• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran Jenis Stomata pada Berbagai Jenis Pepohonan di Kawasan Kampus Universitas Sumatera Utara

Menurut Woelaningsih dalam Metcalfe dan Chalk (1957), terdapat 6 jenis stomata yang ditemukan pada tumbuhan yaitu tipe parasitik, aktinositik, anomositik, anisositik, diasitik dan siklositik dengan ciri khas yang berbeda.

Namun demikian, hasil identifikasi terhadap 83 jenis pohon di kampus USU hanya menemukan 4 (empat) tipe stomata yaitu parasitik, anomositik, anisositik dan diasitik (Tabel 1).

Tabel 1. Tipe Stomata dan Ukuran Stomata pada 83 Jenis Pohon di Kampus USU

Nama Latin Tipe

Stomata

Panjang Stomata Lebar Stomata (𝜇𝑚) Kategori (𝜇𝑚) Kategori Acacia mangium Parasitik 14,42 Kurang Panjang 9,53 Kurang Lebar Ficus ampelas 18,71 Kurang Panjang 12,14 Kurang Lebar Pterocarpus indicus 27,35 Sangat Panjang 9,05 Kurang Lebar Elaeocarpus grandifloras 24,73 Panjang 15,06 Kurang Lebar Garcinia atroviridis 21,28 Panjang 10,87 Kurang Lebar Dialium indum 14,83 Kurang Panjang 7,74 Kurang Lebar Garcinia dulcis 19,88 Kurang Panjang 26,70 Lebar Shorea laevis 5,43 Kurang Panjang 3,72 Kurang Lebar

Cerbera manghas 20,56 Panjang 8,50 Kurang Lebar

Alocasia macrorrhiza 26,58 Sangat Panjang 14,01 Kurang Lebar Premna corymbosa 17,25 Kurang Panjang 12,10 Kurang Lebar Antidesma bunius 32,04 Sangat Panjang 17,42 Kurang Lebar Stelechocarpus burahol 7,68 Kurang Panjang 5,89 Kurang Lebar Magnolia alba 16,21 Kurang Panjang 11,46 Kurang Lebar Artocarpus integer 17,06 Kurang Panjang 14,07 Kurang Lebar Theobroma cacao 12,74 Kurang Panjang 9,70 Kurang Lebar Erythrina cristagalli 20,15 Panjang 12,22 Kurang Lebar Agathis dammara 28,35 Sangat Panjang 16,50 Kurang Lebar Lansium domesticum 16,37 Kurang Panjang 8,54 Kurang Lebar Ficus racemose 14,92 Kurang Panjang 13,14 Kurang Lebar Delonix regia 19,37 Kurang Panjang 8,16 Kurang Lebar

15 Peltophorum pterocarpum 17,28 Kurang Panjang 7,95 Kurang Lebar Bouea macrophylla 14,78 Kurang Panjang 14,94 Kurang Lebar Polyalthia longifolia 14,34 Kurang Panjang 6,20 Kurang Lebar Syzygium cumini 17,74 Kurang Panjang 9,90 Kurang Lebar Syzygium aqueum 15,72 Kurang Panjang 8,70 Kurang Lebar Psidium guajava 14,32 Kurang Panjang 5,76 Kurang Lebar Psidium guajava Red. Malaysia 15,94 Kurang Panjang 7,66 Kurang Lebar Syzygium malaccense 14,41 Kurang Panjang 6,78 Kurang Lebar Plumeria alba 25,15 Sangat Panjang 16,03 Kurang Lebar Hevea brasiliensis 12,34 Kurang Panjang 5,52 Kurang Lebar Ficus elastica 19,34 Kurang Panjang 12,35 Kurang Lebar

Cinnamomum verum 22,12 Panjang 11,61 Kurang Lebar

Spathodea campanulata 19,64 Kurang Panjang 12,31 Kurang Lebar Aleurites moluccana 16,28 Kurang Panjang 9,54 Kurang Lebar Cinnamomum burmannii 17,43 Kurang Panjang 11,11 Kurang Lebar Sterculia foetida 18,05 Kurang Panjang 8,48 Kurang Lebar

Ficus lyrata 13,43 Kurang Panjang 9,72 Kurang Lebar

Filicium decipiens 10,92 Kurang Panjang 4,98 Kurang Lebar Mangifera odorata 7,32 Kurang Panjang 6,46 Kurang Lebar

Ficus hispida 12,96 Kurang Panjang 6,12 Kurang Lebar

Mangifera foetida 6,21 Kurang Panjang 4,15 Kurang Lebar Swietenia macrophylla 11,54 Kurang Panjang 7,81 Kurang Lebar Swietenia microphylla 7,88 Kurang Panjang 5,41 Kurang Lebar Mangifera indica 7,01 Kurang Panjang 4,09 Kurang Lebar Garcinia mangostana 28,32 Sangat Panjang 37,62 Lebar

Morinda citrifolia 26,77 Sangat Panjang 10,47 Kurang Lebar

Instia bijuga 12,36 Kurang Panjang 8,66 Kurang Lebar

Melia azedarach 17,20 Kurang Panjang 6,18 Kurang Lebar Cynometra cauliflora 14,45 Kurang Panjang 8,16 Kurang Lebar Artocarpus heterophyllus 18,65 Kurang Panjang 11,87 Kurang Lebar

Calophyllum inophyllum 24,11 Panjang 32,67 Lebar

Ficus variegata 18,21 Kurang Panjang 15,79 Kurang Lebar Leucaena leucocephala 18,01 Kurang Panjang 9,92 Kurang Lebar

16 Syzygium paniculatum 8,36 Kurang Panjang 4,68 Kurang Lebar Hura crepitans 17,63 Kurang Panjang 8,57 Kurang Lebar Flacourtia rukam 8,79 Kurang Panjang 4,22 Kurang Lebar Adenanthera pavonina 18,88 Kurang Panjang 10,94 Kurang Lebar Syzygium polyanthum 19,68 Kurang Panjang 13,72 Kurang Lebar

Salix babylonica 32,02 Sangat Panjang 37,59 Lebar

Manilkara zapota 9,78 Kurang Panjang 4,19 Kurang Lebar Shorea macrophylla 14,49 Kurang Panjang 6,59 Kurang Lebar

Annona muricata 23,41 Panjang 10,73 Kurang Lebar

Annona montana 28,01 Sangat Panjang 16,95 Kurang Lebar Handroanthus chrysotrichus 19,27 Kurang Panjang 14,71 Kurang Lebar Tamarindus indica 18,48 Kurang Panjang 12,59 Kurang Lebar

Baccaurea macrocarpa 20,71 Panjang 9,72 Kurang Lebar

Eucalyptus globulus 16,76 Kurang Panjang 10,22 Kurang Lebar Persea Americana 17,42 Kurang Panjang 13,67 Kurang Lebar Anacardium occidentale 10,92 Kurang Panjang 6,85 Kurang Lebar Ficus microcarpa 27,41 Sangat Panjang 22,72 Lebar

Terminalia mantaly 23,76 Panjang 11,77 Kurang Lebar

Ficus benjamina 20,02 Panjang 12,97 Kurang Lebar

Mimusops elengi 23,59 Panjang 11,03 Kurang Lebar

Terminalia cattapa 16,47 Kurang Panjang 5,27 Kurang Lebar Lagerstroemia speciose Anomositik 13,16 Kurang Panjang 9,39 Kurang Lebar Aquilaria malaccensis 18,27 Kurang Panjang 13,38 Kurang Lebar

Ceiba petandra 20,48 Panjang 8,55 Kurang Lebar

Moringa oleifera 21,22 Panjang 6,35 Kurang Lebar

Artocarpus altilis 19,01 Kurang Panjang 7,35 Kurang Lebar Schleichera oleosa Anisotitik 15,04 Kurang Panjang 4,30 Kurang Lebar Gnetum gnemon Diasitik 16,51 Kurang Panjang 10,77 Kurang Lebar Keterangan: Kurang panjang (<20 µm); Panjang (20-25 µm); dan Sangat panjang (> 25 µm);

Kurang lebar (<19,42 µm); Lebar (19,42-38,84 µm); dan Sangat Lebar (>39 µm)

Berdasarkan Tabel 1, jenis stomata parasitik ditemukan pada 76 jenis pohon seperti akasia, alpukat, anyang-anyang dan asam gelugur. Jenis stomata diasitik hanya ditemukan pada pohon melinjo sedangkan jenis stomata

17

anomositik ditemukan pada pohon gaharu, kapuk, sukun dan kelor. Jenis stomata anisositik ditemukan pada pohon kesambi (Gambar 3).

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3. Hasil Pengamatan Tipe Stomata Daun : (a). roda-roda (Hura crepitans) Stomata Parasitik, (b). cempedak (Artocarpus integer) Stomata Anomositik, (c). kesambi (Schleichera oleosa) Stomata Anisositik, (d). melinjo (Gnetum gnemon) Stomata Diasitik.

Dari 83 jenis pohon yang telah diamati, jenis stomata Parasitik merupakan jenis stomata terbanyak yang dijumpai. Tipe parasitik dicirikan dengan sel penutup yang dikelilingi oleh sebuah sel tetangga atau lebih dan dengan sumbu panjang sel tetangga sejajar dengan sumbu sel penutup serta celah. Tipe parasitik memiliki sel penjaga yang bergabung dengan satu atau lebih sel tetangga serta sumbu membujurnya sejajar dengan sumbu sel penjaga Woelaningsih dalam Metcalfe dan Chalk (1957). Banyaknya jenis pohon yang memiliki tipe stomata parasitik sejalan dengan hasil penelitian Utami (2017) di arboretum Universitas Tanjungpura. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ekeke dan Agbagwa (2015) bahwa tipe teramati paling dominan dapat ditemui pada spesies tanaman Terminalia catappa adalah tipe parasitik. Didukung juga oleh Sundari dan Atmadja (2011) yang menyatakan tipe parasitik lebih dominan dan ditemukan pada lima genotip kedelai dibandingkan dengan tipe anomositik. Lalu berdasarkan penelitian Tripathi dan Mondal (2012) menyatakan tipe parasitik merupakan tipe

18

yang paling umum ditemukan, dimana dari tiga famili dan 45 spesies tanaman ditemukan sekitar 64,1% tipe parasitik.

Variasi tipe stomata daun tumbuhan itu disebabkan oleh faktor internal (sifat-sifat genetik) dan eksternal (habitat atau lingkungannya). Menurut Fahn (2006) dan Haryanti (2010) variasi-variasi yang ditemukan pada tipe stomata tumbuhan dikarenakan sebagai salah satu bentuk adaptasi terhadap lingkungan tempat tumbuh dari tumbuhan tersebut yang mana dapat terjadi pada setiap spesies dan famili dari suatu tumbuhan. Seperti yang dinyatakan oleh Tambaru (2015) dimana respon tumbuhan terhadap lingkungannya dapat dilihat dari morfologi tumbuhan tersebut seperti jika ukuran stomata pada tumbuhan berbanding terbalik dengan jumlahnya. Berdasarkan sukunya, distribusi tipe stomata dapat disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tipe stomata berdasarkan suku di Kampus USU

Tipe stomata Suku Jumlah jenis Persentase

Parasitik Fabaceae 12 15,66%

19

Tipe stomata Suku Jumlah jenis Persentase

Bignoniaceae 2 2,40%

Anisositik Sapindaceae 1 1,20%

Diasitik Gnetaceae 1 1,20%

Berdasarkan Tabel 2, tipe stomata parasitik memiliki persentase tertinggi (91,56%) dari seluruh pohon yang diamati. Tipe ini dapat dijumpai pada suku Fabaceae, Moraceae, Lauraceae, Tiliaceae, Cluciaceae, Dipterocarpaceae, Apocynaceae, Araceae, Verbenaceae, Phyllantaceae, Annonaceae, Magnoliaceae, Sterculiaceae, Papilionaceae, Araucariaceae, Meliaceae, Myrtaceae, Anacardiaceae, Euphorbiaceae, Salicaceae, Bignoniaceae, Malvaceae, Combretaceae, Sapindaceae, Guttiferae, Rubiaceae, Sapotaceae. Pada tipe anomositik, anisositik dan diasitik memiliki persentase yang sama (1,20%) pada setiap sukunya. Untuk tipe anomositik sendiri dapat dijumpai pada suku Lythraceae, Thymelaeaceae, Malvaceae, Moringaceae, Moraceae. Tipe anisositik dapat dijumpai pada suku Sapindaceae sedangkan untuk tipe diasitik dapat ditemukan pada suku Gnetaceae. Berdasarkan Tabel 2, jenis-jenis pohon dengan suku yang sama memiliki kecenderungan tipe stomata yang sama, kecuali sukun.

Sukun (Artocarpus altilis) memiliki tipe anomisitik, yang berbeda dengan jenis pada suku Moraceae lain yang dijumpai pada penelitian ini. Hubungan tipe stomata dengan identifikasi jenis dikemukan oleh Gole (2013) dan Wulansari

20

(2020) yang menyatakan bahwa tipe stomata yang terdapat pada tumbuhan dapat dipergunakan sebagai ciri untuk pembatasan dalam taksonomi.

Ukuran Stomata dari Berbagai Jenis Pepohonan di Kawasan Kampus USU Ukuran stomata ditentukan berdasarkan perhitungan panjang dan lebarnya.

Hasil pengamatan ukuran panjang sel stomata dan ukuran lebar sel stomata dari dengan Sukmawati dkk (2011) yang menyatakan kondisi stomata berpengaruh terhadap daya serap karbondioksida. Seperti diketahui bahwa stomata sendiri sebagai alat pernapasan tumbuhan dan berguna sebagai jalan masuknya CO2 dari udara pada proses fotosintesis serta jalan yang digunakan pada proses penguapan (transpirasi) (Lidahshiro, 2009). Pori stomata berguna sebagai tempat terjadinya pertukaran gas dan air antara atmosfer dengan sistem ruang antar sel pada jaringan mesofil di bawah epidermis (Mulyani, 2006).

Berdasarkan Tabel 1 stomata terlebar ditemukan pada manggis (37,62 µm) nyamplung (32,67 µm) diikuti oleh dan asam mundu (26,70 µm). Stomata paling sempit dijumpai pada bangkirai yaitu 3,72 µm. Jika kondisi bukaan pori stomata membuka lebar dan bukaan yang besar maka dapat menghasilkan produksi oksigen yang tinggi. Stomata adalah pintu utama yang berguna untuk masuknya CO ke dalam daun, yang nantinya akan mempengaruhi kapasitas fotosintesis pada tanaman. Pada proses difusi CO2 ke dalam jaringan daun, stomata yang mengalami pembukaan lebih kecil difusi CO2 lebih rendah dibanding pada daun yang stomatanya mengalami pembukaan lebih besar.

Berdasarkan Tabel 1, buni dan manggis merupakan jenis pohon dengan stomata terpanjang dan terlebar, sedangkan bangkirai memiliki stomata terpendek dan tersempit. Dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan tidak ditemukannya ukuran sel stomata pada kategori sangat lebar. Adanya perbedaan ukuran sel

21

stomata tumbuhan biasanya dikarenakan kondisi lingkungan sekitar tempat tumbuh tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Juairiah (2014) yang menyatakan bahwa ukuran sel stomata pada tumbuhan dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman (internal) dan faktor eksternal yaitu lingkungan tempattumbuhan tersebut tumbuh. Ukuran stomata pada tumbuhan juga berkaitan dengan ketahanan tumbuhan dalam cekaman kekeringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Salisbury (1995) dalam Kamaluddin (2020) yang menyatakan bahwa ukuran pada stomata berkaitan dengan ketahanan terhadap cekaman kekeringan pada lingkungan dan dipengaruhi juga oleh penebalan sel penjaga pada stomata terhadap respon cahaya, air dan CO2.

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar 4. Hasil Pengamatan Ukuran Panjang Sel Stomata dan Lebar Sel Stomata dari Berbagai Jenis Pepohonan Dikawasan Kampus Universitas Sumatera Utara. (a) akasia mangium (Acacia mangium) Kurang Panjang, (b) anyang-anyang (Elaeocarpus

22

grandiflorus) Panjang, (c) angsana (Pterocarpus indicus) Sangat Panjang, (d) alpukat (Persea americana) Kurang Lebar, (e) asam mundu (Garcinia dulcis) Lebar.

Ukuran stomata juga mempengaruhi transpirasi yang terjadi pada tumbuhan.

Dengan transpirasi yang baik, laju unsur hara dan air pada tumbuhan tidak terganggu maka turgor berlebih pada tumbuhan dapat dicegah. Air sendiri memiliki peran besar dalam fotosintesis yaitu meningkatkan fiksasi CO2 pada daun sehingga proses pertumbuhan pada tumbuhan dapat meningkat dengan baik.

Distribusi Stomata dari Berbagai Jenis Pepohonan di Kawasan Kampus Universitas Sumatera Utara

Stomata terdapat pada sisi atas dan bawah daun, atau bahkan terletak hanya pada permukaan bawah. Daun yang memiliki pertulangan menyirip seperti pada tumbuhan dikotil, stomatanya tersebar, sedangkan pada daun tumbuhan monokotil dengan pertulangan sejajar, seperti pada Graminae, stomatanya tersusun berderet sejajar (Mulyani, 2006). Distribusi stomata sendiri sangat berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, misalnya letak stomata antara satu sama lain dengan jarak tertentu. Dalam batas tertentu, jika makin banyak porinya makin cepat penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang yang satu dapat menghambat penguapan lubang yang berada didekatnya Dwijoseputro (1978) dalam Haryanti, (2010). Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, distribusi stomata daun untuk 83 jenis pohon dikampus Universitas Sumatera Utara adalah tersebar (Tabel 3).

Tabel 3. Kepadatan dan Distribusi Stomata pada 83 Jenis Pohon di Kampus USU

Nama Latin Jumlah Schleichera oleosa 2229 0,519 4294,79 Tinggi Tersebar Psidium guajava Red. Malaysia 976 0,519 1880,53 Tinggi Tersebar Syzygium malaccense 786 0,519 1514,45 Tinggi Tersebar Swietenia microphylla 705 0,519 1358,38 Tinggi Tersebar Psidium guajava 621 0,519 1196,53 Tinggi Tersebar Swietenia macrophylla 504 0,519 971,09 Tinggi Tersebar Syzygium paniculatum 484 0,519 932,56 Tinggi Tersebar Theobroma cacao 483 0,519 930,63 Tinggi Tersebar Syzygium polyanthum 455 0,519 876,68 Tinggi Tersebar

23 Mangifera odorata 454 0,519 874,75 Tinggi Tersebar Cinnamomum verum 417 0,519 803,46 Tinggi Tersebar Mangifera foetida 396 0,519 763,005 Tinggi Tersebar Shorea macrophylla 394 0,519 759,15 Tinggi Tersebar Filicium decipiens 390 0,519 751,44 Tinggi Tersebar Shorea laevis 384 0,519 739,88 Tinggi Tersebar Ficus ampelas 382 0,519 736,03 Tinggi Tersebar Delonix regia 373 0,519 718,68 Tinggi Tersebar Manilkara zapota 337 0,519 649,32 Tinggi Tersebar Anacardium occidentale 333 0,519 641,61 Tinggi Tersebar Syzygium cumini 331 0,519 637,76 Tinggi Tersebar Polyalthia longifolia 323 0,519 622,35 Tinggi Tersebar Ficus racemose 322 0,519 620,42 Tinggi Tersebar

Ficus lyrata 312 0,519 601,15 Tinggi Tersebar

Flacourtia rukam 309 0,519 595,37 Tinggi Tersebar Bouea macrophylla 305 0,519 587,66 Tinggi Tersebar Spathodea campanulata 295 0,519 568,40 Tinggi Tersebar Dialium indum 293 0,519 564,54 Tinggi Tersebar Morinda citrifolia 292 0,519 562,62 Tinggi Tersebar Premna corymbosa 281 0,519 541,42 Tinggi Tersebar Cinnamomum burmannii 281 0,519 541,42 Tinggi Tersebar Syzygium aqueum 274 0,519 527,93 Tinggi Tersebar Mangifera indica 274 0,519 527,93 Tinggi Tersebar Eucalyptus globulus 270 0,519 520,23 Tinggi Tersebar Acacia mangium 264 0,519 508,67 Sedang Tersebar Tamarindus indica 258 0,519 497,10 Sedang Tersebar Magnolia alba 257 0,519 495,18 Sedang Tersebar Hevea brasiliensis 251 0,519 483,62 Sedang Tersebar Persea Americana 248 0,519 477,84 Sedang Tersebar Hura crepitans 239 0,519 460,50 Sedang Tersebar Artocarpus heterophyllus 221 0,519 425,81 Sedang Tersebar Plumeria alba 219 0,519 421,96 Sedang Tersebar Ficus variegate 207 0,519 398,84 Sedang Tersebar Artocarpus integer 192 0,519 369,94 Sedang Tersebar Cerbera manghas 188 0,519 362,23 Sedang Tersebar Instia bijuga 188 0,519 362,23 Sedang Tersebar Lagerstroemia speciose 186 0,519 358,38 Sedang Tersebar Annona montana 172 0,519 331,40 Sedang Tersebar Cynometra cauliflora 171 0,519 329,47 Sedang Tersebar Artocarpus altilis 170 0,519 327,55 Sedang Tersebar Delonix regia 170 0,519 327,55 Sedang Tersebar Aquilaria malaccensis 162 0,519 312,13 Sedang Tersebar Garcinia dulcis 162 0,519 312,13 Sedang Tersebar Elaeocarpus grandifloras 158 0,519 304,43 Sedang Tersebar Ficus hispida 157 0,519 302,50 Sedang Tersebar Ficus benjamina 153 0,519 294,79 Rendah Tersebar Ceiba petandra 146 0,519 281,31 Rendah Tersebar Gnetum gnemon 146 0,519 281,31 Rendah Tersebar Alocasia macrorrhiza 144 0,519 277,45 Rendah Tersebar

24 Moringa oleifera 137 0,519 263,96 Rendah Tersebar Stelechocarpus burahol 134 0,519 258,18 Rendah Tersebar Aleurites moluccana 132 0,519 254,33 Rendah Tersebar Terminalia cattapa 132 0,519 254,33 Rendah Tersebar Adenanthera pavonina 130 0,519 250,48 Rendah Tersebar Salix babylonica 128 0,519 246,62 Rendah Tersebar Ficus elastic 117 0,519 225,43 Rendah Tersebar Ficus microcarpa 115 0,519 221,58 Rendah Tersebar Sterculia foetida 106 0,519 204,23 Rendah Tersebar Annona muricata 104 0,519 200,38 Rendah Tersebar Handroanthus chrysotrichus 104 0,519 200,38 Rendah Tersebar Erythrina cristagalli 94 0,519 181,11 Rendah Tersebar Lansium domesticum 90 0,519 173,41 Rendah Tersebar Melia azedarach 76 0,519 146,43 Rendah Tersebar Mimusops elengi 72 0,519 138,72 Rendah Tersebar Garcinia atroviridis 68 0,519 131,02 Rendah Tersebar

Plumeria alba 68 0,519 131,02 Rendah Tersebar

Calophyllum inophyllum 66 0,519 127,16 Rendah Tersebar Terminalia mantaly 66 0,519 127,16 Rendah Tersebar Garcinia mangostana 57 0,519 109,82 Rendah Tersebar Agathis dammara 54 0,519 104,04 Rendah Tersebar Leucaena leucocephala 49 0,519 94,41 Rendah Tersebar Antidesma bunius 29 0,519 55,87 Rendah Tersebar Baccaurea macrocarpa 6 0,519 11,56 Rendah Tersebar

Transpirasi pada tumbuhan merupakan kondisi dimana tumbuhan kehilangan air dari dalam jaringan tumbuhan melalui kutikula, stomata maupun lentisel. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata, walaupun dapat pula melalui kutikuler. Stoma pada tumbuhan yang lebih membuka akan meningkatkan konduktivitasnya, sehingga terjadinya transpirasi lebih cepat. Menurut Dardjat Sasmitamihardja dan Arbayah Siregar (1994), bila stomata membuka maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dan atmosfer. Pada saat tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel, maka uap air dari rongga tersebut akan keluar. Namun ada faktor-faktor lain yang juga berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap laju transpirasi, seperti intensitas cahaya, kelembapan, suhu udara, kecepatan angin, dan kadar air tanah.

Distribusi stomata sendiri berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain dengan jarak tertentu.

Dalam batas tertentu, maka makin banyak porinya makin cepat penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang yang satu akan

25

menghambat penguapan lubang dekatnya. Hal ini karena jalan yang ditempuh molekul-molekul air yang lewat lubang itu tidak lurus melainkan membelok akibat pengaruh sudut sudut sel-sel penutup. Bentuk stomata yang oval lebih memudahkan mengeluarkan air daripada bentuk bundar. Selain faktor luar yang mempengaruhi laju transpirasi, faktor dalam misalnya ketebalan daun, jumlah stomata/mm2, adanya kutikula, banyak sedikitnya trikoma atau bulu daun, dan bentuk serta lokasi stomata di permukaannya juga mempengaruhi laju transpirasi.

Jumlah dan Kepadatan Stomata

Jumlah stomata terbanyak yang ditemukan terdapat pada jenis pohon kesambi (Schleichera oleosa) sebanyak 2229 stomata dan jenis pohon dengan jumlah stomata paling sedikit pada pohon tampui (Baccaurea macrocarpa) sebanyak 6 stomata. Adapun berdasarkan kerapatannya stomata jenis pohon di kampus USU memiliki kategori tinggi, sedang dan rendah (Tabel 3).

Menurut Dwidjoseputro (1994) dalam Putriani (2019) jumlah stomata dalam daun dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tebal dan tipisnya daun yang diamati, juga banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun. Bahkan untuk melakukan pengamatan daun itu sendiri, tebal daun, getah dan bulu pada permukaan daun mempengaruhi untuk mendapatkan gambar stomata yang ingin didapat. Untuk mendapatkan hasil yang baik, sering kali harus mengulang-ulang untuk mendapatkan gambar yang jelas. Marpaung dkk (2013) menjelaskan bahwa jumlah stomata pada tumbuhan sendiri dipengaruhi oleh tempat tumbuhan tersebut tumbuh seperti intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman tersebut.

Biasanya tumbuhan yang tumbuh ditempat dengan intensitas cahaya yang tinggi akan memiliki jumlah stomata yang lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan yang tumbuh ditempat dengan intensitas cahaya yang minim.

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 3, jumlah stomata dengan tingkat kerapatan stomata nilainya berbanding lurus. Untuk hasil pengamatan pada kerapatan stomata sendiri untuk tumbuhan jenis kesambi (Schleichera oleosa) juga memiliki nilai kerapatan paling tinggi sedangkan tampui (Baccaurea macrocarpa) memiliki nilai kerapatan stomata terendah. Menurut Qosim dkk (2007) dalam Mokodompit (2014) kerapatan stomata pada tumbuhan berkaitan

26

dengan ukuran stomata. Jika stomata berukuran besar biasanya kerapatan stomata nya akan rendah begitu juga sebaliknya. Menurut Mokodompit (2014) kerapatan stomata pada tumbuhan mempengaruhi proses transpirasi dan fotosintesis pada tumbuhan.

Salah satu bentuk bahwa tempat tumbuh/ lingkungan dari tumbuhan mempengaruhi ukuran dari stomata tumbuhan tersebut ialah polusi udara yang diterima oleh tumbuhan. Hal ini diungkapkan oleh Rai (2016) yang mengungkapkan bahwa polusi dari udara yang terima oleh tumbuhan dapat menyebabkan perubahan yang cukup besar pada ukuran stomata bahkan dapat merubah kondisi morfologi pada daun. Dengan mengetahui jenis stomata pada daun, ukuran stomata dan kerapatan stomata pada tumbuhan kita dapat mengetahui hal-hal yang mendukung dan menghambat transpirasi dan fotosintesis pada tumbuhan tersebut.

Kerapatan dan jumlah stomata sangat dipengaruhi dari intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman hal ini diungkapkan oleh Widiastuti dkk (2004) dalam Khoiroh (2014) yang juga mengungkapkan bahwa dikarenakan oleh hal inilah maka sangat berpengaruh dalam proses fotosintesis tumbuhan dan keefektivitasan nya dalam fotosintesis. Lupitasari (2020) mengungkapkan jika intensitas cahaya yang diterima oleh tumbuhan sedikit, maka proses fotosintesis pada tumbuhan pun akan terhambat. Hal ini menyebabkan hasil produk dari fotosintesis yaitu O2 maka akan sedikit pula.

(a) (b)

27

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 5. Overlay Hasil Pengamatan Jumlah dan tingkat Kepadatan Stomata Dari Berbagai Jenis Pepohonan Dikawasan Kampus Universitas Sumatera Utara. (a) angsana (Pterocarpus indicus) dan (b) asam gelugur (Garcinia atroviridis) Kerapatan Rendah , (c) akasia mangium (Acacia mangium) dan (d) anyang-anyang (Elaeocarpus grandiflorus) Kerapatan Sedang, (e) asam keranji putih (Dialium indum) dan (f) bangkirai (Shorea laevis) Kerapatan Tinggi.

Jumlah stomata pada tumbuhan juga berpengaruh terhadap kemampuan tumbuhan dalam menyerap karbon dioksida yang mana merupakan produk awal yang dibutuhkan tumbuhan untuk berfotosintesis hal ini diungkap oleh Steven (2006) yang mengungkapkan bahwa jumlah stomata yang terdapat pada tumbuhan berpengaruh terhadap penyerapan karbon dioksida. Tumbuhan yang pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitar dapat menagalami perubahan-perubahan seperti perubahan ukuran stomata dan kerapatan stomata.

Seperti hal yang diungkapkan oleh Munir (2019) yang menyatakan kerapatan stomata pada tumbuhan juga dipengaruhi oleh paparan polusi yang diterima oleh tumbuhan. Pernyataannya didukung oleh Mutaqin dkk (2016) yang mengungkapkan bahwa polutan yang masuk kedalam stomata dapat merusak sel stomata pada tumbuhan jika jumlah polutan yang diterima oleh tumbuhan dalam jumlah yang cukup banyak.

28

Dokumen terkait