• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Hasil

1. Berat Jenis, Kadar Air dan Penyusutan Kayu Karet

Kayu karet yang diteliti memiliki berat jenis, kadar air dan penyusutan sebagaimana Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Kerapatan dan Kadar Air Kayu Karet

2. Absorbsi dan Retensi Bahan Pengawet

Nilai absorbsi pada kayu karet diuraikan pada Tabel 3 berikut

Tabel 3. Absorbsi Pengawet pada Kayu Karet

Jenis pengawet Ba (gr) Bo (gr) Ab (gr)

Pengawet alami 43,77 27,22 16,55

Pengawet kimia 41,50 27,31 14,19

Keterangan: Ab = absorbsi, Ba = berat kayu sesudah diawetkan, Bo = berat kayu sebelum diawetkan.

Gambar 1. Absorbsi Kayu Karet

Jenis sampel Kerapatan (gr/cm? ) Kadar Air (%) Sampel pengawet alami 0,50 60,6 Sampel pengawet kimia 0,56 55,8

Kemudian untuk mengetahui jumlah bahan pengawet kimia yang terpapar pada kayu dilakukan perhitungan retensi dalam (%).

1. Kosentrasi Pengawet Kimia

Kosentrasi pengawet kimia sebesar 0,576 %, hasil ini merupakan hasil perhitungan dari dosis yang tertera pada kemasan Akonafos (sebesar 12 ml untuk satu liter air), dengan konsentrasi bahan aktif Chlorpirifos sebesar 480 gram/liter. Rincian perhitungan konsentrasi tercantum dalam Lampiran 1 (satu) untuk konsentrasi pada pengawet alami tidak dihitung dalam penelitian ini karena tidak dilakukan ekstraksi terhadap hasil rendaman kayu ulin yang dibuat.

2. Retensi

Nilai retensi pengawet kimia pada kayu karet diuraikan pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Retensi Pengawet pada Kayu Karet

Pengawet Kosentrasi (%) Volume (mm?) Absorbsi (gr) Retensi

(gr/cm? )

Pengawet kimia 0,576 49157,781 14,19 O,17

3. Identifikasi rayap

Rayap yang digunakan dalam penelitian ini adalah rayap jenis Macrotermes

gilvus (Hagen) sesuai data identifikasi sebagai Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Jenis Rayap Tanah.

Parameter identifikasi

Macrotermes gilvus (Hagen)

Nilai yang diperoleh Nilai menurut Tarumingkeng (2006) Warna kepala prajurit Coklat merah Coklat merah Panjang kepala prajurit besar 5.1 mm 4.8 – 5.5 mm

4. Ketahanan Contoh Uji Terhadap Serangan Rayap Tanah

Rayap yang diletakkan pada jam pot memiliki kemampuan bertahan

hidup yang berbeda-beda sesuai dengan perlakuannya. Lebih jelasnya ketahanan hidup rayap dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Ketahanan Hidup Rayap pada Jam Pot.

Perlakuan Pengawet kimia Pengawet alami Kontrol Ketahanan hidup

(hari)

1 5 – 8 10 – 15

Disamping data ketahanan hidup rayap sesuai perlakuan pengawetan kayu pada jam pot, penurunan berat jam pot beserta isinya juga dapat dilihat sebagaimana Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Hasil Penurunan Berat Sebelum dan Sesudah Diumpankan (%)

Jenis pengawet Berat sebelum diumpankan Berat setelah diumpankan Penurunan berat (%) Pengawet alami 281,6 271,8 3,4 Pengawet kimia 285,5 272,9 4,41 Kontrol 277,5 264,8 4,71

Hasil pengamatan di atas menunjukkan bahwa berdasar nilai penurunan berat setelah diumpankan, menurut Klasifikasi Ketahanan Kayu Terhadap Serangan Rayap (SNI 01- 7207-2006) maka perlakuan yang dilakukan dengan menggunakan pengawet kimia dan kontrol menghasilkan kelas klasifikasi II dengan tingkat ketahahanan berada pada klasifikasi “Tahan” karena nilai penurunan berat berada pada nilai 3,5 - 7,50 %. Sedang untuk perlakuan pengawet alami menghasilkan tingkat ketahahan “Sangat Tahan”

B. Pembahasan

1. Ekstraktif dari Rendaman Serbuk Kayu Ulin

Perubahan warna air rendaman menjadi kecoklatan membuktikan adanya ekstraktif yang telah larut dalam air. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Dumanauw (1992) yang menyatakan bahwa zat ekstraktif mudah larut dalam pelarut seperti air dengan nilai bervariasi antara 3-10% dari berat kayu kering tanur. Zat ekstraktif tersebut termasuk didalamnya adalah minyak, resin, lilin, tanin, gula, pati, dan warna lainya.

Zat ekstraktif yang bersifat racun bagi jamur dan rayap, dan sebetulnya semua kayu memiliki zat tersebut. Hanya saja, jumlah kandungannya berbeda di setiap jenis dan dapat saja habis tercuci oleh bahan pelarut umum seperti air hujan, metanol, air panas, air dingin, alkohol dan sebagainya (Nandika, 2005).

Zat ekstraktif kayu ulin yang bersifat racun bagi rayap disebut dengan Eusiderin (C22H26O6), sedangkan zat ekstraktif yang bersifat sama juga dapat diperoleh dari ekstraksi kayu Pterocarpus indicus dan Dalbergia

latifolia yang masing-masing disebut dengan Angolensian dan Latifolin

(Mayangsari, 2008).

2. Penyerapan (Absorbsi) Bahan Pengawet

Penyerapan pengawet pada kayu karet diketahui tingkat penyerapan pengawet alami lebih tinggi dibanding pengawet kimia didalam penghitungan absorbsi, Diduga air sebagai cairan murni lebih mudah penyerapannya

dibanding penyerapan kimia, karena kimia mengandung bahan yang sulit untuk terserap pada dinding-dinding sel pada kayu, Hal ini sesuai dengan

Alex (2002) yang menyatakan bahwa keragaman absorbsi dan peresapan yang diperoleh dengan berbagai tipe bahan pengawet sebagian besar

ditentukan oleh perbedaan viskositas cairan. 3. Retensi

Pengawet yang diketahui nilai kosentrasinya dapat dilakukan penghitungan retensi. Pada pengawet alami tidak diketahui nilai retensinya dikarenakan nilai kosentrasinya tidak dihitung.

4. Persentase Pengujian Ketahanan Kayu Terhadap Rayap

Dari hasil penelitian diketahui bahwa rayap tidak mampu hidup sampai 6 minggu sesuai SNI 01-7207-2006 dan hanya bertahan paling lama 2 minggu untuk sampel kontrol. Hal tersebut menyebabkan hasil ketahanan kayu terhadap serangan rayap menjadi tidak maksimal. Diduga kematian rayap

disebabkan karena rayap tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tarumingkeng (2001) bahwa rayap tanah merupakan serangga sosial yang hanya dapat hidup jika berada di dalam koloninya, karena di dalam koloninya terdapat bahan-bahan dan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Rendaman serbuk kayu ulin selama 4 hari mampu dipakai sebagai bahan untuk menahan serangan rayap sesuai SNI 01-7207-2006, yang mampu mempercepat kematian rayap dibanding dengan kontrolnya.

2. Serbuk ulin dan bahan kimia dengan menggunakan metode absorbsi berdasarkan hasil pengujian dari nilai rata-rata pengawet alami 16,55 g

sedangkan untuk pengawet kimia nilai rata-rata penyerapannya 14,19 g.

B. Saran

1. Dalam rendaman kayu ulin masih banyak terdapat zat selain ekstraktif yang tercampur sehingga perlu penelitian yang lebih lanjut untuk memisahkan ekstraktif secara tersendiri dan kemudian dicoba digunakan sebagai bahan

penahan serangan rayap.

2. Dalam proses pengujian organisme perusak kayu sebaiknya terlebih dahulu diamati tentang cara hidupnya sehingga dapat digunakan sebagai media perusak yang baik.

Dokumen terkait