya. Pada awal pengamatan tingginya 5 cm, pengamatan kedua bertambah menjadi 9.6 cm dan pada pengamatan terakhir 4 mst (minggu setelah tanam) tingginya mencapai 13.5 cm. Nilai diameternya dari awal pengamatan hingga 4 mst berturut-turut yaitu 0.15 cm, 0.25 cm, dan 0.40 cm [data tidak dipubllikasi].

Gambar 6 Pohon sengon mutan hasil radiasi sinar gamma kode 15.149 di lapangan (A dan B).

Identifikasi Penyakit Sengon Mutan Hasil Radiasi Sinar Gamma

Sengon merupakan pohon yang sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Hama yang sering menyerang tanaman sengon diantaranya hama kupu kuning dan boktor, sedangkan penyakitnya yaitu karat puru (Anggraeni & Lelana 2011). Pada penelitian ini teridentifikasi adanya serangan penyakit karat puru. Penyakit karat puru (gal) disebakan oleh fungi Uromycladium tepperianum (Sacc.) yang termasuk kedalam golongan parasit obligat yaitu hanya dapat hidup pada jaringan hidup. Penyebaran penyakit karat puru dapat terjadi sangat cepat. Penyakit karat puru ini menjadi masalah besar pada tanaman sengon, sehingga diperlukan cara yang efektif untuk memusnahkannya. Identifikasi penyakit dilakukan pada tiga bagian pohon yaitu ranting, cabang, dan batang. Hasil perhitungan terhadap intensitas dan luas serangan penyakit karat puru pada sengon mutan hasil radiasi sinar gamma terdapat pada Tabel 11.

Hasil identifikasi terhadap serangan penyakit yang terdapat pada sengon mutan hasil radiasi sinar gamma (Tabel 11) menunjukkan bahwa pada setiap dosis radiasi memiliki tanaman yang terserang penyakit karat puru dengan tingkat intesitas dan luas serangan yang bebeda-beda. Intesitas serangan (IS) dan luas

20

serangan (LS) penyakit pada bagian cabang tanaman kontrol lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang diradiasi (Tabel 11).

Tabel 11 Intensitas dan luas serangan penyakit karat puru sengon mutan hasil radiasi sinar gamma

Bagian pohon

Dosis radiasi

Kontrol 5 krad 10 krad 15 krad

Ranting Cabang Batang LS (%) IS (%) LS (%) IS (%) LS (%) IS (%) LS (%) IS (%) 22.22 8.33 20.00 6.25 - - 18.75 6.25 22.22 8.33 45.00 11.25 42.86 14.28 31.25 9.37 - - 5.00 1.25 - - 6.25 3.12

Keterangan: IS: Intesitas serangan; LS: Luas serangan

Dosis 15 krad memiliki LS dan IS yang lebih rendah pada bagian ranting dan cabang dibandingkan dosis radiasi lainnya (Tabel 11). Penelitian Sutarto et al. (1998) mengenai serangan penyakit layu fusarium yang pada tanaman pisang hasil radiasi sinar gamma juga menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis radiasi maka semakin sedikit pula tanaman yang terserang penyakit layu fusarium. Pemberian radiasi diduga tidak mempengaruhi ketahanan terhadap karat puru pada sengon, tetapi pada sengon hasil radiasi tidak ditemukan hama boktor. Hasil penelitian Achrom & Hidayat (2011) menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma hingga dosis 1000 Gy tidak mampu menghilangkan Altemaria porri dan beberapa cendawan lainnya yang berada pada umbi bawang merah (Allium ascolonicum L.). Pemberian radiasi pada spesimen kayu dalam penelitian Despot et al. (2007) menyebabkan serat selulosa memendek sehingga menimbulkan retakan-retakan kecil pada kayu yang dapat memudahkan air untuk masuk ke dalam jaringan kayu sehingga lebih memudahkan timbulnya jamur pembusuk kayu. Hasil penelitian Despot et al. (2007) menunjukkan bahwa perlakuan kontrol lebih resisten terhadap jamur pembusuk kayu (Gloeophyllum trabeum) dibandingkan kayu yang telah diradiasi dengan dosis 30, 90, dan 150 kGy. Dosis radiasi 70–130 krad mampu menghilangkan serangga pada kayu, tetapi untuk menghilangkan fungi membutuhkan dosis yang lebih tinggi (Kunstadt 1998). Hal yang menyebabkan fungi lebih resisten terhadap iradiasi adalah karena fungi sering mengalami fase dorman dan beberapa fungi dapat bereproduksi secara aseksual sehingga dampak kemandulan yang ditimbulkan lebih kecil.

Seleksi Pohon Plus

Pohon plus adalah pohon yang memiliki keunggulan pada beberapa parameter seperti tinggi, dimeter, dan tahan terhadap hama penyakit. Seleksi pohon plus pada satu populasi bertujuan untuk mendapatkan pohon-pohon berfenotip unggul yang dapat digunakan sebagai sumber benih ICWRMIP-CWMBC (2013).

21 Tabel 12 Hasil pengamatan dan pengukuran karakter morfologi pohon plus dan

pohon pembanding sengon mutan hasil radiasi sinar gamma Jenis Pohon D (cm) T (m) TBC (m) KB (m) CP (m) Penyakit BB Kandidat pohon plus 1 31.37 31 26 10 7 TA AB Pembanding 13.54–

37.96

18– 27.5

5–19 4–16 5–22 A AB Kandidat pohon plus 2 36.56 35.5 20 5 20 TA AB Pembanding 13.54–

22.83

18–26 4–19 2–11 4–22 A AB Kandidat pohon plus 3 30.16 36 22 16 22 TA AB Pembanding 17.04–

39.01

21–36 2–26 2–20 2–28 A, TA AB Kandidat pohon plus 4 26.59 25 25 12 25 TA AB Pembanding 17.07–

32.96

18–36 6.5–26 5–20 10–28 A, TA AB Kandidat pohon plus 5 39.01 30 2 2 2 TA AB Pembanding 20.03–

30.16

21–36 4–22 2–16 4–22 A, TA AB Kandidat pohon plus 6 35.73 35 1.38 1.38 1.38 TA AB Pembanding 20.03–

39.01

21– 35.5

2–27 2–11 2–27 A AB Kandidat pohon plus 7 31.78 34 16 2 16 TA AB Pembanding 20.03–

26.43

21–39 4–24 2–20 4–24 A, TA AB Kandidat pohon plus 8 26.43 34 20 20 20 TA AB Pembanding 9.39–

31.78

14.5– 39

4.5–24 2–12 9–24 TA AB Kandidat pohon plus 9 30.50 31 9 9 9 TA AB Pembanding 9.39–

32.74

14.5– 39

4.5–25 3–20 11–27 TA AB Kandidat pohon plus 10 32.74 33.5 25 15 27 TA AB Pembanding 20.03– 41.24 22– 35.5 2.5–27 2.5–11 2.5– 27 A, TA AB Keterangan : D: Diameter, T: tinggi, TBC: tinggi bebas cabang, KB : kelurusan batang, CP : cabang permanen, BB : bentuk batang, A: ada, TA: tidak ada, AB : agak bulat

Hasil pengamatan dan pengukuran karakter morfologi pohon plus dan pohon pembanding sengon mutan hasil radiasi sinar gamma disajikan pada Tabel 13. Kandidat pohon plus memiliki kisaran diameter antara 26.43–39.01 cm dan tinggi antara 25–35.5 m (Tabel 12). Pohon yang memiliki diameter terkecil adalah kandidat nomor 8 dengan nilai 26.43 cm, dan yang terbesar terdapat pada kandidat nomor 5 sebesar 39.01 cm.

Kandidat pohon plus pada Tabel 12 selanjutnya dilakukan skoring sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan oleh ICWRMIP-CWMBC (2013). Hasil skoring kandidat pohon plus disajikan pada Tabel 13. Hasil dari Tabel 12 menunjukkan terdapat beberapa pohon pembanding yang memiliki diameter dan tinggi lebih besar dibandingkan dengan kandidat pohon plus. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan jumlah individu sehingga pemilihan pohon pembanding harus mengambil individu yang berada paling luar. Individu yang berada di paling luar (pinggir batas) meskipun memiliki diameter dan tinggi yang lebih besar tetapi tidak bisa dipilih sebagai kandidat pohon plus. Hal tersebut karena pohon yang berada paling luar memiliki perbedaan kondisi lingkungan dengan individu yang

Dokumen terkait