• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK GEMPA VULKANIK GUNUNG GUNTUR JAWA BARAT SEBARAN HIPOSENTER DAN EPISENTER BERDASARKAN DATA SEISMIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK GEMPA VULKANIK GUNUNG GUNTUR JAWA BARAT SEBARAN HIPOSENTER DAN EPISENTER BERDASARKAN DATA SEISMIK"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

1 KARAKTERISTIK GEMPA VULKANIK GUNUNG GUNTUR JAWA BARAT

SEBARAN HIPOSENTER DAN EPISENTER BERDASARKAN DATA SEISMIK

OLEH

Ni Komang Tri Suandayani, SSi, MSi Ir.S. Poniman, M.Si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

2 HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

1. Judul : Karakteristik Gempa Vulkanik Gunung Guntur Jawa Barat, Sebaran Hiposenter dan Episenter Berdasarkan Data Seismik 2. Ketua Peneliti :

a. Nama Lengkap : Ni Komang Tri Suandayani. SSi.MSi b. Jenis Kelamin : Permpuan

c. NIP/NIDN 197012171999032001 d. Jabatan ; Lektor

e. Fak/ Jurusan : MIPA/Fisika

f. Alamat : Jalan Pakis Aji VIII/2

g. Tlp/Email : 081246710373/ tri.suandayani@gmail.com 3.Nama Anggota Peneliti : Ir. S. Poniman, M.Si

Mengetahui Bukit Jimbaran 17 Januari 2017 Ketua jurusan Fisika Ketua Peneliti

(Ir.S.Poniman, M.Si ) ( Ni Km Tri Suandayani,SSi.M.Si) NIP, 195606061987031001 NIP, 197012171999032001

Mengetahui Dekan FMIPA UNUD

( Drs Ida Bagus Made Suaskara, M.Si) NIP. 196606111997021001

(3)

3

Karakteristik Gempa Vulkanik Gunung Guntur Jawa Barat, Sebaran Hiposenter Dan Episenter Berdasarkan Data Seismik

Ni Komang Tri Suandayani Ir. S. Poniman. M.Si

Jurusan Fisika Universitas Udayana

ABSTRAK

Gunung Guntur di Jawa Barat merupakan salah satu gunung aktif di Indonesia yang terletak di Kabupaten Garut Jawa Barat. Letusan terakhir terjadi pada tahun 1847, namun sampai saat ini aktivitas kegempaannya cukup tinggi yaitu 20-30 event gempa setiap bulannya. Prinsip dari penelitian ini dilakukan dengan menentukan sebaran episenter dan hiposenter gempa berdasarkan data seismik gempa bulan Juni tahun 2016 yang berupa data sekunder dari data hasil rekaman (seismogram) Gunungapi Guntur pada 7 stasiun seismometer yaitu stasiun Sodong, Citiis, Kiamis, Masigit, Papandayan, Legokpulus dan Kabuyutan. Data gempa yang berbentuk diolah dengan menggunakan software

LS7_WVE, GAD (Geiger’s Method with Adaptive Damping), dan Origin 8.0. Pemantauan aktivitas Gunung Guntur berdasarkan data seismik bulan Juni tahun 2016 dapat disimpulkan bahwa pusat gempa vulkanik pada kedalaman 0-5 km dari puncak tidak mengalami perubahan signifikan dengan hiposenter gempa VA dan VB tahun-tahun sebelumnya, tetapi untuk gempa-gempa yang Tektonik (Lokal, Terasa dan Jauh) hiposenternya pada kedalaman lebih dari 5 km.Pola sebaran kedalamannya semakin dalam berada tepat dibawah Gunung Guntur. Persebaran episenter menunjukkan persebaran dari Guntur-Masigit dan beberapa di kawasan Kamojang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Guntur cenderung berkurang dari bulan Mei ke Juni tahun 2016.

(4)

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kaena telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Karakteristik Gempa Vulkanik Gunung Guntur Jawa Barat, Sebaran Hiposenter dan Episenter Berdasarkan Data Seismik” ini dengan baik.

Penulis juga tak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan serta kritik dan saran sehinga penulis dapat menyelesaikan makalah ini,

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak luput dari berbagai kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis berharap kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dapat membantu dalam menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap supaya karya ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca.

Denpasar, Januari 2017 Penulis

(5)

5

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul ... i Lembar Pengesahan ... ii Abstrak ... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix Daftar Lampiran ... x BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Batasan Masalah ... 3 1.3 Rumusan Masalah ... 3 1.4 Tujuan Masalah ... 3 1.5 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... . 2.1 Gunungapi ... 5 2.2 Gempa Bumi ... 7 2.2 Gelombang Gempa ... 11 2.4 Gunung Guntur ... 15 2.4.1 Kondisi Geologi ... 19 2.4.2 Sejarah Letusan ... 21 2.4.3 Aktivitas Seismik ... 22 2.4.4 Pemantauan Gunungapi ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

(6)

6

3.2 Jenis Data ... 25

3.3 Alat dan Bahan ... 25

3.4 Metode Penelitian ... 24

3.5 Cara Kerja Pengolahan Data ... 26

3.6 Metode Analisis Data ... 33

3.7 Diagram Alur ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

5.1 Kesimpulan ... 40

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(7)

7

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Ilustrasi kedatangan gelombang gempa ... 14

Gambar II.2. Gunung Guntur ... 19

Gambar II.3. Peta Geologi gunung Guntur ... 21

Gambar II.4 Sebaran Hiposenter kompleks gunung Guntur ... 23

Gambar III.1. Tampilan data seismik gunung Guntur tanggal 1 Juni 2016 ... 26

Gambar III.2. Tampilan data seismik tanpa Data Value ... 26

Gambar III.3. Tampilan gelombang yang sudah diperjelas ... 27

Gambar III.4. Gelombang gempa ... 27

Gambar III.5. Tampilan Station.DAT ... 28

Gambar III.6. Tampilan Velocity.DAT ... 28

Gambar III.7. Tampilan Arrival.DAT ... 29

Gambar III.8. Tampilan Result.DAT ... 30

Gambar III.9. Workbook Episenter ... 31

Gambar III.10. Jendela Layer Properties episenter ... 31

Gambar III.11. Jendela Layer Properties hiposenter utara-selatan ... 32

Gambar III.12. Jendela Layer Properties hiposenter barat-timur ... 32

Gambar IV.1. Hasil pemetaan sebaran episenter gempa di permukaan bumi ... 36

Gambar IV.2. Hasil pemetaan sebaran hiposenter ditinjau dari arah utara-selatan ... 37

Gambar IV.3. Hasil pemetaan sebaran hiposenter ditinjau dari arah barat-timur ... 37

Gambar IV.4. Gelombang S yang tidak terdeteksi ... 38

(8)

8

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1. Sejarah letusan gunung Guntur ... 21 Tabel II.2 Lokasi Stasiun pemantau gunungapi Guntur ... 24 Tabel III.1 Penulisan Arrival.DAT ... 29

(9)

9

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Gempa ... 43 Lampiran 2. Data Hiposenter ... 46

(10)

10

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu aspek Geofisika yang akan dipelajari adalah proses geologi. Proses geologi sering disebut suatu proses alamiah yang berjalan sepanjang masa dan proses ini (endogen dan eksogen) akan membentuk, mempertahankan, dan merubah bentuk bentang alam. Proses geologi tersebut selain merubah bentuk bentuk bentang alam juga dapat menghasilkan sumberdaya geologi mineral logam dan non logam serta sumberdaya energi seperti minyak bumi dan panas bumi. Selain itu, proses geologi dapat pula menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia seperti pergerakan lempeng dan aktivitas magma.

Secara Geografis, sebagian besar wilayah Indonesia berada di kawasan rawan bencana. Bencana alam di Indonesia disebabkan karena Indonesia terletak di antara tiga pertemuan lempeng aktif dunia, yaitu lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara, lempeng Eurasia yang bergerak ke selatan, dan lempeng Pasifik yang bergerak dari timur ke barat. Akibat dari pertemuan ketiga lempeng tersebut menyebabkan terjadinya penekanan pada lapisan bawah bumi yang mengakibatkan wilayah negara kepulauan Indonesia memiliki morfologi yang bergunung-gunung dan relief yang relatif kasar (Hermon, 2015)

Di Indonesia, penelitian, analisis dan mitigasi kebencanaan dilaksanakan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). PVMBG merupakan sebuah badan di bawah naungan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia. Awal berdirinya PVMBG. Tugas utama dari PVMBG adalah melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan dibidang mitigasi dan bencana geologi. Mitigasi bencana geologi yang dimaksud merupakan usaha-usaha untuk mengurangi korban jiwa dan harta pada bencana geologi yaitu Gunungapi, Gerakan Tanah, Gempa Bumi dan Tsunami.

Indonesia mempunyai 500 gunungapi, 128 diantara tergolong aktif. Gunung api dapat dikatakan aktif apabila aktivitas dalam gunung dapat diamati. Aktivitas gunungapi

(11)

11 tidak harus aktivitas letusan, tetapi aktivitas harian gunung, seperti gempa vulkanik, gempa tektonik, gempa tremor dan lainnya.

Gunung Guntur merupakan salah satu gunungapi aktif di Indonesia. Dalam catatan sejarahnya gunungapi ini sering kali meletus baik secara eksplosif (ledakan) maupun leleran lava yang dapat membahayakan daerah sekitarnya. Antara 1800-1847 tercatat tidak kurang dari 21 kali letusan. Letusan itu berulang-ulang dalam tempo yang pendek, berlangsung paling lama 5-12 hari. Pada umumnya kegiatan gunung api ini terbatas pada letusan abu. Sedang letusan besar yang terjadi berkisar antara 11-90 tahun. Dari semua kegiatan yang diketahui, letusan pada 1690 dan 1841 merupakan dua dari diantara letusan paling hebat yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda (Kusumadinata, 1979 dalam Rasjid 1985).

Data kegempaan Gunung Guntur selama 20 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah gempa vulkanik. Jumlah gempa vulkanik pada bulan Oktober 1997, Mei 1999, November 2002, dan Juni 2005 telah melebihi angka 100. Kemudian pada bulan September 2011 jumlah gempa vulkanik meningkat menjadi 277 gempa dan pada bulan September 2013 kembali meningkat menjadi 348 gempa (Basuki, 2015).

Adanya peningkatan kegempaan ini tentunya harus diantisipasi dengan baik. Salah satu bentuk antisipasi adalah dengan melakukan mitigasi terhadap aktivitas vulkanik yang terjadi dan memonitoring kegempaan dibawah Gunung Guntur. Hal ini perlu dilakukan mengingat banyaknya jumlah penduduk yang bermukim di sekitar Gunung Guntur.

Setiap gunungapi mempunyai pos Pengamatan Gunung Api (PGA) yang tersebar di area gunung. Dari pos PGA inilah tercatat aktivitas-aktivitas gunungapi, salah satunya aktivitas seismik. Pos PGA gunung Guntur mempunyai 7 stasiun pengamatan yang berada dibeberapa tempat yaitu Sodong, Kiamis, Citiis, Masigit, Papandayan, Legokpulus dan Kabuyutan.

Pemantauan aktivitas Gunung Guntur mempunyai beberapa metode, salah satu metode yang digunakan adalah Metode seismik. Metode seismik menunjukkan aktivitas dan informasi mengenai kegempaan pada gunungapi yang berbentuk gelombang

(12)

12 seismik. Metode ini merupakan metode yang tepat untuk melakukan pemantauan aktivitas kegempaan pada Gunung Guntur mengingat aktivitas letusan Gunung Guntur di masa lampau tidak hanya dikontrol oleh aktivitas magmatik dan vulkanik, tetapi juga aktivitas tektonik (Sadikin, 2008). Gelombang seismik kemudian dianalisis agar diperoleh hasil aktivitas kegempaan yang berupa gempa vulkanik dan gempa tektonik maupun gempa-gempa lain yang tercatat pada seismograf.

Pada penentuan hiposenter dan episenter gempa, software yang digunakan penulis adalah Geiger’s methods with Adaptive Damping atau lebih umum disebut software GAD. GAD (Geiger’s Adaptive Damping) merupakan salah satu software yang umum digunakan untuk penentuan posisi hiposenter terutama dalam penentuan lokasi hiposenter gempa didaerah gunungapi atau daerah yang mempunyai jarak yang relatif dekat antara sumber gempa dan penerima (receiver). Data yang harus dipersiapkan untuk menjalankan program ini adalah data waktu tiba, posisi seismometer dan struktur kecepatan. ( Suparman, 2010)

1.2 Batasan Masalah

Agar tidak menyimpang dari permasalahan dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan maka, penulis membatasi permasalahan yaitu hanya membahas sebaran hiposenter dan episenter Gunung Guntur pada bulan Juni tahun 2016, serta klasifikasi gempa yang terjadi

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana melakukan pemetaan sebaran episenter dan hiposenter gempa Gunung Guntur bulan Juni tahun 2016. Hipotesis menyatakan bahwa gunung Guntur mengalami gempa 20-30 kali setiap bulannya. Untuk memudahkan identifikasi masalah, penulis merinci kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut

1. Bagaimana sebaran episenter dan hiposenter gempa Gunung Guntur bulan Juni tahun 2016?

2. Bagaimana klasifikasi gempa berdasarkan data seismik Gunung Guntur bulan Juni tahun 2016?

(13)

13 1.4 Tujuan Masalah

1. Mengetahui sebaran episenter dan hiposenter gempa Gunung Guntur bulan Juni tahun 2016

2. Mengetahui klasifikasi gempa berdasarkan data seismik Gunung Guntur bulan Juni tahun 2016.

(14)

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Gunungapi

Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Material yang dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung (PVMBG, 2015)

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif yaitu lempeng Eurasia, Pasifik dan indo-Australia yang menyebabkan terbentuknya gunung api, morfologi berbukit dan sumber gempa. Kondisi yang demikian menyebabkan Indonesia rawan terhadap bencana geologi seperti letusan gunung api, gerakan tanah, gempa bumi, dan tsunami (Santosa, 2001)

Akibat pertemuan ketiga lempeng tersebut menyebabkan terjadinya penekanan pada lapisan bawah bumi yang mengakibatkan wilayah negara kepulauan Indonesia memiliki morfologi yang bergunung-gunung dan relief yang relatif kasar. Indonesia juga dilalui dua jalur pegunungan aktif di dunia yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania. Sirkum Pasifik meliputi kepulauan di bagian utara Pulau Sulawesi dan sebagian wilayah Maluku Utara. Sirkum Mediterania dibagi menjadi dua bagian yaitu busur yang masih aktif (inner arc) dan busur luar yang sudah tidak aktif lagi (outer

arc). Inner arc mencakup gunung api yang terdapat pada bagian daratan Pulau

Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara, Flores, dan sebagian Pulau Sulawesi dan berakhir di Laut Banda. Outer arc meliputi kepulauan yang terdapat di bagian barat Pulau Sumatera seperti Pulau Mentawai, Sipora, Siberut, Nias, Enggano terus ke pantai Selatan Jawa, dan Kepulauan Nusa Tenggara meliputi Pulau Sumba, dan Pulau Rote.Dinamika Geologi Indonesia terus terjadi akibat siklus gempa di pantai barat Sumatera dalam 12 tahun terakhir, menyebabkan terjadinya anomali kerentanan dan perubahan batimetri kelautan serta terbentuknya seamount di sekitar Palung Jawa (Hermon, 2015)

(15)

15 Indonesia juga merupakan negara cincin api di dunia karena dikelilingi oleh deretan gunungapi aktif dari barat hingga ke timur. Oleh sebab itu, berbagai fenomena seperti gempa bumi dan erupsi gunung api sering terjadi di Indonesia. Kemunculan deretan gunungapi tersebut disebabkan ole faktor geologis, yaitu letak Indonesia yang berada pada zona pertemuan 3 lempeng aktif dunia, yaitu Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Oleh sebab itu, berbagai fenomena seperti gempa bumi dan erupsi gunungapi sering terjadi di Indonesia. Faktor tersebut juga menyebabkan Indonesia kaya akan sumber daya alam dan kaya juga akan bencana (Setiawan, 2014 dalam Hermon, 2015)

Pergerakan antar lempeng pada bumi menimbulkan 4 busur gunung api yang berbeda (Santosa, 2011)

1. Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk busur gunung api tengah samudera.

2. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudra menunjam kebawah kerak bemua. Akibat gesekan antar kerak tersebut, terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunung api di tepi benua.

3. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau patahan. Rekahan atau patahan tersebut menjadi jalan ke permukaan lelehan batuan atau magma sehingga membentuk busur gunung api tengah benua atau banjir lava sepanjang rekahan.

4. Penipisan kerak samudera akibat pergeseran lempeng memberikan kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunungapi perisai. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi bentuk dan bentang alam gunungapi terdiri atas

1. Gunungapi Kerucut (Strato), dibentuk oleh endapan piroklastik atau lava, bisa keduanya.

2. Gunungapi Kubah (Dome Vulcano), dibentuk oleh terobosan lava di kawah yang membentuk seperti kuba yang mengisi lubang kawah

(16)

16 3. Gunungapi Kerucut Sinder (Cinder Cone), merupakan kerucut magmatik

yang dibentuk oleh perlapisan material sinder atau skoria

4. Gunungapi Maar, tuff ring atau tuff cone biasanya terbentuk pada lereng atau kaki gunungapi utama akibat erupsi freatik atau freatomagnetik dari telutusan eksplosif

5. Gunungapi Plateau, dataran tinggi yang dibentuk oleh pelamparan lelehan lava

6. Gunungapi Kaldera, dibentuk pada saat tanah amblas akibat letusan eksplosif

7. Gunungapi Perisai (Shield Volcano), terbentuk dari adanya letusan, melainkan lebih karena adanya aliran lava basal bersifat tipis dan basa. 2.2 Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam bumi secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Dalam pembagiannya, gempa bumi dibedakan menjadi dua, yaitu gempa bumi tektonik dan gempa bumi vulkanik. Gempa bumi vulkanik terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasanya terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi, maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa disekitar gunung api tersebut (Fadillah, 2011)

Setiap kejadin gempa bumi akan menghasilkan informasi seismik berupa rekaman sinyal berbentuk gelombang yang setelah proses manual maupun non manual akan menjadi data. Informasi seismik selanjutnya mengalami proses pengumpulan, pengolahan dan analisa sehingga menjadi parameter gempa bumi. Ketelitian dalam penentuan parameter gempa tersebut akan menentukan kualitas informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat (Bolt, 1978 dalam Dwicahyani, 2015)

Klasifikasi kegempaan pada gunungapi dengan dasar pada klasifikasi Minakami dan Shimozuru dengan beberapa modifikasi.

Pada saat ini klasifikasi gempa yang dipakai bagi pemantauan aktivitas seismik adalah sebagai berikut:

(17)

17 1. Gempa Vulkano-Tektonik A = Deep Volcanotectonic Event (VTA)

Sumber dari tipe gempa ini terletak di bawah gunungapi pada kedalaman 2 sampai 5 km (klasifikasi Minakami menyatakan kedalaman gempa vulkanik A lebih besar dari 2 km), biasanya muncul pada gunungapi yang aktif. Gempa tipe A dapat disebabkan oleh adanya magma yang naik ke permukaan yang disertai rekahan-rekahan. Ciri utama dari gempa tipe A ini adalah selisih waktu tiba gelombang Primer (P) dan gelombang Sekunder (S) sampai 5 detik dan berdasarkan sifat fisisnya, gempa ini bentuknya mirip dengan gempa tektonik. Frekuensi dominan gempa, dari analisa data frekuensi rekaman seismogram berkisar antara 5 dan 8 Hz.

2. Gempa Vulkano-Tektonik B = Shallow Volcanotectonic Event (VTB)

Sumber gempa vulkanik tipe B diperkirakan kurang dari 1 km dari kawah gunungapi yang aktif (klasifikasi Minakami, kedalaman type B kurang dari 3-2 km). Gerakan awalnya cukup jelas dengan waktu tiba gelombang S yang tidak jelas dan mempunyai nilai magnitudo yang kecil. Selisih waktu tiba gelombang p dan gelombang s kurang dari 1 detik. Gempa jenis ini bersumber pada kedalaman kurang dari 1 km di bawah puncak dengan

impulse pertama yang cukup jelas walaupun kadang-kadang sedikit emergent. Frekuensi dominan gempa berkisar antara 4 dan 7 Hz.

Keterangan :

H = Hiposenter

Vs = Kecepatan Gel. Sekunder Vp = Kecepatan Gel. Primer D = Kedalaman (km)

Gambar II.1 Ilustrasi Kedatangan Gelombang Gempa

Dari gambar diatas dapat untuk mencari kedalaman sumber gempa dapat dilakukan dengan menggunakan selisih waktu tiba gelombang P dan gelombang S.

Lebih jelasnya dijabarkan pada rumus berikut ini. =

(18)

18 = ( ) ( ) = ( - =

Dari rumus diatas, nilai dapat digunakan secara langsung untuk menentukan klasifikasi gempa seperti ketentuan dibawah ini.

< 1 detik = Vulkanik B 1 < < 4 detik = Vulkanik A

4 < < 6 detik = Tektonik Lokal

> 6 detik = Tektonik Jauh 2.3.Gelombang Gempa

Jika suatu gangguan/gempa terjadi di dalam bumi, dua jenis gelombang elastis yang dipancarkan keluar dari pusat gempa ke segala arah. Selisih waktu rambat antara kedua gelombang tersebut ( ) akan terus bertambah sesuai dengan pertambahan jarak

tempuh kedua gelombang tersebut (Rasjid, 1985).

Pada saat terjadi gempa, energi regangan (strain energy) yang dilepaskan akibat pecah/gesernya batuan karena peristiwa mekanik (desak, geser, tarik) kemudian ditransfer menjadi energi gelombang. Dari pusat gempa (hiposenter) gempa akan merambat ke segala arah yang salah satu arahnya adalah mencapai permukaan tanah. Sebelum mencapai alat pencatat, gelombang gempa akan melewati bermacam-macam kondisi lapisan tanah, sebagian gelombang akan dipantulkan, dibiaskan, dan ada pula yang bergerak sepanjang permukaan tanah (Pawirodikromo, 2012)

Pawirodikromo (2012) membedakan energi gelombang gempa menjadi gelombang bodi (body waves) yaitu gelombang yang menjalar di dalam bumi dan gelombang permukaan (surface waves) yaitu gelombang yang menjalar di permukaan

(19)

19 tanah. Gelombang bodi terdiri atas primary wave (P-wave) dan secondary wave

(S-wave). Sementara itu gelombang permukaan juga terdiri dari gelombang Rayleigh (

R-wave). Masing-masing gelombang mempunyai karakter yang berbeda-beda baik kecepatan, arah gerakan gelombang dan gerakan partikel. Untuk lebih jelasnya dijelaskan sebagai berikut:

1. Gelombang Primer (P-wave)

Gelombang primer (P-wave) adalah gelombang bodi atau gelombang yang menjalar dalam tubuh bumi yang mempunyai kecepatan paling tinggi. Gelombang ini kadang dinamai sebagai longitudinal wave (gelombang longitudinal. Gelombang ini mempunyai 3 sifat pokok, yaitu:

a. Gerakan partikel searah dengan rambatan gelombang, sehingga elemen batuan kadang-kadang mampat (compression) dan merenggang (dilatation),

b. Dapat merambat ke media solid, cair (air, magma) dan gas/udara c. Mempunyai kecepatan tertinggi dibanding dengan gelombang yang

lain

Bolt (1975) mengatakan bahwa gelombang primer merambat fokus ke segala arah sampai ke permukaan tanah bahkan dapat merambat ke udara dalam bentuk suara yang dapat didengar oleh binatang. Gelombang ini mempunyai kecepatan yang bervariasi dan bergantung pada banyak hal diantaranya adalah mass density (ρ), piosson’s ratio (v), elastic modulus (E), shear

modulus (G) dan bulk modulus (K).

2. Gelombang Sekunder (S-wave)

Gelombang bodi yang lebih lambat adalah gelombang geser atau S-wave. Gelombang ini kadang kadang-disebut transve wave (gelombang transversal). Hal ini karena arah grakan partikel akan tegak lurus terhadap arah rambatan gelombang. Sifat-sifat gelombang S adalah:

a. Menimbulkan efek geser (seperti gelombang air)

b. Gerakan partikel tegak lurus terhadap rambatan gelombag

c. Walaupun sifatnya mirip gelombang air, tetapi gelombang S tidak dapat merambat melalui air atau zat cair

(20)

20 Gelombang S sebenarnya masih terbagi menjadi 2 jenis yaitu S-V wave, yaitu gelombang sekunder yang arah rambatannya vertikal (dengan gerakan partikel ke arah horisontal) dan S-H wave adalah gelombang sekunder yang yang arah rambatan dan arah gerakan partikel horisontal.

3. Gelombang Rayleigh ( R- wave)

Letak hiposenter (kedalaman gempa) dapat ditentukan dengan mencatat secara sistematik deviasi waktu datangnya gelombang primer dan gelombang panjang menggunakan suatu alat yang bernama seismograf. Makin besar deviasinya maka makin dalam hiposentrumnya. Model pengukuran hiposenter pertama ditemukan oleh seorang Italia bernama Guiseppe Mercalli tahun 1902. Skala pengukuran yang biasa digunakan adalah Skala Ritcher yang menggunakan hasil pengukuran seismograf untuk membandingkan kekuatan dan luasnya gempa yang terjadi.

Seismograf modern menggambarkan gerakan tanah pada kertasyangditempelkan

pada silinder yang berputar. Hasil yang berupa garis bergelombang pada grafik membentuk seismogram yang dapat dicetak atau ditempilkan pada layar komputer. Semakin besar gempa bumi yang terjadi, gerakan tanahnya juga semakin kuat, dan puncak yang tergambar pada seismogram juga semakin tinggi. Seismograf dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.

1. Seismograf horizontal, yaitu seismograf yang mencatat gempa bumi dengan arah mendatar. Seismograf tersebut terdiri atas sebuah massa stasioner yang digantung dengan tali panjang pada sebuah tiang yang tinggi. Pada massa stasioner tersebut, dipasang jarum yang ujungnya disentuhkan pada permukaan silinder dan diputar seperti jarum jam. Tiang penopang dipancangkan di tanah. Pada waktu gempa, silinder bersama bumi bergetar, sedangkan masa stasioner tidak terpengaruh oleh getaran ini, sehingga terbentuklah goresan pada silinder. 2. Seismograf vertikal, yaitu seismograf yang mencatat gelombang berarah

vertikal. Massa stasioner pada seismograf ditahan oleh sebuah tangkai yang dipasang pada sebuah tiang dengan engsel. Tangkai tersebut bersamaan dengan massa stasioner ditahan oleh sebuah pegas untuk mengimbangi gravitasi bumi.

(21)

21 Ujung massa stasioner yang berjarum disentuhkan pada silinder yang dipasang vertikal.

Jaringan Seismometer yang tersebar pada kecenderungan arah tertentu akan akurat pada arah tersebut pula. Misalkan apabila jaringan seismometer tersebar kearah longitude maka hasilnya (koordinat hiposenter) akan akurat pada komponen longitude saja, begitu pula sebaliknya. Oleh karenanya maka jaringan seismometer pada model lebih baik ditempatkanpada posisi yang seimbang baik arah latitude (y) maupun arah longitude (x) ( Suparman, 2010)

2.4.Gunung Guntur

Gambar II.2. Gunung Guntur (Aminullah, 2015 ) Nama Lain : Gunung Gede

Nama Kawah : Kawah Guntur, Kawah Masigit Lokasi : Kabupaten Garut, Jawa Barat Geografi Puncak : 07o8'30" LS dan 107o20' BT Ketinggian : 2249 m

(22)

22 2.4.1 Kondisi Geologi

Gunung Guntur adalah nama sebuah puncak dari suatu kelompok gunungapi yang disebut dengan Komplek Gunung Guntur. Komplek Gunung Guntur ini terdiri atas beberapa kerucut, yaitu Gunung Masigit / Kawah Masigit (2249) yang merupakan kerucut tertinggi. Ke arah tenggara dari Gunung Masigit terdapat kerucut Gunung Parukuyan (2135m) dan Gunung Kabuyutan (2048)

Menurut Buku Data Dasar Gunung Api Indonesia PVMBG, Gunung Guntur tidak berdiri sendiri sebagai kerucut tunggal, yang mana di bagian puncaknya dicirikan dengan adanya kerucut-kerucut tua bekas titik erupsi yang merupakan satu kelompok besar Gunung Guntur. Dari kelompok besar Gunung Guntur ini nampak dua buah kaldera, yaitu Kaldera Pangkalan di sebelah barat dan Kaldera Gandapura di sebelah timur.

Dengan terbentuknya kedua kaldera itu maka terbentuk pula rekahan-rekahan yang memajang dimana kemudian muncul kerucut-kerucut gunungapi, diantaranya Gunung Gajah, Gunung Gandapura, Gunung Agung, Gunung Picung dan Gunung Batususun. Deretan gunungapi yang lebih muda adalah Gunung Masigit, Gunung Sangiang Buruan, Gunung Parupuyan Gunung Kabuyutan dan Gunung Guntur yang merupakan gunungapi termuda dan paling aktif sampai sekarang. Gunung Putri yang terletak agak jauh diselatannya mungkin merupakan salah satu kerucut parasit dari kelompok Gunung Guntur ini. Komplek Gunung Guntur ini di sebelah utara berbatasan dengan dataran tinggi Leles, sedangkan di sebelah timur dan selatan berbatasan dengan dataran tinggi Garut dan di sebelah baratnya berbatasan dengan Gunung Kunci, Sanggar, Rakutak dan Kawah Kamojang.

Morfologi komplek Gunung Guntur mempunyai kemiringan yang sangat bervariasi antara 20 sampai 750. Kemiringan landai umumnya terdapat di daerah pemukiman, seperti Kota Garut, Kadung Ora, Leles, Tarogong dan Cipanas. Sedang kemiringan yang terjal terdapat di sekitar puncak Gunung Guntur.

Purbawinata (1990) menyatakan bahwa bagian paling tua di komplek Gunung Guntur-Gandapura adalah aktivitas vulkanik di Windu-Malang-Putri (domes), Kancing, dan Gandapura. Dari Gandapura, aktivitas vulkanik bergerak ke arah selatan dan tenggara masing-masing di Randukurung dan tengah Putri-Katomas-Cikakak (Basuki, 2015)

(23)

23 Tubuh Gunung Guntur dibangun oleh hasil erupsi eksplosif dan efusif. Hasil erupsi Gunung Guntur sebagian besar berupa aliran lava bongkah masih segar dan saling menindih. Lava yang termuda (hasil erupsi tahun 1840) mengalir dari Kawah Gunung Guntur ke arah tenggara dan selatan dan berakhir di daerah Cipanas (sekitar 300 meter sebelah utara lokasi wisata pemandian Cipanas), dimana ujungnya membentuk morfologi tapal kuda. Aliran Piroklastika tersebar di sebelah tenggara Kawah Gunung Guntur dan sebagian tertutupi oleh aliran-aliran lava Guntur yang lebih muda.

Aliran piroklastika Guntur ada 3 (tiga) jenis, pertama adalah yang tersusun atas blok-blok lava dengan matruk pasir kasar coklat kekuningan, singkapan endapan ini bisa dijumpai di sekitar Kampung Pesantren. Jenis Kedua tersusun atas blok-blok lava dan bom vulkanik dengan matrik pasir kasar dan bersifat kurang padu. Sedangkan yang termuda tersusun atas fragmen lava basaltis dan andesitis serta bom vulkanik dengan struktur kerak roti berwarna abu kehitaman. Aliran piroklastika ini memperlihatkan pola sebaran berbentuk kipas dari Puncak Guntur ke arah tenggara.

Endapan Jatuhan Piroklastika sebagian besar terkonsentrasi di sekitar puncak Gunung Guntur dan menyebar ke arah utara dan tenggara. Endapan tersusun atas Skoria dan litik basaltis berwarna hitam, berukuran halus sampai kasar, berlapis baik denganketebalan berkisar antara 4-34 cm.

(24)

24 2.4.2 Sejarah Letusan

Antara tahun 1800 sampai 1847 tercatat tidak kurang dari 21 kali letusan. Letusan itu berulang-ulang dalam tempo pendek, berlangsung paling lama 5 sampai 12 hari. Periode letusan berselang-selang antara 1,2 dan 3 tahun dan ada kalanya letusan terjadi setelah masa istirahat 6 dan 7 tahun. Berikut tabel sejarah letusan Gunung Guntur yang tercatat. Karakter letusan gunungapi Guntur adalah Eksplosif.

Tahun Aktivitas Letusan

1690 Letusan besar, banyak korban dan daerah rusak 1770 Tidak ada keterangan lebih lanjut

1777 Terjadi letusan 1780 Terjadi aliran lava

1803 Letusan pada tanggal 3-15 april 1807 Terjadi letusan pada tanggal 9 Mei 1809 Tidak ada keterangan lebih lanjut 1815 Terjadi pada 15 Agustus

1815-1816 Terjadi pada 21 September 1816 Terjadi pada 21-24 Oktober

1825 Terjadi pada 14 Juni, hutan sekitar gunung terbakar 1827-1829 Tidak ada keterangan lebih lanjut

1829 Beberapa kampung hancur, beberapa orang menjadi korban 1832 Terjadi pada 16 Januari dan 8-13 Agustus

1833 Terjadi pada 1 September 1834-1836 Bulan Desemmber

1840 Terjadi aliran lava ke Cipanas

1841 Terjadi pada 14 November, letusan sangat besar, lk 400.000 batang pohon kopi hancur

1843 Terjadi pada 4 Januari dan 25 November. Tanah rusak dan beberapa kampung terlanda

1847 Tidak ada keterangan lebih lanjut 1885 Tidak ada keterangan lebih lanjut 1887 Tidak ada keterangan lebih lanjut

Tabel 2.1 Sejarah letusan Gunung Guntur (PVMBG, 2011)

2.4.3 Aktivitas Seismik

Di era 1800-an, Gunung Guntur merupakan gunung paling aktif di Indonesia, bahkan mengalahkan Gunung Merapi di Jawa Tengah. Adalah Franz Wilhelm

(25)

25 Junghuhn, seorang naturalis Belanda kebangsaan Jerman, yang rajin menuliskan laporan tentang betapa aktifnya Gunung Guntur dalam bukunya : 13 Goentoer, Java Tweede

Afduling, De Vulkaan en Vulkanische Verschjnslen West-en Midden-Java (1850).

Sejak letusan terakhir yang terjadi pada tahun 1847 sampai saat ini (154 tahun) tidak pernah terjadi letusan lagi. Aktifitas gunung ini selanjutnya dicirikan dengan terekamnya gempa-gempa vulkanik yang berkisar antara 20-30 kejadian/bulan. Peningkatan kegiatan yang terjadi hanya berupa peningkatan jumlah gempa vulkanik. Seperti yang terjadi pada tahun 1997, yaitu dengan terekamnya gempa secara berurutan yang berasal dari daerah puncak. Kemudian pada bulan Mei 1999 terjadi lagi peningkatan gempa yang disertai dengan gempa terasa (M=2,7 dan 2,8), dimana episenternya berada di sekitar 2 km baratlaut dari puncak.

Gambar II.4. Sebaran hiposenter gempa di sekitar Kompleks G. Guntur tersebar sepanjang sesar (garis merah) Drajat-Kamojang dan Guntur-Gandapura (kiri atas), pusat gempa di bawah Kamojang lebih dalam daripada di bawah Gandapura-Guntur (kiri bawah). Kedalaman pusat gempa dalam irisan vertikal selatan utara (kanan atas). Hiposenter gempa dalam tampilan 3-D (kanan bawah) (Suantika, 2002).

Lokasi hiposenter dihitung dengan asumsi bahwa batuannya homogen dengan cepat rambat gelombang VP=2,76 km/detik. Sumber gempanya terkonsentrasi secara

(26)

26 vertikal di bawah puncak Kawah Gunung Guntur dengan kedalaman 0-5 km, serta di sekitar Kaldera Kamojang, Gandapura dan Gunung Putri dengan kedalaman 5-10 km (Suantika, 1997 dan 2002). Untuk gempa-gempa yang terjadi di bawah puncak diduga dikarenakan oleh rekahan-rekahan kecil dalam batuan pipa kepundan hasil erupsi sebelumnya. Dengan melihat penyebaran hiposenter dan struktur geologi permukaan terlihat bahwa mekanisme sumber gempa di daerah Kamojang umumnya dihasilkan oleh adanya pergeseran sesar dengan arah timurlaut dan baratdaya.

2.4.4 Pemantauan Gunungapi

Pemantauan gempa dilakukan dengan memasang seismometer secara permanen di 7 stasiun. Stasiun MIS dan LGP merupakan stasiun seismik dengan menggunakan 3 komponen seismometer (L4C-3D) sedangkan stasiun seismik CTS, SDG, KBY, PPD dan MSG menggunakan seismometer komponen vertikal (L4C, Mark Product, To=1 s, h=0,7). Semua stasiun diatas diperkuat sebanyak 36 dB yang kemudian dipancarkan dengan gelombang radio menuju Pos Pengamatan Gunungapi. Data kemudian digitasi sehingga menjadi data digital dengan menggunakan data logger Datamark LS-7000 dengan sampling 100 Hz (Basuki, 2015)

Pos Pengamatan G. Guntur juga berfungsi sebagai “Pos Regional Center”. Yang menerima juga kegempaan dari G. Papandayan dan G. Galunggung. Data kegempaan G.Guntur – Papandayan dan G. Galunggung diteruskan ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung dengan teknologi VSAT.

Stasiun Longitude (UTM) Latitude (UTM) Ketinggian (m dpl)

Sodong (SDG) 107,8456 -7,16168 1582 Citiis (CTS) 107,8592 -7,15287 1450 Kiamis (MIS) 107,7504 -7,19859 1650 Masigit (MSG) 107,8413 -7,14909 2190 Papandayan (PPD) 107,7330 -7,31190 2149 Kabuyutan (KBY) 107,8481 -7,15425 1930 Legokpulus (LGP) 107,8150 -7,17504 1400

(27)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang 309 lantai 3 Kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Jl. Diponegoro No. 57 Bandung Jawa Barat

3.2 Jenis Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari data hasil rekaman (seismogram) Gunung Guntur pada bulan Juni tahun 2016 yang diperoleh dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung Jawa Barat. 3.3.Pengolahan Data

Data seismik Gunung Guntur Bulan Juli tahun 2016 diolah menggunakan 3

software, yaitu LS7_WVE, GAD Dan Origin 8.0. Berikut ini merupakan

langkah-langkah pengolahan data: 1. Dibuka LS7_WVE

2. Dipilih menu File lalu Select File. Dicari Data Seismik Gunung Guntur Juli 2016 dan dipilih folder 160601 kemudian OK.

(28)

28 3. Dipilih Menu View lalu dihilangkan Data Value

Gambar III.2 Tampilan data seismik tanpa Data Value

4. Untuk memperjelas tampilan Gelombang, dipilih Y-axis Optimize (o) pada sebelah kanan gelombang.

Gambar III.3 Tampilan Gelombang yang sudah diperjelas 5. Gelombang diperbesar sampai ditemukan event gempa

(29)

29 Gambar III.4 Gelombang gempa

6. Dicatat waktu tiba gelombang P, waktu tiba gelombang S dan lama gempa 7. Diakukan langkah yang sama untuk tanggal 2-30 Juni 2016

Setelah event gempa tercatat, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah dengan menggunakan software GAD (Geiger’s method with Adaptive Damping). Software ini digunakan untuk menentukan Hiposenter gempa. Pada Folder GAD terdapat 4 note yang digunakan agar program GADtester bisa berjalan (run). Keempatnya yaitu Station.DAT, Velocity.DAT, Arrival.DAT dan Result.DAT.

Station.DAT merumuskan lokasi dan koordinat Stasiun Pos Gunungapi. Velocity.DAT merumuskan layer atau lapisan tanah supaya kecepatan gelombang dapat ditentukan. Arrival.DAT berisikan data waktu tiba gelombang P dan gelombang S. Result.DAT merupakan hasil running GADtester. Berikut ini langkah-langkah menjalankan GAD.

1. Dibuka folder GAD

2. Dibuka Station.DAT lalu ditulis koordinat stasiun Pos Pengamatan Gunungapi. Baris pertama ditulis jumlah stasiun. Baris kedua kolom pertama kode stasiun dan baris ke 2, 3 dan 4 adalah koordinat stasiun pada sumbu X, Y dan Z. Tanda positif (+) menunjukkan arah Timur koordinat X dan arah Utara koordinat Y. Sedangkan tanda (-) menunjukkan arah Barat koordinat X dan arah Selatan koordinat Y.

(30)

30 Gambar III.5 Tampilan Station.DAT

3. Dibuka Velocity.DAT kemudian ditulis baris ke-1 jumlah lapisan, baris ke-2 koordinat Z5 diskontinuitas, baris ke ke-3 nilai kecepatan gelombang P dan baris ke-4 nilai kecepatan gelombang S

Gambar III.6 Tampilan Velocity.DAT

4. Dibuka Arrival.DAT kemudian ditulis waktu kedatangan gelombang P dan gelombang S. Penulisan pada Arrival ini harus sesuai dengan ketentuan. Ketentuannya terdapat pada tabel berikut

Kolom ke- Isi

1-4 YYMMDDHHmm

11 Tanda koma “,” atau spasi “ “ 12-14 Kode stasiun 3 huruf

15 Tanda koma “,” atau spasi “ “

16-21 Waktu tiba gelombang P dalam detik. Apabila tidak terdeteksi maka ditulis “99.990”

22 Tanda koma “,” atau spasi “ “ 23 Polarisasi gelombang “+” atau “-” 24 Tanda koma “,” atau spasi “ “ 25 Timbul gelombang “I” atau “E”

(31)

31 26 Tanda koma “,” atau spasi “ “

27-32 Waktu tiba gelombang S dalam detik. Apabila tidak terdeteksi maka ditulis “99.990”

33 Tanda koma “,” atau spasi “ “ 34 Timbul gelombang “I” atau “E” Tabel 4.1 Penulisan Arrival.DAT

Gambar III.7 Tampilan Arrival.DAT

5. Dijalankan GADtester, setelah selesai running kemudian dibuka Result.DAT. Result.DAT berisi koordinat Hiposenter gempa dalam X, Y dan Z serta mencantumkan kecepatan gempa dan probable error dari data pada Arrival.DAT.

(32)

32 Hiposenter pada hasil GAD mempunyai satuan kilometer setiap koordinatnya. Nilai koordinat tersebut kemudian diubah dari satuan kilometer menjadi UTM sehingga dari konversi satuan didapatkan koordinat lintang dan bujur yang digunakan untuk memetakan sebaran hiposenter pada software Origin 8.0. Konversi satuan dari km ke UTM dilakukan menggunakan Micosoft Excel, dirumuskan sebagai berikut :

Longitude = ((A/111,096)+$B) Latitude = ((C/111,096)+$D)

Keterangan : A = nilai koordinat X (km)

B = nilai koordinat X puncak (UTM) C = nilai koordinati Y (km)

D = nilai koordinat Y puncak (UTM)

Pensortiran data hiposenter dilakukan terlebih dahulu agar data yang bagus didapatkan, yaitu kedalaman gempa kurang dari 10 kilometer dari puncak Gunung Guntur.

Sebelum memulai menggunakan Origin 8.0 terlebih dahulu memetakan Data Kontur Gunung Guntur yang berupa peta kontur gunung guntur dan peta penampang Utara-Selatan dan Timur-Barat. Peta kontur dan koordinat stasiun didapatkan penulis dari Pembimbing sehingga penulis tidak membuat peta kontur terlebih dahulu.

Langkah-langkah menjalankan software Origin 8.0 adalah sebagai berikut : 1. Dibuka Software Origin 8.0

2. Dipilih menu File lalu New Workbook 3. Ditambahkan kolom baru untuk C(Y)

4. Diisikan data pada workbook untuk pemetaan Episenter A(X) untuk longitude, B(Y) untuk Latitide dan C(Y) untuk Depth

(33)

33 Gambar III.9 Workbook Episenter

5. Diplot ke grafik, lalu dipilih Layer Properties

Gambar III.10 Jendela Layer Properties episenter

6. Untuk membuat simbol episenter dan hiposenter berbeda, langkahnya dengan mengganti klik kanan simbol pada peta penampang, lalu dipilih Plot Details kemudian diganti simbol pada preview, lalu OK

(34)

34 8. Dilakukan pemetaan hiposenter penampang utara-selatan, dilakukan cara yang

sama, tetapi pada layernya menggonakan workbook yang berbeda

Gambar III.11 Jendela Layer Properties hiposenter utara-selatan

9. Didapatkan hasil pemetaan persebaran hiposenter penampang utara-selatan 10. Dilakukan pemetaan hiposenter penampang barat-timur, dilakukan cara yang

sama, tetapi pada layernya menggunakan workbook yang berbeda

Gambar III.12 Jendela Layer Properties hiposenter barat-timur

11. Didapatkan hasil pemetaan persebaran hiposenter penampang barat-timur 3.4.Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif, dimana data-data diolah kemudian dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian yang ingin

(35)

35 dicapai berbentuk gambar yang menggambarkan pemetaan hasil sebaran episenter dan hiposenter serta klasifikasi gempa akan disajikan dalam bentuk tabel.

3.5.Diagram Alur

NO

YES Mulai

Data Kontur Gunung Guntur

Peta Kontur Peta Penampang

Rekaman Seismik Gunung Guntur

Penentuanwaktu tiba tp

dan ts masing-masing

stasiun

Peta Sebaran Episenter dan Hiposenter Gunung Guntur Analisis Selesai Picking Waktu tiba gelombang P dan gelombang S Data Hiposenter Plotting hiposenter

(36)

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gunung Guntur saat ini masih tergolong gunungapi aktif yang sedang beristirahat sejak letusan terakhir pada tahun 1847. Masa istirahat yang panjang ini mengisyaratkan bahwa Gunung Guntur bisa meletus dalam waktu dekat atau masih akan beristirahat lebih lama lagi. Rata-rata setiap bulan tercatat 20-30 kali event gempa terjadi di gunung Guntur.

Berdasarkan laporan Pos Pengamatan Gunung Api Guntur bulan Juni 2016, pengamatan visual pada gunung Guntur tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan dan terjadi penurunan jumlah gempa vulkanik. Gempa vulkanik pada bulan bulan Mei 2016 yang mencapai 109 kali event gempa yang terbagi menjadi 68 Vulkanik A dan 41 Vulkanik B sedangkan bulan Juni tercatat 20 kali gempa Vulkanik A dan 19 kali gempa vulkanik B.

Data seismik yang diteliti merupakan data sekunder berupa rekaman gelombang gempa gunung Guntur periode Juni 2016 yang diperoleh dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Dapat dikatakan penulis merupakan peneliti pasif, karena tidak terjun langsung mengamati pergerakan gelombang gempa setiap harinya. Sehingga data rekaman waveform yang didapat tidak cukup baik.

Data seismik sekunder tercatat dari 7 seismograf type L4C yang berada di 7 lokasi stasiun yaitu Citiis, Sodong, Kabuyutan, Kiamis, Legokpulus, Masigit dan Papandayan. Stasiun terdekat dengan kawah gunung Guntur adalah stasiun Masigit (MSG) yang berjarak 50 meter dari kawah gunungapi Guntur sedangkan Pos Pengamatan Gunungapi Guntur berada di stasiun Citiis.

Seperti yang diketahui apabila jaringan seismometer tersebar kearah longitude maka hasilnya (koordinat hiposenter) akan akurat pada komponen longitude saja, begitu pula sebaliknya. Stasiun seismik yang menggunakan 3 komponen pengamatan yaitu MIS dan LGP tidak dimasukkan kedalam data penelitian, peneliti hanya memasukkan data stasiun CTS, SDG, MSG, PPD dan KBY yang menggunakan seismometer komponen vertikal L4C.

Pada penelitian “Penentuan Sebaran Episenter dan Hiposenter Gunungapi Guntur Jawa Barat Berdasarkan Data Seismik Bulan Juni Tahun 2016” diperoleh hasil

(37)

37 waktu kedatangan gelombang Primer (P) dan gelombang Sekunder (S) terdapat pada lampiran 1, peta persebaran episenter dan hiposerter, serta klasifikasi gempa vulkanik berdasarkan kedalaman episenter gempa.

Arrival time hasil penentuan waktu tiba gelombang Primer (P) dan gelombang Sekunder (S) gempa menggunakan LS7_WVE kemudian ditulis sesuai ketentuan pada Tabel 2 menggunakan software GAD lalu di run pada GADtester kemudian muncul nilai koordinat X,Y,Z dengan satuan kilometer (km) dan dikonversikan menjadi satuan UTM (LAMPIRAN 2). Penulis terlebih dahulu men-sortir gempa yang kedalamannya kurang dari 10 km untuk di lanjutkan ke Software Origin 8.0. Data yang telah disortir kemudian dicopy ke program Origin 8.0 untuk dilakukan pemetaan sebaran episenter dan hiposenter. Dibawah ini merupakan gambar hasil pemetaan episenter dan hiposenter gempa gunung Guntur bulan Juni tahun 2016.

Gambar 4.1 Hasil pemetaan sebaran Episenter gempa di permukaan bumi Gambar 4.1 menunjukkan sebaran episenter gempa vulkanik dan tektonik yang penyebarannya terdistribusi ke arah yang berbeda dalam gugusan komplek gunungapi Guntur. Persebarannya dominan pada kompleks Guntur-Masigit, dan yang lainnya di daerah Kawah Kamojang (barat). Perubahan episenter yang cukup signifikan

(38)

38 dibandingkan dengan data episenter gempa-gempa sebelumnya yang sangat fokus pada area kawah gunungapi Guntur-Masigit-Gandapura.

Gambar 4.2 Hasil pemetaan sebaran Hiposenter ditinjau dari arah utara-selatan

(39)

39 Berdasarkan hiposenter dari beberapa gempa yang terjadi pada bulan Juni tahun 2016, diperoleh pusat gempa banyak terjadi pada sekitar kawah gunungapi Guntur-Masigit yang berada pada kedalaman lebih dari 1 hingga 10 km dari puncak. Pola sebaran kedalamannya paling dalam berada tepat dibawah Gunung Guntur. Sumber gempa vulkanik hampir sama dengan bulan dan tahun sebelumnya yang terkonsentrasi secara vertikal di bawah puncak Gunung Guntur dengan kedalaman 0-5 km. Sedangkan gempa tektonik lokal ada pada kedalaman 5-10 km.

Klasifikasi gempa bumi yang digunakan penulis adalah klasifikasi berdasarkan kedalaman gempa. Beberapa sumber menyatakan metode klasifikasi gempa tidak hanya menggunakan kedalaman gempa tetapi juga bisa menggunakan selisih waktu tiba gelombang P dan gelombang S atau disingkat tsp. Data yang diperoleh tidak semuanya

menunjukkan waktu tiba gelombang S, oleh karena itu penulis tidak menggunakan metode ini. Dibawah ini merupakan gambar gelombang S yang tidak terdeteksi.

Gambar 4.4 Gelombang S yang tidak terdeteksi.

Dasar klasifikasi yang digunakan penulis untuk menentukan klasifikasi gempa adalah sebagai kedalaman gempa yaitu gempa dengan kedalaman kurang dari 2,5 km diklasifikasikan sebagai gempa vulkanik dangkal (VB) dan gempa dengan kedalaman 2,5-5 km gempa vulkanik dalam (VA). Selain gempa VA dan VB juga terekam gempa Tektonik Lokal, Tektonik Terasa dan Tektonik Jauh. Gempa Tektonik Lokal berada pada kedalaman 5-10 km sedangkan gempa yang kedalamannya lebih dari 10 km dikategorikan sebagai gempa Tektonik Jauh.

Hasil analisa kedalaman gempa, didapatkan kejadian gempa Vulkanik tipe A atau vulkanik dalam terjadi 20 event dan Vulkanik tipe B atau vulkanik dangal terjadi 15 event gempa. Selain itu tercatat juga terjadi gempa tektonik lokal sebanyak 13 event, 1 event gempa tektonik terasa dan gempa tektonik jauh mencapai 60 event gempa.

Laporan pengamatan Pos PGA gunung Guntur mencatat pada tanggal 12 Juni pukul 00:16 WIB terjadi Gempa Tektonik Lokal Terasa arah 23 km barat laut dari

(40)

40 puncak gunung Guntur dengan kedalaman gempa 26,8 km. Magnitude gempa 4,8 SR atau setara dengan I MMI dengan ciri-ciri dirasakan hanya oleh beberapa orang, tidak ada getaran serius dan barang-barang tidak bergoyang.

Gambar 4.5. Episenter gempa Tektonik Terasa (USGS, 2016)

Hasil penelitian penulis tidak memasukkan semua data gempa tektonik lokal dan gempa tektonik jauh sebab batasan masalah penulis fokus kepada episenter dan hiposenter gempa serta klasifikasi gempa vulkanik dan gempa yang kedalamannya kurang dari 10 km. Begitu juga dengan hasil persebaran episenter dan hiposenter gempa masih kurang bagus seperti terlihat pada hasil result GADtester nilai probable error lebih dari 1 padahal nilai probable error yang bagus kurang dari 1.

(41)

41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari laporan ini adalah:

1. .Gunungapi Guntur tidak menunjukkan adanya perubahan aktivitas yang signifikan dan terjadi penurunan jumlah gempa pada bulan Juni tahun 2016.

2. Sebaran hiposenter dan episenter gempa tampak menyebar dari puncak, beberapa persebarannya ditemukan tenggara dan barat daya dari puncak gunungapi Guntur.

3. Sebaran sumber gempa (hiposenter) vulkanik bulan Juni tahun 2016 hampir sama dengan bulan dan tahun sebelumnya yang terkonsentrasi secara vertikal di bawah puncak Kawah Gunung Guntur dengan kedalaman 0-5 km.

4. 4.Sumber gempa tektonik lokal bulan Juni tahun 2016 terkonsentrasi secara vertikal di bawah puncak Kawah Gunung Guntur dengan kedalaman 5-10 km sedangkan gempa yang kedalamannya lebih dari 10 km dikategorikan sebagai gempa Tektonik Jauh.

5. Kejadian gempa Vulkanik tipe A atau vulkanik dalam terjadi 20 kali dan Vulkanik tipe B atau vulkanik dangal terjadi 15 kali. Kejadian gempa Tektonik Lokal sebanyak 13 kali dan Tektonik Jauh 11 kali.

5.2.Saran

1. Pada saat picking gempa harus lebih teliti karena akan berpengaruh terhadap nilai dan lokasi hiposenter

2. Diperlukan data seismogram dengan periode yang lebih panjang sehingga hasil pemetaan akan lebih bagus

3. Diusahakan nilai probable error pada result GADtester dipilih yang nilainya kurang dari 1.

(42)

42 DAFTAR PUSTAKA

Anynomous (2016, Juli 2016). Gempa Bumi. Retrieved from Ilmu Sosial (Kumpulan ilmu Pengetahuan Sosial) web site: http://www.ilmusocial.com/gempa-bumi/

Andreastuti, Supriyati, Taufiqurrohman, Roni, Solihin, Agus. 2012. Profil Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi : Bandung.

Basuki, Ahmad. 2015. Thesis : Penentuan Lokasi Hiposenter Gempa Vulkanik-Tektonik

dan Struktur Kecepatan Gelombang Seismik di Gunung Guntur. Bandung : Institut

Teknologi Bandung. 8-10

Data Dasar Gunungapi Indonesia, Edisi kedua. 2011 : Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Dwicahyani, Harindya Fairuz. 2015. Laporan Praktik Lapangan : Analisis Seismik

Gunung Api Papandayan Jawa Barat Bulan Agustus Tahun 2015. Malang :

Jurusan Fisika Universitas Brawijaya. 1-6

Fadillah, Taruna. 2011. Mitigasi Bencana Gempa Bumi di Sekitar Sesar Lembang. Buletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3 Halaman 1-5.

Hermon, Dedi. 2015. Geografi Bencana Alam. Jakarta : PT. RAJA Grafindo Persada. Pawirodikromo, Widodo. 2012. Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 160-167

Rasjid, S.A., Sumaryono, Sugiyo, dan Kusma. 1985. Laporan Pengamatan Seismik G.

Guntur Citiis Garut Bulan Januari-Februari 1985. Proyek Penyelidikan dan

Pengamatan Gunungapi Direktorat Vulkanologi Nomor 287/DV/1985, p. 1-8

Rosmiyatin dan Basid, Abdul. 2012. Penentuan Sebaran Hiposenter Gunung Merapi

Berdasarkan Data Gempa Vulkanik Tahun 2006. Jurnal Neutrino Vol 4, No 2 April

2012, 188-200.

Sudradjat, Adjat. 2000. Seputar Gunung Api dan Gempa Bumi. Bandung : Ilham Jaya. Sudradjat, Adjat, Modjo, Subroto, dan S., Kartijoso. 1991. Berita Berkala Vulkanologi

Edisi Khusus G. Guntur No. 169 Tahun 1991. Direktorat Vulkanologi

Sulaeman, Cecep. 1997. Hypocentral Distribution and Focal Mechanisms at Some

Volcanoes in Indonesia (Anak Krakatau, Guntur, Sangeangapi, and Ili Lewoto.

Japan International Cooperation Agency. 6-10

Santosa, Imam. 2011. Pemahaman Masyarakat pada Peta Kawasan Rawan Bencana

(43)

43 Suparma, Yasa, dkk. 2010. Simulasi Perhitungan Waktu Tempuh Gelombang dengan

Metoda Eiknal : Suatu Contoh Aplikasi dalam Estimasi Ketelitian Hiposenter Gempa. Buletin Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi , Volume 5 Nomor

1, Januari 2010, 1-6

Telford, W.M, Geldart, L.P, Sheriff, R.E. Applied Geophysics Second Edition. Cambridge University Press

(44)

44

(45)

45

Lampiran 1. Daftar Gempa Gunungapi Guntur Bulan Juni 2016

Tangga l

Stasiu n

Waktu Tiba di Lokasi

S-P Lama Gempa Keterangan

TP TS 1 CTS 14:09:40.19 0 14:09:40.93 0 17 Vulkanik B MSG 14:09:39.99 0 14:09:40.82 0 0.830 SDG 14:09:40.16 0 14:09:41.13 0 0.970 KBY 14:09:40.23 0 LGP 14:09:40.25 0 2 MIS 00:21:02.24 0 00:21:12.94 0 10,70 0 49 Tektonik Jauh MSG 00:21:04.32 0 00:21:15.15 0 10,63 0 PPD 00:21:01.07 0 00:21:10.13 0 9,060 LGP 00:21:03.22 0 00:21:14.87 0 11,65 0 KBY 00:21:00.72 0 00:21:09:11 0 8,390 MIS 02:52:05.86 0 13 Vulkanik B PPD 02:52:04.31 0 KBY 02:52:05.33 0 LGP 02:52:05.77 0 MSG 05:58:05.97 0 310 Tektonik Jauh PPD 05:58:05.75 0 SDG 05:58:05.64 0 KBY 05:58:07.21 0 LGP 05:58:07.43 0 4 MSG 02:28:21.06 0 02:28:24.21 0 3,150 144 Tektonik Jauh PPD 02:28:19.88 0 02:28:24.51 0 4,630 SDG 02:28:20.77 02:28:24.34 3,570

(46)

46 0 0 KBY 02:28:20.74 0 02:28:24.55 0 3,810 LGP 02:28:21.99 0 02:28:26.38 0 4,390 5 PPD 00:54:03.73 0 00:54:04.95 0 1,220 12 Tektonik Lokal SDG 00:54:03.74 0 00:54:04.94 0 1,200 KBY 00:54:03.70 0 00:54:04.99 0 1,290 LGP 00:54:03.80 0 00:54:05.08 0 1,280 CTS 09:26:20.80 0 20 Vulkanik B MIS 09:26:17.17 0 MSG 09:26:19.03 0 PPD 09:26:17.18 0 SDG 09:26:20.36 0 LGP 09:26:17.40 0 KBY 09:26:20:24 0 MSG 09:43:11.90 0 09:43:15.55 0 3,550 29 Vulkanik A PPD 09:43:10.06 0 09:43:14.64 0 4,580 SDG 09:43:12.06 0 09:43:15.61 0 3,550 KBY 09:43:12.63 0 09:43:15.85 0 3,220 LGP 09:43:11.62 0 09:43:14.87 0 3,250 MSG 21:44:03.30 0 28 Vulkanik B PPD 21:44:01.09 0 SDG 21:44:01.12 0 KBY 21:44:01.12 0 LGP 21:44:02.64 0 MSG 23:29:15.40 0 132 Tektonik Lokal PPD 23:29:16.09 0

(47)

47 SDG 23:29:15.61 0 KBY 23:29:15.13 0 LGP 23:29:16.63 0 6 CTS 15:51:41.73 0 15:51:42.59 0 0.860 30 Vulkanik B MSG 15:51:41.86 0 SDG 15:51:41.72 0 15:51:42.68 0 0.960 LGP 15:51:14.16 0 KBY 15:51:41.98 0 PPD 16:22:33.26 0 137 Vulkanik A SDG 16:22:33.10 0 KBY 16:22:33.90 0 LGP 16:22:34.84 0 7 CTS 06:22:13.57 0 16 Vulkanik B MSG 06:22:13.89 0 SDG 06:22:13.78 0 LGP 06:22:14.16 0 06:22:15.38 0 1,220 KBY 06:22:13.83 0 PPD 07:05:39.06 0 51 Vulkanik A SDG 07:05:39.77 0 KBY 07:05:42.70 0 LGP 07:05:42.59 0 8 CTS 14:06:08.91 0 14:06:09.70 0 0.790 12 Vulkanik B MSG 14:06:09.05 0 SDG 14:06:08.82 0 LGP 14:06:09.41 0 KBY 14:06:08.92 0

(48)

48 9 CTS 01:59:27.70 0 01:59:29.99 0 2,290 25 Vulkanik A MIS 01:59:25.36 0 MSG 01:59:27.65 0 PPD 01:59:27.78 0 01:59:29.56 0 1,780 SDG 01:59:27.61 0 KBY 01:59:27.89 0 LGP 01:59:27.01 0 PPD 22:29:35.42 0 12 Tektonik Lokal SDG 22:29:35.45 0 KBY 22:29:35.46 0 22:29:41.48 0 6,020 LGP 22:29:35.66 0 22:29:41.25 0 5,590 10 CTS 01:12:09.48 0 01:12:10.99 0 1,510 15 Tektonik Lokal MSG 01:12:09.33 0 SDG 01:12:08.69 0 01:12:11.02 0 2,330 LGP 01:12:09.53 0 01:12:10.84 0 1,310 KBY 01:12:08.88 0 11 CTS 04:31:13.84 0 04:31:14.71 0 0.870 15 Vulkanik B MSG 04:31:14.21 0 SDG 14:31:13.84 0 14:31:14.80 0 0.960 LGP 04:31:14.36 0 KBY 04:31:14.01 0 CTS 14:05:43.76 0 14:05:44.60 0 0.840 20 Vulkanik B MSG 14:05:43.84 0 SDG 14:05:43.74 0 14:05:44.69 0 0.950 LGP 14:05:44.21 0 KBY 14:05:44.02 0

(49)

49 MSG 17:09:43.78 0 120 Tektonik Lokal PPD 17:09:42.36 0 SDG 17:09:42.39 0 KBY 17:09:42.23 0 LGP 17:09:42.18 0 12 CTS 00:16:35.00 0 205 Tektonik Terasa MIS 00:16:33.74 0 MSG 00:16:34.96 0 PPD 00:16:31.82 0 SDG 00:16:34.86 0 LGP 00:16:34.48 0 KBY 00:16:35.09 0 MSG 00:57:15.21 0 00:57:18.23 0 3,020 30 Tektonik Jauh PPD 00:57:14.83 0 SDG 00:57:14.86 0 KBY 00:57:14.87 0 00:57:18.36 0 3,490 LGP 00:57:16.45 0 00:57:18.78 0 2,330 13 PPD 00:15:12.08 0 00:15:18.86 0 6,820 81 Tektonik Jauh SDG 00:15:13.56 0 00:15:18.88 0 5,320 KBY 00:15:11.04 0 00:15:18.84 0 7,800 LGP 00:15:11.54 0 00:15:16.77 0 5,230 PPD 20:33:23.46 0 20:33:24.21 0 0.750 20 Vulkanik A SDG 20:33:23.65 0 LK 20:33:23.50 0 20:33:24.27 0 0.770 14 MSG 20:59:20.29 0 Vulkanik A PPD 20:59:19.61 0 20:59:21.58 0 1,970

(50)

50 SDG 20:59:19.53 0 KBY 20:59:20.43 0 20:59:21.95 0 1,520 LGP 20:59:20.85 0 15 MSG 17:50:04.82 0 17:50:06.59 0 1,770 70 Tektonik Lokal PPD 17:50:03.63 0 SDG 17:50:03.75 0 17:50:07.37 0 3,620 KBY 17:50:03.78 0 17:50:07.17 0 3,390 LGP 17:50:04.51 0 17:50:07.12 0 2,610 16 MSG 01.54.08.590 01:54:11.11 0 2,520 21 Tektonik Lokal PPD 01:54:08.10 0 01:54:11.19 0 2,090 SDG 01:54:08.20 0 01.54:11.200 3,000 KBY 01:54:08.55 0 01:54:11.16 0 2,610 LGP 01.54:08.350 01:54:11.28 0 2,930 MSG 04:42:37.45 0 04:42:43.14 0 5,690 17 Tektonik Jauh PPD 04:42:38.20 0 04:42:42.96 0 4,760 SDG 04:42:38.23 0 KBY 04:42:38.26 0 04:42:43.06 0 4,520 LGP 04:42:38.54 0 04:42:43.11 0 4,570 CTS 15:58:18.95 0 15:58:19.98 0 1,030 12 Vulkanik B MSG 15:58:18.72 0 15:58:19.53 0 0.810 SDG 15:58:18.89 0 15:58:20.11 0 1,220 LGP 15:58:19.15 0 15:58:20.24 0 1,090 KBY 15:58:18.85 0 17 PPD 04:40:34.53 0 04:40:36.05 0 1,520 87 Vulkanik A SDG 04:40:34.70 0 04:40:35.99 0 1,290 KBY 04:40:34.72 0 04:40:38.48 0 3,760

(51)

51 LGP 04:40:35.55 0 04:40:39.00 0 3,450 18 PPD 18:04:57.34 0 20 Tektonik Lokal SDG 18:04:57.39 0 LGP 18:04:57.83 0 PPD 18:07:17.75 0 18:07:20:07 0 2,320 21 Tektonik Lokal SDG 18:07:17.78 0 LGP 18:07:17.98 0 18:07:20.06 0 2,080 19 MSG 02:47:02.81 0 24 Tektonik Jauh PPD 02:47:00.56 0 SDG 02:47:00:56 0 KBY 02:47:00:58 0 LGP 02:47:02.19 0 02:47:04.28 0 2,090 20 MSG 10:56:38.52 0 44 Tektonik Jauh PPD 10:56:36.21 0 SDG 10:56:36.27 0 KBY 10:56:38.66 0 LGP 10:56:38.30 0 21 PPD 00:56:35.95 0 00:56:38.18 0 2,230 27 Vulkanik A SDG 00:56:35.59 0 KBY 00:56:36.01 0 LGP 00:56:36.04 0 00:56:39.15 0 3,110 PPD 02:15:17.32 0 70 Tektonik Lokal SDG 02:15:17.64 0 KBY 02:15:18.12 0 LGP 02:15:18.18 0 PPD 21:12:38.31 0 149 Tektonik Lokal

(52)

52 SDG 21:12:38.43 0 KBY 21:12:41.48 0 LGP 21:12:41.01 0 22 PPD 01:37:21.97 0 01:27:22.74 0 0.770 14 Vulkanik A SDG 01:37:22.39 0 01:37:22.72 0 0.330 KBY 01:37:22.07 0 01:37:22.75 0 0.680 MSG 03:33.08.040 03:33:08.97 0 0.930 8 Vulkanik B LGP 03:33:07.98 0 03:33:08.64 0 0.660 KBY 03:33:08.13 0 03:33:08.92 0 0.790 CTS 04:33:24.77 0 04:33:25.66 0 0.890 11 Vulkanik A SDG 04:33:24.83 0 04:33:25.55 0 0.720 LGP 04:33:25.41 0 KBY 04:33:24.96 0 24 MSG 09:06:39.65 0 09:06:40.14 0 0.490 51 Vulkanik A PPD 09:06:36.43 0 SDG 09:06:39.51 0 09:06:40.48 0 0.970 KBY 09:06:39.70 0 09:06:40.48 0 0.460 LGP 09:06:39.17 0 09:06:40.36 0 1,190 MSG 11:26:10.45 0 Vulkanik A PPD 11:26.09.720 KBY 11:26:10.76 0 LGP 11:26:09.99 0 11:26:12.22 0 2,230 CTS 14:11:36.02 0 14:11.36.500 0.480 15 Vulkanik B MSG 14:11:35.98 0 SDG 14:11:36.14 0 14:11:36.63 0 0.490 LGP 14:11:36.86 0

(53)

53 KBY 14:11:36.13 0 MSG 16:19:08.81 0 74 Vulkanik A PPD 16:19:08.62 0 KBY 16:19:09.06 0 LGP 16:19:09.21 0 25 PPD 02:40:26.18 0 02:40:29.19 0 3,010 17 Tektonik Jauh KBY 02:40:26.22 0 02:40:29.42 0 3,250 LGP 02:40:25.65 0 02:40:29.81 0 4,160 MSG 20:18:59.68 0 20:19:01.56 0 1,980 43 Tektonik Jauh PPD 20:18:59.32 0 20:19:01.65 0 2,330 KBY 20:18:59.63 0 20:19:01.28 0 0.650 LGP 20:18:58.86 0 20:19:01.76 0 1,800 SDG 20:18:59.70 0 20:19:00.97 0 1,270 27 PPD 00:06:58.35 0 00:06:59.69 0 1,330 16 Vulkanik A SDG 00:06:58.39 0 KBY 00:06:58.60 0 00:06:59.50 0 0.900 LGP 00:06:09.35 0 PPD 01:39:52:15 0 01:39:52.80 0 0.650 3 Vulkanik A SDG 01:39:52:71 0 01:39:52.95 0 0.240 KBY 01:39:52:71 0 01:39:52.95 0 0.240 PPD 01:39:59:25 0 4 Vulkanik A SDG 01:39:59.38 0 KBY 01:39:59.25 0 01:39:59.82 0 0.570 PPD 05:13:14.90 0 05:13:18.79 0 3,890 13 Tektonik Jauh KBY 05:13:16.52 0 05:13:18.90 0 2,380 LGP 05:13:15.70 0 05:13:19.02 0 3,320

(54)

54 PPD 05:33:07.88 0 12 Vulkanik A SDG 05:33:08.07 0 05:33:08.67 0 0.600 KBY 05:33:08.03 0 05:33:08.51 0 0.480 28 PPD 02:01:24.39 0 02:01:26.04 0 1,650 55 Vulkanik A KBY 02:01:25.19 0 02:01:27.08 0 1,890 LGP 02:01:25.22 0 02:01:27.25 0 2,030 PPD 03:20:21.93 0 03:20:22.14 0 0.210 7 Vulkanik B KBY 03:20:21.98 0 03:20:22.13 0 0.150 SDG 03:20:21.98 0 03:20:22.12 0 0.140 MSG 10:33:33.41 0 10:33:36.81 0 3,400 104 Vulkanik A PPD 10:33:30.40 0 SDG 10:33:31.99 0 KBY 10:33:33.67 0 10:33:36.97 0 3,300 LGP 10:33:33.33 0 10:33:36.74 0 3,310 29 CTS 09:33:01.17 0 16 Vulkanik B SDG 09:33:01.21 0 KBY 09:33:02.99 0 PPD 17:41:01.66 0 25 Tektonik Lokal SDG 17:41:01.89 0 KBY 17:41:02.12 0 PPD 17:42:31.42 0 20 Tektonik Lokal SDG 17:42:31.71 0 KBY 17:42:31.72 0 30 PPD 01:55:26.69 0 01:55:29.22 0 2,530 21 Vulkanik B SDG 01:55:26.69 0 KBY 01:55:26.71 0

(55)

55 LGP 01:55:26.80 0 MSG 23:03:14.90 0 23:03:15.83 0 0.930 46 Vulkanik A SDG 23:03:14.95 0 23:03:16.62 0 1.67 KBY 23:03:14.82 0 LGP 23:03:14.67 0 23:03:18.63 0 3,960

(56)

56

(57)

57

Lampiran 2 Data Hiposenter Gempa

Kawah Masigit 107.8409

-7.14385 2196

Tanggal Jam X Y Z Long Lat Dept

160601 14:09 -1.218 0.243 0.771 107.8299 -7.1417 771 160602 0:21 -63.393 -58.048 25.110 107.2703 -7.6664 25110 160602 2:52 5.276 -2.007 2.183 107.8884 -7.1619 2183 160602 5:59 23.718 -39.958 16.664 108.0544 -7.5035 16664 160604 2:28 13.481 -28.398 18.788 107.9623 -7.3995 18788 160605 0:54 -0.337 -1.317 9.015 107.8379 -7.1557 9015 160605 9:26 -1.874 -1.344 0.276 107.824 -7.1559 276 160605 9:43 2,184 -23,228 4.930 127.4996 -216.2243 4930 160605 21:44 3.412 -5.859 2.063 107.8716 -7.1966 2063 160605 23:29 1.586 -2.001 8.419 107.8552 -7.1619 8419 160606 15:51 -99.595 -45.852 16.791 106.9444 -7.5566 16791 160606 16:22 3.421 -4.241 6.701 107.8717 -7.1820 6701 160607 6:22 0.563 -1.000 2.465 107.846 -7.1529 2465 160607 7:05 4.567 -4.976 3.906 107.882 -7.1886 3906 160608 14:06 0.292 -1.127 1.305 107.8435 -7.1540 1305 160609 1:59 -3.806 -3.602 3.479 107.8067 -7.1763 3479 160609 22:29 1.614 -0.638 1.719 107.8554 -7.1496 1719 160610 1:12 0.491 -1.911 9.160 107.8453 -7.1611 9160 160611 4:32 1.673 -2.659 2.120 107.856 -7.1678 2120 160611 14:15 0.056 -0.605 1.720 107.8414 -7.1493 1720 160611 17:09 2.700 -1.213 6.030 107.8652 -7.1548 6030 160612 0:16 -5.758 -23.559 2.168 107.7891 -7.3559 2168 160612 0:57 26.343 -29.442 17.434 108.078 -7.4089 17434 160613 0:15 -49.104 28.592 16.130 107.3989 -6.8865 16130 160613 2:33 -0.833 -1.497 2.522 107.8334 -7.1573 2522 160614 20:59 3.108 -4.108 2.517 107.8689 -7.1808 2517 160615 17:50 2.314 -1.192 6.694 107.8617 -7.1546 6694 160616 1:54 -23.766 17.084 16.425 107.627 -6.9901 16425 160616 4:42 -35.987 9.871 16.380 107.517 -7.0550 16380 160616 15:58 -1.610 1.021 0.416 107.8264 -7.1347 416 160617 4:40 1.308 -2.258 4.606 107.8527 -7.1642 4606 160618 18:04 1.307 -4.598 5.598 107.8527 -7.1852 5598 160618 18:07 3.306 -3.239 5.810 107.8707 -7.1730 5810

(58)

58 160619 2:47 9.798 -22.779 19.157 107.9291 -7.3489 19157 160620 10:56 6.626 -85.865 76.219 107.9006 -7.9167 76219 160621 0:56 2.669 -2.485 2.801 107.8649 -7.1662 2801 160621 2:15 3.847 -4.551 5.040 107.8755 -7.1848 5040 160621 21:21 3.166 -4.665 3.938 107.8694 -7.1858 3938 160622 1:37 -2.168 -0.917 2.888 107.8214 -7.1521 2888 160622 3:33 -1.512 -1.551 0.281 107.8273 -7.1578 281 160622 4:33 3.159 -4.193 6.673 107.8693 -7.1816 6673 160624 9:06 -2.982 -3.770 2.840 107.8141 -7.1778 2840 160624 11:26 -1.637 -1.028 4.202 107.8262 -7.1531 4202 160624 14:11 0.337 -0.101 0.311 107.8439 -7.1448 311 160624 16:09 4.046 -5.117 5.582 107.8773 -7.1899 5582 160625 2:40 1.505 -17.850 10.478 107.8545 -7.3045 10478 160625 20:19 -23.712 6.848 19.349 107.6275 -7.0822 19349 160627 0:06 3.583 -2.141 3.048 107.8732 -7.1631 3048 160627 1:39 1.559 -1.984 2.603 107.8549 -7.1617 2603 160627 1:39 -3.141 -4.226 3.962 107.8126 -7.1819 3962 160627 5:13 2.244 -20.255 13.641 107.8611 -7.3262 13641 160627 5:33 -4.070 -3.700 2.518 107.8043 -7.1772 2518 160628 2:01 1.176 -3.830 3.220 107.8515 -7.1783 3220 160628 3:20 -2.087 -3.281 2.036 107.8221 -7.1734 2036 160628 10:33 3.900 -3.271 2.158 107.876 -7.1733 2158 160629 9:33 4.253 -3.788 2.004 107.8792 -7.1779 2004 160629 17:41 -3.984 -2.957 6.252 107.805 -7.1705 6252 160629 17:42 -4.604 -1.067 6.283 107.7995 -7.1535 6283 160630 1:55 2.419 -2.884 2.315 107.8627 -7.1698 2315 160630 23:03 2.187 2.437 3.020 107.8606 -7.1219 3020

Gambar

Gambar II.2. Gunung Guntur (Aminullah, 2015 )   Nama Lain   : Gunung Gede
Tabel 2.1 Sejarah letusan Gunung Guntur (PVMBG, 2011)
Gambar  II.4.  Sebaran  hiposenter  gempa  di  sekitar  Kompleks  G.  Guntur  tersebar  sepanjang sesar (garis merah) Drajat-Kamojang dan Guntur-Gandapura (kiri atas), pusat  gempa  di  bawah  Kamojang  lebih  dalam  daripada  di  bawah  Gandapura-Guntur
Gambar III.1 Tampilan data seismik Gunung Guntur tanggal 01 Juni 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peradilan pajak di Indonesia merupakan peradilan administrasi yang bersifat khusus di bidang perpajakan. Dalam Pasal 2 UU Pengadilan Pajak disebutkan

Riam Odong ditemukan 3 jenis bambu dari 2 genus yang berbeda yaitu genus Dendrocalamus terdiri dari Dendrocalamus asper (Schultes f.) Backer ex heyne (bambu poring), genus

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa perbedaan genotipe tanaman merupakan faktor penentu dominan dalam berbagai variabel yang diamati, yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, umur

Publik, terutama yang berkenaan dengan Pemberdayaan Masyarakat serta dapat memperkaya kepustakaan dalam topik peningkatan kesejahteraan melalui pemberdayaan masyarakat dan

Dari contoh singkat dan paparan di atas mengenai ketiga sekolah di Salatiga tersebut, bisa dilihat bahwa sebagai institusi pendidikan ketiga sekolah memiliki

a) Sosiologi pendidikan sebagai analisis dari proses sosialisasi. Dasarnya adalah pemahaman kelompok.. 25 sosial mempengaruhi kelakuan individu. Sehingga dikemukakan

Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dapat diterima, maka dapat disimpulkan bahwa: Dengan supervisi kepala sekolah, dapat meningkatkan kedisiplinan dan profesionalisme

Pemberi Fidusia tidak berhak untuk rnelakukan Fidusia ulang atas --- Obyek Jaminan Fidusia. Pemberi Fidusia juga tidak diperkenankan --- untuk membebankan dengan cara