• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) (Studi di Kelurahan Jombang, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) (Studi di Kelurahan Jombang, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang)."

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM MANDIRI PERKOTAAN) Studi di Kelurahan Jombang Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. ANDHINA WARDHANI NIM 0610310018. UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK KONSENTRASI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN MALANG 2010.

(2) MOTTO Manusia tidak akan mampu menemukan lautan baru jika tidak berani kehilangan indahnya pemandangan di tepi pantai (Andre Gide, Penulis moralis dan humanis Prancis) Dunia ibarat laut tak bertepi Belajarlah dengan pesona sebagai perahu Kebenaran sebagai kemudinya Taqwa sebagai nahkodanya Dan Iman sebagai pedoman hidupnya Jangan takut jatuh sebelum melangkah Jangan takut jatuh sebelum melangkah Jangan takut bayang-bayang sendiri sebelum mencoba Kemauan, kejujuran dan ketekunan adalah modal sukses kita (Annonymous).

(3) TANDA PENGESAHAN Telah dipertahankan di depan majelis penguji skripsi, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, pada : Hari. : Selasa. Tanggal. : 2 Februari 2010. Jam. : 12.00. Skripsi atas nama. : Andhina Wardhani. Judul. : Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Nasional. Pemberdayaan. Masyarakat. Mandiri. Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) (Studi di Kelurahan Jombang, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang). dan dinyatakan LULUS MAJELIS PENGUJI Ketua. Anggota. Prof. Dr. Abdul Hakim, M.Si NIP. 19610202 198503 1 006. Dr. Heru Ribawanto, M.S NIP. 19520911 197903 1 002. Anggota. Anggota. Drs. Abdullah Said, M.Si NIP. 19570911 198503 1 003. Ainul Hayat, S.Pd, M.Si NIP. 19730713 200604 1 001.

(4) PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh pihak lain untuk mendaptkan karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebut dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (S-1) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 70). Malang, 27 Januari 2010 Mahasiswa TTD Nama : Andhina Wardhani NIM : 0610310018.

(5) RINGKASAN Andhina Wardhani, 2010, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) (Studi di Kelurahan Jombang, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang). Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Abdul Hakim, M.Si, Anggota Drs.Heru Ribawanto, MS, 103 Halaman + x Kegagalan pembangunan untuk mengentaskan kemiskinan pada dasarnya karena pembangunan yang dilaksanakan kurang memperhatikan partisipasi masyarakat, dimana masyarakat hanya dijadikan obyek pembangunan bukan sebagai subyek pembangunan. Oleh karena itulah muncul sebuah konsep pemberdayaan dalam penanganan masalah kemiskinan dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) merupakan salah satu Program Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka memberdayakan ekonomi masyarakat miskin perkotaan. Tujuan umum dari program ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui PNPM Mandiri Perkotaan, dampak pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui PNPM Mandiri Perkotaan beserta faktor pendukung dan penghambatnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dan melakukan observasi serta mencari dokumen-dokumen yang terkait. Fokus penelitian ini adalah: pertama, proses pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Jombang, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang meliputi tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi; kedua, dampak pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui PNPM Mandiri Perkotaan meliputi pengembangan usaha, peningkatan pendapatan serta kurangnya pembinaan pasca proyek; ketiga, faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui PNPM Mandiri Perkotaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Jombang telah dilalui mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap pengawasan dan evaluasi, dan dapat dikatakan berhasil karena dilaksanakan sesuai prinsip dan aturan yang ada. Disamping itu, PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Jombang juga sekaligus sebagai media pembelajaran kepada masyarakat untuk menanggulangi masalah kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Dari pengembangan usaha masyarakat sampai peningkatan pendapatan dengan adanya PNPM Mandiri Perkotaan, meskipun dampak negatif dari program ini adalah kurangnya pembinaan pasca program. Partisipasi aktif dari pelaku-pelaku PNPM Mandiri Perkotaan ditingkat kelurahan serta partisipasi dari masyarakat dalam seluruh proses kegiatan sangat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Jombang.. i.

(6) SUMMARY Andhina Wardhani, 2010, Public Economic Empowerment Through The National Program of Autonomous Urban Area Society Empowerment (Study at Kelurahan Jombang, Jombang Sub District, Jombang Regency). Supervisor: Prof. Dr. Abdul Hakim, M.Si, Co-supervisor: Drs. Heru Ribawanto, M.S, 103 pages + x The failure of development to eradicate poverty becomes evident basically due to the less emphasis of development on public participation in which the public only becomes the object of development, not the subject of development. Therefore, a concept of empowerment in the poverty problem solving seems necessary and The National Program of Autonomous Urban Area Society Empowerment refers to a Public Empowerment Program to empower the economic of urban area community. Research objective seems to understand the process of public economic empowerment through PNPM Mandiri Perkotaan, the impact of public economic empowerment through PNPM Mandirir Perkotaan, and the supporting and constraining factors. The research used qualitative method with descriptive research type with data collection technique by using interview and conducting observation and finding related documents. The research focus such as: first, the process of public economic empowerment through PNPM Mandiri Perkotaan at Kelurahan Jombang, including socialization, planning, implementation, monitoring and evaluation of PNPM Mandiri Perkotaan; second, the community economic empowerment impact through PNPM Mandiri Perkotaan corcerning with development impact of productive, income impoverment and the lacking of the maintenance for the after program; third, supporting and constraining factor affecting public economic empowerment through PNPM Mandiri Perkotaan. The result of research that the implementation of the community economic empowerment through PNPM Mandiri Perkotaan at Kelurahan Jombang begins at socialization, planning, implementation, monitoring and evaluation. The success maybe ensured when the principle and rules cannot be deviated. Instead of being as public empowerment program, PNPM Mandiri Perkotaan at Kelurahan Jombang also remains as the learning media for the public to eradicate poverty in manner of self-support and sustainability. The development of production and public income improves well in the presence of PNPM Mandiri Perkotaan, although negative impact in this program is the lacking of the maintenance for the after program. Active participation actors and community participation in all process of activities affect the success and the facilitation of PNPM Mandiri Perkotaan at Kelurahan Jombang.. ii.

(7) KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian, sehingga tulisan dalam bentuk skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) (Studi di Kelurahan Jombang,. Kecamatan. Jombang,. Kabupaten. Jombang)”.. Skripsi. ini. merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Penulis menyadari bahwa penuyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. Sumartono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.. 2. Bapak Prof.Dr. Abdul Hakim, M.Si dan Bapak Drs. Heru Ribawanto M.S, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membantu mengarahkan peneliti untuk menyelesaikan laporan penelitian skripsi ini. 3. Bapak Achmad Munir selaku Koordinator BKM beserta seluruh staf yang telah memberi kesempatan dan fasilitasi selama proses penelitian. 4. Bapak H. Moechsin selaku Ketua Unit Pengelola Keuangan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. 5. Sujud dan terimakasih terdalam kepada Ayah, Ibu beserta kedua kakakku yang senantiasa memberikan doa dan dukungan yang tiada henti demi keberhasilanku. 6. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Administrasi Publik angkatan 2006 yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan semangat dan bantuan selama proses penelitian.. iii.

(8) Penulis mengetahui bahwa tak ada sesuatupun yang paling sempurna di dunia ini. Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, sesuai dengan keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.. Malang,. Januari 2010 Penulis.. iv.

(9) DAFTAR ISI Halaman MOTTO TANDA PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI RINGKASAN....................................................................................................... i SUMMARY........................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................................... v DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. A. Latar Belakang ............................................................................. B. Rumusan Masalah Penelitian ...................................................... C. Tujuan Penelitian ......................................................................... D. Kontribusi Penelitian ................................................................... E. Sistematika Pembahasan .............................................................. 1 1 7 8 8 9. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. A. Pembangunan .............................................................................. 1. Pengertian Pembangunan ............................................... 2. Paradigma dalam Pembangunan .................................... 3. Peran Rakyat dalam Pembangunan ................................ 4. Dampak Pembangunan ................................................... B. Pemberdayaan .............................................................................. 1. Pengertian Pemberdayaan .............................................. 2. Tahap Pemberdayaan ...................................................... 3. Dimensi dan Indikator Pemberdayaan ............................ 4. Aktor-aktor yang Terlibat dalam Pemberdayaan ........... 5. Pendekatan Pemberdayaan ............................................. C. Kemiskinan .................................................................................. 1. Pengertian Kemiskinan ................................................... 2. Ciri-ciri Keluarga Miskin ............................................... 3. Macam-macam Kemiskinan ........................................... 4. Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan .................... D. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat .......................................... 1. Pemberdayaan Masyarakat .............................. .............. 2. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan ................................................ E. Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat... F. PNPM Mandiri Perkotaan sebagai Salah Satu Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ......................................... 1. Pengertian PNPM Mandiri .............................................. 11 11 11 13 15 15 16 16 18 20 21 22 22 22 24 25 27 29 29. v. 30 33 35 35.

(10) 2. 3. 4. 5. 6. 7.. Tujuan PNPM Mandiri ................................................... Pendekatan Program PNPM Mandiri ............................ Komponen Program dalam PNPM Mandiri .................. Ruang Lingkup Program PNPM Mandiri ....................... Kategori Program............................................................ Strategi dan Prinsip PNPM Mandiri ................................ 36 37 37 38 39 39. BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ A. Jenis Penelitian............................................................................. B. Fokus Penelitian .......................................................................... C. Lokasi dan Situs Penelitian .......................................................... D. Sumber dan Jenis Data ................................................................ E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... F. Instrumen Penelitian .................................................................... G. Analisis Data ................................................................................. 42 42 43 44 44 45 46 46. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 48 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 48 1. Kondisi Geografis Obyek Penelitian .............................. 48 2. Keadaan Demografi ........................................................ 48 3. Keadaan Tingkat Pendidikan .......................................... 50 4. Kondisi Mata Pencaharian Penduduk ............................. 51 5. Keadaan Mobilitas Penduduk ......................................... 52 6. Permasalahan Kemiskinan .............................................. 52 7. Kelembagaan di Kelurahan Jombang ............................. 53 B. Penyajian Data ............................................................................. 54 1. Gambaran Umum PNPM Mandiri Perkotaan ................. 54 a. Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan ................................. 54 b. Jenis Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan ..................... 58 2. Proses Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui PNPM Mandiri Perkotaan fase I di Kelurahan Jombang, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang ............................................ 59 a. Tahap sosialisasi PNPM Mandiri Perkotaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat................................ 59 b. Tahap perencanaan PNPM Mandiri Perkotaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat................................ 61 c. Tahap pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat................................ 63 d. Tahap pengawasan PNPM Mandiri Perkotaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat................................ 69 e. Tahap evaluasi PNPM Mandiri Perkotaan ..................... 71 3. Dampak Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Jombang, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang............................................ 72 a. Pengembangan Usaha ..................................................... 72 b. Peningkatan Pendapatan Masyarakat ............................. 73. vi.

(11) 4.. Faktor-faktor yang menjadi Pendukung dan Penghambat PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Jombang, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang............................................ 75 a. Faktor pendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat 76 b. Faktor penghambat pemberdayaan ekonomi masyarakat 77 C. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 80 1. Proses Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui PNPM Mandiri Perkotaan fase I di Kelurahan Jombang, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang..................... 80 a. Tahap sosialisasi PNPM Mandiri Perkotaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat................................ 82 b. Tahap perencanaan PNPM Mandiri Perkotaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat................................ 84 c. Tahap pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat................................ 86 d. Tahap pengawasan PNPM Mandiri Perkotaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat................................ 88 e. Tahap evaluasi PNPM Mandiri Perkotaan ..................... 89 2. Dampak Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Jombang, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang............................................ 89 a. Pengembangan Usaha ..................................................... 90 b. Peningkatan Pendapatan Masyarakat ............................. 92 3. Faktor-faktor yang menjadi Pendukung dan Penghambat PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Jombang, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang............................................ 93 a. Faktor pendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat. 94 b. Faktor penghambat pemberdayaan ekonomi masyarakat 94 BAB V. PENUTUP ....................................................................................... 97 A. Kesimpulan .................................................................................. 97 B. Saran ........................................................................................... 99. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 101. vii.

(12) DAFTAR TABEL No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.. Judul Dimensi dan Indikator dalam Pemberdayaan Peran Tiga Aktor dalam Pemberdayaan Masyarakat Jumlah Penduduk Kelurahan Jombang Menurut Jenis Kelamin Penduduk Kelurahan Jombang Menurut Usia Jumlah Penduduk Kelurahan Jombang Menurut Agama Jumlah Penduduk Kelurahan Jombang Menurut Pendidikan Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Jombang Keadaan Mobilitas Penduduk Jumlah Keluarga Pra-Sejahtera dan Sejahtera I di Kelurahan Jombang Lembaga Pemerintahan. viii. Hal. 21 21 48 49 49 50 51 52 53 53.

(13) DAFTAR GAMBAR No Judul 1. Model Interaktif Analisis Data 2. Struktur Organisasi PNPM Mandiri Perkotaan di Tingkat Kota. ix. Hal. 47 54.

(14) DAFTAR LAMPIRAN No. Judul. Hal.. 1.. Surat Keterangan Penelitian. 2.. Surat Izin Penelitian. 3.. Interview Guide. 4.. Gambar Logo PNPM Mandiri Perkotaan. 5.. Format Formulir Usulan Kegiatan Ekonomi. 6.. Blangko Usulan Kredit Anggota. 7.. Berita Acara Pembentukan KSM dan Formulir Pendaftaran KSM. 8.. Format Penilaian Kelayakan KSM dan Usulan KSM. 9.. Ringkasan Hasil Penilaian Kelayakan Usulan KSM. 10.. Surat Pengakuan Hutang. 11.. Surat Perjanjian Kredit. 12.. Neraca. 13.. Laporan Laba Rugi. 14.. Perhitungan Repayment Rate, Kolektabilitas dan Nilai Resiko Saldo Kredit. 15.. Curriculum Vitae. x.

(15) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu wujud dari kemauan dan kemampuan suatu negara untuk dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Pembangunan tersebut mutlak dilakukan oleh negara manapun, baik oleh negara yang masih terbelakang, negara yang sedang berkembang, maupun negara yang sudah maju. Begitu juga dengan apa yang diinginkan bangsa Indonesia, pembangunan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang sederajat dan sejajar dengan bangsa lain yang lebih maju secara terencana dan berkesinambungan. Pembangunan Nasional Negara Republik Indonesia memiliki 4 tujuan utama seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke 4, yang berbunyi : “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Sesuai dengan tujuan di atas, maka pembangunan nasional dilaksanakan untuk kepentingan bangsa dan negara dengan tujuan pembangunan manusia seutuhnya dan selanjutnya pada masyarakat Indonesia seluruhnya dengan jalan memaksimalkan sumber daya yang ada untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan melalui otonomi daerah yang mengacu pada UU No.32 tahun 2004, dimana terjadi pergeseran paradigma dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan yakni dari pola sentralisasi ke pola desentralisasi. Sehingga pemerintah daerah di sini memiliki kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri 1.

(16) 2. sesuai dengan kepentingan dan potensi daerahnya. Pelaksanaan dari UU No.32 tahun 2004 menganut prinsip: 1) penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan penggalian potensi serta keanekaragaman daerah; 2) harus lebih meningkatkan kemandirian daerah; 3) didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab; dan 4) harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga terjamin hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta antar daerah. Prinsip-prinsip tersebut merupakan suatu gambaran bahwa paradigma peran pemerintah bergeser dan berubah yaitu dari pelaksana menjadi fasilitator, dari pemberi instruksi menjadi pelayan masyarakat dan dari mengatur menjadi memberdayakan masyarakat. Berdasarkan kenyataan yang ada, pembangunan di Indonesia saat ini dihadapkan pada suatu permasalahan pokok dan krusial yaitu masalah kemiskinan. Mengingat sampai saat ini Indonesia belum terbebas dari angka kemiskinan, bahkan data terbaru dari BPS menunjukkan jumlah penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta atau sebesar 14,15%. Dibandingkan dengan data pada bulan Maret 2008, penduduk miskin berjumlah 34,96 juta jiwa atau 15,42%, itu berarti bahwa presentase. penduduk. miskin. turun. sebesar. 1,27%. atau. sebesar. 2,43. juta.(http://www.bps.go.id) Menurut Korten (1988:314), pembangunan tersebut kurang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk ikut dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Seharusnya pembangunan menurut Suryono (2004:37) berarti upaya terusmenerus dilakukan dengan tujuan menempatkan manusia pada posisi dan peranannya secara wajar yakni sebagai subyek dan obyek pembangunan untuk mampu mengembangkan dan memberdayakan dirinya sehingga keluar dapat berhubungan. serasi,. selaras. menciptakan keseimbangan.. dan. dinamis;. sedangkan. kedalam. mampu.

(17) 3. Meskipun jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan, akan tetapi pemerintah tetap terus menjalankan dan memperbaiki kebijakan untuk mencapai target dalam penurunan jumlah penduduk miskin walaupun sebenarnya bukan pekerjaan yang mudah, karena masalah kemiskinan senantiasa berkenaan dengan rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya kualitas gizi dan kesehatan, rendahnya tingkat pendidikan, kerentanan menghadapi situasi sosial ekonomi, ketidakberdayaan menghadapi situasi sosial politik, serta aspek terkait lainnya yang. berkenaan. dengan. pembangunan. sumber. daya. manusia. (human. development). (http://www.bps.go.id) Guna mencapai kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan, maka pembangunan dilaksanakan pada segala bidang kehidupan, dengan sasaran di seluruh tanah air, baik di pusat kota maupun sampai ke pelosok desa. Berkaitan dengan masalah kemiskinan yang telah dipaparkan di atas, menyadarkan kita bahwa dalam pengelolaan pembangunan harus memanfaatkan secara optimal sumber daya domestik baik meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam perspektif ini berarti kemiskinan harus menjadi tanggung jawab bersama sehingga penanggulangannya menuntut keikutsertaan aktif semua pihak. Oleh sebab itu muncul sebuah konsep yang diharapkan dapat menjawab permasalahan kemiskinan di Indonesia. Konsep tersebut sebagai salah satu pendekatan dalam pengelolaan pembangunan yang sesuai dengan amanat UU No.32 tahun 2004 yaitu melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat (community empowerment). Konsekuensinya, masyarakat harus berdaya untuk berperan serta dalam pembangunan. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people centered, parcipatory, empowering dan suistainable”. Hal tersebut di atas seperti yang dikemukakan oleh Chamber yang dikutip oleh Suryono dan Nugroho (2008:15), asumsinya adalah bahwa setiap manusia memiliki potensi, memiliki daya untuk mengembangkan dirinya. Aktifitas pemberdayaan ekonomi masyarakat harus dilakukan secara optimal dan terarah pada upaya memperbaiki keadaan sekaligus mampu mengangkat kondisi perekonomian ekonomi masyarakat miskin. Dalam hal ini masyarakat diberi kewenangan dan kekuatan secara optimal sehingga diharapkan mereka.

(18) 4. dapat berdaya dalam memperbaiki kemampuan ekonominya minimal pada tataran kemampuan memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri. Pemberdayaan ekonomi masyarakat mengandung maksud pembangunan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia sebagai agenda utama pembangunan nasional sehingga melalui langkah-langkah yang nyata harus diupayakan agar terjadi pertumbuhan ekonomi rakyat. Pemberdayaan ekonomi diarahkan dalam upaya mendorong perubahan struktural yaitu dengan memperkuat kedudukan dan peran ekonomi rakyat dalam perekonomian. Program-program pemberdayaan masyarakat sebenarnya bukan merupakan hal yang baru dilaksanakan. Sebagai bahan evaluasi, berbagai program telah dilakukan pemerintah Indonesia selama ini sebagai contoh Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Pengembangan Prasarana Desa Tertinggal (P3DT), Jaring Pengaman Sosial (JPS), Pemberdayaan Daerah Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) dan masih banyak program-program lain yang secara konseptual mengedepankan aspek pemberdayaan masyarakat. Meski tidak bisa dikatakan bahwa berbagai program tersebut gagal total, tetapi tidak bisa dikatakan pula bahwa program tersebut telah berhasil terutama berkaitan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pada implementasinya, adanya program tersebut terkadang overlaping dan bersifat parsial serta kurangnya koordinasi pelaksana, dan juga rendahnya partisipasi masyarakat. (http://www.pnpm-mandiri.org) Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kebijakan pemerintah yang tertuang dalam program pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan upaya penanggulangan kemiskinan, menuntut adanya evaluasi dan rekonstruksi kembali, termasuk pada tataran alternatif solusi yang benar-benar dapat menyentuh dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Walaupun penduduk miskin Indonesia yang tinggal di perkotaan hanya 1/3 dari keseluruhan jumlah penduduk miskin Indonesia, akan tetapi dengan berlandaskan pembukaan UUD 1945, maka pembangunan dilaksanakan pada segala bidang kehidupan, dengan sasaran di seluruh tanah air. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri.

(19) 5. Perkotaan). PNPM Mandiri Perkotaan merupakan integrasi dari program-program pemberdayaan masyarakat ke dalam kebijakan kerangka Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Program ini merupakan lanjutan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Berdasarkan Keputusan. Menteri. Koordinator. Bidang. Kesejahteraan. Rakyat. No.23/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007, nama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) berubah menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Dengan melihat keberhasilan PNPM dalam menanggulangi kemiskinan, maka pemerintah mengadopsi skema PNPM dalam pelaksanaan PNPM Mandiri dan menjalankan pendampingan di lokasi perkotaan sehingga nama PNPM berganti menjadi PNPM Mandiri Perkotaan. PNPM Mandiri Perkotaan memusatkan kegiatan bagi masyarakat miskin di perkotaan dengan menyediakan fasilitas pemberdayaan masyarakat melalui kelembagaan lokal yaitu terbentuknya Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), pendampingan dan adanya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang diberikan kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Masyarakat yang difasilitasi pemerintah merupakan subyek utama sekaligus pemanfaat PNPM Mandiri Perkotaan yang memutuskan sendiri kegiatan pembangunan secara musyawarah dan mufakat sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam kerangka ini, pemerintah lebih banyak berperan sebagai fasilitator saja. Salah satu alasan mendasar pemberdayaan ekonomi masyarakat dilaksanakan melalui PNPM Mandiri Perkotaan adalah karena PNPM Mandiri Perkotaan mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam rangka membangun. kelembagaan. masyarakat. yang. mandiri. dan. berkelanjutan. (suistanable) dalam menyuarakan aspirasi dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal. Adapun tujuan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) adalah : a. Tujuan Umum Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri..

(20) 6. a. Tujuan Khusus 1) Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke. dalam. proses. pengambilan. keputusan. dan. pengelolaan. pembangunan. 2) Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel. 3) Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor). 4) Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. 5) Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. 6) Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal. 7) Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. Di wilayah Kabupaten Jombang, terdapat 5 kecamatan yang mendapatkan PNPM Mandiri Perkotaan yang tersebar di 63 kelurahan, yang mana salah satunya adalah Kelurahan Jombang. Dari beberapa kelurahan yang ada di Kabupaten Jombang, Kelurahan Jombang merupakan salah satu kelurahan dengan kategori miskin yang berhak mendapatkan program pemberdayaan masyarakat ini. PNPM Mandiri Perkotaan yang terdapat di Kelurahan Jombang Kecamatan Jombang.

(21) 7. Kabupaten Jombang ini menggunakan pendekatan prioritas terhadap program yang mendesak untuk segera diatasi permasalahannya. Namun bagaimana proses pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui PNPM Mandiri Perkotaan yang dilakukan di Kelurahan Jombang Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang menarik untuk diteliti sebagai bahan kajian dan masukan bagi para pihak yang berkepentingan dalam pembangunan, khususnya pembangunan yang berdimensi kerakyatan, dimana hasil akhirnya yaitu diharapkan. mampu. meningkatkan. kesejahteraan. masyarakat.. Konsep. pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan. di. Kelurahan. Jombang. dalam. meningkatkan. kesejahteraan. perekonomiannya melalui PNPM Mandiri Perkotaan. Berangkat dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat PNPM Mandiri Perkotaan ini dalam penulisan skripsi, adapun judul dari tulisan ini adalah ”Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan. Masyarakat. Mandiri. Perkotaan. (PNPM. Mandiri. Perkotaan)” Studi di Kelurahan Jombang Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Alasan peneliti mengambil tema tersebut karena ada permasalahan yang cukup menarik untuk dikaji lebih jauh. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan tersebut, bukan hanya secara teknis saja, akan tetapi permasalahan pada dinamika pelaksanaan hingga pencapaian tujuan utama yaitu kesejahteraan dari target groupnya juga menjadi fokus dalam penelitian ini. B. Rumusan Masalah Penelitian Berkaitan dengan latar belakang serta fenomena tersebut, maka permasalahan yang ingin peneliti kemukakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah proses pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui Program. Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) di Kelurahan Jombang Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang?.

(22) 8. 2. Bagaimanakah dampak pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui Program. Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) di Kelurahan Jombang Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang? 3. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat. pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) di Kelurahan Jombang Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang? C. Tujuan Penelitian Dengan memperhatikan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses pemberdayaan ekonomi. masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) di Kelurahan Jombang Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. 2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis dampak pemberdayaan ekonomi. masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) di Kelurahan Jombang Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. 3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi. pendukung dan penghambat yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) di Kelurahan Jombang Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. D. Kontribusi Penelitian Dari segi teoritis maupun segi praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang meliputi : 1. Kontribusi Teoritis (akademis) Menjadi bahan referensi tambahan dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Administrasi.

(23) 9. Publik, terutama yang berkenaan dengan Pemberdayaan Masyarakat serta dapat memperkaya kepustakaan dalam topik peningkatan kesejahteraan melalui pemberdayaan masyarakat dan sebagai referensi atau sebagai bahan perbandingan untuk penyempurnaan metode analisis kegiatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) di Kelurahan Jombang Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang, bagi para peneliti selanjutnya. 2. Kontribusi Praktis Sebagai bentuk penerapan Ilmu Administrasi Publik khususnya Administrasi Pembangunan pada konsep Pemberdayaan Masyarakat yang fokusnya agar masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan, memberikan motivasi pada masyarakat agar dapat mandiri dalam memberdayakan dirinya. E. Sistematika Pembahasan Untuk mengetahui secara garis besar yang akan dibahas dalam penulisan laporan penelitian ini, maka hal ini dapat dilihat dalam sistematika pembahasan pada penulisan laporan penelitian sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang penulisan laporan penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini mengemukakan secara garis besar teori-teori yang relevansi dengan pokok permasalahan ini, antara lain teori. tentang:. Pembangunan, Pemberdayaan, Kemiskinan, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) serta Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)..

(24) 10. BAB III. METODE PENELITIAN Dalam bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian yang akan dipakai, fokus penelitian untuk menentukan ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan. Kemudian lokasi dan situs penelitian tempat penelitian dilaksanakan, sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya mengenai teknik pengumpulan data yang menyangkut bagaimana penulis memperoleh data, instrumen penelitian sebagai alat bantu yang digunakan dalam proses pengumpulan data yang berwujud sarana/benda dan analisis data yang merupakan bagian terpenting dalam proses penelitian karena dengan analisis data akan ada pemaknaan bagi data dalam memecahkan masalah penelitian. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang meliputi deskripsi wilayah penelitian dengan mengemukakan data yang diperoleh dari lokasi penelitian, penyajian data dan gambaran umum lokasi penelitian serta analisis dan interpretasi data. BAB V. PENUTUP Dalam bab ini menyajikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan oleh peneliti terhadap hasil penelitian sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan kajian untuk program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang sejenis..

(25) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan 1. Pengertian Pembangunan Pembangunan merupakan suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir, terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada keadaan yang dianggap lebih baik. Konsep pembangunan seringkali didefinisikan berbeda-beda oleh para ahli. Secara etimologik menurut Suryono (2004:1), istilah pembangunan berasal dari kata bangun, diberi awalan pem- dan akhiran –an guna menunjukkan perihal pembangunan. Kata bangun setidaknya mengandung empat arti: 1) bangun dalam arti sadar atau siuman (aspek fisiologi); 2) bangun dalam arti bangkit atau berdiri (aspek perilaku); 3) bangun dalam arti bentuk (aspek anatomi); dan 4) bangun dalam arti kata kerja membuat, mendirikan, atau membina (gabungan aspek fisiologi, aspek perilaku dan aspek anatomi). Siagian (2005:4) mendefinisikan pembangunan sebagai rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Atas definisi tersebut maka akan muncul tujuh ide pokok yaitu: 1) pembangunan merupakan suatu proses; 2) pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai sesuatu untuk dilaksanakan; 3) pembangunan dilaksanakan secara terencana, baik dalam jangka pendek, jangka sedang dan jangka panjang; 4) rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan perubahan; 5) pembangunan mengarah kepada modernitas; 6) modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan bersifat multidimensial; dan 7) pembangunan ditujukan kepada usaha pembinaan bangsa sehingga suatu bangsa menjadi kokoh fondasinya. Selanjutnya Agus Suryono (2004:37) menyebutkan definisi pembangunan adalah: 11.

(26) 12. “upaya terus-menerus dilakukan dengan tujuan menempatkan manusia pada posisi dan peranannya secara wajar yakni sebagai subyek dan obyek pembangunan untuk mampu mengembangkan dan memberdayakan diriya sehingga keluar dapat berhubungan serasi, selaras dan dinamis; sedangkan kedalam mampu menciptakan keseimbangan” (Suryono, 2004:37). Hal senada disampaikan juga oleh Bryant dan White seperti yang dikutip Suryono dan Nugroho (2007:2-3) menyebutkan ada lima implikasi utama yang perlu diperhatikan dalam definisi pembangunan adalah sebagai berikut: 1) Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia baik. individu maupun kelompok (capacity); 2) Pembangunan. berarti. mendorong. tumbuhnya. kebersamaan. dan. kemerataan nilai dan kesejahteraan (equity); 3) Pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk. membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan kekuasaan untuk memutuskan (empowerment); 4) Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun. secara mandiri (suistainability); dan 5) Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara yang satu. dengan yang lain dan menciptakan hubungan saling menguntungkan dan saling menghormati (interdepence). Kelima implikasi tersebut mengandung makna bahwa pembangunan ditujukan untuk pengembangan masyarakat sehingga dengan pembangunan diharapkan mampu mendorong peningkatan kemampuan masyarakat agar masyarakat menjadi mandiri dan tidak bergantung pada pemerintah. Dari. pengertian. beberapa. pendapat. ahli,. dapat. dinyatakan. bahwa. pembangunan adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih baik dimana dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan serta hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan secara adil dan merata. Berhasilnya pembangunan tergantung kepada partisipasi aktif seluruh rakyat, yang berarti pembangunan harus dilaksanakan secara merata oleh segenap lapisan masyarakat..

(27) 13. 1. Paradigma dalam Pembangunan Menurut Todaro (2000:28), pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin demi mencapai kehidupan yang lebih baik. Sehingga pembangunan harus mengikuti perkembangan jaman yang menitikberatkan pada perbaikan kualitas serta tingkat hidup masyarakat, agar lebih baik dari keadaan sebelumnya. Seharusnya pembangunan mampu mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat terutama masalah kemiskinan, namun paradigma pembangunan yang ada selama ini belum mampu mengatasinya. Beberapa paradigma pembangunan tersebut menurut Sulistiyani (2004:63-65) adalah sebagai berikut : a. Paradigma Pertumbuhan (growth paradigm). Pada dasawarsa pertama tahun 1960-1970 adanya keinginan untuk menciptakan kemajuan di bidang ekonomi dengan strategi pertumbuhan ekonomi negara berkembang sekitar 5% pertahun. Ironisnya pendekatan ini membuat negara–negara berkembang justru kandas di tengah jalan. Paradigma ini lebih menonjolkan infrastruktur fisik yang memunculkan ketimpangan sosial ekonomi. Pertumbuhan pendapatan tidak disertai dengan pemerataan pendapatan masyarakat. Masyarakat miskin hanya menerima sebagian kecil dari efek pertumbuhan ekonomi, sedangkan kaum pemilik modal menguasai akses ekonomi yang ada sehingga persoalan kemiskinan menjadi semakin parah. b. Paradigma Pembangunan Berkelanjutan (Suistainable Development. Paradigm) Hasil-hasil pembangunan yang tidak dapat dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat telah mengkondisikan ketimpangan dan ketergantungan berkepanjangan. Kendati sudah sangat terlambat, pemerintah mulai menengok paradigma baru yaitu pembangunan berkelanjutan. Konsep paradigma ini adalah konsep pembangunan ramah lingkungan yakni perpaduan antara bagaimana melakukan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan.

(28) 14. masyarakat suatu negara dengan sumber daya yang dimiliki, sekaligus mempertimbangkan kelangsungan generasi selanjutnya. c. Paradigma Human Development. Belajar dari pengalaman yang lalu, maka mulai tahun 1990-an ditiupkan paradigma baru yang lebih humanize. Terjadinya kegagalan tersebut telah menyadarkan akan perlunya reorientasi baru dalam pembangunan. Oleh karena itu, paradigma pembangunan menempatkan manusia sebagai faktor kunci yang memainkan peran penting dalam segala segi. Paradigma pembangunan. sebelumnya. lebih. bersifat. elitis. daripada. populis.. Pembangunan yang berbasis pada manusia mencakup pembangunan masyarakat (community based development) dan pembangunan manusia (people centered development). Dalam paradigma ini pembangunan diarahkan pada upaya mewujudkan keadilan, pemerataan dan kedamaian dan pembangunan. yang. berpusat. pada. manusia. dan. berorientasi. pada. pemberdayaan masyarakat agar menjadi sektor pembangunan sehingga dapat menimbulkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, kemandirian dan etos kerja. d. Paradigma Pemberdayaan Masyarakat Bertolak dari model pembangunan yang humanize tersebut maka dibutuhkan program-program pembangunan yang memberikan prioritas pada upaya memberdayakan. masyarakat.. tampaknya. pendekatan. pemberdayaan. masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan nasional merupakan pilihan yang harus diambil. Jika tidak menempuh cara ini makapembangunan akan semakin jauh dari visi dan misi sebagaimana tertuang dalam UUD 1945. Dalam konteks good governance ada tiga pilar yang harus menopang jalannya proses pembangunan, yaitu masyarakat sipil, pemerintah dan swasta. Tidak dapat disangkal lagi, bahwa SDM menjadi pilar utama yang harus diberdayakan. Meskipun usaha meningkatkan kapabilitas dan kapasitas SDM bukan merupakan pekerjaan yang sederhana..

(29) 15. 2. Peran Rakyat dalam Pembangunan Rakyat merupakan target atau sasaran dalam proses pembangunan, kemakmuran atau kesejahteraan rakyat adalah tujuan pembangunan. Selain sebagai sasaran pembangunan, rakyat juga sebagai alat pembangunan. Dimensi manusia dalam pembangunan menjadi arti penting karena pembangunan membutuhkan daya dukung sumber daya manusia yang potensial secara kuantitas dan kualitas. Terdapat kelemahan dalam strategi pembangunan nasional selama ini yakni penyelenggara negara atau pemerintah hanya mementingkan kuantitas pencapaian tujuan dalam pertumbuhan tanpa memperhatikan kualitas. Sebenarnya masyarakat sangat perlu diajak bekerjasama dalam berbagai kegiatan program pembangunan. Bentuk dan jenis partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Tjokroamidjojo (1985:208) adalah sebagai berikut : a. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan; b. Partisipasi dalam pelaksanaan; c. Partisipasi dalam monitoring; dan d. Partisipasi dalam evaluasi. Pemerintah. dan. masyarakat. mempunyai. kaitan. erat. dalam. proses. pembangunan, keduanya saling membutuhkan satu sama lain. Pembangunan yang berpusat pada rakyat lebih menekankan pada pemberdayaan (empowerment), yang memandang inisiatif-kreatif dari rakyat sebagai sumber daya utama dalam pembangunan dan memandang kesejahteraan material dan spiritual sebagai tujuan yang akan dicapai proses pembangunan. 3. Dampak Pembangunan Menurut Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaya (1982:1) bahwa,”development is not a static concept, it’s continously changing” artinya pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha tanpa akhir. Pengertian pembangunan harus dilihat secara dinamis, dan bukan dilihat sebagai konsep yang statis. Sehingga pembangunan harus mengikuti perkembangan jaman yang menitik beratkan pada perbaikan kualitas serta tingkat hidup masyarakat, agar lebih baik dari keadaan.

(30) 16. sebelumnya. Keberhasilan pembangunan menurut Todaro (2000:25) dapat dilihat dari dua faktor, yaitu : a. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi; dan b. Tidak berdampak pada kerusakan sosial dan lingkungan. Konsep pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development) merupakan suatu pendekatan pembangunan yang memandang inisiatif dan kreatif dari rakyat sebagai sumber daya pembangunan yang utama, serta sebagai tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembangunan adalah kesejahteraan. Meskipun banyak terminologi mengenai pembangunan, tetapi secara umum istilah pembangunan menunjuk pada serangkaian kegiatan yang dilakukan melalui perubahan dan pertumbuhan untuk dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Hal ini wajar, karena pembangunan bertujuan untuk mencapai kesejahteraan. Walaupun dalam implementasinya, tentu saja akan terjadi dampak yang ditimbulkan dari proses pembangunan. Dampak yang terjadi sangat beragam dan dapat dilihat dari berbagai aspek. Sejalan dengan uraian tersebut, Soekanto (1990:438) mengemukakan bahwa: “dengan adanya dampak-dampak yang ditimbulkan, maka permasalahan yang paling penting adalah bagaimana caranya melaksanakan pembangunan sebagai wujud dari kemauan dan kemampuan dengan memaksimalkan dampak positif yang bisa ditimbulkan, sekaligus meminimalkan kemungkinan negatif yang tidak diinginkan”. B. Pemberdayaan (Empowerment) 1. Pengertian Pemberdayaan Pemberdayaan. merupakan. konsep. yang. lahir. sebagai. bagian. dari. perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan Barat, utamanya Eropa. Pemberdayaan masyarakat sebagai strategi pembangunan yang digunakan dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia. Perspektif pembangunan ini menyadari betapa pentingnya kapasitas manusia dalam rangka meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan nonmaterial melalui redistribusi modal atau kepemilikan..

(31) 17. Suharto (2009: 58-59) mengemukakan definisi pemberdayaan jika dilihat dari tujuan, proses, cara-cara pemberdayaan adalah sebagai berikut: a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung; b. Pemberdayaan adalah sebuah proses yang mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya; c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial; dan d. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa) atas kehidupannya. Sementara itu Ife (2008:182) juga memberi batasan mengenai pemberdayaan sebagai “upaya penyediaan kepada orang-orang atas kesempatan, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas mereka”. Terkait dengan itu, Sulistiyani (2004:185) memberi penjelasan sebagai berikut: “dalam perspektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri, baik yang berasal dari pemerintah maupun pihak lain, disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan”. Dari berbagai pengertian pemberdayaan di atas, dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan. merupakan. sebuah. proses. dan. tujuan.. Sebagai. proses,. pemberdayaan merupakan serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang. mengalami. kemiskinan.. Sedangkan. pemberdayaan. sebagai. tujuan. dimaksudkan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki.

(32) 18. kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melakukan tugas-tugas kehidupannya. 2. Tahap Pemberdayaan Menurut Conyers (1994:175) bahwa pembangunan masyarakat adalah sebagai “proses dimana semua usaha swadaya masyarakat digabungkan dengan usaha-usaha pemerintah guna meningkatkan kondisi masyarakat serta untuk mengintegrasikan masyarakat yang ada ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan memberikan kesempatan yang memungkinkan masyarakat tersebut untuk membantu secara penuh pada kemajuan dan kemakmuran bangsa”. Selain itu, upaya pemberdayaan menurut Sulistiyani (2004:79) dilakukan melalui tiga arah, yaitu: a. Menetapkan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Sebagai pengenalan bahwa setiap manusia atau masyarakat mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, pemberdayaan adalah usaha untuk membangun daya itu dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berusaha untuk mengembangkannya; b. Memperkuat. daya. atau. potensi. yang. dimiliki. oleh. masyarakat. (empowering). Penguatan ini meliputi langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai masukan, akses kepada berbagai peluang sehingga membuat masyarakat menjadi berdaya; c. Memberdayakan. mengandung. arti. melindungi,. dalam. proses. pemberdayaan harus mampu mencegah yang lemah menjadi lemah, karena kurang berdaya dalam menghadapi pihak-pihak yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada masyarakat yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan. Dengan demikian untuk menciptakan masyarakat yang berdaya, perlu adanya pemihakan.

(33) 19. pertumbuhan ekonomi kerakyatan yang diarahkan langsung pada akses rakyat kepada sumber daya pembangunan disertai penciptaan peluangpeluang bagi masyarakat di lapisan bawah untuk berpartisipasi dalam pembangunan, sehingga mampu mengatasi kondisi keterbelakangan dan memperkuat daya saing ekonomi. Ketiga arah pemberdayaan diatas, menurut Sumodiningrat (1999:28) berpangkal pada dua sasaran utama, yaitu: a. Untuk melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan; b. Untuk memperkuat posisi masyarakat dalam struktur kekuasaan. Agar sampai pada sasaran tersebut, maka proses pemberdayaan masyarakat menurut Sulistiyani (2004: 124) dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. Inisial, yaitu pemberdayaan dari pemerintah, oleh pemerintah dan untuk rakyat; b. Partisipatoris, yaitu pemberdayaan dari pemerintah bersama rakyat dan untuk rakyat; dan c. Emansipatoris, yaitu pemberdayaan dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat dan didukung oleh pemerintah. Pada tahap ketiga ini, masyarakat sudah dapat menemukan eksistensi dirinya, sehingga dapat melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam mengaktualisasikan dirinya, kegiatan pemberdayaan masyarakat telah mencapai puncaknya dan untuk merealisasikannya diperlukan dua persyaratan pokok, yaitu : a. Perencanaan. pembangunan,. dimana. perencanaan. pembangunan. yang. berwajah pemberdayaan masyarakat adalah mengarah pada strategi dasar pemberdayaan masyarakat yang memadukan pertumbuhan dan pemerataan, dan menurut Sumodiningrat (1999:30) yaitu : 1). Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat;. 2). Pemantapan ekonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan pembangunan di daerah yang mengembangkan peran serta masyarakat; dan. 3). Modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah perubahan struktur sosial ekonomi yang bersumber pada peran masyarakat lokal..

(34) 20. b. Pelaksanaan program pembangunan yang berwajah pemberdayaan masyarakat menurut Sulistiyani (2004:69) memiliki ciri-ciri antara lain : 1). Kegiatan yang dilakukan harus terarah dan menguntungkan masyarakat lemah;. 2). Pelaksanaan harus dilakukan oleh masyarakat sendiri, dimulai dari pengenalan apa yang dilakukan;. 3). Karena masyarakat lemah sulit untuk bekerja sendiri-sendiri, akibatnya kekurangan keberdayaannya, maka upaya pemberdayaan masyarakat menyangkut pula pengenbangan kegiatan bersama (cooperative) dalam kelompok yang dapat dibentuk atas dasar wilayah tempat tinggal; dan. 4). Mengerahkan partisipasi yang luas dari masyarakat untuk turut serta membantu dalam rangka kesetiakawanan sosial, termasuk keikutsertaan orang-orang setempat ke dalam organisasi masyarakat.. 3. Dimensi dan Indikator Pemberdayaan Parson dalam Suharto (2009: 63) mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada: a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar; b. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain; dan c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah kemudian melibatkan upayaupaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan. Dalam mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan, maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukkan seseorang itu berdaya atau tidak, dikarenakan masalah pemberdayaan merupakan proses bertahap menuju masyarakat yang berdaya..

(35) 21. Terdapat tiga level yang harus dicapai dalam pemberdayaan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1 Dimensi dan Indikator dalam Pemberdayaan Dimensi Indikator Level individu: pengembangan potensi • - Kepemilikan aset/modal • - Kekuatan fisik • - Tidak terisolasi • - Keberfungsian lembaga usaha Level organisasi/kelompok: partisipasi - Perencanaan dan pengambilan dalam pembangunan keputusan - Pelaksanaan dan pengawasan keputusan bersama Level sistem: kemandirian masyarakat • - Pengurangan ketergantungan kepada bantuan luar 4. Aktor-Aktor yang Terlibat dalam Pemberdayaan Masyarakat Dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin perlu dirancang kontribusi masing-masing aktor, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Sulistiyani (2004:97) merancang peran ketiga aktor tersebut dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2 Peran Tiga Aktor dalam Pemberdayaan Masyarakat Aktor Pemerintah. Peran dalam Pemberdayaan Formulasi dan penetapan kebijakan, implementasi, monitoring dan evaluasi serta mediasi.. Swasta. Kontribusi pada formulasi, implementasi, monitoring dan evaluasi. Masyarakat. Partisipasi dalam formulasi, implementasi, monitoring dan evaluasi. Sumber: Matrik Kegiatan KPK 2007. Bentuk output peran Berbagai macam kebijakan dalam penanggulangan kemiskinan, penetapan indikator, pembuatan juklak, penyelesaian sengketa Konsultasi dan rekomendasi kebijakan, implementasi kebijakan dan pemeliharaan. Saran, kritik, partisipasi, menghidupkan fungsi sosial kontrol, menjadi obyek.

(36) 22. 5. Pendekatan Pemberdayaan Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan menurut Suharto (2009: 67) dapat dicapai melalui pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu: a. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat; b. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhankebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka; c. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil; d. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu. menjalankan. peranan. dan. tugas-tugas. kehidupannya.. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan; dan e. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan. C. Kemiskinan 1. Pengertian Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah gradual yang melanda setiap bangsa, bahkan bagsa maju sekalipun masih memiliki kantong-kantong kemiskinan. Kemiskinan.

(37) 23. juga menjadi masalah besar khususnya bagi negara-negara sedang berkembang. Pengertian kemiskinan sangat beragam, mulai dari sekedar ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan hingga pengertian lebih luas yang memasukkan komponen-komponen sosial dan moral. Keragaman definisi tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang ideologis masing-masing penganutnya. Secara harfiah, Anwar (2003:282) mengemukakan bahwa: “kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang diberi arti “tidak berharta benda”. Dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga maupun kelompok, sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain. Kemiskinan merupakan masalah global dan kerapkali dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup”. Jamasi dalam Suryono dan Nugroho (2008:46-47) mengemukakan bahwa ada beberapa cara penggolongan kemiskinan yaitu: “Pertama, dengan membandingkan tingkat pendapatan orang atau keluarga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum. Dalam hal ini maka dikenal adanya kemiskinan absolut dan relatif. Kedua, kemiskinan relatif merupakan kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi diatas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah daripada pendapatan masyarakat sekitarnya. Ketiga, kemiskinan kultural yakni kondisi miskin dihadapi oleh suatu komunitas yang disebabkan oleh faktor budaya. Keempat, yakni kemiskinan struktural merupakan suatu kemiskinan yang melanda suatu komunitas yang disebabkan oleh faktorfaktor yang dibangun oleh manusia”. Beberapa ahli mendefinisikan kemiskinan hanya dipandang dari segi ekonomi saja, antara lain World Bank dalam Suryono (2004:100) adalah sebagai ketidakmampuan seorang individu memenuhi kebutuhan dasarnya. Akan tetapi, Ellis dalam Suharto (2009: 133) mengatakan bahwa untuk membangun pengertian kemiskinan dapat diidentifikasikan ke dalam beberapa dimensi, diantaranya: “seperti dimensi ekonomi, sosial dan politik. Dari segi ekonomi dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan kelompok orang. Kemiskinan dari segi sosial dapat diartikan sebagai kekurangan jaringan sosial dan struktur sosial yang mendukung untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan agar produktivitas.

(38) 24. seseorang meningkat. Selanjutnya kemiskinan dari segi politik lebih menekankan pada derajat akses terhadap kekuasaan (power)”. 2. Ciri-Ciri Keluarga Miskin Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Mereka dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat-istiadat dan sistem nilai yang dimilikinya. Dalam memenuhi kebutuhan pokok ini maka pengaruh ruang lingkup perlu diperhitungkan. Oleh karena itu, menurut Suharto (2009: 7-8) keluarga miskin adalah mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan dengan ciri sebagai berikut : a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan, papan); b. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi); c. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga); d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal; e. Rendahnya kualitas sumber daya manusia; f. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan; g. Rendahnya keterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat; h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental; dan i. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan dalam rumah tangga, janda miskin dan lain-lain). Sedangkan penduduk miskin menurut Korten (1988:192) adalah mereka yang tidak memiliki: a. Mutu kerja yang tinggi; b. Jumlah modal yang memadai;.

(39) 25. c. Luas tanah dan sumber alam yang cukup; d. Keterampilan dan keahlian yang cukup tinggi; dan e. Rangkuman hidup yang memungkinkan perubahan dan kemajuan. Letak substansi kemiskinan adalah pada adanya kesenjangan. Kesenjangan berarti ketidakmerataan akses yang dapat diperoleh semua segmentasi sosial masyarakat dengan porsi yang relatif sama. Akses seringkali hanya dapat dijangkau oleh lapisan tertentu saja., sedangkan yang lain sangat susah untuk memperolehnya. 3. Macam-macam Kemiskinan Dari. uraian. pengertian. kemiskinan. menurut. Suharto. (2009:23-24),. kemiskinan dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu: a. Kemiskinan individu-kemiskinan kolektif. Kemiskinan individu adalah kemiskinan yang terjadi atau dialami oleh individu-individu secara pribadi, sedangkan kemiskinan kolektif adalah kemiskinan yang terjadi pada kelompok-kelompok orang dalam ikatan bersama; b. Kemiskinan perdesaan-kemiskinan perkotaan. Kemiskinan ini dibedakan berdasar lokasi penduduk miskin berada. Kemiskinan perkotaan kadang kala bersifat lebih kronis dibandingkan dengan kemiskinan perdesaan, karena selain masalah ekonomi terdapat pula masalah psikologis dan sosial c. Kemiskinan kronis-kemiskinan sementara. Pembedaan ini didasarkan pada kesempatan untuk melepaskan diri dari kemiskinan. Mereka yang berpeluang tinggi untuk tetap miskin dalam jangka panjang dan mempunyai peluang kecil untuk lepas dari keadaan tersebut disebut sebagai “miskin kronis”. Sementara mereka yang mempunyai cukup kesempatan untuk membebaskan diri dari kemiskinan disebut sebagai “miskin sementara”; dan d. Kemiskinan absolut-kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengenai keadaan perekonomian suatu daerah yang sebagian penduduknya mendapatkan nafkah yang hanya dapat dipakai untuk memenuhi taraf.

(40) 26. hidup minimum. Sedangkan kemiskinan relatif adalah suatu kondisi yang walaupun pendapatan seseorang sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitar. Sedangkan menurut Soetrisno (1997:92), sekurang-kurangnya ada enam macam kemiskinan yang perlu dipahami oleh pihak-pihak yang menaruh perhatian terhadap masalah kemiskinan yaitu: a. Kemiskinan subsitensi: penghasilan rendah, perumahan buruk, fasilitas air bersih mahal; b. Kemiskinan. perlindungan:. lingkungan. buruk,. (sanitasi,. sarana. pembuangan, sampah, polusi) kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan tanah; c. Kemiskinan pemahaman: kualitas pendidikan formal buruk, terbatasnya akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran akan hak, kemampuan dan potensi untuk mengupayakan perubahan; d. Kemiskinan partisipasi: tidak ada akses dan kontrol atas proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas; e. Kemiskinan identitas: terbatasnya perbauran antara kelompok sosial; dan f. Kemiskinan kebebasan: stress, rasa tidak berdaya, tidak aman baik di tingkat pribadi maupun komunitas. Meskipun banyak terminologi kemiskinan, tetapi secara umum dapat dinyatakan bahwa istilah kemiskinan selalu menunjuk pada sebuah kondisi yang serba kekurangan. Kondisi serba kekurangan tersebut bisa diukur secara obyektif, atau secara relatif didasarkan pada perbandingan dengan orang lain, sehingga melahirkan pandangan obyektif, subyektif dan relatif tentang kemiskinan. Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, penanganan kemiskinan melalui PNPM Mandiri Perkotaan mulai memandang bahwa peningkatan pendapatan bukan satu-satunya hal yang amat penting, tetapi perlakuan humanis penuh harga diri, mengakui potensi mereka dengan mengedepankan pemberdayaan agar dapat menumbuhkan kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam rangka membangun. kelembagaan. masyarakat,. yang. mandiri. dan. berkelanjutan.

(41) 27. (suistanable) dalam menyuarakan aspirasi dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal merupakan unsur lain yang ditekankan. 4. Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Menurut Misbach dalam Suparlan (1984:69), kota sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan materialistis. Sedangkan Sulistiyani (2004: 20) mengartikan perkotaan adalah suatu kawasan yang di dalamnya telah terjadi perubahan morfologis, dari kondisi sebelumnya, dengan dibangun fasilitas-fasilitas kota, disertai oleh terjadinya pergeseran fungsi produksi yang semula merupakan basis pertanian kemudian terjadi pergeseran menuju industri. Banyak masyarakat dari pedesaan yang pindah ke kota dengan bermacam alasan. Dalam hal ini Sulistiyani (2004: 18) menyatakat bahwa ketidakmerataan pembangunan di kawasan pedesaan selalu menjadi dalih utama yang mendorong masyarakat. desa. meninggalkan. kampung. halaman.. Suparlan. (1984:77). menyatakan bahwa kemiskinan di desa yang dikarenakan terdesaknya pengolahan pertanian secara manual menjadi teknik, dan bertambahnya jumlah penduduk yang tidak disertai sumber daya alam yang cukup menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi. Akan tetapi menurut Effendi (1995:60) dari sebuah penelitian tentang migrasi desa-kota terkemuka, setelah mengadakan penelitian selama dua dekade menemukan banyak bukti bahwa mayoritas penduduk berpindah karena alasan ekonomi. Kemiskinan di perkotaan muncul sebagai problem yang serius. Seperti yang dikemukakan oleh Gilbert dan Gugler dalam Sulistiyani (2004: 21) bahwa kota memiliki medan pengaruh yang luas terhadap wilayah sekitarnya. Arus urbanisasi tak terkendali, walaupun setiap kali kaum urban didera oleh banyak masalah di kota yang diimpikannya. Sementara itu Daldjoeni (1987:59) menyatakan bahwa: “dengan adanya arus urbanisasi, pertumbuhan masyarakat kota menjadi pesat, dan meskipun kota memiliki banyak fasilitas pemenuhan kehidupan untuk meningkatkan kualitas hidup penghuninya, masih saja terdapat kelompok dan.

(42) 28. segmen masyarakat yang hidup dalam keadaan yang menyedihkan atau tidak sesuai dengan standar hidup yang layak. Tentunya hal ini dapat dikategorikan dengan kemiskinan”. Esman dan Uphoff dalam Sukmana (2005:154-155) menyebutkan bahwa pemerintah dan masyarakat dapat melakukan penanggulangan kemiskinan melalui: a. investasi pelayanan masyarakat dalam bidang infrastruktur fisik dan sosial; b. kebijaksanaan pemerintah yang menguntungkan masyarakat miskin; dan c. kelembagaan yang efektif yang mampu menumbuhkan sinergisme bekerja. Dalam rangka menanggulangi masalah kemiskinan di perkotaan, diperlukan upaya untuk memadukan berbagai kebijaksanaan program pembangunan yang tersebar di berbagai sektor. Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan tidak terlepas dari konteks pembangunan masyarakat. Kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut harus mempertimbangkan beberapa hal yang dikemukakan oleh Sumodiningrat (1998: 44-46) sebagai berikut: “Pertama, bahwa program pengentasan kemiskinan hanya berjalan baik dan efektif apabila ada suasana tenteram dan stabil; Kedua, program pengentasan kemiskinan hanya akan berjalan efektif apabila pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan; Ketiga, program ini harus dikaitkan dengan kelestarian lingkungan hidup; Keempat, program pengentasan kemiskinan harus merupakan program yang berkelanjutan, yang dapat terus menerus berjalan dan dapat mandiri, Kelima, pendelegasian wewenang atau desentralisasi dalam perencanaan pelaksanaan dan pemantauan terhadap program pengentasan kemiskinan, Keenam, tekanan yang paling utama diberikan pada perbaikan pelakunya, manusianya yaitu menyangkut aspek pendidikan dan kesehatan, Ketujuh, pelayanan bagi orang jompo, penderita cacat, yatim piatu dan kelompok masyarakat lain yang memerlukannya”. Ketujuh hal tersebut memerlukan suatu program yang tajam sasaran, dimana harus dilakukan secara akurat dan bertahan. Oleh karena itu, Sumodiningrat (1998: 46) menyarankan bahwa dalam kebijakan pengentasan kemiskinan harus dibagi dua kategori yaitu : a. Kebijaksanaan tidak langsung, meliputi: upaya menciptakan ketentraman dan kestabilan situasi ekonomi; sosial dan politik; mengendalikan jumlah penduduk; melestarikan lingkungan hidup dan menyiapkan kelompok masyarakat yang miskin melalui kegiatan pelatihan; sedangkan.

(43) 29. b. Kebijakan langsung, mencakup: pengembangan data dalam penentuan kelompok sasaran; menyediakan kebutuhan dasar; penciptaan kesempatan kerja (program padat karya); program pembangunan wilayah; pelayanan perkreditan. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Sulistiyani (2004:69), namun ia lebih merinci menjadi tiga kategori kebijaksanaan yaitu: a. kebijaksanaan tak langsung. Kebijaksanaan ini diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan; b. kebijaksanaan langsung. Kebijaksanaan ini ditujukan pada golongan masyarakat berpenghasilan rendah; c. kebijaksanaan. khusus.. Kebijaksanaan. ini. dimaksudkan. untuk. mempersiapkan masyarakat itu sendiri daan aparat yang bertanggung jawab langsung terhadap kelancaran program dan sekaligus memacu dan memperluaskan upaya untuk menanggulangi kemiskinan. Pertimbangan utama dalam menyusun kebijakan dan langkah-langkah dalam menanggulangi kemiskinan adalah kenyataan bahwa bobot kemiskinan antara daerah satu dengan daerah lain tidak sama. Oleh karena itu, program penanggulangan kemiskinan dilaksanakan sesuai dengan kondisi masyarakat setempat dan diperlukan suatu model dimana pemerintah, swasta dan masyarakat bersama-sama secara aktif saling bantu-membantu. D. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat 1. Pemberdayaan Masyarakat Secara konsepsional Prijono dan Pranarka dalam Sulistiyani (2004:78) menjelaskan pemberdayaan mengandung dua makna pokok, yakni : (a) to give power or authority to (artinya memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan kewenangan kepada masyarakat); (b) to give ability to or enable (artinya memberi kemampuan atau keberdayaan serta memberi peluang kepada.

(44) 30. masyarakat) agar masyarakat memiliki kemandirian dalam merancang strategi seperti ini, akan tetapi setidaknya kita dapat menawarkan alternatif agar strategi pemberdayaan bisa mencapai tujuan. 2. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan Istilah ekonomi rakyat beberapa waktu terakhir pasca krisis menjadi istilah baru yang banyak didiskusikan dalam berbagai forum oleh banyak pihak sebagai salah satu usaha pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ekonomi rakyat merupakan konsep asli bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam pengertian ekonomi keluarga dan ekonomi kerakyatan yang merupakan sila ke empat Pancasila yang menekankan sifat demokratis sistem ekonomi Indonesia. Ekonomi rakyat adalah satu kata “konsep” bukan sekedar rangkaian dari kata “ekonomi” dan “rakyat” menurut Mubyarto dalam Sajogyo (2005:4) “Ekonomi rakyat adalah kegiatan atau mereka yang berkecimpung dalam kegiatan produksi untuk memperoleh pendapatan bagi kehidupannya. Mubyarto (2005:13) mendefinisikan ekonomi rakyat sebagai berikut: “kancah kegiatan ekonomi orang kecil (wong cilik), yang karena merupakan kegiatan keluarga, tidak merupakan usaha formal berbadan hukum, tidak secara resmi diakui sebagai sektor ekonomi yang berperan penting dalam perekonomian nasional”. Dalam literatur ekonomi pembangunan ia disebut sektor informal, “under economy”. Sebelum krisis, ekonomi rakyat ini tidak dipandang sehingga diilustrasikan oleh Mubyarto sebagi kekayaan laksana “berlian” yang tidak siap dialihkan menjadi modal social. Pada umumnya pelaku-pelaku ekonomi rakyat ini modalnya kecil, bahkan gurem, berasal dari pinjaman koperasi kecil, arisan kampong, pegadaian, rentenir dan tidak dipandang sebagai investasi. Menurut Krisnamurthi dalam Sajogyo (2005:103), mendefinisikan ekonomi rakyat sebagai kegiatan ekonomi rakyat banyak, yaitu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh orang banyak dengan skala kecil dan bukan kegiatan ekonomi oleh beberapa orang dengan perusahaan dan skala besar. Jika dikaitkan dengan.

Gambar

Gambar 3. Tahap Pra-Pelaksanaan Percairan Dana Pinjaman  Perguliran

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah membuat sistem informasi e-learning pada SMA Negeri 4 Palembang yang meliputi proses pengolahan data kelas, data mata pelajaran,

[r]

Aplikasi Web E-commerce pada Inkubator Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya adalah sebuah perangkat lunak e-commerce yang terdiri dari kumpulan perintah-perintah yang

Pentingnya loyalitas pelanggan bagi perusahaan sudah tidak diragukan lagi, banyak perusahaan sangat berharap dapat mempertahankan pelanggannya dalam jangka panjang, bahkan

PELANGGARAN WILAYAH OLEH KAPAL IKAN TIONGKOK YANG DIKAWAL COAST GUARD TIONGKOK. JUMAT, 17

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di SMAS Taman Mulia Sungai Raya, penggunaan metode mengajar guru pada mata pelajaran sosiologi masih

Simpulan yang dapat ditarik dari analisis yang dilakukan adalah PT Lestari Dini Tunggul belum bisa menerapkan metode Just In Time secara keseluruhan, yang baru bisa diterapkan

Metode tutor sebaya adalah cara mengajar yang dilakukan dengan menjadikan teman dalam kelompok peserta didik yang dipandang memiliki kemampuan atau kompetensi