• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Kebun PTPN VIII afdeling I terletak di Desa Bantar Sari, Cindali, Ranca Bungur, Bogor. Kebun PTPN VIII afdeling I memiliki total 65 661 tanaman kelapa sawit yang terbagi menjadi 18 blok. Total luas blok dari afdeling I adalah 504.45 ha dengan masing-masing blok berkisar antara 168 – 250 ha. Kelapa sawit yang terdapat pada afdeling I memiliki tahun tanam dari tahun 2002 – 2005 yang berarti tanaman kelapa sawit pada afdeling I sudah merupakan tanaman menghasilkan (TM) . Masing-masing tahun tanam memiliki jumlah blok yang berbeda, untuk tahun tanam 2002 terdiri atas 2 blok (blok 1 dan 2), 2003 terdiri atas 8 blok (blok 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12 dan blok 18), tahun tanam 2004 terdiri atas 6 blok (blok 7, 9, 13, 14, 15, dan blok 17), sedangkan tahun tanam 2005 terdiri atas 2 bok (blok 3 dan 16) (Gambar 2).

Gambar 2 Peta persebaran blok di perkebunan kelapa sawit PTPN VIII afdeling I Cindali

Perkebunan kelapa sawit Cindali memiliki pola budi daya yang diterapkan dalam pemeliharaan tanaman sawit. Metode pemupukan yang digunakan dalam pemeliharaan tanaman sawit di PTPN VIII, menggunakan 2 metode, yaitu metode tabur (broad cast) dan metode benam (pocket). Pemupukan dengan metode tabur dilakukan secara manual dengan menabur rata pada jarak 0.5 m untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) dan jarak 1 – 2.4 m untuk TM. Pemupukan dengan metode benam dilakukan pada areal dengan topografi miring. Pocket (lubang) dibuat dengan cangkul sedalam ± 10 cm sebanyak ± 4 lubang di sekeliling pohon. Lubang kemudian diisi dengan pupuk dan ditutup kembali dengan tanah.

Keanekaragaman Hymenoptera Parasitoid

Nilai keanekaragaman dan kemerataan Hymenoptera parasitoid yang diperoleh menunjukkan bahwa area perkebunan kelapa sawit PTPN VIII Cindali memiliki nilai keanekaragaman Hymenoptera parasitoid yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai indeks Shannon-Wiener yang lebih besar dari 3.00 (Tabel 1).

Tabel 1 Nilai indeks Shannon-Wiener (H) dan indeks Simpson (D) Hymenoptera parasitoid di perkebunan kelapa sawit PTPN VIII Cindali

Apabila nilai Indeks Shannon-Wiener menunjukkan angka lebih dari 3, maka tingkat keanekaragaman pada suatu ekosistem tersebut tergolong tinggi (Michael 1995). Nilai tertinggi dari Indeks Shannon-Wiener didapat pada bulan Januari dan Februari 2015. Tingginya Nilai H pada bulan tersebut karena inang yang tersedia bagi parasitoid melimpah dan beragam (Lampiran 1). Semakin melimpah dan beragam inang yang tersedia bagi parasitoid, maka semakin tinggi keanekaragaman parasitoid pada area perkebunan kelapa sawit tersebut. Inang yang melimpah tersebut berasal dari Famili Chrysomelidae pada Ordo Coleoptera; Drosophilidae, dan Tephritidae pada Ordo Diptera; Aphididae, Cicadellidae, Delphacidae, dan Lygaeidae pada Ordo Hemiptera; Lymantriidae dan Pyralidae pada Ordo Lepidoptera; Mantidae pada Ordo Mantodea; serta Acrididae pada Ordo Orthoptera.

Nilai Indeks Simpson menunjukkan dominansi spesies dalam suatu ekosistem, di area perkebunan kelapa sawit PTPN VIII Cindali tidak ditemukan adanya dominansi suatu spesies tertentu. Hal ini ditunjukkan dengan nilai indeks Simpson yang hampir mendekati 1. Pertanaman kelapa sawit pada area penelitian termasuk perkebunan kelapa sawit yang berumur tua (tahun tanam 2002, 2003, 2004 dan 2005). Umur kelapa sawit akan memengaruhi kondisi mikrohabitat yang terdapat di dalam area perkebunan tersebut, seperti tumbuhan vegetasi bawah yang terdapat pada suatu area perkebunan kelapa sawit (Lampiran 2). Vegetasi bawah berguna sebagai tempat berlindung parasitoid dari cuaca yang tidak memungkinkan dan juga sebagai tempat untuk mencari inang alternatif bagi parasitoid tersebut. Semakin banyak vegetasi bawah yang terdapat di dalam suatu area perkebunan kelapa sawit, maka semakin banyak sumber nutrisi dan inang alternatif yang dapat digunakan oleh parasitoid untuk dapat melangsungkan kehidupannya. Menurut Erwin (1990), pada hutan tropik, semakin beranekaragamnya kanopi maka akan memengaruhi keanekaragaman spesies. Keanekaragaman kanopi yang terdapat

Bulan H D September 2014 3.15 0.97 Oktober 2014 3.41 0.97 November 2014 3.47 0.97 Desember 2014 3.16 0.97 Januari 2015 3.69 0.95 Februari 2015 3.69 0.96 Maret 2015 3.65 0.96 April 2015 3.57 0.95

pada suatu habitat, maka semakin banyak keanekaragaman spesies yang terdapat pada habitat tersebut. Penelitian dari Horstmann et al. (2005) juga melaporkan bahwa keanekaragaman Arthropoda tertinggi, khususnya serangga, didapat pada umur hutan yang lebih tua dibandingkan dengan hutan yang masih muda. Pada hutan yang sudah tua didapatkan beragam kanopi yang terdapat di dalamnya. Semakin beragam kanopi, maka akan semakin banyak pula inang atau mangsa yang dapat digunakan bagi musuh alami (Horstmann et al. 2005).

Kelimpahan parasitoid berdasarkan jumlah morfospesies dan jumlah individu di perkebunan kelapa sawit PTPN VIII Cindali relatif banyak (Tabel 2, Lampiran 3). Morfospies yang ditemukan berjumlah 111 morfospeies dari 26 famili Ordo Hymenoptera.

Tabel 2 Kelimpahan jumlah morfospesies dan jumlah individu pada setiap famili Hymenoptera parasitoid yang ditemukan di perkebunan kelapa sawit PTPN VIII Cindali

Superfamili Famili Parasitoid Σ

Morfospsesies Σ Individu Ichneumonoidea Braconidae 14 1054 Ichneumonidae 09 0148 Platygastroidea Platygastridae 03 0279 Scelionidae 12 1496 Chalcidoidea Aphelinidae 03 0051 Chalcididae 02 0057 Elasmidae 02 0217 Encyrtidae 10 0215 Eucharitidae 01 0004 Eulophidae 12 0720 Eupelmidae 02 0066 Eurytomidae 03 0087 Pteromalidae 04 0057 Torymidae 02 0021 Trichogrammatidae 04 0216 Mymaridae 04 0310 Evanioidea Evaniidae 04 0028 Cynipoidea Eucoilidae 03 0068 Proctotrupoidea Diapriidae 04 0698 Ceraphronoidea Ceraphronidae 05 0242 Chrysidoidea Bethylidae 02 0055 Drynidae 01 0017 Vespoidea Mutillidae 01 0002 Pompilidae 01 0001 Tiphiidae 01 0011 Scoliidae 02 0005 Jumlah 111 6 125

Parasitoid yang ditemukan dengan jumlah morfospesies terbanyak adalah Famili Braconidae sebanyak 14 morfospesies. Banyaknya morfospesies dari Famili

Braconidae dikarenakan Braconidae merupakan famili ke-dua dengan jumlah spesies terbanyak dari Hymenoptera parasitoid (Goulet dan Huber 1993), Braconidae juga tidak memiliki preferensi iklim maupun kondisi habitat tertentu untuk berkembang biak (Sharkey dan Wahl 1992; Ghahari et al. 2009) (Lampiran 4). Selain itu, ekosistem perkebunan dengan banyaknya vegetasi lain (vegetasi bawah), baik yang sengaja ditanam maupun yang tumbuh liar dapat menunjang kehidupan dari anggota famili tersebut (Falco-Gari et al. 2014). Selain kedua faktor tersebut, faktor lain yang memengaruhi tingginya morfospesies Braconidae pada area penelitian adalah perbedaan niche atau dalam hal ini adalah perbedaan inang yang digunakan oleh Hymenoptera parasitoid. Perbedaan niche tersebut akan menyebabkan perbedaan dalam hal parasitoid menggunakan maupun mengeksploitasi sumber daya yang ada. Famili Braconidae yang merupakan parasitoid larva tentu akan menggunakan sumber daya yang berbeda dengan Famili Scelionidae yang merupakan paraitoid telur, ataupun Famili Dryinidae dan Mutillidae yang merupakan parasitoid nimfa (Goulet dan Huber 1993). Menurut Odum (1971), suatu spesies tidak akan saling berebut atau berkompetisi dengan spesies lainnya apabila mereka memiliki niche yang berbeda. Menurut Wylie dan Speight (2012), perbedaan habitat atau niche dan cara hidup memungkinkan terjadinya perbedaan setiap spesies dalam satu kelompok yang sama dalam mengeksploitasi sumber makanan yang sama. Dari 111 morfospesies yang termasuk ke dalam 26 famili Hymenoptera parasitoid yang didapatkan, kemudian kunci identifikasi (Lampiran 5) menuju morfospesies tersebut telah dibuat berdasarkan perbedaan ciri-ciri morfologi dari Hymenoptera parasitoid tersebut. Pembuatan kunci identifikasi dimaksudkan sebagai salah satu alat untuk mengetahui jenis-jenis Hymenoptera parasitoid yang berada di perkebunan kelapa sawit PTPN VIII, Cindali.

Banyaknya jumlah spesies dan individu Hymenoptera parasitoid yang ditemukan di perkebunan kelapa sawit PTPN VIII membuktikan bahwa walaupun perkebunan kelapa sawit merupakan perkebunan yang dikelola secara monokultur yang selalu dikonotasikan dengan keanekaragaman hayati yang rendah (Fayle et al. 2009; Sayer et al. 2012), tetapi pada kenyataannya untuk parasitoid, khususnya Hymenoptera parasitoid, keanekaragaman dinamis. Umur tanaman juga memengaruhi keadaan ekologi dalam suatu habitat dan dapat menentukan tinggi rendahnya keanekaragaman serangga khususnya parasitoid pada habitat tersebut. Semakin tua umur kelapa sawit maka akan memengaruhi keadaan dari vegetasi bawah pada perkebunan tersebut (Luskin dan Potts 2011). Hal ini dikarenakan pada pertanaman, tanaman muda tanaman vegetasi bawah yang ditemukan adalah tanaman penutup tanah (cover crop legume) saja (Pahan 2006). Hanya ditemukan tanaman penutup tanah pada umur muda dikarenakan tanaman sawit yang muda perlu adanya tambahan nutrisi dan tanaman penutup tanah dari golongan kacang-kacangan mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman sawit. Selain itu, tanaman penutup tanah juga dimaksudkan agar tanaman kelapa sawit muda tidak mendapat gangguan atau kompetisi hara dari gulma lain (Pahan 2006). Semakin banyak vegetasi bawah yang terdapat dalam suatu area perkebunan kelapa sawit, maka keberadaan dan keanekaragaman parasitoid yang terdapat pada area tersebut akan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan area kelapa sawit yang memiliki vegetasi bawah yang cenderung lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan penelitian Rizali et al. (2002) dan Hamid et al. (2003) yang menyebutkan bahwa apabila suatu

habitat memiliki vegetasi yang lebih beranekaragam di dalamnya maka dapat meningkatkan nilai keanekaragaman parasitoid yang berada pada habitat tersebut.

Hasil dari penelitian ini apabila dibandingkan dengan penelitian serupa pada perkebuna kelapa sawit lain menunjukkan hasil yang lebih tinggi tingkat keanekaragamannya. Penelitian dari Hindarto (2015) pada perkebunan kelapa sawit di Medan hanya mendapatkan 20 famili Hymenoptera parasitoid yang terdiri atas 50 morfospesies, sedangkan pada penelitian Idris et al. (2001) pada perkebunan kelapa sawit di Malaysia hanya mendapatkan 3 famili Hymenoptera parasitoid yang terdiri atas 15 spesies. Keanekaragaman Hymenoptera parasitoid pada perkebunan kelapa sawit juga lebih tinggi apabila dibandingkan dengan keanekaragaman Hymenoptera parasitoid pada kebun sawit FELDA Gunung Besout 6, Sungkai, Perak, Malaysia. Pada perkebunan FELDA Gunung Besout 6 hanya didapatkan 6 famili dengan 14 spesies dari Hymenoptera parasitoid (Hanysyam et al. 2013). Hal ini membuktikan bahwa ekosistem pada perkebunan kelapa sawit PTPN VIII lebih mendukung bagi kelangsungan hidup Hymenoptera parasitoid dibandingkan kedua ekosistem kelapa sawit lainnya. Hal ini dikarenakan pada perkebunan kelapa sawit PTPN VIII masih banyak ditemukannya vegetasi bawah yang dapat menjadi sumber nutrisi, tempat mencari inang alternatif, maupun sebagai tempat berlindung bagi Hymenoptera parasitoid. Hal ini menunjukkan bahwa pada perkebunan kelapa sawit PTPN VIII, Cindali memiliki jumlah famili yang lebih banyak.

Apabila dibandingkan dengan penelitian serupa seperti perkebunan Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden di Brazil (Dall’Oglio et al. 2000) dan perkebunan pisang (Vargas 2006), penelitian menunjukkan hasil yang sama yaitu tedapat 26 famili Hymenoptera parasitoid yang berada di dalam ekosistem tersebut. Akan tetapi dari segi jumlah morfospesies lebih sedikit didapatkan pada perkebunan kelapa sawit hasil penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun memiliki jumlah famili yang sama, yaitu 26 famili, akan tetapi jumlah morfospesies yang didapatkan belum tentu sama. Faktor yang memengaruhi perbedaan jumlah morfospesies yang didapatkan adalah pada perkebunan Eucalyptus grandis dan pisang terdapat banyak tanaman lain di sekitar perkebunan tersebut, sehingga banyak tersedia makanan ataupun sumber nutrisi bagi Hymenoptera parasitoid. Lain halnya apabila dibandingkan dengan keanekaragaman Hymenoptera parasitoid pada perkebunan teh. Pada perkebunan teh di Bengal Utara, India didapatkan 12 famili dengan 33 spesies dari Hymenoptera parasitoid. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan perkebunan kakao, jumlah yang didapatkan lebih sedikit. Pada perkebunan kakao, famili Hymenoptera parasitoid yang didapatkan berjumlah 33 famili, akan tetapi jumlah morfospesies yang didapatkan lebih banyak dibandingkan pada perkebunan teh (Sperber et al. 2004).

Apabila dibandingkan dengan tanaman semusim atau tanaman pangan, keanekaragaman Hymenoptera parasitoid yang didapatkan lebih tinggi. Menurut penelitian dari Anbalagan et al. (2015), ditemukan 37 famili Hymenoptera parasitoid dengan 100 spesies pada pertanaman sawi di India. Sedangkan pada penelitian Kandabane et al. (2006), hanya ditemukan 7 famili Hymenoptera parasitoid yang terdiri atas 22 spesies pada lahan persawahan irigasi di India. Hamid et al. (2003), menemukan 9 famili Hymenoptera parasitoid dengan 27 spesies pada lahan persawahan di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun. Penelitian dari Yaherwandi (2012) juga mendapatkan morfospesies dari parasitoid yang lebih sedikit dibandingkan dengan parasitoid yang didapatkan di perkebunan kelapa

sawit PTPN VIII, yaitu 17 famili dengan 84 spesies Hymenoptera parsitoid pada lahan pertanaman Brassicaceae. Hal ini menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit lebih mendukung bagi keanekaragaman parasitoid, khususnya Hymenoptera, dibandingkan dengan agroekosistem.

Dari perbandingan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dilihat bahwa tingkat keanekaragaman Hymenoptera parasitoid di perkebunan kelapa sawit PTPN VIII Cindali, Bogor lebih tinggi dibandingkan dengan perkebunan ataupun pertanaman pembanding lainnya. Pola budidaya pertanaman kelapa sawit yang monokultur di PTPN VIII Cindali Bogor, masih mendukung untuk menjaga tingkat keanekaragaman Hymenoptera parasitoid tetap tinggi. Selain itu, tingginya indeks keanekaragaman parasitoid juga dipengaruhi oleh adanya vegetasi bawah di perkebunan kelapa sawit PTPN VIII Cindali, Bogor.

Kelimpahan dan Komposisi Hymenoptera Parasitoid

Dari 26 famili yang ditemukan terdapat 5 famili dengan jumlah spesies dan individu yang lebih banyak dibandingkan dengan famili lainnya. Ke-lima famili tersebut adalah Braconidae, Ichneumonidae, Scelionidae, Encyrtidae, dan Eulophidae (Gambar 2). Kelima famili dengan jumlah spesies dan individu terbanyak tersebut, masing-masing terdapat spesies dengan jumlah individu yang dominan. Pada Famili Braconidae, spesies dengan jumlah individu tertinggi adalah Bracon sp., Cosmoconus sp. pada Famili Ichneumonidae, Scelio sp. 1 pada Scelionidae, Microterys nietneri (Motschulsky) pada Famili Encyrtidae, dan Chrysocharis pentheus (Walker) pada Famili Eulophidae.

Tingginya spesies tersebut dikarenakan banyaknya inang yang ditemukan pada lokasi penelitian. Parasitoid Scelio sp. 1 memiliki jumlah individu yang tinggi karena banyaknya Famili Acrididae (Yoder et al. 2009; Sultana et al. 2013), Tettigoniidae dan Gryllidae (Austin et al. 2005). Parasitoid M. nietneri memiliki inang berupa Famili Coccidae seperti dari genus Ceroplastes, Coccus (Abd-Rabou 2012) atau kutu tanaman lainnya. Cosmoconus sp. memiliki inang dari larva Hymenoptera Symphyta Famili Tenthredinidae atau larva Ordo Lepidoptera (Herting dan Simmonds 1977; Goulet dan Huber 1993).

Parasitoid Bracon sp. memiliki inang berupa larva dari Famili Noctuidae (Ordo Lepidoptera) (Van Achterberg 2007), Pyralidae (Taylor 1988), atau larva pengorok daun atau penggerek batang (Beyarslan 2011). Parasitoid ini juga dilaporkan menyerang larva Coleoptera, Famili Curculionidae (Tilman dan Cate 1989). Parasitoid Chrysocharis pentheus memiliki inang berupa larva dari lalat pengorok daun (Tran et al. 2006; Liu et al. 2008; Gencer 2009; Tran 2009). Selain itu, parasitoid ini menyerang serangga lain seperti serangga yang membentuk puru (Hansson 1986), Phyllocnistis citrella Stainton (Lepidoptera: Gracillariidae) (Mafi dan Ohbayashi 2010) dan Tuta absoluta Meyrick (Lepidoptera: Gelechiidae) (Ghoneim 2014).

Famili Braconidae

Braconidae ditemukan dengan jumlah spesies terbanyak (Gambar 3a) karena memiliki banyak inang dan merupakan spesies parasitoid yang terpenting di dunia. Famili Braconidae tidak memiliki preferensi iklim baik itu di iklim tropis maupun

subtropis atau kondisi habitat tertentu seperti ekosistem kering atau basah, sehingga anggota dari famili ini dapat ditemukan di mana saja (Sharkey dan Wahl 1992; Ghahari et al. 2009). Famili Braconidae telah diketahui dapat memarasit larva dari Ordo Lepidoptera, Coleoptera, Diptera, Hemiptera (Aduba et al. 2013) dan Trichoptera (Van Achterberg 2007) dan merupakan famili dengan kekayaan spesies yang cukup besar di dunia (Clausen 1940). Spesies yang mendominasi pada famili ini adalah Bracon sp..

Karakteristik dari Bracon sp. (Gambar 3b) adalah venasi 3 RSa pada sayap depan lebih panjang 1.6 x dari r, venasi r pada sayap depan tidak atau sangat jarang melengkung, antena biasanya dengan lebih dari 20 flagelomer, propleuron bagian posterior tanpa longitudinal carina (Quicke dan Sharkey 1989). Tingginya kelimpahan spesies ini karena memiliki jumlah inang yang banyak berupa beberapa larva seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

.

Gambar 3 Spesies yang mendominasi Famili Braconidae, (a) komposisi spesies, (b) Bracon sp., (c) Doryctobracon sp., (d) Diachasmimorpha sp. Selain Bracon sp., spesies dengan kelimpahan yang tinggi lainnya adalah Doryctobracon sp. (Gambar 3c) dan Diachasmimorpha sp. (Gambar 3d). Inang dari kedua parasitoid ini biasanya berupa larva dari Famili Tephritidae (Ibrahim et al.

a

b c d

Keterangan:

(a) Apanteles flavipes

(b) Apanteles glomeratus (c) Bracon sp. (d) Cardiochiles saltator (e) Colastes sp. (f) Diachasmimorpha sp. (g) Doryctobracon sp. (h) Heterospilus sp. (i) Meteorus sp. (j) Microplitis demolitor (k) Microplitis manilae (l) Fopius sp. (m)Spathius sp. (n) Spinaria spinator (a) 52 (b) 122 (c) 254 (d) 16 (e) 3 (f) 154 (g) 196 (h) 1 (i) 2 (j) 136 (k) 97 (l) 5 (m) 5 (n) 11 b

(a) 12 (b) 15 (c) 33 (d) 15 (e) 24 (f) 23 (g) 19 (h) 3 (i) 4

1994; Lopez-Martinez 2005; Bomfim et al. 2007; Marsaro Jr. et al. 2011; Quilici & Rousse 2012).

Famili Ichneumonidae

Pada Famili Ichneumonidae ditemukan 9 morfospesies yang telah teridentifikasi seluruhnya (Gambar 4a). Famili Ichneumonidae biasanya menjadi parasite pada larva atau pupa dari Lepidoptera maupun Coleoptera (Goulet dan Huber 1993). Morfospesies yang ditemukan melimpah pada famili ini adalah Cosmoconus sp..

Gambar 4 Spesies yang mendominasi Famili Ichneumonidae, (a) komposisi spesies (b) Cosmoconus sp., (c) G. basilaris, (d) Ichneumon sp. 1. Cosmoconus sp. biasanya menyerang larva Hymenoptera Symphyta atau larva dari Lepidoptera (Goulet dan Huber 1993), dan larva Famili Tenthredinidae (Gambar 4b). Cosmoconus sp. memiliki ciri-ciri seperti berikut, tubuh hitam dengan selingan warna kuning, area petiol tanpa longitudinal carina, bagian muka berwarna hitam, flagelum 32 ruas (Sheng dan Pei 2002).

Spesies lain yang ditemukan dengan kelimpahan tinggi adalah Goryphus basilaris Holmgren (Gambar 4c) dan Ichneumon sp. 1 (Gambar 4d). Banyaknya kedua spesies tersebut karena banyaknya inang yang ditemukan di lokasi penelitian. Inang dari parasitoid ini berupa larva dari Famili Pyralidae (Lepidoptera) (Gurr et al. 2012), larva dari Famili Cerambycidae (Coleoptera) (Yi-Ping et al. 2014). Ichneumon sp. 1 biasanya memiliki inang seperti larva atau pupa dari Famili Noctuidae, Pieridae dan Papilionidae (Lepidoptera) (Tschopp et al. 2013), pupa dari

Keterangan:

(a) Charops bicolor

(b) Chlorocryptus purpuratus

(c) Cosmoconus sp. (d) Eurycryptus sp. (e) Goryphus basilaris

(f) Ichneumon sp.1 (g) Ichneumon sp. 2 (h) Stictopisthus sp.

(i) Xanthopimpla flavolineata

b c d

Famili Lycaenidae (Lepidoptera) (Timus et al. 2013) atau larva dan pupa dari Famili Geometridae (Lepidoptera) (Carpenter et al. 1994). Walaupun larva Lepidoptera yang ditemukan bukan merupakan hama pemakan daun kelapa sawit, akan tetapi banyaknya vegetasi bawah yang berada pada area perkebuna kelapa sawit dapat menjadi pakan bagi larva Lepidoptera tersebut. Penelitian dari Raguso dan Llorente-Bousquets (1990) menyatakan bahwa terdapat beberapa famili dari Lepidoptera yang dapat hidup pada tanaman vegetasi bawah dikarenakan sifatnya yang polifagus. Selain itu, menurut Patrick (2000), terdapat 7 Famili Lepidoptera yang dapat hidup dan memakan tanaman Asteraceae. Hal ini yang memungkinkan tingginya ketiga spesies dari Famili Ichneumonidae tersebut.

Famili Scelionidae

Famili Scelionidae merupakan salah satu famili dengan spesies dan kelimpahan individu terbanyak. Pada famili ini ditemukan 12 spesies yang telah teridentifikasi seluruhnya (Gambar 5a). Famili ini biasanya menjadi parasit pada telur Orthoptera, Lepidoptera, Diptera, Mantodea, Hemiptera, Neuroptera dan Coleoptera (Goulet dan Huber 1993; Kodjo et al. 2013).

Spesies yang ditemukan melimpah pada famili ini adalah Scelio sp. 1. Scelio sp. 1 (Gambar 5b) memiliki ciri-ciri tubuh berwarna hitam, tungkai dengan corak hitam pada bagian femur, venasi marginal melebar kearah pseudostigmal, venasi sangat pucat, frons biasanya dengan daerah yang lembut, klipeus menonjol dan bagian sudut klipeus kadang runcing, prepectus kadang berkembang baik, sayap belakang dengan venasi basal yang tebal dan pendek atau tidak bervenasi (Masner 2012).

Spesies lain yang memiliki jumlah individu yang melimpah, yaitu Telenomus podisi Ashmead (Gambar 5c) dan Telenomus sp. 1 (Gambar 5d). Melimpahnya kedua spesies ini karena banyaknya inang pada lokasi penelitian. Inang dari kedua parasitoid ini biasanya berupa telur dari Famili Pentatomidae (Hemiptera) (Borges et al. 2003; Silva et al. 2006; Cingolani et al. 2015), Geometridae (Lepidoptera) (Carleton et al. 2010) dan Noctuidae (Lepidoptera) (Polaszek dan Foerster 1997; Figueiredo et al. 2002; Duarte et al. 2006).

Tingginya ketiga spesies tersebut diduga karena habitat yang mendukung bagi perkembangan inangnya. Habitat dengan banyakya semak ataupun vegetasi bawah merupakan habitat yang mendukung bagi perkembangan dan pertumbuhan dari belalang yang merupakan inang dari Scelio sp. (Joern 1982). Selain itu area perkebunan kelapa sawit berdekatan dengan area pertanaman padi dari masyarakat yang merupakan salah satu habitat dari belalang (Picaud et al. 2003). Selain itu, banyaknya vegetasi bawah juga dapat dimanfaatkan belalang untuk meletakkan telur yang diletakkan di dalam jaringan tanaman (Ferreira dan Vasconcellos-Neto 2001) ataupun di dalam tanah (Joern 1982).

(a) 18 (b) 5 (c) 4 (d) 29 (e) 34 (f) 94 (g) 62 (h) 5 (i) 394 (j) 159 (k) 357 (l) 335 Keterangan: (a) Trissolcus sp. (b) Baeus sp. (c) Caloteleia sp. (d) Ceratobaeus sp. (e) Gryon sp. (f) Macroteleia gracilis (g) Macroteleia flava (h) Platyscelio sp. (i) Scelio sp. 1 (j) Scelio sp. 2 (k) Telenomus podisi (l) Telenomus sp. 1

Gambar 5 Spesies yang mendominasi Famili Scelionidae, (a) komposisi spesies, (b) Scelio sp. 1, (c) T. podisi, (d) Telenomus sp. 1.

Famili Encyrtidae

Famili Encyrtidae yang ditemukan pada penelitian ini terdapat 10 morfospesies dan 7 morfospesies di antaranya telah teridentifikasi (Gambar 6a). Famili ini biasanya menjadi parasitoid pada superfamili Coccoidea, serta telur dan larva dari Diptera, Coleoptera, Lepidoptera, Hymenoptera, Neuroptera, Orthoptera dan Arachinda (Goulet dan Huber 1993; Jahnke et al. 2007; Nalini dan Manickavasagam 2011). Spesies yang ditemukan melimpah pada Famili Encyrtidae adalah Microterys nietneri (Motschulsky).

M. nietneri (Gambar 6b) memiliki ciri-ciri, pita infuscate terluar dari sayap depan sangat terlihat bergabung dengan pita bagian tengah, pita tengah tidak terpotong, pedisel lebih panjang dari ruas pertama funikel, ruas funikel ke-empat, ke-lima dan ke-enam berwarna putih, sayap depan dengan 3 pita (Xu 2002). Inang dari parasitoid ini biasanya berupa Famili Coccidae seperti dari genus Ceroplastes atau Coccus (Beardsley 1976; Japoshvili dan Karaca 2007; Abd-Rabou 2012) atau scale insect lainnya (Xu dan Chen 2000).

Spesies lain yang memiliki jumlah individu yang melimpah adalah Metaphycus sp. (Gambar 6c) dan Copidosoma sp. (Gambar 6d). Banyaknya individu dari kedua spesies ini karena banyaknya inang yang berada pada lokasi penelitian. Inang dari Metaphycus sp. berupa Famili Coccidae dan Pseudococcidae (Hemiptera) (Stathas et al. 2007; Lotfalizadeh et al. 2014) dan Aleyrodidae (Hemiptera) (Noyes dan Lozada 2006). Sedangkan parasitoid Copidosoma sp. memiliki inang larva dari Famili Tineidae (Lepidoptera) (Sharkov et al. 2003) dan

b c d

d a

(a) 2 (b) 38 (c) 3 (d) 2 (e) 3 (f) 2 (g) 6 (h) 66 (i) 103 (j) 20

Gelechiidae (Lepidoptera) (Kolaczan et al. 2009). Tingginya ketiga spesies tersebut dikarenakan di area perkebunan kelapa sawit terdapat pertanaman ketela pohon (singkong) dari masayarakat. Tanaman ketela dapat menjadi inang bagi anggota Coccoidae, semisal dari Famili Pseudococcidae (Hammond et al. 1987; Barilli et al. 2014) dan Aleyrodidae (Alonso et al. 2012). Selain itu menurut Culik et al. (2007), terdapat anggota dari Pseudococcidae yang dapat menyerang tanaman dari Famili Amaranthaceae. Famili Gelechiidae merupakan famili yang banyak menyerang pada tanaman vegetasi bawah ataupun tanaman budidaya.

Gambar 6 Spesies yang mendominasi Famili Encyrtidae, (a) komposisi spesies, (b) M. nietneri, (c) Metaphycus sp., (d) Copidosoma sp.

Famili Eulophidae

Famili Eulophidae yang ditemukan pada penelitian ini memiliki 11 morfospesies yang telah teridentifikasi seluruhnya. Famili ini biasanya menjadi parasitoid pada larva Lepidoptera, Coleoptera, Diptera dan Hymenoptera yang hidup di dalam jaringan (Hassell dan Waage 1984; Goulet dan Huber 1993). Spesies yang ditemukan mendominasi dari famili ini adalah Chrysocharis pentheus (Walker) (Gambar 7a).

C. pentheus (Gambar 7b) memiliki ciri-ciri, flagelum dengan 2 ruas apical yang bergabung, mandibel berbentuk seperti trisula, pronotal kolar halus dan mengkilap, petiol biasanya kecil dan mencolok (Hansson 1986). C. pentheus merupakan parasitoid yang bersifat idiobiont dan soliter (Liu et al. 2008). Walaupun spesies ini lebih banyak ditemukan menyerang lalat pengorok daun (Tran et al. 2006; Liu et al. 2008; Gencer 2009; Tran 2009), akan tetapi pernah ditemukan bahwa parasitoid ini menyerang serangga lain seperti Tuta absoluta

Keterangan: (a) Acerophagus sp. (b) Copidosoma sp. (c) Encyrtidaesp.2 (d) Encyrtidaesp.4 (e) Encyrtidaesp.5 (f) Hambletonia pseudococcina (g) Leptomastix sp. (h) Metaphycus sp. (i) Microterys nietneri

(j) Ooencyrtus sp.

b c d

(a) 185 (b) 47 (c) 52 (d) 46 (e) 3 (f) 22 (g) 47 (h) 6 (i) 73 (j) 15 (k) 151

Meyrick (Lepidoptera: Gelechiidae) (Ghoneim 2014); Phyllocnistis citrella Stainton (Lepidoptera: Gracillariidae) (Mafi dan Ohbayashi 2010) dan serangga yang membentuk puru (Hansson 1986).

Selain C. pentheus, spesies lain yang ditemukan memiliki jumlah individu yang melimpah adalah Tetrastichus schoenobii Ferriere (Gambar 7c) dan Pediobius sp. (Gambar 7d). Tingginya individu dari kedua spesies tersebut karena banyaknya inang yang berada pada lokasi penelitian. T. schoenobii memiliki inang berupa larva

Dokumen terkait