• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi lingkungan yang diamati di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog (PPSG) diantaranya keadaan suhu dan kelembaban, lokasi kandang dan sumber kebisingan untuk kelangsungan hidup lutung kelabu. Suhu udara adalah faktor eksternal yang turut mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (Parakkasi, 1999).

Tabel 3. Suhu dan Kelembaban Lingkugan

Waktu Peubah

Pagi Siang Sore

Suhu Udara (0C) 19,50 ± 1,20 31,92 ± 1,80 30,30 ± 3,10 Kelembaban Udara (%) 94,10 ± 4,10 56,10 ± 5,20 54,80 ± 6,70

Dari Tabel 3 diketahui bahwa, pada pagi hari sekitar pukul 06.00 sampai 07.00 WIB suhu di PPSG sangat dingin (19,500C) dengan kelembaban yang sangat tinggi (94,10 %) sehingga lutung kelabu lebih banyak melakukan lokomosi mengambil makanan sisa pakan sore (Pratiwi, 2008). Hal ini dilakukan sebagai cara mengatasi kestabilan suhu tubuh dari udara lingkungan yang dingin. Siang harinya saat udara lingkungan cukup panas dengan kelembaban tinggi, lutung kelabu lebih banyak meminum air. Aktivitas ini dilakukan dengab bertujuan yang sama yaitu untuk menstabilkan suhu tubuhnya dari udara lingkungan yang tinggi. Pada sore hari dengan kondisi suhu mulai stabil, lutung kelabu kembali banyak melakukan aktivitas makan, kemudian setelah merasa tercukupi lutung kelabu berdiam di pinggir kandang. Saat sore setelah hari gelap, lutung kelabu masuk ke dalam kotak tempat tidurnya dan ada juga yang tidur di bagian samping kandang sampai besok pagi.

Kelembaban di PPSG pada pagi hari yang tinggi. Siang dan sore hari kelembaban sangat rendah menyebabkan perubahan tingkah laku terutama pada konsumsi pakan dan air minum. Saat kelembaban rendah sehingga aktivitas respirasi tinggi, namun pengeluaran keringat yang rendah maka satwa akan lebih banyak minum dibandingkan dengan konsumsi pakan (Parakkasi,1999). Lutung kelabu menggunakan bulunya untuk melindungi dirinya dari kelembaban yang rendah

sehingga keadaan tubuhnya menjadi lebih stabil dan untuk menghindari kondisi keriput pada kulit.

Kondisi suhu dan kelembaban di PPSG berdasarkan hasil pengamatan dalam keadaan optimum sesuai dengan suhu dan kelembaban habitat aslinya. Ini seperti dinyatakan oleh Sukandar (2004) bahwa kondisi suhu lingkungan di habitat alami lutung adalah 200C-300C dan kelembaban 80 %.

Lokasi kandang lutung kelabu berdekatan dengan kandang satwa lainnya seperti siamang, owa Jawa dan burung elang. Lokasi kandang juga berdekatan dengan rumah penduduk dan jalan raya yaitu hanya sekitar kurang lebih 11 meter. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan tingkat kebisingan yang tinggi yang terjadi setiap hari. Penyebab utama kebisingan adalah suara siamang dan elang yang jumlahnya cukup banyak dan dengan intensitas suara yang cukup tinggi setiap harinya yaitu sekitar satu jam sekali. Umumnya satwa-satwa tersebut bersuara karena ada rangsangan dari lingkungan sekitar, seperti adanya orang asing yang lewat di sekitar kandang, suara kendaraan bermotor dari jalan raya terutama menjelang dan sesudah hari libur dengan frekuensi yang sering dan aktivitas penjaga kandang pada saat akan memberikan pakan untuk satwa lain yang berdekatan dengan kandang lutung kelabu. Kehadiran orang asing juga merupakan hal yang mengganggu dari lingkungan sekitar kandang dan akan mempengaruhi aktivitas lutung. Kebisingan yang sering terjadi setiap hari membuat lutung kelabu ketakutan dan tercekam. Keadaan tercekam yang dialami oleh lutung ditunjukkan dengan sikap atau gerakan yang tiba-tiba menjadi agresif.

Bahan Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor penting untuk kelangsungan hidup dan reproduksi hewan (Parakkasi, 1999). Pemilihan bahan pakan yang diberikan di PPSG tergantung pada ketersediaan di pasar, musim, dan kesukaan hewan terhadap setiap jenis bahan pakan. Pakan yang diberikan di PPSG disesuaikan dengan pakan yang biasa diberikan saat lutung kelabu dalam pemeliharaan sebelumnya di masyarakat dan disesuaikan pada saat awal lutung kelabu masuk ke penangkaran. Bahan pakan yang diberikan berupa umbi-umbian dan dedaunan. Umbi-umbian yang diberikan adalah ubi

jalar merah yang terlebih dahulu direbus, sedangkan untuk pakan yang berupa dedaunan yang diberikan sebagian besar berupa pucuk dan dalam keadaan utuh. Bahan pakan yang dimaksud adalah ubi jalar, pohpohan, kangkung, sawi hijau, bayam, dan daun melinjo.

Tabel 4. Komposisi Nutrien Masing-masing Bahan Pakan

Abu LK PK SK BETN Bahan Pakan BK (%) --- (BK%) --- GE (kal/g) Pohpohan 9,46 19,45 2,08 23,11 28,96 26,40 3526,58 Kangkung 26,63 11,19 3,39 30,30 14,65 40,48 4504,94 Sawi Hijau 6,59 16,31 1,29 32,78 14,01 35,61 4103,85 Bayam 8,41 23,04 1,36 27,69 12,14 35,76 3823,38 Daun Melinjo 15,38 10,86 3,28 19,95 14,21 51,70 4369,69 Ubi Jalar 6,47 2,79 1,00 3,57 9,37 83,27 4137,20

Keterangan: BK = Bahan Kering; PK = Protein kasar; LK = Lemak Kasar; BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; GE = Gross Energy Hasil analisis di Laboratorium Pengujian

Nutrisi, Puslit Biologi-LIPI

Pakan yang baik sangat diperlukan untuk menunjang kelangsungan hidup lutung kelabu selama di penangkaran. Komposisi nutrien pakan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kandungan bahan kering setiap bahan pakan yang diberikan selama penelitian relatif rendah, namun daun melinjo dan kangkung memiliki kandungan bahan kering yang relatif tinggi di antara bahan pakan yang lainnya. Rendahnya bahan kering pakan yang diberikan pada lutung kelabu dikarenakan bahan pakan berupa bahan segar sehingga kadar air yang terkandung pada setiap bahan pakan tinggi. Secara keseluruhan dari kandungan nutrien bahan pakan, kandungan nutrien yang paling tinggi adalah protein dan BETN. Protein dan BETN yang tinggi dikarenakan bahan pakan yang diberikan berupa bagian pucuk sehingga memiliki kandungan nutrien yang lebih banyak dibandingkan bagian tanaman yang lainnya (de Graff et al., 2004dalam Prayogo, 2006) dan menurut Kappeler (1981), dedaunan merupakan sumber protein yang tinggi. Pakan yang banyak mengandung protein yang paling tinggi adalah sawi hijau sebesar 32,78 %, sedangkan BETN yang paling tinggi adalah ubi jalar sebesar 83,27 %. Kandungan

nutrisi bahan pakan juga memiliki serat kasar tinggi, hal ini dikarenakan bahan pakan yang diberikan berupa sayuran yang merupakan bahan pakan sumber serat kasar yang tinggi (Yulianti et al., 2006). Bahan pakan yang memiliki serat kasar paling tinggi adalah pohpohan sebesar 28,96%.

Kandungan serat kasar tinggi dapat dimanfaatkan oleh lutung kelabu sebagai sumber energi karena lutung kelabu memiliki mikroorganisme yang mampu mengurai dan mencerna serat kasar dalam saluran pencernaannya (de Graff et al., 2004 dalam Prayogo, 2006; Nadleret al. 2003 dan NRC, 2003).

Konsumsi Air

Hewan mendapatkan air dari kandungan air yang yang terkandung pada pakan, air metabolik, air minum dan air hasil katabolisme tubuh. Kebutuhan air pada hewan dipengaruhi oleh faktor makanan, faktor lingkungan, kondisi fisiologi, kemampuan menahan air dan aktivitas ternak (Crurch and Pond, 1988). Konsumsi air pada lutung kelabu diperoleh dari konsumsi pakan segar dikalikan dengan kadar air dari masing- masing pakan yang diberikan.

Tabel 5. Konsumsi Air Lutung Kelabu

Pakan Hewan

(gram/ekor/hari) L1 L2 L3 L4 Rataan

Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pohpohan 42,9 42,1 44,2 44,5 40,6 42,1 40,0 43,4 41,9±1,9 43,0±1,1 Bayam 40,1 39,4 42,6 41,1 39,1 40,9 37,9 40,8 39,9±20 40,6±0,8 Kangkung 34,3 33,2 35,0 35,2 32,8 33,8 32,8 34,9 33,7±1,1 34,3±0,9 Sawi 43,3 42,8 44,5 44,8 41,3 44,5 42,9 45,5 43,0±1,3 91,0±1,2 Ubi Jalar 89,1 90,5 91,8 92,1 88,9 90,8 88,4 90,7 89,5±1,5 91,0±0,7 Melinjo 20,0 23,5 26,6 30,8 20,3 23,1 17,7 23,3 21,2±3,8 25,2±3,7 Total 269,6 271,5 284,6 288,6 263,0 275,2 259,7 278,7 269,2±11 278,5±7,3

Konsumsi air pada masing-masing lutung kelabu sebagian besar berasal dari konsumsi pakan yang diberikan. Konsumsi air rataan yang paling tinggi pada masing- masing lutung kelabu banyak dilakukan pada sore hari dengan rataan 278,47

gram/ekor/hari. Konsumsi air yang tinggi berasal dari konsumsi pakan pada sore hari yang jumlahnya tinggi (Tabel 4). Selain itu dikarenakan faktor suhu pada siang menjelang sore suhu dan kelembaban yang sangat tinggi sehingga konsumsi air akan tinggi (Church and Pond, 1988).

Tingkat Palatabilitas Pakan

Palatabilitas pakan merupakan tingkat kesukaan satwa terhadap bahan pakan yang diberikan tergantung warna, bau, rasa dan tekstur (Parakkasi, 1999). Tingkat palatabilitas pakan yang diberikan kepada lutung kelabu pada waktu pemberian selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Tingkat Palatabilitas Konsumsi Pakan Pagi (a) dan Sore (b) Keterangan : L1:lutung kelabu 1, L2: lutung kelabu 2, L3: lutung kelabu 3, L4: lutung kelabu

Gambar 6 menunjukkan tingkat palatabilitas bahan pakan berdasarkan waktu pemberian selama pengamatan. Palatabilitas bahan pakan pada pagi hari berturut-turut adalah ubi, pohpohan, kangkung, sawi, bayam dan daun melinjo. Konsumsi ubi jalar

pada pagi hari yang paling tinggi, karena lutung kelabu sudah beradaptasi dengan ubi jalar. Sebelum dimasukkan ke penangkaran, ubi jalar merupakan pakan yang biasa diberikan selama lutung kelabu berada dalam pemeliharaan di masyarakat dibandingkan dengan pakan yang lainnya. Ubi jalar merupakan pakan sumber energi yang digunakan lutung kelabu untuk aktivitas di siang hari. Selain itu, ubi jalar rebus memiliki kandungan gula yang lebih tinggi dibandingkan dengan ubi jalar mentah dengan total gula 123 kal (Harli, 2000) yang digunakan lutung kelabu untuk memenuhi kebutuhan energi. Ubi jalar yang diberikan direbus dahulu dengan tujuan untuk menghilangkan trypsin inhibitor yang dapat menghambat kerja trypsin yang berperan sebagai pemecah protein dalam usus sehingga penyerapan produk pemecahan protein menjadi lebih maksimal dan juga mengurangi timbulnya gejala perut kembung (flatulensi) dan diare (Pusat Pengembangan Teknologi Pangan, 1999). Tingkat palatabilitas yang tinggi dari jenis sayuran adalah pohpohan. Pohpohan merupakan jenis dedaunan yang memiliki bau wangi yang khas, tekstur yang lembut dan rasanya lebih manis dibandingkan jenis pakan yang lainnya sehingga lutung kelabu lebih menyukainnya. Tingkat palatabilitas pada sore hari secara berturut-turut tidak jauh berbeda dengan pagi hari yaitu pada pakan ubi, pohpohan, sawi, kangkung, bayam dan daun melinjo. Ubi jalar dan pohpohan juga merupakan pakan yang memiliki tingkat palatabilitas yang tinggi dengan jumlah konsumsi terbesar pada sore hari.

Dengan melihat tingkat palatabilitas pakan pagi dan sore hari, pakan yang paling palatable adalah ubi jalar dan pohpohan. Ubi jalar merupakan pakan yang memiliki rasa manis, kadar air tinggi, warna yang mencolok dan tekstur yang lembut dibandingkan dengan pakan yang lainnya. Hal ini dapat meningkatkan nilai indera penglihatan dibandingkan indera penciumannya (Yasuma dan Alikodra, 1992). Tingkat palatabilitas yang paling rendah pada pagi dan sore hari adalah daun melinjo karena daun melinjo memiliki rasa yang kurang enak (pahit), rasa pahit karena adanya purin yang tinggi sehingga lutung kelabu kurang menyukainya (Coronel, 1999). Lutung kelabu 1, 3, dan 4 memiliki tingkat palatabilitas yang hampir sama jumlahnya, sedangkan lutung kelabu 2 memiliki palatabilitas paling tinggi untuk semua jenis pakan yang diberikan. Lutung kelabu 2 hampir menyukai semua jenis pakan yang diberikan termasuk daun melinjo

yang kurang disukai oleh lutung kelabu yang lainnya. Tingginya tingkat palatabilitas lutung kelabu 2 diduga lutung kelabu tersebut masih dalam masa pertumbuhan sehingga memerlukan asupan nutrisi yang tinggi dan pada masa pertumbuhan biasanya keinginan untuk makan sangat tinggi.

Konsumsi Pakan

Konsumsi merupakan jumlah makanan yang dapat dimakan oleh setiap hewan dan merupakan faktor esensial yang menjadi dasar untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi (Parakkasi, 1999). Iklim yang sangat ekstrim berpengaruh terhadap konsumsi pakan pada hewan. Apabila iklim panas maka konsumsinya akan menurun, sebaliknya apabila iklim dingin maka jumlah konsumsi akan meningkat. Faktor palatabilitas pakan merupakan hal penting dalam mengukur konsumsi pakan pada hewan (Tomaszewskaet al., 1991).

Tabel 6. Konsumsi pakan segar lutung kelabu Lutung Kelabu Konsumsi Pakan Segar

(gram/ekor/hari) 1 2 3 4 Rataan±Sd Pohpohan 94 98 92 92 94 ± 2,83 Kangkung 92 96 91 93 93 ± 2,26 Sawi 92 96 92 95 94 ± 2,06 Bayam 87 91 88 86 89 ± 2,16 D.Melinjo 59 78 59 56 63 ± 10,09 Ubi Jalar 191 195 191 194 193 ± 2,06 Total 615 654 613 616 626 ± 21,37

Urutan rataan konsumsi pakan segar pada lutung kelabu yang paling tinggi adalah ubi jalar, pohpohan, sawi, kangkung, bayam dan daun melinjo. Konsumsi pakan segar yang paling tinggi adalah ubi jalar. Ubi jalar lebih tinggi dikonsumsi karena ubi jalar merupakan pakan yang bersumber energi yang tinggi. Hal ini dinyatakan oleh Muhilal (1991) bahwa ubi jalar mengandung 75-90% karbohidrat yang digunakan oleh tubuh sebagai sumber energi. Kebutuhan energi lutung kelabu yang tinggi digunakan untuk beraktivitas di pagi dan sore hari. Dari hasil pengamatan lutung kelabu lebih

banyak mengkonsumsi pakan pada pagi dan sore hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bismark (1986) bahwa aktivitas konsumsi lutung kelabu dilakukan pada pagi dan sore hari. Siang hari lutung kelabu lebih banyak diam atau beristirahat, dan pada saat ini terjadi proses pencernaan pakan yang telah dikonsumsi di dalam perut lutung kelabu. Pada sore harinya lutung kelabu kembali makan untuk digunakan sebagai cadangan energi di malam hari (Prayogo, 2006). Pada siang hari berdasarkan hasil pengamatan, lutung kelabu lebih banyak melakukan aktivitas minum. Namun secara jumlah total rataan konsumsi lutung kelabu banyak mengkosumsi sayuran sebanyak 433 gram/ekor/hari karena lutung kelabu merupakan satwa yang konsumsi pakan utamanya adalah daun muda dan pucuk 58%. Lutung kelabu merupakan jenis primata folivorus yang banyak mengkonsumsi pakan dedaunan (NRC, 2005). Konsumsi pakan sangat tergantung dari aktivitas, jenis kelamin, umur, kondisi lingkungan dan perubahan suhu (Moen, 1973). Ditambahkan oleh Parakkasi (1999), faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah hewan itu sendiri, pakan yang diberikan dan lingkungan sekitar. Konsumsi pakan pada lutung kelabu dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kondisi fisiologi lutung kelabu yang masih dalam fase pertumbuhan sehingga konsumsi pakan tinggi dari jumlah pakan yang diberikan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, aktivitas pakan pada pagi hari cenderung langsung banyak dan langsung habis. Hal ini karena pada pagi hari suhu kandang yang dingin dan kelembaban yang tinggi menyebabkan lutung kelabu membutuhkan banyak energi yang tinggi untuk pertahanan tubuhnya dari suhu lingkungan yang tinggi. Sedangkan pada sore hari, konsumsi lutung kelabu cenderung mengambil pakannya sedikit-sedikit dan tidak langsung habis, hal ini disebabkan suhu lingkungan masih panas dengan kelembaban yang rendah.

Selama penelitian konsumsi pakan segar lutung kelabu 2 paling tinggi sebesar 654 gram/ekor/hari. Hal ini dikarenakan lutung kelabu 2 sedang mengalami masa pertumbuhan sehingga tingkat konsumsinya pun tinggi dan selama pengamatan lutung kelabu 2 lebih sering menghabiskan pakan. Sedangkan, lutung kelabu 3 lebih rendah dibandingkan ketiga lutung lainnya. Hal ini karena pada saat makan lutung kelabu 3 makan tidak di tempat pakan, tetapi dibawa ke bagian pinggir kandang sehingga memungkinkan banyak pakan yang berjatuhan ke bawah kandang dan tercampur dengan

feses sehingga tidak diberikan lagi.

Jumlah bahan kering yang dikonsumsi oleh hewan selama satu hari perlu diketahui untuk dapat mengetahui kebutuhan hewan akan zat makanan yang dikonsumsi untuk petumbuhan, hidup pokok, dan reproduksi (Tillmanet al., 1986).

Tabel 7. Konsumsi Bahan Kering Pakan Lutung Kelabu Lutung Kelabu

Konsumsi Pakan Bahan

Kering (gram/ekor/hari) 1 2 3 4 Rataan±Sd

Pohpohan 8,76 9,15 8,08 8,59 8,64 ± 0,44 Kangkung 24,50 25,47 22,89 24,58 24,35 ± 1,07 Sawi 6,08 6,37 5,69 6,03 6,04 ± 0,27 Bayam 7,30 7,69 7,22 7,23 7,36 ± 0,22 D.Melinjo 9,13 12,03 13,93 8,61 10,92 ± 2,05 Ubi Jalar 12,42 12,65 6,65 12,60 11,08 ± 2,95 Total 68,19 73,35 64,46 67,63 68,41 ± 3,68

Konsumsi pakan segar dan bahan kering lutung kelabu 1 adalah 615 gram/ekor/hari dan 68 gram/ekor/hari, lutung kelabu 2 adalah 654 gram/ekor/hari dan 73 gram/ekor/hari, lutung kelabu 3 adalah 613 gram/ekor/hari dan 64 gram/ekor/hari, sedangkan lutung kelabu 4 adalah 616 gram/ekor/hari dan 68 gram/ekor/hari. Rataan konsumsi pakan segar dan bahan kering lutung kelabu 1, 2, 3, dan 4 adalah 624,5 ± 19,71 gram/ekor/hari dan 68,35 ± 3,69 gram/ekor/hari. Konsumsi pakan segar lutung kelabu setiap hari tinggi dari total yang diberikan 700 gram/hari/ekor ini ditunjukan pakan yang diberikan setiap hari selalu habis dikonsumsi terutama pakan yang berasal dari umbi-umbian.

Nilai konsumsi pakan berdasarkan bahan kering lutung kelabu 1, 2, 3 dan 4 relatif lebih rendah, hal ini menunjukan bahwa kadar air bahan pakan sangat tinggi. Kadar air bahan pakan yang tinggi dikarenakan bahan pakan yang diberikan dalam keadaan segar. Konsumsi pakan berdasarkan bahan kering rendah maka juga berpengaruh kepada tingkat konsumsi air. Semakin rendah tingkat pakan berdasarkan bahan kering maka semakin rendah tingkat konsumsi air karena kebutuhan air lutung kelabu sudah terpenuhi dari bahan pakan segar yang diberikan.

Konsumsi Nutrien Pakan

Jumlah konsumsi nutrien pakan lutung kelabu setiap hari, diperoleh dengan cara menghitung jumlah setiap jumlah bahan pakan yang dikonsumsi per hari dikalikan dengan persentase kandungan zat makanan masing-masing bahan pakan. Kebutuhan nutrisi pakan lutung kelabu perlu diperhatikan untuk aktivitas dan pertumbuhan. Semakin baik kandungan nutrisi dalam pakan maka konsumsi akan meningkat dan semakin baik pula kesejahteraan dan daya hidup satwa selama dipenagkaran. Dengan mengetahui kondisi zat makanan lutung kelabu setiap hari, maka dapat diduga kebutuhan nutrisi pakan selama di PPSG. Konsumsi zat - zat makanan dan energi bruto pada masing-masing lutung kelabu dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Konsumsi Nutrien Pakan dan Energi Bruto Lutung Kelabu Konsumsi 1 2 3 4 Rataan ± SD BK (g/ekor/hari) 68,18 73,35 64,46 67,63 68,41 ± 3,68 ABU (g/ekor/hari) 13,46 14,20 11,10 13,44 13,05 ± 1,34 PK (g/ekor/hari) 15,73 16,90 15,68 15,58 15,97 ± 0,62 LK (g/ekor/hari) 1,61 1,76 1,64 1,60 1,65 ± 0,07 SK (g/ekor/hari) 9,01 9,73 8,76 8,93 9,11 ± 0,42 BETN (g/ekor/hari) 29,93 31,97 26,07 29,82 29,45 ± 2,46 GE (kal/ekor/hari) 2927,52 3151,33 2777,49 2903,49 2939,95 ± 155,52 Keterangan : BK = bahan kering; PK = protein kasar; LK = lemak kasar; SK = serat kasar; BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen; GE = gross energi

Konsumsi nutrien pakan lutung kelabu dipengaruhi oleh jumlah konsumsi bahan kering dan kandungan zat makanan pada setiap bahan pakan. Dari ke empat lutung kelabu ini, konsumsi bahan kering tertinggi (Tabel 7) adalah pada lutung kelabu 2 yang menyebabkan konsumsi terhadap zat nutrisi yang lainnya pun menjadi lebih tinggi. Hal ini disebabkan lutung kelabu 2 merupakan lutung kelabu yang sedang mengalami masa pertumbuhan dan berdasarkan hasil pengamatan lutung kelabu 2 ini memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Berdasarkan informasi dari petugas kandang bahwa lutung kelabu 2 ini berusia 3 tahun sehingga kebutuhan nutrisinya lebih tinggi untuk pertumbuhan (Rowe, 1996). Lutung kelabu 3 memiliki

konsumsi bahan kering yang lebih kecil daripada yang lainnya karena konsumsi pakan segarnya yang rendah (Tabel 7). Hal ini mengakibatkan konsumsi terhadap kandungan nutrien pakan lainnya pun menjadi lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi nutrien pakan lutung kelabu yang lainnya. Konsumsi nutrien tinggi terdapat pada protein, abu dan serat kasar. Konsumsi protein tinggi dikarenakan pakan yang diberikan berupa bagian pucuk dari bagian sayuran sehingga kadar proteinnya tinggi. Konsumsi abu pada lutung kelabu pun cukup tinggi yaitu dengan rataan 13,05 %. Hal ini disebabkan pakan yang diberikan sebagian besar merupakan sayuran atau hijauan sehingga kandungan abunya pun tinggi (Tabel 5). Konsumsi serat kasar juga tinggi dikarenakan pakan yang diberikan berupa dedaunan yang banyak mengandung serat kasar yang tinggi terutama berasal dari pohpohan dan kangkung sebesar 28,93% dan 14,65%. Tingginya serat kasar berasal dari buah-buahan dan sayuran (Yulianti et al., 2006). Walaupun serat kasar tinggi pada pakan yang diberikan, konsumsi serat kasar tersebut tidak berpengaruh kepada pencernaan lutung kelabu. Konsumsi serat kasar tinggi justu menguntungkan karena lutung kelabu merupakan hewan yang memiliki mikroorganisme yang mampu mengurai serat kasar dalam saluran pencernaan sebagai sumber energi (Edwardset al., 1997).

Pendugaan Kebutuhan Nutrien

Kebutuhan nutrien pada suku Colobin belum ditemukan (NRC, 2003). Hal ini menyebabkan kebutuhan nutrien lutung kelabu dihitung berdasarkan konsumsi nutrien per hari dibagi konsumsi bahan kering kemudian dinyatakan dalam persen. Konsumsi nutrien dan produksi nutrien yang diekskresikan dalam feses digunakan untuk mengetahui nilai protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan BETN dapat cerna. Kebutuhan nutrien pakan pada lutung kelabu dapat diketahui dengan menghitung konsumsi zat makanan per hari dari konsumsi bahan kering dan dinyatakan dalam persen.

Tabel 9. Pendugaan Nutrien Pakan Lutung Kelabu Lutung Kelabu Nutrien (% BK) 1 2 3 4 Rataan±SD ABU 19,75 19,36 17,23 19,86 19,05 ± 1,23 PK 23,06 23,04 24,33 23,03 23,03 ± 0,64 LK 2,37 2,40 2,54 2,36 2,36 ± 0,08 SK 13,22 13,27 13,59 13,20 13,20 ± 0,18 BETN 43,89 43,58 40,45 44,09 44,09 ± 1,71

Keterangan : BK = bahan kering; PK = protein kasar; LK = lemak kasar; SK = serat kasar; BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen;

Pendugaan kebutuhan nutrien pakan lutung kelabu pada Tabel 9 mempunyai nilai yang tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan setiap satwa sudah mampu beradaptasi terhadap pakan yang diberikan dan tingkat palatabilitas yang sama. Berdasarkan hasil análisis kebutuhan protein kasar pada lutung kelabu lebih tinggi dan serat kasar justru lebih rendah dari analisis NRC (2003), yaitu masing-masing sebesar 16,80% dan 19,74%. Konsumsi protein yang tinggi lutung kelabu akan digunakan untuk perkembangan organ reproduksi karena lutung kelabu akan memasuki masa reproduksi pada umur 3-5 tahun (Napier dan Napier, 1967). Pada masa ini banyak nutrisi yang diperlukan untuk kematangan organ reproduksi dan untuk meningkatkan daya imun atau penyempurnaan kondisi organ tubuh lutung kelabu sehingga ketika dilepaskan di habitat aslinya lutung dapat bertahan hidup.

Nutrien Dapat Dicerna dan Koefisien Cerna Nutrien Pakan

Kecernaan nutrien pakan adalah gambaran dari kualitas pakan yang dikonsumsi oleh satwa. Di dalam alat pencernaan, pakan dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh tubuh yang digunakan untuk kelangsungan proses kegiatan dalam tubuh. Secara fisiologis zat makanan dicerna dan diserap terlebih dahulu oleh dinding usus dan disalurkan melalui saluran darah kemudian digunakan oleh tubuh satwa. Pakan yang tidak dapat dicerna di dalam usus dibuang melalui feses. Feses adalah hasil sisa pencernaan yang dikeluarkan dari saluran pencernaan melalui usus. Di dalam feses terkandung air, sisa makanan yang tidak dicerna, bakteri, garam-garam

organik dan hasil-hasil dekomposisi (Tillman et al., 1986). Nilai kecernaan zat-zat makanan lutung kelabu mencerminkan kemampuan lutung kelabu dalam mencerna pakan yang dikonsumsi.

Tillman et al, (1986) menyatakan bahwa ada dua metode untuk menentukan koefisien cerna yaitu dengan metode koleksi total dan metode indikator. Pada penelitian ini digunakan metode koleksi total dan pengukuran dilakukan secara perhitungan berdasarkan analisa zat makanan. Metode koleksi total ini bermaksud untuk mengetahui jumlah pakan yang dapat dicerna dan jumlah zat-zat makanan dapat dicerna berdasarkan konsumsinya.

Tabel 10. Konsumsi, Produksi Feses, dan Koefisien Cerna Bahan Kering Lutung Kelabu

Lutung Kelabu

Peubah 1 2 3 4 Rataan ± SD

Konsumsi BK (g/ekor/hari) 68,19 73,35 64,46 67,63 68,39 ± 3,69

Produksi BK feses (g/ekor/hari) 8,8 10,99 10,76 10,12 10,17 ± 0,98

Koefisien Cerna BK (%) 86,71 84,87 83,38 85,92 85,22 ± 1,25

Produksi feses pada lutung kelabu 2 lebih besar dibandingkan dengan produksi

Dokumen terkait