• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Perusahaan

PT. Samick Indonesia terletak di Bogor dan lokasi pabrik di jalan Perkebunan Desa Cileungsi Kidul, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Indonesia 16820 dengan luas area 422,815 m² dan luas bangunannya 94,031 m². Fasilitas yang dimiliki yaitu 11 bangunan produksi, 29 ruang pengeringan, 1 ruang kantor pusat, 2 kantin, rumah pondok, dan 10 rumah keluarga. Sejarah dari perusahaan ini yaitu berdiri pada tahun 1990 bulan Maret, telah mendapatkan izin untuk berinvestasi dari pemerintahan Indonesia. Kemudian pada bulan Januari 1991 membentuk badan hukum. Pada bulan April 1992 mulai memproduksi bahan untuk membuat alat musik. Produk yang dihasilkan yaitu berupa alat musik seperti, gitar akustik (Agustus 1993), gitar elektrik (Mei 1995), upright piano (Oktober 1996), grand piano (Februari 1998), dan digital piano (Juni 2003). Pada tahun 1996 perusahaan ini mendapatkan penghargaan dari Presiden sebagai Top Eksportir di Indonesia. Terjadi perubahan pada bulan Februari tahun 2004, perusahaan ini bekerjasama dengan C. Bechstein Jerman. Pada bulan Mei 2004 terdapat 21 sistem sektor yang bertanggung jawab. Pada tahun 2010 pemegang saham terbesarnya yaitu dari Steinway dan anak-anaknya.

Secara personal PT. Samick Indonesia ini terdiri dari Korea, Indonesia (office), dan Indonesia (Factory) yang masing-masing pada tahun 2008 berjumlah 17, 88, dan 2.800. Kapasitas produksi pertahun perusahaan ini yaitu grand piano 6.000 pcs/tahun, upright piano 18.000 pcs/tahun, acoustic guitar 200.000 pcs/tahun, electric guitar 240.000 pcs/tahun, dan components 30.000 m³/tahun. Bahan baku yang digunakan sebanyak 80% dari total produksi yaitu kayu meranti, nyatoh mahogani, agathis dan rosewood yang berasal dari Indonesia sedangkan untuk cat dan perangkat keras sebanyak 20% dari total produksi berasal dari Amerika Utara, Eropa, Korea, dan China.

Visi PT. Samick Indonesia adalah menciptakan nilai dari kualitas berdasarkan standar, biaya yang rendah dan mengontrol limbah, serta pengiriman barang (produk) yang tepat waktu. PT. Samick Indonesia ini memiliki hubungan baik dengan pemasok (supplier), pelanggan (customer), dan pekerja (employee). PT. Samick Indonesia memiliki daya saing yang terletak pada kualitas kontrol dengan standar yang akurat, bahan yang berkualitas dengan vendor lokal yang kuat, harga yang kompetitif dengan manajemen biaya, pengiriman berdasarkan sistem pelacakan komputerisasi, dan tenaga kerja yang dioperasikan oleh sistem sektor responsif.

Tenaga Kerja

Dalam menyerap tenaga kerja, PT. Samick Indonesia tidak membatasi pada lingkup geografis tertentu dan lebih menyerahkan kepada pasar tenaga kerja dengan tetap memperhatikan kualifikasi tertentu dan pendidikan akhir minimal SMA. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan handal, secara reguler perusahaan mengirimkan karyawan guna mengikuti pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri khususnya Korea sehingga kemampuan mereka meningkat dalam menggunakan teknik-teknik baru dalam produksi.

Tabel 3 Kondisi tenaga kerja PT. Samick Indonesia sampai bulan April 2013 Departement Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan n % n % n % Umum & Personalia 60 2.0 4 0.1 64 2.1 MIS (komputer) 4 0.1 - 0.0 4 0.1 Accounting 1 0.03 6 0.2 7 0.2 Logistik Umum/ Staff 6 0.2 11 0.4 17 0.6 Logistik Gudang 18 0.6 1 0.03 19 0.6 Exim 4 0.1 9 0.3 13 0.4 Quality Control 76 2.5 11 0.4 87 2.8 Piano Team 1 0.03 3 0.1 4 0.1 Guitar Team 16 0.5 8 0.3 24 0.8 R & D 14 0.5 1 0.03 15 0.5 Maintenance 53 1.7 - 0.0 53 1.7 Produksi I 120 3.9 4 0.1 124 4.1 Prod. II Guitar 925 30.3 390 12.8 1315 43.0 Upright Piano 757 24.8 181 5.9 938 30.7 Grand Piano 314 10.3 58 1.9 372 12.2 Total 2369 77.5 687 22.5 3056 100

Sumber: PT Samick Indonesia (2013)

Tabel 4 Tenaga kerja PT. Samick Indonesia di bagian produksi Bagian Produksi Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan n % n % n % Produksi I 120 4.4 4 0.1 124 4.5 Prod. II Guitar 925 33.6 390 14.2 1315 47.8 Upright Piano 757 27.6 181 6.6 938 34.2 Grand Piano 314 11.4 58 2.1 372 13.5 Total 2116 77.0 633 23.0 2749 100

Contoh dalam penelitian ini merupakan karyawan dan karyawati PT. Samick Indonesia yang bekerja di bagian Produksi. Contoh berasal dari beberapa bagian pekerjaan yaitu bagian produksi I Component (1 orang), produksi II A/G (13 orang), produksi II E/G (9 orang), produksi III U/P (14 orang), dan produksi IV G/P (9 orang).

Tabel 5 Tenaga kerja PT. Samick Indonesia di bagian produksi yang dijadikan contoh (sampel) Bagian Produksi Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan n % n % n % Produksi I 1 2.2 0 0.0 1 2.2 Prod. II Guitar 9 19.6 4 8.7 13 28.3 7 15.2 2 4.3 9 19.5 Upright Piano 11 23.9 3 6.5 14 30.4 Grand Piano 5 10.9 4 8.7 9 19.6 Total 33 71.8 13 28.2 46 100 Karakteristik Contoh Jenis Kelamin

Contoh dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Contoh berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 71.7% dan perempuan yaitu sebesar 28.3%. Jumlah contoh dalam penelitian ini yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

n %

Laki-laki 33 71.7

Perempuan 13 28.3

Total 46 100.0

Usia

Masa dewasa dibedakan menjadi tiga, yaitu dewasa muda, dewasa madya, dan dewasa akhir. Masa dewasa muda dimulai dari usia 19 sampai 29 tahun, masa dewasa madya dimulai dari usia 30 sampai 49 tahun, sedangkan masa dewasa akhir dimulai dari usia 50 sampai 64 tahun (WNPG 2004). Usia merupakan faktor primer yang mempengaruhi Basal Metabolic Rate (BMR). BMR merupakan komponen terbesar dari keluaran energi harian sehingga mempengaruhi kebutuhan energi seseorang. Pengaruh usia terhadap BMR berkaitan dengan kegiatan metabolisme sel-sel tubuh. Nilai BMR semasa pertumbuhan cukup besar karena keaktifan pembelahan sel begitu tinggi. Namun, setelah pertubuhan usai (setelah usia 25 tahun), BMR susut sebanyak 2-5% per dekade hingga mencapai usia 65 tahun. Di atas usia ini BMR tidak bergerak lagi (Arisman 2007).

Usia contoh dikelompokkan menjadi tiga, yaitu usia dewasa muda (19-29 tahun), dewasa madya (30-49 tahun), dan dewasa akhir (50-64 tahun) seperti tercantum pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan usia

Usia (tahun) Jumlah

n %

19-29 38 82.6

30-49 8 17.4

50-64 0 0.0

Total 46 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 82.6% dari contoh berada pada masa dewasa muda, 17.4% berada pada masa dewasa madya. Sebesar 0% berusia dewasa akhir yang artinya tidak ada sama sekali contoh yang berusia 50-64 tahun. Tampak bahwa usia contoh hampir seluruhnya berkisar antara 19-29 tahun yaitu sebanyak 38 contoh (82.6%) dimana usia tersebut berada pada rentang usia yang sangat produktif.

Pendidikan

Pendidikan akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang. Pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi gizi dan kesehatan yang menorong perilaku makan yang baik (Sediaoetama 2006).

Menurut BPS (2004), tingkat pendidikan dapat diukur dari pendidikan terakhir yang ditamatkan. Tingkat pendidikan pada penelitian ini terbagi menjadi empat kategori, yaitu tidak tamat SD, SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat. Tingkat pendidikan contoh adalah sebagai berikut:

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir

Pendidikan Terakhir Jumlah

n % Tidak tamat SD 0 0.0 SD/Sederajat 0 0.0 SMP/Sederajat 4 8.7 SMA/Sederajat 42 91.3 Total 46 100.0

Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa hampir seluruh contoh berpendidikan terakhir SMA yaitu sebesar 91.3%. Tingkat pendidikan contoh terlihat homogen yaitu pendidikan akhir contoh terpusat pada tamat SMA. Hal ini sesuai dengan persyaratan penerimaan tenaga kerja di PT. Samick Indonesia yaitu minimal tenaga kerja berpendidikan akhir tamat SMA.

Pendapatan

Pendapatan adalah suatu imbalan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan umumnya diterima dalam bentuk uang. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli seseorang dan juga dapat dijadikan suatu indikator penting tentang besarnya jumlah produk yang dapat dibeli seseorang. Pendapatan yang diterima seorang anggota keluarga tidak hanya berasal dari satu orang tetapi diukur dari keseluruhan pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga dimana seseorang itu berada (Sumarwan 2004). Perubahan pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Penyediaan pangan

dalam hal kualitas akan meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan (Madanijah 2004; Sukandar 2007). Seiring dengan adanya peningkatan pendapatan maka akan terjadi peningkatan pengeluaran yang cenderung dapat mengubah gaya hidup (life style) seseorang maupun keluarga (Suharyadi dan Purwanto 2009).

Pendapatan contoh dikelompokkan menjadi dua yaitu < Rp. 2.002.000 dan > Rp. 2.002.000. Pengelompokkan ini berdasarkan upah minimum regional kabupaten Bogor tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 2.002.000 per bulan.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan

Pendapatan (rupiah) Jumlah

n %

< Rp. 2.002.000 34 73.9

≥ Rp. 2.002.000 12 26.1

Total 46 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 73.9% dari contoh menerima pendapatan < Rp. 2.002.000 dan hanya 26.1% contoh yang menerima pendapatan diatas Upah Minimum Regional Kabupaten Bogor (Rp. 2.002.000). Perbedaan pendapatan ini dikarenakan ada sebagian karyawan yang melakukan penambahan jam kerja dan ada beberapa karyawan yang absen (tidak masuk kerja) dengan berbagai alasan yang mengakibatkan pemotongan gaji karyawan tersebut.

Besar Keluarga

Menurut Hurlock (1999) berdasarkan jumlah atau besar anggota keluarga, keluarga dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang). Besarnya keluarga ditentukan oleh banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Besar keluarga atau banyaknya jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap konsumsi pangan dan pola hidup keluarga. Jika diasumsikan pendapatan keluarga adalah sama, maka semakin sedikit jumlah anggota atau tanggungan keluarga maka daya beli dan konsumsi keluarga akan berpotensi berlebih dan cenderung memiliki gaya hidup yang tidak tepat, hal ini dapat meningkatkan resiko obesitas dan terjadinya penyakit. Sebaliknya, semakin banyak jumlah anggota atau tanggungan keluarga maka jumlah dan jenis konsumsi yang dibutuhkan keluarga semakin banyak dan bervariasi, sehingga perlu menjadi perhatian agar konsumsi anggota keluarga dapat tercukupi secara merata untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap individu (Deliarnov 2009).

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Besar Keluarga (orang) Jumlah

n %

Besar ≥ 8 4 8.7

Sedang (5-7) 16 34.8

Kecil ≤ 4 26 56.5

Total 46 100.00

Berdasarkan Tabel 10 sebesar 56.5% dari contoh termasuk kategori keluarga kecil (≤ 4 orang), 34.8% keluarga sedang (5-7 orang) dan hanya sebagian kecil yaitu 8.7% dari contoh yang termasuk kategori keluarga besar (≥ 8 orang).

Masa Kerja

Masa kerja contoh dikelompokkan menjadi empat kelompok seperti tercantum pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan masa kerja

Masa Kerja (tahun) Jumlah

n % ≤ 5 32 69.6 6-10 10 21.7 11-15 4 8.7 15-20 0 0.0 Total 46 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 69% dari contoh adalah kelompok yang telah bekerja selama kurang dari atau sama dengan 5 tahun. Hanya 8.7% contoh yang telah bekerja selama 11-15 tahun. Masa kerja akan mempengaruhi seseorang dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari. Dari hasil penelitian masa kerja sebagai tenaga kerja, rata-rata masa kerjanya masih rendah, sehingga pengalamannya dalam melakukan pekerjaan akan kurang cepat jika menemui kendala dalam pekerjaannya.

Kebiasaan Sarapan

Frekuensi Sarapan

Sarapan atau makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik dalam satu hari. Melewatkan makan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa, sehingga dapat menyebabkan tubuh lemah dan kurang konsentrasi karena tidak tersedia suplai energi. Suplai energi yang tidak tersedia dapat menyebabkan tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang terdapat di jaringan lemak tubuh dan apabila terjadi secara terus menerus akan mempengaruhi status gizi. Tidak sarapan akan menyebabkan lambung menjadi kosong selama 10 sampai 11 jam karena makanan yang terakhir masuk kedalam tubuh adalah makan malam pukul 19.00. Berpuasa selama 10 sampai 11 jam akan menyebabkan kadar gula (glukosa) menurun, kadang-kadang sampai dibawah normal sehingga menyebabkan terjadinya hipoglikemia (Khomsan 2004). Berikut disajikan dalam Tabel 12 rincian frekuensi sarapan contoh.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi sarapan

Frekuensi Sarapan Jumlah

n % Tidak pernah 0 0.0 Jarang (< 4 kali/minggu) 1 2.2 Sering (≥ 4-6 kali/minggu) 8 17.4 Selalu (7 kali/minggu) 37 80.4 Total 46 100.0

Frekuensi sarapan contoh dibagi menjadi 4 kategori yaitu tidak pernah sarapan, jarang sarapan (< 4 kali/minggu), sering sarapan (≥ 4-6 kali/minggu) dan

selalu sarapan (7 kali/minggu). Berikut frekuensi sarapan contoh berdasarkan Tabel 12 diatas menyatakan bahwa sebesar 80.4% contoh frekuensi selalu sarapan (7 kali/minggu) dan frekuensi tidak pernah sarapan sebesar 0%. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian ini menyatakan bahwa kebiasaan sarapan contoh tersebut sudah baik yang dinyatakan dengan hasil frekuensi selalu sarapan secara menyeluruh lebih dari 50% sehingga bersifat homogen atau tidak beragam.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan total sarapan dalam satu minggu Total sarapan dalam

seminggu

Jumlah

n %

0 (tidak pernah sarapan) 0 0.0

1kali 0 0.0 2 kali 0 0.0 3 kali 1 2.2 4 kali 1 2.2 5 kali 2 4.3 6 kali 5 10.9 7 kali 37 80.4 Total 46 100.0

Khomsan (2005) mengemukakan bahwa ada dua manfaat yang bisa diambil jika seseorang melakukan sarapan pagi. Pertama, sarapan pagi menyumbang karbohidrat untuk meningkatkan kadar gula darah sehingga gairah dan konsentrasi kerja jadi lebih baik. Kedua, memberikan kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral.

Seseorang membutuhkan sarapan karena dapat mempertahankan kadar glukosa darah agar stabil setelah puasa sepanjang malam; memenuhi kebutuhan gizi di pagi hari yang diperlukan oleh tubuh, sebagai bagian dari gizi seimbang sehari-hari agar perasaan yang lebih baik dan berfikir dan bekerja optimal; mencegah hipoglikemia, sakit kepala, dan kelebihan berat badan; dan untuk membentuk perilaku sarapan sehat (Hardinsyah 2012).

Waktu Sarapan

Sarapan penting bagi setiap orang untuk mengawali aktivitas sepanjang hari. Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian (15-30%) kebutuhan gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif dan cerdas (Hardinsyah 2012).

Waktu sarapan merupakan hal penting yang menentukan ketersediaan sarapan. Waktu sarapan dibedakan menjadi tiga kategori waktu meliputi pukul 05.00-06.00; pukul 06.00-07.00; dan pukul 07.00-08.00. Berikut data waktu sarapan contoh sebagai berikut:

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan waktu sarapan

Waktu sarapan Jumlah

n %

05.00-06.00 9 19.6

06.00-07.00 33 71.7

07.00-08.00 4 8.7

Tabel 14 menyatakan bahwa sebesar 71.7% dari contoh sarapan pada pukul 06.00-07.00 dan sebesar 8.7% dari contoh sarapan pada pukul 07.00-08.00 hal ini dikarenakan jam masuk kerja di PT. Samick Indonesia yaitu pukul 07.00.

Jenis Sarapan

Idealnya sarapan memenuhi seperempat hingga setengah kebutuhan energi dan zat gizi sehari. Sarapan paling tidak mengandung makanan pokok, lauk-pauk, sayur, buah, dan dilengkapi dengan segelas susu (SEAFAST Center 2009). Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan. Namun jenis menu sarapan akan lebih baik apabila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun, dan sumber zat pengatur dalam jumlah yang seimbang (Depkes 2005).

Tabel 15 Kandungan gizi sarapan contoh per 100 g Sarapan Energi (kkal) Protein (g) Zat Besi (Fe) (mg) Vitamin A (RE) Vitamin C (mg) Roti 95 2.0 0.6 0 0 Gado-gado 136 5.8 1.4 34 0.1 Susu 336 8.2 0.2 175 1 Buras 126 3.3 5.6 0 0 Nasi+Lauk pauk 483 12.7 1.4 1313.2 0 Nasi uduk 253 4.3 0.4 0 0 Nasi goreng 935 21.5 4.5 462 1.9 Mie goreng 936 15.2 3.6 56 4 Lontong Sayur 166 2.7 1.5 0.3 0

Tabel 15 menjelaskan kandungan gizi sarapan contoh yang biasa dikonsumsi per 100 gram. Jenis sarapan contoh meliputi 9 jenis makanan meliputi: roti/kue, gado-gado, susu/teh manis, buras/lemper, nasi+lauk pauk, nasi uduk/nasi kuning, nasi goreng, mie goreng/mie rebus, dan lontong sayur. Tabel 16 menyatakan bahwa banyak dari contoh yang mengkonsumsi jenis sarapan lebih dari satu setiap harinya sebagai contoh karyawan mengonsumsi roti dengan susu, nasi+lauk pauk dengan susu, serta lainnya.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan jenis makanan sarapan

Jenis Sarapan Jumlah

n %

Roti/kue 2 4.4

Gado-gado 2 4.4

Susu/teh manis 2 4.4

Buras/lemper 3 6.7

Nasi + lauk pauk 7 15.6

Nasi uduk/nasi kuning 18 40.0

Nasi goreng 2 4.4

Mie goreng/mie rebus 8 17.8

Lontong sayur 1 2.2

Sarapan lengkap terdiri dari zat gizi seimbang yang lengkap, meliputi unsur makanan pokok, lauk pauk, buah atau sayur dan minuman. Sarapan yang tidak lengkap terdiri dari: sarapan sederhana meliputi makanan pokok dan lauk pauk,

minuman atau makanan pokok dan buah/sayur, minuman. Sarapan sangat sederhana hanya makan pokok/buah/salad dan minuman (Hardinsyah 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan sarapan yang dikonsumsi contoh belum memenuhi sarapan lengkap atau belum mengandung semua unsur gizi seimbang, karena masih banyak yang mengonsumsi nasi uduk sebagai sarapan tanpa disertai makanan sumber vitamin dan mineral. Padahal Khomsan (2005) menjelaskan bahwa bila sarapan dengan aneka ragam pangan, yang terdiri dari nasi, sayur atau buah, lauk pauk dan susu, dapat memenuhi kebutuhan akan vitamin dan mineral sehingga mekanisme proses pencernaan menjadi lancar.

Konsumsi serta Kontribusi Energi dan Zat Gizi Sarapan

Zat gizi yang dihitung adalah energi, protein, zat besi (Fe), vitamin A, dan vitamin C. Rata-rata sumbangan energi dan zat gizi sarapan terhadap asupan dan kecukupan contoh terdapat pada tabel 17.

Tabel 17 Rata-rata sumbangan energi dan zat gizi sarapan terhadap asupan dan kecukupan contoh

Zat gizi Jumlah

Kontribusi (%) Rata – rata

E (kkal) 12.47 321 ± 141

P (g) 13.19 8.02 ± 4.51

Fe (mg) 24.44 4.00 ± 1.49

Vit A (RE) 20.00 114.38 ± 129.38

Vit C (mg) 3.01 2.59 ± 5.34

Sarapan pada contoh dapat memberikan kontribusi energi (12.47%), protein (13.19%), zat besi (Fe) (24.44%), vitamin A (20.00%), dan vitamin C (3.01%) terhadap asupan total. Sarapan harus menyumbangkan gizi sekitar 25%. Ini jumlah yang cukup signifikan. Apabila kecukupan energi adalah sekitar 2000 kalori dan protein 50 gram sehari untuk orang dewasa, maka sarapan menyumbangkan 500 kalori dan 12.5 gram protein. Sisa kebutuhan energi dan protein lainnya dipenuhi oleh makan siang, makan malam dan makanan selingan diantara dua waktu makan. Secara kuantitas sarapan harus dapat memenuhi kecukupan gizi yang dibutuhkan setiap individu serta memenuhi syarat gizi seimbang. Sarapan harus merupakan kombinasi yang baik diantara zat gizi yang ada di dalam makanan (Khomsan 2005). Berdasarkan hasil penelitian tersebut kualitas asupan dan kontribusi zat gizi yang dikonsumsi contoh saat sarapan belum memenuhi kebutuhan zat besi (Fe), vitamin A, dan vitamin C khususnya energi dan protein yaitu sebesar 20-25% dan 15-25% dari kebutuhan energi dan protein total sehari (Depkes RI 2009).

Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Lain

Gibson (2005) mengkategorikan tingkat konsumsi energi dan protein ke dalam kategori defisit tingkat berat, defisit tingkat sedang, defisit tingkat ringan, normal dan lebih. Dikatakan defisit tingkat berat jika tingkat konsumsi energi kurang dari 70% (< 70%), defisit tingkat sedang antara 70-79%, defisit tingkat ringan antara 80-89%, normal antara 90-119% dan lebih jika lebih dari sama dengan 120% (≥ 120%). Tingkat konsumsi zat besi (Fe), vitamin A dan vitamin C dikategorikan berdasarkan kategori tingkat konsumsi vitamin dan mineral seperti

yang disebutkan dalam Gibson (2005). Tingkat konsumsi digolongkan menjadi defisit jika kurang dari 77% (TK < 77%) dan normal jika lebih dari sama dengan 77% (TK ≥ 77%).

Hardinsyah dan Briawan (1994) yang diacu dalam Wardani (2008) menyatakan bahwa jika angka kecukupan gizi ini digunakan untuk penaksiran angka kecukupan gizi individu, untuk energi dan protein perlu dilakukan koreksi dengan menggunakan berat badan aktual sehat. Menurut peraturan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia.

Tabel 18 Angka kecukupan zat gizi untuk dewasa per orang per hari. Kelompok Umur BB* (kg) TB* (cm) Energi (kkal) Protein (g) Vitamin A (mcg) Vitamin C (mg) Fe (mg) Laki-laki 19-29 tahun 60 168 2725 62 600 90 13 30-49 tahun 62 168 2625 65 600 90 13 Perempuan 19-29 tahun 54 159 2250 56 500 75 26

Sumber : Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kebutuhan akan energi dan zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, berat badan, iklim, dan aktivitas fisik (Almatsier 2006). Menurut Kusharto dan Sa’adiyah (2008) konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Tingkat kecukupan zat gizi seseorang atau kelompok orang dapat diketahui dengan cara membandingkan kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dengan angka kecukupannya. Kecukupan zat gizi antar individu berbeda menurut berat badan, jenis kelamin, umur, keadaan fisiologis, dan lain-lain. Statistik konsumsi, kecukupan, dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dapat dilihat pada Tabel 19.

Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengatur suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (Hardinsyah & Tambunan 2004).

Pangan sumber energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat, dan protein. Pangan sumber energi yang kaya lemak antara lain gajih/lemak dan minyak, buah berlemak (alpukat), biji berminyak (biji wijen, bunga matahari dan kemiri), santan, coklat, kacang-kacangan dengan kadar rendah (kacang tanah dan kacang kedelai) dan serealia lainnya, umbi-umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar air rendah (pisang, kurma dan lain-lain) dan aneka produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya protein antara lain daging, ikan, telur, susu, dan aneka produk turunannya (Hardinsyah & Tambunan 2004).

Energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak dan protein menentukan nilai energinya. Konsumsi energi sehari contoh antara 924-2825 kkal/hari dengan rata-rata 1629±485 kkal/hari. Rata-rata tingkat kecukupan energi contoh yaitu 63.20% termasuk dalam kategori defisit tingkat berat (Gibson 2005). Hal ini disebabkan kurangnya asupan energi yang dikonsumsi contoh.

Tabel 19 Statistik konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh

Energi dan zat gizi

Jumlah

Konsumsi Kecukupan Tingkat

kecukupan (%) Energi (kkal) Rata-rata 1629 2573 63.20 SD 485 208 17.32 Maksimal 2825 2725 103.66 Minimal 924 2250 33.90 Protein (g) Rata-rata 54.02 60.83 88.49 SD 20.45 3.25 32.43 Maksimal 97.23 65 156.82 Minimal 21.75 56 35.08 Vitamin C (mg) Rata-rata 25.75 85.76 29.89 SD 20.73 6.83 23.30 Maksimal 85.46 90 94.96 Minimal 0.55 75 0.62 Fe (mg) Rata-rata 13.06 16.67 87.79 SD 5.77 5.92 49.74 Maksimal 28.02 26 215.52 Minimal 3.29 13 20.14 Vitamin A (mg) Rata-rata 909.61 571.74 159.11 SD 402.34 45.52 70.39 Maksimal 2054.84 600 342.47 Minimal 144.30 500 28.86

Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif sehingga terjadi penurunan berat badan (Almatsier 2004). Gejala yang ditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi. Kelebihan energi dapat menyebabkan kegemukan dan

menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh. Kelebihan energi dapat terjadi bila konsumsi energi melalui makanan lebih banyak dibandingkan dengan energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan (Almatsier 2009). Energi dan tenaga dapat diperoleh dari makanan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Energi dibutuhkan untuk metabolisme dasar dan untuk aktivitas sehari-hari. Kelebihan energi dapat menjadikan tubuh obesitas (kegemukan) dan kekurangan energi dapat menyebabkan kekurangan gizi (Hartono 2006).

Karsin (2004) menyatakan bahwa energi yang diperlukan tubuh dapat diperoleh dari pangan yang dikonsumsi. Kebutuhan energi sebaiknya diimbangi oleh asupan energi dengan jumlah yang sama. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hani (2012) hasil pengkajian makanan yang dilakukan pada pekerja PT. United Tractors, Tbk didapatkan hasil rata-rata asupan energi (kalori) pada pekerja PT. United Tractors, Tbk sebesar 1011 kkal/hari dengan standar deviasi 106 kkal/hari. Intake energi terendah adalah 722 kkal/hari sedangkan intake energi terbesar adalah 1185 kkal/hari. Rata-rata intake protein pada pekerja PT. United Tractors, Tbk adalah sebesar 21.9% dengan standar deviasi 6.2%. Intake protein

Dokumen terkait