• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Posisi Astronomis, Letak Administratif, dan Status Kawasan

Lokasi penelitian, CAPS, secara astronomis terletak di antara 112040’45’’–

112042’45’’ BT dan 8027’24’’–8024’54’’ LS. Pulau ini memiliki dimensi 3.9 km barat–timur dan 3.6 km utara–selatan, terletak di Samudera Indonesia, dipisahkan oleh Selat Sempu sejauh rata-rata 0.5 km dari Pulau Jawa. Secara administratif, CAPS termasuk ke dalam wilayah Dusun Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.

Pulau Sempu merupakan pulau kecil tidak berpenghuni seluas 877 ha, dengan karakteristik hidrologi serta kekayaan flora dan fauna yang khas (Purwanto et al. 2002). Pulau ini ditetapkan sebagai natuurmonument berdasarkan GB No. 46 Stbl 69 pada 15 maret 1928 karena potensi botanis-estetisnya, kemudian statusnya diubah menjadi cagar alam melalui SK Menhutbun No. 417/Kpts-II/1999 pada 15 Juni 1999 (Ditjenhut 1971; Imanuddin et al. 2007). Kondisi Klimatis dan Geologis

Berdasarkan SK Mentan No. 837/Kpts/Um/11/1980, klasifikasi intensitas curah hujan CAPS termasuk dalam kategori sedang dengan nilai intensitas hujan 20.7–27.7 mm/hari hujan, sedangkan kemiringan lereng berkisar antara datar (0%–8%) hingga sangat curam (> 45%). CAPS memiliki kondisi topografi dengan kontur bergelombang dan berbukit-bukit karang dengan ketinggian 0–102 m dpl., serta sebagian besar kawasan yang berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Selat Sempu berupa karang terjal berwarna gelap, sementara kawasan hutan di dalamnya memiliki topsoil yang relatif dangkal berbatasan dengan batu padas berwarna terang yang sangat keras (Risna 2009). Tanah di CAPS yang umumnya berwarna cokelat gelap hingga hitam menunjukkan kandungan material organik yang tinggi, sehingga tergolong subur meskipun topsoil-nya dangkal, namun mengalami keretakan pada beberapa lokasi yang kering (Risna 2009).

Kondisi Hidrologis

Pulau Sempu tidak memiliki sungai, namun terdapat sumber air tawar berupa sumur kecil yang terletak di Pantai Air Tawar. Sumber air ini berada ± 100 m dari pantai, sehingga sering tertutup air laut ketika pasang. Badan air tawar lain yang ada di Pulau Sempu adalah Telaga Lele (± 1.5 ha) Telaga Dowo (± 1 ha), Telaga Urang (± 1 ha), dan Telaga Sat (± 2 ha). Volume air pada seluruh danau tersebut berfluktuasi tergantung intensitas hujan namun tetap memiliki badan air permanen sepanjang tahun, kecuali Telaga Sat yang kering pada musim kemarau. CAPS juga memiliki sebuah laguna seluas ± 4 ha yang dikenal dengan nama Segoro Anakan.

Kondisi Biologis

Tiga tipe ekosistem hutan yang terdapat di CAPS adalah hutan mangrove pada beberapa teluk di pantai utara Pulau Sempu, hutan pantai pada hamparan pasir putih sepanjang pantai utara dan barat, serta hutan tropis dataran rendah

Vegetasi dominan lain yang mudah dijumpai adalah Macaranga spp. dan Mallotus spp. (Euphorbiaceae) (Risna 2009; Dephut 2012).

Beberapa mamalia yang dapat dijumpai di dalam kawasan antara lain Kancil (Tragulus javanicus), Monyet ekor-panjang (Macaca fascicularis), Lutung jawa (Trachypitecus auratus), Babi hutan (Sus scrofa), dengan mamalia khasnya Macan tutul Jawa (Panthera pardus). Selain itu, di dalam kawasan ini terdapat spesies aves khas yaitu Julang emas (Aceros undulatus) dan Cica-daun besar (Chloropsissonnerati) (Dephut 2012).

Komposisi dan Struktur Vegetasi Komposisi Spesies dan Famili Tumbuhan

Pengumpulan data vegetasi hutan dataran rendah dilaksanakan pada dua lokasi yang memiliki perbedaan tingkat aktivitas manusia, yaitu jalur Teluk Semut (tingkat aktivitas manusia relatif tinggi) dan jalur Waruwaru (tingkat aktivitas manusia relatif rendah). Sementara pengumpulan data vegetasi padang rumput dilaksanakan pada tiga blok, yaitu padang rumput pada area karst di blok Gladakan, padang rumput di atas substrat berkerikil yang basah di blok Barubaru, serta padang rumput pada telaga yang surut di blok Telaga Dowo. Melalui analisis vegetasi yang dilakukan, di dalam kawasan CAPS tercatat 158 spesies tumbuhan, seluruhnya termasuk ke dalam 54 famili. Dari seluruh spesies tersebut, 138 spesies (50 famili) dijumpai pada vegetasi hutan dataran rendah, sedangkan 35 spesies (19 famili) dijumpai pada vegetasi padang rumput. Komposisi spesies dan famili tumbuhan dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Perbedaan komposisi vegetasi hutan dengan padang rumput terjadi kerena pengaruh adanya perbedaan faktor fisik, sehingga padang rumput tumbuh pada zona klimatis antara hutan dengan gurun, namun belakangan ini distribusinya telah dipengaruhi oleh aktivitas manusia (Ewusie 1990; Ingrouille dan Eddie 2006). Pernyataan ini diperkuat dengan keterangan petugas dan penduduk Sendangbiru yang menjelaskan bahwa dahulu penduduk di sekitar Sendangbiru sering mencari rumput di dalam Pulau Sempu. Aktivitas tersebut kemungkinan meninggalkan dampak ekologis yang dirasakan hingga saat ini.

Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa terdapat sedikit perbedaan jumlah komposisi spesies penyusun vegetasi hutan dataran rendah jalur Waruwaru dengan jalur Teluk Semut. Sementara perbedaan yang relatif besar dijumpai pada

vegetasi padang rumput Gladakan, Barubaru, dan Telaga Dowo. Jumlah spesies dan famili terbanyak dijumpai di blok Gladakan, sementara jumlah terendah dijumpai di blok Barubaru. Hal ini terjadi karena padang rumput kering di atas ekosistem karst, seperti pada blok Gladakan, mampu mendukung keanekaragaman hayati yang lebih tinggi dibanding vegetasi yang tumbuh di atas batuan berkerikil seperti blok Barubaru (Schulze et al. 2002). Sementara komunitas tumbuhan pada vegetasi akuatik, seperti padang rumput Telaga Dowo, menurut Ingrouille dan Eddie (2006), kondisinya dipengaruhi oleh faktor fisik (geologi dan tanah, proses iklim dan cuaca, derajat dan frekuensi penggenangan, jarak dari pantai, serta derajat turbulensi dan kedalaman air) yang menentukan kualitas air (pH, nutrisi, dan oksigen terlarut) dan kehidupan tumbuhan.

Dominansi Spesies Tumbuhan

Schulze et al. (2002) menjelaskan bahwa parameter tingkat dominansi menggambarkan karakter keberadaan suatu spesies tumbuhan (jumlah individu, biomassa, penutupan lahan per spesies). Oleh sebab itu, INP dapat dijadikan sebagai parameter kuantitatif untuk menggambarkan dominansi suatu spesies tumbuhan dalam komunitasnya (Soegianto 1994 diacu dalam Indriyanto 2006). Spesies tumbuhan dominan akan memiliki nilai INP yang tinggi. Spesies tumbuhan semai dan pancang dengan INP ≥ 10% atau tiang dan pohon dengan INP ≥ 15% dapat dikatakan memiliki peranan dalam komunitasnya (Sutisna 1981 Gambar 4 Komposisi spesies dan famili tumbuhan pada vegetasi hutan dataran

rendah

Gambar 5 Komposisi spesies dan famili tumbuhan pada vegetasi padang rumput 89 88 37 37 0 20 40 60 80 100

Jalur Teluk Semut Jalur Waruwaru

Jumlah Famili Jumlah Spesies

26 4 10 13 4 9 0 20 40 60 80 100 Blok Gladakan Blok Barubaru Blok Telaga Dowo

Mallotus peltatus Euphorbiaceae - 27.17

Eragrostis sp. Poaceae - 26.35

Tingkat Pancang

Buchanania arborescens Anacardiaceae - 11.46

Trivalvaria macrophylla Annonaceae - 11.20

Tabernaemontana sp. Apocynaceae - 11.97

Peltophorum pterocarpum Caesalpiniaceae - 10.18

Croton tiglium Euphorbiaceae 10.67 -

Drypetes longifolia Euphorbiaceae 21.44 21.90

Mallotus moritzianus Euphorbiaceae 25.05 -

Mallotus muricatus Euphorbiaceae 19.26 -

Aglaia elliptica Meliaceae - 14.01

Streblus asper Moraceae 12.75 12.23

Canthium glabrum Rubiaceae - 10.20

Heritiera littoralis Sterculiaceae 10.21

Tingkat Tiang

Polyalthia lateriflora Annonaceae - 17.44

Garcinia celebica Clusiaceae 22.08 -

Garcinia sp. Clusiaceae - 54.18

Drypetes longifolia Euphorbiaceae 70.66 68.64

Aglaia elliptica Meliaceae - 17.97

Aglaia lawii Meliaceae 23.94 -

Xylocarpus granatum Meliaceae - 27.06

Knema glauca Myristicaceae - 20.67

Adina cordifolia Rubiaceae 26.80 -

Pterospermum diversifolium Sterculiaceae - 22.71

Tingkat Pohon

Mitrephora polypyrena Annonaceae - 17.74

Peltophorum pterocarpum Caesalpiniaceae 16.96 25.29

Garcinia celebica Clusiaceae 28.42 -

Garcinia sp. Clusiaceae 29.92 -

Bischofia javanica Euphorbiaceae 15.95 -

Artocarpus elasticus Moraceae - 17.31

Pterospermum diversifolium Sterculuaceae 37.54 37.63

Pterospermum javanicum Sterculuaceae - 30.02

Vitex glabrata Verbenaceae 15.77 -

Komunitas tumbuhan pada jalur Teluk Semut dan jalur Waruwaru didominasi oleh spesies dari famili yang sama, yaitu Euphorbiaceae, tetapi tumbuhan paling dominan pada tingkat semai dan tumbuhan bawahnya merupakan spesies dari famili yang berbeda. Hal ini disebabkan karena pada jalur Waruwaru terdapat beberapa telaga air tawar, dan spesies tumbuhan dari famili Cyperaceae merupakan spesies yang umum tumbuh dominan di tepian badan air tawar (Schulze et al. 2002). Sementara itu, spesies paling dominan pada padang rumput Gladakan dan Barubaru merupakan spesies yang sama dari famili Poaceae, sedangkan spesies paling dominan pada padang rumput Telaga Dowo merupakan spesies dari famili Thelypteridaceae.

Kondisi padang rumput di CAPS sesuai dengan deskripsi padang rumput tropis menurut Ewusie (1990), yaitu memiliki spesies tumbuhan yang berbeda nyata dengan vegetasi hutan, didominasi oleh spesies dari famili Poaceae, serta rumputnya tumbuh cepat dan mencapai ketinggian sedemikian rupa sehingga menunjukkan dominasi. Sementara kondisi Telaga Dowo serupa dengan kondisi vegetasi rawa, yaitu ditumbuhi paku-pakuan dan tumbuhan monokotil tegak dengan akar yang terendam air, serta spesies tumbuhannya berbeda dengan vegetasi hutan (Ewusie 1990).

Tingkat Kekayaan, Keanekaragaman, dan Kemerataan Spesies

Ditemukan adanya variasi nilai indeks kekayaan spesies tumbuhan hutan dataran rendah pada berbagai tingkat pertumbuhan dan lokasi. Pada jalur Teluk Semut kekayaan spesies tumbuhan tertinggi dijumpai pada tingkat semai dan tumbuhan bawah, sedangkan kekayaan terendah pada tingkat pohon. Pada jalur Waruwaru kekayaan spesies tumbuhan tertinggi dijumpai pada tingkat pohon, sementara kekayaan terendah pada tingkat tiang. Tingkat kekayaan spesies tumbuhan hutan dataran rendah dapat dilihat pada Gambar 6.

Variasi nilai juga ditemukan pada indeks keanekaragaman spesies tumbuhan hutan dataran rendah di jalur Teluk Semut dan Waruwaru. Tingkat keaneka-ragaman spesies tiang pada jalur Teluk Semut lebih tinggi dibandingkan dengan jalur Waruwaru, tetapi keanekaragaman spesies pada tingkat pertumbuhan lainnya lebih rendah. Tingkat keanekaragaman spesies tumbuhan hutan dataran rendah ditampilkan pada Gambar 7.

Melalui nilai indeks keanekaragaman dapat disimpulkan bahwa pada hutan dataran rendah, komunitas pohon merupakan komunitas yang paling stabil dari Tabel 2 Spesies tumbuhan yang memiliki peranan dalam komunitas padang

rumput di CAPS

Spesies Famili INP pada blok analisis vegetasi (%)

Gladakan Barubaru Telaga Dowo

Pistia stratiotes Araceae - - 36.51

Ageratum mexicanum Asteraceae - 17.34 -

Imperata cylindrical Poaceae 61.62 - -

Ischaemum muticum Poaceae 69.33 171.16 -

Paspalidium punctatum Poaceae - - 46.51

Polygonum barbatum Polygonaceae - - 16.69

gangguan, sementara komunitas semai dan tumbuhan bawah memiliki kestabilan yang paling rendah. Menurut Indriyanto (2006), keanekaragaman menunjukkan tingkat interaksi spesies yang mempengaruhi kompleksitas komunitas tumbuhan. Nilai indeks keanekaragaman yang tinggi menunjukkan kestabilan komunitas terhadap gangguan (Soegianto 1994 diacu dalam Indriyanto 2006).

Gambar 8 menunjukkan bahwa jalur Teluk Semut dan Waruwaru memiliki kemerataan spesies tumbuhan yang sama. Indeks kemerataan menunjukkan derajat keseragaman kelimpahan spesies, nilai yang mendekati satu menunjukkan bahwa seluruh spesies memiliki kelimpahan yang sama (Magurran 2004). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kemerataan spesies tumbuhan

berbagai tingkat pertumbuhan

Gambar 7 Nilai indeks keanekaragaman spesies tumbuhan hutan dataran rendah pada berbagai tingkat pertumbuhan

2.090 2.872 2.719 2.893 2.178 3.054 2.334 3.080 0 1 2 3 4

Semai & Tumbuhan bawah Pancang Tiang Pohon

Jalur Waruwaru Jalur Teluk Semut

Gambar 8 Nilai indeks kemerataan spesies tumbuhan hutan dataran rendah pada berbagai tingkat pertumbuhan

0.519 0.862 0.845 0.899 0.563 0.866 0.884 0.899 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

Semai & Tumbuhan bawah Pancang Tiang Pohon

pada hutan dataran rendah CAPS semakin tinggi seiring dengan bertambah tingginya tingkat pertumbuhan vegetasi.

Variasi yang tinggi dari nilai indeks kekayaan, keanekaragaman, dan kemerataan ditemukan pada vegetasi padang rumput (Gambar 9). Menurut Ewusie (1990), padang rumput tropis lebih miskin spesies tumbuhan dibandingkan dengan vegetasi hutan. Selain itu diduga kondisi ini muncul karena spesies tumbuhan asing invasif dijumpai lebih melimpah pada padang rumput, dibandingkan dengan vegetasi hutan. Umumnya, spesies tumbuhan asing invasif lebih agresif dibanding spesies lokal dalam kompetisi memperebutkan sinar matahari, nutrisi, dan air; hingga akhirnya menyebabkan pergeseran komunitas tumbuhan dari komunitas yang beragam menjadi monokultur satu spesies tumbuhan asing invasif (May 2007a; May 2007b).

Padang rumput dengan kekayaan spesies tumbuhan tertinggi dijumpai di blok Gladakan, karena blok ini berupa padang rumput kering di atas ekosistem karst, sehingga mampu mendukung keanekaragaman hayati yang tinggi (Schulze et al. 2002). Berdasarkan nilai indeks-indeks tersebut juga dapat disimpulkan bahwa padang rumput Barubaru merupakan komunitas yang memiliki kompleksitas dan kestabilan terhadap gangguan yang paling rendah, serta kelimpahan antar spesies tumbuhannya paling tidak merata.

Tingkat Kesamaan Komunitas Tumbuhan

Tidak dijumpai komunitas tumbuhan yang benar-benar sama pada lima lokasi penelitian di CAPS, ditunjukkan dengan tidak ditemukannya nilai indeks kesamaan yang mendekati satu. Tingkat kesamaan komunitas tumbuhan tertinggi dijumpai pada kesamaan komunitas antara Teluk Semut dengan Waruwaru, sementara yang terendah dijumpai pada kesamaan komunitas antara Teluk Semut dengan Telaga Dowo. Nilai indeks kesamaan komunitas tumbuhan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.

Umumnya, perbandingan antara dua komunitas dengan tipe yang sama akan menghasilkan nilai indeks kesamaan yang tinggi, seperti hutan dataran rendah jalur Waruwaru dengan hutan dataran rendah jalur Teluk Semut, sementara perbandingan antara dua komunitas dengan tipe yang berbeda, seperti hutan dataran rendah jalur Teluk Semut dengan padang rumput blok Telaga Dowo akan menghasilkan nilai indeks kesamaan yang rendah. Namun perbandingan antar Gambar 9 Nilai indeks kekayaan, keanekaragaman, dan kemerataan spesies

tumbuhan vegetasi padang rumput

2.744 0.332 0.952 1.255 0.021 1.35 0.385 0.015 0.586 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Gladakan Barubaru Telaga Dowo

komunitas padang rumput di CAPS memiliki indeks kesamaan yang relatif rendah. Hal ini diduga karena ketiga padang rumput tersebut memiliki kondisi yang berbeda.

Spesies Tumbuhan Asing Invasif Jumlah Spesies Tumbuhan Asing Invasif

Teridentifikasi sebanyak 10 spesies (7 famili) tumbuhan asing invasif di CAPS, 9 spesies (6 famili) ditemukan dalam petak penelitian. Kecuali Lantana camara, seluruh spesies tumbuhan asing invasif yang ditemukan di CAPS memiliki habitus herba. Daftar spesies tumbuhan asing invasif di CAPS ditampilkan pada Tabel 4.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 10 Kondisi padang rumput di: (a) (b) Telaga Dowo, (c) Gladakan, dan (d) Barubaru

Famili dengan jumlah spesies terbanyak dalam daftar tumbuhan asing invasif CAPS merupakan famili Poaceae (3 spesies) disusul Asteraceae (2 spesies). Penemuan ini sesuai dengan hasil inventarisasi Tjitrosoedirdjo (2005) yang menemukan bahwa Poaceae merupakan famili yang memiliki spesies gulma asing terbanyak di Indonesia, disusul famili Asteraceae. Dalam daftar 10 spesies tersebut bahkan ditemukan Imperata cylindrica, salah satu dari 10 spesies gulma asing invasif yang paling berbahaya di dunia (ISSG 2005).

Keberadaan spesies tumbuhan asing selalu terjadi dalam sejarah penyebaran tumbuhan (van Steenis 2010). Meskipun aktivitas manusia merupakan agen yang paling bertanggung jawab atas terjadinya invasi spesies tumbuhan asing (Shigesada dan Kawasaki 1997; May 2007a; May 2007b), namun proses masuknya spesies tumbuhan asing invasif ke dalam Pulau Sempu belum dapat diketahui. CAPS yang terpisah dari daratan utama Pulau Jawa serta statusnya yang merupakan kawasan yang dilindungi sejak 1928, sehingga relatif terjaga dari tingkat aktivitas manusia yang tinggi, seharusnya mampu menjaga kawasan CAPS dari invasi spesies tumbuhan asing. Satu-satunya sumber invasi yang mungkin bagi CAPS adalah Pulau Jawa, namun menelusuri sejarah proses invasi hampir mustahil dilakukan (di Castri 1989). Hal tersebut terjadi karena pada awal diketahuinya kejadian invasi di dunia para ahli biologi kurang menyadari bahayanya sehingga perhatian terhadap isu ini sangat rendah (Richardson dan Pyšek 2007; Richardson dan Pyšek 2008).

Dominansi Spesies Tumbuhan Asing Invasif

Spesies tumbuhan asing invasif memiliki potensi untuk mendominasi komunitas tempat tumbuhnya. Seluruh individu spesies tumbuhan asing invasif yang tercatat dalam petak analisis vegtasi di CAPS dijumpai pada tingkat tumbuhan bawah, sehingga spesies yang berperan dalam komunitasnya adalah spesies yang memiliki INP ≥ 10% (Sutisna 1981 diacu dalam Rosalia 2008). INP

Tabel 4 Spesies tumbuhan asing invasif di CAPS

Spesies Famili Habitus Sebaran alami

Di dalam petak analisis vegetasi

Pistia stratiotes 1) 3) Araceae Herba akuatik Amerika Selatan Ageratum mexicanum1) 2) Asteraceae Herba Amerika tropis Vernonia cinerea 2) Asteraceae Herba -

Passiflora foetida 1) Passifloraceae Herba menjalar Amerika Selatan Centotheca lappacea 2) Poaceae Herba Afrika, Asia

Eleusine indica 2) Poaceae Herba India

Imperata cylindrica 1) 3) Poaceae Herba Afrika Timur Hedyotis corymbosa 2) Rubiaceae Herba Afrika, India Lantana camara 1) 2) 3) Verbenaceae Semak Amerika tropis

Di luar petak analisis vegetasi

Cyperus rotundus 1) 2) Cyperaceae Herba India, Afrika Keterangan : 1) status spesies tumbuhan asing invasif menurut ISSG (2005)

2) status spesies tumbuhan asing invasif menurut Biotrop (2008) 3) status spesies tumbuhan asing invasif menurut Webber (2003)

spesies tumbuhan asing invasif pada lokasi penelitian di CAPS ditampilkan pada Tabel 5.

Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar spesies tumbuhan asing invasif memiliki INP yang rendah dan tidak berperan dalam komunitas tempat tumbuhnya. Spesies tumbuhan asing invasif yang memiliki INP ≥ 10% hanya dijumpai di padang rumput, namun spesies-spesies tersebut bukan merupakan spesies yang paling dominan dalam komunitasnya. Sementara itu, seluruh spesies tumbuhan asing invasif yang dijumpai di dalam hutan dataran rendah memiliki nilai INP yang kecil dan peringkat INP yang rendah dalam komunitasnya masing-masing. Spesies tumbuhan asing dijumpai paling melimpah di padang rumput Gladakan, diduga hal ini terjadi karena adanya aktivitas merumput yang dahulu sering dilakukan masyarakat. Intervensi manusia, terutama pembersihan vegetasi alami merupakan faktor utama penyebab invasi tumbuhan asing dan invasi sekunder oleh spesies gulma (Shigesada dan Kawasaki 1997).

Menurut van Steenis (2010), spesies tumbuhan asing invasif tidak mampu berintegrasi ke dalam vegetasi hutan klimaks, tetapi hanya mampu mengisi relung di tempat-tempat terganggu atau habitat miskin. Pada ekosistem-ekosistem tropis dengan karakteristik faktor biotik dan abiotiknya serta keanekaragaman hayati awal yang tinggi, peluang keberhasilan invasi pada komunitas yang tidak terganggu sangat kecil (Rejmánek 1996 dalam Sala et al. 2000). Oleh sebab itu invasi spesies asing sebenarnya bukan merupakan masalah utama pada ekosistem-ekosistem tropis (Sala et al. 2000; Koskela 2004).

Pola Sebaran Spesies Tumbuhan Asing Invasif

Organisme di alam dapat menyebar secara acak, seragam, maupun mengelompok, namun sebagian besar populasi flora-fauna di alam penyebarannya bersifat mengelompok dan sangat jarang seragam (Krebs 2013). Melalui perhitungan indeks Morisita terstandar diketahui bahwa seluruh spesies tumbuhan asing invasif di CAPS memiliki pola sebaran mengelompok (Ip > 0). Nilai indeks

Pistia stratiotes - - - - 36.51

Vernonia cinerea - - 6.16 ( 6*) - -

Keterangan : A) Jalur Teluk Semut B) Jalur Waruwaru C) Blok Gladakan D) Blok Barubaru E) Blok Telaga Dowo

penyebaran Morisita terstandar spesies tumbuhan asing invasif di CAPS ditampilkan dalam Tabel 6 dan Tabel 7.

Pola sebaran spesies tumbuhan asing invasif pada hutan dataran rendah dan padang rumput di CAPS yang bersifat mengelompok ini sesuai dengan pernyataan Krebs (2013), bahwa populasi tumbuhan di alam lebih sering menyebar secara mengelompok dibanding secara teratur. Odum (1994) juga menjelaskan bahwa penyebaran tumbuhan di alam cenderung mengelompok, penyebaran secara acak relatif jarang terjadi. Hal ini terjadi karena kondisi lingkungan jarang bersifat seragam meskipun mencakup wilayah yang sempit (Heddy et al. 1986 diacu dalam Indriyanto 2006).

Kompetisi merupakan interaksi yang paling umum terjadi antar tumbuhan (Gibson dan Gibson 2006). Setiap individu tumbuhan berkompetisi untuk memperebutkan air, sinar matahari, ruang, dan nutrisi (Gibson dan Gibson 2006; May 2007a; May 2007b). Oleh sebab itu pola sebaran tumbuhan asing invasif sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya tersebut, sebagai contoh spesies akuatik Pistia stratiotes hanya dijumpai di Telaga Dowo. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa pola sebaran tumbuhan asing invasif di CAPS mengelompok pada habitat yang terganggu sesuai pernyataan Shigesada dan Kawasaki (1997) dan van Steenis (2010). Tersedianya celah akibat gangguan pada habitat berarti tersedia pula ruang bagi spesies invasif untuk tumbuh bereproduksi (Shigesada dan Kawasaki 1997).

Bioekologi Spesies Tumbuhan Asing Invasif 1. Pistia stratiotes [Araceae]

P. stratiotes merupakan spesies tumbuhan asing invasif akuatik yang berasal dari Amerika Selatan (ISSG 2005). Dengan habitusnya berupa herba, P. stratiotes tumbuh mengapung bebas pada permukaan air menggenang atau mengalir pelan

Tabel 6 Nilai indeks penyebaran Morisita terstandar spesies tumbuhan asing invasif pada vegetasi hutan dataran rendah

Spesies Indeks Morisita terstandar (Ip) Pola sebaran

Ageratum mexicanum 0.75 Mengelompok

Centotheca lappacea 1.00 Mengelompok

Eleusine indica 0.74 Mengelompok

Lantana camara 1.00 Mengelompok

Tabel 7 Nilai indeks penyebaran Morisita terstandar spesies tumbuhan asing invasif pada vegetasi padang rumput

Spesies Indeks Morisita terstandar (Ip) Pola sebaran

Ageratum mexicanum 0.59 Mengelompok

Hedyotis corymbosa 0.64 Mengelompok

Imperata cylindrica 0.52 Mengelompok

Lantana camara 0.57 Mengelompok

Passiflora foetida 0.52 Mengelompok

Pistia stratiotes 0.54 Mengelompok

pada sebaran vertikal 5 m – 800 m dpl (Backer dan van den Brink 1968). Tumbuhan ini mampu berkembang biak secara vegetatif melalui stolon dan membentuk tutupan kompak pada permukaan air, serta memiliki kemampuan bertahan hidup di atas lumpur (ISSG 2005). Biji P. stratiotes terapung di atas air selama beberapa hari sehingga dapat terbawa air hingga jarak yang jauh sebelum aikhirnya tenggelam dan berkecambah (Webber 2003).

Spesies P. stratiotes dalam penelitian ini hanya dijumpai di Telaga Dowo, meskipun terdapat kemungkinan bahwa spesies ini juga ada di telaga-telaga lainnya. Selain ditemukan hidup mengambang di atas permukaan air, spesies ini juga ditemukan tumbuh di atas lumpur di tepi-tepi Telaga Dowo. P. stratiotes yang tumbuh di Telaga Dowo CAPS dapat dilihat pada Gambar 11.

2. Ageratum mexicanum [Asteraceae]

A. mexicanum merupakan spesies tumbuhan asing invasif dengan habitus herba tegak annual yang berasal dari daerah Amerika tropis (Backer dan van den Brink 1965). A. mexicanum merupakan spesies tumbuhan asing invasif dengan kemampuan adaptasi yang tinggi pada berbagai kondisi ekologis (ISSG 2005). Spesies ini mampu tumbuh pada kondisi lingkungan kering hingga lembap, kondisi tanah subur hingga agak subur, pada daerah terbuka maupun ternaungi (Biotrop 2008). A. mexicanum memiliki buah tipe achene, yaitu buah kering sederhana seperti biji bunga matahari, yang mudah terbawa angin; bijinya bersifat fotoblastik positif (untuk dapat berkecambah, pemecahan dormannya

membu-dan (b) anakan di atas lumpur pada tepian Telaga Dowo

tuhkan sinar matahari) dengan viabilitasnya yang akan berkurang dalam 12 bulan (ISSG 2005).

Spesies A. mexicanum dalam CAPS ditemukan pada tepian laguna Segoro Anakan, serta padang rumput Barubaru dan Gladakan. Spesies ini tumbuh pada area terbuka yang tidak ternaungi tajuk pohon dan menerima intensitas sinar matahari yang tinggi. A. mexicanum yang tumbuh di padang rumput Gladakan dapat dilihat pada Gambar 12.

3. Vernonia cinerea [Asteraceae]

V. cinerea merupakan spesies tumbuhan asing invasif dengan habitus herba tegak anual yang asal sebarannya masih belum diketahui (Biotrop 2008). Spesies ini tumbuh menginvasi lahan terbuka maupun ternaungi sebagai tumbuhan bawah,

Dokumen terkait