• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gunung Guntur saat ini masih tergolong gunungapi aktif yang sedang beristirahat sejak letusan terakhir pada tahun 1847. Masa istirahat yang panjang ini mengisyaratkan bahwa Gunung Guntur bisa meletus dalam waktu dekat atau masih akan beristirahat lebih lama lagi. Rata-rata setiap bulan tercatat 20-30 kali event gempa terjadi di gunung Guntur.

Berdasarkan laporan Pos Pengamatan Gunung Api Guntur bulan Juni 2016, pengamatan visual pada gunung Guntur tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan dan terjadi penurunan jumlah gempa vulkanik. Gempa vulkanik pada bulan bulan Mei 2016 yang mencapai 109 kali event gempa yang terbagi menjadi 68 Vulkanik A dan 41 Vulkanik B sedangkan bulan Juni tercatat 20 kali gempa Vulkanik A dan 19 kali gempa vulkanik B.

Data seismik yang diteliti merupakan data sekunder berupa rekaman gelombang gempa gunung Guntur periode Juni 2016 yang diperoleh dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Dapat dikatakan penulis merupakan peneliti pasif, karena tidak terjun langsung mengamati pergerakan gelombang gempa setiap harinya. Sehingga data rekaman waveform yang didapat tidak cukup baik.

Data seismik sekunder tercatat dari 7 seismograf type L4C yang berada di 7 lokasi stasiun yaitu Citiis, Sodong, Kabuyutan, Kiamis, Legokpulus, Masigit dan Papandayan. Stasiun terdekat dengan kawah gunung Guntur adalah stasiun Masigit (MSG) yang berjarak 50 meter dari kawah gunungapi Guntur sedangkan Pos Pengamatan Gunungapi Guntur berada di stasiun Citiis.

Seperti yang diketahui apabila jaringan seismometer tersebar kearah longitude maka hasilnya (koordinat hiposenter) akan akurat pada komponen longitude saja, begitu pula sebaliknya. Stasiun seismik yang menggunakan 3 komponen pengamatan yaitu MIS dan LGP tidak dimasukkan kedalam data penelitian, peneliti hanya memasukkan data stasiun CTS, SDG, MSG, PPD dan KBY yang menggunakan seismometer komponen vertikal L4C.

Pada penelitian “Penentuan Sebaran Episenter dan Hiposenter Gunungapi Guntur Jawa Barat Berdasarkan Data Seismik Bulan Juni Tahun 2016” diperoleh hasil

37 waktu kedatangan gelombang Primer (P) dan gelombang Sekunder (S) terdapat pada lampiran 1, peta persebaran episenter dan hiposerter, serta klasifikasi gempa vulkanik berdasarkan kedalaman episenter gempa.

Arrival time hasil penentuan waktu tiba gelombang Primer (P) dan gelombang Sekunder (S) gempa menggunakan LS7_WVE kemudian ditulis sesuai ketentuan pada Tabel 2 menggunakan software GAD lalu di run pada GADtester kemudian muncul nilai koordinat X,Y,Z dengan satuan kilometer (km) dan dikonversikan menjadi satuan UTM (LAMPIRAN 2). Penulis terlebih dahulu men-sortir gempa yang kedalamannya kurang dari 10 km untuk di lanjutkan ke Software Origin 8.0. Data yang telah disortir kemudian dicopy ke program Origin 8.0 untuk dilakukan pemetaan sebaran episenter dan hiposenter. Dibawah ini merupakan gambar hasil pemetaan episenter dan hiposenter gempa gunung Guntur bulan Juni tahun 2016.

Gambar 4.1 Hasil pemetaan sebaran Episenter gempa di permukaan bumi Gambar 4.1 menunjukkan sebaran episenter gempa vulkanik dan tektonik yang penyebarannya terdistribusi ke arah yang berbeda dalam gugusan komplek gunungapi Guntur. Persebarannya dominan pada kompleks Guntur-Masigit, dan yang lainnya di daerah Kawah Kamojang (barat). Perubahan episenter yang cukup signifikan

38 dibandingkan dengan data episenter gempa-gempa sebelumnya yang sangat fokus pada area kawah gunungapi Guntur-Masigit-Gandapura.

Gambar 4.2 Hasil pemetaan sebaran Hiposenter ditinjau dari arah utara-selatan

39 Berdasarkan hiposenter dari beberapa gempa yang terjadi pada bulan Juni tahun 2016, diperoleh pusat gempa banyak terjadi pada sekitar kawah gunungapi Guntur-Masigit yang berada pada kedalaman lebih dari 1 hingga 10 km dari puncak. Pola sebaran kedalamannya paling dalam berada tepat dibawah Gunung Guntur. Sumber gempa vulkanik hampir sama dengan bulan dan tahun sebelumnya yang terkonsentrasi secara vertikal di bawah puncak Gunung Guntur dengan kedalaman 0-5 km. Sedangkan gempa tektonik lokal ada pada kedalaman 5-10 km.

Klasifikasi gempa bumi yang digunakan penulis adalah klasifikasi berdasarkan kedalaman gempa. Beberapa sumber menyatakan metode klasifikasi gempa tidak hanya menggunakan kedalaman gempa tetapi juga bisa menggunakan selisih waktu tiba gelombang P dan gelombang S atau disingkat tsp. Data yang diperoleh tidak semuanya menunjukkan waktu tiba gelombang S, oleh karena itu penulis tidak menggunakan metode ini. Dibawah ini merupakan gambar gelombang S yang tidak terdeteksi.

Gambar 4.4 Gelombang S yang tidak terdeteksi.

Dasar klasifikasi yang digunakan penulis untuk menentukan klasifikasi gempa adalah sebagai kedalaman gempa yaitu gempa dengan kedalaman kurang dari 2,5 km diklasifikasikan sebagai gempa vulkanik dangkal (VB) dan gempa dengan kedalaman 2,5-5 km gempa vulkanik dalam (VA). Selain gempa VA dan VB juga terekam gempa Tektonik Lokal, Tektonik Terasa dan Tektonik Jauh. Gempa Tektonik Lokal berada pada kedalaman 5-10 km sedangkan gempa yang kedalamannya lebih dari 10 km dikategorikan sebagai gempa Tektonik Jauh.

Hasil analisa kedalaman gempa, didapatkan kejadian gempa Vulkanik tipe A atau vulkanik dalam terjadi 20 event dan Vulkanik tipe B atau vulkanik dangal terjadi 15 event gempa. Selain itu tercatat juga terjadi gempa tektonik lokal sebanyak 13 event, 1 event gempa tektonik terasa dan gempa tektonik jauh mencapai 60 event gempa.

Laporan pengamatan Pos PGA gunung Guntur mencatat pada tanggal 12 Juni pukul 00:16 WIB terjadi Gempa Tektonik Lokal Terasa arah 23 km barat laut dari

40 puncak gunung Guntur dengan kedalaman gempa 26,8 km. Magnitude gempa 4,8 SR atau setara dengan I MMI dengan ciri-ciri dirasakan hanya oleh beberapa orang, tidak ada getaran serius dan barang-barang tidak bergoyang.

Gambar 4.5. Episenter gempa Tektonik Terasa (USGS, 2016)

Hasil penelitian penulis tidak memasukkan semua data gempa tektonik lokal dan gempa tektonik jauh sebab batasan masalah penulis fokus kepada episenter dan hiposenter gempa serta klasifikasi gempa vulkanik dan gempa yang kedalamannya kurang dari 10 km. Begitu juga dengan hasil persebaran episenter dan hiposenter gempa masih kurang bagus seperti terlihat pada hasil result GADtester nilai probable error lebih dari 1 padahal nilai probable error yang bagus kurang dari 1.

41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari laporan ini adalah:

1. .Gunungapi Guntur tidak menunjukkan adanya perubahan aktivitas yang signifikan dan terjadi penurunan jumlah gempa pada bulan Juni tahun 2016.

2. Sebaran hiposenter dan episenter gempa tampak menyebar dari puncak, beberapa persebarannya ditemukan tenggara dan barat daya dari puncak gunungapi Guntur.

3. Sebaran sumber gempa (hiposenter) vulkanik bulan Juni tahun 2016 hampir sama dengan bulan dan tahun sebelumnya yang terkonsentrasi secara vertikal di bawah puncak Kawah Gunung Guntur dengan kedalaman 0-5 km.

4. 4.Sumber gempa tektonik lokal bulan Juni tahun 2016 terkonsentrasi secara vertikal di bawah puncak Kawah Gunung Guntur dengan kedalaman 5-10 km sedangkan gempa yang kedalamannya lebih dari 10 km dikategorikan sebagai gempa Tektonik Jauh.

5. Kejadian gempa Vulkanik tipe A atau vulkanik dalam terjadi 20 kali dan Vulkanik tipe B atau vulkanik dangal terjadi 15 kali. Kejadian gempa Tektonik Lokal sebanyak 13 kali dan Tektonik Jauh 11 kali.

5.2.Saran

1. Pada saat picking gempa harus lebih teliti karena akan berpengaruh terhadap nilai dan lokasi hiposenter

2. Diperlukan data seismogram dengan periode yang lebih panjang sehingga hasil pemetaan akan lebih bagus

3. Diusahakan nilai probable error pada result GADtester dipilih yang nilainya kurang dari 1.

42 DAFTAR PUSTAKA

Anynomous (2016, Juli 2016). Gempa Bumi. Retrieved from Ilmu Sosial (Kumpulan ilmu Pengetahuan Sosial) web site: http://www.ilmusocial.com/gempa-bumi/

Andreastuti, Supriyati, Taufiqurrohman, Roni, Solihin, Agus. 2012. Profil Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi : Bandung.

Basuki, Ahmad. 2015. Thesis : Penentuan Lokasi Hiposenter Gempa Vulkanik-Tektonik

dan Struktur Kecepatan Gelombang Seismik di Gunung Guntur. Bandung : Institut

Teknologi Bandung. 8-10

Data Dasar Gunungapi Indonesia, Edisi kedua. 2011 : Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Dwicahyani, Harindya Fairuz. 2015. Laporan Praktik Lapangan : Analisis Seismik

Gunung Api Papandayan Jawa Barat Bulan Agustus Tahun 2015. Malang :

Jurusan Fisika Universitas Brawijaya. 1-6

Fadillah, Taruna. 2011. Mitigasi Bencana Gempa Bumi di Sekitar Sesar Lembang. Buletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3 Halaman 1-5.

Hermon, Dedi. 2015. Geografi Bencana Alam. Jakarta : PT. RAJA Grafindo Persada. Pawirodikromo, Widodo. 2012. Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 160-167

Rasjid, S.A., Sumaryono, Sugiyo, dan Kusma. 1985. Laporan Pengamatan Seismik G.

Guntur Citiis Garut Bulan Januari-Februari 1985. Proyek Penyelidikan dan

Pengamatan Gunungapi Direktorat Vulkanologi Nomor 287/DV/1985, p. 1-8

Rosmiyatin dan Basid, Abdul. 2012. Penentuan Sebaran Hiposenter Gunung Merapi

Berdasarkan Data Gempa Vulkanik Tahun 2006. Jurnal Neutrino Vol 4, No 2 April

2012, 188-200.

Sudradjat, Adjat. 2000. Seputar Gunung Api dan Gempa Bumi. Bandung : Ilham Jaya. Sudradjat, Adjat, Modjo, Subroto, dan S., Kartijoso. 1991. Berita Berkala Vulkanologi

Edisi Khusus G. Guntur No. 169 Tahun 1991. Direktorat Vulkanologi

Sulaeman, Cecep. 1997. Hypocentral Distribution and Focal Mechanisms at Some

Volcanoes in Indonesia (Anak Krakatau, Guntur, Sangeangapi, and Ili Lewoto.

Japan International Cooperation Agency. 6-10

Santosa, Imam. 2011. Pemahaman Masyarakat pada Peta Kawasan Rawan Bencana

43 Suparma, Yasa, dkk. 2010. Simulasi Perhitungan Waktu Tempuh Gelombang dengan

Metoda Eiknal : Suatu Contoh Aplikasi dalam Estimasi Ketelitian Hiposenter Gempa. Buletin Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi , Volume 5 Nomor

1, Januari 2010, 1-6

Telford, W.M, Geldart, L.P, Sheriff, R.E. Applied Geophysics Second Edition. Cambridge University Press

44

45

Dokumen terkait